Anda di halaman 1dari 5

TUGAS PSDA

Jelaskan permasalahan dan tantangan sumber daya air di indonesia. Perlukan


pengelolaan sumber daya air? Jelaskan!

http://yogabowoleksono.blogspot.com/2017/01/permasalahan-sumber-daya-air.html
https://sangkualita.blogspot.com/2016/11/permasalahan-pengelolaan-dan.html
https://www.academia.edu/19076256/Makalah_Permasalahan_Pengelolaan_Sumber_Daya_Air
https://jurnaltoddoppuli.wordpress.com/2012/03/02/tantangan-pengelolaan-sumber-daya-air-di-
indonesia/
Sumber daya air adalah air, sumber air, dan daya air yang dikandung di dalamnya, dimana
sumber air adalah tempat atau wadah air alami dan atau buatan yang terdapat pada, di atas, ataupun di
bawah permukaan tanah. Selain itu, sumber daya air merupakan salah satu sumber daya alam
yang vital baik untuk kehidupan flora, fauna, dan manusia di muka bumi maupun untuk
kebutuhan manusia dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari di berbagai sektor kehidupan.
Namun, saat ini masyarakat di berbagai tempat di dunia, baik di daerah perkotaan maupun
perdesaan sedang mengalami permasalahan terkait sumberdaya air. Di Indonesia, umumnya
permasalahan sumber daya air terdiri dari 3 sisi yaitu :
1. PERMASALAHAN  SUMBER DAYA AIR DARI SISI PASOKAN/KETERSEDIAAN.
a. Pengaruh Global Climate Change
Pengaruh global climate change seperti “efek rumah kaca”, pemanasan global dan
sebagainya menyebabkan semakin sering dan semakin besarnya intensitas “extreme
climate events” sebagaimana dua kejadian yang berlawanan yang kita alami akhir-akhir
ini yaitu LaNina (fenomena /curah hujan dengan intensitas tinggi yang berlangsung lama
disuatu tempat) dan ElNino ( fenomena sebaliknya /kekeringan)

Di Indonesia, pengaruh pemanasan global berpotensi menyebabkan perubahan iklim,


yang antara lain terlihat dari penyebaran curah hujan yang tidak merata dan cenderung
berkumpul di satu area, serta pola perubahan musim yang kerap berubah. Bila perubahan
iklim ini tidak diantisipasi, dampaknya bisa sangat merugikan, misalnya saat musim
penghujan sering terjadi bencana alam seperti banjir serta tanah longsor dan pada saat
musim kemarau terjadi kekeringan.

b. Kerusakan Daerah Aliran Sungai


Semakin meluasnya degradasi DAS dan semakin tingginya sedimentasi akibat
pembabatan hutan dan praktek pertanian serta perkebunan yang tidak mengikuti aspek
konservasi tanah dan air yang didorong oleh tekanan kependudukan dan meningkatnya
kegiatan ekonomi dan tata guna tanah serta tata ruang yang tidak kondusif.
c. Kerusakan Sumber Air
Menyempitnya  sungai-sungai karena tingginya tingkat kandungan lumpur akibat erosi
dan sedimentasi yang disebabkan rusaknya DAS maupun akibat sampah yang dibuang
penduduk disekitar sungai. Sungai yang menyempit akan menyebabkan melimpahnya
aliran sungai diwaktu banjir. Adanya situ-situ yang dikonversi menjadi daerah
pemukiman menyebabkan semakin menurunnya resapan untuk “recharge” air
tanah.  Tercemarnya sumber-sumber air seperti sungai, danau, dan waduk oleh limbah
industri, penduduk maupun pertanian.
d. Krisis Air
Semakin meningkatnya kekurangan air dan konflik antar pemakai tentang penggunaan
air yang terjadi terutama pada musim kemarau di daerah-daerah rawan air meskipun
siklus curah hujan relative sama dari tahun ke tahun. Hal ini terjadi karena disatu sisi
pasokan air alamiah (curah hujan) relatif sama tapi kualitas air yang secara alamiah
mengalir di sungai menurun akibat menurunnya fungsi resapan dari DAS serta
pencemaran air sungai akibat prilaku bahwa sungai adalah tempat pembuangan segala
macam sampah dan limbah yang paling gampang. Disisi lain, kebutuhan air semakin
meningkat akibat pertumbuhan penduduk dan pertumbuhan ekonomi, sehingga telah
terjadi ketidak seimbangan  antara pasokan air dan kebutuhan akan air.
e. Pencemaran Air Tanah
Pada beberapa tempat air tanah telah tercemar oleh intrusi air laut  dan limbah domestic
dan industry. Hal ini akan membahayakan penduduk yang memakainya sebagi air
minum.
f. Ancaman hujan asam karena polusi udara telah mencapai ambang yang
membahayakan, hal ini terjadi di dan sekitar kota besar

2. PERMASALAHAN DARI SISI PENGGUNAAN.


a. Dampak pertumbuhan penduduk
Pertumbuhan penduduk sebesar rata-rata 1,2 % pertahun akan menimbulkan
bertambahnya kebutuhan akan pangan dan bahkan tekanan yang sangat besar atas tanah
(lahan ) dan air. Untuk memenuhi kebutuhan pangan (beras )sampai dengan tahun 2020
maka paling tidak 1,1 s/d 2,1 juta sawah beririgasi baru harus dibangun (sebagai
tambahan 7,3 juta Ha yang ada). Sedangkan untuk kebutuhan air bersih (domestic,
perkotaan dan industry ) daerah perkotaan s/d tahun 2004 akan menjadi 243.000
liter/detik atau diperlukan penambahan sebesar 152.000 liter/detik dari yang ada
sekarang ini.
b. Dampak pertumbuhan ekonomi
Pertumbuhan ekonomi yang dimanifestasikan dalam meningkatnya kegiatan industry ,
jasa dan perkotaan memerlukan dukungan dari berbagai sector diantaranya penyediaan
air baku. Kebutuhan air baku untuk industry ,jasa dan perkotaan diperkirakan akan
meningkat sebesar 2 s/d 3 kali dari kebutuhan.
c. Daerah irigasi beralih fungsi menjadi daerah pemukiman dan industry
Menurut perkiraan INUDS (Indonesian National Urban Develompment Study) yang
dikutip dari World Bank selama kurun waktu 1980-1985, areal perkotaan di Indonesia
secara fisik bertambah luas sebanyak 367.500 Hektar atau kira-kira 25.100 ha pertahun ,
dimana 60 % perkembangan terjadi di Jawa ; 20% di Sumatera , dan 20% lainnya di
Kawasan Timur. Perkiraan ini memberikan kecenderungan bahwa wilayah perkotaan di
Jawa  akan bertambah luas 15.000 Ha pertahun, disamping itu perluasan untuk
pembangunan jalan dan industry akan membutuhkan lahan kira-kira 40.000 pertahun.
Lebih jauh lagi sampai dengan 2010 di Jawa aka nada 390.000 Ha ( 13,6%) dari 3,4 juta
Ha sawah irigasi yang potensial untuk dikonversi menjadi lahan non-pertanian karena
letaknya yang strategis didekat pusat pertumbuhan industry maupun pemukiman
d. Perilaku boros air , tidak peduli dan tidak ramah lingkungan
Prilaku masyarakat yang boros air dapat dilihat dalam kehidupan sehari-hari , demikian
juga pembuangan sampah padat dan limbah cair ke air dan sumber air tidak saja
menyebabkan penyempitan sungai tetapi juga menebarkan bau tidak sedap disepanjang
sungai/kanal.
3. PERMASALAHAN DARI SISI MANAJEMEN
a. Penanganan yang terfragmentasi
Dengan sifat SDA yang dinamis maka penanganan SDA menjadi terfregmentasi di
beberapa departemen. tiap sector menangani sehingga cenderung membentuk egoism
sektoral yang menitik beratkan kepada kepentingan masing-masing. Akibatnya terjadi
tumpang tindih maupun “gap” (kekosongan) tanggung jawab dan wewenang institusi
yang merencanakan dna membuat aturan.  Institusi yang berhubungan dengan kualitas
air misalnya , juga bermacam-macam sehingga sampai saat ini masalah lingkungan
masih belum terpecahkan.
b. Kelemahan koordinasi. dimana koordinasi  pengelolaan sumber daya air dipusat
maupun daerah masih lemah., meliputu :
- Lembaga koordinasi di tingkat pusat baru mencakup antar instansi terkait dan belum
melibatkan seluruh komponen stakeholder secara lengkap
- Belum optimalnya fungsi lembaga koordinasi di tingkat Provinsi yaitu Panitia Tata
Pengaturan Air (PTPA) dan tingkat satuan wilayah sungai (SWS) yaitu Panitia
Pelaksana Tata Pengaturan Air (PPTPA) di Jawa dan belum berfungsinya / terbentuk
PTPA dan PPTPA di provinsi-provinsi luar Jawa.
- PTPA dan PPTPA belum mencakup seluruh komponen stakeholder
- Belum memadainya  perangkat peraturan perundang-undangan
Perangkat peraturan perundang –undangan maupun Petunjuk Perlaksanaanya dan
Petunjuk Teknisnya yang melandasi pengelolaan sumberdaya air yang ada telah
ketinggalan (kadaluarsa).
Memelihara keberadaan, sifat dan fungsi serta keberlanjutan sda agar dapat tersedia dalam
kualitas dan kuantitas yg memadai guna memenuhi kebutuhan MH
Air merupakan sumber daya yang mempunyai nilai ekonomis. Nilai ekonomi akan berbeda di setiap
lokasi karena ketersediaannya, dimana karena banyaknya yang membutuhkan air maka bukan tidak
mungkin air bersih di muka bumi ini akan tidak mencukupi karena keberadaannya yang terbatas. Selain
keberadaan air di bumi terbatas, sebenarnya penyebarannya di muka bumi ini juga tidak merata, seperti
daerah kering dan gurun pasir jumlah air lebih sedikit dibandingkan dengan jumlah air di daerah hutan
hujan tropis.

Selain itu, nilai ekonomi air juga akan semakin tinggi karena air menjadi salah satu input untuk proses
industri berbagai produk yang memerlukan air, seperti industri yang memproduksi minuman, industri
berbagai produk. Pada kondisi jumlah yang membutuhkan semakin meningkat maka potensi terjadinya
konflik sangat besar sehingga perlu berhati-hati dalam memanfaatkannya serta perlu adanya
pengelolaan sumber daya air yang baik.

Sebagai sumber daya alam maka kegiatan pengelolaan sumber daya air menjadi penting agar yang
membutuhkan air dapat mendapatkan akses yang sama baiknya dari segi ruang, waktu, kualitas, dan
kuantitasnya dalam memenuhi kebutuhan pokoknya untuk air minum dan sanitasi, maupun untuk
memenuhi kebutuhan penghidupannya sebagai petani untuk mengairi tanamannya serta untuk
memproduksi berbagai produk seperti deterjen, kain, dan produk lainnya yang proses produksinya
memerlukan air. Memelihara keberadaan, sifat dan fungsi serta keberlanjutan sda agar dapat
tersedia dalam kualitas dan kuantitas yg memadai guna memenuhi kebutuhan MH

Pengelolaan sumber daya air merupakan suatu proses yang mendorong keterpaduan antara
pembangunan dan pengelolaan air, tanah, dan sumber daya lainnya, dengan tujuan untuk
memaksimalkan kesejahteraan sosial ekonomi dan memperhatikan keberlanjutan ekosistem

Anda mungkin juga menyukai