2045
ADALAH
SOSIAL
FORESTRI
SEBUAH KAJIAN WACANA
DAN PEMIKIRAN
Disusun oleh Lembaga Alam Tropika Indonesia (LATIN)
Foto : Koleksi dan Dokumentasi Inspirasi Tanpa Batas
Ilustrator : Deni Ganjar Nugraha
Tata Letak : Galih Gerryaldy
KEHUTANAN 2045
ADALAH SOSIAL FORESTRI
SEBUAH KAJIAN WACANA DAN PEMIKIRAN
LATIN menjadi pelopor dalam mengembangkan proses dan manajemen kolaborasi untuk
mendorong Sosial Forestri atau Komuniti Forestri bisa dimulai dan bekerja dengan baik
khususnya di Pulau Jawa pada medio 1990-an.
LATIN bekerjasama dengan berbagai organisasi masyarakat sipil dan organisasi lingkungan
hidup turut mendirikan berbagai jaringan kerja Sosial Forestri dan Komuniti Forestri seperti
Forum Komunikasi Kehutanan Masyarakat (FKKM), Konsorsium Sistem Hutan Kerakyatan
(KPSHK), dan Jaringan Kerja Pemetaan Partisipatif (JKPP).
LATIN juga menjadi bagian dalam pendirian Aliansi Masyarakat Adat Nusantara (AMAN),
Biodiversity Forum (Bioforum) dan jaringan kerja lainnya di tingkat nasional dan regional.
LATIN berkolaborasi kuat dengan CIFOR dan ICRAF untuk mendorong riset dan pengakuan
wilayah adat di beberapa situs Sosial Forestri dan Komuniti Forestri.
Upaya membangun jaringan kerja dengan berbagai pihak telah meningkatkan posisi tawar
gerakan masyarakat sipil dalam membangun kolaborasi dengan berbagai stakeholders
seperti Kementerian Kehutanan dan Perum Perhutani serta dunia usaha lainnya.
Pada dekade 90-an, LATIN menjadi convener dalam mendorong Sosial Forestri dan
Komuniti Forestri sebagai narasi utama.
Kegiatan-kegiatan itu menumbuhkan banyak aktivis, akademisi dan pemimpin baru dalam
mendukung perkembangan Sosial Forestri dan Komuniti Forestri di berbagai tingkatan.
Pada dekade itu terjadi percakapan penting untuk mencanangkan perluasan Sosial Forestri
dan Komuniti Forestri. Dalam pertemuan kecil, pada 1996, yang dipandu oleh LATIN, mereka
mencanangkan Sosial Forestri dan Komuniti Forestri seluas 16 juta hektar dalam waktu 25
tahun.
Pada 2021, impian bersama ini telah mendekati kenyataan. Sejak lima tahun lalu, pemerintah
telah mencadangkan kawasan indikatif Sosial Forestri seluas 14 juta hektar. Sementara itu
AMAN telah memetakan lebih kurang 7,4 juta hektar kawasan hutan adat. Belum lagi lebih
dari 9 juta hektar kawasan hutan telah menjadi obyek reforma agraria.
Selama lima tahun terakhir, Sosial Forestri khususnya telah tumbuh seluas 4,6 juta hektar
dan menjangkau lebih kurang 900 ribu Kepala Keluarga. Bagi LATIN, capaian ini sangat
menggembirakan. Tantangannya, bagaimana memastikan kualitas Sosial Forestri dalam 25
tahun ke depan. Bagaimana sosok Sosial Forestri dan Komuniti Forestri pada 2045?
Percakapan apresiatf untuk memulai narasi, ide, format, proses dan tanda untuk Sosial
Forestri dan Komuniti Forestri pada 2045.
Percakapan apresiatif ini tidak akan berhenti. Sosial Forestri 2045 adalah gagasan yang
hidup dan dinamis. Harapannya, percakapan ini menjadi pemicu semua pihak untuk
memikirkan, membayangkan, menginspirasi, melakukan dan memanfaatkan berbagai
kemungkinan untuk merawat dan menciptakan gagasan Sosial Forestri di Masa Depan.
Inilah impian LATIN 2045. Mari kita bekerja dan berkolaborasi untuk masa depan Indonesia
dan Nusantara tercinta.
Tabik
Dwi Rahmad Muhtaman,
Ketua Yayasan Lembaga Alam Tropika Indonesia
Abdon Nababan, Abidin Tuarita, Ade Candra, Adib, Agung Wiyono K, Agus B. Purwanto, Ahmad
Ibrahim, Akbar, Albertus Pramono, Ali, Ali Haliman, Andi Chairil Ichsan, Ani Adiwinata, Ani Mardiastuti,
Arif Aliadi, Arifadi Budiarjo, Asep Dedi Mulyadi, Azis, Bambang Juriyanto, Bambang T, Bambang
Yusuf, Barid Hardiyanto, Blair Palmer, Budiman Sudjatmiko, Chalid Muhammad, Cosmas, Damayanti
Buchori, Didik Suharjito, Dodik Ridho Nurochmat, Dwi Suciana, Dwi Sudarsono, Edip Suprapto, Efrian
Muharrom, Adinda Egreina P, Eko Budi Wiyono, Eko Wahyudi, Emi, Emmy Hafild, Erik, Christian,
Hariadi Kartodihardjo, Haryanto Putro, Heri Santoso, Herry Purnomo, Herson Laini, Hilmar Farid,
Hironimus Pala, Husnuzoni, Ira Khoerunisa, Irwan Humadi, Iwan Gunawan, Jalal, Joko Waluyo, Juani,
Julia Kalmirah, Juned, Karen Edwards, Kasmita Widodo, Krisna D, Lalu Bakri, Lili Hasanudin, M.
Denny Ermansyah, Maman Rosmantika, Markum, Martua Sirait, Marwi, Mia Siscawati, Mohammad
Jauhari, Mukhlis Syarif, Murdani, Mustapa Kamal, Naomi Marasian, Natalas Anis Harjanto, Nayu
N. Widianingsih, Niel Makinuddin, Noer Fauzi Rahman, Agustinus Gusti “Nugie” Nugroho, Putra
Dinata Tuarita, R. Ratmanto, Rachmad Radjib, Rahmat, Rakhmat Hidayat, Riche, Ridha Hakim, Ruby,
Rudi Syaf, San Afri Awang, Singgih S. Kartono, Soesi Sastro, Suraya Afif, Suryo Adiwibowo, Suwito,
Syafrizaldi Aal, Taher, Taryanto, Taufik, Tedy Tricahyono, Tini Gumartini, Wahyu Kuncoro, Wahyudi
Wardoyo, Yando Zakaria, Yani Sagaroa, Yurdi Yasmi, Zaki, Zicko, dan Zufar Fauzan.
LATIN mengucapkan terima kasih dan apresiasi yang tinggi pada tim peneliti yang bekerja tanpa
lelah melakukan wawancara apresiatif, mencatat temuan-temuan penting dan terlibat aktif dalam
perumusan teks laporan.
Terima kasih, kami ucapkan kepada Tri Nugroho, Aisyah Sileuw, Dani Wahyu Munggoro dan Sundjaya
yang telah merancang seluruh proses mulai dari desain kajian, analisis hasil wawancara, diskusi
terbatas dan perumusan hasil akhir.
Terima kasih, kami ucapkan kepada Budhita Kismadi, Diah Suradiredja, Muayat Ali Muhshi dan
Panji Sutrisno yang telah melakukan serangkaian wawancara dengan berbagai narasumber untuk
menangkap impian, perspektif, analisis dan rekomendasi untuk menjadi landasan teks laporan ini.
Terima kasih, kami ucapkan kepada Yekti Wahyuni, Ira Khoerunisa, Adinda Egreina P. dan tim yang
telah mendukung seluruh proses wawancara apresiatif mulai dari mempersiapan aplikasi Zoom,
undangan narasumber, menyusun jadwal wawancara dan merangkum seluruh hasil wawancara
apresiatif.
Tak lupa kami ucapkan terima kasih kasih kepada seluruh Latiners dan sahabat Latiners, dimana pun
berada, yang memberi inspirasi dan semangat untuk tetap berjalan bersama menuju Indonesia yang
lebih baik.
Terakhir kami mengucapkan terima kasih kepada Farah Sofa (Ford Foundation) dan Dewi Suralaga
(CLUA) atas dukungan dan kepercayaan untuk melakukan kajian cepat ini.
Semoga kajian ini menjadi pemikiran dan wacana yang hidup untuk mewujudkan masa depan Sosial
Forestri yang lebih gemilang.
Prakata ii
Ucapan Terima Kasih iv
Singkatan viii
BAGIAN PERTAMA
1
INTRODUKSI: MENATA JALAN BARU
BAGIAN KEDUA
5
TEMUAN: TRANSFORMASI SOSIAL FORESTRI
1. Temuan Pertama: Evolusi Sosial Forestri 6
2. Temuan Kedua: Politik, Kebijakan dan Regulasi 8
3. Temuan Ketiga: Penggerak Perubahan Utama 11
4. Temuan Keempat: Komunitas Epistemik dan Praktisi 12
5. Temuan Kelima: Desa, Petani dan Sosial Forestri 15
6. Temuan Keenam: Komunikasi, Pengetahuan dan Internet 17
7. Temuan Ketujuh: Agenda Global, Nasional dan Sosial Forestri 18
BAGIAN KETIGA
21
REKOMENDASI: FONDASI JALAN BARU
Rekomendasi Umum 21
Rekomendasi Khusus 25
BAGIAN KEEMPAT
29
MENUJU EKOSISTEM SOSIAL FORESTRI
Elemen Nilai-Nilai 29
Elemen Proses-Proses Sosial 30
Protret Sosial Forestri 2045 31
Epilog 35
Daftar Pusaka 40
“KAMI SEDANG
distribusi akses kepada lebih banyak petani
di dalam dan di sekitar hutan.
Kebijakan dan regulasi tetap marjinal kementerian dan lembaga lain, maupun
dibandingkan kebijakan ekonomi lainnya. menarik keterlibatan pemerintah daerah.
Dengan demikian, banyak lokasi Sosial
Sosial Forestri tetap menjadi doman Forestri di masyarakat kurang mendapat
Kementerian Lingkungan Hidup pendampingan pasca izin.
dan Kehutanan. Walaupun telah
diperbincangkan pada rapat-rapat terbatas
dengan Presiden, kebijakan dan regulasi
Legality-Based Approach
Sosial Forestri masih lemah dan terbatas. Kebijakan dan implementasi Sosial Forestri
masih terfokus pada penyiapan kawasan
Berikut ini argumentasi berkenaan dengan melalui Peta Indikatif Perhutanan Sosial
keterbatasan politk, kebijakan dan regulasi (PIAPS), perbaikan proses usulan Sosial
Sosial Forestri. Forestri, dan percepatan legalitas Sosial
Forestri berupa penerbitan izin melalui
surat keputusan (SK) Menteri LHK. Surat
Sectoral-Based Approach
Keputusan yang diterbitkan mayoritas
Sosial Forestri saat ini masih dianggap masih terbatas pada lokasi-lokasi Sosial
sebagai program sektoral karena regulasi Forestri yang tidak dibebani hak (konsesi)
atau kebijakannya ada pada kewenangan dan bebas konflik tenurial (clear and
Kementerian Lingkungan Hidup dan clean). Ini dimaksudkan untuk menghindari
Kehutanan, khususnya Direktorat Jenderal munculnya sengketa paska izin. Pengajuan
Perhutanan Sosial dan Kemitraan Sosial Forestri pada lokasi yang berkonflik
Kehutanan (PSKL). Ini menyebabkan akan membuat proses keluarnya izin
sulitnya membangun keterpaduan dengan menjadi lebih lama dan kompleks. Luasan
Lebih dari sepuluh tahun, percakapan reguler antarpihak juga menciptakan saling
intelektual Sosial Forestri menurun pengertian antarpihak untuk membangun
dukungannya. Penurunan wacana Sosial kerja-kerja kolaborasi yang lebih luas dan
Forestri dalam kancah percakapan politik, strategis.
ekonomi, sosial dan budaya menyebabkan
Sosial Forestri semakin dipinggirkan.
Akademisi dan peneliti
Berikut ini argumentasi berbagai kekuatan Sejauh ini akademisi atau kelompok
dan kelemahan dalam membangun intelektual yang memberi perhatian besar
wacana Sosial Forestri yang signifikan, terhadap Sosial Forestri tidak muncul
relevan dan luas. secara signifikan. ‘Kelangkaan’ akademisi
Sosial Forestri turut menghambat
tumbuhnya forum-forum ilmiah yang
Forum Komunikasi Sosial Forestri menguji perkembangan Sosial Forestri .
Pada 1990-an, Ford Foundation Minimnya wacana akademis dan perspektif
mendukung berbagai jaringan kerja dalam analisis tentang Sosial Forestri Indonesia
mendorong pengakuan dan penguatan dalam lima tahun terakhir di media internet
hak-hak rakyat dalam pengelolaan mungkin bisa menjadi indikator lemahnya
sumberdaya hutan. Jaringan kerja dan produksi pengetahuan tentang Sosial
forum komunikasi para pihak telah Forestri. Ini tantangan untuk membangun
membangun dialog-dialog konseptual kembali kekuatan epistemic community
dan praktis untuk mempromosikan Sosial dari berbagai latar belakang disiplin ilmu
Forestri dan Komuniti Forestri. Dialog-dialog (interdisciplinary).
KONSOLIDASI
dalam Sosial Forestri. Mereka terdiri dari
ribuan kelompok pengelola hutan yang
Rekomendasi Umum
BAHASA MODERN
empat tahun ke depan.
a. KLHK bersama berbagai lembaga
Elemen Nilai-Nilai
2045 ITU
pemerintah daerah, perbankan dan industri
produk-produk hutan non kayu lainnya.
“WAKANDA”
ATAU “WANA Elemen Proses-Proses
KANAYA Sosial
TANGGUH.”
bisnis rakyat berbasis hutan.
Pada 2045, partisipasi petani dan Kami menyebut semua impian ini:
perempuan wirausaha mencapai 30 Wakanda atau Wana Kanaya Sembada.
1 Laurence C. Smith. 2010. “The World in 2050: Four Forces Shaping Civilization’s
Northern Future.”
htt://katadata.co.id/ariemega/berita/5fe1b03317464/perempuan-aktor-penting-
keberhasilan-program-perhutanan-sosial
http://www.mongabay.co.id/2020/12/08/rubama-dan-semangat-perempuan-penjaga-
hutan-aceh/
Anonymous. 2020. Survei dan indeks Perhutanan Sosial: Jalan menuju kesejahteraan rakyat
dan kelestarian hutan. Jakarta: Kementerian Dalam Negeri RI, Ford Foundation
dan Katadata Insight Center.
Asian Development Bank, 2011. Asia 2050: Realizing the Asian Century. Singapore: Asian
Development Bank.
Dobbs, Richard, James Manyika, Jonathan Woetzel, 2015. No Ordinary Disruption: The Four
Global Forces Breaking All the Trends. New York: PublicAffairs.
Hawksworth, John and Gordon Cookson, 2008. The World in 2050 Beyond the BRICs: a
broader look at emerging market growth prospects.
HSBC Global Research, 2011. The world in 2050 Quantifying the shift in the global economy.
Kuhn, Thomas S., 1996 (Third Edition). The Structure of Scientific Revolutions. Chicago: The
University of Chicago Press.
Peluso, Nancy L. and Agus B. Purwanto. 2018. “The remittance forest: turning mobile labor
into agrarian capital”. Singapore Journal of Tropical Geography, No. 39 (2018)
6–36
PwC, 2017. The long view: how will the global economic order change by 2050?
Rushkoff, Douglas. 2019. Team Human. New York: W. W. Norton & Company.
Setapak, 2019. Cerita Pejuang Keadlian dan Kesetaraan dalam Pengelolaan Sumber Daya
Alam.
Smith, Laurence C., 2010. The World in 2050: Four Forces Shaping Civilization›s Northern
Future. New York: Penguin Group (USA) Inc.
Widyanto, Untung. 2020. Menjaga hutan, merawat iklim, Praktik terbaik Perhutanan Sosial
dalam menjaga iklim bumi. Jakarta: Madani.
White, Ben. 2012. “Agriculture and the generation problem: rural youth, employment and the
future of Farming”. IDS Bulletin, Vol. 43, No. 6, November 2012, pp: 9-19.
Pendopo LATIN
Jl. Sutera no. 1 Rt 02/05 Situgede Bogor Barat,
Kota Bogor, Jawa Barat, INDONESIA – 16115
+62-251-420522,420523
www.latin.or.id
latin@latin.or.id
@
latin_id
latin_id