Anda di halaman 1dari 95

PERILAKU KEPALA KELUARGA DALAM MEMANFAATKAN

AIR SUNGAI WAY GALIH DI DESA WAY GALIH


KECAMATAN TANJUNG BINTANG
KABUPATEN LAMPUNG SELATAN

(Metodologi Penelitian)

Oleh
AMIR MAHMUD MALLIKUSSHOLEH
1915011075

JURUSAN TEKNIK SIPIL


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS LAMPUNG
TAHUN 2022
1

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Air sebagai komponen sumber daya alam yang sangat penting maka harus

dipergunakan secukupnya dan sesuai kebutuhan guna kemakmuran masyarakat.

Penggunaan air harus dilakukan secara bijaksana dengan memeperhatikan

kepentingan generasi kini dan yang akan datang. Untuk itu, air perlu dikelola agar

tersedia dalam jumlah yang aman, baik kuantitas maupun kualitasnya. Salah satu

badan air yang merupakan kekayaan sumber daya air adalah sungai.

Keberadaan sungai di muka bumi tentu sangat bermanfaat bagi kelangsungan hidup

makhluk hidup, baik itu manusia, hewan maupun tumbuhan. Sungai sangat

berperan penting bagi manusia. Manusia banyak memanfaatkan air sungai untuk

keperluan hidup sehari-hari seperti sumber air minum, mandi, mencuci, pengairan

dan kegiatan pertanian maupun perindustrian.

Pertumbuhan industri di Indonesia berjalan sangat pesat, selain memberikan

dampak positif bagi pertumbuhan ekonomi nasional juga memberikan dampak

negatif bagi lingkungan melalui pencemaran yang dihasilkan dari limbah industri.

Banyak industi yang membuang limbah ke sungai tanpa melakukan pengolahan

limbah terlebih dahulu. Akibat dari pembuangan limbah yang pengolahannya tidak

sempurna ini maka limbah yang di buang melalui aliran sungai ini dapat mencemari

lingkungan sungai terutama kualitas air sungai itu sendiri.

Sungai merupakan tempat yang mudah dan praktis untuk pembuangan limbah, baik

padat maupun cair, sebagai hasil dari kegiatan rumah tangga, industri, peternakan,
2

perbengkelan, dan usaha usaha lainnya. Dengan adanya pembuangan berbagai jenis

limbah dan sampah yang mengandung beraneka ragam bahan pencemar ke badan-

badan perairan, baik yang dapat terurai maupun yang tidak dapat terurai akan

menyebabkan semakin berat beban yang diterima oleh sungai tersebut. Jika beban

yang diterima oleh sungai tersebut melampaui ambang batas yang ditetapkan

berdasarkan baku mutu, maka sungai tersebut dikatakan tercemar, baik secara fisik,

kimia maupun biologi.

Air dikatakan tercemar apabila air tersebut tidak dapat digunakan sesuai dengan

peruntukannya. Polusi air adalah penyimpangan sifat-sifat air akibat terkontaminasi

oleh material atau pratikel, dan bukan dari proses permunian. Air sungai dikatakan

tercemar apabila badan air tersebut tidak sesuai lagi dengan peruntukannya dan

tidak dapat lagi mendukung kehidupan biota yang ada di dalamnya. Terjadinya

pencemaran sungai umumnya terjadi akibat masuknya limbah ke sungai.

Sungai pada umumnya dimanfaatkan oleh masyarakat untuk memenuhi kebutuhan

sehari-hari dan sebagai sumber kehidupan masyarakat itu sendiri. Masyarakat

memanfaatkan sungai untuk kebutuhan air minum, kebutuhan industri, kebutuhan

irigasi dan kebutuhan aktivitas mandi, cuci dan kakus (MCK). Masyarakat

menggunakan air sungai untuk kebutuhan tersebut umumnya terjadi pada

masyarakat yang tinggal atau bermukim di bantaran sungai atau di sekitar sungai,

semakin dekat jaraknya dengan sungai, maka masyarakat semakin memanfaatkan

air sungai itu sendiri.

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 38 Tahun 2011 tentang Sungai

pada Pasal 31 ayat 1 dan 2 menyebutkan bahwa:


3

(1) Pemanfaatan sungai sebagaimana dimaksud pada Pasal 30 ayat (1) dilakukan

dengan ketentuan:

a. Mengutamakan pemenuhan kebutuhan pokok sehari-hari dan pertanian

rakyat dalam sistem irigasi yang sudah ada: dan

b. Mengalokasikan kebutuhan air untuk aliran pemeliharaan sungai

(2) Dalam melakukan pemanfaatan sungai sebagaimana yang dimaksud pada ayat

(1) dilarang:

a. Mengakibatkan terjadinya pencemaran: dan

b. Mengakibatkan terganggunya aliran sungai dan/atau keruntuhan tebing

sungai

Masyarakat yang bertempat tinggal di dekat bantaran sungai dan di sekitar sungai

bukan hanya memanfaatkan aliran sungai tersebut untuk memenuhi kebutuhan

hidup sehari-hari seperti kebutuhan air minum, mandi, cuci, kakus (MCK), sumber

irigasi dan kebutuhan industri saja, melinkan masyarakat juga sering membuang

limbah rumah tangga baik cair maupun padat ke aliran sungai yang berada di dekat

pemukimannya. Akibat yang ditimbulkan dari perilaku masyarakat dalam

pembuangan limbah tersebut akan mengakibatkan rusak dan tercemarnya air sungai

itu sendiri.

Pembuangan limbah secara langsung ke lingkungan inilah yang menjadi penyebab

utama terjadinya pencemaran sungai dan pencemaran air. Limbah padat maupun

cair yang masuk ke air lingkungan menyebabkan terjadinya penyimpangan dari

keadaan normal air dan ini berarti suatu pencemaran. Pencemaran yang disebabkan

oleh buangan limbah cair ini dapat mengganggu kualitas sungai yaitu aspek fisik,

aspek kimia dan aspek biologi. Aspek fisik diantaranya berupa bau, warna, suhu,
4

dan kekeruhan sungai. Sedangkan aspek kimia berupa pH, BOD, COD, dan DO.

Standar kualitas air berupa aspek fisik dan kimia yang ada di sungai tersebut dapat

terganggu dari keadaan normalnya akibat pencemaran oleh limbah dari masyarakat

tersebut.

Berdasarkan kondisi yang dilihat dilapangan, sungai Way Galih mengalami

pencemaran yang disebabkan oleh pembuangan limbah ke sungai baik dari pabrik

maupun dari limbah cair rumah tangga. Hal ini tentu dapat mengganggu kesehatan

dan kenyamanan penduduk khususnya penduduk yang menggunakan air sungai

sebagai kebutuhan sehari-hari. Akibat yang ditimbulkan yaitu pemenuhan

kebutuhan air bersih menjadi sulit akibat pencemaran sungai oleh limbah. Limbah

yang berasal dari kegiatan manusia, seperti kegiatan industri dan kegiatan rumah

tangga yang dibuang ke badan sungai ini dapat menurunkan kualitas air sungai itu

sendiri yang berakibat kualitas air sungai tersebut tidak seimbang. Penduduk yang

bermukim di bantaran sungai juga sering membuang limbah hasil kegiatan rumah

tangga ke badan sungai, limbah cair maupun padat hasil kegiatan rumah tangga

yang berasal dari hasil MCK penduduk yang bermukim di bantaran sungai juga

berpengaruh besar terhadap berubahnya kualitas air sungai.

Way Galih merupakan salah satu Desa yang berada di Kecamatan Tanjung Bintang.
Desa Way Galih terdiri dari 10 dusun, memiliki luas 1296,34 ha dan
memiliki jumlah penduduk sebanyak 8034 jiwa, 4013 penduduk berjenis
kelamin laki-laki dan 4021 penduduk berjenis kelamin perempuan dan
memiliki 2675 kepala keluarga. Sebagian besar penduduk yang tinggal
di Desa Way Galih khususnya yang tinggal di bantaran sungai Way Galih
menggunakan air sumur dan air sungai untuk memenuhi kebutuhan hidup
sehari-hari seperti mandi, mencuci dan kegiatan lainnya. Untuk lebih
jelasnya mengenai penggunaan air bersih dapat dilihat pada
5

No Sumber Pemenuhan Air Bersih Jumlah KK

1 Penggunaan sumur galian 2068

2 Penggunaan air galian 15

3 Penggunaan sumur pompa 558

4 Penggunaan air sungai 34

Jumlah 2675

Sumber: Profil Desa Way Galih tahun dari Hasil Perhitungan Lapangan

Berdasarkan Tabel dapat dilihat bahwa sebagian besar penduduk dari desa Way

Galih menggunakan sumber air bersih dari sumur galian, namun ada sebagian

kepala keluarga yang menggunakan air sungai untuk memenuhi kebutuhan sehari-

hari. Hal ini dapat menyebabkan masalah jika penduduk tersebut secara

berkelanjutan menggunakan sumber air sungai sebagai pemenuh kebutuhan sehari-

hari.

Dilihat dari berbagai macam kasus yang terjadi beberapa tahun belakangan, Sungai

Way Galih mengalami pencemaran yang ditimbulkan oleh limbah cair dari pabrik

maupun dari sisa rumah tangga yang dibuang ke Sungai Way Galih.

Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan di atas, maka perlu adanya

penelitian tentang perilaku kepala keluarga dalam memanfaatkan sungai Way

Galih.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, peneliti mengidentifikasi masalah yang

berkaitan dengan penelitian perilaku kepala keluarga dalam memanfaatkan air

sungai Way Galih sebagai berikut:


6

1. Pengetahuan kepala keluarga tentang manfaat sungai sebagai sumber

kehidupan

2. Sikap kepala keluarga dalam memanfaatkan air sungai Way Galih sebagai

sumber kehidupan

3. Tindakan kepala keluarga dalam memanfaatkan air sungai Way Galih sebagai

sumber kehidupan

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian dari latar belakang masalah, maka dapat dibuat rumusan

masalah yaitu masih adanya kecenderungan kepala keluarga dalam memanfaatkan

air sungai sebagai sumber kehidupan sehari-hari. Dengan demikian, permasalahan

(pertanyaan) penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana perilaku (pengetahuan, sikap, serta tindakan) kepala keluarga

dalam memanfaatkan air sungai Way Galih sebagai sumber kehidupan?

Adapun judul penelitian yang dilakukan adalah “Perilaku Kepala Keluarga

dalam Memanfaatkan Air Sungai Way Galih Sebagai Sumber Kehidupan di

Desa Way Galih Kecamatan Tanjung Bintang Kabupaten Lampung Selatan”.

D. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui bagaimana perilaku (pengetahuan, sikap dan tindakan)

kepala keluarga dalam memanfaatkan air sungai Way Galih sebagai sumber

kehidupan.
7

E. Ruang Lingkup Penelitian

Adapun ruang lingkup penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Objek penelitian adalah perilaku kepala keluarga dalam memanfaatkan air

Sungai Way Galih di Desa Way Galih

2. Subjek penelitian adalah pemanfaatan air sungai Way Galih di Desa Way Galih

3. Ruang lingkup tempat dan waktu penelitian adalah Desa Way Galih Tanjung

Bintang Kabupaten Lampung Selatan.

4. Ruang lingkup ilmu Geografi Fisik dengan ilmu bantu Hidrologi yang menurut

International Glosary of Hidrologi (1974) dalam I Gede Sugiyanta (2003:2)

menjelaskan bahwa Hidrologi adalah ilmu yang berkaitan dengan air bumi,

terjadinya, peredarannya dan agihannya, sifat-sifat fisika dan kimia, serta

reaksi dengan lingkungannya, termasuk hubungannya dengan makhluk hidup.


9

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR

A. Tinjauan Pustaka

1. Pengertian Geografi

Menurut Ikatan Geografi Indonesia (IGI) dalam Budiyono (2003: 3) “Geografi

adalah ilmu yang mempelajari persamaan dan perbedaan fenomena geosfer dengan

sudut pandang kelingkungan dan kewilayahan dalam konteks keruangan”.

Penelitian ini menggunakan dua metode pendekatan yaitu pendekatan keruangan

dan pendekatan ekologi. Hal ini sesuai dengan pendapat Wardiyatmoko (2006:11)

yang mengemukakan bahwa pada ilmu geografi, dalam melakukan pendekatan

sekuang-kurangnya harus melakukan dua jenis pendekatan, yaitu yang berlaku

pada sistem keruangan dan yang berlaku pada sistem ekologi atau ekosistem

Penggunaan kedua metode pendekatan geografi keruangan dan kelingkungan ini

dapat digunakan untuk penelitian ini, dengan menggunakan kedua pendekatan ini

maka dapat diidentifikasi perilaku kepala keluarga dalam menjaga, meneglola dan

memanfaatkan air sungai Way Galih, serta dapat mengidentifikasi dampak yang

ditimbulkan akibat pembuangan limbah rumah tangga terhadap air sungai Way

Galih.
10

2. Ekologi Geografi

Ekologi geografi merupakan cabang ilmu yang mempelajari seluruh pola

hubungan timbal balik antara makhluk hidup satu dengan makhluk hidup lainnya

serta dengan semua komponen yang ada di sekitarnya (Indriyanto, 2006:3).

Penelitian ini menggunakan ekologi geografi dikarenakan dalam ilmu ini

mempelajari tentang timbal balik antara makhluk hidup dengan komponen di

sekitarnya yang mana pada penelitian ini adanya keterkaitan kepala keluarga dalam

memenuhi kebutuhannya dengan memanfaatkan air sungai Way Galih.

3. Pengertian Air

Air adalah zat cair yang tidak mempunyai rasa, warna dan bau, terdiri dari hidrogen

dan oksigen dengan rumus H2O. Air adalah semua air yang terdapat pada, di atas,

ataupun di bawah permukaan tanah, termasuk dalam pengertian ini air permukaan,

air tanah, air hujan, dan air laut yang berada di darat (UU No 7 Tahun 2004 pasal

1 ayat 2).

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) mendefinisikan air sebagai

berikut: air n] (1) cairan jernih tidak berwarna, tidak berasa, dan tidak berbau yang

terdapat dan diperlukan dikehidupan manusia, hewan, dan tumbuhan yang secara

kimiawi mengandung hidrogen dan oksigen; (2) benda cair yang biasa terdapat

pada sumur, sungai, danau yang mendidih pada suhu 100⁰ C.

Air adalah unsur yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia, maka dari

itu pengembangan sumber daya air sangat penting untuk diperhatikan agar

keberadaan air di muka bumi tetap terjaga kualitasnya.


11

Menurut Wisnu Arya Wardhana, (2004:71-72), untuk menetapkan standar air yang

bersih tidaklah mudah, karena tergantung pada banyak faktor penentu. Faktor

penentu tersebut antara lain adalah:

a. Kegunaan air diantaranya air untuk keperluan seperti untuk diminum, air untuk

keperluan rumah tangga, air untuk industri, air untuk mengairi sawah, air untuk

kolam perikanan dan lain-lain.

b. Asal sumber air diantaranya, air dari mata air di pegunungan, air danau, air

sungai, air sumur, air hujan dan lain-lain.

Menurut Wisnu Arya Wardhana (2004:73), air merupakan kebutuhan pokok bagi

kehidupan manusia di bumi ini. Sesuai dengan kegunaannya, air dipakai sebagai

air minum, air untuk mandi, dan mencuci, air untuk pengairan pertanian, air untuk

kolam perikanan, air untuk sanitasi dan air untuk transportasi, baik di sungai

maupun di laut. Kegunaan air seperti tersebut muka termasuk sebagai kegunaan air

secara konvensional

Air merupakan senyawa kimia yang sangat penting bagi kehidupan makhluk hidup

di bumi. Fungsi air bagi kehidupan tidak dapat digantikan oleh senyawa lain.

Penggunaan air yang utama dan sangat vital bagi kehidupan adalah sebagai air

minum. Hal ini terutama untuk mencukupi kebutuhan air di dalam tubuh manusia

itu sendiri. Kehilangan air untuk 15% dari berat badan dapat mengakibatkan

kematian yang diakibatkan oleh dehidrasi. Karenanya orang dewasa perlu minum

minimal sebanyak 1,5-2 liter air sehari untuk keseimbangan dalam tubuh dan

membantu proses metabolisme (Slamet, 2002: 85).


12

4. Sumber Daya Air

Menurut Nursid (1981: 121-122) sumber daya yaitu semua potensi dan

lingkungannya yang dapat memenuhi kebutuhan hidup manusia. Sedangkan

jumlah semua komponen material dari lingkungan yang meliputi massa dan

energi, benda biologis dan non biologis, dapat ditetapkan sebagai keseluruhan

persediaan (total stok). Persediaan atau stok ini akan menjadi sumber daya

bilamana dapat digunakan oleh manusia untuk memenuhi kebutuhan hidupnya

(bahan pangan, tempat berlindung, penghangat badan, transportasi, dll)

Menurut Soeriaatmadja (2000:7) mengemukakan bahwa sumber daya adalah unsur

lingkungan hidup yang terdiri atas sumber daya manusia, sumber daya alam hayati,

sumber daya alam non-hayati.

Menurut pendapat di atas, sumber daya merupakan alat atau segala sesuatu yang

ada di muka bumi yang dapat digunakan manusia untuk memenuhi kebutuhan

hidup.

Nursid (1988: 211:212) mengelompokkan sumberdaya yang dapat dimanfaatkan

oleh manusia menjadi dua bagian, yaitu:

a) Sumber daya alam (natural resources)


Sumber daya alam dapat dikelompokkan lagi menjdai tiga golongan yaitu:
sumber daya yang tidak dapat diperbaharui, sumber daya yang dapat
diperbaharui, dan sumber daya yang tidak akan habis. Sumber daya yang tidak
dapat diperbaharui berarti sumber daya yang tidak dapat dipulihkan kembali
setelah digunakan seperti logam, minyak bumi dan gas alam. Seumber daya
yang dapat diperbaharui yaitu sumber daya yang dapat pulih kembali secara
alamiah ataupun secara budaya setelah dimanfaatkan. Sumber daya yang tidak
akan habis yaitu keindahan panorama yang berharga bagi kepariwisataan, dan
faedah-faedah yang diperoleh dari iklim.
b) Sumber daya manusia (human resources)
Sumber daya manusia ini meliputi tenaga fisiknya, pikirannya,
kepemimpinannya. Oleh karena itu sumber daya manusia dikelompokkan
13

dalam sumber tenaga kerja (man power resources), dan sumber daya mental
(mental resources).

5. Pengertian Sungai

Sungai merupakan tempat-tempat dan wadah-wadah serta jaringan pengaliran

sungai mulai dari mata air sampai muara dengan dibatasi kanan dan kirinya serta

sepanjang pengairannya oleh garis luar pengamatan (Pengaturan Pemerintah No.

35 tahun 1991)

Menurut Wiwoho (2005), tentang sungai, pengertian sungai adalah sebagai

berikut:

Sungai merupakan tempat berkumpulnya air dari lingkungan sekitarnya


yang mengalir menuju tempat yang lebih rendah. Daerah sekitar sungai yang
mensuplai air dikenal dngan daerah tangkapan air atau daerah penyangga
sungai. Kualitas air sungai dipengaruhi oleh kondisi sungai dan kondisi
suplai air dari daerah penyangga. Kondisi suplai air dari daerah penyangga
dipengaruhi aktivitas dan perilaku penghuninya. Pada umumnya daerah
hulu mempunyai kualitas air yang lebih baik dari daerah hilir. Dari sudut
pemanfaatan lahan, daerah hulu relatif sederhana dan bersifat alami seperti
hutan dan perkampungan kecil. Semakin ke arah hilir keragaman
pemanfaatan lahan semakin meningkat. Sejalan dengan hal tersebut suplai
limbah cair dari daerah hulu yang menuju daerah hilirpun menjadi
meningkat. Pada akhirnya daerah hilir merupakan tempat akumulasi dari
proses pembuangan limbah cair yang dimulai dari hulu.

Menurut Unus Suriawiria (2005:80), layak tidaknya air untuk kehidupan manusia

ditentukan berdasarkan persyaratan kualitas air secara fisik, secara kimia, dan

secara biologis. Kualitas air secara fisik meliputi kekeruhan, temperatur, warna,

bau, dan rasa. Kualitas air secara kimia meliputi nilai pH, kandungan senyawa

kimia dalam air, dan kandungan residu. Kualitas air secara biologis meliputi

parameter mikroba pencemar, pantogen, dan penghasil toksin.


14

Keberadaan air memiliki peranan yang cukup vital dalam perkembangannya

menuju ke arah kesejahteraan manusia. Hal ini didukung fakta bahwa manusia

membutuhkan air yang cukup banyak demi kesejahteraan manusia. Pentingnya air

bagi manusia diantaranya sebagai air minum, selain itu kegunaan air bagi manusia

adalah sebagai pemenuh kebutuhan sehari-hari seperti mandi, mencuci dan sebagai

pengairan. Dalam hal ini Sungai Way Galih yang mengalir di Desa Way Galih

memiliki manfaat bagi masyarakat Desa Way Galih dalam pemanfaatan sumber

air dalam berbagai kegiatan sehari-hari seperti mandi, mencuci dan pengairan.

6. Fungsi Sungai

Menurut Agus Maryono (2008:30), mengemukakan bahwa fungsi sungai

diantaranya:

a. Fungsi sebagai saluran Eko-Drainase (drainase ramah lingkungan), sungai


dalam suatu sistem sungai (river basin) merupakan komponen eko-drainase
utama pada basin yang bersangkutan. Bentuk dan ukuran alur sungai alamiah,
dalam kaitannya dengan eko-drainase, merupakan bentuk yang sesuai dengan
kondisi geologi, geografi, ekologi, dan hidrologi daerah tersebut. Konsep
alamiah eko-drainase adalah bagaimana membuang air kelebihan selambat-
lambatnya ke sungai.
b. Fungsi sebagai saluran irigasi. Dalam perencanaan bangunan irigasi teknis
sungai yang dapat dipakai sebagai saluran irigasi teknis, jika dari segi teknis
memungkinkan. Kehilangan air di saluran dengan menggunakan sungai kecil
lebih kecil daripada menggunakan saluran tanah buatan, karena pada umumnya
porositas sungai relatif rendah mengingat adanya kandungan lumpur dan
sedimen gradasi kecil yang relatif tinggi.
c. Fungsi ekologi, sungai mempunyai fungsi vital kaitannya dengan ekologi.
Sungai dan bantarannya merupakan habitat yang sangat kaya akan flora dan
fauna sekaligus sebagai barometer kondisi ekologi daerah tersebut.

Menurut I Gede Sugiyanta, (2003:58-59) tentang fungsi sungai mengemukakan

bahwa:
15

Sungai berfungsi untuk mengumpulkan presipitasi atau curah hujan dalam


suatu wilayah tertentu dan mengalirkannya ke laut atau danau. Sedangkan
manfaat atau kegunaan sungai antara lain untuk pembangkit tenaga listrik,
pelayaran, pariwisata, perikanan, dan dalam bidang pertanian sungai
sebagai sumber air yang penting untuk irigasi. Pada sungai-sungai tertentu
juga berfaedah untuk keperluan manusia sehari-hari seperti untuk mencuci,
mandi, bahkan sebagai air minum, tanah bekas endapan sungai merupakan
daerah yang sangat subur dan biasanya menjadi tempat tinggal penduduk,
pemanfaatan sungai yang sering merugikan adalah bila dijadkan sebagai
tempat pembuangan kotoran seperti sampah atau limbah baik dari rumah
tangga ataupun industri.

Fungsi sungai yang hakikatnya untuk menampung air dan mengalirkan air yang

dapat digunakan untuk kepentingan makhluk hidup dan ekosistem di sekitarnya

sering disalah gunakan oleh manusia untuk membuang berbagai limbah rumah

tangga maupun limbah industri. Pemanfaatan sungai yang merugikan ini dapat

berdampak langsung terhadap lingkungan dan kualitas air sungai itu sendiri.

7. Kualitas Air

Menurut Suripin (2002:148) kualitas air menyatakan tingkat kesesuaian air

terhadap penggunaan tertentu dalam memenuhi kebutuhan hidup manusia, mulai

dari air untuk memenuhi kebutuhan langsung yaitu air minum, mandi dan cuci, air

irigasi atau pertanian, peternakan, rekreasi, dan transportasi. Kualitas air mencakup

tiga karakteristik, yaitu sifat fisik, kimia, dan biologi.

Sedangkan menurut Effendi (2003: 168), kualitas air adalah sifat air dan

kandungan makhluk hidup, zat, energi, atau komponen lain di dalam air. Kualitas

air dinyatakan dengan parameter fisika dan kimia. Parameter kimia meliputi suhu,

kekeruhan, padatan terlarut dan sebagainya. Parameter kimia meliputi pH , oksigen

terlarut, BOD, kadar logam, dan sebagainya.


16

Untuk menjaga atau mencapai kualitas air sehingga dapat dimanfaatkan secara

berkelanjutan sesuai dengan tingkat mutu air yang diinginkan, maka perlu upaya

pelestarian dan atau pengendalian. Pelestarian kualitas air merupakan upaya untuk

memelihara fungsi air agar kualitasnya tetap pada kondisi alamiahnya.

Pelestarian kualitas air dilakukan pada sumber air yang terdapat di hutan lindung.

Sedangkan pengelolaan kualitas air pada sumber air di luar hutan lindung

dilakukan dengan upaya pengendalian pencemaran air, yaitu upaya memelihara

fungsi air sehingga kualitas air memenuhi baku mutu air.

Menurut Peraturan Pemerintah No 82 Tahun 2001, klasifikasi mutu air ditetapkan

menjadi 4 (empat) kelas diantaranya:

1. Kelas satu, air yang peruntukannya dapat digunakan untuk air baku air minum,

dan atau peruntukan lain yang mempersyaratkan mutu air yang sama dengan

kegunaan tersebut,

2. Kelas dua, air yang peruntukannya dapat digunakan untuk prasarana/sarana

rekreasi air, pembudidayaan ikan air tawar, peternakan, air untuk mengairi

pertanian, dan atau peruntukan yang lain mempersyaratkan mutu air yang sama

dengan kegiatan tersebut,

3. Kelas tiga, air yang peruntukannya dapat digunakan untuk pembudidayaan

ikan air tawar, peternakan, air untuk mengairi pertanaman, dan atau permukaan

lain yang mempersyaratkan mutu air yang sama dengan kegunaan tersebut,

4. Kelas empat, air yang peruntukannya dapat digunakan untuk mengairi

pertanaman dan atau peruntukan lain yang mempersyaratkan mutu air yang

sama dengan kegunaan tersebut.


17

Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia melalui PP No.

82/2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air.

Mutu air bersih yaitu air yang dapat dipergunakan untuk keperluan sehari-hari dan

kualitasnya memenuhi persyaratan kesehatan air bersih sesuai dengan peraturan

perundang-undangan yang berlaku dan dapat diminum apabila dimasak.

Menurut Wisnu A. Wardana (2001:74), bahwa indikator atau tanda lingkungan

perairan telah tercemar adalah adanya perubahan atau tanda-tanda yang dapat

diamati sebagai berikut:

a. Adanya perubahan suhu air

b. Adanya perubahan pH

c. Adanya perubahan bau dan warna

d. Adanya perubahan kekeruhan dan bahan terlarut

Menurut Srikandi Fardiaz(1992:21) mengemukakan bahwa:

Untuk mengetahui suatu air terpolusi atau tidak, diperlukan pengujian untuk
menentukan sifat-sifat air sehingga dapat diketahui apakah terjadi penyimpangan
dari batasan-batasan polusi air. Sifat-sifat air yang umum diuji dan dapat
digunakan untuk menentukan tingkat polusi air yaitu:
1. Nilai pH
2. Suhu
3. Warna, bau dan rasa
4. Jumlah padatan
5. Nilai BOD/COD
6. Pencemaran mikroorganisme patogen
7. Kandungan minyak
8. Kandungan logam berat
9. Kandungan bahan radioaktif
18

8. Pengertian Perilaku

Salah satu karakteristik reaksi perilaku manusia yang menarik adalah sifat

difensialnya. Maksudnya satu stimulus dapat menimbulkan lebih dari satu

respon yang berbeda dan beberapa stimulus yang berbeda dapat saja

menimbulkan satu respon yang sama. Theory of Reasoned Action dikembangkan

oleh Ajzen dan Fishben. Secara sederhana teori ini mengatakan bahwa seseorang

akan melakukan suatu perbuatan apabila ia memandang perbuatan itu positif dan

bila ia percaya bahwa orang lain ingin agar ia melakukannya. Teori tindakan

beralasan juga mengatakan bahwa sikap mempengaruhi perilaku lewat suatu

proses pengambilan keputusan yang teliti dan beralasan. Komponen yang

mempengaruhi yaitu sikap yang spesifik terhadap sesuatu, norma subjektif, dan

sikap terhadap suatu perilaku bersama dengan norma subjektif. (Ajzen dan

Fishbein dalam Azwar, 2013:71).

Teori perilaku menurut Benyamin Bloom (1908) ada 3 tingkat ranah perilaku:

a. Pengetahuan (knowledge)
Pengetahuan adalah hasil penginderaan manusia atau hasil tahu seseorang
terhadap objek melalui indera yang dimiliki
b. Sikap (atitude)
Sikap adalah respons tertutup seseorang terhadap stimulus atau objek
tertentu, yang sudah melibatkan faktor pendapat dan emosi yang
bersangkutan.
c. Tindakan atau praktek
Praktek terpimpin adalah melakukan sesuatu tetapi masih menggunakan
panduan. Sedangkan praktek secara mekanisme adalah melakukan sesuatu
hal secara otomatis. Adapun adopsi adalah tindakan tidak hanya rutinitas
tetapi sudah dilakukan modifikasi perilaku yang berkualitas.

Perilaku manusia merupakan hasil daripada segala macam pengalaman serta

interaksi manusia dengan lingkungannya yang terwujud dalam bentuk

pengetahuan, sikap dan tindakan. Dengan kata lain, perilaku merupakan respon
19

atau reaksi seorang individu terhadap stimulus yang berasal dari luar maupun

dari dalam dirinya. (Sarwono, 2004: 108)

Perilaku adalah tindakan atau aktivitas dari manusia itu sendiri yang mempunyai

bentangan yang sangat luas antara lain: berjalan, berbicara, menangis, tertawa,

bekerja, kuliah, menulis, membaca dan sebagainya. Dari uraian ini maka dapat

disimpulkan bahwa perilaku manusia adalah semua kegiatan atau aktivitas

manusia, baik yang diamati langsung, maupun yang tidak dapat diamati oleh

pihak luar (Notoadmodjo, 2003:114).

Menurut Skinner dalam Achmadi (2013:122) perilaku yang berhubungan

dengan lingkungan banyak hal yang dapat dilakukan disini, mulai dari perilaku

membuang sampah, perilaku bersin, berkendara agar tidak menyebabkan

pencemaran udara, membuang limbah rumah tangga dan sebagainya.

Menurut Notoadmodjo (2010:140), pengukuran perilaku domain atau ranah

utama perilaku manusia adalah: kognitif, afektif (emosi) dan konasi, yang dalam

bentuk operasionalnya adalah ranah pengetahuan (knowledge), sikap (attitude),

dan tindakan atau praktek (practice).

Menurut Notoadmodjo (2011:142) faktor-faktor yang mempengaruhi

terbentuknya perilaku dapat dikelompokkan menjadi dua jenis, yaitu:

a. Faktor intern, yang mencakup: pengetahuan, kecerdasan, persepsi, emosi,


motivasi, dan sebagainya yang berfungsi mengolah rangsangan dari luar.
Motivasi merupakan penggerak perilaku, hubungan antara kedua kontruksi
ini cukup kompleks, antara lain: (1) motivasi yang sama dapat diarahkan
oleh motivasi yang berbeda demikian pula perilaku yang sama dapat saja
diarahkan oleh motivasi yang berbeda, (2) motivasi menggerakkan perilaku
pada tujuan tertentu, (3) penguatan positif menyebabkan suatu perilaku
tertentu cenderung diulang kembali, (4) kekuatan perilaku dapat melemah
20

akibat perbuatan itu bersifat tidak menyenangkan. Pengetahuan adalah hasil


dari tahu, dan terjadi setelah seseorang melakukan penginderaan terhadap
objek tertentu. Tanpa pengetahuan seseorang tidak mempunyai dasar untuk
mengambil keputusan dan menentukan tindakan terhadap masalah yang
dihadapi.
b. Faktor ekstern, meliputi lingkungan sekitar, baik fisik maupun nonfisik
seperti: iklim, manusia, sosial ekonomi, kebudayaan dan sebagainya.

9. Penelitian yang Relevan

Berikut ini adalah beberapa penelitian yang relevan, diantaranya:

a. Ira Puspita, Linda Ibrahim, Djoko Hartono, Universitas Indonesia (2016),

dengan judul “Pengaruh Perilaku Masyarakat yang Bermukim di Kawasan

Bantaran Sungai Terhadap Penurunan Kualitas Air Sungai Karang Anyar Kota

Tarakan”. Penelitian ini bertujuan untuk melihat pengaruh perilaku masyarakat

dalam penurunan kualitas air sungai Karang Anyar. Metode yang digunakan

yaitu metode kualitatif dengan gabungan metode kualitatif dan metode

kuantitatif. Metode kuantitatif antara lain digunakan untuk teknik

pengumpulan data melalui kuisoner, dan menghitung status mutu air Sungai

Karang Anyar menggunakan metode Indek Pencemaran. Metode kualitatif

antara lain digunakan untuk observasi, wawancara mendalam kepada warga

dan tokoh masyarakat. Hasil penelitian yaitu perilaku masyarakat yang

membuang air limbah domestik langsung ke sungai mempengaruhi parameter

COD melebihi baku mutu air karena air limbah yang dibuang terdapat busa

sabun berasal dari buangan air cucian.

b. Sri Endhes Isthofiyani, Andreas Priyono Budi Prasetyo, Retno Sri Iswari,

Universitas Negeri Semarang (2016), dengan judul “Persepsi dan Pola Perilaku

Masyarakat Bantaran Sungai Damar dalam Membuang Sampah di Sungai”.


21

Penelitian bertujuan untuk meganalisis persepsi dan pola perilaku masyarakat

bantaran sungai dalam membuang sampah di sungai dan faktor-faktor yang

mempengaruhi persepsi dan perilaku tersebut. Selain itu dianalisis pula upaya

yang sudah dilaukan untuk menanggulangi sampah di sungai. Hasil analisis

digunakan untuk mendesain pemberdayaan masyarakat dalam penanggulangan

sampah berbasis persepsi dan pola perilaku terhadap lingkungan. Penelitian

menggunakan pendekatan kualitatif desain studi kasus. Narasumber adalah

masyarakat Desa Weleri yang tinggal di bantaran sungai Damar. Pengumpulan

data melalui wawancara, kuisioner, observasi dan dokumentasi.

c. Tangguh Perdana Putra, Sidharta Adyatma, Ellyn Normelani, Universitas

Lambung Mangkurat (2016), dengan judul “Analisis Perilaku Masyarakat

Bantaran Sungai Martapura dalam Aktivitas Membuang Sampah Rumah

Tangga di Kelurahan Basirih Kecamatan Banjarmasin Barat”. Penelitian ini

bertujuan untuk mengetahui karakteristik sikap, dan perilaku masyarakat

kelurahan Basirih yang tinggal di bantaran sungai Martapura dalam aktivitas

membuang sampah rumah tangga, serta mengetahui faktor-faktor apa saja yang

mempengaruhi sikap dan perilaku masyarakat kelurahan Basirih Kecamatan

Banjarmasin Barat dalam aktivitas membuang sampah. Populasi sebanyak

1369 KK dan sampel penelitian sebanyak 302 KK. Teknik pengelolaan data

yang digunakan terdiri dari editing, coding, scoring dan tabulating. Hasil

penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar masyarakat bantaran sungai

Martapura memanfaatkan air sungai untuk keperluan sehari-hari. Masyarakat

membuang sampah ke sungai dikarenakan sarana pembuangan sampah masih

belum tersedia dan sudah menjadi kebiasaan.


22

d. Gusnan Suryadi, Thamrin, Auda Murad, Universitas Riau (2016), dengan judul

“Perilaku Masyarakat dalam Memanfaatkan Air Sungai Siak sebagai Sumber

Kehidupan dan Dampaknya terhadap Estetika serta Kesehatan Lingkungan di

Wilayah Waterfront City Pekanbaru”. Peneltian ini bertujuan untuk

mengetahui perilaku masyarakat bantaran sungai dalam memanfaatkan air

sungai sebagai sumber kehidupan sehari-hari. Pengumpulan data primer

menggunakan teknik observasi dan wawancara terhadap informan yang dipilih

secara acak berjumlah 17 informan. Penelitian ini bersifat kualitatif. Hasil yang

diperoleh yaitu pemanfaatan air sungai Siak oleh masyarakat sebagian besar

untuk mandi, cuci dan kakus (MCK). Aktivitas masyarakat di tepian Sungai

Siak dalam pemanfaatan sumberdaya sungai sudah turun temurun dipengaruhi

oleh beberapa faktor yaitu kebiasaan, tingkat ekonomi dan kenyamanan.

B. Kerangka Pikir Penelitian

Air sebagai komponen sumberdaya alam yang penting harus dimanfaatkan untuk

hajat hidup orang banyak. Penggunaan air untuk berbagai manfaat dan kepentingan

harus dilakukan secara bijaksana dan memperhitungkan kepentingan generasi

masa kini dan masa yang akan datang, maka dari itu kita sebagai manusia yang

membutuhkan air harus memperhatikan kelestarian sumberdaya air itu sendiri.

Banyak masyarakat yang masih membutuhkan air yang berasal dari aliran air

sungai yang tidak diketahui tingkat kesehatannya dari air sungai tersebut. Hal ini

dikarenakan masih banyak masyarakat yang membuang limbah cair rumah tangga

ke badan sungai dan berdampak pada pencemaran sungai itu sendiri, tetapi masih
23

banyak juga masyarakat yang menggunakan air sungai itu untuk kebutuhan hidup

sehari-hari seperti mandi cuci dan kakus (MCK).

Perilaku kepala keluarga yang memanfaatkan air sungai sebagai kebutuhan hidup

sehari-hari dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain faktor kebutuhan hidup

yang diwujudkan dalam upaya untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, pendidikan

atau pengetahuan dan kondisi lingkungan.

Memberi manfaat
Sumber Daya Air Sungai Masyarakat Desa Way

Way Galih Galih


Megambil manfaat

Perilaku Kepala Keluarga Desa

Way Galih

Pemanfaatan Air Sungai


1. Pengetahuan
2. Sikap
Way Galih oleh Kepala
3. Tindakan
Keluarga Desa Way

Galih
Gambar. Kerangka Pikir Penelitian
24

III. METODE PENELITIAN

A. Metode Penelitian

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan metode

penelitian deskriptif kuantitatif. Metode deskriptif merupakan suatu metode

penelitian yang bertujuan untuk memaparkan atau menggambarkan sesuatu hal,

misalnya keadaan, situasi, peristiwa, kegiatan, dan lain-lain (Suharsimi

Arikunto, 2010:3). Metode ini digunakan untuk pengamatan dengan

mendeskripsikan serta menggali keadaan kondisi fisik yang terjadi pada daerah

pengamatan yang berkaitan pada penelitian ini maka keadaan yang akan dilihat

merupakan perilaku kepala keluarga dalam memanfaatkan air sungai Way Galih

sebagai sumber kehidupan sehari-hari.

B. Populasi dan Sampel

1. Populasi
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri dari atas obyek/subyek penelitian

yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti

untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2008:80). Dalam

penelitian ini yang menjadi populasi penelitian adalah keseluruhan kepala keluarga

Way Galih yang menggunakan air sungai sebanyak 34 KK.


25

2. Sampel

Sampel adalah sebagian dari objek atau individu-individu yang mewakili suatu

populasi (Moh. Pabundu Tika 2005:24). Dalam penelitian ini teknik pengambilan

sampel yang digunakan adalah purposive sampling. Purposive sampling adalah

teknik sampling yang dilakukan dengan pertimbangan tertentu yang bertujuan agar

data yang diperoleh nantinya lebih bisa representatif. (Sugiyono, 2010: 84).

Penentuan sampel apabila kurang dari 100 lebih baik diambil semua sehingga

penelitiannya merupakan penelitian populasi. Jika subjeknya besar dapat diambil

10-15% atau 20-25% atau lebih (Suharsimi Arikunto, 2008:116).

Pada penelitian ini sampel yang akan diteliti adalah kepala keluarga bantaran

sungai Way Galih yang memanfaatkan sungai Way Galih sebagai sumber air

yang berjumlah 34 KK. Jadi penelitian ini merupakan penelitian populasi karena

sampel diambil 100% dari jumlah populasi. Pengambilan sampel dilakukan

dengan memperhatikan berbagai pertimbangan dengan tujuan mengamati

perilaku kepala keluarga dengan memperhatikan kondisi serta keadaan daerah

penelitian.

Sampel penelitian ini tersebar di beberapa dusun yaitu diantaranya Dususn I A (12

sampel), Dusun I B (9 sampel), Dusun V B (5 sampel) dan Dusun VI B (8 sampel).

Hal ini dikarenakan jumlah populasi yang menggunakan air sungai tersebar pada

dusun tersebut.
26

Gambar. Peta Sebaran Sampel Penelitian


27

C. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Variabel

1. Variabel Penelitian

Variabel adalah objek penelitian, atau apa saja yang menjadi titik perhatian dalam

suatu penelitian (Suharsimi Arikunto, 2002:97). Variabel penelitian dalam

penelitian ini adalah variabel tunggal berupa perilaku kepala keluarga baik itu

pengetahuan, sikap dan tindakan kepala keluarga dalam memanfaatkan air sungai

Way Galih sebgai sumber kehidupan.

2. Definisi Operasional Variabel

Tabel 3.1 Variabel untuk Menilai Perilaku Kepala Keluarga dalam


Pemanfaatan Sungai Way Galih sebaga Sumber Kehidupan
N Variabel Definisi Cara Hasil Skala
Operasional Pengukuran Pengukuran Data
o Variabel dan Alat
Ukur
1 Pengetahu Kemampuan Wawancara Pengetahuan Ordi

an responden menggunak nal

dalam an Skala likert


pertanyaan positif
memahami kuisioner. 4: sangat setuju
3: setuju
tentang Responden 2 : tidak setuju
1 : sangat tidak
sungai dan diberi setuju

manfaatnya pernyataan Skala likert


pertanyaan
sebanyak 6 negatif
1: sangat setuju
buah 2: setuju
3 : tidak setuju
pernyataan 4 :sangat tidak
setuju
Sugiyono

(2014: 93)
28

2 Sikap Tanggapan Wawancara Sikap Ordi

dan persepsi menggunak Skala likert nal


pertanyaan positif
responden an 4: sangat setuju
3: setuju
dalam kuisioner. 2 : tidak setuju
1 : sangat tidak
memahami Responden setuju

sungai diberi Skala likert


pertanyaan
sebagai pernyataan negatif
1: sangat setuju
sumber sebanyak 8 2: setuju
3 : tidak setuju
kehidupan buah 4 :sangat tidak
setuju
sehari-hari pernyataan Sugiyono (2014:
93)

3 Tindakan Upaya Wawancara Tindakan Ordi

responden menggunak nal

dalam an Skala likert


pertanyaan positif
memahami kuisioner. 4: sangat setuju
3: setuju
tentang Responden 2 : tidak setuju
1 : sangat tidak
sungai diberi setuju

sebagai pernyataan Skala likert


pertanyaan
sumber sebanyak 6 negatif
1: sangat setuju
kehidupan buah 2: setuju
3 : tidak setuju
sehari-hari pernyataan 4 :sangat tidak
setuju
Sugiyono

(2014: 93)

Suber: Klasifikasi pengukuran perilaku masyarakat dalam memanfaatkan air


Sungai Way Galih (diolah peneliti)

Kepala keluarga yang diteliti adalah kepala keluarga yang menggunakan air sungai

Way Galih di Desa Way Galih untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari.
29

3. Teknik Pengumpulan Data

Sugiyono (2013:224) menyatakan bahwa teknik pengumpulan data merupakan

langkah yang paling strategis dalam penelitian, karena tujuan utama dari penelitian

adalah mendapatkan data.

Dalam penelitian ini, teknik pengumpulan data yang digunakan adalah sebagai

berikut:

a. Observasi

Menurut Sugiyono (2008:74), observasi adalah suatu cara pengumpulan data

dengan mengadakan pengamatan langsung terhadap suatu obyek dalam suatu

periode tertentu dan mengadakan pencatatan secara sistematis tentang hal-hal

tertentu yang diamati.

Teknik observasi ini dilakukan untuk memperoleh data keadaan umum Desa Way

Galih yaitu keadaan air sungai di beberapa titik pengamatan dan keadaan penduduk

yang menggunakan air sungai dan tinggal di bantaran sungai.

Teknik ini dilakukan dengan cara mendatangi lokasi penelitian dan melihat

keadaan masyarakat yang tinggal di sekitar dan di bantaran sungai yang

menggunakan air sungai sebagai sumber kehidupan. Teknik ini juga dilakukan

dengan cara berinteraksi langsung kepada penduduk desa tentang isu-isu terkait

dengan perilaku dan pemanfaatan air Sungai Way Galih.


30

b. Dokumentasi

Teknik dokumentasi adalah cara pengumpulan data melalui peninggalan tertulis

berupa arsip-arsip dan termasuk juga buku-buku tentang pendapat teori, dalil-dalil

atau bukti-bukti lain yang berkenaan dengan masalah-masalah penyelidikan

(Hadari Nawawi 1991 : 133).

Dokumen merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu. Dokumen bisa

berbentuk tulisan, gambar, atau karya-karya monumental dari seseorang.

Dokumentasi yang berbentuk tulisan misalnya catatan harian, sejarah kehidupan,

cerita, biografi, peraturan, kebijakan. Dokumen yang berbentuk gambar misalnya

foto, gambar hidup, sketsa, dan lain sebagainya. Dokumen yang berbentuk karya,

misalnya karya seni yang dapat berupa gambar, patung, film, dan lain sebagainya

(Sugiyono 2013 : 240).

Teknik dokumentasi ini digunakan untuk mendapatkan data skunder yang terdapat

di Desa Way Galih seperti data Profil Desa Way Galih. Teknik ini juga digunakan

dengan cara mengambil beberapa foto-foto kondisi sungai, keadaan sungai serta

kondisi dan keadaan kepala keluarga bantaran sungai untuk digunakan sebagai

data.

c. Kuesioner

Kuesioner merupakan daftar pertanyaan terstruktur dengan alternatif jawaban yang

telah tersedia sehingga responden tinggal memilih jawaban sesuai dengan aspirasi,

persepsi, sikap, keadaan, atau pendapat pribadinya (Bagong, 2005:60). Kuesioner

yang dibuat dalam teknik ini adalah kuesioner tertutup, teknik ini digunakan untuk
31

memperoleh data primer dengan menggunakan daftar pernyataan dan jawaban yang

sudah disiapkan terlebih dahulu.

Teknik kuesioner digunakan untuk mendapatkan informasi berupa perilaku

kepala keluarga dalam memanfaatkan air Sungai Way Galih yaitu berupa aspek

pengetahuan, sikap dan tindakan kepala keluarga terkait dengan air Sungai Way

Galih.

d. Pengukuran di Lapangan

Teknik pengukuran di lapangan digunakan untuk mengetahui secara langsung

kondisi yang terjadi pada sungai terutama kondisi fisik yang terjadi yang dapat di

lihat seperti warna sungai, serta dapat diketahui keadaan lainnya seperti bau sungai.

4. Teknik Analisis Data

Analisis data adalah mengelompokkan data berdasarkan variabel dan jenis

responden, mentabulasi data berdasarkan variabel dari seluruh responden,

menyajikan setiap variabel yang diteliti, melakukan perhitungan untuk

menjawab rumusan masalah, dan melakukan perhitungan untuk menguji

hipotesis yang telah diajukan (Sugiyono 2014 : 17).

Penilian terhadap kepala keluarga dalam mengetahui perilaku dalam

memanfaatkan air sungai Way Galih di Kecamatan Tanjung Bintang

menggunakan analisis data Likert.

Menurut Sugiyono (2014: 93) bahwa skala Likert digunakan untuk mengukur

sikap, pendapat, dan persepsi seseorang atau sekelompok orang tentang


32

fenomena sosial yang terjadi di lingkungan masyarakat. Kriteria pemberian skor

untuk alternatif jawaban untuk setiap item sebagai berikut: (1) Skor 4 untuk

jawaban sangat setuju, (2) Skor 3 untuk jawaban setuju, (3) Skor 2 untuk

jawaban tidak setuju, (4) skor 1 untuk jawaban sangat tidak setuju. Skor tersebut

bertujuan untuk memberikan kriteria pada setiap pertanyaan yang diberikan

kepada responden.

1. Analisis Data Likert

Metode ini biasanya digunakan untuk pertanyaan dan jumlah besar dimana skala

nilai dalam psychological continuum tidak diketahui, maka di dalam respon, subjek

diizinkan memberi dalam 4 kategori skor: Penelitian disini mengunakan 4 skala

ketegori penilaian linkert dengan pertimbangan supaya responden tidak menjawab

pertanyan secara sepihak atau keluar dari pertanyaan yang dimana setiap skala

penilaian dengan respon sangat setuju diberi nilai 4, setuju = diberi nilai 3, tidak

setuju diberi nilai 2 dan sangat tidak setuju diberi nilai 1 untuk pernyataan positif,

sedangkan untuk pernyataan negatif sebaliknya yaitu respon sangat setuju diberi

nilai 1, setuju = diberi nilai 2, tidak setuju diberi nilai 3 dan sangat tidak setuju

diberi nilai 4.

Sehingga objek yang sangat sesuai perilakunya terhadap kondisi objek akan

memilih pertimbangan yang tertinggi, yaitu sangat setuju. Di dalam mengkontruksi

skala sikap, likert menemukan bahwa skor didasarkan pada hubungan integral

korelasi 0,99 dengan sistem deviasi normal yang komplikasi pertimbangannya. Jadi

statement favorable yang direspon sangat setuju, diberi nilai pertimbangan = 4,

setuju = 3, tidak setuju = 2 dan sangat tidak setuju = 1.


33

2. Scoring

Pemberian skor pada masing-masing indikator digunakan untuk mempermudah

pengklasifikasian. Teknik analisis scoring yang digunakan dalam penelitian ini

adalah untuk memberikan skor pada data tentang perilaku masyarakat Way

Galih dalam memanfaatkan air Sungai Way Galih. Pernyataan positif yang

direspon sangat setuju, diberi nilai pertimbangan = 4, setuju = 3, tidak setuju =

2 dan sangat tidak setuju = 1. Sedangkan untuk pernyataan negatif yang direspon

sangat tidak setuju = 4, tidak setuju = 3, setuju = 2 dan sangat setuju = 1.

Interval yang digunakan dalam penelitian ini dihitung menggunakan rumus

Kriterium Strugess menurut Mangkuatmodjo (1997:16), yaitu:

Interval (i) = Nilai variabel tertinggi – Nilai variabel terendah


Jumlah Kelas (k)

a. Pengetahuan

24−6
Ci =
4

=4

Dari skor tersebut maka dapat ditentukan skor sangat baik, skor baik, dan skor

cukup baik dan kurang baik sebagai berikut:

1. Skor kurang baik apabila 6-9

2. Skor cukup baik apabila 10-13

3. Skor baik apabila 14-17


34

4. Skor sangat baik apabila ≥18

b. Sikap

32−8
Ci =
4

=6

Dari skor tersebut maka dapat ditentukan skor sangat setuju, skor setuju, skor cukup

setuju dan skor kurang setuju sebagai berikut:

1. Skor kurang setuju apabila 8-13

2. Skor cukup setuju apabila 14-19

3. Skor setuju apabila 20-25

4. Skor sangat setuju apabila ≥32

c. Tindakan

24−6
Ci =
4

=4

Dari skor tersebut maka dapat ditentukan skor sangat baik, skor baik, skor cukup

baik dan skor kurang baik sebagai berikut:

1. Skor kurang baik apabila 6-9

2. Skor cukup baik apabila 10-13

3. Skor baik apabila 14-17

4. Skor sangat baik apabila ≥18


36

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Keadaan Geografis Desa Way Galih

1. Letak dan Luas

a. Letak Astronomis

Letak astronomis merupakan letak suatu tempat menurut garis lintang (paralel) dan

garis bujur (meredian). Garis lintang adalah garis khayal yang melingkari

permukaan bumi secara horizontal, sedangkan garis bujur adalah garis khayal yang

menghubungkan Kutub Utara dengan Kutub Selatan. (Banowati: 2012:1).

Lokasi penelitian ini terletak di Desa Way Galih Kecamatan Tanjung Bintang

Kabupaten Lampung Selatan, apabila dilihat dari letak astronomisnya, Desa Way

Galih terletak di antara 5⁰19’50” LS - 5⁰22’55” LS dan 105⁰19’30” BT -

105⁰25’30” BT. (Peta Administrasi Desa Way Galih Tahun 2017).

b. Letak Administratif

Letak administratif adalah letak suatu daerah terhadap pembagian wilayah

administratif pemerintahan. Secara administratif Desa Way Galih Kecamatan

Tanjung Bintang Kabupaten Lampung Selatan memiliki batas-batas wilayah

sebagai berikut:
37

a) Sebelah utara berbatasan dengan Desa Banjar Agung Kecamatan Jati Agung

b) Sebelah selatan berbatasan dengan Desa Sabah Balau Kecamatan Tanjung

Bintang

c) Sebelah barat berbatasan dengan Desa Harapan Jaya Kecamatan Sukarame

d) Sebelah timur berbatasan dengan Desa Sindang Sari Kecamatan Tanjung

Bintang (Profil Desa Way Galih Tahun 2017)

Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar 3 Peta Administrasi Desa Way

Galih Kecamatan Tanjung Bintang Kabupaten Lampung Selatan.

Jarak yang di tempuh dari kecamatan ke Ibukota Bandar Lampung sejauh 35 Km

(45 menit - 1 jam perjalanan), dan jarak yang ditempuh dari Kecamatan ke

Kabupaten Lampung Selatan sejauh 60 Km (1-2 jam perjalanan). (Profil Desa Way

Galih Tahun 2017).

c. Luas Desa Way Galih

Desa Way Galih memiliki luas wilayah 1399.34 Ha yang terbagi menjadi enam

bagian, yaitu untuk areal pemukiman, pertanian sawah tadah hujan, ladang/tegalan,

sekolah, jalan dan lain-lain. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 4.1.

Tabel 4.1 Luas Penggunaan Lahan di Desa Way Galih Kecamatan Tanjung Bintang
Kabupaten Lampung Selatan Tahun 2017

No Penggunaan Lahan Luas (Ha) Persentase (%)


1 Pemukiman 173 12,37
2 Pertanian sawah tadah hujan 184,50 13,18
3 Ladang/tegalan 1016,34 72,63
4 Sekolah 3,50 0,25
5 Jalan 17 1,21
6 Lain-lain 5 0,36
Jumlah 1399,34 100,00
Sumber: Profil Desa Way Galih
38

Gambar. Peta Administrasi Desa Way Galih


39

2. Keadaan Iklim

Iklim merupakan keadaan rata-rata cuaca dalam jangka waktu tertentu di suatu

wilayah (Banowati: 2012:91). Untuk mengetahui iklim yang ada di Desa Way Galih

dapat dicari berdasarkan data curah hujan daerah Lampung Selatan selama 10

tahun. Daerah yang dekat dengan Desa Way Galih adalah Kecamatan Merbau

Mataram.

Menurut Schmidth-Ferguson yang didasarkan pada nilai Q yang diperoleh dari nilai

rata-rata bulan kering dibagi rata-rata bulan dikali 100%. Rumus yang

dikemukakan oleh Schmidth-Ferguson sebagai berikut:

𝑅𝑎𝑡𝑎 − 𝑟𝑎𝑡𝑎 𝐵𝑢𝑙𝑎𝑛 𝐾𝑒𝑟𝑖𝑛𝑔


𝑄= 𝑥 100%
𝑅𝑎𝑡𝑎 − 𝑟𝑎𝑡𝑎 𝐵𝑢𝑙𝑎𝑛 𝐵𝑎𝑠𝑎ℎ

Untuk menentukan bulan kering, bulan lembab dan bulan basah, penulis

berpedoman pada pembagian iklim menurut Schmidth-Ferguson seperti yang

dikutip oleh Subarjo (2004:40) yaitu:

a) Bulan Kering (BK) : Bulan dengan hujan <60 mm.

b) Bulan Lembab (BL) : Bulan dengan hujan rata-rata 60-100 mm.

c) Bulan Basah (BB) : Bulan dengan hujan >100 mm.

Berdasarkan besarnya nilai Q Schmidth-Ferguson menggolongkan iklim menjadi 8

tipe dengan ciri-ciri sebagai berikut:

a) Daerah sangat basah dengan vegetasi hutan hujan tropika

b) Daerah basah dengan vegetasi masih hutan hujan tropika

c) Daerah agak basah dengan vegetasi hutan rimba, terdapat jenis vegetasi yang

daunnya gugur pada musim kemarau, misalnya hutan jati


40

d) Daerah sedang dengan vegetasi hutan sabana

e) Daerah agak kering dengan vegetasi hutan sabana

f) Daerah kering dengan vegetasi hutan sabana

g) Daerah sangat kerng dengan vegetasi padang ilalang

h) Daerah iklim kering dengan vegetasi padang ilalang

(Subarjo, 2006:46).

Berikut ini merupakan data curah hujan selama 10 tahun terakhir di kecamatan

Merbau Mataram dan sekitarnya berdasarkan hasil dari stasiun pemantau Badan

Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Masgar Kecamatan Tegineneng

Kabupaten Pesawaran tahun 2007-2016.

Tabel 4.2 Data Curah Hujan Bulanan di Kecamatan Merbau Mataram Tahun 2008-
2017

Bulan Jumlah Bulan


September

Desember
Novmber
Agsustus

Lembab
Oktober
Febuari
Januari

Kering
Tahun

Basah
Maret

April

Juni
Mei

Juli

2008 130 300 159 83 15 141 13 0 0 0 370 307 6 1 5


2009 183 109 184 203 197 184 21 66 22 156 128 118 9 1 2
2010 301 324 267 99 148 265 67 109 273 208 105 58 9 1 2
2011 249 164 173 166 89 65 32 0 0 134 130 118 7 2 3
2012 0 378 201 117 93 66 51 0 0 71 80 210 4 4 4
2013 424 248 218 161 110 109 375 53 27 188 110 280 10 1 1
2014 199 174 284 55 47 61 11 35 0 74 176 223 5 2 5
2015 453 186 140 108 70 38 45 0 7 0 135 143 6 1 5
2016 133 165 255 254 111 81 77 74 201 172 224 48 8 3 1
2017 189 268 293 74 272 71 72 47 157 89 106 0 6 4 2
Jumlah 70 20 30
Sumber: Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika Stasiun Klimatologi
Pesawaran Lampung
41

Dari tabel 4.2 di atas, dapat diliha bahwa banyaknya jumlah bulan kering (BK)

adalah 30, bulan lembab (BL) 20 dan bulan basah (BB) 70, sehingga nilai Q dapat

di hitung sebagai berikut:

𝑅𝑎𝑡𝑎−𝑟𝑎𝑡𝑎 𝐵𝑢𝑙𝑎𝑛 𝐾𝑒𝑟𝑖𝑛𝑔


Q= 𝑥 100%
𝑅𝑎𝑡𝑎−𝑟𝑎𝑡𝑎 𝐵𝑢𝑙𝑎𝑛 𝐵𝑎𝑠𝑎ℎ

3
Q = 7 𝑋 100%

Q = 0,42

Didapat nilai Q adalah 0,42 maka dilihat dari batas besar nilai Q berada pada iklim

tipe A diaka iklim terletak pada angka antara (0,0% - 14,3%) untuk lebih jelas dapat

dilihat pada gambar 3 berikut:

Gambar. Diagram Tipe/Zona Menurut Schmidth-Ferguson

Untuk melihat kondisi iklim Schmidth-Ferguson membuat zona-zona atau tipe

iklim/curah hujan, seperti yang tercantum pada Tabel 4.3 berikut ini:
42

Tabel 4.3 Zona/Tipe Iklim Berdasarkan Klasifikasi Schmidth-Ferguson

Zona/Tipe Iklim Besarnya Nilai Q dalam % Kondisi Iklim


A 0,0% - 14,3% Sangat Basah
B 14,3% - 33,3% Basah
C 33,3% - 60% Agak Basah
D 60% - 100% Sedang
E 100% - 167% Agak Kering
F 167% - 300% Kering
G 300% - 700% Sangat Kering
H 700% ke atas Luar Biasa Kering
Sumber: Gunarsih Kartasapoetra (2000:26)

Merujuk dari Tabel 5 di atas, zona atau iklim Kecamatan Merbau Mataram dan

sekitarnya masuk ke dalam tipe iklim A yaitu dengan kondisi iklim sangat basah

yang di ciri-cirikan dengan:

a. Daerah agak basah dengan vegetasi hutan hujan tropika

b. Kelembaban tinggi dan suhu hampir tetap sepanjang hari

Iklim di Kecamatan Merbau Mataram dan sekitarnya (Kecamatan Tanjung

Bintang) merupakan iklim dengan kategori sangat basah yang menandakan bahwa

curah hujan yang tinggi, akan tetapi kondisi hujan yang tidak merata di Kecamatan

Merbau Mataram dan sekitarnya serta penyimpangan iklim menyebabkan tidak

terjadinya hujan pada daerah-daerah tertentu dan menyebabkan sumur kering.

3. Keadaan Topografi

Menurut Suparno dan Marlina Endy (2005: 139), keadaan topografi adalah keadaan

yang menggambarkan kemiringan lahan, atau kontur lahan, semakin besar kontur

lahan berarti lahan tersebut memiliki kemiringan lereng yang semakin besar.

Keadaan topografi adalah keadaan suatu tempat dari perbedaan tinggi rendahnya

permukaan bumi, dapat berupa daerah dataran/landai, bergelombang/berbukit dan


43

pegunungan. Topografi sangat berhubungan dengan kemiringan lereng dan beda

tinggi relatif. Wilayah Desa Way Galih merupakan dataran yang landai dan berada

pada ketinggian ± 20 meter di atas permukaan laut (Profil Desa Way Galih Tahun

2017).

4. Keadaan Hidrografis

Keadaan hidrografis adalah suatu keadaan yang berhubungan dengan air

permukaan bumi terutama mengenai keadaan fisik, posisi, volume dan sebagainya.

Sungai Way Galih merupakan sungai yang mengalir dari Desa Sukanegara menuju

ke arah Utara ke Desa Banjar Agung Kecamatan Jati Agung dengan panjang sungai

5,35 Km, lebar sungai 2-4 m, kedalaman sungai 1-2 m dan debit sungai 0,84 m3/s.

Sungai Way Galih merupakan salah satu sumber air bagi kepala keluarga yang

bermukim di sektar aliran sungai dalam memenuhi kebutuhan air. Berikut ini

keadaan fisik Sungai Way Galih yang diamati langsung di lapangan sebagai berikut:

a. Bau

Berdasarkan hasil observasi dan pengamatan yang dilakukan di lapangan, air sungai

Way Galih pada titik pengamatan air sungai berbau dikarenakan kepala keluarga

yang tinggal di bantaran sungai sering membuang limbah cair rumah tangga dan

sering melakukan kegiatan MCK di titik pengamatan.


44

b. Warna

Warna perairan biasanya dikelompokkan menjadi dua, yaitu warna sesungguhnya

(true color) dan warna tampak (apparent color). Warna sesungguhnya adalah

warna yang hanya disebabkan oleh bahan - bahan kimia terlarut. Warna tampak

adalah warna yang tidak hanya disebabkan oleh bahan terlarut, tetapi juga oleh

bahan tersuspensi. Pada penentuan warna sesungguhnya, bahan - bahan tersuspensi

yang dapat menyebabkan kekeruhan dipisahkan terlebih dahulu (Effendi, 2003: 62).

Warna air yang terdapat pada Sungai Way Galih bervariasi, warna air dapat

terdeteksi oleh indera pengelihatan. Warna air pada titik pengamatan berwarna

kehijauan pada musim kemarau, namun pada musim penghujan warna air berubah

menjadi coklat. Warna air ini dipengaruhi oleh adanya limbah yang dibuang oleh

kepala keluarga dan adanya endapan-endapan lumpur akibat terjadinya hujan

sehingga warna air bervariasi.

Gambar. Gambar.

(Warna Sungai pada Musim Kemarau) (Warna Sungai pada Musim Hujan)
45

5. Keadaan Penduduk

a. Jumlah Penduduk

Jumlah penduduk di Desa Way Galih Kecamatan Tanjung Bintang Kabupaten

Lampung Selatan pada tahun 2017 yaitu sebanyak 8.034 jiwa. Terdiri dari 4013

jiwa penduduk laki-laki dan sebanyak 4021 jiwa penduduk perempuan, sedangkan

jumlah kepala keluarga sebanyak 2.675 KK.

b. Kepadatan Penduduk

Desa Way Galih pada tahun 2017 memiliki jumlah penduduk sebanyak 8.034 jiwa

dengan luas wilayah 1399,34 Ha. Dengan mengetahui jumlah penduduk dan luas

wilayah, dapat digunakan untuk menghitung kepadatan penduduk di suatu wilayah,

karena kepadatan penduduk adalah perhitungan antara jumlah penduduk dengan

luas wilayah yang didiami dalam satuan luas, biasanya dalam kilometer persegi atau

hektar (Bintarto, 1979:4).

Menurut Ida Bagoes Mantra (2003:74) kepadatan penduduk adalah banyaknya

penduduk per satuan unit wilayah ditulis dngan rumus sebagai berikut:

Kepadatan Penduduk = Jumlah Penduduk di Suatu Wilayah


Luas Wilayah (Km2/Ha)

= 8.034
1399,34

= 5,7 jiwa/km2 (dibulatkan menjadi 6)

Menurut Supeno (1984:65) dalam Kholis (2003:36) suatu daerah dikatakan padat

jika:
46

1. Jika kepadatan penduduk <50 jiwa/Km2 dikategorikan tidak padat


2. Jika kepadatan penduduk antara 51-250 jiwa/Km2 dikategorikan padat
3. Jika kepadatan penduduk 251-400 jiwa/Km2 dikategorkan cukup padat
4. Jika kepadatan penduduk >401 jiwa/Km2 dikategorikan sangat padat

Berdasarkan hasil perhitungan kepadatan penduduk di atas, berarti setiap satu

kilometer persegi di wilayah Desa Way Galih Kecamatan Tanjung Bintang

Kabupaten Lampung Selatan terdapat 6 jiwa penduduk yang artinya kepadatan

penduduk di Desa Way Galih tergolong tidak padat.

c. Komposisi Penduduk

Menurut Said Rusli (1983:35) dalam Trisnaningsih (2016:61) komposisi penduduk

menggambarkan susunan penduduk yang dibuat berdasarkan pengelompokkan

menurut karakteristik-karakteristik yang sama. Komposisi penduduk menurut

kelompok umur dan jenis kelamin adalah gambaran dari banyaknya jumlah

penduduk laki-laki dan jumlah penduduk perempuan pada masing-masing

kelompok umur. Jenis komposisi penduduk menurut kelompok umur dan jenis

kelamin adalah yang paling penting untuk memahami perilaku demografis dan

kegiatan sosial ekonomi penduduk (Trisnaningsih, 2016:62). Komposisi penduduk

adalah distribusi statistik sejumlah penduduk indvidu tertentu menurut karakteristik

seperti umur, jenis kelamin, pendidikan, status perkawinan, jenis pekerjaan dan

lain-lain. Komposisi penduduk yang akan di bahas dalam penelitian ini adalah

komposisi penduduk berdasarkan umur, mata pencarian, dan tingkat pendidikan.


47

1) Komposisi Penduduk Menurut Kelompok Umur dan Jenis Kelamin

Komposisi penduduk menurut umur dan jenis kelamin yang ada di Desa Way Galih

dapat dilihat pada Tabel 4.4 sebagai berikut:

Tabel. Komposisi Penduduk Menurut Umur dan Jenis Kelamin di Desa Way Galih
Kecamatan Tanjung Bintang Kabupaten Lampung Selatan.

No Kelompok Umur Jenis Kelamin Jumlah Persentase


(Tahun) Laki-laki Perempuan (%)
1 0-4 257 231 488 6,07
2 5-9 221 199 420 5,23
3 10-14 279 279 448 6,94
4 15-19 341 333 674 8,39
5 20-24 198 231 429 5,34
6 25-29 204 204 408 5,08
7 30-34 322 317 639 7,95
8 35-39 330 309 639 7,95
9 40-44 411 399 810 10,08
10 45-49 373 378 751 9,35
11 50-54 333 347 680 8,46
12 55-59 290 309 599 7,47
13 60-64 278 297 575 7,16
14 64+ 176 188 364 4,53
Jumlah 4013 4021 8034 100,00
Sumber: Profil Desa Way Galih.

Berdasarkan Tabel 4.4, dapat diketahui bahwa penduduk yang tinggal di Desa Way

Galih Kecamatan Tanjung Bintang Kabupaten Lampung Selatan sebagian besar

berusia produktif yaitu berusia 15-64 tahun sebanyak 6204 jiwa (77,22%),

sedangkan penduduk usia belum produktif yaitu berusia 0-14 tahun sebanyak 1466

jiwa (18,25%), dan penduduk usia tidak produktif yang berusia 64+ sebanyak 364

jiwa (4,53%).

Komposisi penduduk menurut umur dan jenis kelamin dapat digambarkan secara

visual pada sebuah grafik yang disebut piramida penduduk. Pada bagian kiri sumbu

vertikal dapat digambarkan jumlah penduduk laki-laki dan di bagian kanan

digambarkan jumlah penduduk perempuan (Ida Bagoes Mantra, 2003:26).


48

Berdasarkan komposisi penduduk menurut umur dan jenis kelamin, karakteristik

penduduk dapat dibedakan menjadi 3 kelompok, yaitu: ekspansif, konstruktif dan

stasioner.

Piramida penduduk berjenis ekspansif apabila sebagian besar penduduk berada

dalam kelompok umur muda. Piramida penduduk berjenis konstruktif apabila

sedikit penduduk yang berada pada kelompok usia muda. Dan piramida penduduk

berjenis stasioner apabila banyaknya penduduk dalam tiap kelompok umur hampir

sama, kecuali umur tertentu. Berikut ini Piramida Penduduk Desa Way Galih Tahun

2017:

Piramida Penduduk Desa Way Galih


Kecamatan Tanjung Bintang
Kabupaten Lampung Selatan Tahun 2017

60-64
50-54
40-44
Perempuan
30-34
20-24 Laki-laki

10-14
0-4
600 400 200 00 200 400 600

Gambar. Piramida Penduduk Desa Way Galih

Berdasarkan piramida tersebut, dapat diketahui bahwa piramida penduduk Desa

Way Galih berbentuk stasioner. Hal ini ditandai dengan bentuk piramida seperti

sarang tawon yang menunjukkan banyaknya penduduk dalam tiap kelompok umur

hampir sama, kecuali umur tertentu. Menurut Trisnaningsih (2016:64) bentuk

piramida penduduk stasioner terjadi karena tingkat pertumbuhan penduduk yang


49

rendah, karena penurunan yang sama-sama rendah baik tingkat kelahiran maupun

tingkat kematian.

Berdasarkan Tabel, dapat diketahui Angka Beban Tanggungan (ABT) penduduk

usia produktif. ABT adalah angka yang menunjukan antara banyaknya orang yang

tidak produktif dan belum produktif dengan banyaknya orang yang termasuk usia

produktif (Bintarto, 1988:122), dinyatakan dengan rumus:

𝑃 (0−14)+ 𝑃 (65+)
ABT = 𝐾
𝑃 (15−64)

Keterangan:
ABT : Angka Beban Tanggungan
P (0-14) : Penduduk usia belum produktif (0-14) tahun
P (15-64) : Penduduk usia produktif (15-64) tahun
P 65+ : Penduduk tidak produktif (65+)
K : Konstanta (100)

Dengan rumus tersebut maka dapat dicari angka beban tanggungan penduduk usia

produktif di Desa Way Galih yaitu sebgai berikut:

ABT = P (0-14) + P (65+) K


P (15-64)

ABT = 1466 + 364 x 100


6204

ABT = 30

Berdasarkan hasil perhitungan dengan rumus di atas, maka dapat diketahui bahwa

angka beban tanggungan penduduk usia produktif di Desa Way Galih adalah 30

jiwa, yang berarti bahwa setiap 100 penduduk usia produktif mempunyai beban

tanggungan sebanyak 30 jiwa.

Berdasarkan jumlah penduduk laki-laki dan perempuan di Desa Way Galih, maka

dapat diketahui rasio jenis kelamin (sex ratio). Apabila diketahui jumlah penduduk
50

laki-laki di Desa Way Galih sebanyak 4013 jiwa dan jumlah penduduk perempuan

sebanyak 4021 jiwa, maka rasio jenis kelamin dapat dihitung sebagai berikut:

M
𝑆𝑅 = x 100
F

4013
𝑆𝑅 = x 100
4021

𝑆𝑅 = 99,80 dibulatkan menjadi 100

Setelah didapatkan angka rasio jenis kelamin di Desa Way Galih sebesar 100,

artinya setiap 100 jiwa penduduk perempuan terdapat 100 jiwa penduduk laki-laki.

Menurut Ida Bagoes Mantra (2003:66) apabila angka rasio jenis kelamin jauh di

bawah 100, maka dapat menimbulkan berbagai masalah, karena ini berarti di

wilayah tersebut kekurangan penduduk laki-laki sehingga mengakibatkan

kekurangan tenaga untuk melaksanakan pembangunan, atau masalah lain yang

berhubungan dengan perkawinan.

2) Komposisi Penduduk Menurut Mata Pencaharian

Mata pencaharian penduduk merupakan pekerjaan yang dilakukan sehari-hari oleh

penduduk untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Pemenuhan kebutuhan hidup

sangat dipengaruhi oleh pekerjaan apa yang individu tersebut tekuni. Untuk

mengetahui komposisi penduduk menurut mata pencaharian di Desa Way Galih

dapat dilihat pada Tabel berikut:


51

Tabel. Komposisi Penduduk Menurut Mata Pencaharian di Desa Way Galih.

No Mata Pencaharian Jumlah (jiwa) Persentase (%)


1 Petani 3212 39,98
2 Pedagang 754 9,39
3 PNS 75 0,93
4 TNI/POLRI 7 0,09
5 Pertukangan 890 11,08
6 Buruh 1309 16,29
7 Pensiunan 114 1,42
8 Lain-Lain 1673 20,82
Jumlah 8034 100,00
Sumber: Profil Desa Way Galih Tahun 2017

Dari Tabel di atas dapat dilihat bahwa di Desa Way Galih mayoritas penduduk

bermata pencaharian sebagai petani yang jumlahnya sebanyak 3212 jiwa (39,98%)

sedangkan mata pencaharian paling sedikit adalah TNI/POLRI sebanyak 7 jiwa

(0,09%).

3) Komposisi Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan

Pendidikan merupakan hal yang sangat penting untuk manusia karena dapat

menciptakan manusia yang berkualitas, berintelektual dan jauh dari kebodohan.

Keadaan penduduk menurut tingkat pendidikan adalah keadaan penduduk yang

didasarkan pada tingkat pendidikan formal yang ditempuh. Dalam hal ini tingkat

pendidikan formal yang ditempuh dibedakan menjadi SD/MI, SMP/MTs,

SMA/MA, dan Perguruan Tinggi. Tingkat pendidikan yang ada di Desa Way Galih

dapat dilihat pada Tabel berikut:


52

Tabel. Komposisi Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan di Desa Way Galih.

No Tingkat Pendidikan Jumlah (jiwa) Persentase (%)


1 S2 9 0,11
2 S1/Diploma 27 0,34
3 SMA/MA 1253 15,60
4 SMP/MTs 2696 33,56
5 SD/MI 1516 18,87
6 Tidak Tamat SD 512 6,37
7 Belum Sekolah 2021 25,15
Jumlah 8034 100,00
Sumber: Profil Desa Way Galih.

Untuk mengetahui tingkat pendidikan di Desa Way Galih tersebut, berpedoman

pada yang dikemukakan oleh Pemerintah Daerah Provinsi Lampung Tahun 2003

yaitu:

Bila suatu wilayah penduduk tamat SLTP ke atas kurang dari 30% maka pendidikan
di wilayah tersebut dalam keadaan kurang atau rendah sedangkan apabila jumlah
penduduk yang tamat SLTP ke atas antara 30-60% dari seluruh penduduk maka
tingkat pendidikan penduduk di wilayah tersebut sedang dan apabila jumlah
penduduk yang tamat SLTP ke atas lebih dari 60% maka tingkat pendidikan
penduduk tersebut tinggi.

Berdasarkan pendapat di atas, maka penduduk di Desa Way Galih tingkat

pendidikannya dikategorikan sedang, karena penduduk yang tamat SLTP ke atas

sebanyak 2696 jiwa atau 33,56% dari jumlah penduduk seluruhnya. Hal ini

dikarenakan sebagian penduduk di Desa Way Galih faktor ekonomi orang tuanya

tergolong rendah.

B. Kondisi Kepala Keluarga Pengguna Air Sungai di Desa Way Galih

Kondisi kepala keluarga pengguna air sungai dalam penelitian ini dikelompokkan

berdasarkan umur, jumlah, anggota keluarga, mata pencaharian dan pendidikan.


53

1. Umur

Menurut Mantra (2003:54) umur/usia dikelompokkan menjadi dua yaitu: usia

produktif (15-64 tahun) dan usia tidak produktif (65 tahun ke atas). Umur kepala

keuarga dalam penelitian ini berkisar antara 20-60 tahun, hal ini berarti umur kepala

keluarga termasuk umur/usia produktif. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada

Tabel berikut ini:

Tabel. Komposisi Umur Kepala Keluarga di Desa Way Galih.

No Umur Jumlah (KK) Persentase (%)


1 20-30 2 5,88
2 31-40 8 23,53
3 41-50 16 47,06
4 >51 8 23,53
Jumlah 34 100,00
Sumber: Hasil Penelitian di Desa Way Galih.

Dari Tabel di atas, dapat dilihat bahwa kelompok umur yang paling banyak sebagai

kepala keluarga pengguna air sungai adalah kelompok umur 41-50 tahun sebanyak

16 kepala keluarga (47,06%), dan paling sedikit kelompok umur 20-30 tahun

sebanyak 2 kepala keluarga (5,88%).

2. Jumlah Anggota Keluarga

Jumlah anggota keluarga merupakan jumlah anggota keluarga atau jumlah jiwa

yang berada dan tinggal bersama di dalam satu atap rumah. Banyak atau sedikitnya

jumlah anggota keluarga yang berada di dalam satu rumah dapat mempengaruhi

tingkat penggunaan air sungai, yang berarti semakin banyak jumlah anggota

keluarga yang tinggal berarti semakin besar juga kebutuhan akan air bersih tersebut.
54

Untuk dapat melihat jumlah anggota keluarga kepala keluarga yang berada di Desa

Way Galih dapat dilihat dalam Tabel berikut:

Tabel. Komposisi Jumlah Anggota Keluarga Kepala Keluarga di Desa Way Galih.

No Jumlah Anggota Keluarga Jumlah (KK) Persentase (%)


1 1-2 6 17,65
2 3-4 25 73,53
3 5 3 8,82
Jumlah 34 100,00
Sumber: Hasil Penelitian di Desa Way Galih.

Dilihat dari tabel 4.8, jumlah anggota keluarga kepala keluarga yang berada di Desa

Way Galih sebagian besar memiliki jumlah anggota keluarga 3-4 anggota keluarga

sebanyak 25 kepala keluarga (73,53%) dan paling sedikit jumlah anggota keluarga

5 orang sebanyak 3 kepala keluarga (8.82%).

3. Jenis Mata Pencaharian

Komposisi mata pencaharian kepala keluarga yang berada di Desa Way Galih

sangat bervariasi, dari hasil yang di dapat ada 5 jenis mata pencaharian kepala

keluarga yang dapat dilihat pada Tabel sebagai berikut:

Tabel Komposisi Jenis Mata Pencaharian Kepala Keluarga di Desa Way Galih.

No Jenis Mata Pencaharian Jumlah (KK) Persentase


1 Petani 10 29,41
2 Pedagang 5 14,71
3 Pertukangan 5 14,71
4 Buruh 9 26,46
5 Jasa, dll 5 14,71
Jumlah 34 100,00
Sumber: Hasil Penelitian di Desa Way Galih.

Berdasarkan tabel 4.9 di atas, dapat diketahui bahwa jenis mata pencaharian kepala

keluarga paling banyak adalah petani sebanyak 10 kepala keluarga (29,41%)

sedangkan jasa, pedagang dan pertukangan memiliki jumlah kepala keluarga yang

sama yaitu sebanyak 5 kepala keluarga (14,71%).


55

4. Tingkat Pendidikan

Tingkat pendidikan dalam penelitian ini adalah tingkat pendidikan terakhir yang

ditempuh oleh responden di Desa Way Galih Kecamatan Tanjung Bintang

Kabupaten Lampung Selatan Tahun 2018. Dari data di lapangan yang diproleh,

tingkat pendidikan kepala keluarga yang memanfaatkan air sungai hanya tergolong

menjadi empat yaitu tidak tamat SD, SD/MI, SMP/MTs dan SMA/MA yang dapat

dilihat pada Tabel sebagai berikut:

Tabel. Komposisi Tingkat Pendidikan Kepala Keluarga di Desa Way Galih.

No Tingkat Pendidikan Jumlah (KK) Persentase (%)


1 Tidak Tamat SD 2 5,88
2 SD/MI 12 35,29
3 SMP/MTs 14 41,18
4 SMA/MA 6 17,65
Jumlah 34 100,00
Sumber: Hasil Penelitian di Desa Way Galih.

Dari tabel di atas maka dapat diketahui bahwa tingkat pendidikan kepala keluarga

yang ada di Desa Way Galih paling banyak merupakan tingkat SMP/MTs sebanyak

14 kepala keluarga (41,18%) dan paling sedikit merupakan tidak tamat SD

sebanyak 2 kepala keluarga (5,88%) .

5. Jarak

Jarak yang dimaksud dalam penelitian ini adalah jarak dari rumah kepala keluarga

ke badan sungai Way Galih. Jarak rumah kepala keluarga ini dapat dilihat pada

Tabel sebagai berikut:


56

Tabel. Komposisi Jarak Rumah Kepala Keluarga dengan Badan Sungai Way Galih
di Desa Way Galih.

No Jarak Rumah dengan Sungai Jumlah (KK) Persentase (%)


1 ≤10 m 5 14,71
2 11-20 m 12 35,29
3 21-30 m 11 32,35
4 31-40 m 5 14,71
5 41-50 m 1 2,94
Jumlah 34 100,00
Sumber: Hasil Penelitian di Desa Way Galih

Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa kepala keluarga yang memiliki jarak rumah

paling dekat dengan badan sungai (<10 m) sebanyak 5 kepala keluarga (14,71%),

dan paling jauh dengan badan sungai (41-50 m) sebanyak 1 kepala keluarga

(2,94%). Dari tabel di atas juga dapat diketahui bahwa sebanyak 12 kepala keluarga

memiliki jarak paling banyak dekat dengan badan sungai (11-20 m).

C. Deskripsi Hasil Penelitian Perilaku Kepala Keluarga dalam


Memanfaatkan Air Sungai di Desa Way Galih

1. Pemanfaatan Air Sungai Way Galih

Pemanfaatan dalam penelitian ini adalah manfaat sungai Way Galih yang dapat

digunakan oleh kepala keluarga Way Galih dan kepala keluarga yang tinggal di

sekitar sungai Way Galih untuk pemenuhan kebutuhan sehari-hari. Pemanfaatan air

sungai bagi kepala keluarga sekitar sungai Way Galih untuk kebutuhan sehari-hari

diantaranya untuk keperluan, mandi, cuci, menyiram tanaman, mengairi sawah dan

hal-hal lainnya yang menggunakan air sungai Way Galih sebagai sumber airnya.

Sungai Way Galih akan sangat bermanfaat apabila dapat digunakan untuk

pemenuhan kebutuhan sehari-hari. Air sungai Way Galih digunakan oleh

masyarakat bantaran sungai diantaranyadapat dilihat pada gambar sebagai berikut:


57

Gambar. Gambar.
(Pemanfaatan Air untuk Mencuci) (Pembuangan Sampah ke Sungai)

Gambar. Gambar.
(Kandang Ternak Pinggir Sungai) (Pemanfaatan Kakus)

Gambar. . Gambar.
(Pembuangan Limbah Cair) (Irigasi)

Pemanfaatan air sungai oleh kepala keluarga bantaran Sungai Way Galih paling

banyak digunakan untuk sarana MCK (paling sering untuk cuci dan kakus), sebagai

sarana pembuangan limbah cair rumah tangga dan sarana pembuangan sampah

padat. Kepala keluarga bantaran sungai Way Galih memanfaatkan sungai untuk

keperluan tersebut dikarenakan sudah menjadi suatu kebiasaan dan turun temurun,

faktor lain yang mendasarinya juga dikarenakan lebih praktis dan jarak sungai

dengan rumah masyarakat yang relatif dekat sehingga lebih mudah untuk
58

memanfaatkan air Sungai Way Galih tersebut. Pemanfaatan air Sungai Way Galih

dilihat melalui umur kepala keluarga, pekerjaan kepala keluarga, jumlah anggota

keluarga, pendidikan kepala keluarga dan jarak rumah kepala keluarga dengan

badan sungai dapat dilihat pada tabel berikut:


59

Tabel. Pemanfaatan Air Sungai Way Galih berdasarkan Umur Kepala Keluarga

N Pemanfaatan Air Sungai

Air % MC % Pembuan % Pembuan % Pembuan % Irig % Memandi %

Umur Ber K gan gan gan asi kan

sih Limbah Sampah Bangkai Ternak

Cair Hewan

1 20-30 1 2,94 2 5,88 2 5,88 2 5,88 1 2,94 - - 2 5,88

2 31-40 2 5,88 6 17,6 4 11,7 5 14,7 5 14,7 4 11,7 4 11,7

3 41-50 13 38,2 16 5 15 6 16 1 12 1 8 6 14 6

4 ≥51 8 4 7 47,0 5 44,1 5 47,0 7 35,2 5 23,5 7 41,1

4 6 2 5 9 3 8
60

23,5 20,5 14,7 14,7 20,5 14,7 20,5

3 9 1 1 9 1 9

5 Tidak

Mem 10 29,4 3 8,82 8 23,5 6 17,6 9 26,4 17 50,0 7 20,5

anfaat 1 3 5 7 0 9

kan

Jumlah 34 100, 34 100, 34 100, 34 100, 34 100, 34 100, 34 100,

00 00 00 00 00 00 00

Sumber: Hasil Penelitian


60

Berdasarkan tabel dapat dilihat bahwa umur Kepala keluarga yang paling banyak

menggunakan air sungai untuk keperluan air bersih adalah kepala keluarga yang

berumur dari 41-50 tahun sebanyak 13 kepala keluarga (38,24%), hal ini

dikarenakan jumlah kepala keluarga pengguna air sungai pada usia 41-50 tahun

lebih banyak (16 kepala keluarga) dibandingkan dengan usia lainnya, maka dari itu

kepala keluarga yang menggunakan air sungai lebih banyak pada umur 41-50 tahun.

Di Desa Way Galih, kegiatan MCK di sungai Way Galih paling banyak dilakukan

pada kepala keluarga yang berumur 41-50 tahun sebanyak 16 kepala keluarga

(47,06%). Hal ini dikarenakan jumlah kepala keluarga pengguna air sungai pada

usia 41-50 lebih banyak (16 kepala keluarga) dibandingkan usia lainnya, dapat

disimpulkan juga bahwa semua kepala keluarga yang berumur 41-50 tahun

memanfaatkan air sungai untuk kegiatan MCK.

Penggunaan air sungai sebagai tempat pembuangan limbah cair paling banyak

berada pada kepala keluarga umur 41-50 tahun sebanyak 15 kepala keluarga

(44,12%). Hal ini dikarenakan jumlah kepala keluarga pengguna air sungai pada

usia 41-50 lebih banyak (16 kepala keluarga) dibandingkan usia lainnya, maka dari

itu hanya 1 kepala keluarga yang tidak menggunakan air sungai untuk kepentingan

pembuangan limbah cair.

Kegiatan pembuangan sampah di sungai Way Galih paling banyak dilakukan pada

kepala keluarga yang berumur 41-50 tahun sebanyak 16 kepala keluarga (47,05%).

Hal ini dikarenakan jumlah kepala keluarga pengguna air sungai pada usia 41-50

lebih banyak (16 kepala keluarga) dibandingkan usia lainnya, dapat disimpulkan
61

juga bahwa semua kepala keluarga yang berumur 41-50 tahun memanfaatkan air

sungai untuk kegiatan pembuangan sampah.

Kepala keluarga yang menggunakan air sungai untuk keperluan pembuangan

bangkai hewan paling banyak pada kepala keluarga yang berumur 41-50 tahun

sebanyak 12 kepala keluarga (35,29%). Hal ini dikarenakan jumlah kepala keluarga

pengguna air sungai yang berumur 41-50 tahun lebih banyak (16 kepala keluarga)

dibandingkan jumlah kepala keluarga lainnya.

Air sungai Way Galih yang dimanfaatkan untuk keperluan irigasi paling banyak

pada kepala keluarga yang berumur 41-50 tahun sebanyak 8 kepala keluarga

(23,53%). Hal ini dikarenakan jumlah kepala keluarga pengguna air sungai yang

berumur 41-50 tahun lebih banyak (16 kepala keluarga) dibandingkan jumlah

kepala keluarga lainnya.

Umur kepala keluarga yang paling banyak memanfaatkan air sungai untuk

keperluan memandikan ternak berada pada kepala keluarga yang berumur 41-50

tahun sebanyak 14 kepala keluarga (41,18%). Hal ini dikarenakan jumlah kepala

keluarga pengguna air sungai yang berumur 41-50 tahun lebih banyak (16 kepala

keluarga) dibandingkan jumlah kepala keluarga lainnya.

Di sisi lain ada juga kepala keluarga yang tidak memanfaatkan air sungai Way Galih

untuk keperluan tersebut, yaitu sebanyak 10 (29,41%) kepala keluarga tidak

memanfaatkan air sungai Way Galih untuk keperluan sumber air bersih

dikarenakan sudah mempunyai sumur untuk pemenuhan air bersih. Sebanyak 3

(8,82%) kepala keluarga tidak memanfaatkanya untuk kegiatan MCK dikarenakan


62

sudah mempunyai tempat MCK sendiri dan memadai, sebanyak 8 (23,53%) kepala

keluarga tidak memanfaatkan air sungai untuk keperluan pembuangan limbah cair

dikarenakan sudah memiliki saluran pembuangan limbah cair sendiri dan tidak

membuangnya ke badan sungai, sebanyak 6 (17,65%) kepala keluarga tidak

memanfaatkan sungai untuk sarana pembuangan sampah dikarenakan sudah

mempunyai tempat pembuangan sampah sendiri.

Sebanyak 9 (26,47%) kepala keluarga tidak memanfaatkan sungai untuk keperluan

pembuangan bangkai hewan dikarenakan sebagian kepala keluarga tidak

mempunyai hewan peliharaan dan sebagian yang mempunyai hewan peliharaan

memilih untuk menguburkannya, sebanyak 17 (50,00%) kepala keluarga tidak

memanfaatkan sungai sebagai sarana irigasi dikarenakan mereka tidak memiliki

lahan sawah dan sebanyak 7 (20,59%) kepala keluarga tidak memanfaatkan sungai

sebagai tempat memandikan ternak dikarenakan mereka tidak mempunyai ternak.


63

Tabel. Pemanfaatan Air Sungai Way Galih berdasarkan Jumlah Anggota Keluarga Kepala Keluarga

N Pemanfaatan Air Sungai

Jumlah

Anggota Air % M % Pembuan % Pembuan % Pembuan % Irig % Memandi %

Keluarga Ber C gan gan gan asi kan

sih K Limbah Sampah Bangkai Ternak

Cair Hewan

1 1-2 6 17,6 5 14,7 3 8,82 3 8,82 5 14,7 4 11,7 5 14,7

2 3-4 14 5 23 1 20 58,8 22 64,7 17 1 11 6 19 1

3 ≥5 3 41,1 3 67,6 3 3 3 1 3 50,0 2 32,3 3 55,8

8 5 8,82 8,82 0 6 8

8,82 8,82 8,82 5,88 8,82


64

4 Tidak

Meman 11 32,3 3 8,82 8 23,5 6 17,6 9 26,4 17 50,0 7 20,5

faatkan 5 3 5 7 0 9

Jumlah 34 100, 34 100, 34 100, 34 100, 34 100, 34 100, 34 100,

00 00 00 00 00 00 00

Sumber: Hasil Penelitian


64

Berdasarkan tabel dapat dilihat bahwa jumlah anggota keluarga dari kepala kelurga

yang paling banyak menggunakan air sungai untuk keperluan sehari-hari berada

pada jumlah anggota keluarga yang beranggota 3-4 jiwa. Pemanfaatan sungai

sebagai air bersih sebanyak 14 kepala keluarga (41,18%). Hal ini dikarenakan

jumlah kepala keluarga pengguna air sungai yang mempunyai jumlah anggota

keluarga 3-4 jiwa lebih banyak (25 kepala keluarga) dibandingkan kepala keluarga

yang mempunyai jumlah anggota 1-2 maupun ≥5 jiwa.

Air sungai Way Galih paling banyak dimanfaatkan untuk keperluan MCK berada

pada kepala keluarga yang mempunyai jumlah anggota keluarga sebanyak 3-4 jiwa

sebanyak 23 kepala keluarga (67,65%). Hal ini dikarenakan jumlah kepala keluarga

pengguna air sungai yang mempunyai jumlah anggota keluarga 3-4 jiwa lebih

banyak (25 kepala keluarga) dibandingkan kepala keluarga yang mempunyai

jumlah anggota 1-2 maupun ≥5 jiwa.

Di Desa Way Galih, kepala keluarga yang paling banyak memanfaatkan air sungai

untuk keperluan pembuangan limbah cair berada pada kepala keluarga yang

mempunyai jumlah anggota keluarga sebanyak 3-4 jiwa sebanyak 20 kepala

keluarga (58,83%). Hal ini dikarenakan jumlah kepala keluarga pengguna air

sungai yang mempunyai jumlah anggota keluarga 3-4 jiwa lebih banyak (25 kepala

keluarga) dibandingkan kepala keluarga yang mempunyai jumlah anggota 1-2

maupun ≥5 jiwa.

Jumlah anggota keluarga yang paling banyak memanfaatkan air sungai untuk

keperluan pembuangan sampah berada pada kepala keluarga yang mempunyai


65

jumlah anggota keluarga sebanyak 3-4 jiwa sebanyak 22 kepala keluarga (64,71%).

Hal ini dikarenakan jumlah kepala keluarga pengguna air sungai yang mempunyai

jumlah anggota keluarga 3-4 jiwa lebih banyak dibandingkan kepala keluarga yang

mempunyai jumlah anggota 1-2 maupun ≥5 jiwa.

Kepala Keluarga yang paling banyak memanfaatkan air sungai untuk keperluan

pembuangan bangkai hewan berada pada kepala keluarga yang mempunyai jumlah

anggota keluarga sebanyak 3-4 jiwa sebanyak 17 kepala keluarga (50,00%). %).

Hal ini dikarenakan jumlah kepala keluarga pengguna air sungai yang mempunyai

jumlah anggota keluarga 3-4 jiwa lebih banyak (25 kepala keluarga) dibandingkan

kepala keluarga yang mempunyai jumlah anggota 1-2 maupun ≥5 jiwa.

Pemanfaatkan air sungai untuk keperluan irigasi berada pada kepala keluarga yang

mempunyai jumlah anggota keluarga sebanyak 3-4 jiwa sebanyak 11 kepala

keluarga (32,36%). Hal ini dikarenakan jumlah kepala keluarga pengguna air

sungai yang mempunyai jumlah anggota keluarga 3-4 jiwa lebih banyak

dibandingkan kepala keluarga yang mempunyai jumlah anggota 1-2 maupun ≥5

jiwa.

Kegiatan pemanfaatkan air sungai untuk keperluan memandikan ternak paling

banyak berada pada kepala keluarga yang mempunyai jumlah anggota keluarga

sebanyak 3-4 jiwa sebanyak 19 kepala keluarga (55,88%). Hal ini dikarenakan

jumlah kepala keluarga pengguna air sungai yang mempunyai jumlah anggota

keluarga 3-4 jiwa lebih banyak (25 kepala keluarga) dibandingkan kepala keluarga

yang mempunyai jumlah anggota 1-2 maupun ≥5 jiwa.


66

Kepala keluarga yang tidak memanfaatkan air sungai untuk keperluan air bersih

sebanyak 11 (32,35%) kepala keluarga, hal ini dikarenakan kepala keluarga sudah

mempunyai sumur untuk pemenuhan air bersih. Sebanyak 3 (8,82%) kepala

keluarga tidak memanfaatkanya untuk kegiatan MCK dikarenakan sudah

mempunyai tempat MCK sendiri dan memadai, sebanyak 8 (23,53%)

Kepala keluarga tidak memanfaatkan air sungai untuk keperluan pembuangan

limbah cair dikarenakan sudah memiliki saluran pembuangan limbah cair sendiri

dan tidak membuangnya ke badan sungai, sebanyak 6 (17,65%) kepala keluarga

tidak memanfaatkan sungai untuk sarana pembuangan sampah dikarenakan sudah

mempunyai tempat pembuangan sampah sendiri.

Terdapat 9 (26,47%) kepala keluarga tidak memanfaatkan sungai untuk keperluan

pembuangan bangkai hewan dikarenakan sebagian kepala keluarga tidak

mempunyai hewan peliharaan dan sebagian yang mempunyai hewan peliharaan

memilih untuk menguburkannya, sebanyak 17 (50,00%) kepala keluarga tidak

memanfaatkan sungai sebagai sarana irigasi dikarenakan mereka tidak memiliki

lahan sawah dan sebanyak 7 (20,59%) kepala keluarga tidak memanfaatkan sungai

sebagai tempat memandikan ternak dikarenakan mereka tidak mempunyai ternak.


67

Tabel. Pemanfaatan Air Sungai Way Galih berdasarkan Jenis Mata Pencaharian Kepala Keluarga

N Pemanfaatan Air Sungai

o Jenis

Mata

Pencaharian Air % M % Pembuan % Pembuan % Pembuan % Irig % Memandi %

Ber C gan gan gan asi kan

sih K Limbah Sampah Bangkai Ternak

Cair Hewan

1 Petani 7 20,5 9 26,4 6 17,6 7 20,5 8 23,5 10 29,4 10 29,4

2 Pedagang 1 9 4 7 2 4 3 9 3 3 1 1 3 1

3 Pertukanga 4 2,94 5 11,7 5 5,88 5 8,82 3 8,82 1 2,94 2 8,82

4 n 8 8 6 8 8 5 8,82 5 2,94 9 5,88


68

5 Buruh 3 11,7 5 14,7 5 14,7 5 14,7 3 14,7 - 14,7 3 26,4

Jasa, dll 6 1 1 1 1 1 8

23,5 23,5 23,5 23,5 8,82 - 8,82

3 3 3 3

8,82 14,7 14,7 14,7

1 1 1

6 Tidak

Memanfaat 11 32,3 3 8,82 8 23,5 6 17,6 12 35,3 17 50,0 7 20,5

kan 6 3 4 0 0 9

Jumlah 34 100, 34 100, 34 100, 34 100, 34 100, 34 100, 34 100,

00 00 00 00 00 00 00

Sumber: Hasil Penelitian


68

Dari tabel dapat dilihat bahwa jenis mata pencaharian kepala keluarga yang

memanfaatkan air Sungai Way Galih untuk keperluan sehari-hari berbeda-beda.

Pemanfaatan air sungai untuk keperluan air bersih paling banyak dimanfaatkan oleh

kepala keluarga yang bermata pencaharian sebagai buruh sebanyak 8 kepala

keluarga (23,53%). Hal ini dkarenakan kepala keluarga yang bermata pencaharian

sebagai buruh jarak rumah ke badan sungai relatif dekat, hal ini juga menjadi faktor

para buruh menggunakan air sungai sebagai air bersih.

Di Desa Way Galih pemanfaatan air sungai untuk keperluan MCK paling banyak

digunakan oleh kepala keluarga yang bermata pencaharian sebagai petani sebanyak

9 kepala keluarga (26,47%). Hal ini dikarenakan jumlah kepala keluarga yang

bermata pencaharian sebagai petani memiliki jumlah yang lebih banyak (10 kepala

keluarga) dibandingkan dengan kepala keluarga yang bermata pencaharian lainnya.

Faktor lain yang menyebabkan para petani memanfaatkan air sungai untuk

keperluan MCK dkarenakan jarak rumah dengan badan sungai yang relatif dekat.

Air sungai Way Galih yang diemanfaatkan untuk pembuangan limbah cair rumah

tangga paling banyak digunakan oleh kepala keluarga yang bermata pencaharian

sebagai buruh sebanyak 8 kepala keluarga (23,53%). Lokasi rumah para buruh yang

jaraknya dekat dengan badan sungai. Para buruh ini sering membuang limbah cair

rumah tangga ke badan sungai seperti air bekas mencuci pakaian, cuci piring dan

air yang mengandung detergen lainnya.

Kepala keluarga yang memanfaatkan air sungai untuk keperluan pembuangan

sampah paling banyak adalah kepala keluarga yang bermata pencaharian sebagai

buruh sebanyak 8 kepala keluarga (23,53%). Lokasi rumah para buruh yang
69

jaraknya dekat dengan badan sungai. Para buruh sering membuang sampah ke

badan sungai dikarenakan lokasinya dekat dan beranggapan lebih praktis dalam

melakukan pembuangan sampah di sungai.

Pemanfaatan air sungai sebagai tempat pembuangan bangkai hewan paling banyak

dimanfaatkan oleh kepala keluarga yang bermata pencaharian sebagai petani

sebanyak 8 kepala keluarga (23,53%). Para petani banyak memiliki hewan

peliharaan seperti ayam, kambing, sapi dan bebek. Lokasi rumah petani yang dekat

dengan sungai juga merupakan faktor pendukung para petani memanfaatkan air

sungai sebagai tempat pembuangan bangkai hewan. Jika salah satu hewan tersebut

mati (ayam/bebek) para petani tersebut membuangnya di sungai.

Jenis mata pencaharian kepala keluarga yang memanfaatkan air sungai untuk

keperluan irigasi paling banyak adalah kepala keluarga yang bermata pencaharian

sebagai petani sebanyak 10 kepala keluarga (29,41%). Hal ini dikarenakan para

petani yang kekurangan air di sawah mereka yang mengakibatkan para petani

memanfaatkan air sungai sebagai irigasi.

Kegiatan pemanfaatan air sungai untuk memandikan ternak paling banyak

digunakan oleh kepala keluarga yang bermata pencaharian sebagai petani sebanyak

10 kepala keluarga (29,41%). Para petani yang mempunyai hewan peliharaan

seperti kambing dan sapi, mereka memandikan ternak di sungai dikarenakan lokasi

rumah serta kandang ternak yang jaraknya dengan badan sungai relatif dekat

sehingga memudahkan para petani memandikan hewan ternak mereka ke sungai.

Kepala keluarga yang tidak memanfaatkan air sungai untuk keperluan air bersih

sebanyak 11 (32,36%) kepala keluarga, hal ini dikarenakan kepala keluarga sudah
70

mempunyai sumur untuk pemenuhan air bersih. Sebanyak 3 (8,82%) kepala

keluarga tidak memanfaatkanya untuk kegiatan MCK dikarenakan sudah

mempunyai tempat MCK sendiri dan memadai, sebanyak 8 (23,53%)

Kepala keluarga tidak memanfaatkan air sungai untuk keperluan pembuangan

limbah cair dikarenakan sudah memiliki saluran pembuangan limbah cair sendiri

dan tidak membuangnya ke badan sungai, sebanyak 6 (17,64%) kepala keluarga

tidak memanfaatkan sungai untuk sarana pembuangan sampah dikarenakan sudah

mempunyai tempat pembuangan sampah sendiri.

Sebanyak 12 (35,30%) kepala keluarga tidak memanfaatkan sungai untuk

keperluan pembuangan bangkai hewan dikarenakan sebagian kepala keluarga tidak

mempunyai hewan peliharaan dan sebagian yang mempunyai hewan peliharaan

memilih untuk menguburkannya, sebanyak 17 (50,00%) kepala keluarga tidak

memanfaatkan sungai sebagai sarana irigasi dikarenakan mereka tidak memiliki

lahan sawah dan sebanyak 7 (20,59%) kepala keluarga tidak memanfaatkan sungai

sebagai tempat memandikan ternak dikarenakan mereka tidak mempunyai ternak.


71

Tabel. Pemanfaatan Air Sungai Way Galih berdasarkan Tingkat Pendidikan Kepala Keluarga

N Pemanfaatan Air Sungai

Tingkat

Pendidikan Air % M % Pembuan % Pembuan % Pembuan % Irig % Memandi %

Ber C gan gan gan asi kan

sih K Limbah Sampah Bangkai Ternak

Cair Hewan

1 TTSD 2 5,88 1 2,94 - - - - 2 5,88 1 2,94 2 5,8

2 SD 11 32,3 12 35,3 11 32,3 11 32,3 8 23,5 6 17,6 9 8

3 SMP 10 6 13 0 12 6 13 6 12 2 8 5 12 26,

4 SMA 1 29,4 5 38,2 3 35,3 4 38,2 3 35,3 2 23,5 4 48

1 4 0 4 0 3
72

2,94 14,7 8,82 11,7 8,82 5,88 35,

0 6 30

11,

76

5 Tidak

Memanfa 10 29,4 3 8,82 8 23,5 6 17,6 9 26,4 17 50,0 7 20,

atkan 1 2 4 8 0 58

Jumlah 34 100, 34 100, 34 100, 34 100, 34 100, 34 100, 34 100

00 00 00 00 00 00 ,00

Sumber: Hasil Penelitian


72

Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa pemanfaatan air sungai untuk

keperluan air bersih paling banyak dimanfaatkan oleh kepala keluarga yang tingkat

pendidikannya lulus SD sebanyak 11 kepala keluarga (32,36%). Hal ini

dikarenakan kepala keluarga yang tingkat pendidikan lulus SD jumlahnya terbilang

banyak (12 kepala keluarga), lokasi rumah dengan badan sungai juga terbilang

dekat sehingga banyak kepala keluarga yang memanfaatkan air sungai untuk

keperluan air bersih.

Pemanfaatan air sungai untuk keprluan MCK paling banyak dimanfaatkan oleh

kepala keluarga yang tingkat pendidikannya lulus SMP sebanyak 13 kepala

keluarga (38,24%). %). Hal ini dikarenakan kepala keluarga yang tingkat

pendidikan lulus SMP jumlahnya terbilang banyak (14 kepala keluarga), lokasi

rumah dengan badan sungai juga terbilang dekat sehingga banyak kepala keluarga

yang memanfaatkan air sungai untuk keperluan air bersih.

Di Desa Way Galih pembuangan limbah cair rumah tangga palng banyak digunakan

oleh kepala keluarga yang tingkat pendidikannya lulus SMP sebanyak 12 kepala

keluarga (35,30%). Hal ini dikarenakan kepala keluarga yang tingkat pendidikan

lulus SMP jumlahnya terbilang banyak (14 kepala keluarga), lokasi rumah dengan

badan sungai juga terbilang dekat sehingga banyak kepala keluarga yang

memanfaatkan air sungai untuk keperluan air bersih.

Penggunaan air sungai untuk keperluan pembuangan sampah paling banyak

dimanfaatkan oleh kepala keluarga yang tingkat pendidikannya lulus SMP

sebanyak 13 kepala keluarga (38,24%). Hal ini dikarenakan kepala keluarga yang

tingkat pendidikan lulus SMP jumlahnya terbilang banyak (14 kepala keluarga),
73

lokasi rumah dengan badan sungai juga terbilang dekat sehingga banyak kepala

keluarga yang memanfaatkan air sungai untuk keperluan air bersih.

Tingkat pendidikan kepala keluarga yang memanfaatkan air sungai sebagai tempat

pembuangan bangkai hewan paling banyak adalah kepala keluarga yang tingkat

pendidikannya lulus SMP sebanyak 12 kepala keluarga (35,30%). Hal ini

dikarenakan kepala keluarga yang tingkat pendidikan lulus SMP jumlahnya

terbilang banyak (14 kepala keluarga), lokasi rumah dengan badan sungai juga

terbilang dekat sehingga banyak kepala keluarga yang memanfaatkan air sungai

untuk keperluan air bersih.

Kegiatan pemanfaatan air sungai untuk keperluan irigasi paling banyak

dimanfaatkan oleh kepala keluarga yang tingkat pendidikannya lulus SMP

sebanyak 8 kepala keluarga (23,53%). Hal ini dikarenakan kepala keluarga yang

tingkat pendidikan lulus SMP jumlahnya terbilang banyak (14 kepala keluarga),

lokasi rumah dengan badan sungai juga terbilang dekat sehingga banyak kepala

keluarga yang memanfaatkan air sungai untuk keperluan air bersih.

Sedangkan pemanfaatan air sungai untuk keperluan memandikan ternak paling

banyak digunakan oleh kepala keluarga yang tingkat pendidikannya lulus SMP

sebanyak 8 kepala keluarga (35,30%). Hal ini dikarenakan kepala keluarga yang

tingkat pendidikan lulus SMP jumlahnya terbilang banyak (14 kepala keluarga),

lokasi rumah dengan badan sungai juga terbilang dekat sehingga banyak kepala

keluarga yang memanfaatkan air sungai untuk keperluan air bersih.


74

Kepala keluarga yang tidak memanfaatkan air sungai untuk keperluan air bersih

sebanyak 10 (29,41%) kepala keluarga, hal ini dikarenakan kepala keluarga sudah

mempunyai sumur untuk pemenuhan air bersih. Sebanyak 3 (8,82%) kepala

keluarga tidak memanfaatkanya untuk kegiatan MCK dikarenakan sudah

mempunyai tempat MCK sendiri dan memadai, sebanyak 8 (23,53%)

Kepala keluarga tidak memanfaatkan air sungai untuk keperluan pembuangan

limbah cair dikarenakan sudah memiliki saluran pembuangan limbah cair sendiri

dan tidak membuangnya ke badan sungai, sebanyak 6 (17,64%) kepala keluarga

tidak memanfaatkan sungai untuk sarana pembuangan sampah dikarenakan sudah

mempunyai tempat pembuangan sampah sendiri.

Sebanyak 9 (26,47%) kepala keluarga tidak memanfaatkan sungai untuk keperluan

pembuangan bangkai hewan dikarenakan sebagian kepala keluarga tidak

mempunyai hewan peliharaan dan sebagian yang mempunyai hewan peliharaan

memilih untuk menguburkannya, sebanyak 17 (50,00%) kepala keluarga tidak

memanfaatkan sungai sebagai sarana irigasi dikarenakan mereka tidak memiliki

lahan sawah dan sebanyak 7 (20,58%) kepala keluarga tidak memanfaatkan sungai

sebagai tempat memandikan ternak dikarenakan mereka tidak mempunyai ternak.


75

Tabel. Pemanfaatan Air Sungai Way Galih berdasarkan Jarak Tempat Tinggal Kepala Keluarga ke Badan Sungai

N Pemanfaatan Air Sungai

o Air % M % Pembuan % Pembuan % Pembuan % Irig % Memandi %

Ber C gan gan gan asi kan

Jara sih K Limbah Sampah Bangkai Ternak

k Cair Hewan

(m)

1 ≤ 4 11,7 5 14,7 5 14,7 5 14,7 5 14,7 2 5,88 5 14,7

2 10 12 6 12 1 12 1 12 1 9 1 8 23,5 11 1

3 5 35,2 10 35,2 9 35,2 10 35,2 6 26,4 3 2 6 32,3

4 2 9 3 9 - 9 1 9 4 8 3 8,83 4 6
76

5 11 1 14,7 1 29,4 - 26,4 - 29,4 1 17,6 1 8,83 1 17,6

- 1 2 8 2 4 2,94 4

20 5,88 8,82 - 2,94 11,7 11,7

21 2,94 2,94 - - 5 6

- 2,94 2,94

30

31

40

41

50

6 Ti

da 10 29,4 3 8,82 8 23,5 6 17,6 9 26,4 17 50,0 7 20,5

k 2 2 4 8 0 9

e
77

an

fa

at

ka

Jumlah 34 100, 34 100, 34 100, 34 100, 34 100, 34 100, 34 100,

00 00 00 00 00 00 00

Sumber: Hasil Penelitian


76

Berdasarkan tabel dapat dilihat bahwa pemanfaatan air sungai oleh kepala keluarga

untuk keperluan air bersih paling banyak dimanfaatkan oleh kepala keluarga yang

jarak rumahnya 11-20 m sebanyak 12 kepala keluarga (35,29%). Hal ini

dikarenakan lokasi sungai yang jaraknya dekat dengan rumah kepala keluarga yang

menyebabkan para kepala keluarga tersebut mengggunakan air sungai untuk

kebutuhan sehari-hari.

Di Desa Way Galih kepala keluarga yang memanfaatan air sungai untuk keperluan

MCK paling banyak dimanfaatkan oleh kepala keluarga yang jarak rumahnya

dengan sungai sejauh 11-20 m sebanyak 12 kepala keluarga (35,29%). Hal ini

dikarenakan lokasi sungai yang jaraknya dekat dengan rumah kepala keluarga yang

menyebabkan para kepala keluarga tersebut mengggunakan air sungai untuk

kebutuhan sehari-hari.

Air sungai Way Galih yang dimanfaatkan untuk keperluan pembuangan limbah cair

rumah tangga paling banyak dimanfaatkan oleh kepala keluarga yang jarak

rumahnya sejauh 11-20 m sebanyak 12 kepala keluarga (35,29%). Hal ini

dikarenakan lokasi sungai yang jaraknya dekat dengan rumah kepala keluarga yang

menyebabkan para kepala keluarga tersebut mengggunakan air sungai untuk

kebutuhan sehari-hari.

Kepala keluarga yang memanfaatan air sungai untuk keperluan pembuangan

sampah paling banyak dimanfaatkan oleh kepala keluarga yang jarak rumahnya

dengan sungai sejauh 11-20 m sebanyak 12 kepala keluarga (35,29%). Hal ini

dikarenakan lokasi sungai yang jaraknya dekat dengan rumah kepala keluarga yang
77

menyebabkan para kepala keluarga tersebut mengggunakan air sungai untuk

kebutuhan sehari-hari.

Jarak rumah kepala keluarga yang memanfaatan air sungai untuk keperluan

pembuangan bangkai hewan paling banyak dimanfaatkan oleh kepala keluarga

yang jarak rumahnya dengan sungai sejauh 11-20 m sebanyak 9 kepala keluarga

(26,48%). Hal ini dikarenakan lokasi sungai yang jaraknya dekat dengan rumah

kepala keluarga yang menyebabkan para kepala keluarga tersebut mengggunakan

air sungai untuk kebutuhan sehari-hari.

Pemanfaatan air sungai untuk keperluan irigasi paling banyak dimanfaatkan oleh

kepala keluarga yang jarak rumahnya dengan sungai sejauh 11-20 m sebanyak 8

kepala keluarga (23,52%). Hal ini dikarenakan lokasi sungai yang jaraknya dekat

dengan rumah kepala keluarga yang menyebabkan para kepala keluarga tersebut

mengggunakan air sungai untuk kebutuhan sehari-hari.

Sedangkan kepala keluarga yang memanfaatan air sungai untuk keperluan

memandikan ternak paling banyak dimanfaatkan oleh kepala keluarga yang jarak

rumahnya dengan sungai sejauh 11-20 m sebanyak 11 kepala keluarga (32,36%).

Hal ini dikarenakan lokasi sungai yang jaraknya dekat dengan rumah kepala

keluarga yang menyebabkan para kepala keluarga tersebut mengggunakan air

sungai untuk kebutuhan sehari-hari.

Kepala keluarga yang tidak memanfaatkan air sungai untuk keperluan air bersih

sebanyak 10 (29,42%) kepala keluarga, hal ini dikarenakan kepala keluarga sudah

mempunyai sumur untuk pemenuhan air bersih. Sebanyak 3 (8,82%) kepala


78

keluarga tidak memanfaatkanya untuk kegiatan MCK dikarenakan sudah

mempunyai tempat MCK sendiri dan memadai, sebanyak 8 (23,52%) kepala

keluarga tidak memanfaatkan air sungai untuk keperluan pembuangan limbah cair

dikarenakan sudah memiliki saluran pembuangan limbah cair sendiri dan tidak

membuangnya ke badan sungai, sebanyak 6 (17,64%) kepala keluarga tidak

memanfaatkan sungai untuk sarana pembuangan sampah dikarenakan sudah

mempunyai tempat pembuangan sampah sendiri, mereka membuat tempat

penampungan sendiri dan digunakan untuk membuang segala jenis sampah padat

sehingga tidak membuang sampah padat ke badan sungai.

Terdapat sebanyak 9 (26,48%) kepala keluarga tidak memanfaatkan sungai untuk

keperluan pembuangan bangkai hewan dikarenakan sebagian kepala keluarga tidak

mempunyai hewan peliharaan dan sebagian yang mempunyai hewan peliharaan

memilih untuk menguburkannya jika hewan peliharaan mereka mati (unggas)

begitu pula jika ada bangkai tikus ataupun ular yang mati mereka lebih memilih

untuk menguburkannya daripada dibuang ke sungai, sebanyak 17 (50,00%)

Kepala keluarga tidak memanfaatkan sungai sebagai sarana irigasi dikarenakan

mereka tidak memiliki lahan sawah, oleh karena itu mereka tidak memanfaatkan

air sungai untuk sarana irigasi dan sebanyak 7 (20,59%) kepala keluarga tidak

memanfaatkan sungai sebagai tempat memandikan ternak dikarenakan mereka

tidak mempunyai ternak.


79

2. Perilaku Kepala Keluarga dalam Memanfaatkan Air Sungai Way Galih

a. Pengetahuan Kepala Keluarga tentang Air Sungai

Tabel Distribusi Frekuensi Kepala Keluarga berdasarkan Pengetahuan Kepala


Keluarga tentang Air Sungai

No Pengetahuan Rentang Frekuensi Persentase

Skor (%)

1 Sangat Baik ≥18 10 29,41

2 Baik 14-17 11 32,26

3 Cukup Baik 10-13 13 38,23

4 Kurang Baik 6-9 - -

Jumlah 34 100,00

Sumber: Hasil Penelitian

Dari tabel tentang distribusi frekuensi kepala keluarga berdasarkan pengetahuan

kepala keluarga pengguna air sungai dapat dilihat bahwa sebanyak 13 kepala

keluarga (38,23%) berpengetahuan cukup baik, 11 kepala keluarga (32,26%)

berpengetahuan baik dan sebanyak 10 kepala keluarga (29,41%) berpengetahuan

sangat baik.

b. Sikap Kepala Keluarga dalam Memanfaatkan Air Sungai

Tabel. Distribusi Frekuensi Kepala Keluarga berdasarkan Sikap Kepala Keluarga


dalam Memanfaatkan Air Sungai
80

No Sikap Rentang Skor Frekuensi Persentase

(%)

1 Sangat ≥26 0 -

2 Setuju 20-25 11 32,35

3 Setuju 14-19 18 52,94

4 Cukup 8-13 5 14,71

Setuju

Kurang

Setuju

Jumlah 34 100,00

Sumber: Hasil Penelitian

Dari tabel tentang distribusi frekuensi kepala keluarga berdasarkan sikap di atas

dapat dilihat bahwa sebayak 11 kepala keluarga (32,35%) memiliki sikap yang

setuju, 18 kepala keluarga (52,94%) memiliki sikap cukup setuju dan sebanyak 5

kepala keluarga (14,71%) memiliki sikap yang kurang setuju dalam memanfaatkan

air sungai Way Galih.

c. Tindakan Kepala Keluarga dalam Melestarikan Air Sungai

Tabel. Distribusi Frekuensi Kepala Keluarga berdasarkan Tindakan Masyarakat


dalam Melestarikan Air Sungai

No Tindakan Rentang Skor Frekuensi Persentase

(%)

1 Sangat Baik ≥18 5 14,70

2 Baik 14-17 6 17,65


81

3 Cukup Baik 10-13 14 41,18

4 Kurang Baik 6-9 9 26,47

Jumlah 34 100,00

Sumber: Hasil Penelitian

Berdasarkan tabel di atas tentang distribusi frekuensi kepala keluarga berdasarkan

tindakan dapat dilihat bahwa sebanyak 5 kepala keluarga (14,70%) memiliki

tindakan yang sangat baik, 6 kepala keluarga (17,65%) memiliki tindakan yang

baik, 14 kepala keluarga (41,18%) memiliki tindakan yang cukup baik dan

sebanyak 9 kepala keluarga (26,47%) memiliki tindakan yang kurang baik.

D. Pembahasan Hasil Penelitian Perilaku Kepala Keluarga dalam


Memanfaatkan Air Sungai Way Galih

a. Pengetahuan Kepala Keluarga tentang Air Sungai

Pengetahuan kepala keluarga pada penelitian ini dibedakan menjadi empat kategori

yaitu sangat baik, baik, cukup baik dan kurang baik. Dari hasil penelitian dan

penghitungan kuesioner didapat bahwa sebanyak 13 kepala keluarga (38,23%)

berpengetahuan cukup baik, 11 kepala keluarga (32,36%) berpengetahuan baik dan

10 kepala keluarga (29,42%) berpengetahuan sangat baik. Hasil kepala keluarga

menjawab pernyataan dalam kuesioner paling banyak berpengetahuan cukup baik.

Hal ini dikarenakan kepala keluarga yang menjawab pernyataan kategori cukup

baik merupakan kepala keluarga yang tingkat pendidikannya hanya tamat SD dan

ada beberapa kepala keluarag yang bahkan tidak tamat SD. Walaupun ada beberapa

kepala keluarga yang melanjutkan pendidikan sampai ke tingkat SMP, namun ada

beberapa kepala keluarga yang masuk ke dalam kategori cukup baik.


82

Hal ini sejalan dengan teori Azwar (2009: 18) pengetahuan dapat mempengaruhi

perilaku seseorang. Pengetahuan merupakan hasil dari tahu dan ini terjadi setelah

orang melakukan penginderan terhadap suatu objek. Pengetahuan adalah hasil yang

didapat dari hasil proses, selain diperoleh dari hasil indera yang mempunyai nilai-

nilai sendiri.

Menurut Notoatmodjo (2007: 121), pengetahuan adalah suatu wawasan apa yang

diketahui oleh masyarakat terhadap sikap dan tindakan yang diambil. Tingginya

pengetahuan maka perilaku seseorang akan bertambah baik, sebaliknya jika

pengetahuan seseorang kurang maka dapat perilaku yang kurang wajar. Sehingga

keputusan yang diambil sering menimbulkan kegagalan atau kesalahan.

b. Sikap Kepala Keluarga dalam Memanfaatkan Air Sungai

Sikap kepala keluarga dalam penelitian ini dikategorikan menjadi empat kategori

yaitu sangat setuju, setuju, cukup setuju dan kurang setuju. Berdasarkan hasil yang

didapat, sikap kepala keluarga dalam kategori setuju sebanyak 11 kepala keluarga

(32,35%), kategori cukup setuju sebanyak 18 kepala keluarga (52,94%) dan

kategori kurang setuju terdapat sebanyak 5 kepala keluarga (14,71%).

Dari hasil yang didapat pada penelitian ini bahwa sebagian besar kepala keluarga

bersikap cukup setuju dalam memanfaatkan air sungai Way Galih. Hal ini

dikarenakan masih banyak kepala keluarga yang menggunakan air sungai Way

Galih untuk keperluan hidup sehari-hari. Kepala keluarga bantaran sungai Way

Galih masih banyak yang menggunakan air Sungai Way Galih untuk keperluan

seperti mandi, mencuci pakaian, buang air besar/kecil, memandikan ternak, dan
83

menggunakan air sungai sebagai sarana untuk menyiram tanaman dan mengairi

sawah. Kepala keluarga bantaran sungai Way Galih juga masih menggunakan air

sungai sebagai sarana tempat pembuangan limbah cair ataupun padat dari hasil

kegiatan rumah tangga. Para kepala keluarga melakukan hal itu dikarenakan sudah

menjadi kegiatan turun temurun dan sudah menjadi kebiasaan kepala keluarga

untuk memanfaatkan air sungai Way Galih untuk keperluan sehari hari.

Faktor lain dari kepala keluarga memanfaatkan air sungai sebagai kebutuhan sehari-

hari adalah fakor jarak pemukiman dengan badan sungai. Para kepala keluarga yang

bermukim di dekat sungai umumnya memanfaatkan air sungai sebagai tempat

MCK dan para kepala keluarga membuang segala jenis limbah cair maupun padat

ke badan sungai dikarenakan kebiasaan dan lebih praktis dikarenakan letak sungai

yang dekat dengan pemukiman atau tempat tinggal mereka. Bukan hanya kepala

keluarga yang tinggal dekat sungai saja yang menggunakan air sungai untuk

kebutuhan hidup sehari-hari, kepala keluarga yang tingggal relatif auh dengan

badan sungai juga memanfaatkan air sungai untuk kebutuhan seperti memandikan

ternak mereka dan membuang limbah rumah tangga ke sungai dikarenakan lebih

praktis dan sudah menjadi suatu kebiasaan turun-temurun.

Hal ini sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Sopiah (2008: 164) sikap dapat

dipandang sebagai predisposisi untuk bereaksi dengan cara yang menyenangkan

atau tidak menyenangkan terhadap objek, orang, dan konsep apa saja. Ada beberapa

asumsi yang mendasari pendapat tersebut yaitu sikap berhubungan dengn perilaku,

sikap yang berkaitan erat dengan perasaan seseorang terhadap objek, dan sikap
84

adalah konstruksi yang bersikap hipotesis, artinya konsekuensinya dapat diamati,

tetapi sikap itu tidak dapat dipahami.

c. Tindakan Kepala Keluarga dalam Melestarikan Air Sungai

Tindakan kepala keluarga dalam melestarikan sungai Way Galih dikategorikan

menjadi empat kategori yaitu sangat baik, baik, cukup baik dan kurang baik. Dari

hasil penelitian dapat diketahui bahwa tindakan kepala keluarga sebanyak 5 kepala

keluarga (14,70%) masuk ke dalam kategori sangat baik, 6 kepala keluarga

(17,65%) dalam kategori baik, 14 kepala keluarga (41,18%) kategori cukup baik,

dan sebanyak 9 kepala keluarga (26,47%) masuk ke dalam kategori kurang baik.

Kepala keluarga bantaran sungai Way Galih dalam bertindak untuk melestarikan

sungai atau menjaga kelestariannya masih tergolong buruk. Kepala keluarga

bantaran sungai masih banyak yang membuang sampah cair maupun padat ke badan

sungai dikarenakan letak atau lokasi rumah mereka yang relatif dekat dengan sungai

Way Galih. Selain itu faktor kebiasaan dan turun temurun juga menjadi faktor yang

melatar belakangi kepala keluarga membuang segala jenis sampah ke badan sungai.

Kepala keluarga dalam memanfaatkan sungai juga untuk keperluan MCK di badan

sungai dikarenakan letak sungai yang dekat sehingga lebih praktis untuk melakukan

kegiatan tersebut. Tindakan kepala keluarga untuk menegur atau memberi

peringatan bagi kepala keluarga atau orang yang hendak melakukan kegiatan

mencemari sungai juga masih tergolong buruk, hal ini dikarenakan kepala keluarga

atau orang yang hendak melakukan teguran atau peringatan tersebut juga masih

melakukan kegiatan buang sampah atau limbah rumah tangga ke badan sungai.
85

Menurut Ahmadi (2003: 67), suatu rangsangan akan di respon oleh seseorang sesuai

dengan arti rangsangan itu bagi orang yang bersangkutan. Respon atau reaksi ini

disebut perilaku, bentuk perilaku dapat bersifat sederhana dan kompleks. Dalam

peraturan teoritis, tingkah laku dapat dibedakan atas sikap, di dalam sikap diartikan

sebagai suatu kecenderungan potensi untuk mengadakan reaksi (tingkah laku).

Suatu sikap belum otomatis terwujud dalam suatu tindakan untuk terwujudnya

sikap agar menjadi suatu tindakan yang nyata diperlukan faktor pendukung atau

suatu kondisi fasilitas yang memungkinkan.


85

V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan tentang perilaku kepala keluarga

dalam memanfaatkan air Sungai Way Galih dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. Pengetahuan kepala keluarga bantaran Sungai Way Galih masuk ke dalam

kategori cukup baik. Hal ini dikarenakan kepala keluarga mayoritas hanya

lulusan Sekolah Dasar dan ada beberapa kepala keluarga yang tidak tamat

Sekolah Dasar. Pengetahuan kepala keluarga tentang air sungai yang cukup

baik tersebut dipengaruhi oleh faktor pendidikan kepala keluarga, umur kepala

keluarga dan jarak rumah kepala keluarga ke badan sungai.

2. Sikap kepala keluarga bantaran Sungai Way Galih masuk ke dalam kategori

cukup setuju. Hal ini dikarenakan kepala keluarga Way Galih masih

memanfaatkan air sungai untuk keperluan sehari-hari seperti melakukan

kegiatan MCK di sungai, dan membuang sampah atau limbah cair/padat rumah

tangga ke badan sungai. Kepala keluarga yang memanfaatkan air sungai paling

banyak untuk keperluan MCK di sungai. Kepala keluarga yang jaraknya dekat

dengan sungai cenderung memanfaatkan air sungai untuk keperluan MCK

dikarenakan sudah menjadi kebiasaan dan jarak rumah kepala keluarga terebut

dekat dengan badan sungai.


86

3. Tindakan kepala keluarga bantaran sungai Way Galih masuk ke dalam kategori

cukup baik. Hal ini dikarenakan kepala keluarga masih membuang sampah di

sungai dan sudah menjadi kebiasaan.

B. Saran

1. Bagi kepala keluarga bantaran sungai Way Galih untuk lebih menjaga

kelestarian sungai Way Galih dengan memanfaatkan sungai Way Galih dengan

kegiatan yang tidak mencemari sungai, seperti tidak melakukan kegiatan MCK

di sungai, tidak membuang sampah atau limbah rumah tangga baik padat

maupun cair ke sungai dan memanfaatkan sungai hanya untuk keperluan yang

tidak merusak fungsi sungai itu sendiri.

2. Perlu ada sosialisasi kepada masyarakat dan kepala keluarga tentang dampak

negatif dari pemanfaatan air sungai sebagai air bersih dan air minum.

3. Bagi pemerintah yang terkait khususnya Kepala Desa maupun aparatur desa

sebaiknya rutin mengadakan penyuluhan tentang bahaya pencemaran sungai

dan membuat peringatan khusus dan tegas bagi masyarakat yang berpotesi

mencemari sungai Way Galih.


87

DAFTAR PUSTAKA

Achmadi, Umar Fahmi. 2013. Kesehatan Masyarakat Teori dan Aplikasi. Jakarta:
Rajawali Pers.

Ahmadi, Abu. 2003. Ilmu Sosial Dasar . Jakarta: Rineka Cipta

Angga Prabowo, Agus. 2011. Analisis Kualitas Air dan Kebutuhan Air Bagi
Masyarakat yang Bermukim di Sekitar Sungai Way Kandis Kelurahan
Rajabasa Raya Kecamatan Rajabasa Kota Bandar Lampung. Jurnal.
Program Studi Pendidikan Geografi FKIP Universitas Lampung.

Anonimus. 1991. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 35 Tahun 1991


Tentang Sungai. Jakarta: Departemen Pekerjaan Umum

Anonimus. 2001. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 82 Tahun 2001


Tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran.
Jakarta: Kementrian Lingkungan Hidup

Anonimus. 2004. Undang Undang No 7 Tahun 2004 pasal 1 ayat 2 tentang Sumber
Daya Air

Anonimus. 2011. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 38 Tahun 2011


Pasal 31 ayat 1 dan 2 tentang Sungai

Anonimus. 2017. Profil Desa Way Galih Kecamatan Tanjung Bintang Kabupaten
Lampung Selatan

Arikunto, Suharsimi. 2013. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik (Edisi


Revisi). Bandung: Rineka Cipta. ITB

Azwar, Saifuddin. 2009. Sikap Manusia Teori dan Pengukurannya. Yogyakarta :


Pustaka Pelajar

Bagong, Suyanto. Sutinah. 2005. Metode Penelitian Sosial Berbagai Alternatif


Pendekatan. Yogyakarta: Pustaka

Banowati, Eva. 2012. Geografi Indonesia. Yogyakarta: Penerbit Ombak


88

Bintarto, R. 1979. Geografi Sosial. Yogyakarta: Up Spring.

Bloom, Benyamin. 1908. Psikologi Pendidikan. Jakarta

Budiyono. 2003. Dasar-dasar Pokok Geografi Sosial. Universitas Lampung

Effendi, Hefni. 2003. Telaah Kualitas Air: Bagi Pengelolaan Sumber Daya Alam
dan Lingkungan Perairan. Yogyakarta: Kanisius.

Fardiaz, Srikandi. 1992. Polusi Air dan udara. Yogyakarta: Kanisius.

Indriyanto. 2006. Ekologi Hutan. Jakarta: Bumi Aksara.

Isthofiyani, Sri Endhes. Prasetyo, Andreas Priyono Budi. Iswari , Retno Sri. 2016.
Persepsi dan Pola Perilaku Masyarakat Bantaran Sungai Damar dalam
Membuang Sampah di Sungai . Jurnal. Universitas Negeri Semarang.
Semarang

Kristanto, Philip. 2002. Ekologi Industri. Yogyakarta: Andi.

Mantra, Ida Bagoes. 2003. Demografi Umum. Yogyakarta: Pustaka Belajar.

Maryono, Agus. 2008. Eko-Hidraulik Pengelolaan Sungai Ramah Lingkungan.


Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

Nawawi, Hadari. 1991. Metode Penelitian Bidang Sosial. Yogyakarta: UGM Press

Notoatmodjo, Soekidjo. 2003. Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta: Rineka


Cipta

Pabundu Tika, Moh. 2005. Metode Penelitian Geografi. Jakarta: Bumi Aksara.

Puspita, Ira. Ibrahim, Linda. Hartono, Djoko. 2016. Pengaruh Perilaku


Masyarakat yang Bermukim di Kawasan Bantaran Sungai Terhadap
Penurunan Kualitas Air Sungai Karang Anyar Kota Tarahan. Jurnal.
Universitas Indonesia. Jakarta

Putra, Tangguh Perdana. Adyatma, Sidharta. Normelani, Ellyn. 2016. Analisis


Perilaku Masyarakat Bantaran Sungai Martapura dalam Aktivitas
Membuang Sampah Rumah Tangga di Kelurahan Basirih Kecamatan
Banjarmasin Barat. Jurnal. Universitas Lambung Mangkurat.
Banjarmasin

Riyadi, Slamet. 1984. Pencemaran Air: Dasar – dasar dan Pokok – pokok
Penanggulangannya. Surabaya: Karya Anda.

Sarwono, Sarlito Wirawan. 2004. Psikologi Remaja. Jakarta: PT Raja Grafindo


Persada.
89

Sastra M, Suparno. Marlina, Endy. 2005. Perencanaan Dan Pengembangan


Perumahan. Jogjakarta: C.V Andi Offset.

Slamet. 2007. Sumber Daya Air. Jakarta: Selemba Medika

Soeriaatmadja. 2000. Ilmu Pngetahuan Alam dan Pembangunan Berkelanjutan


yang Berwawasan Lingkungan. Jakarta: Direktorat Jendral Pendidikan
Tinggi Departeman Pendidikan Nasional

Sopiah. 2008. Perilaku Organisasi. Yogyakarta: Andi Offset

Subarjo. 2006. Meteorologi dan Klimatologi. Bandar Lampung: Penerbit


Universitas Lampung.

Sugiono. 2008. Metode penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&d. Bandung :


Alfabeta.

Sugiyanta, I Gede. 2003. Hidrologi (Bahan Ajar). Bandar Lampung: Universitas


Lampung

Sumaatmadja, Nursid. 1988. Studi Geografi, Suatu Pendekatan dan Analisa


Keruangan. Bandung: Penerbit Alumni.

Supeno. 1984. IPS Geografi Kependudukan. Jakarta: Tigaserangka.

Suriawiria, Unus. 2005. Air Dalam Kehidupan dan Lingkungan yang Sehat.
Alumni. Bandung

Suripin. 2002. Pengelolaan Sumber Daya Tanah dan Air. Yogyakarta: Andi.

Suryadi, Gusnan. Thamrin, Murad, Auda. 2016. Perilaku Masyarakat dalam


Memanfaatkan Air Sungai Siak sebagai Sumber Kehidupan dan
Dampaknya terhadap Estetika serta Kesehatan Lingkungan di Wilayah
Waterfront City Pekanbaru. Jurnal. Universitas Riau. Riau

Sutrisno, Totok. dkk. 2004. Teknologi Penyediaan Air Bersih. Jakarta: Rineka
Cipta.

Trisnaningsih. 2016. Demografi Edisi 2. Yogyakarta: Media Akademi.

Wardhana, Wisnu A. 2004. Dampak Pencemaran Lingkungan. Yogyakarta: Andi


Offset.

Wardiyatmoko. 2006. Geografi. Jakarta : Erlangga


Wiwoho. 2005. Model Identifikasi Daya Tampung Beban Cemaran Sungai dengan
QUAL2E- Studi Kasus Sungai Babon. Jurnal. Semarang: Universitas
Diponegoro

Anda mungkin juga menyukai