Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN TUGAS BESAR

SA-4101 PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR


BERKELANJUTAN

KAJIAN UMUM WADUK SENGGURUH


JAWA TIMUR

Diajukan dalam rangka memenuhi syarat mata kuliah SA-


4101 Pengelolaan Sumber Daya Air Berkelanjutan

Dosen :
Dr. Ir. Agung Wiyono Hadi Soeharno, M.Eng.

Disusun Oleh :
Nudy Arsyad Pratama 15818038

TEKNIK DAN PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR


FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN LINGKUNGAN
INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG
2021
DAFTAR ISI

Daftar Isi .................................................................................. Error! Bookmark not defined.


Daftar Gambar ......................................................................... Error! Bookmark not defined.
Daftar Tabel ............................................................................. Error! Bookmark not defined.
BAB 1 PENDAHULUAN ....................................................................................................... 5
1.1 Latar Belakang Pengelolaan Sumber Daya Air Berkelanjutan ................................... 5
1.2 Tujuan Pengelolaan Sumber Daya Air Berkelanjutan ................................................ 6
1.3 Permasalahan Pengelolaan Sumber Daya Air Berkelanjutan ..................................... 6
1.4 Pihak Pihak yang Berwenang dalam Pengelolaan Sumber Daya Air Berkelanjutan 10
BAB 2 ANALISIS DAERAH SUNGAI ............................................................................... 12
BAB 3 ANALISIS HIDROLOGI ......................................................................................... 13
BAB 4 ANALISIS KELAYAKAN EKONOMI ................................................................... 14
BAB 5 PROSES PENGAMBILAN KEBIJAKAN ............................................................... 15
BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN ................................................................................. 16
LAMPIRAN ............................................................................................................................. 17
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR TABEL
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Pengelolaan Sumber Daya Air Berkelanjutan


Air merupakan unsur yang vital bagi kehidupan manusia. Manfaat air bagi
kehidupan manusia sangatlah beragam, antara lain untuk kebutuhan domestik, irigasi,
industri, pembangkit listrik dan keperluan MCK. Keberadaan air di alam ini tetap
jumlahnya dalam berbagai wujud. Kandungan air di bumi pada dasarnya berlimpah,
volume seluruhnya mencapai 1.400.000.000 km3, lebih kurang 97% merupakan air laut
(air asin) yang tidak dapat dimanfaatkan secara langsung dalam kehidupan manusia. Dari
3% sisanya, 2% berupa gununggunung es di kedua kutub bumi, 0,75% merupakan air
tawar yang mendukung kehidupan makhluk hidup di darat baik berupa mata air, air
sungai, danau, maupun air tanah, dan selebihnya berupa uap air. Makin bertambah
jumlah penduduk di muka bumi ini, makin banyak air yang dibutuhkan, sedangkan
ketersediaan air yang dapat dimanfaatkan di alam ini jumlahnya terbatas. Air merupakan
sumber daya alam yang dapat terbaharui melalui kejadian alam yang bisa disebut proses
hidrologi. Ketersediaan air pada musim penghujan (musim basah) lebih besar
dibandingkan dengan musim kemarau (musim kering) dimana ketersediaan airnya mulai
berkurang. Sedangkan permintaan akan air cenderung meningkat.

Pemanfaatan sumber daya air merupakan salah satu kegiatan penting dalam
pemenuhan kebutuhan pembangunan di Indonesia. Maka perlu upaya yang dilakukan
untuk dapat lebih mengoptimalkan sumber daya air yang ada. Pengoptimalan sumber
daya air dapat dilakukan dengan merubah distribusi air alami menjadi distribusi air secara
buatan yaitu dengan melakukan rekayasa manusia diantaranya dengan membangun
waduk. Waduk adalah salah satu bangunan air yang digunakan untuk menampung debit
air berlebih pada saat musim basah agar dapat dimanfaatkan pada saat debit air rendah
saat musim kering.

Salah satu waduk di Indonesia yang dibangun untuk memenuhi berbagai


kebutuhan manusia adalah Waduk Brantas yang airnya dibendung oleh bendungan
bernama Bendungan Brantas. Bendungan ini memiliki berbagai fungsi, mulai dari
menanggulangi banjir, perikanan, memasok tenaga listrik menggunakan PLTA,
menampung air baku, baik domestik maupun non-domestik, serta menjadi penyedia air
irigasi yang melayani hingga 1100 ha sawah di Kabupaten Malang. Selain itu, bendungan
ini juga kerap dimanfaatkan sebagai objek wisata.

1.2 Tujuan Pengelolaan Sumber Daya Air Berkelanjutan


Tujuan dari pengelolaan sumber daya air berkelanjutan secara umum adalah sebagai
berikut:

1. Konservasi atau perlindungan sumber daya air


2. Pendayagunaan sumber daya air yang meliputi upaya penatagunaan, penyediaan,
penggunaan, pengembangan, dan pengusahaan.
3. Pengendalian dan penanggulangan daya rusak air.
4. Pemberdayaan dan peningkatan peran masyarakat, swasta dan pemerintah.
5. Peningkatan ketersediaan dan keterbukaan data dan informasi sumber daya air
termasuk sistem prasarana dan sarananya.

Sedangkan tujuan dalam pengerjaan tugas besar ini antara lain:

1. Menganalisis ketersediaan dan kebutuhan air Waduk.


2. Menentukan kebijakan pengelolaan Waduk.
3. Menganalisis kelayakan ekonomi dan benefit Waduk.

1.3 Permasalahan Pengelolaan Sumber Daya Air Berkelanjutan


Permasalahan Sumber Daya Air di Indonesia terdiri dari 3 sisi yaitu, permasalahan
dari sisi pasokan/ ketersediaan, permasalahan dari sisi penggunaan, dan permasalahan dari
sisi manajemen.
a. Permasalahan Sumber Daya Air dari Sisi Pasokan/Ketersediaan
- Pengaruh Global Climate Change.
Pengaruh global climate change seperti “efek rumah kaca”, pemanasan
global dan sebagainya menyebabkan semakin sering dan semakin besarnya
intensitas “extreme climate events” sebagaimana dua kejadian yang berlawanan
yang kita alami akhir-akhir ini yaitu La Nina (fenomena /curah hujan dengan
intensitas tinggi yang berlangsung lama disuatu tempat) dan ElNino ( fenomena
sebaliknya/kekeringan)
- Kerusakan Daerah Aliran Sungai.
Semakin meluasnya degradasi DAS dan semakin tingginya sedimentasi
akibat pembabatan hutan dan praktek pertanian serta perkebunan yang tidak
mengikuti aspek konservasi tanah dan air yang didorong oleh tekanan
kependudukan dan meningkatnya kegiatan ekonomi dan tata guna tanah serta
tata ruang yang tidak kondusif.
- Kerusakan Sumber Air.
Menyempitnya sungai-sungai karena tingginya tingkat kandungan
lumpur akibat erosi dan sedimentasi yang disebabkan rusaknya DAS maupun
akibat sampah yang dibuang penduduk disekitar sungai. Sungai yang
menyempit akan menyebabkan melimpahnya aliran sungai diwaktu banjir.
Adanya situ-situ yang dikonversi menjadi daerah pemukiman menyebabkan
semakin menurunnya resapan untuk “recharge” air tanah. Tercemarnya sumber-
sumber air seperti sungai, danau, dan waduk oleh limbah industri, penduduk
maupun pertanian.
- Krisis Air.
Semakin meningkatnya kekurangan air dan konflik antar pemakai
tentang penggunaan air yang terjadi terutama pada musim kemarau di daerah-
daerah rawan air meskipun siklus curah hujan relative sama dari tahun ke tahun.
Hal ini terjadi karena disatu sisi pasokan air alamiah (curah hujan) relatif sama
tapi kualitas air yang secara alamiah mengalir di sungai menurun akibat
menurunnya fungsi resapan dari DAS serta pencemaran air sungai akibat
prilaku bahwa sungai adalah tempat pembuangan segala macam sampah dan
limbah yang paling gampang. Disisi lain, kebutuhan air semakin meningkat
akibat pertumbuhan penduduk dan pertumbuhan ekonomi, sehingga telah
terjadi ketidak seimbangan antara pasokan air dan kebutuhan akan air.
- Pencemaran Air Tanah.
Pada beberapa tempat air tanah telah tercemar oleh intrusi air laut dan
limbah domestik dan industri. Hal ini akan membahayakan penduduk yang
memakainya sebagi air minum.
b. Permasalahan Sumber Daya Air dari Sisi Penggunaan
- Dampak pertumbuhan penduduk.
Pertumbuhan penduduk akan menimbulkan bertambahnya kebutuhan akan
pangan dan bahkan tekanan yang sangat besar atas tanah (lahan) dan air.
- Dampak pertumbuhan ekonomi.
Pertumbuhan ekonomi yang dimanifestasikan dalam meningkatnya
kegiatan industri, jasa dan perkotaan memerlukan dukungan dari berbagai sector
diantaranya penyediaan air baku. Kebutuhan air baku untuk industry ,jasa dan
perkotaan diperkirakan akan meningkat sebesar 2 s/d 3 kali dari kebutuhan.
- Daerah irigasi beralih fungsi menjadi daerah pemukiman dan industri.
Menurut perkiraan INUDS (Indonesian National Urban Develompment
Study) yang dikutip dari World Bank selama kurun waktu 1980-1985, areal
perkotaan di Indonesia secara fisik bertambah luas sebanyak 367.500 Hektar atau
kira-kira 25.100 ha pertahun , dimana 60 % perkembangan terjadi di Jawa ; 20%
di Sumatera , dan 20% lainnya di Kawasan Timur. Perkiraan ini memberikan
kecenderungan bahwa wilayah perkotaan di Jawa akan bertambah luas 15.000 Ha
pertahun, disamping itu perluasan untuk pembangunan jalan dan industri akan
membutuhkan lahan kira-kira 40.000 pertahun. Lebih jauh lagi sampai dengan
2010 di Jawa akan ada 390.000 Ha ( 13,6%) dari 3,4 juta Ha sawah irigasi yang
potensial untuk dikonversi menjadi lahan non-pertanian karena letaknya yang
strategis didekat pusat pertumbuhan industry maupun pemukiman.
- Perilaku boros air.
Tidak peduli dan tidak ramah lingkungan. Perilaku masyarakat yang
boros air dapat dilihat dalam kehidupan sehari-hari , demikian juga pembuangan
sampah padat dan limbah cair ke air dan sumber air tidak saja menyebabkan
penyempitan sungai tetapi juga menebarkan bau tidak sedap disepanjang
sungai/kanal.
c. Permasalahan Sumber Daya Air dari Sisi Manajemen
- Penanganan yang terfragmentasi.
Dengan sifat SDA yang dinamis maka penanganan SDA menjadi
terfregmentasi di beberapa departemen. Tiap sektor menangani sehingga
cenderung membentuk egoism sektoral yang menitik beratkan kepada
kepentingan masing-masing. Akibatnya terjadi
tumpang tindih maupun “gap” (kekosongan) tanggung jawab dan wewenang
institusi yang merencanakan dna membuat aturan. Institusi yang berhubungan
dengan kualitas air misalnya , juga bermacam-macam sehingga sampai saat ini
masalah lingkungan masih belum terpecahkan.
- Kelemahan koordinasi. Koordinasi pengelolaan sumber daya air dipusat maupun
daerah masih lemah.
• Lembaga koordinasi di tingkat pusat baru mencakup antar instansi terkait
dan belum melibatkan seluruh komponen stakeholder secara lengkap
• Belum optimalnya fungsi lembaga koordinasi di tingkat Provinsi yaitu
Panitia Tata Pengaturan Air (PTPA) dan tingkat satuan wilayah sungai
(SWS) yaitu Panitia Pelaksana Tata Pengaturan Air (PPTPA) di Jawa dan
belum berfungsinya / terbentuk PTPA dan PPTPA di provinsi- provinsi luar
Jawa.
• PTPA dan PPTPA belum mencakup seluruh komponen stakeholder .
• Belum memadainya perangkat peraturan perundang-undangan
1.4 Pihak Pihak yang Berwenang dalam Pengelolaan Sumber Daya Air Berkelanjutan

NO Nama Lembaga Fungsi dalam Pengelolaan Sumber Daya Air


1 Bapeda Perencanaan Primary Stakeholder
2 Dispenda Reritusi SDA Secondary Stakeholder
Finas
Perencanaan,
3 PU/Pengairan Key Stakeholder
Perizinan SDA
Provinsi
Reboisasi,
4 Dinas Kehutanan penanganan bencana Secondary Stakeholder
alan
Pemanfaatan air,
5 Perum Perhutani pengawasan sumber Primary Stakeholder
air
Perijinan SDA
6 Dinas Pengairan pemeliharaan sapras Key Stakeholder
irigasi
Konservasi Hulu
7 BPDAS Secondary Stakeholder
sungai
Pemeliharaan
8 BPSDAWS Rekomtek Primary Stakeholder
pengambilan air
Retibusi,
pemanfaatan
9 Perum Jasa Tirta pemeliharaan sarana Primary Stakeholder
prasarana SDA,
rekomtek
Perencanaan,
10 PDAM Secondary Stakeholder
Perizinan SDA

Menurut undang-undang N0 7 tahun 2004 tentang Sumber Daya Air pasal 15


dijelaskan bahwa wewenang dan tanggung jawab menetapkan dan mengelola kawasan
lindung sumber air pada wilayah sungai lintas kabupaten/kota adalah pemerintah
propinsi. c/q Dinas Pengelola Sumber Daya Air (DPSDA) setempat. Kewenangan dan
tanggung jawab pengelolaan sumber daya air termasuk mengatur, menetapkan, dan
memberi ijin atas peruntukan, penyediaan, penggunaan dan pengusahaan sumber daya
air pada wilayah sungai dengan tetap dalam kerangka konservasi dan pengendalian daya
rusak air sesuai kesepakatan global tahun 2000 dalam rangka Forum kedua Air Sedunia
di Den Haag telah di deklarasikan oleh para Menteri bahwa pengelola SDA
dilaksanakan dengan pendekatan Satuan Wilayah Sungai (SWS), pelaksanaanya
sinergis antara sektor publik, dunia usaha dan peran serta masyarakat ( Masyhudi 2005).
Sebagaimana dirumuskan oleh Global Water Partnership bahwa Pengelolaan Sumber
Daya Air Terpadu (IWRM) merupakan upaya mengintegrasikan pengelolaan
sumberdaya air, lahan dan sumberdaya terkait lainnya secara terkoordinasi dalam
rangka memaksimalkan resultan kondisi sosial dan ekonomi secara adil tanpa
mengorbankan kelestarian ekosistem yang vital.
BAB II
ANALISIS DAERAH ALIRAN SUNGAI

2.1 Penentuan Titik DAS


2.2 Perhitungan Luas DAS
2.3 Analisis Luas Tutupan Lahan di Bagian Hilir DAS
2.4 Peraturan Perundang-Undangan di DAS
BAB III
ANALISIS HIDROLOGI
BAB IV
ANALISIS KELAYAKAN EKONOMI
BAB V
PROSES PENGAMBILAN KEBIJAKAN
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai