Anda di halaman 1dari 2

Pro dan Kontra Penanggulangan Dampak Buruk Degradasi

Lingkungan
Pendahuluan

Degradasi lingkungan alih-alih ditanggulangi, tampaknya semakin memburuk.


Seperti terbukti panas terik yang terjadi di banyak kota, kekeringan yang terjadi
berkepanjangan selama musim kemarau dan banjir, serta tanah longsor selama
musim hujan. Itu semua sebuah fenomena yang sayangnya akrab bagi
masyarakat Jakarta.

Para pembuat kebijakan telah lama menyadari kehancuran yang merupakan


konsekuensi tak terhindarkan dari pembangunan dan upaya besar-besaran
untuk memacu pertumbuhan ekonomi. Tidak mengherankan, ketika gerakan
hijau global untuk merekonsiliasi manusia dengan alam dimulai beberapa
dekade yang lalu. Pemerintah Orde Baru memutuskan untuk menangani
masalah lingkungan dengan serius dan membentuk kementerian lingkungan
negara.

Akan tetapi, sejarah menunjukkan bahwa kebijakan yang berkaitan dengan


lingkungan baik di tingkat nasional maupun regional telah gagal mengakhiri
degradasi lingkungan dan justru semakin cepat. Jika kita meminta
pertanggungjawaban pembuat kebijakan, kita harus mengakui bahwa mereka
telah berkompromi dengan seseorang.

Namun demikian, tidak ada yang meragukan bahwa para pemimpin dan
pembuat kebijakan dapat melakukan banyak hal untuk melindungi lingkungan
sebagai bagian dari mandat mereka. Pengamanan lingkungan dapat dimulai
dengan pemimpin dan pembuat kebijakan.

Sayangnya, tidak demikian halnya di Jakarta. Masyarakat telah


memperdebatkan rencana pemerintah provinsi untuk menyederhanakan
prosedur untuk mengamankan surat kelayakan lingkungan. Yang perlu
dikembangkan oleh para pengembang properti untuk memulai proyek konstruksi
mereka.

Isi

Kepala One-Stop Integrated Service Agency Edy Junaedi mengatakan Gubernur


Basuki  Tjahaja Purnama atau ‘Ahok’ akan mengeluarkan instruksi gubernur
yang akan mengakhiri persyaratan bagi pengembang untuk menyerahkan
dokumen Analisis Dampak Lingkungan (Amdal) bergeser ke persyaratan untuk
mendapatkan lingkungan dokumen skema manajemen dan skema pemantauan
lingkungan (UKL-UPL) dari lembaga.
Edy mengatakan kebijakan baru akan memotong birokrasi dan mempercepat
perizinan investasi, sesuatu yang sering diminta oleh investor. Dokumen Amdal
saat ini dikeluarkan oleh Badan Pengelolaan Lingkungan Jakarta (BPLHD)
sekitar 75 hari setelah aplikasi. Sementara di bawah pengaturan baru izin
lingkungan hanya membutuhkan waktu 15 hari.

Namun, ketika datang ke perlindungan lingkungan tidak ada yang mengatakan


atau menjelaskan dengan kejelasan bahasa yang sama. Di mana tanggung
jawab lembaga sektor publik dan swasta dimulai dan berakhir?

Sebaliknya, proyek-proyek individual digunakan sebagai proksi dalam


perselisihan yang semakin memanas. Operasi kehutanan, tambang, pelabuhan
kapal tanker, dan lain-lain menjadi titik awal hubungan dengan pihak-pihak yang
berseberangan. Mereka menggali tanah sebanyak mungkin.

Salah satu opsi bisa mengartikulasikan trade-off yang mungkin mewakili


keseimbangan yang adil antara kepentingan yang bersaing. Ada langkah-
langkah ke arah ini. Perusahaan yang mengusulkan proyek yang mempengaruhi
lingkungan biasanya menawarkan beberapa bentuk kompensasi atau ganti rugi.

Tetapi karena kita tidak memiliki mata uang yang mapan untuk merancang dan
menerima offset semacam itu, ketidakpercayaan mengarah pada konflik yang
sering berakhir di pengadilan. Ini bukan cara untuk sampai di jalan tengah.
Memang itu hampir memastikan permusuhan yang terjadi tetap berkelanjutan.

Bukan pengalihan otoritas dari BPLHD ke agen layanan satu atap yang penting
karena sebenarnya BPLHD akan diwakili dalam agensi baru. Kekhawatiran
terbesar adalah kemungkinan pelanggaran Undang-undang Perlindungan dan
Pengelolaan Lingkungan. Mereka menetapkan bahwa Amdal wajib untuk setiap
kegiatan yang mempengaruhi lingkungan dan tentunya analisisnya harus
dilakukan secara menyeluruh dan hati-hati.

Kesimpulan

Jika diberlakukan, instruksi gubernur akan mendorong proyek-proyek konstruksi


di seluruh Jakarta termasuk reklamasi besar-besaran di perairan ibu kota.
Pemerintah Jakarta harus belajar dari praktik lama mendukung kepentingan
ekonomi dengan mengorbankan lingkungan yang telah berkontribusi besar
terhadap banjir tahunan.

Memang benar bahwa pemerintah Jakarta tidak bisa berharap banyak dari
pencairan anggaran kota untuk menggerakkan perekonomian. Tetapi
mengabaikan perlindungan lingkungan akan memiliki hasil yang lebih buruk.

Anda mungkin juga menyukai