Anda di halaman 1dari 11

PENGELOLAAN LINGKUNGAN

DAERAH ALIRAN SUNGAI

Oleh:

Haekal Awliya Muhammad Salman [21080117140080]

Mellinia Ramadhani[21080117130080]

Risaratih Sawundari [21080117130071]

DEPARTEMEN TEKNIK LINGKUNGAN

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS DIPONEGORO

2017
Kata Pengantar

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang.
Kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan
rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan
makalah kimia tentang Pengelolaan Lingkungan Daerah aliran Sungai.

Makalah ilmiah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan
dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan maklah ini. Untuk itu
kami menyampaikan banyak terima kasih kepada smua pihak yang telah
berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.

Terlepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan
baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan
tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami
dapat memperbaiki makalah kimia ini.

Akhir kata kami berharap semoga makalah ilmiah tentang Pengelolaan Lingkungan
Daerah Aliran Sungai ini dapat memberikan manfaat maupun inspirasi terhadap
pembaca.

Semarang, 21 Agustus 2017

Penyusun
BAB I

Pendahuluan

A. Latar Belakang
Daerah Aliran Sungai (DAS) secara umum didefinisikan sebagai
suatu hamparan wilayah yang dibatasi oleh pembatas topografi (punggung
bukit) yang menerima dan mengumpulkan air hujan, sedimen, dan unsur
hara serta mengalirkannya ke anak-anak sungai lalu diteruskan ke sungai
utama menuju laut atau danau. Pada daerah aliran sungai terdapat berbagai
macam penggunaan lahan, misalnya hutan, lahan pertanian, pemukiman dan
infrastruktur publik. Namun, keadaan DAS di Indonesia sekarang ini sangat
memprihatinkan karena perilaku masyarakat yang masih membuang
sampah dan limbah ke sungai. Keaadaan ini menyebabkan berbagai masalah
di DAS seperti pendangkalan sungai, penyempitan sungai, air yang tercemar,
serta dapat menyebabkan bencana alam. Oleh karena itu pengelolaan DAS
sangat diperlukan agar dapat menunjang kehidupan masyarakat.
Pengelolaan DAS membutuhkan peran serta masyarakat dan pemerintah
untuk menjaga ketersediaan air dan kondisi kelestarian lingkungan sekitar
DAS.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana solusi menghadapi berbagai permasalahan yang ada di
DAS?
2. Bagaimana cara mengelola DAS dengan baik?
C. Tujuan
1. Menjelaskan solusi untuk menghadapi berbagai permasalahan di DAS
2. Menjelaskan pengelolaan DAS yang baik
D. Manfaat
1. Untuk mengetahui solusi permasalahn DAS
2. Untuk mengetahui pengolaan DAS
BAB II

Pembahasan

A. Solusi Permasalahan DAS


Sebagai komponen terpenting dalam kehidupan, keberadaan air sudah
selayaknya dijaga dan dilestarikan. Kaidah-kaidah konservasi air harus
dipatuhi dalam kehidupan sehari-hari agar kelestarian air dapat berlangsung
hingga masa depan. Sayangnya, masyarakat dan pemerintah cenderung
terlena oleh potensi menguntungkan dari sungai, dan tanpa disadari
memperbesar potensi kerugian dari sungai tersebut. Berkurangnya daerah
konservasi lahan, padatnya permukiman penduduk, pencemaran sungai oleh
limbah domestik dan industri, dan lainnya menyebabkan masalah seperti
pendangkalan sungai, penyempitan sungai, air yang tercemar, serta dapat
menimbulkan banjir. Hal tersebut merupakan permasalahan yang harus
diselesaikan bersama-sama antara pemerintah dan masyarakat. Koordinasi,
pembagian tanggung jawab, dan keharmonisan komunikasi antara keduanya
diyakini akan menyelesaikan permasalahan pelik yang terjadi di Daerah
Aliran Sungai (DAS). Berbagai permasalahan yang terjadi di daerah aliran
sungai di Indonesia diantaranya sebagai berikut.
1. Pendangkalan Sungai
Pendangkalan sungai terjadi karena adanya timbunan tanah dan
sampah yang berada di bantara sungai waktu demi waktu memasuki
daerah tengah sungai yang juga mengakibatkan penyempitan bantara
sungai. Timbunan itu bergerak ke arah sungai disebabkan oleh padatnya
pemukiman di sekitar bantara sungai yang tidak sesuai dengan
peraturan pemerintah mengenai batas bangun di sekitar bantara sungai.
Untuk mengatasi masalah tersebut hal pertama yang harus dilakukan
adalah re-lokasi untuk penduduk-penduduk yang tinggal di bantara
sungai. Untuk itu, pemerintah perlu menyediakan tempat tinggal layak
huni, seperti halnya rumah susun maupun bisa dengan program
transmigrasi. Alasan mereka membangun rumah di daerah sungai
dikarenakan mahalnya lahan maupun rumah di daerah perkotaan.
Setelah dilakukan re-lokasi rumah warga, tindakan selanjutnya adalah
pengerukan. Pengerukan ini bertujuan untuk menambah volume sungai.
Agar ekosistem sungai dan sekitarnya bisa kembali normal, maka dapat
dilakukan reboisasi, karena akar-akar tanaman dapat memperkuat tanah
yang baru saja dibenahi. Ada satu hal yang terpenting untuk kesuksesan
kebijakan ini. Yaitu, adanya kesadaran dari para penduduk. Untuk
meningkatkan kesadaran penduduk terhadap kesehatan sungai dapat
dilakukan dengan mengadakan penyuluhan mengenai lingkungan
sosialisasi mengenai lingkungan melaui media massa, seperti televisi,
radio, dan media cetak atau massa lainnya.
2. Penyempitan Sungai
Penyempitan sungai umumnya terjadi di daerah perkotaan, yaitu
penggunaan bantaran sungai bahkan di tebing sungai untuk bangunan
pertokoan, rumah atau hotel. Menurut Peraturan Menteri PU No. 63
Tahun 1993 menyebutkan bahwa di daerah sempadan sungai dilarang
untuk membuang sampah, limbah, dan mendirikan bangunan permanen
untuk hunian atau tempat usaha. Namun tetap saja terjadi pelanggaran
dan bangunan-bangunan di sempadan sungai tetap ada, bahkan di daerah
perkotaan di Indonesia yang sangat padat penduduknya, bangunan tidak
hanya di sempadan tetapi di sebagian di atas sungai. Akibatnya sungai
semakin menyempit. Upaya untuk mengatasi permasalahan-
permasalahan sungai bisa berhasil jika dilakukan dalam satu manajemen
hulu sampai hilir dengan melibatkan semua stakeholder terkait, yaitu
dengan lintas wilayah administratif dan lintas sektor dalam DAS.
3. Air yang Tercemar
Sungai dikatakan tercemar apabila dalam air sungai terdapat berbagai
macam zat atau kondisi yang dapat menurunkan standar kualitas air yang
ditentukan, sehingga tidak sesuai digunakan untuk kebutuhan tertentu.
Penyebab pencemaran sungai berasal dari buangan limbah domestik,
limbah industri dan rumah sakit. Limbah domestik menduduki masalah
utama dalam pencemaran sungai saat ini, karena pengendaliannya relatif
lebih sulit bila dibandingkan dengan Industri ataupun rumah sakit. Hal
ini terkait dengan kultur masyarakat yang masih menganggap sungai
sebagai tempat pembuangan segala macam limbah dan sampah. Dari
limbah domestik inilah sumber bakteri Koli terbesar sebagai pencemar
sungai. Seperti diketahui bakteri Koli menyebabkan penyakit perut jika
airnya dikonsumsi tanpa pengolahan yang sempurna. Upaya untuk
mengatasi permasalahan-permasalahan pencemaran air Melakukan
penghematan penggunaan air. Hindari membuang sampah di sungai
atau di saringan irigasi untuk menghindari pencemaran dan
penyumbatan saluran irigasi. Buanglah sampah pada tempatnya.
Pengaturan pembuangan sampah, sebaiknya diatur dengan baik seperti
memisahkan antar sampah organi dan anorganik. Sebab perlakuan
pembuangan limbah-limbah tersebut berbeda-beda berdasarkan
jenisnya utamanya untuk mengurangi penguapan sampah. selain itu
limbah-limbah sampah tersebut juga dapat dengan mudah didaur ulang
apa bila masih memungkinkan.

B. Pengelolaan DAS
Pengelolaan DAS pada dasarnya ditujukan untuk terwujudnya
kondisi yang optimal dari sumberdaya vegetasi, tanah dan air sehingga
mampu memberi manfaat secara maksimal dan berkesinambungan bagi
kesejahteraan manusia. Bagian hulu DAS seringkali mengalami konflik
kepentingan dalam penggunaan lahan, terutama untuk kegiatan pertanian,
pariwisata, pertambangan, serta permukiman. Mengingat DAS bagian hulu
mempunyai keterbatasan kemampuan, maka setiap kesalahan pemanfaatan
akan berdampak negatif pada bagian hilirnya. Selama ini metodologi
perencanaan DAS secara terpadu kurang memperhatikan aspek-aspek yang
mengintegrasikan berbagai kepentingan kegiatan pembangunan, misalnya
antara kepentingan pengembangan pertanian, kepentingan industri,
kepentingan daya dukung lingkungan (ecological demands). Perkembangan
pembangunan di bidang permukiman, pertanian, perkebunan, industri,
eksploitasi SDA berupa penambangan, dan eksploitasi hutan menyebabkan
penurunan kondisi hidrologis suatu DAS yang menyebabkan kemampuan
DAS untuk berfungsi sebagai penyimpan air pada musim hujan dan
kemudian dipergunakan melepas air pada musim kemarau. Ketika air hujan
turun pada musim penghujan air akan langsung mengalir menjadi aliran
permukaan yang seringkali menyebabkan banjir dan sebaliknya pada musim
kemarau aliran air menjadi sangat kecil bahkan pada beberapa kasus sungai
tidak terdapat aliran air.
Pentingnya posisi DAS sebagai unit pengelolaan yang utuh merupakan
konsekuensi logis untuk menjaga kesinambungan pemanfaatan sumberdaya
hutan, tanah dan air. Kurang tepatnya perencanaan dapat mengakibatkan
lahan menjadi gundul, tanah/lahan menjadi kritis dan erosi pada lereng-
lereng curam. Pada akhirnya terjadi banjir yang besar di musim hujan, debit
sungai menjadi sangat rendah di musim kemarau, kelembaban tanah di
sekitar hutan menjadi berkurang di musim kemarau sehingga dapat
menimbulkan kebakaran hutan, terjadinya percepatan sedimen pada waduk-
waduk dan jaringan irigasi yang ada, serta penurunan kualitas air. Pada
prinsipnya kebijakan pengelolaan daerah aliran sungai (DAS) secara
terpadu merupakan hal yang sangat penting dalam rangka mengurangi dan
menghadapi permasalahan sumberdaya air baik dari segi kualitas dan
kuantitasnya. Kebijakan ini merupakan bagian terintegrasi dari kebijakan
lingkungan yang didasarkan pada data akademis maupun teknis,
beragamnya kondisi lingkungan pada beberapa daerah dan perkembangan
ekonomi dan sosial. Dengan beragamnya kondisi, maka beragam dan
spesifik juga solusinya. Keberagaman ini harus diperhitungkan dalam
perencanaan dan pengambilan keputusan untuk memastikan bahwa
perlindungan dan penggunaan DAS secara berkelanjutan ada dalam suatu
rangkaian kerangka kerja (framework).
BAB III
Penutup
A. Kesimpulan
1 Penyelesaian permasalahan DAS berbeda-beda tergantung pada spesifik
masalahnya. Untuk permasalahan pendangkalan sungai dapat dilakukan
dengan re-lokasi rumah penduduk disekitar sungai, pengerukan dan
reboisasi. Sedangkan untuk penyempitan sungai dapat di lakukan
dengan manajemen hulu sampai hilir dengan melibatkan semua
stakeholder terkait, yaitu dengan lintas wilayah administratif dan lintas
sektor dalam DAS. Sedangkan untuk air yang tercemar adalah
melakukan penghematan penggunaan air dan hindari membuang
sampah di sungai.
2 kebijakan pengelolaan daerah aliran sungai (DAS) secara terpadu yang
didasarkan pada data akademis maupun teknis, beragamnya kondisi
lingkungan pada beberapa daerah dan perkembangan ekonomi dan
sosial.
3 Saran
Lampiran
Daftar Pustaka

http://ptrukina.com/service/service-1/

http://journals.itb.ac.id/index.php/sostek/article/view/1086/692

http://blh.jogjaprov.go.id/detailpost/ekosistem-sungai-eksistensinya-sebagai-
penyangga-kehidupan

https://www.bappenas.go.id/files/1213/5053/3289/17kajian-model-pengelolaan-
daerah-aliran-sungai-das-terpadu__20081123002641__16.pdf

melliniaramadhani4120@yahoo.co.id

Anda mungkin juga menyukai