Abstrak
Sungai jeneberang merupakan salah satu sungai terbesar di Sulawesi Selatan yang memiliki
peran penting bagi masyarakat, diantaranya sebagai tempat mencari nafkah bagi masyarakat sekitar,
untuk irigasi pertanian, pembangkit listrik, dan juga sebagai sumber air baku untuk minum. Di sisi
lain, Sungai Jeneberang menerima masukan limbah dari kegiatan domestik, pertanian, industri, dan
pertambangan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui beban pencemaran sungai berdasarkan
parameter BOD, COD, dan TSS. Lokasi penelitian berada di jalan Dg.Tata Kelurahan Parangtambung
Kota Makassar. Beberapa parameter air seperti TSS (total suspended solid) , warna dan pH telah
melewati batas standar kualitas sungai. Masyarakat sekitar berpresepsi bahwa sungai jeneberang
sangat bermanfaat bagi kehidupan sehari - hari sehingga perlu peningkatan pengelolaan yang baik dan
benar seperti pembangunan artifisial sungai yang tepat. Strategi pengelolaan lingkungan dilakukan
dengan melibatkan semua instansi yang terlibat dalam pemanfaatan sungai jeneberang baik
pemerintah, instansi, maupun masyarakat.
Menurut beberapa masyarakat sekitar Sungai Jeneberang yaitu ibu matang (56 thn) dan
ibu Saharia (51 thn) sumber air Mck didapatkan dari sumur bor, sedangkan kebutuhan air
untuk makan dan minum didapatkan dengan membeli air galon dengan kualitas air yang baik
sehingga tidak memanfaatkan air sungai Jeneberang, kecuali untuk keperluan irigasi
pertanian.
Kualitas air Sungai Jeneberang di wilayah penelitian secara umum telah melebihi
baku mutu air Kelas I untuk parameter BOD dan COD, sedangkan untuk parameter
TSS masih memenuhi baku mutu yang telah ditetapkan. Beban pencemaran BOD dan
COD tertinggi terjadi di titik J5 yaitu sebesar 4.707,28 kg/hari dan 28.000,19 kg/hari.
Sedangkan beban pencemaran TSS tertinggi berada di titik J1 sebesar 21.334,64
kg/hari. Di aliran Sungai Jeneberang terdapat sebuah bendungan yaitu Bendungan
Bilibili yang berada di Desa Bili-bili Kecamatan Bontomarannu, Kabupaten Gowa.
Bendungan Bilibili tersebut dibangun untuk mencegah terjadinya banjir di Kota
Makassar. Dg.Nassa; yaitu masyarakat sekitar mengatakan bahwa pada Januari 2019,
ratusan rumah di bantaran Sungai Jeneberang, Kabupaten Gowa, dan Makassar,
Sulawesi Selatan terendam banjir. Banjir ini diakibatkan karena dibukanya pintu-pintu
air Bendungan Bili-Bili. Dibukanya pintu air bendungan sebagai akibat atas
melonjaknya tinggi muka air Bendungan Bili-bili akibat curah hujan ekstrem.
Sehingga para warga di sekitar sungai jeneberang mengungsi ke tempat yang lebih
tinggi atau keluarga yang jauh dari lokasi tersebut.
DAFTAR PUSTAKA
DOKUMENTASI