Anda di halaman 1dari 8

MAKALAH JURNAL NASIONAL DAN INTERNASIONAL

PERMASALAHAN DAS

Dosen Pengampu : Yus aktiva,ST.MT

Suryo hidayatulloh (1494094010)

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS HASYIM ASYARI

2017
KESIMPULAN ANALISA RUNOFF PADA SUB DAS
LEMATANG HULU

1* 2
Gina Putri Verrina , Dinar Dwi Anugrah ,
3
Sarino

Dampak masalah terhadap masyarakat daerah hilir DAS.

Dengan danya erosi pada bagian hulu sungai tentu akan berdampak buruk pula
pada bagian hilir sungai, demikian lah dampak yang terjadi dengan permasalahan
pada DAS di Desa Sumbergondo:

a. Pelumpuran dan pendangkalan

Tanah dan bagian-bagian tanah yang terangkut oleh aliran permukaan


diendapkan di bagian tertentu atau masuk ke sungai serta diendapkan di
dalam sungai, waduk, danau atau saluran-saluran air. Disamping itu,
bersama dengan sedimen, unsur-unsur hara terutama N dan P serta bahan
organik pun banyak yang ikut terbawa masuk ke dalam waduk atau sungai.
Hal ini mengakibatkan terjadinya eutrofikasi berlebihan dalam danau atau
waduk sehingga memungkinkan perkembangan tananam air menjadi lebih
cepat dan pada akhirnya mempercepat pendangkalan dan kerusakan DAS.
Pendangkalan di waduk juga sulit untuk dihindarkan. Dengan makin
dangkalnya waduk dapat mengurangi umur waduk. Artinya, daya guna waduk
yang semula diperkirakan dapat lama, ternyata baru beberapa tahun saja
sudah tidak berfungsi lagi. Sebagai contoh waduk Gajah Mungkur di
Wonogiri, Jawa Tengah. Waduk ini diperkirakan dapat mencapai umur 100
tahun ternyata setelah diteliti karena adanya sedimentasi maka hanya dapat
mencapai lebih kurang 27 tahun.

b. Memburuknya kualitas air

Sumberdaya alam utama yang terdapat dalam suatu DAS yang harus
diperhatikan dalam pengelolaan DAS adalah sumberdaya hayati, tanah dan
air. Sumberdaya tersebut peka terhadap berbagai macam kerusakan
(degradasi) seperti kehilangan keanekaragaman hayati (biodiversity),
kehilangan tanah (erosi), kehilangan unsur hara dari daerah perakaran
(kemerosotan kesuburan tanah atau pemiskinan tanah), akumulasi garam
(salinisasi), penggenangan (water logging), dan akumulasi limbah industri
atau limbah kota (pencemaran). Menurunnya kualitas air yang disebabkan
baik oleh sedimen yang bersumber dari erosi maupun limbah industri (polusi)
sudah sangat dirasakan di daerah aliran sungai yang berpenduduk padat.
Meningkatnya aktivitas pertambangan dan pembanguan pabrik yang tidak
diikuti dengan teknik konservasi dan penanganan limbah yang memadai juga
akan meningkatkan pencemaran yang luar biasa di bagian hilir

c. Kerusakan ekosistem perairan

Kerusakan ekosistem perairan pada DAS dapat terlihat pada kerusakan


habitat dan tempat memijah atau bertelur organisme air seperti ikan misalnya.
Pada daerah hulu kerusakan ini terjadi karena habitat dan tempat bertelur
awal bagi ikan ikut tergerus arus air. Sedangkan pada daerah hilir sungai
habitat dan tempat bertelur ikan hilang atau hancur akibat sedimentasi yang
berlebih dari tanah-tanah hasil proses erosi dari hulu sungai.
d. Meningkatnya frekuensi dan masa kekeringan dan banjir

Berkurangnya kapasitas infiltrasi tanah yang mengalami erosi akan


menyebabkan aliran permukaan (run off) meningkat. Peningkatan aliran

permukaan dan mendangkalnya sungai mengakibatkan banjir semakin sering

dengan tingkatan (derajat) yang semakin berat pada setiap musim hujan.
Terjadinya banjir sudah merupakan fenomena yang berulang setiap tahun di
banyak DAS di Indonesia. Berkurangnya infiltrasi air ke dalam tanah yang
mengalami erosi di bagian hulu DAS menyebabkan pengisian kembali (recharge)
air di bawah tanah (ground water) juga berkurang yang mengakibatkan
kekeringan di musim kemarau. Dengan demikian terlihat bahwa peristiwa banjir
dan kekeringan merupakan fenomena ikutan yang tidak terpisahkan dari
peristiwa erosi. (Rusdiyanto, 2012)

KESIMPULAN

Pada hasil survey di Desa sumbergondo, kecamatan Bumi aji, Kota batu
dapat disumpulkan bahwa Das mengalami gangguan, hal itu bisa dilihat dari
indikator kejerihan air yang sangat jauh dari kata jernih. Sehingga menimbulkan
banjir. Dan kemungkinan hal tersebut terjadi karena adanya alih fungsi lahan
pada daerah Hulu dari hutan menjadi lahan pertanian semusim sehingga lahan
kehilangan kanomi yang dapat menahan air hujan. Hal tersebut berdampak
terhadap pemecahan agregat oleh pukulan air hujan sehingga terjadi pengikisan
tanah. Hal tersebut ialah erosi. Dan erosi membawa partikel-partikel tanah ke
sungai sehingga menimbulkan pengendapan sedimentasi dibagian Hilir sungai.
Kejadian tersebut sangatlah berdampak negatif terhadap masyarakn yang
berada pada hulu serta hilir sungai.

Untuk bagian Hulu permasalahan yang terjadi setelah adanya proses


tersebut ialah terjadi degradasi lahan sehingga akan sangat berpengaruh
terhadap produkivitas tanaman budidayanya

sehingga menurunkan produksi dan sangat mempengaruhi pendapatan


masyarakat. Sedangkan

utnuk daerah hilir sungai permasalahan yang terjadi akibat adanya proses
tersebut ialah sedimentaasi yang menyebabkan pendangkalan sungai serta
menurunnya kualitas air. Hal tersebut dapatmenimbulkan kelangkaan terhadap
air bersih serta dapat menimbulkan banjir pada bagian hilir sungai sat hujan
kaena sungai tidak dapat lagi menampung debit air akibat terjadi pendangkalan.

Hal tersebut dapat diatasi dengan cara pengelolaan Das secara terpadu
mulai dari hulu sungai sampai dengan hilir, pengelolaan bukan berdasarkan
peraturan wilayah yang dilalui namu dengan cara keseluruhan terpadu.
Dilakukan secara bersama-sama. Karena jika dilakukan oleh daerah-daerah
yang terlewati sungai seringkali program pengelolaan tdak saling sejalan, bahkan
ada yang berlawanan. Sehingga perlu dilakukan secara terpadu dengan bantuan
pemerintah.
KOMENTAR

Semoga cepat dilakukan pembenahan oleh pemerintah dan juga masyarkat


sekitar DAS karena hal tersebut sangatlah tidak baik jika dibiarkan secara terus
menerus. Pihak-pihak yang terkait harus duduk bersama dan membahas serta
menetapkan rencana pengelolaan yang sejalan dengan cara win win solution.
Sehigga semua pihak mersa untung tidak ada yang merasa dirugikan.
KESIMPULAN JURNAL

IRRIGATION SYSTEM IN ISRAEL

Girma magersa dan Jemal abdulah

permasalahan

a. Masalah Sosial :
- Laju pertambahan penduduk yang tinggi
- Konflik pemanfaatan sumber daya alam
- Disiplin dan budaya masyarakat
- Partisifasi dan kesadaran masyarakat dalam pelestarian lingkungan
- Kelembagaan masyarakat masih lemah
- Tingkat pendidikan masyarakat masih rendah
b. Masalah Ekonomi
- Tingkat kesejahteraan masyarakat masih rendah
- Lapangan kerja masih sempit

- Pemilikan lahan terbatas


- Produktifitas lahan rendah

c. Masalah Kelembagaan
- Pertentangan kepentingan dan tumpang tindih kewenangan antar instansi pemerintah
- Peran Pemerintah Daerah kurang
- Lemahnya aturan dan penegakan hukum

Pendekatan sektoral pengelolaan daerah aliran sungai

Pendekatan sektoral pengelolaan daerah aliran sungai Dalam wawancara lainnya,


kepala lembaga yang dipilih mengakui bahwa kebanyakan dari mereka telah
menerapkan program dengan prioritas yang berbeda mengenai pengelolaan DAS
Inchaban. Hal ini juga diikuti oleh institusi pengguna dan manajemen, selain
pendekatan bottom-up, mulai menggunakan pendekatan manajemen sektoral. Hasil
ini sejalan dengan temuan Pretty and Shah (2000), dimana lembaga pengelolaan
daerah aliran sungai menerapkan program sesuai dengan target dan prioritas
mereka sendiri. Mengikuti pendekatan manajemen sektoral, ditemukan bahwa Ghana
Water Company Limited (GWCL) membatasi operasinya terhadap peningkatan
kualitas air dari daerah aliran sungai. Sedangkan Environmental Protection Agency
(EPA) melaksanakan proyek seperti Invasive Aquatic Water Project, Proyek Eceng
Gema dan Selada untuk melindungi kehidupan akuatik di Sungai Anakwari.
Wawancara lagi mengungkapkan bahwa Kementerian Pangan dan Pertanian (MoFA)
dan Otoritas Pembangunan Irigasi (IDA) telah fokus pada proyek rehabilitasi tanah.
Kebetulan, institusi manajemen telah mengikuti rencana pembangunan nasional
yang memiliki tujuan khusus untuk melestarikan daerah aliran sungai namun
melakukan operasi dengan tujuan yang berbeda, sehingga tidak berhasil. Dengan
semakin cepatnya penipisan DAS Inchaban, kepala lembaga manajemen
mengungkapkan ketidaksenangannya dalam pendekatan sektoral, dan oleh karena
itu diusulkan untuk internsional
KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

Dua pendekatan utama (pendekatan bottom-up dan pendekatan sektoral)


ditemukan untuk digunakan untuk pengelolaan DAS Inchaban. Pendekatan
bottom up paling sedikit dipraktekkan karena tantangan mendapatkan
dukungan masyarakat setelah pelaksanaan proyek (untuk menghemat DAS
Inchaban). Juga, hasil yang diperoleh dalam penelitian ini menunjukkan bahwa
tidak ada peraturan dan evaluasi oleh manajemen untuk memastikan
keberhasilan pelaksanaan proyek. Saat ini, ada keterlibatan terbatas dari lokasi
di tahap penting dari siklus proyek seperti fase pemantauan dan evaluasi. Ini
bertentangan dengan praktik dan adopsi pendekatan bottom-up yang mulus
dan berhasil dalam pengelolaan daerah aliran sungai di DAS Inchaban. Selain
itu, pendekatan manajemen thesectoral diadopsi karena institusi manajemen
berkonsentrasi pada aspek DAS yang berbeda untuk melestarikannya.

Komentar

Jurnal mengarah pada permasalahan kehidupan sedangakan isu pengelolaan air


tidak di bahas secara lengkap

Anda mungkin juga menyukai