Anda di halaman 1dari 21

Merupakan salah satu Unit Pelaksana Teknis (UPT)

Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan


Di bawah
Direktorat Pengendalian DAS dan Hutan Lindung
Sesuai dengan SK. 511/Menhut-V/2011, tanggal 7 September 2011,
luas wilayah kerjanya adalah 4.939.305,78 Ha,

Terdiri dari 236 DAS


Wilayah kerja BPDASHL Krueng Aceh meliputi hampir seluruh
wilayah administrasi Pemerintah Aceh
(kecuali Aceh Singkil, Aceh Selatan, Subulussalam, Aceh Tenggara
dan Gayo Luwes)..
Berdasarkan Laporan Klasifikasi DAS Wilayah Kerja BPDAS Krueng Aceh Tahun 2014,
yang diolah dan dianalisa sesuai dengan Peraturan Menteri Kehutanan Nomor
P.60/Menhut-II/2014 tentang Kriteria Penetapan Klasifikasi Daerah Aliran Sungai :

211 DAS dipertahankan


dan
25 DAS dipulihkan.
Adapun DAS yang termasuk kategori dipulihkan sebanyak 25 DAS yaitu
DAS Bihue, DAS Imasin, DAS Inong, DAS Jambo Aye, DAS Julok, DAS Krueng Aceh, DAS
Laya Baung, DAS Leitem, DAS Meukek, DAS Meureubo, DAS Peurelak, DAS Peusangan,
DAS Pulau Babi, DAS Pulau Breueh, DAS Pulau Nasi, DAS Sabe, DAS Salur, DAS Sigulai,
DAS Tamiang, DAS Teungku, DAS Teunom, DAS Tripa dan DAS Unga.
Daerah Aliran Sungai (DAS) adalah
suatu wilayah daratan yang merupakan
satu kesatuan ekosistem dengan sungai
dan anak-anak sungainya yang berfungsi
menampung, menyimpan, dan mengalirkan
air yang berasal dari curah hujan ke danau
atau laut secara alami, yang batas di darat
merupakan pemisah topografis dan batas di
laut sampai dengan daerah pengairan yang
masih terpengaruh aktivitas daratan.
(UU No 7/2004 Ps 1)
Pengelolaan DAS (PDAS) adalah upaya
manusia dalam mengendalikan hubungan
timbal balik antara aktivitas manusia dengan
sumberdaya alam (terutama lahan, vegetasi
dan air) di dalam DAS untuk mendapatkan
manfaat barang dan jasa sekaligus
menjaga kelestarian DAS serta
meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
Hulu
Tengah
Hilir
Sebuah fenomena
mengapa tata ruang 1. Produksi air
berbasis DAS perlu HULU
2. Regulasi air
dipertimbangkan dalam TENGAH
3. Distribusi air
pengelolaan Sumber 4. Konsumsi air HILIR
Daya Air
Sipil Teknis
Vegetatif
Berbasis Alur Sungai Berbasis Lahan
1. Dam Pengendali 1. Teras Bangku/Gulud 1. Vegetasi Tetap
2. Dam Penahan 2. Pengendali Tebing Sungai 2. Hutan Rakyat
3. Gully Plug 3. Parit Buntu/Rorak 3. Penghijauan Lingkungan
4. Embung 4. Strip Rumput
5. Green belt
• DAS belum ditempatkan sebagai sistem lansekap dan
merupakan konsep besar tata ruang.

• Pengelolaan DAS hanya menekankan aspek hutan saja


tanpa memperhatikan perannya (hutan) dari perspektif
yang lebih luas, yaitu DAS sebagai sistem sumberdaya.

• Pengelolaan DAS belum memperhatikan komitmen global


(perubahan iklim) dan peran pentingnya dalam mendukung
pembangunan berkelanjutan , ketahanan pangan, serta
pengendalian pencemaran.
• Pengelolaan DAS seringkali terdistorsi oleh terminologi lainnya.

• Pengelolaan DAS kurang co-inside dengan pengembangan wilayah


yang mampu menggerakkan pusat-pusat pertumbuhan wilayah.

• Pengelolaan DAS Kurang ditempatkan sebagai sistem social (human


settlement dan bentuk-bentuk penggunaan lahan lainnya) sehingga
pengelolaan DAS kurang memperhatikan aspek antropogenik .

• Environmental governance (mengambil unsur-unsur lingkungan dalam


action) kurang terakomodasi dalam formulasi strategi pengelolaan
DAS, sehingga kurang memperhatikan setting sosial, ekonomi dan
politik sebagai unsur sub lingkungan.
• Menjembatani multistakeholder
• Melakukan sosialisasi akan penting nya DAS yang sehat
• Mendukung pengesahan Perdas DAS
• Melakukan aksi demi kesehatan DAS

Anda mungkin juga menyukai