Anda di halaman 1dari 9

PEMBINAAN MASYARAKAT DESA

HUTAN
(PMDH)

Latar Belakang :
Pengelolaan Hutan melalui Prosperity Approach (Pendekatan Kesejahteraan Masyarakat) ->
dimaksudkan sebagai koreksi terhadap pendekatan pengaman (Security Approach) dan lebih
diperhatikan aspek sosial ekonomi masyarakat disamping aspek ekonomi perusahaan

Pengertian :
PMDH : Semua kegiatan yang ditujukan untuk masyarakat dan berdampak dalam peningkatan
kesejahteraan masyarakat desa hutan dan lingkungannya serta meningkatkan fungsi-fungsi
hutan secara optimal.

PMDH -> merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari pembangunan kehutanan, dan
berupaya membina SDM di sekitar hutan dan lingkungannya yang pelaksanaannya diintegrasikan
ke dalam pembangunan kehutanan.

Strategi :
- Melestarikan hutan berasaskan kelestarian progresif (manfaat
optimal langsung & tidak langsung)
- Memberikan manfaat langsung pada kesejahteraan masyarakat
sekitar hutan.
- Meningkatkan kualitas lingkungan sehingga berfungsi sebagai
infrastruktur yang efektif guna mendukung pembangunan
nasional.

Pedoman dalam kegiatan PMDH :


1. Asas manfaat

Manfaat Sosial

Manfaat Manfaat ekologi


Ekonomi

2. Tujuan untuk peningkatan kesejahteraan masyarakat &


terwujudnya kelestarian hutan melalui :
- Pembinaan masyarakat desa hutan dengan menumbuhkan
kesadaran masyarakat akan pentingnya hutan.
- Peningkatan ketrampilan dan penguasaan IPTEK Terapan.

3. Sasaran kerja pada masayrakat yang tinggal di desa-desa sekitar


hutan dan lingkungan biofisik desa hutan.

Desa Hutan -> adalah desa-desa yang berbatasan dengan hutan


yang kehidupan masyarakatnya bergantung pada sumberdaya hutan.

Masyarakat Desa Hutan


- Masyarakat desa hutan adalah kelompok masyarakat setempat,
terutama masyarakat tradisional baik yang berada di dalam hutan
maupun di pedesaan sekitar hutan.
- Masyarakat di sekitar hutan merupakan masyarakat yang dalam
bersikap, berpikir, dan bertindak selalu berpegang teguh pada norma
dan adat kebiasaan yang ada secara turun-menurun.

Tahapan Pelaksanaan PMDH


Tahapan pokok yang harus diketahui dalam pelaksanaan PMDH (Sardjono
et al., 2000), yaitu:
- Tahap Pra-Perencanaan (studi diagnostik).
Tahap ini memiliki tujuan untuk mengidentifikasi kebutuhan masyarakat,
dan identifikasi kesesuaian ekologis dan sosial ekonomi. Kegiatan ini
menjadi acuan dalam menentukan arah program kegiatan pembinaan
masyarakat.
- Tahap Perencanaan.
Tahap ini dilaksanakan setelah hasil studi dagnostik PMDH. Perencanaan
dimaksudkan untuk menentukan susunan situasi sosial, ekonomi,
administrasi, dan fisik desa/masyarakat sasaran pada kurun waktu yang
diinginkan. Kurun waktu tersebut terdiri dari jangka panjang, jangka
menengah (5 tahunan), dan jangka pendek (tahunan). Tahap ini adalah
tahap yang paling penting karena merupakan alat untuk mencapai
tujuan pembinaan secara efektif dan efisien dan harus dijalankan secara
konsisten.
- Tahap Pelaksanaan.
Tahap ketiga dari implementasi kebijakan PMDH ini mencakup tahapan-
tahapan persiapan dan pengorganisasian, pelaksanaan kegiatan
lapangan sebagai bentuk realisasi perencanaan, dokumentasi hasil,
pemantauan dan pengendalian, serta pelaporan.
- Tahap Evaluasi.
Tahap akhir dari kegiatan ini adalah tahap evaluasi yang merupakan
salah satu bentuk kegiatan pemantauan yang dapat digunakan sebagai
bahan pelaporan tahunan.

MODEL PMDH
Model Kegiatan dalam PMDH :
- Kegiatan di dalam kawasan hutan : Insus Tumpangsari, Tanaman
Banjar Harian, Base Camp (Magersaren), Tanaman Kayu Bakar,
Tanaman Obat, Tanaman Rumput Gajah (Hijauan pakan ternak),
Giriwana Rally.
- Kegiatan di luar kawasan hutan : Penyuluhan/ bimbingan/
pelatihan, bantuan kaptering air (sarana air bersih), bantuan bibit
penghijauan, bantuan ternak, bantuan budidaya lebah (perlebahan),
bantuan pembangunan check dam bagi masyarakat desa hutan.

A. Model PMDH dalam Kawasan Hutan.


Penerapan Perhutanan Sosial (Social Forestry) dalam PMDH.
- Ide & Konsep Perhutanan Sosial dirintis oleh Mark Poffenberger (Ford
Foundation) dan Ir. Mulyadi Bratamihardja, Msc. (Perum Perhutani) di
tahun 1984.
- Rekomendasi penggunaan konsep Perhutanan sosial di Indonesia
diawali dengan pelaksanaannya di kawasan hutan Perum Perhutani P.
Jawa. Pelaksanaan ide & konsep Perhutanan Sosial dilaksanakan
sebagai pilot project yang merupakan kerjasama antara beberapa
pihak seperti : Departemen Kehutanan, Perum Perhutani, Beberapa
Perguruan Tinggi, LIPI, LSM, serta wakil dari Ford Foundation.
- Pelaksanaan ide & konsep Perhutanan Sosial (Social Forestry)
dilaksanakan dengan menggabungkan konsep Agroforestry yang
sangat luas hubungannya.

Pengelolaa Perbaikan
Masuka Peningkatan & Pelestarian
n Sosial
n Produktivitas
Hutan dan Ekonomi
Lingkunga A
E
C
B

Pembinaan Partisipasi Masyarakat Desa


Dalam Bidang Kehutanan & Non Kehutanan

D
A-B-C-E : Agroforestry
A-B-C-D-E : Social Forestry dengan partisipasi aktif dan mandiri
masyarakat setempat.
Partisipasi
Partisipasi adalah proses tumbuhnya kesadaran terhadap
keterhubungan di antara stakeholders yang berbeda dalam
masyarakat, yaitu antara kelompok-kelompok sosial dan komunitas
dengan pengambil kebijakan dan lembaga-lembaga jasa lain
(Winarto, 2006).
Secara sederhana, partisipasi dapat dimaknai sebagai the act of
taking part or sharing in something. Dua kata yang dekat dengan
konsep partisipasi adalah engagement dan involvement.
Secara umum, sisi positif partisipasi adalah program yang
dijalankan akan lebih respon terhadap kebutuhan dasar yang
sesungguhnya.

Partisipasi Masyarakat
Partisipasi masyarakat adalah keterlibatan anggota masyarakat dalam
pembangunan, meliputi kegiatan dalam perencanaan dan pelaksanaan
program/proyek pembangunan. Partisipasi atau peran serta
masyarakat dalam pembangunan merupakan aktualisasi dari
kesediaan dan kemampuan anggota masyarakat untuk berkorban dan
berkontribusi dalam implementasi program yang dilaksanakan
(Adisasmita, 2006).

Contoh Partisipasi aktif masyarakat:


Anggota masyarakat berpartisipasi aktif dalam proses pengambilan
keputusan.
Anggota masyarakat terlibat secara aktif dalam pengambilan
keputusan
tentang cara pelaksanaan sebuah proyek dan ikut serta sebagai
fasilitator.
Masyarakat bertanggung jawab untuk melaksanakan kegiatan-kegiatan dari program yang telah
ditetapkan pemerintah.
A.1. Pelaksanaan Proyek Perhutanan Sosial
Pertimbangan-pertimbangan yang digunakan dalam
penyelenggaraan konsep Perhutanan Sosial (Sosial Forestry),
antara lain :
- Memperhatikan hasil Penelitian diagnostik -> cara-cara pendekatan
dalam menanggulangi masalah kehutanan.
- Pilot Project mewakili tipe iklim, jenis tanah, topografi, dan jenis
tanaman hutan yang dominan serta kerawanan-kerawanan
perlindungan hutan.
- Pertimbangan lokasi Pilot Project yang berada dalam kawasan
hutan rusak, lahan tidak produktif dan tanah kritis.

Model-model Agroforestry yang diterapkan dalam Pilot Project


PS diharapkan dapat memenuhi kriteria sebagai berikut :
Tegakan hutan-pertanian harus cocok dengan tempat tumbuhnya,
prospek hasilnya bernilai tinggi dan mudah dipasarkan,
menguntungkan petani hutan dan pihak pengelola secara
berkelanjutan.
Dapat meningkatkan biodiversity sehingga dapat terbentuk kondisi
ekosistem yang lebih stabil dan dinamis
Dapat memperbaiki kesuburan tanah menuju input-output yang
seimbang secara alamiah.
Dapat menjamin konservasi tanah dan air melaui teknis
pengolahan tanah.
Dapat menunjang kualitas lingkungan hidup yang lebih baik.

Untuk memenuhi kriteria-kriteria di atas, dibutuhkan penyesuaian


dengan berbagai perkembangan yang terjadi saat pelaksanaan
program.

Model Agroforestry

Kriteria Project
Penyesuaian Program:
- Ilmu & Teknologi Terapan
- Tingkat Ketrampilan
- Budaya Masyarakat

Perbaikan Sosial
Ekonomi, Ekologis,
dan lingkungan
Pengelolaan Hutan Bersama Masyarakat (PHBM)

Pengelolaan Sumberdaya Hutan Bersama Masyarakat (PHBM) adalah suatu sistem pengelolaan
sumberdaya hutan yang dilakukan bersama oleh Pengelola dan masyarakat desa hutan dan atau
dengan pihak yang berkepentingan (stakeholder) dengan jiwa berbagi sehingga kepentingan
bersama untuk mencapai keberlanjutan fungsi dan manfaat sumber daya hutan dapat diwujudkan
secara optimal dan proporsional.

Penyempurnaan program diawali melalui Pembinaan Masyarakat Desa Hutan Terpadu (PMDHT)
di tahun 1994, yaitu Perhutanan Sosial sebagai salah satu komponen Pembangunan Wilayah di
bawah Koordinasi Pemda. Tahun 1998 Pemberdayaan Masyarakat Desa Hutan dengan Lembaga
Masyarakat Yang Mengakar Dan Mandiri (LM3) dan Koperasi Pondok Pesantren.

Di tahun 2001, contoh: pemberdayaan masyarakat desa hutan oleh Perum Perhutani dijadikan
suatu sistem yaitu Pengelolaan Sumber Daya Hutan Bersama Masyarakat (PSDHBM) merupakan
kerangka dari Perhutanan Sosial dengan prinsip bersama, berdaya, berbagi dan transparant.

PHBM dilakukan berbasis Desa Hutan dengan ruang lingkup di dalam dan di luar kawasan hutan
baik berbasis lahan maupun bukan lahan dengan mempertimbangkan skala prioritas berdasarkan
perencanaan partisipatif. Nilai dan Proporsi berbagi dalam PHBM ditetapkan sesuai dengan nilai
dan proporsi masukan faktor produksi yang dikontribusikan oleh masing-masing pihak
(perusahan, masyarakat, desa hutan, pihak yang berkepentingan).

Dalam PHBM, masyarakat yang tergabung dalam LMDH menjadi mitra sejajar yang mampu
bekerjasama membangun, melindung, dan memanfaatkan sumberdaya hutan. Perum Perhutani
bersama-sama dengan stakeholder lainnya (multipihak) aktif memfasilitasi masyarakat untuk
menumbuh-kembangkan budaya dan tradisi pengelolaan sumberdaya hutan di lahan-lahan desa
sekitar hutan.

Sistem PHBM dengan prinsip Community Based Forest Management (CBFM) dan Resources
Based Forest Management (RBFM).
Prinsip pengelolaan hutan CBFM mengandung makna bahwa dalam pengelolaan hutan tidak
semata-mata ditujukan untuk kepentingan perusahaan tetapi juga untuk kepentingan masyarakat
banyak, sehingga pengelolaannya melibatkan masyarakat sekitar kawasan hutan mulai dari
perencanaan, pengelolaan sampai dengan pengawasannya.
Prinsip pengelolaan hutan RBFM mengandung makna bahwa dalam pengelolaan hutan, tidak
hanya bertumpu kepada hasil hutan kayu dan hasil hutan lainnya saja, tetapi meliputi pengelolaan
seluruh sumberdaya hutan yang terkandung di dalam maupun yang ada di permukaan lahan hutan
yang ditujukan untuk mengoptimalkan manfaat hutan bagi perusahaan dan kesejahteraan
masyarakat, seperti :
Air / Sumber air ; Galian C ; Agribisnis ; Wisata Alam ; dsb.

Program Kemitraan & Bina Lingkungan (PKBL) / Corporate Social Responsibility (CSR)
PKBL adalah bentuk tanggung jawab Pengelola Hutan kepada masyarakat. PKBL dilaksanakan
dengan maksud dan tujuan pendirian suatu perusahaan tidak hanya mengejar keuntungan melainkan
turut aktif memberikan bimbingan dan bantuan kepada pengusaha golongan ekonomi lemah, koperasi
dan masyarakat.
Tujuan program Kemitraan dalam PKBL :
adalah untuk meningkatkan kemampuan para pengusaha kecil agar menjadi tangguh dan mandiri
sekaligus pemberdayaan kondisi sosial masyarakat.

Program Bina Lingkungan (Program BL),


Yaitu program untuk membentuk calon Mitra Binaan baru dan pemberdayaan kondisi sosial
masyarakat oleh Perusahaan / Pengelola melalui pemanfaatan dana dari bagian laba. Program ini
bersifat bantuan seperti : - Bantuan Korban Bencana Alam
- Bantuan Pendidikan dan/atau Pelatihan,
- Bantuan Peningkatan Kesehatan,
- Bantuan Pengembangan Sarana dan/atau
- Prasarana dan Bantuan Sarana Ibadah.

Kontribusi Program PHBM yang dilaksanakan Perum Perhutani-Masyarakat di Pulau Jawa-


Madura sejak tahun 2001 hingga tahun 2012

No. Aspek Kegiatan (Kerjasama) Jumlah / Satuan Kontribusi


Program PHBM
1. Lokasi Kegiatan 5.278 Desa Hutan (LMDH)
2. Koperasi Desa Hutan 945 Unit Koperasi
3. Sektor Industri 3.655 Unit Usaha
4. Sektor Perdagangan 3.775 Unit Usaha
5. Sektor Pertanian 1.347 Unit Usaha
6. Sektor Peternakan 2.737 Unit Usaha
7. Sektor Perkebunan 95 Unit Usaha
8. Sektor Perikanan 982 Unit Usaha
9. Sektor Jasa 1.888 Unit Usaha
10. Sektor Bidang Lain 76 Unit Usaha
11. Nilai Produksi kayu & Non Kayu 252,34 Milyar Rupiah
12. Nilai Produksi Tanaman pangan 7,46909 Trilyun Rupah
Tumpangsari (padi, jagung, kacang-
(Rata2= 679,01 Milyar/Tahun)
kacangan)
Sumber : PHBM Perhutani, 2012

PHBM merupakan kesediaan Perusahaan (Pengelola),


masyarakat desa hutan, dan pihak-pihak yang
berkepentingan (stakeholder) untuk berbagi dalam
pengelolaan Sumber Daya Hutan sesuai kaidah-kaidah
keseimbangan, keberlanjutan, kesesuaian dan keselarasan.
Program PSDHBM yang selanjutnya diaplikasikan dalam
bentuk Agroforestry.
Petani Mandiri
Petani yang mandiri adalah petani yang secara utuh mampu
memilih dan mengarahkan kegiatan usaha taninya sesuai
dengan kehendaknya sendiri, yang diyakini paling tinggi
manfaatnya, tetapi bukan berarti sikap menutup diri
melainkan dengan rendah hati menerima situasi masyarakat
dan aturan-aturan yang ada di dalamnya. Motivasi
perilakunya berasal dari seluruh kenyataan yang dihadapi
dalam kehidupan.

Kemandirian petani dalam melakukan usaha agroforestri


dipengaruhi secara nyata oleh :
Faktor internal petani (umur, tingkat pendidikan formal dan non
formal, pengalaman berusaha agroforestri, jumlah tanggungan
keluarga, luas lahan garapan, motivasi berusaha agroforestri dan
pendapatan petani)
Faktor eksternal (ketersediaan informasi, ketersediaan sarana
produksi, interaksi dengan lembaga keuangan, interaksi dengan
lembaga pemasaran, interaksi dengan lembaga penyuluhan,
interaksi dengan LMDH/koperasi, dukungan kebijakan
lokal/nasional, pengaruh tokoh masyarakat dan tingkat manfaat
PSDHBM).

Anda mungkin juga menyukai