TEKNIK LINGKUNGAN
PENCEMARAN LIMBAH DOMESTIK DI SUNGAI CILIWUNG
KELOMPOK 2 :
Michael Tiojordy/6101801103
Stevanus James/6101801119
William Bernardus/6101801133
Yulius Kevin/6101801157
Jonathan Tirtadjaja/6101801215
Sungai Ciliwung merupakan sebuah sungai yang terbentang dari hulu yang terletak di
daerah Bogor (meliputi kawasan Gunung Gede, Gunung Pangrango, Cisarua) hingga kawasan hilir
yang terletak di pantai utara Jakarta, Sungai Ciliwung memiliki panjang 120 Km dengan luas
Daerah Aliran Sungai (DAS) sebesar 387 Km2. Pada kalanya Sungai Ciliwung menjadi salah satu
sumber mata air di Jakarta dan tempat hidup berbagai jenis ikan, namun sejak berjalannya waktu
keadaan Sungai Ciliwung semakin memprihatinkan, banyak sampah dan limbah yang terlihat
secara kasat mata, pertumbuhan penduduk yang pesat yang menimbulkan pembangunan rumah
secara tidak beratur di sekitar daerah Sungai Ciliwung, serta sampah-sampah yang bertebaran
mengakibatkan penyumbatan aliran air sehingga air menjadi kotor dan berbau.
Lokasi dari daerah aliran sungai (DAS) Ciliwung dibagi menjadi 3 sub das yaitu, DAS
Ciliwung Hilir dengan luas 6.295 Ha di Provinsi DKI Jakarta, Das Ciliwung Tengah dengan luas
16.706 Ha yang mengitari daerah kabupaten Bogor, Kota Bogor, Kota Depok, dan Kota Bekasi,
lalu DAS Ciliwung Hulu dengan luas 15.252 Ha di daerah Kabupaten Bogor dan Kota Bogor.
Menurut Ahli Geografi UI, Dr. Eko Kusratmoko, tidak semua daerah Sungai Ciliwung mengalami
kerusakan akibat adanya pembuangan sampah dan limbah. Daerah yang banyak menyumbang hal
tersebut adalah pada daerah pemukiman serta yang melewati pusat Kota Jakarta (Makara, 2013).
Jakarta sendiri adalah Ibukota dari Indonesia yang terletak di Pulau Jawa, secara statistik penduduk
di Kota Jakarta merupakan yang terbesar dari sebagian kota yang ada di Indonesia, dengan
statistik :
Dari data tersebut bisa dilihat bahwa setiap tahunnya terdapat kenaikan pada angka
penduduk di provinsi DKI Jakarta yang menimbulkan pertumbuhan populasi. Selain dari hal
tersebut, perubahan fungsi penggunaan lahan di sekitar Sungai Ciliwung juga bisa menentukan
dampak yang dihasilkan terhadap kondisi Sungai Ciliwung tersebut. Penggunaan lahan adalah
bentuk perwujudan usaha manusia dalam menggunakan sumberdaya alam/lahan, penggunaan
lahan sangat penting karena berpengaruh terhadap lingkungan sekitarnya juga.
Berikut (Gambar 1.1) merupakan perbandingan perubahan penggunaan lahan pada DAS
Sungai CIliwung di tahun 1996 dan tahun 2013, jika dilihat penggunaan lahan dari hutan, lahan
pertanian, dan perkebunan dipangkas menjadi lahan untuk pemukiman. Dari hal tersebut dapat kita
simpulkan bahwa semakin banyak pemukiman yang ada di DAS Ciliwung akan mengakibatkan
limbah domestik yang semakin banyak pula, apalagi dengan kurangnya septic tank serta pengairan
aliran limbah kotor yang baik menyebabkan semua limbah akan menumpuk di Sungai Ciliwung
tersebut.
Gambar 1. 1 Perubahan DAS Sungai Ciliwung tahun 1966 (kiri) dan tahun 2013 (kanan)
Sumber : Proyeksi Perubahan Penggunaan Lahan dan Dampaknya Terhadap Respon Hidrologi DAS Ciliwung Hulu
(Robo,2018)
Dari data yang sudah ada, beberapa penelitian sudah memperkirakan DAS Sungai
Ciliwung pada tahun 2030 (Gambar 1.2) bisa kita lihat yang tadinya merupakan sawah dan hutan
akan berubah menjadi pemukiman dengan sangat drastis. Hal ini perlu diperhatikan karena saat ini
pun Sungai Ciliwung sudah tercemar, dan ketika hal ini terjadi maka limbah domestik akan
semakin banyak seiring dengan banyaknya pemukiman.
Gambar 1. 2 Perkiraan DAS Sungai Ciliwung Tahun 2030
Sumber : Proyeksi Perubahan Penggunaan Lahan dan Dampaknya Terhadap Respon Hidrologi DAS Ciliwung Hulu
(Robo,2018)
Limbah Domestik
Air limbah dapat diartikan sebagai kotoran dari berbagai sumber seperti masyarakat, rumah
tangga, industri, air tanah, air permukaan serta dari buangan lainnya. Air limbah merupakan
kombinasi dari cairan dan sampah cair. Air limbah ini secara umum mengandung bahan-bahan
atau zat-zat yang dapat mengganggu manusia dalam segi kesehatan maupun mengganggu
lingkungan hidup.
Dikarenakan permasalahan-permasalahan yang dapat ditimbulkan tersebut, limbah,
sampah, dan kotoran dari berbagai sumber menjadi masalah serius. Air limbah terkhususnya di
Jakarta secara garis besar dapat dibagi menjadi tiga yaitu air limbah domestik, air limbah industri
dan air limbah dari perkantoran dan pertokoan. Limbah domestik merupakan salah satu yang
paling sering memberikan pengaruh pencemaran pada air-air.
Berdasarkan Peraturan Gubernur Provinsi DKI Jakarta Nomor 112 Tahun 2005, Air limbah
domestik merupakan air limbah yang berasal dari kegiatan rumah tangga, perumahan, rumah
susun, apartemen, perkantoran, rumah dan kantor rumah dan toko, rumah sakit, mall, pasar
swalayan, balai pertemuan, hotel, industri, sekolah. Beberapa contoh dari limbah domestik adalah
seperti air detergen sisa cucian, air sabun, air tinja, minyak tanah, cat pelarut, oli motor, bensin,
dan lainnya. Sehingga dapat disimpulkan air limbah domestik adalah berupa air bekas (grey water)
maupun air kotor (black water).
Air bekas sendiri merupakan air buangan yang berasal dari pembuangan sink dapur,
wastafel dan floor drain kamar mandi. Biasanya mengandung lemak, bahkan kotoran berupa sisa
makanan dari dapur, sedangkan buangan dari dapur banyak mengandung sabun didalamnya. Jika
air bekas ini tidak diberi tindakan, dalam jangka waktu yang lama dapat menyebabkan sumbatan
pada saluran pembuangan air kotor, dan juga kerak-kerak makanan yang menempel dari buangan
dapur. Sedangkan air kotor merupakan air buangan dari kloset yang menyertai limbah padat yang
dibuang, serta air dari bidet dan urinoir juga masuk di air kotor ini. Menurut Bell (1977), air limbah
domestik mengandung berbagai bahan seperti kotoran, urine, air bekas cucian yang mengandung
detergen, bakteri dan virus. Pada sungai ciliwung sendiri, sumber-sumber dari kedua hal tersebut
akan dibahas.
Lokasi dari daerah aliran sungai (DAS) Ciliwung dibagi menjadi 3 sub das yaitu, DAS
Ciliwung Hilir, Das Ciliwung Tengah, DAS Ciliwung Hulu. Untuk kasus air kotor, Sungai
Ciliwung sendiri sangat banyak terpapar limbah kotoran manusia. Kondisi tersebut didominasi di
bagian DAS Ciliwung Hulu dan Tengah sungai Ciliwung.
Terutama di Kota Bogor, pencemaran limbah kotoran manusia di Sungai Ciliwung sudah
tidak dapat dihindari dimana di bantaran Sungai Ciliwung, terdapat ribuan keluarga yang tidak
memiliki saluran pembuangan tinja atau septic tank. Melalui data yang dimiliki Komunitas Peduli
Ciliwung terdapat beberapa kelurahan yang warganya diketahui tidak memiliki septic tank. Akan
disebutkan dengan format “lokasi (jumlah keluarga)” yaitu Kelurahan Sindangrasa (183 keluarga),
Kelurahan Katulampa (360 keluarga), Kelurahan Tajur (257 keluarga), Kelurahan Baranangsiang
(514 keluarga), Kelurahan Sukasari (663 keluarga), Kelurahan Babakan Pasar (663 keluarga),
Kelurahan Sempur (828 keluarga), Kelurahan Bantarjati (803 keluarga), Kelurahan Tanah Sareal
(113 Keluarga), Cibuluh (918 keluarga), Kelurahan Kedung Badak (188 keluarga), Kelurahan
Kedung Halang (157 keluarga), dan Kelurahan Sukaresmi (5 keluarga) (Antara, 2019). Dengan
data berikut, dapat disimpulkan untuk kebutuhan buang air besar, semua akan langsung dibuang
ke sungai Ciliwung yang sehingga menjadi air kotor pada sungai. Air kotor yang berasal dari toilet
ini sangat berbahaya karena mengandung bakteri Escherichia Coli.
Untuk kasus air bekas, Jumlah penduduk yang berada di dalam DAS Ciliwung sendiri
sangatlah padat. Kegiatan sehari-hari seperti mencuci, memasak, mandi, dan kegiatan yang
berhubungan dengan menggunakan air bersih pastinya juga tinggi dilakukan. Selain itu, Sungai
Ciliwung sendiri juga sering dimanfaatkan menjadi tempat wisata dadakan oleh warga sekitar,
dilakukannya kegiatan mandi, menggosok gigi, dan juga olahraga berenang. Air bekas ini sendiri,
seperti dari limbah cuci mengandung bahan kimia deterjen. Dari limbah organik sendiri bisa
memiliki komposisi seperti lemak, protein, abu, asma amino, lignin, selulosa, hemiselulosa, dan
alkohol. Dari deterjen sendiri terdapat phosphat, alkyl benzene sulfonate, diethanolamines , alkyl
phenoxy, sodium tripolyphosphate, natrium sulfat,
Untuk mengurangi pencemaran limbah domestik yang ada di sungai Ciliwung, maka
terdapat beberapa hal yang disarankan untuk diterapkan, antara lain :
1. Melakukan pengolahan limbah
Salah satu cara yang paling ideal untuk pencemaran limbah domestik adalah dengan
mengurangi pencemaran limbah domestik atau mengurangi limbah domestik tersebut,
tetapi apabila limbah domestik tersebut susah berkurang, maka cara selanjutnya adalah
dengan mengolah limbah tersebut agar tidak menyebabkan pencemaran. Teknik
pengolahan limbah tersebut terbagi menjadi tujuh, yaitu dekomposisi, filtrasi, penambahan
klorin, pengendapan, dan penyerapan.
Dekomposisi adalah suatu proses yang biasa dilakukan jika material limbah adalah
makanan dari mikroorganisme. Proses dekomposisi dilakukan dengan menambahkan
mikroorganisme agar kandungan makanan yang terdapat dalam limbah cair tersebut dapat
dihabiskan oleh mikroorganisme tersebut sehingga air hasil proses dekomposisi tersebut
dapat disalurkan ke saluran pembuangan.
Filtrasi adalah proses pengolahan limbah yang dilakukan dengan menyaring
partikel yang terdapat dalam limbah cair tersebut. Salah satu contoh proses filtrasi adalah
pada limbah cair yang mengandung minyak. Dengan menggunakan alat filtrasi, limbah cair
dimasukkan sehingga dapat memisahkan minyak dari air untuk kemudian minyak dapat
disalurkan ke tempat pembuangan yang berbeda dengan air biasa.
Metode pengolahan limbah cair lain yang dapat dilakukan adalah dengan
penambahan klorin. Metode ini biasanya dilakukan pada limbah yang memiliki kandungan
organisme penyebab penyakit. Dengan menambahkan klorin, organisme yang terdapat
dalam limbah cair tersebut dapat dibunuh.
Metode pengendapan adalah proses yang dilakukan apabila kandungan air dan
limbah tidak dapat dipisahkan dengan menambahkan zat tertentu seperti elektrolit yang
berfungsi untuk mengikat zat berbahaya dalam limbah cair agar dapat dipisahkan dari air.
Penyerapan adalah proses pengolahan limbah cair yang dilakukan dengan karbon
yang berfungsi untuk menyerap kandungan-kandungan berbahaya yang terdapat di dalam
limbah sehingga sisa-sisa tersebut berupa air dapat disalurkan ke saluran pembuangan.
2. Melakukan penyuluhan kepada masyarakat di sekitar sungai Ciliwung
Untuk mengurangi terjadinya pencemaran limbah domestik, peran masyarakat
sangat penting mengingat limbah domestik berasal dari rumah tangga. Dengan melakukan
penyuluhan tentang dampak limbah domestik kepada masyarakat sekitar sungai Ciliwung,
masyarakat akan lebih memahami mengenai dampak dari limbah domestik terhadap
lingkungan sekitarnya. Selain itu juga, masyarakat juga diharapkan untuk tidak hanya
memahami mengenai dampak dari limbah domestik saja, namun diharapkan untuk muncul
kesadaran dan juga peranan aktif dari setiap orang dalam masyarakat tersebut agar
pengurangan limbah domestik dapat dirasakan.
3. Memiliki IPAL (Instalasi Pengolahan Air Limbah) komunal
Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) Komunal adalah sistem pengolahan air
limbah yang dikumpulkan di suatu tempat sebelum dibuang ke air permukaan. Air limbah
tersebut dikumpulkan ke dalam instalasi terpusat dengan pipa pipa yang terhubung ke
rumah rumah masyarakat. Sistem IPAL komunal ini cocok untuk wilayah dimana
masyarakatnya tidak membangun septic tank individual di rumahnya. Dengan
dibangunnya IPAL komunal ini dapat mengurangi pencemaran Sungai Ciliwung dari air
limbah rumah tangga. (Purwatiningrum, 2018)
Teknologi IPAL yang digunakan untuk mengolah air limbah biasanya
menggunakan sistem extended aeration atau sistem anaerob-aerob. Proses yang terjadi
pada sistem anaerob-aerob adalah sebagai berikut :
1. Air limbah rumah tangga akan dialirkan menuju bak pengendap awal.
2. Air limpasan dari bak pengendap awal akan masuk ke bak anaerob. Disini zat-zat
organik yang terkandung di dalam bak pengendap akan diuraikan oleh bakteri
anaerobik.
3. Air limpasan dari bak anaerob akan masuk ke bak aerob. Pada bak aerob biasanya
terdapat blower untuk memberikan pasukan oksigen bagi bakteri untuk
menguraikan zat-zat yang ada di air limbah.
4. Air limpasan dari bak aerob akan masuk ke bak pengendap akhir. Pada bak ini air
limpasan yang masih mengandung lumpur akan dipompa kembali ke bak
pengendap awal dengan pompa sirkulasi.
5. Air limpasan yang lolos dari ba pengendap air akan dialirkan ke air permukaan atau
sungai. (Said, 2018)
Gambar 1. 3 IPAL anaerob-aerob
Sumber : teknologi biofilter anaerob-aerob untuk pengolahan air limbah domestik (Said, 2018)
Sumber : sistem pengelolaan air limah, domestik-setempat, tangki septik dengan up-flow filter ( Kementrian PUPR,2016)
Tangki Septik Upflow filter merupakan perkembangan dari tangki septik biasa. Yang
membedakan tangki septik upflow filter dengan tangki septik biasa adalah proses akhirnya
dimana pada tangki septik upflow filter terdapat 1 tangki lagi yang mengolah hasil air dari
tangki septik.
Proses yang terjadi pada tangki septik upflow filter adalah sebagai berikut :
1. Air limbah rumah tangga akan dialirkan menuju tangki septik.
2. Lumpur tinja akan menumpuk di dasar tangki septik yang nantinya akan
terurai oleh bakteri yang ada di tangki septik.
3. Tinja yang terurai akan menghasilkan bahan larut air dan juga gas.
4. Gas ini adalah gas metana yang perlu dikeluarkan melalui lubang ventilasi.
5. Lumpur tinja harus disedot setiap 2-3 tahun sekali.Nantinya lumpur tinja
akan ditransportasi ke IPLT untuk diolah lebih lanjut.
6. Hasil air limbah dari tangki septik akan dialirkan ke tangki upflow filter. Air
limbah tersebut akan diolah oleh bakteri bakteri yang menempel di media
filter pada tangki upflow filter.
7. Hasil dari tangki upflow filter ini adalah air buangan yang dapat memenuhi
standar baku mutu sehingga filter ini bisa langsung dialirkan ke lingkungan
atau juga badan sungai. (KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN
PERUMAHAN RAKYAT, 2016)
Gambar 1. 5 Sistem tangki septik upflow-filter
Sumber : sistem pengelolaan air limah, domestik-setempat, tangki septik dengan up-flow filter ( Kementrian PUPR,2016)
DAFTAR PUSTAKA
Antara. (2019, April 6). 4.989 Rumah di Bogor Buang Tinja Langsung ke Sungai Ciliwung.
Diambil kembali dari metro.tempo.com: https://metro.tempo.co/read/1192919/4-989-
rumah-di-bogor-buang-tinja-langsung-ke-sungai-ciliwung/full&view=ok
Bell, J. (2021). Bacteriological Investigation of Alberta Meat-packing Plant Wastes with Emphasis
on Salmonella Isolation. Applied and Enviromental Microbiology, 538-545.
KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT. (2016). SISTEM
PENGOLAHAN AIR LIMBAH, DOMESTIK - SETEMPAT, TANGKI SEPTIK
DENGAN UP-FLOW FILTER. Dalam A. R. Eri Arianto. Jakarta: KEMENTERIAN
PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT. Diambil kembali dari
https://www.iuwashplus.or.id/cms/wp-content/uploads/2017/04/Buku-San1-SPALD-
Setempat.pdf
Makara, W. (2013, Juli 29). Sungai Ciliwung Kini. Diambil kembali dari www.ui.ac.id:
https://www.ui.ac.id/sungai-ciliwung-kini/
Naomi, A. (2020, Agustus 31). Mengenal dengan Mudah Kandungan Deterjen. Diambil kembali
dari laundry.drop.id: https://laundry.drop.id/blog/d-laundry/mengenal-kandungan-
deterjen/
Peraturan Gubernur Provinsi DKI Jakarta Tahun 2005
Purwatiningrum, O. (2018). GAMBARAN INSTALASI PENGOLAHAN AIR LIMBAH
DOMESTIK KOMUNAL DI KELURAHAN SIMOKERTO, KECAMATAN
SIMOKERTO, KOTA SURABAYA. Jurnal Kesehatan Lingkungan Vol. 10, No.2, 243–
253. Retrieved from https://e-journal.unair.ac.id/JKL/article/download/10190/5790
Robo, S. (2018). Proyeksi Perubahan Penggunaan Lahan dan Dampaknya Terhadap Respon
Hidrologi DAS Ciliwung Hulu. Jurnal Teknologi Rekayasa, Vol. 3, No. 2, 157-166.
Rochester Mitra Indonesia. (t.thn.). 7 Solusi Untuk Limbah Cair. Diambil kembali dari https://rmc-
indonesia.com/7-solusi-untuk-limbah-cair/: https://rmc-indonesia.com/7-solusi-untuk-
limbah-cair/
Said, N. I. (2018, September 20). TEKNOLOGI BIOFILTER ANAEROB-AEROB UNTUK
PENGOLAHAN AIR LIMBAH DOMESTIK. Diambil kembali dari enviro.bppt.go.id:
https://enviro.bppt.go.id/Publikasi/ProsidingTekLing2018/Makalah%20II.12_Teknologi
%20Biofilter%20Anaerob-Aerob....pdf
Sasetyaningtyas, D. (2018, Desember 12). Bahaya Deterjen terhadap Lingkungan dan Kesehatan.
Retrieved from sustaination.id: https://sustaination.id/bahaya-deterjen-terhadap-
lingkungan-dan-kesehatan/
Sugiharto. (1987). Dasar-Dasar Pengolahan Air Limbah. Jakarta: Universitas Indonesia.
Sumardiyani, W. (2019, Februrari 5). Sungai Ciliwung Paling Banyak Terpapar Limbah Tinja.
Retrieved from Pikiran Rakyat: https://www.pikiran-rakyat.com/jawa-barat/pr-
01306162/sungai-ciliwung-paling-banyak-terpapar-limbah-tinja
Wiltim, S. (2020, Juni 27). Limbah Rumah Tangga dalam Lingkungan Pemukiman. Retrieved from
plpbm.pu.go.id: http://plpbm.pu.go.id/v2/posts/Limbah-Rumah-Tangga-dalam-
Lingkungan-Permukiman
Yudo, S. (2010). KONDISI KUALITAS AIR SUNGAI CILIWUNG DI WILAYAH DKI
JAKARTA DITINJAU DARI PARAMETER ORGANIK, AMONIAK, FOSFAT,
DETERJEN, DAN BAKTERI COLI. JAI Vol 6. No.1, 34-42.