Anda di halaman 1dari 4

ASPEK SOSIAL DALAM PENGELOLAAN DAERAH ALIRAN SUNGAI

Menurut UU No.7 tahun 2004, DAS adalah suatu wilayah daratan yang merupakan suatu kesatuan dengan sungai dan anak-anak sungainya, yang berfungsi menampung, menyimpan dan mengalirkan air yang berasal dari curah hujan ke danau atau ke laut secara alami, yang batas di darat merupakan pemisah topografis dan batas di laut sampai dengan daerah perairan yang masih terpengaruh aktifitas daratan. Bahaya ekologis, seperti banjir di kawasan hilir akan sangat berpeluang muncul manakala sistem ekologis di kawasan hulu tidak berfungsi dengan baik dalam menahan laju air yang datang akibat hujan. Mekanisme ekologis semacam ini meneguhkan arti sebuah DAS sebagai kesatuan hidrologis. Fakta ini juga menunjukkan betapa pentingnya suatu kesatuan sistem kebijakan sumberdaya alam dan lingkungan pada sekatan-sekatan kawasan DAS. Ketidakselarasan sistem pengelolaan dan kebijakan sumberdaya alam dan lingkungan yang berlaku di kawasan hulu-tengah-hilir pada sebuah DAS, akan menghasilkan kekacauan sistem tata air secara keseluruhan di DAS yang bersangkutan. Pendekatan pengelolaan daerah aliran sungai yang pernah diragukan efektivitasnya kini mulai relevan kembali seiring dengan semakin cepatnya laju degradasi sumber daya alam di daerah aliran sungai. Perubahan situasi, kondisi, dan pergeseran paradigma dalam pengelolaan daerah aliran sungai perlu diikuti dengan teknologi pengelolaan daerah aliran sungai yang sesuai. Pengelolaan DAS pada dasarnya ditujukan untuk terwujudnya kondisi yang optimal dari sumberdaya vegetasi, tanah dan air sehingga mampu memberi manfaat secara maksimal dan berkesinambungan bagi kesejahteraan manusia. Selain itu pengelolaan DAS dipahami sebagai suatu proses formulasi dan implementasi kegiatan atau program yang bersifat manipulasi sumberdaya alam dan manusia yang terdapat di DAS untuk memperoleh manfaat produksi dan jasa tanpa

menyebabkan terjadinya kerusakan sumberdaya air dan tanah, yang dalam hal ini termasuk identifikasi keterkaitan antara tataguna lahan, tanah dan air, dan keterkaitan antara daerah hulu dan hilir suatu DAS. Pendekatan yang digunakan dalam pengelolaan daerah Aliran Sungai ada berbagai macam, antara lain : 1. Pendekatan Fisik, contoh : pembangunan waduk atau cek dam, terrasering untuk pertanian, reboisasi, penataan ruang untuk tata guna lahan, dll. 2. Pendekatan Regulasi dan kelembagaan : pembentukan Peraturan Daerah, Kepres dll yang berkaitan dengan pelestarian DAS beserta sanksi-sanksinya. 3. Pendekatan Sosial Budaya, contoh : pelibatan masyarakat pada pemeliharaan hutan dengan sistem hutan sosial, penyuluhan mengenai program pelestarian lingkungan, pembentukan

kelompok-kelompok kerja, dll. Hal yang penting dalam pengelolaan DAS adalah perlu dilakukannya koordinasi dan keterpaduan dalam penyusunan program pemeliharaan DAS hulu (bangunan sipil, checkdam, konservasi, dan lain-lain), pemeliharaan sungai utama, anak sungai, drainase lintas, drainase dan masalah persampahan di kota, struktur organisasi yang fokus terhadap pengelolaan DAS dan alokasi dana, implementasi law enforcement terhadap pelanggaran tata ruang dan garis sempadan, serta koordinasi dalam perlibatan peran serta masyarakat. Secara sosiologis-ekonomis, kesehatan lingkungan DAS dikatakan lestari bila eksistensinya dapat menopang tingkat kehidupan masyarakat hari ini dan generasi mendatang secara stabil. Secara sosio-politis, DAS yang derajat kesehatan lingkungannya baik adalah DAS yang tidak menimbulkan perpecahan pada masyarakat, umumnya pada golongangolongan yang berbeda ideologi dan kepentingan. Daerah aliran sungai perkotaan adalah kawasan-kawasan yang dikelola terutama untuk pengaturan produksi air berkualitas tinggi. Kekurangan-

kekurangan air, dan meningkatnya pencemaran saluran pembuangan air alami, merupakan ancaman ynag terus menerus bagi kehidupan perkotaan. Di daerah dataran kota, sungai mengalami tekanan limbah domestik, limbah kota dan rumah tangga. Meningkatnya permintaan yang cepat dari kota-kota yang sedang berkembang menunjukkan bahwa kekurangan-kekurangan yang lebih umum adalah makin meningkat. Drainase perkotaan kondisinya sangat buruk akibat kurangnya atau belum tersedianya kelembagaan khusus yang menangani masalah pada DAS perkotaan (hilir). Keberadaan daerah aliran sungai (DAS) kota merupakan bukti pengakuan bahwa pengelolaan DAS dan manipulasi hutan yang intensif dapat memainkan peranan yang vital dalam memecahkan masalahmasalah setempat. Permasalahan lingkungan di DAS, terutama perkotaan, merupakan permasalahan pemerintah dan masyarakat, namun perlu disadari tidak semua hal yang berkaitan dengan jenis pencemaran atau perusakan lingkungan telah dijadikan permasalahan, faktor penyebabnya antara lain : Kurangnya kesadaran masyarakat untuk melapor; Kurangnya keberanian masyarakat untuk bertindak; Kurangnya pengetahuan masyarakat untuk menangani masalah lingkungan; Keterbatasan sarana dan prasarana dari pemerintah; Kurang tegasnya aparat (lingkungan) untuk bertindak; Tidak adanya satu pandangan / persepsi mengenai lingkungan.

DAFTAR PUSTAKA Hertanto, Hendrik Boby. 2011. Pengelolaan DAS Secara Terpadu sebagai Upaya untuk Melestarikan Lingkungan. www://hendrikugm.blogspot.com.

Diunduh tanggal 3 Mei 2012 pukul 10.00 WIB.

Anda mungkin juga menyukai