Anda di halaman 1dari 28

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Air merupakan sumber daya alam untuk semua mahkluk hidup. Maka
dari itu, sumber daya air harus dilindungi agar dapat dimanfaatkan dengan baik
oleh manusia serta mahkluk hidup yang lain. Pemanfaatan air dapat digunakan
berbagai kepentingan dan harus dilakukan secara bijaksana, dengan
memperhitungkkan kepentingan generasi sekarang maupun generasi mendatang.
Aspek penghematan dan pelestarian sumber daya air harus ditanamkan sejak
saat ini dari seluruh pengguna air (Effendi, 2003). Air berasal dari dalam dan
permukaan bumi, sumber air sangat melimpah di bumi ini. Air sangat penting
bagi kehidupan mahluk hidup, air juga sangat akan banyak manfaatnya terutama
bagi manusia dalam kehidpan sehari – hari untuk mandi, memasak, mencuci,air
minum, pembangkit listrik, perikanan, ekonomi, industri. Selain untuk manusia
air juga dimanfaatkkan bagi mahkluk hidup seperti berkembangnya tumbuhan,
berkembangbiaknya atau tempat tinggal bagi hewan.

Sungai merupakan aliran air besar secara alami atau wadah air alami dan
buatan berupa jaringan pengaliran air beserta air di dalamnya, mulai dari hulu
sampai muara, dengan dibatasi kanan dan kiri oleh garis sempadan. Daerah aliran
sungai adalah suatu wilayah daratan yang merupakan satu kesatuan dengan
sungai dan anak-anak sungainya, yang berfungsi menampung, menyimpan, dan
mengalirkan air yang berasal dari curah hujan ke laut secara alami, yang batas di
darat merupakan pemisah topografis dan batas di laut sampai dengan daerah
perairan yang masih terpengaruh aktivitas daratan (Peraturan Pemerintah 38
Tahun 2011, Tentang Sungai).

Masalah utama yang dihadapi oleh sumber daya air meliputi kuantitas air
yang sudah tidak mampu memenuhi kebutuhan yang terus menerus meningkat

1
dan kualitas air untuk keperluan dosmetik yang semakin menurun. Penyebab dari
kualitas air karena kegiatan industry, domestic, dan kegiatan lain yang dapat
berdampak negativ terhadap sumber daya air. Kondisi ini dapat menimbulkan
gangguan, kerusakan dan bahayanya bagi mahklu hidup yang selalu bergantung
pada sumber daya air (Effendi, 2003). Pencemaran sungai merupakan masalah
yang membuat salah satu sumber air tidak dapat digunakan sebagaimana
mestinya ( Cahyaningsih dan Haryoso, 2010).

Sungai Kranji merupakan sungai yang melewati tengah Kota Purwokerto.


Sungai Kranji ini adalah salah satu anak sungai Banjaran yang melalui Kota
Purwokerto. Sungai Kranji dikembangkan oleh Pemerintah sebagai taman
edukasi sumber daya air yang terletak di Kecamatan Purwokerto Timur,
dibangunnya taman tersebut agar masyarakat dapat menjaga kelestarian
lingkungan dan menjaga tingkat pencemaran. Selain itu sungai Kranji masih
dimanfaatkan oleh masyarakat yang berada di sekitar sungai untuk memenuhi
kebutuhan sehari – hari, sepeti MCK dan sebagai sumber air untuk pertanian dan
digunakan untuk pembuangan sampah (Irawadi dan Ariwibowo, 2018).

Gambar 1.1 Taman Edukasi Sumber Daya Air Purwokerto

Sungai Kranji merupakan sungai yang membelah tengah kota


Purwokerto. Sungai Kranji membentang di hulu ke hilir dari Kecamatan
Baturraden sampai Kecamatan Purwokerto (Irawadi dan Ariwibowo, 2018) .
Sungai Kranji mengalir di beberapa daerah seperti Baturaden meliputi, Desa
Karangtengah, Desa Purwosari, Desa Kutasari, Desa Pandak, Desa Pamijeng,

2
Desa Kebumen, Desa Rempoah, Purwokerto Timur meliputi, Desa Kranji, Desa
Sokanegara, Purwokerto Barat meliputi, Desa Kedungwuluh, Purwokerto Utara
meliputi, Desa Sumampir, Desa Pabuaran, Desa Bancarkembang, Desa
Purwonegara. Sungai Kranji bagian hulu terletak di desa Karantengah
Kecamatan Baturaden, pada bagian tengah terletak pada pusat kota Purwokerto
tepatnya berada di SMP Negeri 1 Purwokerto, sedangkan sungai bagian hilir
terletak di Desa Kedungwuluh Kecamatan Purwokerto Barat.

Sungai Kranji memiliki beban polusi yang banyak seperti limbah


dosmetik dan kemungkinan limbah pertanian yang menyebabkan pencemaran air
dapat dilihat Tabel 1.1 yang menujukan Prameter, BOD, COD, DO, TSS, Total
coliform, Phospate, namun belum di teliti parameter NH3, NO3, NO2. Oleh karena
itu perlu dilakukan pengujian kualitas air di Sungai Kranji. Kajian mengenai
tingkat pencemaran yang terjadi di Sungai Kranji selama ini belum banyak
dilakukan. Oleh karena itu peneliti tertarik untuk melakukan penelitian mengenai
tingkat pencemaran Sungai Kranji secara spasial di daerah hulu, tengah, maupun
di hilir.

Tabel 1.1 Hasil Pengujian Laboratorium Dinas Lingkungan Hidup

No Parameter Satuan Baku Hasil Keterangan


Mutu Pemeriksaan
SKA 021118
Fisika
1. TSS Mg/L 50 104* -
2. TDS Mg/L 1000 79 -
3. Temperatur °C - 26 -
Kimia
1. pH - 6-9 7 -
2. BOD Mg/L 3 39,67* Sebagai O2
3. COD Mg/L 25 50,4* Sebagai O2
4. DO Mg/L 4 14,2 Angka Batas
Minimum
5. Phospate Mg/L 0,02 0,4*
6. Total Jml/100 5000 210000*
coliform ml

3
Sumber : Dinas Lingkuungan Hidup Kabupaten Banyumas November Tahun
2018

Pada tabel diatas adalah hasil pengujian Sungai Kranji laboratorium


Dinas Lingkungan Hidup pada bulan November 2018. Pengukuran hasil uji
laboratorium Fisik parameter TTS (Total Susppended Solid) 104* mg/L yang
melebihi baku mutu air dimana baku mutu air 50 mg/L. Parameter TDS (Total
Dissolved Solid) 1000 mg/L yang kurang dari baku mutu air 79 mg/L.
Temperatur hasil pemeriksaan 26°C pada Sungai Kranji. Pengukuran hasil uji
laboratorium kimia, parameter pH baku mutu air 6-9 dan hasil pemeriksaan 7.
Parameter BOD (Biological Oxygen Demand) 39,37* mg/L yang melebihi baku
mutu air 3 mg/L (sebagai O2). Parameter COD (Chemical Oxygen Demand)
50,4* mg/L yang melebihi baku mutu air 25 mg/L (sebagai O2). Parameter DO
dengan satuan mg/L, baku mutu 4 dan hasil pemeriksaan 14,2 (Angka batas
minimum). Parameter phosphate dengan satuan 0,4*mg/L yang melebihi baku
mutu air 0,02 mg/L . Parameter coliform dengan satuan 210000*jml/100 ml yang
melebihi baku mutu 5000. Pada tanda * menujukann hasil pengujian melebihi
baku mutu yang ditetapkan dan untuk nilai DO, < 4 tidak memenuhi syarat pada
baku mutu yang ditetapkan.

B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang masalah yang sudah diuraikan di atas, maka rumusan
massalah penelitian ini yaitu, bagaimana tingkat pencemaran Sungai Kranji
secara spasial di Kabupaten Banyumas.

C. Tujuan
Dari rumusan masalah yang diatas maka tujuan ini adalah untuk
mengetahui tingkat pencemaran Sungai Kranji secara spasial di Kabupaten
Banyumas.

4
D. Manfaat
1. Bagi Masyarakat
Penelitian ini dapat memberikan informasi dan pengetahuan kepada
masyarakat untuk mengetahui tingkat pencemaran Sungai Kranji secara spasial.
2. Bagi Peneliti
Penelitian ini dapat menambah wawasan dan informasi untuk mengetahui
tingkat pencemaran Sungai Kranji secara spasial.
3. Bagi Pemerintah
Penilitian ini diharapkan sebagai bahan pertimbangan bagi pemerintah
daerah untuk menjaga kualitas air di Sungai Kranji secara spasial.

5
BAB II
KAJIAN PUSTAKA

A. Air dan Sungai

1. Air
Air merupakan materi yang sangat penting bagi mahkluk hidup. Air
permukaan dan air tanah adalah sumber air yang utama bagi kehidupan.
Kebutuhan setiap mahkluk pada air sangat berbeda – beda baik dari segi kualitas
maupun kuantitasnya. Kebutuhan air minum manusia memiliki beberapa syarat
yaitu: tidak berwarna, tidak berbau, tidak berasa dan tidak mengandung bakteri.
Ketersediaan sumber daya air saat ini memang semakin sulit, khususnya pada
daerah yang padat penduduknya dan padat dalam pembangunannya. Pencemaran
diakibatkan oleh limbah industry dan rumah tangga, serta kerusakan hutan
didaerah hulu yang telah menyebabkan turunnya kualitas air (Butarbutar, 1998).

Air merupakan kebutuhan pokok bagi kehidupan manusia dimuka bumi.


Kegunaan air dapat digunakan sebagai air minum, air untuk mminum, air untuk
mandi dan air unntuk mencuci, air untuk sanitasi dan transportasi, air untuk
pengairan pertanian, air untuk kolam perikanan (Wisnu, 2001)

Kualitas air merupakan istilah yang menggambarkan kesesuain atau


kecocokan air untuk pengguna tertentu, seperti untuk air minum, perikanan atau
irigasi rekreasi, industry. Kualitas air adalah sifat air dan kandungan makhluk
hidup, zat, energi atau komponen lainnya di dalam air (Yuliastuti, 2011).
Penilaian kualitas air dapat didefinisikan sebagai analisis karakteristik fisik,
kimia dan biologi air. Indeks kualitas air bertujuan untuk memberikan nilai
tunggal pada kualitas air suatu sumber yang mengurangi sejumlah besar
parameter menjadi ekspresi yang lebih sederhana dan memungkinkan interpretasi
data pemantauan yang mudah (Bharti, 2011).

6
2. Sungai
Menurut Undang – Undang no7 Tahun 2004 tentang sumber daya air,
wilayah sungai merupakan kesatuan pengelolaan sumber daya air dalam satu atau
lebih daerah aliran sungai atau pulau – pulau kecil yang luasnya kurang dari atau
sama dengan 2.000 km2. Sungai adalah air tawar dari sumber alamiah yang
mengalir dari tempat yang lebih tinggi ke tempat yang lebih rendah dan menuju
ke sungai yang lebih besar. Arus air di bagian hulu sungai pada umumnya
terletak di daerah pegunungan biasanya lebih deras sedangakan dengan
arus sungai di bagian tengah mulai mengalir dengan arus yang sedang biasanya
arus air melewati pemukiman yang padat penduduk dan arus air bagian hilir
mengalir dengan lambat.

Daerah aliran sungai (DAS) merupakan suatu Sistem kompleks yang


dibangun atas sistem fisik (physical systems), sistem biologis (biological
systems) dan sistem manusia (human systems) yang saling terkait dan
berinteraksi satu sama lain. Tiap komponen dalam sistem/sub sistemnya
memiliki sifat yang khas dan keberadaannya berhubungan dengan komponen lain
membentuk kesatuan sistem ekologis (ekosistem). Dengan demikian jika terdapat
gangguan atau ketidakseimbangan pada salah satu komponen maka akan
memiliki dampak berantai terhadap komponen lainnya (Susetyaningsih, 2014).
Pengertian daerah aliran sungai (DAS) adalah keseluruhan daerah kuasa (regime)
sungai yang menjadi alur pengatus (drainage) utama. Sehingga batas DAS
merupakan garis bayangan sepanjang punggung pegunungan atau tebing/bukit
yang memisahkan sistim aliran yang satu dari yang lainnya. Dari pengertian ini
suatu DAS terdiri atas dua bagian utama daerah tadah (catchment area) yang
membentuk daerah hulu dan daerah penyaluran air yang berada di bawah daerah
tadah (Fuady, 2013).

Sungai sebagai salah satu komponen lingkungan yang mempunyai fungsi


penting bagi kehidupan manusia termasuk untuk menunjang keseimbangan
lingkungan. Salah satu akibatt adanya adanya peningkatan kegiatan

7
pembangunan di berbagai bidang maka secara langsung maupun tidak
langsungakan mengakibatkan dampak terhadap lingkungan termasuk
pencemaran sungai yang berasal dari limbah dosmetik maupun non dosmetik
(Yudo, 2006).
1. Bagian Bagian Sungai
a) Sungai Bagian Hulu
Sungai pada bagian hulu memeliki ciri – ciri :dengan biasanya daerah
bebukit-bukit atua bergunung-gunung, Lembah sungai umumnya merupakan
huruh V dengan tebing curam. Bentuk lembah ini dikarenakan aliran air sungai
masih sangat deras sehingga proses erosi menggerus ke dasar sungai, di sekitar
badan sungai banyak dijumpai bongkahan-bngkahan batuan yang berukuran
besar dan bersudut relatif runcing Banyak terdapat jeram atau air terjun (Utoyo,
2007 ).
b) Sungai Bagian Tengah
Sungai bagian tengah memliki ciri – ciri yaitu :Wilayah bagian tengah
pada umumnya merupakan kawasan dataran yang relative landai. Kondisi
wilayah landai yang memungkinkan proses erosi berlangsung ke arah vertical
dan lateral secara seimbang, sehingga bentuk lembah biasanya mempunyai huruf
U. Di sekitar badan sungai banyak dijumpai batu – batu guling yang perm
ukaannya relatif bulat dan ukuran batuan tidak sebesar pada bagian sungai hulu.
Pada bagian sungai tengah air terjun sudah jarang dijumpai bahkan tidak ada
(Utoyo, 2007 ).
c) Sungai Bagian Hilir
Sungai pada bagian hilir sungai lebih lebar, tebingnya curam atau landai,
badan air dalam, keruh, liran atau arus air lebih lambat, dan populasi biota air di
bagian hilir termasuk banyak, namun jenis kuurang bervariasi. Bagian sungai
hilir merupakan kawasan yang sangat datar dan mendekati muara sungai, banyak
dijumpai aliran sungai yang berkelok – kelok (Utoyo, 2007 ).

8
2. Klasifikasi Sungai
Berdasarkan sumber airnya, sungai dapat dibedakan menjadi tiga yaitu (Utoyo,
2007 ) :
a. Sungai Hujan
Sungai hujan merupakan sungai yang sumber airnya berasal dari resapan
air hujan. Air hujan yang meresap kemudian keluar sebagai air mata atau sumber
air yang melalui rekahan atau celah batuan dan mengalir sebagai sungai.
b. Sungai Glester
Sunggai glister merupakan jenis sungai yang sumber airnya berasal dari
pencairan es atau glister.
c. Sungai Campuran
Sungai campuran merupakan jenis sungai glister yang mendapat tambahan
air dari curah hujan.
3. Pola Aliran Sungai
Sungai – sungai dalam suatu DAS membentuk suatu jaringan yang
memiliki pola tertetentu, dimana anak – anak sungai akan mengalir ke dalam
suatu sungai utama yang lebih besar. Berikut pola – pola aliran sungai (Lihawa,
2017) :
a. Radial
Pola aliran radial menggambarkan arah aliran sungai yang tersebar ke
semua arah. Pola aliran sungai yang berbentuk radial dijumpai di daerah lereng
gunung berapi atau daerah dengan topografi berbentuk kubah. Pola aliran radial
yang kompleks dalam suatu bidang vulkanik disebut multiradial.
b. Rektangular
Pola aliran rekangular merupakan pola aliran sungai dimna sudut
pertemuan dua anak sungai berbentuk siu. Pola ini berkembang pada hutan yang
resistensi terhadap erosinya seragam. Pola rectangular terdapat di daerah batuan
kapur.

9
c. Trellis
Pola aliran trellis biasanya dijumpai di daerah dengan lapisan sedimen di
daerah pegunungan lipatan dengan kemiringan besar. Bentuknya panjang seperti
pola trail pagar. Sungai trellis dicirikan oleh saluran – saluran air yang berpola
sejajar, mengalir searah kemiringan lereng dan tegak lurus, dengan sungai
utamanya.
d. Paralel
Pola aliran parallel menujukan pola aliran sungai yang lurus searah
mengikuti lereng. Pola seperti ini terbentuk oleh lereng yang curam.
e. Dendritik
Pola dendritik berbentuk seperti cabang – cabang pohon. Pertemuan dua
anak sungai membentuk sudut – sudut yang lancip cenderungn siku. Pola ini
umumnya terdapat di daerah dengann batuan sejenis dan penyebarannya luas.
f. Anular
Pola anular menunjukan arah aliran sungai yang terpencar mulai dari
susatu titik yang tinggi kea rah hilir dan menyatu di satu titik.
g. Multibasinal
Pola aliran multibasinal biasanya disebut juga pola aliran sungai
memusat. Pola aliran seperti ini biasanya ditemukan pada daerah cekungan. Pola
aliran multibassinal dicirikan oleh bentuk yang memusat pada suatu lahan
tertentu.

B. Pencemaran Air
Pencemaran air adalah masuknya atau dimasukkannya makhluk hidup,
zat, energi atau komponen lain ke dalam air oleh kegiatan manusia, sehingga
kualitas air turun sampai ke tingkat tertentu yang menyebabkan air tidak dapat
berfungsi sesuai dengan peruntukannya (Peraturan Pemerintah 82 Tahun 2001
tentang pengelolaan kualitas air dan pengendalian pencemaran air). Faktor utama
penyebab terjadinya pencemaran air karena aktivitas manusia yang kurang peduli
terhadap lingkungan dan tidak menjaga lingkungannya Pencemaran air dapat

10
disebabkan oleh limbah industri, pertanian, rumah tangga. Polutan industri antara
lain polutan organik (limbah cair), polutan anorganik (padatan, logam berat), sisa
bahan bakar, dan oli. Limbah rumah tangga seperti sampah organik (sisa-sisa
makanan), sampah anorganik (plastik, gelas, kaleng) serta bahan kimia (detergen,
batu batere) juga berperan besar dalam pencemaran air (Miftakhurrohman, 2016).
Pemanfaatan air untuk menunjang seluruh kehidupan manusia jika tidak
dibarengi dengan tindakan bijaksana dalam pengelolaannya akan mengakibatkan
kerusakan pada sumberdaya air. Pertambahan senyawa kimia yang berasal dari
aktivitas manusia dan aktivitas industri yang membuang limbahnya ke perairan
atau sungai. hal tersebut merupakan dampak dari meningkatnya populasi
manusia, kemiskinan dan industrialisasi. Penurunan kualitas air akan
menurunkan dayaguna, hasil guna, produktivitas, daya dukung dan daya tampung
dari sumberdaya air yang pada akhirnya akan menurunkan kekayaan sumberdaya
alam (Hendrawan, 2005)
Polusi air merupakan sifat – sifat air dari keadaan normal, bukan dari
kemurniannya. Air yang tersebar di alam tidak pernah terdapat dalam bentuk
murni (Fardiaz, 1992).

1. Indikator pencemaran air


Indikator atau tanda bahwa air lingkungan telah tercemar adalah adanya
perubahan atau tanda yang dapat diamati yang dapat digolongkan menjadi :
a. Nilai pH
Nilai pH yang normal adalah sekitar netral, yaitu antara pH 6 sampai 8,
sedangankan pH air yang terpolusi, misalnya air buangan (Air limbah), berbeda –
beda dari jenis buangannya (Fardiaz, 1992).
b. Suhu
Suhu merupakan merupakan panas dinginnya benda yang diukur dengan
tremometer. Suhu yang relative tinggi akan mengalami kenaikan kecepatan
respirasi, suhu yang relative tinggi akan menurunkan jumlah oksigen yang

11
terlarut di dalam air, akibatnya hewan air dan ikan akan mati kekurangan oksigen
(Fardiaz, 1992).
c. Warna, Bau dan Rasa
Warna air merupakan warna yang terdapat di alam yang sangat bervariasi.
Warna air yang tidak normal menujukan adanya polusi, warna air yang tidak
normal disebabkan oleh adanya bahan – bahan terlarut karena adanya bahan –
bahan tersuspensi diantaranya termasuk yang bersifat koloid. Baru air dapat
disebabkan oleh bahan – bahan kimia, ganggang, plankton, atau tumbuhan dan
hewan air. Air yang normal tidak mempunyai rasa, timbulnya rasa yang tidak
enak disebabkan oleh adanya polusi (Fardiaz, 1992).
d. Pencemaran Mikroorganisme
Mikroorganisme yang terdapat di dalam air berasal dari berbagai sumber
seperti udara, tanah, lumpur, sampah, tanaman, hewan hidup atau mati (bangkai),
kotoran manusia atau hewan dan bahan organic lainnya(Fardiaz, 1992).

2. Sumber Pencemaran Air


a. Limbah domestik
Buangan saniter meliputi semua air dari toilet, dapur, restoran, hotel,
rumah sakit, laundry, yang dibuangg ke drainase atau sungai. Air buangan
tersebut terdiri dari bahan organik, termasuk bakteri yang berbahaya, serta
detergen. Bahan organic berupa yang dapat membusuk atau terdegradasi oleh
mikro organisme. Pembuangan bahan organic ke badan air dapat meningkatkan
populasi mikroorganisme sehingga tidak tertutup kemungkinan meningkatnya
bakteri pathogen.
1) Bahan – bahan organik mudah terurai
Manusia dan semua hewan mengkonsumsi bahan – bahan makanan
organik dan meninggalkan bahan – bahan oganik yang tidak tercerna dalam
bentuk kotoran (tinja), dan dibuang ke lingkungan. Pada saat proses persiapan
maupun pengolahannya, baik untuk tujuan komersil atau keperluan rumah

12
tangga, bahan sisa yang tidak digunakan juga akan terbuang ke lingkungan dalam
bentuk sampah (Supriharyono, 2000).
2) Yutrofikasi
Perombakan limbah domestik (organik) biasanya tidak hanya
menghasilkan karbondioksida dan air saja, akan tetapi juga komponen anorganik,
seperti nitrogendan fosfor yang berasal dari protein hewan dan tumbuhan. Nitrat,
fosfat, dan garam merupakan unsur hara yang esensial untuk pertumbuhan
tanaman. Suburnya tumbuhan sebagai akibat kekayaan unsur – unsur hara
tersebut yang akan menguntungkan hewan hervivora dan hewan lain dalam
lingkungan rantai makanan dilingkungan tersebut (Supriharyono, 2000).
3) Detergen
Detergen merupakan bahan kimia yang biasa digunakan bahan untuk
mencuci. Struktur kimia detergen terdiri dari gabungan kelompok atom
hydrophobic dan hydrophylic (Leithe, 1973). Berdasarkan susunan ionnya,
dikenal tiga macam detergen, yaitu anionic, cationic, dan nonionic. Anionic
detergen yang biasanya digunakan untuk keperluan rumah tangga. Cationic
detergen yang kadang – kadang juga digunakan untuk skala rumah tangga.
Sedangkan nonionic detergen yang cenderumg lebih digunakan untuk keperluan
industri (Supriharyono,2000).
b. Limbah Industri
Industri telah menyebabkan polusi udara dan air. Limbah industry sering
mengandung bahan – bahan kimia yang berlebihan seperti asam, alkali, minyak,
vaselin, phenol, dan mercury (bahan radioaktif) yang dapat masuk atau diserap
ke dalam rantai makanan tumbuhan dan hewan air dan dapat sampai ke tubuh
manusia.
c. Limbah Pertanian
Aliran permukaan dari lahan pertanian dapat menyebabkan polusi air
karena pemakaian pupuk, pestisida, dan herbisida pada tanaman. Bahan petesida
di dalam air sulit untuk dipecah oleh mikro-organisme, kalaupun bisa hal itu
akan memakan waktu yang cukup lama.

13
1) Pupuk
Pupuk merupakan bahan kimia buatan atau alamiah, seperti pupuk
kandang yang ditambahkan ke dalam tanah untuk mempercepat pertumbuhan
tanaman. Semenjak kehadiran pupuk, terutama pupuk anorganik, pupuk
dirasakan sangat bermanfaat bagi para petani, karena bahan kimia ini dapat
memacu pertumbuhan tanaman. Pupuk anorganik sendiri dibuat dengan bahan –
bahan yang mengandug unsur kimia bahkan ada beberapa pupuk yang
menggunakan bahan kimia berbahaya (Supriharyono,2000).
2) Pestisida
Pestisida adalah zat kimia yang digunakan untuk melindungi tanaman
dari kompetitornya, spesies tanaman lain, dan serangan jamur yang bersifat
parasit dan hama, seperti hewan pengerat, burung, serangga, ulat, dan siput
telanjang (slugs). Pestisida dibedakan menjadi beberapa, seperti insektisida
(memberantas serangga), herbisida (memberantas tumbuhan pengganggu),
fungisida (memberantas jamur), dan rodentisida (memberantas hewan pengerat)
(Supriharyono,2000).
d. Sedimen Lumpur
Lumpur yang berasal dari erosi tanah yang terbawa aliran permukaan
sampai ke saluran sungai atau badan lainnya dapat menyebabkan polusi
kemurnian air berkurang dan air menjadi keruh. Kekuruhan ini akan menghalangi
penetrasi sinar matahari ke dalam air. Akibatnya proses fotosintesis tumbuhan
didalam air tidak dapat berlangsung. Kandungan karbon dioksida dalam air
meningkat, dan sebaiknnya kandungan oksigennya menurun. Penurunan
kandungan oksigen akan mempengaruhi kehidupan hewan air (Suripin, 2004).
3. Sumber Pencemaran Logam Berat
a. Timbal (Pb)
Merupakan logam yang sangat populer di sebabkan oleh banyanyaknya
Pb yang digunakan di industri nonpangan dan menimbulkan keracunan pada
makhluk hidup. Pb adalah sejenis logam yang lunak dan berwarna cokelat
kehitaman, serta mudah dimurnikan dari pertambangan (Agustina, 2014).

14
b. Mercury (Hg)
Mercury (Hg) atau air raksa adalah logam yang ada secara alami,
merupakan satu - satunya logam yang pada suhu kamar berwujud cair. Logam
murninya berwarna keperakan/putih keabuan-abuan, cairan tak berbau, dan
mengkilap (Agustina, 2014).
c. Arsenik (As)
Arsen (As) atau diseebut arsenik adalah zat kimia yang ditemukan sekitar
abad-13. Arsen merupakan bentuk senyawa dasar yang berupa substansi
inoorganik. Arsen inorganic dapat larut dalam air atau berbentuk gas dan
terpapar pada manusia. Arsenik salah satu unsur paliing beracun dan dijumpai
dalam tanah, udara dan air (Agustina, 2014).
d. Kadmium (Cd)
Kadmium (Cd) adalah elemen toksik yang dapat berpengaruh pada sistim
ekologi perairan sebab dikuatirkan limbah tersebut mengandung bahan
berbahaya dan beracun (B3), yang dapat mengancam keseimbangan ekologi dan
kelansungan hidup yang berlangsung di sekitar perairan laut tersebut (Hulda,
2015).

Menurut peraturan pemerintah tentang pengelolaan kualitas air dan


pengendalian pencemaran air memiliki kriteria mutu air, dapat dilihat pada Tabel
2.1 sebagai berikut :

15
Tabel 2.1 Kriteria Mutu Air
Paraneter Satuan Kelas Keterangan
I II III IV
Fisika
Temperatur °C Deviasi 3 Deviasi 3 Deviiasi 3 Deviasi 3 Deviasi temperatur
dari keadaan ilmiah
Residu Terlarut Mg/L 1000 1000 1000 2000
Residu Mg/L 50 50 400 400 Bagi pengelolaan air
Tersuspensi minum secara
konvension, residu
tersuspensi < 5000
Kimia
Ph 6-9 6-9 6-9 5-9
BOD Mg/L 2 3 6 12
COD Mg/L 10 25 50 100
DO Mg/L 6 4 3 0 Angka batas
maksimum
NO Mg/L 10 10 20 10
3 sebagai N
Nitrit sebagai N Mg/L 0,06 0,06 0,06 (-) Bagi pengelolahan
air minum secara
konvemsion al,
NO2_N <1 mg/L

Sumber Peraturan Pemerintah No 82 Tahun 2001

C. Angihan Spasial
Analisis spasial merupakan sekumpulan metoda untuk menemukan dan
menggambarkan tingkatan/ pola dari sebuah fenomena spasial, sehingga dapat
dimengerti dengan lebih baik. Dengan melakukan analisis spasial, diharapkan
muncul infomasi baru yang dapat digunakan sebagai dasar pengambilan
keputusan di bidang yang dikaji. Metoda yang digunakan sangat bervariasi,
mulai observasi visual sampai ke pemanfaatan matematika/statistik terapan
(Budiman, 2016). Analisis spasial merupakan metode teknik yang diggunakan
untuk mengolah data persepektif keruangan atau data keruangan (spasial).

Pengelolaan data spasial merupakan hal yang penting dalam pengelolaan


data Sistem Informasi Geografi. Proses pengolahan dilakukan dengan
menerapkan kaidah-kaidah relasional terkait secara simultan (Sunardi dkk,
2005).

16
Gambar 2.2 Peta Wilayah SUB-DAS Kranji

17
D. Penelitian Relevan

No Nama/Tahun/Jud Tujuan Penelitian Metode Penelitian Hasil Penelitian


ul
1. Budi Harsoyo Untuk mengetahui Metode ini menggunakan Tingkat pencemaran air di DAS Citarum terbagi
Andriati dan tingkat pencemaran metode polygon Theissen.Data atas 4 zonasi, yaitu zona agak tercemar (< 0,1
Cahyaningsih air di das Citarum yang digunakan dalam penelitian mg/l), kritis tercemar (0,1 – 1 mg/l), sangat
(2010) Distribusi ini seluruhnya diperoleh dari tercemar (1 – 2 mg/l), dan tercemar berat (> 2
Spasial Tingkat Perusahaan Umum Jasa Tirta II mg/l). Secara keseluruhan, lebih dari separuh
Pencemaran Air (PJT II), selaku otorita pengelola luas DAS Citarum kondisi tingkat pencemaran
Di Das Citarum di Waduk Jatiluhur yang wilayah airnya masih dalam kategori agak tercemar
Jakarta Pusat operasionalnya berada di dalam (54,46%), sisanya adalah 11,99% termasuk
DAS Citarum. Data tersebut dalam kelas kritis tercemar, 16,07% masuk
adalah data kualitas air dan data dalam kelas sangat tercemar dan 17,49% dalam
spasial yang berupa peta dasar kondisi tercemar berat.
dan peta-peta tematik serta citra
satelit Landsat Thematic Mapper
daerah penelitian.
2. Rifki Fadila Untuk mengetahui Metode ini menggunakan Kualitas air Sungai Logawa menurut
Rahmawati (2018). tingkat pencemaran metode survei, teknnik Pemerintah No 20 Tahun 1990 pada saat hujan
Analisis Tingkat sungai Logawa pengambilan sampel purposive termasukk dalam golonngan B peruntukannya
Pencemaran Sungai area sampling,pengolahan data sebagai bahan baku air minum, sedangkan pada
Logawa di lapangan dan laboratorium di saat tidak hujan termasuk dalam golongan C
Kabupaten hitung menggunakan peruntukannya sebagai keperluan perikanan dan
Baanyumas storet.analisis data menggunakan peternakan . Tingkat pencemaran sungai
analisis deskriptif berdasarkan Logawa pada saat hujan termasuk tercemar
indikator analisis yaitu ringan dengan jumlah skor-4, sedangkan pada
KepMenLH 115/2003 tentang saat tidak hujan termasuk tercemar sedang
metode indeks pencemaran dengan jumlah skor-11.

18
3. Setio Sandi P, Tujuan dari Penelitian ini menggunakan Kualitas air tanah tidak layak untuk air minum,
(2017) penelitian untuk metode survey lapangan, teknik dengan kandungan bakter E.coli ≥2.400 ml yang
Kualitas Air Tanah mengetahui pengambilan sempel proposive melebihi ambang batas baku untuk air minum,
Untuk Air Minum kualitas airtanah sampling, analisis data untuk indicator bau, kekeruhan, rasa, suhu,
di Sekitar untuk air minum di menggunakan analisis desktptif jumlah zat padat terlarut (TDS), warna, pH,
Peternakan Ayam sekitar peternakan dengan memberikan uraikan nitrit dan nitrat yang masih dalam batas baku.
Desa Pakujati ayam Desa Pakujati berdasarkan indicator analisis
Kecamatan Kecamatan yaitu permenkes
Paguyangan Paguyangan no.49/Menkes/Per/2010 tentang
Kabupaten Brebes Kabupaten Brebes standart baku kualitas air
minum.

19
E. Kerangka Pikir

Aktivitas Sungai Kranji Bahan


Masyarakat Pencemar

Tingkat Pencemaran

Kualitas Air

Agihan Spasial Tingkat Pencemaran

Sungai Kranji

Gambar 2.2 Kerangka Pikir

F. Hipotesis
Tingkat pencemaran Sungai Kranji berkategori tercemar sedang. Secara
agihan spasial tingkat pencemaran Sungai Kranji semakin ke hilir semakin
tercemar sedang.

20
BAB III
METODE PENELITIAN

A. Watu dan Tempat Penelitian


Penelitian ini dilaksanaan pada bulan Maret-Mei 2019 sampai selesai.
Lokasi penelitian terletak di Sungai Kranji, pada bagian hulu Desa
Karangtengah, tengah dan hilir Desa Kranji, Kabupaten Banyumas.

B. Metode Penelitian
Penelitian ini dilakukan dengan metode survei. Survei digunakan untuk
mengamati gejala yang tampak pada objek penelitian.

C. Alat dan Bahan


Alat yang digunakan pada saat penelitian yaitu :
1. Botol Plastik : Alat mengambil dan menyimpan contoh air sungai.
2. pH meter : Alat mengukur derajat kesamaan air.
3. TDS meter : Alat mengukur total padatan yang terlarut di dalam air.
4. Tremometer : Alat mengukur temperatur air.
5. Prodactest NH3: Alat mengukur nitrit, nitrat dan amonia
6. AAS : Alat mengukur kandungan logam berat (Kadmium Cd).
7. GPS : Alat Untuk mengetahui posisi titik sampel.

D. Populasi dan Sampel


1. Populasi
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek atau subjek yang
mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti
untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiono, 2014). Populasi
penelitian terdiri dari air Sungai Kranji yang mengalir dari hulu, tengah, hilir.

21
2. Sampel
Sampel adalah pemeilihan jumlah atau karateristik yang dimiliki oleh
populasi (Sugiono, 2014). Teknik pengambilan sampel menggunakan purposive
area sampling. Purposive dapat dilihat pada penggunaan lahan, percabangan
sungai, pembagian sungai hulu, tengah , hilir ditentukan berdasarkan kontur dan
aliran sungai. Pengambilan sampel dilakukan di 3 area yaitu bagian hulu, tengah
dan hilir Sungai Kranji. Pada bagian hulu sampel diambil 3 titik, bagian tengah
sampel diambil 5 titik, dan bagian hilir diambil 3 titik. Jumlah seluruh ada 11
titik sampel.

E. Variabel dan Data Peneletian


1. Variabel penelitian adalah tingkat pencemaran Sungai Kranji meliputi :
a) Parameter fisik dengan indicator : Thermometer, TDS, warna dan bau
b) Parameter kimia dengan indicator : Nitrit (NO2), Nitrat (NO3), pH, logam
berat dan ammonia
2. Data Peneletian
a) Data Primer
Data dari Lapangann dan data dari Uji Laboratorium, Warna Air, Bau Air,
Kadar pH, Amonia, Nitrat dan Nitrit, Padatan, Logam Berat. Aktivitas
Masyarakat.
b) Data Sekunder
Peta Das Kabupaten Banyumas, Peta RBI. Data karakteristik Sungai Kranji
pada bagian hulu, tengah hilir yang meliputi :
1) Debit air
2) Lebar sungai
3) Kedalaman air

F. Teknik Pengumpulan Data


Pengumpulan data dilakukan dengan cara observasi yaitu mengamati
kualitas air Sungai Kranji. Pengambilan air sungai dilakukan di tiga area yaitu
pada bagian hulu, tengah dan hilir. Untuk mengetahui tingkat pencemaran Sungai
Kranji dengan menggunakan parameter fisika yaitu Thermometer dan TDS dan
22
parameter kimia yaitu nitrit (NO2), Nitrat (NO3) pH, logam berat (Kadmium Cd)
dan ammonia.
1. Titik pengambilan pada Sungai Kranji. Dengan melakukan pengambilan
sempel air ditempatkan dalam botol plastik ukuran 600 ml. Alat parameter
yang digunakan adalah:
a. TDS : Untuk mengukur total kepadatan yang terlarut dalam dalam air Sungai
Kranji dengan cara memasukan TDS ke dalam sampel air Sungai Kranji
tunggu beberapa menit kemudian lihat angka yang tertera dalam monitor
TDS.
b. pH : Untuk menggunakan pH meter dengan cara memasukan pH meter
kedalam sempel air Sungai Kranji diamkan 1 menit.
c. Thermometer : Untuk menggunakan Thermometer, dilakukan dengan cara
memasukan Thermometer kedalam air sempel Sungai Kranji selama 3 menit.
d. Warna : Untuk mengetahui warna sungai dapat dilakukan dengan pengamatan
secara langsung di Sungai Kranji. Pada Sungai Kranji terjadi kekeruhan atau
jernih.
e. Bau : Untuk mengetahui bau sungai juga memerlukan pengamatan secara
langsung di Sungai Kranji, apakah air Sungai Kranji berbau atau tidak.
2. Sempel yang di Uji Laboratorium Dinas Lingkungan Hidup adalah:
a. NH3 : Prodactest NH3 untuk mengukur Amonia Amonia dilakukan dengan
cara mengambil sempel air Sungai Kranji kemudian memasukan kedalam
tabung yang tersedia di dalam Prodactest NH3 tunggu beberapa menit sampai
muncul di monitor Prodactest NH3.
b. Nitrit (NO2), diukur menggunakan Prodactest NH3.
c. Nitrat (NO3), diukur menggunakan Prodactest NH3.
d. AAS : AAS untuk mengukur kandungan logam berat (Kadmium Cd) air
Sungai Kranji memasukan air sempel kedalam tabung yang terdapat di AAS
dan tunnggu bebeapa menit kemudian amati anggka yang ada di monitor
AAS.
e. GPS : Untuk mengetahui Koordinat titik sampel.

23
G. Pengolahan Data
Pengolahan data dalam penelitian ini yaitu dengan uji laboratorium dan
observasi. Hasil data pengukuran parameter kualitas air dari Sungai Kranji
Secara langsung atau di lapangan dan pengujian dari Laboratorium Dinas
Lingkungan Hidup Purwokerto. Kemudian disajikan dalam bentuk tabel
frekuensi, hasil data di hitung menggunanakan STORET dicocokan pada syarat
kualitas air berdasarkan Keputusan Menteri Lingkungan Hidup No. 115 tahun
2003. Metode STORET dapat dilakukan dengan langkah – langkah :
1. Lakukan pengumpulan data kualitas air dan debit air secara periodik sehingga
membentuk data dari waktu ke waktu
2. Bandingkan data hasil pengukuran dari masing-masing parameter air dengan
nilai baku mutu yang sesuai dengan kelas air.
3. Jika hasil pengukuran memenuhi nilai baku mutu air (hasil pengukuran <
baku mutu) maka diberi skor 0.
4. Jika hasil pengukuran tidak memenuhi nilai baku mutu air (hasil pengukuran
> baku mutu), maka diberi skor

Tabel 3.1 Penentuan Sistem Nilai Untuk Menentukan Status Mutu Air
No Jumlah Nilai Parameter
Contoh
Fisika Kimia Biologi
1. < 10 Maksimum -1 -2 -3
Minimum -1 -2 -3
Rata-rata -3 -6 -9
2. ≥10 Maksimum -2 -4 -6
Minimum -2 -4 -6
Rata-rata -6 -12 -18
Sumber : Keputusan Menteri Lingkungan Hidup No. 115 Tahun 2003

5. Jumlah negatif dari seluruh parameter dihitung dan ditentukan status mutunya
dari jumlah skor yang didapat dengan menggunakan system nilai.

24
H. Analisi Data
Analisis data pada peneltian ini menggunakan metode storet (nilai
indeks storet) yaitu salah satu metode untuk menentukan status mutu air yang
umum digunakan dengan metode storet ini dapat diketahui parameter –
parameter yang telah memenuhi atau melampaui baku mutu air (Keputusan
Menteri Lingkungan Hidup No. 115 Tahun 2003 tantang Pedoman Penentuan
Status Mutu air ).
Cara untuk menentukan status mutu air adalah dengan menggunakan
sistem nilai dari “US-EPA (Environmental Protection Agency)” dengan
mengklasifikasikan mutu air dalam empat kelas (Keputusan Mentri Lingkungan
Hidup No, 115 Tahun 2003 tentang pedoman penentuan status mutu air), yaitu:

Tabel 3.3 Klasifikasi Mutu Air

No Nama Kelas
1. Kelas A : baik sekali, skor = 0 memenuhi baku mutu
2. Kelas B : baik, skor = -1 s/d -10 cemar ringan
3. Kelas C : sedang, skor = -11 s/d -30 cemar sedang
4. Kelas D : buruk, skor ≥ -31 cemar berat

I. Uji Hipotesis
1. Tingkat Pencemaran Sungai Kranji
a. Hipotesis Alternatif (Ha) : Hipotesis diterima apabila tingkat pencemaran
Sungai Kranji tercemar sedang .
b. Hipotesis Nol (Ho) : Hipotesis di tolak apabila tingkat pencemaran
Sungai Kranji tidak tercemar sedang.
2. Agihan Spasial
a. Hipotesis Alternatif (Ha) :Hipotesis diterima apabila agihan spasial tingkat
pencemaran bila semakin ke hilir semakin tercemar.
b. Hipotesis Nol (Ho) : Hipotesis ditolak apabila agihan spasial tingkat
pencemaran bila semakin ke hilir tidak tercemar.

25
Gambar 3.4 Peta Penggunaan Lahan SUB-DAS Kranji

26
DAFTAR PUSTAKA

Agustina, 2014. Kontiminasi Logam Berat Pada Makanan Dan Dampaknya Bagi
Kesehatan. Jurnal Teknobuga Vol. 1 No. 1 Juni. Semarang: UNNES

Budiman Edy, 2016. Analisis Spasial Data Jaringan Internet Service Provider di
Kecamatan Sungai Pinang Kota Samarinda Berbasis. Jurnal Ilmiah ILKOM
Vol. 8 No. 1. 1 April. Samarinda: Teknik Informatika Universitas
Mulawarman.
Butarbutar, 1998. Kebijakansanaan Dan Strategi Pengelolaan Lingkungan Hidup Di
Daerah. Jakarta.
Bharti, Katyal, 2011. Water quality indices used for surface water vulnerability
assessment. International Journal Of Environmental Sciences Volume 2, No 1.
India: G.G.S.Indrapratha University.
Cahyaningsih. A dan B, Haryoso, 2010. Distribusi Spasial Tingkat Pencemaran Air
Di Das Citarum. Jurnal Sains & Teknologi Modifikasi Cuaca, Vol. 11, No. 2.
Jakarta: UPT Hujan Buatan BPP Teknologi
Effendi, Hefni, 2003. Kualitas Air Pengelolaan Sumber daya dan Lingkungan
Perairan. Yogyakarta : Kanisius

Faudy dan Azizah dan, 2013. Tinjauan Daerah Aliran Sungai Sebagai Ekologi Dan
Manajemen Daerah Aliran Sungai. Jurnal Lentera vol.6. Oktober

Fardiaz, Srikandi, 1992. Polusi Air dan Udara.Yogyakarta : Kanisius

Hendrwan dan Diana, 2005. Kualitas Air Sungai Dan Situ Di Dki Jakarta. Jurnal
Makara, Teknologi, VOL. 9, NO. 1. Jakarta Barat: Universitas Trisakti.

Hulda dkk, 2015. Determinasi Kadmium (Cd) Di Perairan Pantai Malalayang Sekitar
Rumah Sakit Prof Kandou Manado. Jurnal Budidaya Perairan Vol.3 No. 1
Januari. Manado: FPIK Unsrat Manado.

Irawadi dan Ariwibowo, 2018. Peran Kelembagaan Formaspesung Dalam Restorasi


Sungai Kranji Purwokerto.Restorasi sungai : Tantangan dan Solusi

27
Pembangunan Berkelanjutan, ISBN: 978-602-361-137-9. Prosiding Surakarta:
UMS.

Lihawa Fitryane, 2017. Dereah Aliran Sungai Alo Erosi, Sedimentasi Dan Longsor.
Yogyakarta: Deepublish
Miftakhurohman, 2016. Kajian Tentang Kualitas Air Tanah di Sekitar Tempat
Pembangunan Akhir (TPA) sampah. Skripi, Purwokerto: Universitas
Muhammadiyah Purwokerto.
Peraturan Pemerintah Replubik Indonesia Nomor 38 Tahun 2011 Tentang Sungai.
Sunardi dkk, 2005. Pemanfaatan Analisis Spasial Untuk Pengolahan Data Spasial
Sistem Informasi Geografi. Jurnal Teknologi Informasi DINAMIK Vol. X,
No.2.Mei. Pemalan: Universitas Stikubank Semarang.
Supriharyono.2000.Pelestarian dan pengelolaan sumber daya alam di wilayah
pesisir tropis. Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama.
Suripin, 2004. Pelestarian Sumber Daya Tanah Dan Air. Yogyakarta : Andi Offset
Susetyaningsih Adi, 2014. Pengaturan Penggunaan Lahan di Daerah Hulu DAS
Cimanuk Sebagai Optimalisai Pemanfaatan Sumber Daya Air. Jurnal
Kontruksi Vol. 10, No. 0. Garut: Sekolah Tinggi Teknologi Garut.
Undang – Undang no7 Tahun 2004 tentang sumber daya air.
Utoyo Bambang, 2007. Geografi: Membuka Cakrawala Dunia. Bandung : PT Setia
Purna Inves
Wisnu Ariawardhana, 2001. Dampak Pencemaran Lingkungan.Yogyakarta : Andi
Offset
Yudo Satmoko, 2006. Kondisi Pencemaran Logam Berat di Perairan Sungai DKI.
Jurnal JAI Vol. 2, No.1. Jakarta: Pusat Teknologi Lingkungan – BPPT.
Yuliastuti Etik, 2011. Kajian Kaulitas Air Sungai Ngrinngo Karanganyar Dalam
Upaya Pengendalian Pencemaran Air. Tesis, Semarang: Universitas
Diponegoro

28

Anda mungkin juga menyukai