Anda di halaman 1dari 13

PASAL 27 AYAT 1 UUD 1945

Segala warga negara bersamaan kedudukannya di dalam


hukum dan pemerintahan dan wajib menjunjung hukum
dan pemerintahan itu dengan tidak ada kecualinya.
Negara Republik Indonesia adalah yang berdasarkan hukum.

Rule of law [aturan hukum] merupakan konsep hukum dimana segenap lapisan
masyarakat dan Negara beserta kelembagaannya menjunjung tinggi supremasi
hukum yang dibangun diatas prinsip keadilan dan egaliter.

Di Indonesia, inti dari rule of law adalah jaminan keadilan bagi masyarakatnya,
khususnya keadilan sosial.

Akhir-akhir ini keadilan sulit untuk dicapai


Pengertian Persamaan di Hadapan
Hukum
Mengandung maksud semua warga negara sama kedudukannya di hadapan

hukum

Berarti bahwa tidak ada orang yang berada di atas hukum, baik pejabat

pemerintahan negara maupun warga negara biasa berkewajiban untuk


menaati hukum yang sama.
Lima aspek asas rule of law [Aturan Hukum] menurut H.W.R. Wade dalam
bukunya Administrative Law, yaitu:

1. Semua tindakan pemerintah harus menurut hukum.

2. Pemerintah harus berperilaku dalam suatu bingkai yang sesuai dengan


peraturan perundang-undangan dan prinsip-prinsip yang membatasi
kekuasaan diskresi.

3. Sengketa mengenai keabsahan [legality] tindakan pemerintah akan


diputuskan oleh pengadilan murni independen dari eksekutif.

4. Harus seimbang antara pemerintah dan warga negara.

5. Tidak seorang pun dapat dihukum kecuali atas kejahatan yang ditegaskan
menurut Undang-Undang.
Konsep Persamaan di Hadapan Hukum Menurut Pasal 27 Ayat 1 Teori Persamaan di
hadapan hukum yang dianut oleh UUD 1945 dicantumkan dalam Pasal 27 Ayat 1.
Ada dua hal yang patut dicatat disini, yakni:

1. Di satu pihak semua warga negara sama di hadapan hukum dan


pemerintahan.

2. Di lain pihak semua warga negara wajib mematuhi hukum dan


pemerintahan.
Konsep Persamaan di hadapan hukum menurut konstitusi 1945 adalah suatu
mata rantai antara hak dan kewajiban yang harus berfungsi menurut
kedudukannya masing-masing.
Kesamaan di hadapan hukum berarti setiap warga negara harus diperlakukan
adil oleh aparat penegak hukum dan pemerintah.
Di sisi lain warga negara wajib pula mematuhi hukum dan peraturan-
peraturan yang berlaku.
Teori dan konsep persamaan di hadapan hukum seperti yang dianut oleh Pasal
27 Ayat 1 UUD 1945 menjadi dasar perlindungan warga negara agar
diperlakukan sama dihadapan hukum dan pemerintahan.
Instansi Pemerintah terutama instasi penegak hukum dalam melaksanakan
tugasnya terikat secara konstitusional dengan nilai keadilan yang harus
diwujudkan dalam praktek.
Masalah yang dihadapi disini adalah apa yang diinginkan oleh nilai konstitusi
seringkali tidak sesuai dengan praktek di lapangan.
Kajian Pasal 27 Ayat 1 terhadap Kasus
Ketidakadilan Hukum di Indonesia
Supremasi hukum di Indonesia perlu direformasi agar dapat mencapai
tujuannya.
Keadilan di negeri ini sulit diraih seiring dengan buruknya prilaku para
penegak hukum.
Hukum dan keadilan seperti dua mata pisau yang saling berlawanan karena
hukum tidak lagi menciptakan keadilan dan bisa dibeli dengan uang.
Kasus ketidakadilan hukum di Indonesia sering terjadi.
Contoh kasus yang bertentangan dengan
Pasal 27 Ayat 1
Kalangan atas atau pejabat dapat menjalani kehidupan dengan tentram
walaupun mereka terjerat pelanggaran hukum sebaliknya masyarakat kalangan
bawah ataupun kalangan tidak mampu hanya bisa menerima perlakuan
ketidakadilan hukum dengan sabar. Terkadang mereka yang tidak bersalah bisa
menjadi korban hukum.
Contoh Kasus untuk Dijadikan
Perbandingan
a. Satuan Tugas Pemberantasan Mafia Hukum pada tanggal 10 Januari 2010
menggelar inspeksi mendadak di Rutan Pondok Bambu, Jakarta Timur, Aksi
sidak ini berhasil mengungkap perlakuan khusus pihak Rutan kepada tahanan
tertentu, salah satunya adalah Artalaya Suryani alias Ayin, terpidana kasus
suap terhadap Jaksa Urip Tri Gunawan. Satgas Mafia Hukum menemukan Ayin
mendapatkan ruangan mewah dengan fasilitas luar biasa, seperti pendingin
ruangan, telepon, ruang kerja, bahkan ruang tamu. Dan yang paling
mengagetkan, yang bersangkutan sedang dirawat oleh dokter spesialis saat
inspeksi.
b. Keadaan sebaliknya terjadi pada seorang nenek. Minah [55 th] divonis 1,5
bulan kurungan dengan masa percobaan 3 bulan oleh PN Purwokerto, 19
November 2009. Kasus ini bermula dari keinginannya untuk menambah bibit
kakao di rumahnya. Ketika itu, dia mengaku memetik tiga buah kakao matang
dan meninggalkannya di bawah pohon tersebut karena ingin memanen kedelai
di kebunnya. Salah seorang mandor perkebunan PT. RSA 4 yang sedang patrol
kemudian mengambil ketiga buah kakao tersebut dan bertanya siapa yang
memetik tiga buah kakao tersebut. Minah mengaku bahwa dirinyalah yang
memetik. Mendengar penjelasan tersebut, Si mandor memperingatkannya
bahwa kakao di perkebunan tersebut dilarang untuk dipetik warga. Peringatan
itu juga telah dipasang di depan jalan masuk perkebunan. Menyatakan bahwa
setiap orang tidak boleh merusak kebun ataupun menggunakan lahan kebun
hingga mengganggu produksi usaha perkebunan.
Minah yang buta huruf itu lalu meminta maaf kepada Si mandor dan
mengembalikan ketiga buah kakao itu kepadanya. Seminggu kemudian, dia
dipanggil oleh pihak kepolisian untuk dimintai keterangan terkait pemetikan
ketiga buah kakao tersebut. Proses hukumnya terus berlanjut sampai pada
akhirnya dia duduk sebagai seorang tedakwa kasus pencurian di PN
Purwokerto.
Dua kasus diatas adalah fakta dimana nilai Pasal 27 Ayat 1 UUD 1945 tidak sesuai
dengan praktek lapangan. Persamaan di hadapan hukum dan kewajiban
menjunjung tinggi hukum seperti tujuan para pemimpi yang menginginkan hidup
tertib dengan keadilan menjadi landasan.
Kesimpulan:
1. Praktek lapangan yang terjadi di Indonesia tidaklah sesuai dengan nilai
konstitusi Pasal 27 Ayat 1.
2. Terbukti dengan beberapa contoh kasus yang menguatkan fakta hukum di
Indonesia perlu direformasi.
3. Persamaan dihadapan hukum dan kewajiban menjunjung tinggi hukum
bertujuan untuk menciptakan keadilan melalui keteraturan, ketertiban dan
kepastian.
4. Untuk mencapai tujuan itu dibutuhkan partisipasi seluruh warga negara dalam
menaati hukum dan adanya institusi hukum beserta jajaran aparat penegak
hukum yang berkomitmen untuk membela hukum serta menjalankan keadilan
itu.
5. Jika terlaksana, negara ini akan tertib dan telah berhasil mencapai keadilan
sosial.

Anda mungkin juga menyukai