Anda di halaman 1dari 52

KEMENTRIAN LINGKUNGAN HIDUP

DAN KEHUTANAN

PETUNJUK TEKNIS PENDAMPINGAN PASCA-IZIN PERHUTANAN SOSIAL

Seri 1
Pendampingan
Tahap Awal

Direktorat Jenderal Perhutanan Sosial dan Kemitraan Lingkungan


PETUNJUK TEKNIS PENDAMPINGAN PASCA-IZIN PERHUTANAN SOSIAL

Seri 1

Pendampingan
Tahap Awal

Direktorat Jenderal Perhutanan Sosial dan Kemitraan Lingkungan


PETUNJUK TEKNIS PENDAMPINGAN PASCA-IZIN PERHUTANAN SOSIAL

PETUNJUK TEKNIS PENDAMPINGAN PASCA-IZIN PERHUTANAN SOSIAL


SERI 1: PENDAMPINGAN TAHAP AWAL

Diterbitkan pertama kali oleh


Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan
Cetakan pertama, Desember 2019

Penanggung Jawab
Jo Kumala Dewi

Penyusun :
Desi Florita Syahril
Hasnawir
Umi Rusyianawati
Linda Krisnawati
Nurhayati
Yussi Nadia
Faisal M. Yasin
Vidya Sari Nalang
Latifah Hendarwati
Suwito
Nurka Cahyaningsih
Dadang Riansyah
Yuniarto Nugroho
Amrin Fauzi Lubis

Editor
Sugiarto AS

Ilustrasi
Sang Puan Daulat
Desain dan Layout
Bintang Hanggono

Diperkenankan untuk melakukan modifikasi, penggandaan


maupun penyebarluasan buku ini untuk kepentingan pendidikan
dan bukan untuk kepentingan komersial dengan tetap
mencantumkan atribut penyusun dan keterangan dokumen ini
secara lengkap.

Isi dari publikasi ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab


Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan
Republik Indonesia

II
Seri 1 Pendampingan Tahap Awal

Daftar Isi

BAB I PENDAHULUAN -1
1.1 Latar Belakang -1
1.2 Maksud dan Tujuan -2
1.3 Keluaran Tahapan Pendampingan Awal -3
1.4 Pengguna Juknis -4
BAB II TAHAPAN PELAKSANAAN PENDAMPINGAN AWAL -5
2.1 Sosialisasi Izin Perhutanan Sosial -5
2.2 Identifikasi Potensi (Pendataan Potensi) -6
2.3 Penguatan Kelembagaan KPS dan KUPS -25
2.4 Pengembangan Usaha KUPS -34
2.5 Peningkatan Kapasitas Sumber Daya Manusia -41
BAB III PENUTUP -43

SERI 3
KERJASAMA,
AKSES PERMODALAN DAN
AKSES PASAR

SERI 2 SERI 4
PENGELOLAAN DAN PENGEMBANGAN PENGELOLAAN
KAWASAN HUTAN & PENGETAHUAN
LINGKUNGAN

SERI 1 SERI 5
PENDAMPINGAN MONITORING dan
TAHAP AWAL EVALUASI

PANDUAN ROLE MODEL PENDAMPINGAN


PERHUTANAN SOSIAL &
KEMITRAAN LINGKUNGAN

III
PETUNJUK TEKNIS PENDAMPINGAN PASCA-IZIN PERHUTANAN SOSIAL

IV
Seri 1 Pendampingan Tahap Awal

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Petunjuk Teknis (Juknis) Pendampingan awal merupakan salah satu Juknis
pendampingan Perhutanan Sosial Pasca-Izin yang diturunkan dari Panduan
Role Model Pendampingan Pasca-Izin Perhutanan Sosial. Keempat Juknis lain-
nya yaitu: Seri Pengelolaan dan Pengembangan Kawasan Hutan dan Lingkun-
gan; Seri Kerja Sama, Akses Permodalan dan Akses Pasar; Seri Pengelolaan
Pengetahuan, dan Seri Monitoring dan Evaluasi. Untuk memahami Panduan
Role Model dan lima Juknis Pendampingan Perhutanan Sosial Pasca-Izin sangat
disarankan bagi pendamping agar mengikuti pelatihan yang diselenggarakan
Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan. Secara berjenjang diharap-
kan pendamping dapat memberikan penjelasan mengenai isi dari beberapa
Juknis tersebut kepada pemegang izin/hak Perhutanan Sosial.

Kegiatan pendampingan awal merupakan kegiatan-kegiatan pendamping


dan pemegang izin/hak perhutanan sosial. Pemegang izin/hak Perhutanan
Sosial disebut dengan Kelompok Perhutanan Sosial (KPS) sesuai Perdirjen
PSKL No. P.3 Tahun 2016 tentang Pedoman Pengembangan Usaha Perhutanan
Sosial.

Pasal 1 Perdirjen PSKL No. P.3 Tahun 2016 tentang Pedoman Pengembangan Usaha
Perhutanan Sosial
3. Kelompok Perhutanan Sosial (KPS) adalah kelompok tani dan/ atau kelompok
tani hutan anggota pemegang Hak Pengelolaan Hutan Desa HPHD) atau kelompok
tani/ kelompok tani hutan/ koperasi pemegang Izin Usaha Hutan Kemasyarakatan
(HKm) atau Izin Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu Hutan Tanaman Rakyat (IUPH-
HK-HTR) atau Hutan Rakyat (HR) atau Kemitraan Kehutanan atau Masyarakat Hukum
Adat.
4. Kelompok Usaha Perhutanan Sosial (KUPS) adalah KPS yang akan dan/atau
telah melakukan usaha di bidang perhutanan sosial dan diakui atau terdaftar pada
Kementerian Dalam Negeri atau Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia, atau
Kepala Dinas yang membidangi Kehutanan di Kabupaten/ Kota setempat atau Kepa-
la Kesatuan Pengelolaan Hutan Produksi/ Hutan Lindung/ Konservasi (KPHP/KPHL/
KPHK) atau Kepala UPT Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan atau Kepala
Desa.

1
PETUNJUK TEKNIS PENDAMPINGAN PASCA-IZIN PERHUTANAN SOSIAL

Pemegang izin/hak diwajibkan mempunyai dokumen strategi perencanaan


Kelompok Perhutanan Sosial (KPS) dan Kelompok Usaha Perhutanan Sosial
(KUPS), strategi keberlanjutan seperti peningkatan sumber daya manusia dan
jaringan kerja/usaha. Dokumen yang dihasilkan diharapkan dapat memenuhi
kebutuhan KPS untuk pengembangan usaha, menjaga kawasan hutan dan
kelestarian lingkungan hidup yang disusun secara partisipatif (melibatkan
seluruh pihak terkait), akuntabel, dan transparan.

Kegiatan pendampingan tahap awal dilakukan dengan memotret kembali


pasca-izin dari areal perhutanan sosial yang akan dikelola oleh masyarakat/
kelompok. Kegiatan ini meliputi identifikasi potensi (pendataan, penguatan
kelembagaan, peningkatan kapasitas sumber daya manusia, dan pengem-
bangan mitra dan jejaring).

1.2 Maksud dan Tujuan

1). Memperkuat kapasitas Kelompok Perhutanan Sosial (KPS) dalam


hal perencanaan perhutanan sosial, memfasilitasi penyusunan
Rencana Modal Usaha KUPS, serta menyusun sistem pemantauan
dan evaluasi.
2). Mengembangkan kapasitas Kelompok Perhutanan Sosial (KPS)
dalam hal legalitas kelembagaan, penyiapan dokumen-dokumen
kesepakatan, peningkatan kapasitas sumber daya manusia, dan
pengelolaan pengetahuan.

2
Seri 1 Pendampingan Tahap Awal

1.3 Keluaran Tahapan Pendampingan Awal

Tahapan Keluaran

Berita acara kegiatan sosialisasi, daftar hadir


dan foto dokumentasi pertemuan. Hasil dari
kegiatan sosialisasi kepada pihak eksternal
Sosialisasi Izin Perhutanan Sosial berupa Berita Acara Serah Terima Salinan Izin
Perhutanan Sosial.

Pendataan potensi wilayah kelola izin per-


hutanan sosial diharapkan menghasilkan
informasi sebagai berikut: keanekaragaman
hayati (tumbuhan dan satwa liar), akses jalan,
Identifikasi Potensi (Pendataan Potensi)
sungai, danau, tutupan hutan dan lahan, lahan
terbuka atau bekas kebakaran, rawa gambut,
potensi sosial, dampak lingkungan, dan lain
sebagainya.
1. Meningkat kapasitas KPS dalam hal:
• Legalitas; dengan disahkannya AD/ART
yang disusun secara partisipatif.
• Perencanaan; tersusunnya Rencana Kerja
Pengelolaan KPS Tahunan dan untuk jangka
waktu 10 tahun.
• Pemantauan dan Evaluasi; adanya
rencana pemantauan dan evaluasi per
Penguatan Kelembagaan KPS dan KUPS tahun dan per lima tahunan.
2. Meningkat kapasitas KUPS, ditunjukkan
dengan dihasilkannya:
• Berita Acara Pembentukan KUPS;
• Surat Keputusan Penetapan KUPS;
• Struktur KUPS;
• Dokumen Rencana Model Usaha (RMU)
Produk/Jasa KUPS.
KPS melalui KUPS memiliki usaha produk dan
jasa yang berjalan dan menguntungkan den-
Pengembangan Usaha KUPS
gan tetap memperhatikan aspek sosial budaya
dan lingkungan.
Adanya strategi peningkatan kapasitas SDM
Peningkatan Sumber Daya Manusia
yang dimiliki oleh KPS.

3
PETUNJUK TEKNIS PENDAMPINGAN PASCA-IZIN PERHUTANAN SOSIAL

1.4 Pengguna Juknis

Pengguna Juknis adalah Pendamping Perhutanan Sosial. Penggunaan


Juknis oleh Pendamping dalam rangka mempermudah dalam melakukan
pendampingan pasca-izin perhutanan sosial. Keberhasilan implementasi
pasca-izin PS apabila Pendamping dan Pemegang Izin memahami setiap
tahapan implementasi pasca-izin dengan baik.

4
Seri 1 Pendampingan Tahap Awal

BAB II
TAHAPAN PELAKSANAAN PENDAMPINGAN AWAL

2.1 Sosialisasi Izin Perhutanan Sosial


Pengantar

Sosialisasi Izin Perhutanan Sosial adalah kegiatan yang dilakukan oleh peme-
gang Izin Perhutanan Sosial untuk menjelaskan semua isi dari izin yang telah
diterima baik kepada pihak internal maupun kepada pihak eksternal.
Dalam kegiatan sosialisasi baik kepada pihak internal maupun eksternal dapat
sekaligus merencanakan pertemuan untuk menyepakati batas kawasan (jika
di sekitar wilayah kelola izin perhutanan sosial terdapat perizinan lain), namun
jika di sekitar izin perhutanan sosial tidak terdapat izin lain maka proses se-
lanjutnya bisa langsung merencanakan penandaan batas kawasan. Selain itu
jika terdapat pengelolaan masyarakat dalam wilayah kelola Izin PS dan belum
terdaftar sebagai anggota maka perlu dilakukan sosialisasi khusus terhadap
masyarakat atau kelompok tersebut.
Tujuan
Sosialisasi Izin perhutanan sosial bertujuan agar pihak internal dan eksternal
mengetahui dan memahami bahwa kelompok masyarakat atau lembaga su-
dah memiliki izin atau hak mengelola kawasan perhutanan sosial.
Keluaran
Hasil atau keluaran dari kegiatan sosialisasi kepada pihak internal yaitu berupa
berita acara kegiatan sosialisasi, daftar hadir dan foto dokumentasi pertemuan.
Hasil dari kegiatan sosialisasi kepada pihak eksternal berupa Berita Acara Serah
Terima Salinan Izin Perhutanan Sosial.

Saluran dan Bahan


Saluran yang dapat digunakan dalam kegiatan sosialisasi ini bisa melalui per-
temuan langsung atau tatap muka, radio, televisi, koran, media sosial dan sa-
rana lain sesuai dengan situasi dan kondisi setempat. Bahan yang digunakan
dalam kegiatan sosialisasi ini adalah dokumen izin dan peraturan-peraturan
yang terkait kegiatan pasca-izin perhutanan sosial.

5
PETUNJUK TEKNIS PENDAMPINGAN PASCA-IZIN PERHUTANAN SOSIAL

Para Pihak Terkait


Para pihak terkait terdiri atas pihak internal dan eksternal. Pihak internal
yang dimaksud dalam panduan ini yaitu anggota kelompok, masyarakat
desa setempat, pemerintahan desa dan pihak internal lain sesuai situasi dan
kondisi setempat. Pihak eksternal yang dimaksud dalam panduan ini yaitu
KPH setempat, pemerintah kabupaten (sekretariat daerah), desa terdekat atau
yang berbatasan langsung dengan lokasi izin, Pemegang izin lain (jika ada)
yg berbatasan langsung dengan lokasi izin PS dan pihak eksternal lain sesuai
situasi dan kondisi setempat.
Muatan Sosialiasi
Muatan atau isi yang disampaikan dalam kegiatan sosialisasi yaitu sebagai
berikut :
- Jumlah luasan usulan dan luasan yang diterbitkan izin oleh KLHK,
- Hak dan kewajiban pemegang izin,
- Rambu – rambu pemegang izin,
- Jangka waktu izin,
- Jenis usaha yang boleh dan tidak boleh dilakukan,
- Tahapan yang harus dilakukan pasca-izin dan semua ketentuan yang
tertuang dalam dokumen Izin Perhutanan Sosial.

2.2 Identifikasi Potensi (Pendataan Potensi)

Pengantar
Identifikasi potensi areal perhutanan sosial adalah kegiatan yang dilakukan
untuk memperoleh data dan informasi yang berada di dalam areal wilayah
kelola izin perhutanan sosial seperti keanekaragaman hayati (tumbuhan dan
satwa liar), akses jalan, sungai, danau, potensi sosial, dampak lingkungan dan
sebagainya.
Potensi Keanekaragaman hayati
Potensi sosial yang dimaksud antara lain modal sosial, jejaring dan mitra dari
masyarakat. Beberapa poin penting yang harus didata untuk mendukung
proses pendampingan, antara lain sebagai berikut:
a. Demografi desa dampingan (jumlah penduduk, usia, jenis kelamin,
Pendidikan dll.);
6
Seri 1 Pendampingan Tahap Awal

b. Pemahaman masyarakat terhadap perhutanan sosial;


c. Potret kelembagaan KPS;
d. Potensi konflik terkait pengelolaan/pemanfaatan areal perhutanan
sosial;
e. Pembagian peran laki-laki dan perempuan dalam pengelolaan areal
perhutanan sosial;
f. Kearifan lokal, pengetahuan tradisional setempat terkait dengan pen
gelolaan sumber daya alam/hutan.

Potensi dampak lingkungan yang dimaksud yaitu akibat yang ditimbulkan


oleh kegiatan manusia yang mengakibatkan perbaikan atau kerusakan pada
lingkungan seperti pencemaran udara, air dan tanah, kerusakan/hilangnya
keanekaragaman hayati, pengurangan cadangan air tanah, degradasi lahan,
ataupun peningkatan keanekaragaman hayati, penambahan luasan areal
terbuka, dan lain-lain. Poin yang perlu diperhatikan dalam identifikasi dampak
lingkungan antara lain:
a. Dampak positif terhadap lingkungan: bertambahnya tutupan hutan,
meningkatkan jenis dan jumlah keanekaragaman hayati jenis
tanaman maupun hewan di lokasi areal perhutanan sosial sesuai
dengan daya dukung lingkungannya, terukurnya penambahan
cadangan air tanah, dan lain-lain.
7
PETUNJUK TEKNIS PENDAMPINGAN PASCA-IZIN PERHUTANAN SOSIAL

b. Dampak negatif terhadap lingkungan: ancaman bertambahnya


sampah plastik yang ada di lokasi, pencemaran akibat penggunaan
pestisida kimia, polusi akibat proses pengolahan dan lain-lain.

Tujuan
Tujuan pendataan potensi areal perhutanan sosial adalah untuk menyediakan
data dan informasi sebagai bahan pengelolaan areal perhutanan sosial,
di antaranya untuk penyusunan blok pengelolaan, rencana pengelolaan
Perhutanan Sosial (RPHD, RKU, RKT, Rencana Model Usaha/RMU dan lain-lain),
serta mengidentifikasi dampak lingkungan.

Keluaran
Pendataan potensi wilayah kelola Izin Perhutanan Sosial diharapkan
menghasilkan informasi sebagai berikut: keanekaragaman hayati (tumbuhan
dan satwa liar), akses jalan, sungai, danau, tutupan hutan dan lahan, lahan
terbuka atau bekas kebakaran, rawa gambut, potensi sosial, dampak
lingkungan, dan lain sebagainya.

Para Pihak Terkait


Para pihak yang dapat terlibat dalam proses pendataan potensi wilayah kelola
perhutanan sosial di antaranya KPH setempat, Dinas Kehutanan/ Pokja PPS
Provinsi, Akademisi, BPSKL Regional, dan pihak lainnya yang relevan sesuai
situasi dan kondisi setempat.

Langkah-Langkah Pendataan Potensi


Untuk mendapatkan keluaran yang diharapkan, pendataan potensi dilakukan
dengan melakukan tahap persiapan untuk memastikan pelaksanaan
pendataan potensi berjalan dengan baik.
Langkah 1: Persiapan
Fakta lapangan menunjukkan bahwa KPS tidak selalu mengetahui potensi
dalam wilayah kelola perizinannya. Oleh karena itu dalam tahap persiapan
terbagi dalam dua pendekatan: pertama, pendekatan bagi KPS yang belum
mengetahui potensi wilayah kelolanya; dan, kedua, pendekatan bagi KPS
yang sudah mengetahui potensi wilayah kelolanya.
a) KPS belum mengetahui potensi di wilayah kelolanya, maka teknik yang
digunakan sebagai berikut:

8
Seri 1 Pendampingan Tahap Awal

(1) Pendataan potensi berdasarkan citra satelit (jika tersedia)


Identifikasi potensi dengan menggunakan citra satelit dilakukan
berdasarkan pada interpretasi peta citra satelit. Hal ini untuk
mengetahui posisi, sebaran potensi dan bentuk pengelolaan
masyarakat di dalam lokasi izin. Untuk memastikan potensi dan
bentuk pengelolaan yang sudah diidentifikasi melalui citra satelit
diperlukan survei lapangan. Informasi yang dapat diperoleh
dengan ketersediaan citra satelit di antaranya informasi vegetasi
(hutan, semak belukar, lahan pertanian, dsb.), non vegetasi (tanah
terbuka), dan tubuh air (sungai, danau, dsb.).
(2) Pendataan potensi berdasarkan survei lapangan
Pendataan potensi berdasarkan survei lapangan dilakukan
apabila data citra satelit tidak tersedia. Apabila data citra satelit
tersedia maka pendataan di lapangan hanya untuk memastikan
tingkat akurasi data yang diperoleh dari citra satelit (pendetailan
informasi). Sebelum pendataan melalui survei lapangan dilakukan
penyusunan perencanaan kerja yang memuat hal-hal seperti:
1) cakupan areal izin perhutanan sosial, 2) kebutuhan informasi
pendataan potensi, 3) penentuan rancangan sampel, 4) tim survei,
5) alat dan bahan, dan 6) pembiayaan. Penjelasan mengenai
keenam hal tersebut dapat dilihat dalam kotak berikut ini.

9
PETUNJUK TEKNIS PENDAMPINGAN PASCA-IZIN PERHUTANAN SOSIAL

Cakupan Areal Izin Perhutanan Sosial


Cakupan areal izin perhutanan sosial adalah lokasi yang diberikan
izin Perhutanan Sosial. Dengan cakupan areal izin perhutanan
sosial, KPS dapat mengetahui dan menetapkan lokus pendataan
potensi yang akan disurvei.
Kebutuhan Informasi Pendataan Potensi
Kebutuhan informasi pendataan potensi di antaranya
keanekaragaman hayati (tumbuhan dan satwa liar), akses
jalan, sungai, danau, tutupan hutan dan lahan, lahan terbuka
atau bekas kebakaran, rawa gambut, potensi sosial, dampak
lingkungan dan lain sebagainya.
Penentuan Rancangan Sampel
Penentuan rancangan sampel umumnya menggunakan
pengukuran yang lebih efektif dilakukan yaitu menggunakan
metode jalur/ transek dengan kondisi pada hutan alam
menggunakan plot tersarang (nested plot) yang berisi beberapa
subplot dengan ukuran tertentu sesuai dengan ukuran diameter
atau fase pertumbuhan pohon (semai, pancang, tiang, dan
pohon), sedangkan pada hutan yang lebih homogen atau hutan
tanaman menggunakan plot lingkaran.
Pembagian Tim Kerja Pendataan Potensi
Tim kerja pendataan potensi biasanya berjumlah 6-7 orang
yang dibagi atas komposisi sebagai berikut : Ketua; Perintis dan
Pembawa Peralatan/Perbekalan; Pencatat Data; Pengenal Jenis
Tumbuhan dan Satwa Liar; serta Pendata Aspek Sosial, Ekonomi
dan Budaya.
Pembagian tim kerja pendataan potensi dilakukan dengan
membagi dalam tugas-tugas sebagai berikut.

10
Seri 1 Pendampingan Tahap Awal

Komposisi Tim Tugas Jumlah


Ketua tim 1. Memimpin dan mengkoordi- 1 orang
nasikan anggota tim
2. Menentukan lokasi dan mencatat
plot-plot di lapangan sesuai ran-
cangan sampling
3. Mengukur tinggi pohon contoh
Perintis dan 1. Membuat jalur rintisan menuju 1 – 2
pembawa lokasi plot orang
peralatan/ 2. Membawa peralatan dan perbeka-
perbekalan lan survei
3. Membantu pembuatan plot
4. Membantu mengukur tinggi pohon
Pencatat 1. Mengidentifikasi akses jalan, sun- 1 orang
data gai, danau, tutupan hutan dan
lahan, lahan terbuka atau bekas
kebakaran, rawa gambut dan lain
sebagainya.
2. Mencatat hasil pengukuran pada
setiap plot
Pengenal 1. Mengidentifikasi jenis-jenis pohon 1 - 2
jenis tum- orang
2. Mengukur diameter pohon
buhan dan
satwa liar 3. Mengidentifikasi jenis-jenis satwa
liar
Pendata as- 1. Mencatat modal sosial yang masih 1 orang
pek sosial, ada dan berjalan di masyarakat
ekonomi 2. Mengidentifikasi aktivitas usaha
dan budaya masyarakat yang berada dalam
areal izin
3. Mendata kearifan lokal yang ber-
jalan di dalam areal izin

11
PETUNJUK TEKNIS PENDAMPINGAN PASCA-IZIN PERHUTANAN SOSIAL

Alat dan Bahan Pendataan Potensi


Alat dan bahan yang harus disiapkan dan dibawa oleh tim kerja ke lapangan.

Jumlah Alat
No Nama Alat atau Bahan Fungsi Alat atau Bahan
Atau Bahan
1. Peta lokasi plot/ areal Menunjukkan lokasi-lo- 1 buah
perhutanan sosial kasi plot yang harus
diukur
2 Alat penentuan lokasi Menentukan koordinat Minimal 1
(misalnya, GPS, Kom- geografis plot atau arah buah
pas, dan sejenisnya) (azimuth/back azimuth)
di lapangan
4. Tali Tambang Plastik Menandai batas-batas 3–4 buah
minimal Panjang 20 plot dan subplot
meter
5. Patok kayu 1,5 meter Menandai titik sudut plot 5 buah
(ujung atas dicat mer- dan subplot
ah/kuning)
6. Pita diameter (phi- Mengukur diameter atau 3–5 buah
band) atau pita keliling keliling pohon
7. Tongkat kayu/bambu Menandai letak pen- 1–3 buah
1,3 meter gukuran diameter pohon
8. Pita ukur/meteran Mengukur jarak datar 1–2 buah
30–50 meter
9. Alat pengukur tinggi Mengukur tinggi pohon 1 buah
pohon (busur, haga contoh/sampel
hypsometer)
10. Clinometer Mengukur kelerengan 1–2 buah
11. Binoculer Pengamatan satwa liar 1-2 buah
12. Parang/golok Menebas tumbuhan 4–5 buah
bawah
13. Tally-sheet dan alat tulis Mencatat hasil penguku- 1set/plot
(pensil, penghapus) ran
14. Kamera digital atau Mendokumentasikan 1 buah
Kamera handphone kegiatan lapangan

12
Seri 1 Pendampingan Tahap Awal

Pembiayaan
Pembiayaan menyesuaikan dengan sumber biaya, tenaga, alat
dan bahan, serta hal-hal lain yang diperlukan pada saat pen-
dataan potensi.
(3) Menyepakati Kebutuhan Informasi
Kebutuhan informasi pendataan potensi yang dimaksud meliputi
nama potensi, perkiraan jumlah potensi, titik koordinat, foto/do-
kumentasi, akses menuju lokasi potensi, aktifitas masyarakat, po-
tensi sosial dan potensi dampak lingkungan dan sebagainya.
Adapun contoh format identifikasi berdasarkan survei lapangan
sebagai berikut:

Potensi
Foto/ Akses Ket-
Nama Perkiraan Koordi- Potensi Dampak Skala
No. Doku- Menuju eran-
Potensi Jumlah nat Sosial Lingkun- Prioritas
mentasi Potensi gan
gan
1
2
3
4
5
6
7
Dst.

Langkah 2 : Pelaksanaan Pendataan Potensi


Kegiatan utama yang dilakukan oleh tim kerja pendataan potensi setelah
menyepakati metode, rencana kerja, tata waktu, personil dan pembiayaan
yaitu: 1) Penilaian Hutan Terintegrasi (Forest Integrity Assessment/FIA), dan 2)
Pengukuran sampel plot. Penjelasan masing-masing metode sebagai berikut.

Kegiatan 2.1: Penilaian Hutan Terintegrasi


Dilakukan dengan melakukan pengamatan pada jarak tertentu pada jalur/
transek yang telah ditentukan sebelumnya pada saat menyusun rencana
survey. Penentuan jalur/ transek, jumlah jalur/ transek, dan panjang jalur
pengamatan serta talley sheet untuk mencatat potensi merupakan bagian
yang harus dipersiapkan sebelumnya.

13
PETUNJUK TEKNIS PENDAMPINGAN PASCA-IZIN PERHUTANAN SOSIAL

Contoh. Ilustrasi Pengamatan yang dicatat per 100 m di lapangan.

Rencana jalur/transek dan jalur pengamatan yang telah disusun


sebelumnya, dimasukkan ke dalam alat GPS sebagai pemandu lokasi
dan jalur pengamatan di lapangan.

Dalam kondisi tertentu, GPS tidak dapat bekerja,


maka dapat digunakan alat kompas dan meteran
untuk memandu dengan cara menentukan titik ikat
untuk dijadikan acuan menuju lokasi yang dituju.

Titik ikat dapat berupa tanda-tanda permanen di lapangan (misalnya persim-


pangan jalan, bangunan, jembatan, dsb.), yang titik koordinatnya dapat diten-
tukan dengan baik oleh GPS. Dari titik ikat tersebut, tim kerja dapat menggu-
nakan perhitungan jarak datar dan sudut azimuth (menggunakan pita ukur
dan kompas) untuk mencapai lokasi yang direncanakan sebelumnya.

14
Seri 1 Pendampingan Tahap Awal

Contoh Form Pendataan Potensi Hak Kelola dan Izin Perhutanan Sosial
A. INFORMASI UMUM JALUR PLOT

0.1. Menuju Nomor Plot : ………………………………………………

0.2. Koordinat Plot : Easting (X) ………………………………


Northing (Y) ………………………………
0.3. Kesalahan / Error GPS (m) : ……………………………………………
0.4. Ketinggian Tempat (mdpl) : ………………………………………………
0.5. Tipe Hutan / Tutupan Hutan : ………………………………………………
0.6. Desa/Kecamatan/Kabupaten : ………………………………………………
0.7. Pengelolaan Kawasan Hutan : ………………………………………………
0.8. Catatan Penting : ………………………………………………

B. INFORMASI WAKTU DAN TIM SURVEI


2.1. Tanggal Survey (hr/bl/th) : ………………………………………………
2.2. Jam Pengukuran : ………………………………………………
2.3. Nama Ketua Regu : ………………………………………………
2.4 Nama Anggota Regu : ………………………………………………
………………………………………………
………………………………………………
………………………………………………
2.5. Nama Pencatat Data : ………………………………………………

C. BENTUK LAHAN
No. Bentuk Lahan Ya Tidak
1. Lahan Datar
2. Lahan Miring
3. Lahan Terjal
4. Lahan Kering
5. Lahan Basah (Rawa atau gambut)
6. Sungai atau saluran air alami
7. Sungai atau saluran air buatan
8. Kolam, Danau, atau Genangan sepanjang musim
9. Kolam, Danau, atau Genangan musiman
10. Mata air alami
11. Mata air buatan (sumur bor)

15
PETUNJUK TEKNIS PENDAMPINGAN PASCA-IZIN PERHUTANAN SOSIAL

D. VEGETASI

No. Vegetasi Ya Tidak


1. Lahan kering berhutan

2. Lahan kering tak berhutan


3. Lahan Basah berhutan
4. Lahan basah tak berhutan
5. Pohon diameter lebih dari 40 cm
6. Beberapa pohon diameter lebih dari 40 cm
7. Pohon diameter lebih dari 60 cm
8. Beberapa pohon diameter lebih dari 60 cm
9. Pohon diameter lebih dari 80 cm
10. Beberapa pohon diameter lebih dari 80 cm
11. Tanaman Rambat diameter lebih dari 10 cm
12. Alang-alang dan semak belukar
13. Pohon dengan pakis atau tanaman yang tidak berakar
14. Beberapa Pohon dengan pakis atau tanaman yang tidak berakar
15. Pohon dengan lubang sarang
16. Mahkota pohon tinggi dengan cabang lebat
17. Pohon dengan tanda mamalia, burung atau kadal
18. Spesies pohon penting untuk satwa liar diameter lebih dari 20 cm
19. Beberapa Spesies pohon penting untuk satwa liar diameter lebih dari 20 cm
20. Pohon mati atau rusak diameter lebih dari 20 cm
21. Jarak pandang rata-rata di hutan lebih dari 10 m
22. Jarak pandang rata-rata di hutan lebih dari 20 m

E. POTENSI KAYU
No. Potensi Kayu Ya Tidak
1. Spesies pohon kayu bernilai komersil
2. Spesies pohon kayu bernilai komersil diameter lebih dari 20 cm
3. Spesies pohon kayu yang ditebang untuk penggunaan lokal
Spesies pohon kayu yang ditebang untuk penggunaan lokal diameter lebih dari
4.
20 cm

16
Seri 1 Pendampingan Tahap Awal

F. POTESI NON-KAYU

No. Potensi Non Kayu Ya Tidak


Kelompok Produk Tumbuhan Berkekuatan *):
(Rotan Bambu, Kelapa, Sagu, Nipah, Aren,
Lainnya …………………………………..……….…..…………………………
…………………………………………………………………………………]
1.
*Coret yang tidak ada dan bisa ditambahkan …………………………………
…………………………………………………………………………………
………………………
Kelompok Produk Ekstraktif dari Produk Minyak-minyakan *) :
[Minyak Kayu Putih, Minyak Nilam, Minyak Ekaliptus,
Minyak Cendana, Minyak Kulit Manis, Minyak Akar Wangi,
Minyak Kapulaga, Minya Terpentin, Lainnya …………………………………
2. …………………………………………………………………………………]

*Coret yang tidak ada dan bisa ditambahkan ……………………..…………


…………………………………………………………………………………
………………………
Kelompok Produkt Ekstraktif dari Produk Getah-Getahan *) :
[Getah Karet, Getah Jelutung, Perca, Hangkang, Ketiau,
Gondorukem, Damar, Getah, Mahoni,
Lainnya …………………………………………………………….……………
3. …………………………………………………………………………………]

*Coret yang tidak ada dan bisa ditambahkan …………………….……………


…………………………………………………………………………………
………………………
Produk Hasil Budidaya *):
[Lebah Madu, Sutera Alam, Lak,
Lainnya ……………………………………………………………..…………
…………………………………………………………………………………]
4.
*Coret yang tidak ada dan bisa ditambahkan …………………….……………
…………………………………………………………………………………
………………………
Produk Hasil Hutan Non Kayu Lainnya *) :
[Spesies tumbuhan bernilai komersil, Spesies
tumbuhan obat-obatan, Species tumbuhan buah-buahan,
Spesies tumbuhan langka yang dilindungi, Anggrek,
Lainnya ……………………………………………………………..……………
5.
…………………………………………………………………………………]

*Coret yang tidak ada dan bisa ditambahkan …………………….…………


…………………………………………………………………………………
………………………

17
PETUNJUK TEKNIS PENDAMPINGAN PASCA-IZIN PERHUTANAN SOSIAL

G. POTENSI JASA LINGKUNGAN


No. Potensi Jasa Lingkungan Ya Tidak
1. Pemanfaatan aliran air
2. Pemanfaatan air
3. Wisata alam
4. Perlindungan keanekaragaman hayati
5. Penyelamatan dan perlindungan lingkungan
6. Situs adat

H. POTENSI ANCAMAN
No. Potensi Ancaman Ya Tidak
1. Jerat atau perangkap hewan
2. Bekas penebangan
3. Bekas kebakaran
4. Ditemukan perburuan liar
5. Ditemukan penebangan liar
6. Penggembalaan
7. Limbah atau sampah
8. Bekas pembersihan lahan untuk pertanian

I. SPESIES FOKUS
No. Spesies Terlihat Terdengar Jejak Kotoran Bulu/Rambut/ Sarang
Fokus Kulit
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11. dst.

18
Seri 1 Pendampingan Tahap Awal

Format Tally-Sheet Pembuatan dan Pengamatan Plot Contoh Survei


Cadangan Karbon dan Keanekaragaman Flora di Wilayah Kelola Perhutanan
Sosial
1. INFORMASI UMUM PLOT 2. INFORMASI WAKTU DAN TIM SURVEI

1.1. Menuju Nomor Plot : ……………………… 2.1. Tanggal survey (hr/bl/th) : ………………………

1.2. Koordinat plot : Easting (X) …….. 2.2. Jam Pengukuran : ………………………

Northing (Y) …… 2.3. Nama ketua regu : ………………………

1.3. Kesalahan / error GPS (m) : ……………………… 2.4. Nama anggota regu : ………………………

1.4. Ketinggian tempat (mdpl) : ……………………… ………………………

1.5. Tipe Hutan / Tutupan Hutan : ……………………… ………………………

1.6. Desa/Kecamatan/Kabupaten : ……………………… ………………………

1.7. Pengelolaan Kawasan Hutan : ……………………… 2.5 Nama pencatat data : ………………………

1.8. Catatan penting : ………………………


………………………
………………………

3. INFORMASI BENTUK DAN LUAS PLOT : *)


Plot persegi panjang (hutan alam) Plot Lingkaran (hutan tanaman)

3.2.1. Umur : …………th


3.2.2. Luas plot *)
a) 0.02 ha (< 4 th) 4 th)
b) 0.04 ha (>= ha) 4 th)

4. INFORMASI KEADAAN SEKITAR PLOT


4.1. Kebakaran : Ya / Tidak *) 4.5. Deskripsi Keadaan sekitar plot
4.2. Penggembalaan : Ya / Tidak *) …………………………………………………
4.3. Penebangan Kayu : Ya / Tidak *) …………………………………………………
4.4. Perladangan : Ya / Tidak *) …………………………………………………
*) Lingkarilah pilihan yang paling sesuai

5. INFORMASI TAMBAHAN (sesuai pelaksanaan survei, termasuk hal-hal terkait pengumpu-


lan data pada tally- sheet lainnya):

……………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………...……..

19
PETUNJUK TEKNIS PENDAMPINGAN PASCA-IZIN PERHUTANAN SOSIAL

Format Tally-Sheet
Pengukuran Semai, Pancang Tiang, dan Pohon
Survei Cadangan Karbon dan Keanekaragaman Flora di Wilayah Kelola
Perhutanan Sosial

Subplot 2) Subplot 3) Keliling Tinggi Total (m) 5)


Pohon4) Jarak Pen- Tinggi Sudut
(cm) gamat(m) Pen- Kemirin-
Jumlah

10 X 10

20 X 20
2X2

5X5
No Nama Jenis 1)
gamat ganPohon
(m) (0)

Keterangan :
1) Jenis pohon diisi dengan nama lokal yang spesifik, misalnya: meranti
merah (bukan hanya meranti).
2) Beri tanda ceklist (v) sesuai ukuran subplot pengukuran:
2x2 = Semai (2m x 2m) dan diisi jumlah individu per jenisnya.
3) Beri tanda ceklist (v) sesuai ukuran subplot pengukuran:
5x5 = pancang (5m x 5m) dengan keliling 15cm – 30cm, 10x10 = Tiang
(10m x 10m) dengan keliling 31cm – 60cm = Pohon (20m x 20m) dengan
keliling > 60cm.
4) Catat dengan satu desimal (misal 25,7 cm): KBH menggunakan pita
keliling, kolom KBH ini diisi oleh keliling setinggi dada
(130 cm di atas tanah).
5) Tinggi total (Tt) diukur dari pangkal hingga puncak pohon dengan
Suunto clinometer Jika menggunakan Suunto, ukurlah Jarak Datar (m),
Tinggi mata pengamat (m), Sudut (0) ke tinggi total.

Kegiatan 2.2: Pengukuran Sampel Plot


Metode ini dilakukan dengan melakukan pengukuran berdasarkan titik-titik
lokasi plot pengukuran yang ditentukan lokasinya pada saat menyusun rencana
survey. Rencana jalur pengambilan plot, jumlah plot, dan persebarannya juga
merupakan bagian yang disepakati dan ditentukan sebelum melaksanakan
survey. Langkah-langkah pengambilan plot sebagai berikut :

20
Seri 1 Pendampingan Tahap Awal

A. Pencarian Lokasi Plot


Mencari lokasi plot sesuai titik-titik koordinat pada peta, dan
memasukkannya ke dalam alat GPS. Selain itu, peta-peta tambahan
(misalnya jaringan jalan, tutupan lahan) dapat digunakan untuk
mengetahui lokasi plot yang direncanakan.

Dalam kondisi tertentu, GPS tidak dapat bekerja, maka dapat


digunakan kompas dengan cara menentukan suatu titik ikat
pada lokasi yang relatif dekat dengan lokasi plot.
Titik ikat dapat berupa tanda-tanda permanen di lapangan (misalnya
persimpangan jalan, bangunan, jembatan, dsb) yang titik koordinatnya
dapat ditentukan dengan baik oleh GPS. Dari titik ikat tersebut, tim
kerja dapat menggunakan perhitungan jarak datar dan sudut azimuth
(menggunakan pita ukur dan kompas) untuk mencapai lokasi plot sesuai
peta sebaran plot.

Contoh Identifikasi lokasi plot pada peta persebaran plot di HD Bawan

B. Pembuatan dan Pengukuran Plot


Tim kerja membuat plot empat persegi untuk survei di hutan alam atau
plot lingkaran untuk survei di hutan tanaman. Teknik pembuatan dan
pengukuran plot dapat dilihat di bawah ini.
21
PETUNJUK TEKNIS PENDAMPINGAN PASCA-IZIN PERHUTANAN SOSIAL

Teknik Pembuatan dan Pengukuran Plot

A. Teknik Pembuatan Plot Empat Persegi atau Plot Bersarang (Nested Plot)
Bentuk plot bersarang (nested plot) tersebut dibuat dengan prosedur sebagai berikut:
i. Tim survei menuju titik koordinat plot dengan menggunakan GPS atau
perhitungan jarak dan sudut azimuth dari titik ikat.
ii. Tandai titik sudut pertama plot tersebut dengan patok kayu (yang diberi label
identitas plot) dan tetapkan sebagai titik pusat plot (sudut ke-1). Catat pada tally-sheet
koordinat geografis dari titik pusat plot tersebut dengan menggunakan GPS setelah
terlebih dahulu membiarkan GPS menangkap sebanyak mungkin satelit selama >5
menit agar diperoleh ketelitian posisi koordinat ±5 m.

Skema pembuatan plot tersarang persegi 20 x 20 m.


iii. Dari titik pusat plot, bidiklah arah Utara/Selatan atau Barat/Timur dengan
menggunakan kompas dan bentangkanlah tambang pada jarak datar 20 m untuk
membuat batas panjang plot 20 m. Berilah tanda dengan patok kayu pada jarak
datar 2x2 m (untuk pengamatan semai dan tumbuhan bawah), 5x5 m (pengukuran
pancang), 10x10 m (pengukuran tiang), dan 20x20 m (pohon) dari titik pusat untuk
menandai sudut-sudut setiap subplot. Jika arealnya miring (dengan sudut kemiringan
>20%), pengukuran jarak lapang harus memperhitungkan sudut kemiringan lapangan
dan jarak datar yang digunakan. Lihat gambar di bawah ini.

Hubungan jarak datar dan sudut kemiringan untuk menghitung jarak lapang.
iv. Dari titik pusat plot, bidiklah juga dengan kompas ke arah tegak lurus batas
panjang plot dan bentangkanlah tambang pada jarak datar 20 m untuk membuat
batas lebar plot 20 m. Berilah tanda dengan patok kayu pada jarak 2 m, 5 m, 10 m, dan
20 m dari titik pusat untuk menandai sudut-sudut setiap subplot.

22
Seri 1 Pendampingan Tahap Awal

v. Dari titik pusat plot, bidiklah sudut 45o dengan kompas dan bentangkanlah tali
tambang untuk membuat diagonal pada setiap subplot dengan jarak 2.8 m untuk
subplot A, jarak 7.1 m untuk subplot B, jarak 14.1 m untuk subplot C, dan jarak 28.3 m
untuk subplot D.
vi. Dari titik sudut ke-3 plot, bidiklah ke arah Utara/Selatan atau Barat/Timur dengan
menggunakan kompas dan bentangkanlah tambang pada jarak datar 20 m untuk
membuat batas panjang plot 20 m pada sisi lainnya. Berilah tanda dengan patok kayu
pada jarak 20 m dan 20 m.
vii. Lakukan pengamatan kondisi tegakan sekitar plot dan catatlah informasi-
informasi penting tentang plot yang dibuat pada tally-sheet.
B. Pembuatan Plot Lingkaran
Plot lingkaran tersebut dibuat dengan prosedur sebagai berikut:
i. Tim survei menuju titik pusat plot (sesuai koordinat pada peta) dengan
menggunakan GPS atau perhitungan jarak datar dan sudut azimuth dari titik ikat.
ii. Tandai titik pusat plot dengan patok kayu dan catat pada tally-sheet koordinat
geografisnya dengan menggunakan GPS setelah terlebih dahulu membiarkan GPS
menangkap sebanyak mungkin sinyal satelit selama >5 menit agar diperoleh ketelitian
±5 m.
iii. Dari titik pusat, bentangkanlah tambang pada jarak datar 7.98 m (untuk membuat
plot lingkaran 0.02 ha) atau 11.29 m (untuk membuat plot lingkaran 0.04 ha) ke arah
Utara dan tandailah batas pohon terluar. Kemudian putarkanlah tambang tersebut
searah jarum jam diantara celah antar pohon dan tandailah pohon-pohon pada batas
terluar plot lingkaran tersebut. Jika arealnya miring (dengan sudut kemiringan >20%),
pengukuran jarak lapang harus memperhitungkan sudut kemiringan lapangan dan
jarak datar yang digunakan.

Skema pembuatan plot lingkaran 0.02 ha atau 0.04 ha

Lakukan pengamatan kondisi tegakan sekitar plot dan catatlah informasi-informasi


penting tentang plot yang dibuat pada tally-sheet.

23
PETUNJUK TEKNIS PENDAMPINGAN PASCA-IZIN PERHUTANAN SOSIAL

b) KPS sudah mengetahui potensi di dalam kawasan secara keseluruhan


Secara umum, langkah-langkah pendataan potensi sama dengan
langkah-langkah yang dilakukan oleh ‘KPS yang belum mengetahui
kawasannya’ seperti diuraikan sebelumnya. Perbedaannya, ‘KPS yang
sudah mengetahui’ potensi kawasan, dapat mengabaikan beberapa
tahapan apabila informasi potensi telah diketahui dan dimasukkan da-
lam tabel pendataan potensi

Form Pendataan Potensi Sosial


Nama KPS : ………………………………………………………
Nama Ketua KPS : ………………………………………………………
Alamat Kantor KPS : ………………………………………………………
Jumlah Anggota/ KK Desa : ………………………………………………………
No. Izin KPS : ………………………………………………………

Kearifan lokal
Pembagian
Tingkat Potret Potensi pengelolaan
Demografi peran ber-
Pemaha- Kelem- Konflik SDA yang
Desa dasarkan
man PS bagaan SDA masih ber-
gender
jalan

24
Seri 1 Pendampingan Tahap Awal

Form Pendataan Potensi Dampak Lingkungan

Nama KPS : ………………………………………… . . . . .


Nama Ketua KPS : …………………………………………. . . . .
Alamat Kantor KPS : …………………………………………. . . . .
Jumlah Anggota/ KK Desa : …………………………………………. . . . .
No. Izin KPS : …………………………………………. . . . .

Kegiatan Rencana
Potensi
yang Ber- Pencegahan
No Parameter Kegiatan Dampak Keterangan
jalan di Dampak
Lingkungan
Lapangan Lingkungan
1 Konservasi, Perlindun-
gan dan Pengamanan
2 Pemanfaatan Jasa
Lingkungan
3 Pemanfaatan Hasil
Hutan Kayu
4 Pemanfaatan Hasil
Hutan Bukan Kayu
5 Pemanfaatan Ka-
wasan

2.3 Penguatan Kelembagaan KPS dan KUPS

Pengertian
Kelembagaan dapat diartikan sebagai tatanan atau aturan main/kesepakatan
masyarakat/kelompok masyarakat baik yang tertulis maupun tidak tertulis,
diwadahi dalam suatu organisasi untuk mencapai tujuan yang diinginkan.
Kelembagaan merupakan faktor kunci keberhasilan suatu program/kegiatan,
bila kelembagaan kuat maka dapat dipastikan program/kegiatan dapat ber-
jalan secara optimal.
Kelembagaan dalam pendampingan perhutanan sosial akan berisi aturan
main (rule of the games) yang akan memandu perilaku masyarakat dalam me-
manfaatkan/mengelola areal perhutanan sosial. Aturan main ini berisi perpad-
uan antara regulasi yang dikeluarkan oleh pemerintah tentang perhutanan
sosial dan aturan di masyarakat (tertulis dan tidak tertulis) dalam hal peman-
faatan/pengelolaan sumber daya hutan dan struktur organisasi pengelola

25
PETUNJUK TEKNIS PENDAMPINGAN PASCA-IZIN PERHUTANAN SOSIAL

areal perhutanan sosial. Untuk memperkuat kelembagaan hal-hal yang perlu


diperhatikan sebagai berikut:
a) Struktur dan manajemen organisasi;
b) Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga (AD/ART) KPS. Aturan main
dalam AD/ART harus memperjelas : (1) Tujuan, visi dan misi kelompok
atau Lembaga, (2) hak, kewajiban dan sangsi bagi pengurus dan anggota
kelompok masyarakat yang terdaftar dalam Kelompok Perhutanan Sosial
(KPS) yang memanfaatkan atau mengelola areal izin Perhutanan Sosial, (3)
Pola dan mekanisme pembagian hasil usaha, (4) Penerima manfaat dari
pemanfaatan areal perhutanan sosial, (5) pengawas kegiatan di areal per-
hutanan sosial, dan (6) Kesetaraan gender dalam organisasi;
c) Aturan internal di luar AD/ART antara lain: penanggung jawab atas risiko-
risiko yang mungkin timbul di kemudian hari, apabila terjadi kekisruhan
di masyarakat, menurunnya fungsi kawasan hutan dan lingkungan hid-
up sebagai akibat dari pemanfaatan/pengelolaan kawasan hutan dalam
skema kebijakan perhutanan sosial oleh kelompok masyarakat atau pihak
lain yang terkait;
d) Kesepakatan lainnya yang dirasa perlu dibuat oleh KPS.
Dalam petunjuk teknis ini penguatan kelembagaan terbagi dua yaitu pen-
guatan Kelompok Perhutanan Sosial (KPS) dan penguatan Kelompok Usaha
Perhutanan Sosial (KUPS).

26
Seri 1 Pendampingan Tahap Awal

Tujuan
1. Meningkatkan kapasitas KPS dalam perencanaan, pemantauan dan
evaluasi untuk menunjang pengelolaan dan pengembangan usaha
Perhutanan Sosial.
2. Meningkatkan kapasitas KUPS untuk mengelola dan menjalankan
usaha – usaha Perhutanan Sosial agar potensi yang berada di dalam
kawasan izin betul – betul dikelola secara berkelanjutan dan memiliki
dampak manfaat yang luas dengan memperhatikan aspek sosial
budaya dan aspek lingkungan.
Keluaran
1. Meningkat kapasitas KPS dalam hal:
• Legalitas; dengan disahkannya AD/ART yang disusun secara
partisipatif.
• Perencanaan; tersusunnya Rencana Kerja Pengelolaan KPS
Tahunan dan untuk jangka waktu 10 tahun.
• Pemantauan dan Evaluasi; adanya rencana pemantauan dan
evaluasi per tahun dan per lima tahunan.
2. Meningkat kapasitas KUPS, ditunjukkan dengan dihasilkannya:
• Berita Acara Pembentukan KUPS;
• Surat Keputusan Penetapan KUPS;
• Struktur KUPS;
• Dokumen Rencana Model Usaha (RMU) Produk/Jasa KUPS.
Langkah-Langkah Penguatan KPS
Penguatan Kelompok Perhutanan Sosial (KPS) adalah peningkatan kapasitas
kelembagaan yang meliputi aspek penguatan legalitas kelembagaan,
perencanaan, pemantauan dan evaluasi.

Kegiatan penguatan KPS dapat dilakukan jika sudah melalui tahap penandaan batas
izin PS, sudah ada hasil pendataan potensi dan sudah disusun blok pengelolaan.
Pada tahapan ini pemegang izin harus betul–betul mengetahui dengan baik
potensi kawasan izinnya. Tata cara penyusunan dan pengesahan rencana
pengelolaan izin perhutanan mengacu pada Perdirjen PSKL No. 16 Tahun 2016
tentang Pedoman Penyusunan Rencana Pengelolaan Hutan Desa, Rencana Kerja
Usaha Izin Usaha Pemanfaatan Hutan Kemasyarakatan dan Rencana Kerja Usaha Izin
Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu Hutan Tanaman Rakyat. Panduan penguatan
kelembagaan Perhutanan Sosial mengacu pada Perdirjen PSKL No. 3 Tahun 2016
tentang Pedoman Pengembangan Usaha Perhutanan Sosial.

27
PETUNJUK TEKNIS PENDAMPINGAN PASCA-IZIN PERHUTANAN SOSIAL

1) Identifikasi Para Pihak Terkait


Para pihak yang dapat terlibat dalam proses penyusunan rencana
pengelolaan dan penguatan KPS diantaranya KPH setempat, BPSKL
Regional, Dinas Kehutanan atau Pokja PPS Provinsi, akademisi, calon
mitra usaha, asosiasi pengusaha, lembaga permodalan, OPD Provinsi/
Kabupaten/Kota yang terkait, dan pihak lainnya yang relevan sesuai
dengan situasi dan kondisi setempat.
2) Penyusunan AD/ART
Untuk menyusun AD/ART, KPS dapat menyusun sendiri bersama
kelompok ataupun dapat melibatkan pendamping sebagai narasum-
ber. Sistematika AD/ART disusun berdasarkan musyawarah anggota
KPS dengan mengikuti sistematika yang disepakati bersama. Tahapan
penyusunan AD/ART meliputi:
• Menyepakati poin-poin penting yang diatur dalam AD/ART.
• Menyusun draft AD/ART berdasarkan poin-poin yang disepakati.
• Pengesahan AD/ART oleh KPS.
• Mendaftarkan ke Notaris.

3) Menyusun Rencana Pengelolaan (RPHD, RKU, RP dan RKT).


Salah satu kewajiban pemegang hak kelola/izin pemanfaatan Per-
hutanan Sosial adalah menyusun RPHD, RKU dan RKT sebagai pe-
doman pengelolaan/pemanfaatan areal Perhutanan Sosial. RPHD,
RKU dan RKT disusun mengacu kepada perdirjen PSKL nomor P.16/
PSKL/SET/PSL.0/12/2016 tentang Pedoman Penyusunan Rencana
Pengelolaan Hutan Desa, Rencana Kerja Usaha Izin Usaha Peman-
faatan Hutan Kemasyarakatan dan Rencana Kerja Usaha Izin Usaha
Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu Hutan Tanaman Rakyat.
Tahapan penyusunan rencana pengelolaan kawasan izin PS sebagai
berikut:
 Persiapan
 Menyiapkan data umum meliputi:
- Hasil akhir penandaan batas dan pembagian blok,
- Informasi produk/jasa hasil pendataan potensi,
- Sumber daya KPS (kelembagaan, dana, barang, sumber
daya manusia),

28
Seri 1 Pendampingan Tahap Awal

- Informasi pasar,
- Informasi saluran atau akses permodalan,
- Potensi mitra kerja atau mitra usaha.
 Menyiapkan agenda rapat, daftar undangan, ruang pertemuan,
panitia pelaksana, dan anggaran dll.
 Pelaksanaan
 KPS memaparkan tujuan penyusunan Rencana Pengelolaan
dan data umum.
 Menyusun Rencana Pengelolaan Jangka Panjang (RPJP) dalam
periode 10 tahunan.
 Menyusun Rencana Kerja Tahunan (RKT) berdasarkan RPJP.
 Poin-poin yang harus direncanakan berdasarkan Perdirjen No.
16/2016 tentang Pedoman Penyusunan RPHD, RKU, dan RKT
yang meliputi:
- Pemanfaatan hasil hutan kayu baik dikelola secara personal
maupun komunal, seperti agroforestry, silvofishery,
silvopastura, dan sebagainya.
- Pemanfaatan hasil hutan bukan kayu dan pemanfaatan
kawasan, seperti budidaya lebah madu, jamur, tanaman
obat, tanaman hias, penangkaran satwa liar, dan sebagainya.
- Pemanfaatan jasa lingkungan, seperti ekowisata, jasa air,
penyimpanan penyerapan karbon dan sebagainya.
29
PETUNJUK TEKNIS PENDAMPINGAN PASCA-IZIN PERHUTANAN SOSIAL

- Perlindungan dan konservasi, seperti konservasi flora


fauna, pencegahan pembalakan liar, pencegahan
perambahan, pencegahan kebakaran hutan dan pencegahan
pencemaran lingkungan.
- Pengembangan kelembagaan, berupa kegiatan
penyusunan Anggaran Dasar / Anggaran Rumah Tangga,
legalitas kelompok/Lembaga, pelatihan manajemen usaha,
dan penyusunan administrasi kelompok. AD/ART harus
mengatur mekanisme sedetail mungkin aturan internal
misalnya keaggotaan, mekanisme pengambilan keputusan,
mekanisme pembagian hasil, kerjasama denga pihak lain,
manajemen administrasi / keuangan, dan sebagainya.
 Sinkronisasi Perencanaan Izin PS. Rencana pengelolaan KPS
sebaiknya disinkronkan dengan perencanaan lainnya seperti:
(a) Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang (RPHJP) KPH,
(b) Rencana Pengelolaan Jangka Panjang (RPJP) Kawasan
Konservasi,
(c) Rencana Pengelolaan Jangka Menengah Daerah (RPJMD),
(d) Rencana Pengelolaan Jangka Menengah Desa (RPJM Desa),
dan sebagainya.
 Pengesahan
 Pengesahan Rencana Pengelolaan Jangka Panjang dan Ren
cana Kerja Tahunan izin PS disahkan oleh:
- Penyuluh Kehutanan diketahui oleh KKPH jika izin PS berada
di dalam wilayah kerja KPH.
- Penyuluh Kehutanan diketahui oleh Kepala Dinas Kehutanan
Provinsi jika izin PS berada di HPK.
- Penyuluh kehutanan diketahui Kepala UPT Pusat jika izin PS
berada pada Kawasan Konservasi.
 Pengesahan AD/ART dilakukan oleh Ketua dan Sekretaris KPS.

Beberapa tabel yang digunakan dalam penyusunan Rencana Pengelo-


laan Jangka Panjang dan Rencana Kerja Tahunan KPS sebagai berikut :
A. Contoh Tabel Hasil Pendataan Potensi Berdasarkan Skala
Prioritas

30
Seri 1 Pendampingan Tahap Awal

Hasil pendataan potensi ini merupakan dasar untuk menyusun rencana


pengelolaan jangka panjang dan rencana kerja tahunan izin perhutanan
sosial. Berikut contoh format hasil rekap pendataan potensi :
Foto/
Nama Akses Potensi Skala
Doku-
No Po- Jumlah Koordinat menuju Potensi Sosial Dampak Keterangan Prior-
men-
tensi Potensi Lingkungan itas
tasi
Sudah pernah Semak
Jalan tanah
dikelola oleh Penggunaan belukar bekas
Lahan setapak tdk
1 ham- S01 06.193’
0
masyarakat pupuk dan pes- terbakar
1 terbu- Ada bisa dilalui 1
paran E113051.400’ untuk mena- tisida kimia tanah mineral
ka motor dan
nam tanaman lingkungan dengan gam-
mobil
pertanian but tipis
240 pohon
Sampah plastik
produktif Jalan tanah
Dikelola aktif akibat dari aktivi- Prediksi kapa-
Jeng- dan 500 S01006.191’ bisa dilalui
2 Ada oleh 20 kepala tas pemanenan sitas produksi 1
kol pohon E113051.402’ motor dan
keluarga jengkol 50 ton/ tahun
belum mobil
produktif
Pohon Bisa digu-
Sampah non-or-
besar nakan untuk
Jalan tanah ganik dari kegia-
jenis S01 06.196’
0
rumah pohon
3 278 pohon Ada setapak/ tan monitoring 2
ramin E113051.407’ (ekowisata),
jalur rintis pohon
diame- pohon asuh
ter up dan karbon
Air jernih,
Terdapat
Pembangunan sekitar lokasi
anggota yang
Jalan tanah infrastruktur dan ada lahan
Mata S01006.195’ memiliki minat
4 1 lokasi Ada setapak/ kunjungan tamu untuk pem- 3
air E113051.409’ usaha wisata
jalur rintis wisata bangunan
dan air bersih
penginapan
wisata
Dimanfaatkan Dimanfaat-
Sampah dari
Jalan tanah oleh mas- kan oleh
Situs S01006.195’ kegiatan religi
5 2 lokasi Ada setapak/ yarakat untuk masyarakat 4
budaya E113051.409’ dan wisata
jalur rintis kegiatan religi sekitar untuk
kegiatan religi
Karet masih
Penggunaan Karet masih
aktif disadap
Jalan tanah bahan pembeku aktif disadap
oleh mas-
Karet S01006.191’ bisa dilalui karet yang tidak oleh mas-
6 15 lokasi Ada yarakat dan 1
hutan E113051.402’ motor dan ramah lingkun- yarakat dan
sudah memiliki
mobil gan sudah memi-
pasar
liki pasar

Pohon
Pohon Jelu-
jelutung
tung masih
Penggunaan masih aktif
Pohon Jalan tanah aktif disadap
S01006.196 bahan pembeku disadap oleh
7 jelu- 572 pohon Ada setapak/ oleh mas- 1
E113051.407’ karet yang tidak masyarakat
tung jalur rintis yarakat dan
ramah dan sudah
sudah memiliki
memiliki
pasar
pasar
Dst.

Keterangan: Penentuan prioritas kegiatan usaha berdasarkan pada ketersediaan pasar; nilai
produk; mitra kerja, sumber daya KPS (modal, keterampilan, jaringan dll) dan sebagainya.

31
PETUNJUK TEKNIS PENDAMPINGAN PASCA-IZIN PERHUTANAN SOSIAL

B. Contoh Format Rencana Pengelolaan Jangka Panjang KPS


Parameter Tahun
No Kegiatan Keterangan
Kegiatan 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Konservasi,
1 Perlindungan dan
Pengamanan
Pemanfaatan Jasa
2
Lingkungan
Pemanfaatan Hasil
3
Hutan Kayu
Pemanfaatan Hasil
4
Hutan Bukan Kayu
Penguatan
5
Kelembagaan

C. Contoh Format Rencana Kerja Tahunan (RKT) KPS


Bulan
Parameter Kegiat- Lokasi Keterang-
No
Kegiatan an (Blok) 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 an

Konservasi,
Perlindun-
1
gan dan
Pengamanan
1. Sumber
Peman- pendanaan
2 faatan Jasa
Lingkungan 2. Calon
Pemanfaatan mitra kerja
3 Hasil Hutan
Kayu 3. Potensi
Pemanfaatan pasar
4 Hasil Hutan
Bukan Kayu 4. dsb.
Penguatan
5 Kelem-
bagaan

32
Seri 1 Pendampingan Tahap Awal

Langkah-Langkah Penguatan KUPS


Tujuan dibentuknya KUPS adalah untuk mengelola dan menjalankan usaha
– usaha Perhutanan Sosial agar potensi yang berada di dalam kawasan izin
betul – betul dikelola secara berkelanjutan dan memiliki dampak manfaat
yang luas dengan memperhatikan aspek sosial, budaya dan aspek lingkun-
gan. Langkah-langkah penguatan KUPS sebagai berikut:

1) Identikasi Para pihak terkait


 Para pihak yang dapat terlibat dan berkontribusi dalam proses
pembentukan KUPS diantaranya yaitu:
- KPH Setempat
- BPSKL Wilayah regional masing – masing
- Dinas Kehutanan/ Pokja PPS Provinsi
- Dinas Koperasi & UMKM Kabupaten dan Provinsi
 Para pihak yang dapat terlibat dan berkontribusi dalam proses
penyusunan rencana model usaha KUPS diantaranya yaitu:
- KPH Setempat
- BPSKL Wilayah regional masing – masing
- Dinas Kehutanan/ Pokja PPS Provinsi
- Dinas koperasi & UMKM Kabupaten dan Provinsi
- OPD Prov/ Kab lainnya (Dispar, Disbun, Distan, Dishub,
Dinas PU, DPMdes dll
- Asosiasi Pengusaha
- Lembaga Permodalan/ Perbankan
2) Membentuk KUPS
a. Persiapan Pembentukan KUPS
Beberapa hal yg harus dipersiapkan/diperhatikan sebelum
membentuk KUPS yaitu:
• Hasil pendataan potensi,
• Blok atau zona pengelolaan,
• Rencana pengelolaan jangka panjang dan rencana kerja
tahunan KPS,
• Informasi pasar,
• Calon mitra usaha,
• Kriteria personel KUPS sesuai dengan bidang usaha yang
akan dijalankan.
33
PETUNJUK TEKNIS PENDAMPINGAN PASCA-IZIN PERHUTANAN SOSIAL

b. Pembentukan KUPS
Setelah persiapan selesai, selanjutnya melakuakan pembentu
kan KUPS, tahapan pembentukan KUPS sebagai berikut :
• Menentukan personel pengelola KUPS sesuai dengan kriteria
yang sudah disusun,
• Menyelenggarakan rapat pembentukan KUPS,
• Membuat surat keputusan KPS untuk menetapkan pengurus
KUPS diketahui oleh kepala desa setempat,
• Meningkatkan status kelembagaan kelompok menjadi badan
usaha sesuai dengan kebutuhan usaha (misalnya Koperasi, CV
atau PT),
• Jika KUPS berupa unit usaha dari BUM Desa, maka diperlukan
Peraturan Kepala Desa setempat yang mengatur mekanisme
hubungan antara KPS dengan Unit Usaha BUM Desa, sistem
bagi hasil, jenis komoditas yang diusahakan, mekanisme
pelaporan, monitoring dll.

2.4 Pengembangan Usaha KUPS

Pengantar
Pengembangan usaha produk dan jasa secara umum memiliki tahapan atau
proses yang hampir sama, perbedaan proses akan ditentukan oleh kekhasan
konsumen, jenis produk dan jenis jasa yang diusahakan. Buku panduan ini
akan menyajikan proses tahapan secara umum untuk memudahkan pen-
damping melakukan pendampingan pengelolaan dan pengembangan hasil
hutan, baik hasil kayu dan bukan kayu.
Pengelolaan dan pengembangan hasil hutan, baik hasil kayu dan bukan kayu
disesuaikan dengan potensi yang ada di lokasi tersebut, dengan memperha-
tikan antara lain:
1. Pengembangan usaha yang inovatif,
2. Pengelolaan hasil hutan yang terintegrasi dan diversifikasi
usaha,
3. Pengolahan produk pasca-panen yang berkualitas dan memili
ki nilai tambah serta berkelanjutan,
4. Mengembangkan produk ramah lingkungan,
5. Membangun jejaring kewirausahaan.

34
Seri 1 Pendampingan Tahap Awal

Pengelolaan dan pengembangan jasa lingkungan perlu memperhatikan


antara lain:
1. Bentang alam dan rona lingkungan,
2. Pengembangan usaha yang inovatif dan ramah lingkungan,
3. Daya dukung lingkungan dan sosial-budaya masyarakat,
4. Mengoptimalkan sumberdaya lokal yang ada,
5. Memaksimalkan pemanfaatan sarana dan prasarana ramah
lingkungan.

Tujuan
Tujuan dari pengembangan usaha produk dan jasa KUPS yaitu agar izin yang
sudah diterima oleh masyarakat tidak hanya berdampak positif terhadap
lingkungan dan budaya tetapi juga berdampak positif terhadap perkemban-
gan dan kemajuan ekonomi KPS dan masyarakat di sekitarnya.
Keluaran
KPS melalui KUPS memiliki usaha produk dan jasa yang berjalan dan mengun-
tungkan dengan tetap memperhatikan aspek sosial budaya dan lingkungan.

35
PETUNJUK TEKNIS PENDAMPINGAN PASCA-IZIN PERHUTANAN SOSIAL

Parapihak
Parapihak yang dapat terlibat dalam proses pengembangan produk dan jasa
perhutanan sosial diantaranya pelaku usaha sesuai dengan produk dan jasa
yang diusahakan, Lembaga permodalan, asosiasi pengusaha, akademisi, KPH,
BPSKL, Dinas Kehutanan/Pokja PPS Provinsi dan Lembaga atau instansi lain
yang relevan sesuai dengan situasi dan kondisi setempat.
Langkah-Langkah Pengembangan Usaha
Langkah-langkah pengembangan usaha mencakup kegiatan pengembangan
usaha baik berbasis produksi maupun jasa, serta menyusun model bisnis pro-
duk dan jasa KUPS. Adapun penjelasannya di bawah ini.
A. PENGEMBANGAN USAHA BERBASIS PRODUK
Tahapan pengembangan usaha berbasis produk secara umum dapat dilaku-
kan melalui pendekatan sebagai berikut:
1. Memastikan kuantitas dan keberlanjutan produk.
Sebelum memulai usaha produksi, tahap awal yang harus dilakukan adalah
memastikan kuntitas dan keberlanjutan produksi. Data kuantitas dan keber-
lanjutan produksi dapat dilihat dan dicermati dari hasil pendataan potensi ka-
wasan izin perhutanan sosial, baik data fisik, data kelembagaan maupun data
sosial lainnya.
2. Memastikan target pasar dan target konsumen.
Setelah data kuantitas dan keberlanjutan produk kita peroleh, langkah pent-
ing selanjutnya adalah menentukan target pasar dan target konsumen yang
akan membeli atau menggunakan produk dari perhutanan sosial. Dalam taha-
pan ini pendamping harus betul – betul memastikan bahwa produk yang akan
dihasilkan sangat dibutuhkan oleh konsumen dan pasar. Jika pendamping ke-
sulitan dalam menentukan target konsumen dan pasar, pendamping dapat
menghimpun data–data tren dan pola konsumen sesuai dengan produk yang
akan dipasarkan, baik data–data dari instansi pemerintah, swasta dan sumber
informasi lain yang relevan.
3. Memahami kriteria dan spesifikasi produk yang dibutuhkan oleh
konsumen.
Setelah memastikan target pasar dan target konsumen, langkah penting se-
lanjutnya adalah memahami, mengetahui kriteria dan spesifikasi produk yang
dibutuhkan oleh konsumen. Tahapan ini mudah dilakukan jika kita tepat me-
nentukan target pasar dan taget konsumen, karena kita akan fokus pada kri-
teria dan spesifikasi sesuai dengan target konsumen dan pasar yang sudah
ditentukan sebelumnya.
36
Seri 1 Pendampingan Tahap Awal

4. Menentukan nilai lebih produk sesuai dengan target pasar dan target
konsumen.
Tahapan ini sangat penting karena nilai inilah yang akan ditawarkan kepada
target konsumen dan pasar yang akan dituju. Untuk menentukan nilai ini kita
perlu memetakan terlebih dahulu nilai produk – produk lain yang sejenis agar
mempermudah para pemegang izin PS menentukan nilai lebih dari produk
yang akan ditawarkan kepada target konsumen dan target pasar.
5. Menentukan mekanisme layanan dan hubungan dengan target kon-
sumen dan target pasar.
Setelah menentukan nilai, langkah penting selanjutnya adalah menentukan
mekanisme layanan dan hubungan kepada target pasar dan target konsumen.
mekanisme layanan ini dapat berupa layanan formal dan tidak formal. Layanan
formal dapat berupa layanan complain, layanan informasi perkembangan
produksi dll. Layanan tidak formal dapat berupa layanan khusus kepada para
pengambil kebijakan atau keputusan di masing-masing target konsumen dan
target pasar, misalnya kunjungan gratis bagi para pengambil keputusan meli-
hat proses produksi pada izin perhutanan sosial.
6. Menentukan strategi dan sarana agar nilai produk sampai kepada tar-
get pasar dan target konsumen.
Setelah nilai produk dan mekanisme layanan ditentukan, tahap selanjutnya
adalah menentukan strategi dan sarana agar nilai lebih produk dan layanan
konsumen dari KUPS sampai kepada target pasar dan target konsumen. Sara-
na ini dapat berupa pertemuan langsung dengan target konsumen, media so-
sial, media massa, email penawaran produk dan penawaran kerja sama mau-
pun sarana lain yang relevan dan cocok dengan target konsumen dan target
pasar yang akan dituju.

B. PENGEMBANGAAN USAHA BERBASIS JASA


Dalam proses atau tahapan pengembangan usaha jasa tidak jauh berbeda
dengan proses pengembangan usaha berbasis produk, perbedaan yang san-
gat mencolok adalah pada tahap awal memulai usaha, yaitu perlu mengukur
daya dukung dan daya tampung lingkungan pada lokasi atau areal yang akan
diusahakan. Hal ini wajib dilakukan agar usaha jasa yang diusahakan tidak
melebihi daya tampung dan daya dukung dari lingkungan yang ada seh-
ingga aktivitas usaha yang dijalankan tidak berdampak negatif terhadap ke-
berlangsungan lingkungan dan sumber daya alam yang diusahakan. Untuk

37
PETUNJUK TEKNIS PENDAMPINGAN PASCA-IZIN PERHUTANAN SOSIAL

mengukur daya tampung dan daya dukung lingkungan pendamping atau


pemegang izin perhutanan sosial dapat bekerja sama dengan Universitas se-
tempat atau lembaga penelitian lainnya.
Beberapa usaha jasa yang dapat diusahakan dalam izin perhutanan sosial di-
antaranya sebagai berikut:
- Jasa keindahan alam untuk kegiatan usaha wisata,
- Jasa penyimpanan karbon untuk usaha jasa karbon,
- Jasa pengasuhan pohon untuk usaha pohon asuh,
- Jasa rehabilitasi hutan untuk usaha adopsi pohon,
- Jasa aliran air dan angin untuk usaha energi terbarukan dan masih ban-
yak lagi jenis jasa lainnya yang dapat diusahakan di Kawasan perhutanan so-
sial sesuai dengan peraturan yang berlaku.

C. MENYUSUN MODEL BISNIS PRODUK DAN JASA KUPS


Model Bisnis KUPS disusun berdasarkan data hasil pendataan potensi, blok
pengelolaan, rencana pengelolaan jangka Panjang dan rencana kerja tahunan
KPS, data informasi pasar, data calon mitra usaha dan lain-lain. Berikut alur
penyusunan rencana model usaha:

Berikut contoh format bisnis model canvas dengan 9 blok memuat aspek hulu,
proses dan hilir dari satu produk/jasa seperti nilai utama produk atau jasa, tar-
get konsumen, saluran usaha, aktivitas utama, hubungan, sumber daya, mitra
utama, struktur biaya dan alur pendapatan.

38
Seri 1 Pendampingan Tahap Awal

Segmen Pe-
Kegiatan Nilai tawar / Hubungan
Rekanan Utama langgan/ Target
Utama Unggulan Pelanggan
konsumen

Mekanisme
Kegiatan-
atau cara-cara
kegiatan
Pihak-pihak yang untuk mengikat
utama yang
mendukung hubungan
berkontribusi
pengembangan formal dan
pada
usaha KUPS informal
kesuksesan Nilai ekologis
seperti dengan
bisnis. dan nilai Pihak-pihak yang
perusahaan, konsumen.
ekonomis menjadi sasaran
perbankan,
produk/ pemasaran
Lembaga
jasa yang produk/jasa.
pemerintah, Sumber Daya
ditawarkan. Saluran
organisasi Utama
masyarakat
Personel,
sipil, dan lain Sarana yang
Sumber Daya
sebagainya. digunakan
Hayati dan
untuk
Non-Hayati,
menjangkau
Finansial,
konsumen.
Material dll.
Struktur Biaya Alur Pendapatan
Jenis-jenis pengeluaran yang dibutuhkan untuk Jenis-jenis pemasukan yang menja-
mendukung usaha yang dikembangkan sesuai den- di sumber utama penghasilan.
gan kegiatan utama.

39
PETUNJUK TEKNIS PENDAMPINGAN PASCA-IZIN PERHUTANAN SOSIAL

Contoh Rencana Model Bisnis Pohon Asuh pada HKm Kapakat Atei Ka-
bupaten Katingan limantan Tengah

Rekaman/Mitra Utama Aktivitas Utama Nilai Utama Hubungan Konsumen

1. Monitoring pohon 1. 1x kunjungan


asuh gratis per tahun
2. Patroli pengaman- untuk kon-
A. Ramin
an Kawasan sumen utama
1. Jenis pohon langka dan
3. Penangggulangan pengambil
dilindungi
kebakaran keputusan
2. Hanya tumbuh di gambut
2. Setiap bulan
3. Buahnya untuk pakan
para pengasuh
Orangutan dan obat
mendapatkan
1. WWF Indonesia penyakit malaria
update kondisi
Kalimantan Tengah 4. Getahnya dimanfaatkan
pada pohon
2. KPHP Katingan Hilir untuk dupa
Sumber Daya asuhnya
3. PT. RMU
3. MOU
4. Yayasan Puter Indo- B. Agatis
nesia 1. Jenis pohon dilindungi
5. BRG (Badan Restora- 2. Hanya tumbuh di hutan Saluran 1. Sekolah alam
si Gambut) kerangas
2. Lembaga
6. BPSKL Wil. Kaliman- 3. Jenis pohon dominan di
yang peduli
tan hutan
lingkungan
7. Dinas Kehutanan 4. Getahnya untuk perekat 1. Paparan
3. Perusahaan
Provinsi Kalteng dan plitur langsung
yang peduli
8. BKSDA Kalteng 1. Ada pengurus kepada kon-
lingkungan
9. Bidang SDA dan KUPS Pohon Asuh C. Tutup kabali sumen
4. Komunitas
Ekonomi Kab. Katin- dan adopsi pohon 1. Buahnya sumber pakan 2. Instagram
pencinta
gan 2. Ijin perhutanan Orangutan 3. Website
lingkungan
10. Bank BRI sosial seluas 4.556 2. Tempat sarang Orangutan 4. Facebook
5. Orang yang
11. Bank BNI ha 3. Hanya tumbuh digambut 5. Youtube
peduli
12. Bank Indonesia 3. Dana Desa 4. Habitatnya terancam 6. Seminar/Loka-
lingkungan
13. BLU KLHK 4. 7.876 pohon asuh 5. Tempat sarang burung karya
14. Direktorat BUPSHA ramin 6. Salah 1 tempat tumbuh 7. TV Bandara
15. Koran Kalteng Pos 5. 10.726 pohon anggrek hutan 8. Pameran
16. TVRI asuh agatis 7. Sumber makanan burung 9. Video Hotel
17. PT Arjuna Utama 6. 59.873 pohon 10. Pamflet
Sawit asuh tutup kabali D. Meranti Gambut 11. Email
18. USAID LESTARI 7. 17.547 pohon 1. Tempat sarang Orangutan Penawaran
asuh meranti 2. Getahnya digunakan untuk kerjasama
gambut perekat 12. Lokasi HKm
3. Hanya tumbuh di gambut Kapakat Atei
4. Terancam illegal logging 13. Perwakilan
5. Tempat bersarang madu Kapakat Atei di
kelulut Palangka Raya

Struktur Biaya Alur Pendapatan


Biaya tetap :
1. Investerasisasi pohon asuh (Tim, Logistik, Alat
dan bahan)
2. Monitoring reguler pohon asuh (Tim, Logistik, 1. Kontrak kerja sama dan transaksi pengasuhan
Alat dan bahan) 2. Hibah
3. Patroli pengamanan Kawasan (Tim, Logistik,
Alat dan bahan)
4. Penanggulangan kebakaran hutan dan lahan

40
Seri 1 Pendampingan Tahap Awal

2.5 Peningkatan Kapasitas Sumber Daya Manusia

Pengantar
Kapasitas Sumber daya Manusia (SDM) yang dimaksud yaitu kapasitas sum-
ber daya manusia dari anggota, pengurus Kelompok Perhutanan Sosial (KPS)
dan Kelompok Usaha Perhutanan Sosial (KUPS). Peningkatan kapasitas SDM
dilakukan sesuai dengan kebutuhan masyarakat. Bentuk peningkatan kapasi-
tas SDM dapat berupa pelatihan, bimbingan teknis, studi banding dan sekolah
lapang. Kapasitas pokok yang perlu dimiliki oleh KPS dan KUPS diantaranya
sebagai berikut :
• Pengetahuan dan keterampilan pemetaan kawasan,
• Pengetahuan dan keterampilan pendataan potensi kawasan,
• Pengetahuan dan keterampilan manajemen perencanaan,
• Pengetahuan dan keterampilan manajemen administrasi dan
keuangan,
• Pengetahuan dan keterampilan manajemen usaha dan pemasaran
HHK, HHBK, pemanfaatan kawasan dan jasa lingkungan,
• Pengetahuan dan keterampilan manjemen lingkungan dan
konservasi.

Tujuan
KPS dapat menyusun strategi peningkatan kapasitas sumber daya manusia se-
suai dengan kebutuhan anggota kelompok atau anggota masyarakat.

Keluaran
Adanya strategi peningkatan kapasitas SDM yang dimiliki oleh KPS.

Para Pihak
• Anggota KPS dan KUPS
• Pengurus KPS dan KUPS
Teknik Menyusun Strategi Peningkatan Kapasitas SDM
1) Pendataan kapasitas yang dimiliki oleh anggota KPS dan KUPS den-
gan cara mengisi form yang berisi Nama, Tanggal Lahir dan Umur, Pela-
tihan yang Pernah Diikuti (kapan, dimana, dll). Contoh format sebagai
berikut :
41
PETUNJUK TEKNIS PENDAMPINGAN PASCA-IZIN PERHUTANAN SOSIAL

No Nama Tanggal Lahir Jenis Pelatihan yang Penyelenggara


(Umur) Kelamin Pernah Diikuti Pelatihan

2) Identifikasi jenis kapasitas yang dibutuhkan KPS-KUPS berdasarkan


kebutuhan pengelolaan dalam perencanaan. Contoh berikut ini.
Parapihak
Sarana Peningkatan Terkait
No Kapasitas Utama / pokok
Kapasitas Yang Dapat
Berkontribusi
1 Pengetahuan dan keterampilan Pelatihan, bimbingan
pemetaan Kawasan teknis, studi banding,
sekolah lapang, dan
sejenisnya.
2 Pengetahuan dan keterampilan
pendataan potensi Kawasan
3 Pengetahuan dan keterampilan
manajemen perencanaan
4 Pengetahuan dan keterampilan
manajemen administrasi dan keuangan
5 Pengetahuan dan keterampilan
manajemen usaha dan pemasaran HHK,
HHBK, pemanfaatan kawasan dan jasa
lingkungan
6 Pengetahuan dan keterampilan
manjemen lingkungan dan konservasi

42
Seri 1 Pendampingan Tahap Awal

BAB III
PENUTUP

Petunjuk teknis ini diharapkan dapat bermanfaat bagi pendamping perhutanan


sosial untuk mengatasi hambatan-hambatan dalam implementasi pasca-izin
perhutanan sosial dimana pendekatan pasca izin perhutanan sosial memiliki
dimensi yang cukup luas dan mencakup banyak sektor lainnya seperti sektor
perkebunan, pertanian, perikanan, perbankan dan lain sebagainya.

43

Anda mungkin juga menyukai