Anda di halaman 1dari 6

BAB I

Daerah Aliran Sungai (DAS) Bengawan Solo Bagian Hilir yang berada dalam
wilayah provinsi jawa timur, secara astronomi terletak anatara 1110°07’ sampai dengan
112°39 Bujur Timur dan 6°45 sampai dengan 8°055 Lintang Selatan dengan luas
wilayah 1.262.269 ha. DAS Bengawan Solo memiliki sumber daya strategis, menjadi
pemasok air yang sangat besar di jawa timur untuk memenuhi kebetuhan masyarakat
akan air bersih,perttanian dan industri.

Adapun sekarang keberadaan lahan permukiman di Daerah Aliran Sungai (DAS)


mengakibatkan berbagai macam masalah, mulai dari terjadinya ancaman
banjir,berkurangnya ketersediaan air yang diakibatkan semakin sempitnya lebar sungai
hingga terjadinya pencemaran air yang mengakibatkan penurunan kualitas air sungai,
dimana sebagian besar air sungai digunakan untuk menopang kehidupan masyarakat
sekitar Daerah Aliran Sungai. Penurunan kualitas air akan menurunkan daya guna, hasil
guna, produktivitas, daya dukung dan daya tampung dari sumberdaya air yang pada
akhirnya akan menurunkan kekayaan sumberdaya air. Untuk menjaga kualitas air agar
tetap pada kondisi alamiahnya, perlu dilakukan pengelolaan dan pengendalian
pencemaran air secara bijaksana.

Pencemaran sungai dari adanya permukiman dapat berasal dari (1) buangan air
rumah tangga; (2) padatan berupa sampah yang dibuang ke sungai; (3) air cucian kamar
mandi; (4) buangan tinja. Keempat hal tersebut akan mempengaruhi tingkat kandungan
Biological Oxygen Demand (BOD), Chemical Oxygen Demand (COD) serta bakteri E.
Coli dalam sungai.

1.1 Masalah
Terjadinya banjir, penyumbatan sungai dan erosi sungai, sebagian besar
disebabkan banyaknya penduduk yang bermukim di daerah aliran sungai, banyaknya
limbah rumah tangga yang langsung dibuang ke sungai dan menurunnya daerah
tangkapan air hujan. Hal ini menyebabkan air hujan tidak bisa meresap kedalam tanah
karena banyaknya rumah penduduk yang menghambat air hujan untuk masuk kedalam
tanah dan tersumbatnya aliran sungai karena sampah yang menumpuk. Selain
pemukiman penduduk, limbah-limbah industri juga menyumbang kerusakan kondisi
sungai, pabrik-pabrik di Indonesia sebagian besar belum mempunyai sistem untuk
pengolahan limbah. Limbah industri yang langsung di buang ke sungai menyebabkan
pencemaran yang berbahaya, tercemarnya air sungai yang menyebabkan banyak
penghuni di dalam sungai tercemar dan menurunya kualitas air sungai.
Pemerintah daerah sudah mencoba berbagai cara untuk memindahkan penduduk
yang tinggal di bantaran sungai, tetapi mendapat tanggapan buruk dari penduduk.
Penduduk bantaran sungai menganggap limbah industri yang menyebabkan kerusakan
sungai dan terjadinya banjir. Enam puluh DAS di Indonesia diidentifikasi mengalami
degradasi sejak tahun 2000 MS Kaban (2009). Karena berbagai faktor seperti
meluasnya lahan kritis, penebangan hutan dan perambahan kawasan lindung. Kondisi
DAS tersebut akan semakin parah jika terjadi pembangunan sarana-prasarana fasilitas
umum, industri dan pemukiman dengan kepadatan yang tinggi di daerah perkotaan hilir.
Ini menyebabkan terjadinya penyempitan palung sungai dan diiringi dengan
meningkatnya pembuangan limbah ke sungai baik limbah industri maupun limbah
rumah tangga serta terjadinya pencemaran lingkungan dan tersumbatnya sistem drainase
perkotaan. Jika terjadi demikian, hujan deras secara lokal di perkotaan saja seringkali
menyebabkan banjir walaupun debit sungai dari daerah hulu tidak terjadi peningkatan.

Selain itu permasalahan utama yang terjadi selama ini, adanya lahan
permukiman di Daerah Aliran Sungai dengan perilaku masyarakat yang buruk seperti
membuang sampah, air cucian kamar mandi maupun buangan tinja secara langsung ke
sungai akan memberikan dampak terhadap kualitas air sungai. Dinamika lahan
permukiman terhadap kualitas air sungai dapat mengetahui pola kualitas air sungai
berdasarkan pola perilaku masyarakat di Daerah Aliran Sungai Bengawan Solo.
1.2 Pemanfaat

Dihasilkan sebuah skenario kebijakan tentang keberadaan permukiman di


Daerah Aliran Sungai. Berangkat dari pemahaman bahwa sumber daya air sungai
Bengawan Solo dalam pemanfaatannya digunakan untuk kepentingan umum, maka
pemerintah berhak mengatur pemanfaatan dan penggunaannya serta menjaga
kelestariannya.
Serta dalam penangulangan banjr, ada 4 strategi dasar untuk pengelolaan daerah
banjir yang meliputi (Grigg, 1996) :
1. Modifikasi kerentanan dan kerugian banjir (penentuan zona atau pengaturan tata
guna lahan).
2. Pengaturan peningatan kapasitas alam untuk dijaga kelestariannya seperti
penghijauan.
3. Modifikasi dampak banjir dengan penggunaan teknik mmitigasi seperti auransi,
penghindaran banjir (Flood profing).
4. Modifikasi banjir yang terjadi (pegunungan) dengan bangunana pengontrol (waduk)
atau perbaikan sungai
BAB II

Analisis

Kodoatie J dan Sjarief (2013) menyimpulkan bahwa ,Perubahan tata guna lahan
menjadi salah satu prioritas yang mempengaruhi terjadinya bnajir yaitu debit puncak
naik dari 5 sampai 35 kali karena Daerah Aliran Sungai tidak ada yang menahan makan
aliran air permukaan menjadi bear, sehingga berakibat debit sungai menjadi besar da
terjadi erosi lahan yang berakibat sedimentasi di sungai sehingga kapasitas sungai
menjadi turun. Kawasan kumuh disepanjang sungai juga dapat merupakan penghambat
aliran,maupun daya tamping sungai.

Pembuangan air limbah ke badan sungai tidak selalu terus menerus sepanjang
hari. Limbah yang dibuang baik dari segi kuantitas, kualitas maupun waktu
pembuangannya berkaitan erat dengan kegiatan yang dilakukan oleh rumah tangga
secara individu, tempat-tempat pelayanan dan fasilitas umum maupun oleh pabrik yang
menghasilkan limbah tersebut. Air limbah dari sektor rumah tangga umumnya dibuang
pada pagi hari hingga sore hari dan mencapai puncaknya pada sekitar pukul 07.00 –
10.00 dan 16.00 – 20.00 sehingga komposisi air limbah tidak akan konstan sepanjang
waktu. Sekitar 60% - 80% dari total air yang digunakan dalam rumah tangga dibuang
sebagai limbah cair. Limbah tersebut secara langsung maupun tidak akan mencapai
badan air (air tanah, sungai, danau) sehingga mempengaruhi kualitas badan air
(Sudarmadji, 1995 dalam sasongko, 2006).

Diketahui penduduk yang tidak mempunyai jamban , limbah yang dihasilkan


akan 100% masuk ke badan sungai sedangkan penduduk yang memiliki jamban sikitar
60 % - 80% dari total air yang digunakan dalam rumah tangga di gunakan sebagai
limbah cair.

Menurut hasil penelitian Dwi Sukma (2012), di dapatkan jumlah pemukiman


yang tidak memiliki jamban 11 rumah dan jumlah yang meiliki jamban sebanyak 46
rumah atau hanya 23.9 % dari jumlah pemukiman yang mempunyai jamban . Akan
tetapi tingkat Biological Oxygen Demand (BOD) yang tidak mempunyai jamban
hampir dua kali lipat di bandingkan yang mempunyai jamban. Limbah BOD penduduk
yang tidak mempunyai jamban sebesar 4.430 mg/hari sedangkan yang mempunyai
jamban limbah BOD hanya sebesar 11.000 mg/hari.

Terdapat beberapa skenario dalam upaya menyelesaikan masalah akibat


keberdaan lahan pemukiman yang mempengaruhi kualitas air di daerah alliran sungai
bengawan solo . Pertama, adanya instalasi pengolahan air limbah pemukiman (IPAL)
diharapkan dapat menurunkan tingkat pencemaran air sungai. Kedua, penyuluhan atau
edukasi terhdap penduduk yang tinggal di daerah aliran sungai Bengawan Solo
diharapkan dengan meningkatkan kesadaran penduduk.

Diperlukan juga upaya – upaya guna penangulangan banjir. Menanggunlangi


banjir banjir berarti merekayasa seluruh aliran sungai secara fisik dan nonfisik, meliputi
lima aspek yaitu, konservasi , daya rusak, pemberdaya masyarakat,system informasi dan
pengelolaan (sebagaimana diamanatkan dlam UU No.7/2004 tentang sumber daya air).
BAB III

A. Kesimpulan

Pola kualitas air di pengaruhi oleh pola kualitas penduduk yang berada di sekitar
Aliran Sungai Bengawan Solo , dimana penduduk yang tidak mempunyai jamban
cenderung akan berperilaku buruk seperti melakukan aktivitas secara langsung ke
sungai yaitu buang air, mandi dan cuci. Serta adanya saluran pembuangan limbah rumah
tangga langsung di buang ke sungai. Implikasi yang terjadi dengan tingkat pencemaran
yang cukup tinggi adalah akan memberikan dampak pada ketersediaan air bersih.

Penyebab terjadinya banjir itu pada Daerah Aliran Sungai (DAS) Bengawan
Solo salah satu penyebabnya adanya keberadaan lahan pemukiman dan perubahan tata
guna lahan.

B. Saran

Adanya penanggulangan banjir dari pihak pemerintah dengan serius dengan cara
adanya pelebaran sungai,pengaturan dan pengembangan daerah banjir, perbaikan
system jaringan sungai dan bendungan. Pada pencemaran air pemerintah harus
memfasilitasi pembangunan jamban untuk penduduk sekitar Daerah Aliran Sungai
Bengawan solo.

Peran masyarakat terutama penduduk sekitar DAS Bengawan Solo untuk senantiasa
menjadi kelestarian lingkungan sekitar .

Anda mungkin juga menyukai