PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Sebagian wilayah Propinsi DIY mengalir beberapa sungai, antara lain
penghuni dan aparat pemerintah. Guna lebih dapat memberikan dasar yang kuat
tentang diperlukannya peraturan daerah mengenai sempadan sungai, maka perlu
disusun Naskah Akademik Sempadan Sungai.
1.2
sungai adalah untuk melakukan suatu kajian baik di atas meja (desk study)
maupun lapangan sebagai landasan berpikir mengenai pengaturan penetapan
sempadan sungai di wilayah Propinsi DIY. Hasil kajian ini selanjutnya digunakan
sebagai acuan untuk menyusun ketentuan-ketentuan mengenai penetapan
sempadan sungai, meliputi dasar filosofis, sosiologis, yuridis, pokok dan lingkup
materi yang akan diatur.
1.3
mengalir dari hulu ke hilir dapat melalui kawasan perkotaan, peri urban, dan
kawasan pedesaan. Keterkaitan antar kawasan tersebut sangat erat
hubungannya dengan fungsi sempadan sungai sebagai fungsi ekologis sungai,
fungsi kualitas air, fungsi vegetasinya sebagai filter, fungsi filter sedimen:
menahan sedimen dari lahan sekitarnya, fungsi habitat: zona transisi akuatik
yg unik, habitat kompleks, biodiversitas tinggi, fungsi rekreasi dan estetika:
rekreasi outdoor, kesejukan, kesegaran, keindahan, dan fungsi sebagai buffer:
menjaga erosi, kestabilan tepi sungai, suhu, mengurangi kecepatan aliran
sungai. Fungsi-fungsi sempadan tersebut terkait dengan penggunaan lahan di
kawasan-kawasan tertentu akan berdampak pada kualitas fungsinya.
Sehingga pengelolaan di kawasan perkotaan, peri urban, dan rural harus
menjadi suatu sistem yang terpadu.
2. Perubahan penggunaan lahan yang drastis: permukiman, industri, dan
menjadi
Keterkaitan
kepemilikan lahan ini dapat berpengaruh pada pemanfaatan lahan dan pola
perkembangannya di sekitar sempadan sungai, jika tidak dikelola dengan
jelas dan konsisten. Isu lain yang masih terkait dengan kepemilikan lahan
adalah
perubahan
kepemilikan
lahan,
yang
dapat
terjadi
akibat
morfodinamika sungai.
5. Keterkaitan
seringkali terjadi pada sempadan sungai dan bantaran sungai adalah sebagai
tempat pembuangan sampah/limbah padat dan cair. Sampah, khususnya di
daerah perkotaan yang memiliki kecenderungan dalam pengelolaannya
belum dapat menyelesaikan persoalan di sekitar sungai. Penumpukan sampah
tidak hanya disebabkan oleh masyarakat sekitar sungai, namun harus dilihat
juga pola pengelolaan dan siapa yang bertanggung jawab dalam
permasalahan ini.
7. Kemiskinan dan status sosial : Sebagian besar permukiman di sempadan
sungai adalah wilayah dengan penduduk yang miskin dan bekerja di sektor
informal, namun yang dapat membangun rumah dengan konstruksi yang kuat
di pinggiran sungai adalah dari masyarakat atau swasta/industri yang memilki
ekonomi menengah keatas.
8. Kecenderungan perkembangan permukiman dan perkembangan perkotaan :
pengelolaannya
masih
belum
optimal/mis-management.
1.4
sungai, berikut ini disampaikan daftar istilah dan pengertian yang terkait dengan
sempadan sungai.
1. Sungai adalah tempat-tempat dan wadah-wadah serta jaringan pengaliran air
mulai dari mata air sampai muara di laut dengan dibatasi kanan dan kirinya
sepanjang pengalirannya oleh garis sempadan;
2. Daerah Aliran Sungai (DPS) adalah suatu kesatuan wilayah tata air yang
terbentuk secara alamiah
sebagai
tempat
permukiman
perdesaan,
pelayanan
jasa
1.5
BAB II
LANDASAN FILOSOFIS, SOSIOLOGIS,
TEKNIS DAN LEGAL
2.1
Landasan Filosofis
Pengaturan sempadan sungai harus memperhatikan landasan filosofis
Landasan Sosiologis
Landasan sosiologis terkait dengan pengaturan semapadan sungai antara
Landasan Teknis
Landasan teknis terkait dengan pengaturan semapadan sungai antara lain
sebagai berikut :
Secara alamiah keberadaan air bersifat dinamis, dan mengikuti siklus
hidrologis yang erat hubungannya dengan kondisi cuaca, sehingga
distribusi ketersediaan air tidak merata dalam setiap waktu dan setiap
wilayah.
Sumberdaya air merupakan sumberdaya yang terbarukan dan bersifat
dinamis. Dalam pengertian tersebut air akan selalu datang dan pergi
bersirkulasi sesuai dengan waktu atau musimnya menurut hukum alam. Air
mengalir dari hulu ke hilir melalui permukaan lahan, sungai, maupun
bawah
permukaan,
melewati
beberapa
wilayah
administrasi
kabupaten/kota.
Secara alami air mengikuti hukum gravitasi mengalir dari hulu ke hilir, dari
tempat yang lebih tinggi ke daerah yang lebih rendah, mungkin melewati
beberapa wilayah administrasi kabupaten/kota.
Keberadaan air sangat dipengaruhi oleh kondisi hidroklimatologi serta
kondisi fisik daerah tangkapan air terutama kondisi topografi, kondisi
geologi, vegetasi dan tata guna lahan.
Sumberdaya air di Propinsi DIY tidak bisa terlepas dari keberadaan sungai
Progo, Opak dan Serang. Mata air sungai-sungai tersebut berada di daerah
pegunungan di wilayah administratif Propinsi DIY dan Jawa Tengah dan
bermuara di Lautan Hindia.
2.4
Landasan Legal
Landasan legal utama yang terkait dengan pengaturan sempadan sungai
adalah Pasal 33 ayat 3 UUD 1945 yang berbunyi: "Bumi dan air dan kekayaan
alam yang terkandung didalamnya dikuasai oleh negara dan dipergunakan
sebesar-besarnya untuk kemakmuran rakyat." Lebih lanjut dalam penjelasan
pasal 33 UUD 1945 tersebut dijabarkan bahwa bumi dan air dan kekayaan alam
yang terkandung di dalam bumi adalah pokok-pokok kemakmuran rakyat. Sebab
itu harus dikuasai oleh negara dan dipergunakan untuk sebesar-besarnya
kemakmuran rakyat."
Disamping itu juga terdapat berbagai landasan legal pengaturan
sempadan sungai yang termuat dalam Undang-Undang, Peraturan Pemerintah,
dan Keputusan Menteri yang ada dengan mengambil pasal dan ayat serta
keterangan yang terkait langsung dengan sungai dan sempadan sungai, antara
lain:
1. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air
2. Undang-Undang Nomor 24 Tahun 1992 tentang Penataan Ruang
3. Peraturan Pemerintah Nomor 35 Tahun 1991 tentang Sungai
4. Keputusan Presiden Nomor 32 Tahun 1990 tentang Pengelolaan Kawasan
Lindung
5. Peraturan Menteri Nomor 63 Tahun 1993 tentang Garis Sempadan Sungai,
Daerah Manfaat Sungai, Daerah Penguasaan Sungai, dan Bekas Sungai
10
mengandung
pengertian
bahwa
pengelolaan
sumber
daya
air
11
pengertian bahwa pengelolaan sumber daya air dilakukan secara terpadu dalam
mewujudkan keserasian untuk berbagai kepentingan dengan memperhatikan sifat
alami air yang dinamis. Asas Keadilan mengandung pengertian bahwa
pengelolaan sumber daya air dilakukan secara merata ke seluruh lapisan
masyarakat di wilayah tanah air sehingga setiap warga negara berhak
memperoleh kesempatan yang sama untuk berperan dan menikmati hasilnya
secara nyata. Asas Kemandirian mengandung pengertian bahwa pengelolaan
sumber daya air dilakukan dengan memperhatikan kemampuan dan keunggulan
sumber daya setempat. Asas Transparansi dan Akuntabilitas mengandung
pengertian bahwa pengelolaan sumber daya air dilakukan secara terbuka dan
dapat dipertanggungjawabkan.
Pada Bab I Pasal 3 disebutkan bahwa sumber daya air dikelola secara
menyeluruh, terpadu, dan berwawasan lingkungan hidup dengan tujuan
mewujudkan kemanfaatan sumber daya air yang berkelanjutan untuk sebesarbesar kemakmuran rakyat. Yang dimaksud dengan pengelolaan sumber daya air
secara menyeluruh mencakup semua bidang pengelolaan yang meliputi
konservasi, pendayagunaan, dan pengendalian daya rusak air, serta meliputi satu
sistem wilayah pengelolaan secara utuh yang mencakup semua proses
perencanaan, pelaksanaan, serta pemantauan dan evaluasi. Yang dimaksud
dengan pengelolaan sumber daya air secara terpadu merupakan pengelolaan yang
dilaksanakan dengan melibatkan semua pemilik kepentingan antarsektor dan
antarwilayah administrasi. Yang dimaksud dengan pengelolaan sumber daya air
berwawasan lingkungan hidup adalah pengelolaan yang memperhatikan
keseimbangan ekosistem dan daya dukung lingkungan. Yang dimaksud dengan
pengelolaan sumber daya air berkelanjutan adalah pengelolaan sumber daya air
yang tidak hanya ditujukan untuk kepentingan generasi sekarang tetapi juga
termasuk untuk kepentingan generasi yang akan datang.
Pada Bab I Pasal 4 disebutkan bahwa sumber daya air mempunyai fungsi
sosial, lingkungan hidup, dan ekonomi yang diselenggarakan dan diwujudkan
secara selaras. Sumber daya air mempunyai fungsi sosial berarti bahwa sumber
daya air untuk kepentingan umum lebih diutamakan daripada kepentingan
individu. Sumber daya air mempunyai fungsi lingkungan hidup berarti bahwa
sumber daya air menjadi bagian dari ekosistem sekaligus sebagai tempat
kelangsungan hidup flora dan fauna. Sumber daya air mempunyai fungsi
KONSEP NASKAH AKADEMIS SEMPADAN SUNGAI
12
ekonomi berarti bahwa sumber daya air dapat didayagunakan untuk menunjang
kegiatan usaha.
Bab III Pasal 21 ayat 1 menyebutkan bahwa perlindungan dan pelestarian
sumber air ditujukan untuk melindungi dan melestarikan sumber air beserta
lingkungan keberadaannya terhadap kerusakan atau gangguan yang disebabkan
oleh daya alam, termasuk kekeringan dan yang disebabkan oleh tindakan
manusia.
Bab III Pasal 21 ayat 2 menyebutkan bahwa perlindungan dan pelestarian
sumber air sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan melalui:
a. pemeliharaan kelangsungan fungsi resapan air dan daerah tangkapan air;
b. pengendalian pemanfaatan sumber air;
c. pengisian air pada sumber air;
d. pengaturan prasarana dan sarana sanitasi;
e. perlindungan sumber air dalam hubungannya dengan kegiatan pembangunan
dan pemanfaatan lahan pada sumber air;
f. pengendalian pengolahan tanah di daerah hulu;
g. pengaturan daerah sempadan sumber air;
h. rehabilitasi hutan dan lahan; dan/atau
i. pelestarian hutan lindung, kawasan suaka alam, dan kawasan pelestarian
alam.
2.4.2. Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang
Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang
menyebutkan bahwa Penataan ruang adalah suatu sistem proses perencanaan tata
ruang, pemanfaatan ruang, dan pengendalian pemanfaatan ruang. Penataan ruang
berdasarkan fungsi utama kawasan terdiri atas kawasan lindung dan kawasan
budi daya. Yang termasuk dalam kawasan lindung adalah :
a. kawasan yang memberikan pelindungan kawasan bawahannya, antara lain,
kawasan hutan lindung, kawasan bergambut, dan kawasan resapan air;
b. kawasan perlindungan setempat, antara lain, sempadan pantai, sempadan
sungai, kawasan sekitar danau/waduk, dan kawasan sekitar mata air;
c. kawasan suaka alam dan cagar budaya, antara lain, kawasan suaka alam,
kawasan suaka alam laut dan perairan lainnya, kawasan pantai berhutan
bakau,
KONSEP NASKAH AKADEMIS SEMPADAN SUNGAI
13
d. taman nasional, taman hutan raya, taman wisata alam, cagar alam, suaka
margasatwa, serta kawasan cagar budaya dan ilmu pengetahuan;
e. kawasan rawan bencana alam, antara lain, kawasan rawan letusan gunung
berapi, kawasan rawan gempa bumi, kawasan rawan tanah longsor, kawasan
rawan
f. gelombang pasang, dan kawasan rawan banjir; dan
g. kawasan lindung lainnya, misalnya taman buru, cagar biosfer, kawasan
perlindungan plasma nutfah, kawasan pengungsian satwa, dan terumbu
karang.
h. Yang termasuk dalam kawasan budi daya adalah kawasan peruntukan hutan
produksi, kawasan peruntukan hutan rakyat, kawasan peruntukan pertanian,
kawasan peruntukan perikanan, kawasan peruntukan pertambangan, kawasan
peruntukan permukiman, kawasan peruntukan industri, kawasan peruntukan
i. pariwisata, kawasan tempat beribadah, kawasan pendidikan, dan kawasan
pertahanan keamanan.
2.4.3
pada tanggal 14 Juni 1991. Pada Pasal 1 diberikan pengertian tentang beberapa
istilah antara lain:
-
Bantaran sungai adalah lahan pada kedua sisi sepanjang palung sungai
dihitung dari tepi sampai dengan kaki tanggul sebelah dalam.
14
sempadan
sungai
tidak
bertanggul
ditetapkan
berdasarkan
15
Sempadan pantai
Sempadan sungai
sungai dilakukan untuk melindungi sungai dari kegiatan manusia yang dapat
mengganggu dan merusak kualitas air sungai, kondisi fisik pinggir dan dasar
sungai serta mengamankan aliran sungai.
Dalam Bab IV Pasal 16 Keppres No.32 Th.1990 ini dikatakan bahwa
kriteria sempadan sungai adalah:
a. Sekurang-kurang 100 meter dari kiri kanan sungai besar dan 50 meter di kiri
kanan anak sungai yang berada di luar premukiman.
b. Untuk sungai yang berada di kawasan permukiman berupa sempadan sungai
yang diperkirakan cukup untuk dibangun jalan inspeksi antara 10-15 meter.
Kemudian pada Bab VI Pasal 37 ayat (1), (3), dan (4) disebutkan bahwa:
-
Kegiatan budi daya yang sudah ada di kawasan lindung yang mempunyai
dampak penting terhadap lingkungan hidup dikenakan ketentuan-ketentuan
yang berlaku sebagaimana dimaksud dalam Peraturan Pemerintah Nomor 29
Tahun 1986 tentang Analisis Mengenai Dampak Lingkungan.
16
sungai-sungai
yang
dilimpahkan
kewenangannya
kepada
17
b.
c.
d.
b.
(2)
(3)
18
(1) Penetapan garis sempadan sungai tak bertanggul di luar kawasan perkotaan
a.
b.
(2) Penatapan garis sempadan sungai tidak bertanggul di luar kawasan perkotaan
pada sungai besar dilakukan ruas per ruas dengan mempertimbangkan luas
daerah pengaliran sungai pada ruas yang bersangkutan.
(3) Garis sempadan sungai tidak bertanggul di luar kawasan perkotaan pada
sungai besar ditetapkan sedangkan pada sungai kecil sekurang-kurangnya
100 (seratus) m, sedangkan pada sungai sekurang-kurangnya 50 lima puluh
m dihitung dari tepi sungaipada waktu ditetapkan.
Bab II Pasal 8 menyebutkan bahwa penetapan garis sempadan sungai tak
bertanggul di dalam kawasan perkotaan didasarkan pada kriteria :
a.
b.
c.
(1)
(2)
19
b.
c.
d.
e.
f.
g.
b.
(1)
(2)
20
b.
c.
(3)
(4)
b.
c.
d.
(2) Izin pemanfaatan lahan didaerah manfaat sungai yang berada pada wilayah
sungai yang wewenang pembinaannya dilimpahkan kepada Pemerintah
Daerah, diberikan oleh Gubernur Kepala Daerah dengan rekomendasi teknis
dari Dinas setelah berkonsultasi dengan kepala kantor wilayah yang terkait.
(3) Izin pemanfaatan lahan didaerah manfaat sungai yang berada pada wilayah
sungai yang wewenang pembinaannya dilimpahkan kepada Pemerintah
Daerah, diberikan oleh Gubernur Kepala Daerah dengan rekomendasi teknis
dari dinas setelah berkonsultasi dengan Kepala Kantor Wilayah.
(4) Izin pemanfaatan lahan didaerah manfaat sungai yang berada pada wilayah
sungai yang wewenang pembinaannya dilimpahkan kepada Badan Hukum
tertentu dilengkapi dengan rekomendasi teknis dari Badan Hukum tertentu
dan izin diberikan oleh:
-
21
b.
22
c.
d.
(3) Pengusutan atas pelanggaran ketentuan didalam Peraturan ini dapat dilakukan
oleh :
a.
b.
(1)
Masyarakat
wajib
mentaati
ketentuan-ketentuan
ketentuan yang tercantum dalam Pasal 11 ayat (2), Pasal 12, Pasal 14 ayat (1),
Pasal 16 ayat (1) dan pasal 19 Peraturan ini dapat dikenakan sanksi berupa:
a.
b.
23
BAB III
RUANG LINGKUP DAN SUBTANSI
PENGATURAN SEMPADAN SUNGAI
3.1
3.2
melindungi
masyarakat dari daya rusak air serta penatagunaan daerah sempadan sungai dan
pengaturan pengelolaannya. Penetapan garis sempadan mempunyai tujuan
sebagai berikut ini:
Agar fungs dan ekosistem sungai dan danau tidak terganggu oleh aktivitas
yang berkembang disekitarnya,
Agar daya rusak air terhadap lingkungannya dapat dikendalikan,
Agar kegiatan pemanfaatan dan upaya peningkatan nilai manfaat sumber
daya yang ada di sungai dapat memberikan hasil secara optimal sekaligus
menjaga kelestarian fungsi dan ekosistemnya.
24
3.3
1.
2.
3.
4.
5.
6.
25
8.
26
27
atau sempadan. Batas luar sempadan bervariasi, tergantung pada tipe sungai dan
lebarnya juga tergantung pada metode penentuan yang dipengaruhi oleh tujuan
penentuan batas tersebut.
Ditinjau dari aspek ekologi, sempadan sungai dengan vegetasinya
mempunyai fungsi sebagai berikut:
1. Mempertahankan kualitas air sungai, dengan mekanisme sebagai berikut:
a. Menyaring sedimen tersuspensi yang terbawa oleh aliran air hujan.
b. Mendukung stabilitas tebing sungai dengan mengurangi terjadinya erosi
pada tebing sungai.
c. Mengikat fosfor, nitrogen, dan zat hara lainnya yang dapat menyebabkan
eutrofikasi diikuti pendangkalan muara, danau, dan waduk/embung.
d. Menyaring kontaminan lainnya, misalnya pestisida dan kotoran hewan.
2. Mempertahankan kualitas habitat ikan dan organisme akuatik lainnya dengan
mekanisme sebagai berikut:
a. Memberikan naungan dan mempertahankan suhu air sungai pada suhu
optimal.
b. Menyediakan variasi habitat.
c. Menyediakan tempat perlindungan.
d. Sebagai sumber bahan organik (serasah daun, ranting, dan kayu mati).
3. Sebagai habitat bagi organisme terestrial (fauna dan flora asli).
4. Sebagai elemen estetika koridor sungai dan elemen perbaikan (ameliorasi)
iklim mikro.
Karena perannya sebagai ekoton dan fungsi yang disebutkan di atas,
maka sempadan dapat dipandang sebagai conservation bargain; dengan
melestarikan jalur lahan yang relatif sempit di sepanjang tepi sungai dapat
diperoleh manfaat seperti disebutkan di atas serta mengurangi biaya yang harus
dikeluarkan
untuk
pemeliharaan
muara,
danau,
waduk,
embung,
dan
penanggulangan banjir.
3.4
28
sungai terdiri dari bantaran banjir, bantaran longsor, bantaran ekologi penyangga
dan bantaran keamanan.
Bantaran banjir adalah lebar antara titik batas muka air normal sungai
dengan titik batas pada saat banjir (banjir yang paling sering terjadi). Lebar
bantaran banjir ditentukan dengan memeriksa langsung potongan melintang
sungai di lapangan. Lebar bantaran banjir untuk masing-masing penggal sungai
dapat berbeda tergantung morfologi melintang dan memanjang sungai.
Bantaran longsor ditentukan berdasarkan sudut geser alami penyebaran
beban, yaitu 45. Namun, untuk memberi keamanan terhadap keruntuhan, sudut
aman tebing digunakan 30. Maka, lebar bantaran longsor ditentukan satu
setengah kali ketinggian tebing dihitung dari kaki tebing (1,5 H). Bantaran
longsor ini sangat penting untuk memberikan pengertian akan adanya daerah
potensi longsor di tebing sungai. Untuk sungai tanpa tebing, bantaran longsornya
tidak ada. Tebing sungai termasuk dalam bantaran longsor.
Bantaran ekologi penyangga; adalah bantaran bantaran ekologi yang
terletak di luar bantaran longsor yang fungsinya menjaga ekologi yang berada di
dalamnya yaitu ekologi di bantaran banjir dan bantaran longsor. Besarnya
bantaran
ekologi
penyangga
bervariasi
tergantung
jenis
vegetasi
dan
29
3.4
kajian sebagai berikut (1) kajian morfologi dan hidrolika sungai, (2) kajian
penampang melintang, (3) kajian sosial-ekonomi, (4) kajian tepi palung sungai,
(5) kajian daerah aman dari potensi longsor, (6) kajian penatagunaan lahan di
sekitar luar sungai, (7) kajian partisipasi masyarakat, dan (8) kajian komprehensif
garis sempadan sungai.
3.4.1
30
sungai, meliputi benda hidup (biotik), benda mati (a-biotik) dan dan budaya
(culture).
Studi hidrolika sungai dalam penentuan sempadan sungai terkait dengan
kapasitas alur sungai pada debit rencana dengan periode ulang. Beberapa aspek
yang terkait dengan hidraulika sungai meliputi luas penampang, kemiringan
dasar sungai, dan kondisi tebing dan dasar sungai.
3.4.2
palung sungai,
penampang sungai.
31
Lokasi jalan inspeksi dapat diletakkan diatas tanggul atau diluar tanggul.
d. Menentukan status jalan umum yang telah ada sebelum penetapan garis
sempadan
Jalan umum dapat menjadi satu kesatuan dengan (bagian dari) daerah
sempadan sungai
Sempadan jalan dapat menjadi satu kesatuan dengan (bagian dari) daerah
sempadan sungai.
3.4.3
ekonomi baik pada daerah di tepi kanan / kiri sungai, maupun daerah yang
terpengaruh oleh sungai. Penetapan sempadan sungai perlu memperoleh
pertimbangan dari hasil kajian sosial ekonomi meliputi :
1. Menentukan ruas sungai dengan kriteria sungai di dalam kawasan perkotaan
dan perdesaan baik yang bertanggul maupun tidak bertanggul.
2. Sejarah permukiman sepanjang sungai.
3. Kondisi sosial, ekonomi, masyarakat di lingkungan sungai.
4. Tata adat lokal (budaya) dalam kaitan dengan kehidupan masyarakat di
lingkungan sungai.
3.4.4
32
3.4.5
dilakukan kajian batas daerah aman dari potensi longsor tebing palung sungai.
Kajian ini dimaksudkan untuk menetapkan batas daerah aman dari longsor
berdasarkan kajian teknis kekuatan tanah tebing palung sungai, hidrolika serta
rekayasa teknik dan vegetatif yang ada pada tiap ruas atau bagian sungai.
3.4.6
sempadan
sungai
harus
memperhatikan
penatagunaan
Partisipasi masyarakat
Penetapan sempadan sungai harus memperhatikan partisipasi masyarakat,
baik yang tinggal di tepi sungai maupun pada daerah lain yang terpengaruh oleh
aktifitas sungai. Beberapa aspek partisipasi masyarakat dalam penetapan garis
sempadan sungai antara lain sebagai berikut :
1. Partisipasi masyarakat dilaksanakan mulai tahap perencanaan penampang
sungai dan penetapan tepi palung sungai.
KONSEP NASKAH AKADEMIS SEMPADAN SUNGAI
33
Kajian komprehensif
Kajian komprehensif merupakan kajian menyeluruh tehadap tahap-tahap
kegiatan kajian yang sudah dilakukan diatas untuk menentukan besaran daerah
sempadan sungai yang dipilih. Dari kajian komprehensif dapat dihasilkan
penetapan sempadan sungai yang lebih obyektif.
3.5
pelestarian dan peningkatan fungsi sungai dan danau, serta pengendalian daya
rusak sungai melalui kegiatan penatagunaan, perizinan, dan pemantauan.
Penatagunaan daerah sempadan sungai dilakukan dengan penetapan zona-zona
yang berfungsi sebagai fungsi lindung dan budi daya. Pada zona sungai yang
berfungsi lindung menjadi kawasan lindung, pada zona sungai yang berfungsi
budi daya dapat dibudidayakan kecuali pemanfaatan tanggul hanya untuk jalan.
Pemanfaatan daerah sempadan sungai yang berfungsi budi daya dapat dilakukan
secara terbatas oleh masyarakat untuk kegiatan-kegiatan:
a. budi daya pertanian rakyat;
b. kegiatan penimbunan sementara hasil galian tambang golongan C;
c. papan penyuluhan dan peringatan, serta rambu-rambu pekerjaan;
d. pemasangan rentangan kabel listrik, kabel telpon, dan pipa air minum;
e. pemancangan tiang atau pondasi prasarana jalan/jembatan baik umum
maupun kereta api;
f. penyelenggaraan kegiatan-kegiatan yang bersifat sosial, keolahragaan,
pariwisata dan kemasyarakatan yang tidak menimbulkan dampak
merugikan bagi kelestarian dan keamanan fungsi serta fisik sungai dan
danau ; dan
g. pembangunan prasarana lalu lintas air , bangunan pengambilan dan
pembuangan air .
34
35
3.8
Perizinan
Pemanfaatan lahan di daerah penguasaan sungai yang berada di daerah
sempadan dapat dilakukan atas izin yang diberikan oleh Pejabat yang
berwewenang. Izin pemanfaatan lahan di daerah penguasaan sungai yang berada
diluar daerah sempadan, diberikan oleh pejabat yang berwenang berdasarkan
Rencana Tata Ruang Daerah .
Mekanisme dan persyaratan yang harus dipenuhi dalam proses izin
pemanfaatn sempadan sungai melalui proses pengajuan permohonan tertulis oleh
perseorangan atau badan usaha kepada Gubernur Propinsi DIY cq Dinas
Permukiman dan Prasarana Wilayah Propinsi DIY. Dalam surat permohonan izin
tersebut dilampirkan beberapa dokumen sebagai berikut:
36
Dinas
Kimpraswil
meneruskan
permohonan
kepada
1
PEMOHON IZIN
PEMANFAATAN
SEMPADAN SUNGAI
Gubernur DIY
(Dinas
Kimpraswil)
2
Bidang/
UPTD/Instansi
Teknis Terkait
Pemeriksaan
Berkas
3
Rekomendasi
4
Peninjauan
Lapangan
Konsultasi
Publik
Keterangan
1 : Permohonan izin
pemanfaatn sempadan
sungai diajukan kepada
Dinas Kimpraswil,
2 : Pemeriksaan berkas oleh
Dinas Kimpraswil
3 : Dinas meminta
rekomkendasi kepada
Bidang/UPTD/, Instansi
Teknis terkait
4 : Peninjauan lapangan dan
konsultasi publik
5 : Proses penerbitan Izin
Pemanfaatn sempadan
sungai
37
3.9
Pengawasan
Agar upaya penetapan garis sempadan sungai mampu berfungsi sebagai
Sanksi
Pelanggaran terhadap ketentuan pemanfaatan sempadan sungai dapat
dikenakan sanksi berupa (1) sanksi pidana, (2) sanksi administrasi, dan (3) sanksi
sosial. Sanksi pidana sebagaimana ditetapkan dalam Undang-undang Nomor 7
tahun 2004 tentang Sumber Daya Air, Undang-Undang No. 23 tahun 1997
tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup. Sanksi administrasi sesuai dengan
ketentuan perundang-undangan. Sanksi sosial berdasarkan norma, adat dan
kebiasaan yang berlaku.
38
BAB IV
PENUTUP
Konsep Naskah Akademis Sempadan Sungai ini merupakan hasil kajian
teknis yang telah dilakukan baik berdasar kajian pustaka maupun kajian
lapangan. Status Naskah Akademis ini adalah konsep yang disusun oleh tim
dengan bantuan Tenaga Ahli dan Nara Sumber, melalui kegiatan diskusi internal
dan Lokakarya. Selanjutnya Naskah Akademis ini berguna sebagai landasan
berpikir mengenai pengaturan penetapan sempadan sungai di wilayah Propinsi
DIY. Disamping itu Naskah Akademis ini juga hasil kajian ini dapat digunakan
sebagai acuan untuk menyusun ketentuan-ketentuan mengenai penetapan
sempadan sungai.
Agar dapat memberikan manfaat optimal, selanjutnya Konsep Naskah
Akademis Sempadan Sungai ini masih perlu difinalisasikan dan dipertajam
melalui berbagai forum antara lain (1) pembahasan dalam lingkungan
Departemen Kimpraswil, antar sektor teknis, dan Biro Hukum. (2) Kegiatan
lokakarya melibatkan stakeholder sumber daya air, dan (3) Konsultasi Publik di
beberapa daerah yang relevan.
39