DAN KEHUTANAN
Seri 1
Pendampingan
Tahap Awal
Seri 1
Pendampingan
Tahap Awal
Penanggung Jawab
Jo Kumala Dewi
Penyusun :
Desi Florita Syahril
Hasnawir
Umi Rusyianawati
Linda Krisnawati
Nurhayati
Yussi Nadia
Faisal M. Yasin
Vidya Sari Nalang
Latifah Hendarwati
Suwito
Nurka Cahyaningsih
Dadang Riansyah
Yuniarto Nugroho
Amrin Fauzi Lubis
Editor
Sugiarto AS
Ilustrasi
Sang Puan Daulat
Desain dan Layout
Bintang Hanggono
II
Seri 1 Pendampingan Tahap Awal
Daftar Isi
BAB I PENDAHULUAN -1
1.1 Latar Belakang -1
1.2 Maksud dan Tujuan -2
1.3 Keluaran Tahapan Pendampingan Awal -3
1.4 Pengguna Juknis -4
BAB II TAHAPAN PELAKSANAAN PENDAMPINGAN AWAL -5
2.1 Sosialisasi Izin Perhutanan Sosial -5
2.2 Identifikasi Potensi (Pendataan Potensi) -6
2.3 Penguatan Kelembagaan KPS dan KUPS -25
2.4 Pengembangan Usaha KUPS -34
2.5 Peningkatan Kapasitas Sumber Daya Manusia -41
BAB III PENUTUP -43
SERI 3
KERJASAMA,
AKSES PERMODALAN DAN
AKSES PASAR
SERI 2 SERI 4
PENGELOLAAN DAN PENGEMBANGAN PENGELOLAAN
KAWASAN HUTAN & PENGETAHUAN
LINGKUNGAN
SERI 1 SERI 5
PENDAMPINGAN MONITORING dan
TAHAP AWAL EVALUASI
III
PETUNJUK TEKNIS PENDAMPINGAN PASCA-IZIN PERHUTANAN SOSIAL
IV
Seri 1 Pendampingan Tahap Awal
BAB I
PENDAHULUAN
Pasal 1 Perdirjen PSKL No. P.3 Tahun 2016 tentang Pedoman Pengembangan Usaha
Perhutanan Sosial
3. Kelompok Perhutanan Sosial (KPS) adalah kelompok tani dan/ atau kelompok
tani hutan anggota pemegang Hak Pengelolaan Hutan Desa HPHD) atau kelompok
tani/ kelompok tani hutan/ koperasi pemegang Izin Usaha Hutan Kemasyarakatan
(HKm) atau Izin Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu Hutan Tanaman Rakyat (IUPH-
HK-HTR) atau Hutan Rakyat (HR) atau Kemitraan Kehutanan atau Masyarakat Hukum
Adat.
4. Kelompok Usaha Perhutanan Sosial (KUPS) adalah KPS yang akan dan/atau
telah melakukan usaha di bidang perhutanan sosial dan diakui atau terdaftar pada
Kementerian Dalam Negeri atau Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia, atau
Kepala Dinas yang membidangi Kehutanan di Kabupaten/ Kota setempat atau Kepa-
la Kesatuan Pengelolaan Hutan Produksi/ Hutan Lindung/ Konservasi (KPHP/KPHL/
KPHK) atau Kepala UPT Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan atau Kepala
Desa.
1
PETUNJUK TEKNIS PENDAMPINGAN PASCA-IZIN PERHUTANAN SOSIAL
2
Seri 1 Pendampingan Tahap Awal
Tahapan Keluaran
3
PETUNJUK TEKNIS PENDAMPINGAN PASCA-IZIN PERHUTANAN SOSIAL
4
Seri 1 Pendampingan Tahap Awal
BAB II
TAHAPAN PELAKSANAAN PENDAMPINGAN AWAL
Sosialisasi Izin Perhutanan Sosial adalah kegiatan yang dilakukan oleh peme-
gang Izin Perhutanan Sosial untuk menjelaskan semua isi dari izin yang telah
diterima baik kepada pihak internal maupun kepada pihak eksternal.
Dalam kegiatan sosialisasi baik kepada pihak internal maupun eksternal dapat
sekaligus merencanakan pertemuan untuk menyepakati batas kawasan (jika
di sekitar wilayah kelola izin perhutanan sosial terdapat perizinan lain), namun
jika di sekitar izin perhutanan sosial tidak terdapat izin lain maka proses se-
lanjutnya bisa langsung merencanakan penandaan batas kawasan. Selain itu
jika terdapat pengelolaan masyarakat dalam wilayah kelola Izin PS dan belum
terdaftar sebagai anggota maka perlu dilakukan sosialisasi khusus terhadap
masyarakat atau kelompok tersebut.
Tujuan
Sosialisasi Izin perhutanan sosial bertujuan agar pihak internal dan eksternal
mengetahui dan memahami bahwa kelompok masyarakat atau lembaga su-
dah memiliki izin atau hak mengelola kawasan perhutanan sosial.
Keluaran
Hasil atau keluaran dari kegiatan sosialisasi kepada pihak internal yaitu berupa
berita acara kegiatan sosialisasi, daftar hadir dan foto dokumentasi pertemuan.
Hasil dari kegiatan sosialisasi kepada pihak eksternal berupa Berita Acara Serah
Terima Salinan Izin Perhutanan Sosial.
5
PETUNJUK TEKNIS PENDAMPINGAN PASCA-IZIN PERHUTANAN SOSIAL
Pengantar
Identifikasi potensi areal perhutanan sosial adalah kegiatan yang dilakukan
untuk memperoleh data dan informasi yang berada di dalam areal wilayah
kelola izin perhutanan sosial seperti keanekaragaman hayati (tumbuhan dan
satwa liar), akses jalan, sungai, danau, potensi sosial, dampak lingkungan dan
sebagainya.
Potensi Keanekaragaman hayati
Potensi sosial yang dimaksud antara lain modal sosial, jejaring dan mitra dari
masyarakat. Beberapa poin penting yang harus didata untuk mendukung
proses pendampingan, antara lain sebagai berikut:
a. Demografi desa dampingan (jumlah penduduk, usia, jenis kelamin,
Pendidikan dll.);
6
Seri 1 Pendampingan Tahap Awal
Tujuan
Tujuan pendataan potensi areal perhutanan sosial adalah untuk menyediakan
data dan informasi sebagai bahan pengelolaan areal perhutanan sosial,
di antaranya untuk penyusunan blok pengelolaan, rencana pengelolaan
Perhutanan Sosial (RPHD, RKU, RKT, Rencana Model Usaha/RMU dan lain-lain),
serta mengidentifikasi dampak lingkungan.
Keluaran
Pendataan potensi wilayah kelola Izin Perhutanan Sosial diharapkan
menghasilkan informasi sebagai berikut: keanekaragaman hayati (tumbuhan
dan satwa liar), akses jalan, sungai, danau, tutupan hutan dan lahan, lahan
terbuka atau bekas kebakaran, rawa gambut, potensi sosial, dampak
lingkungan, dan lain sebagainya.
8
Seri 1 Pendampingan Tahap Awal
9
PETUNJUK TEKNIS PENDAMPINGAN PASCA-IZIN PERHUTANAN SOSIAL
10
Seri 1 Pendampingan Tahap Awal
11
PETUNJUK TEKNIS PENDAMPINGAN PASCA-IZIN PERHUTANAN SOSIAL
Jumlah Alat
No Nama Alat atau Bahan Fungsi Alat atau Bahan
Atau Bahan
1. Peta lokasi plot/ areal Menunjukkan lokasi-lo- 1 buah
perhutanan sosial kasi plot yang harus
diukur
2 Alat penentuan lokasi Menentukan koordinat Minimal 1
(misalnya, GPS, Kom- geografis plot atau arah buah
pas, dan sejenisnya) (azimuth/back azimuth)
di lapangan
4. Tali Tambang Plastik Menandai batas-batas 3–4 buah
minimal Panjang 20 plot dan subplot
meter
5. Patok kayu 1,5 meter Menandai titik sudut plot 5 buah
(ujung atas dicat mer- dan subplot
ah/kuning)
6. Pita diameter (phi- Mengukur diameter atau 3–5 buah
band) atau pita keliling keliling pohon
7. Tongkat kayu/bambu Menandai letak pen- 1–3 buah
1,3 meter gukuran diameter pohon
8. Pita ukur/meteran Mengukur jarak datar 1–2 buah
30–50 meter
9. Alat pengukur tinggi Mengukur tinggi pohon 1 buah
pohon (busur, haga contoh/sampel
hypsometer)
10. Clinometer Mengukur kelerengan 1–2 buah
11. Binoculer Pengamatan satwa liar 1-2 buah
12. Parang/golok Menebas tumbuhan 4–5 buah
bawah
13. Tally-sheet dan alat tulis Mencatat hasil penguku- 1set/plot
(pensil, penghapus) ran
14. Kamera digital atau Mendokumentasikan 1 buah
Kamera handphone kegiatan lapangan
12
Seri 1 Pendampingan Tahap Awal
Pembiayaan
Pembiayaan menyesuaikan dengan sumber biaya, tenaga, alat
dan bahan, serta hal-hal lain yang diperlukan pada saat pen-
dataan potensi.
(3) Menyepakati Kebutuhan Informasi
Kebutuhan informasi pendataan potensi yang dimaksud meliputi
nama potensi, perkiraan jumlah potensi, titik koordinat, foto/do-
kumentasi, akses menuju lokasi potensi, aktifitas masyarakat, po-
tensi sosial dan potensi dampak lingkungan dan sebagainya.
Adapun contoh format identifikasi berdasarkan survei lapangan
sebagai berikut:
Potensi
Foto/ Akses Ket-
Nama Perkiraan Koordi- Potensi Dampak Skala
No. Doku- Menuju eran-
Potensi Jumlah nat Sosial Lingkun- Prioritas
mentasi Potensi gan
gan
1
2
3
4
5
6
7
Dst.
13
PETUNJUK TEKNIS PENDAMPINGAN PASCA-IZIN PERHUTANAN SOSIAL
14
Seri 1 Pendampingan Tahap Awal
Contoh Form Pendataan Potensi Hak Kelola dan Izin Perhutanan Sosial
A. INFORMASI UMUM JALUR PLOT
C. BENTUK LAHAN
No. Bentuk Lahan Ya Tidak
1. Lahan Datar
2. Lahan Miring
3. Lahan Terjal
4. Lahan Kering
5. Lahan Basah (Rawa atau gambut)
6. Sungai atau saluran air alami
7. Sungai atau saluran air buatan
8. Kolam, Danau, atau Genangan sepanjang musim
9. Kolam, Danau, atau Genangan musiman
10. Mata air alami
11. Mata air buatan (sumur bor)
15
PETUNJUK TEKNIS PENDAMPINGAN PASCA-IZIN PERHUTANAN SOSIAL
D. VEGETASI
E. POTENSI KAYU
No. Potensi Kayu Ya Tidak
1. Spesies pohon kayu bernilai komersil
2. Spesies pohon kayu bernilai komersil diameter lebih dari 20 cm
3. Spesies pohon kayu yang ditebang untuk penggunaan lokal
Spesies pohon kayu yang ditebang untuk penggunaan lokal diameter lebih dari
4.
20 cm
16
Seri 1 Pendampingan Tahap Awal
F. POTESI NON-KAYU
17
PETUNJUK TEKNIS PENDAMPINGAN PASCA-IZIN PERHUTANAN SOSIAL
H. POTENSI ANCAMAN
No. Potensi Ancaman Ya Tidak
1. Jerat atau perangkap hewan
2. Bekas penebangan
3. Bekas kebakaran
4. Ditemukan perburuan liar
5. Ditemukan penebangan liar
6. Penggembalaan
7. Limbah atau sampah
8. Bekas pembersihan lahan untuk pertanian
I. SPESIES FOKUS
No. Spesies Terlihat Terdengar Jejak Kotoran Bulu/Rambut/ Sarang
Fokus Kulit
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11. dst.
18
Seri 1 Pendampingan Tahap Awal
1.1. Menuju Nomor Plot : ……………………… 2.1. Tanggal survey (hr/bl/th) : ………………………
1.2. Koordinat plot : Easting (X) …….. 2.2. Jam Pengukuran : ………………………
1.3. Kesalahan / error GPS (m) : ……………………… 2.4. Nama anggota regu : ………………………
1.7. Pengelolaan Kawasan Hutan : ……………………… 2.5 Nama pencatat data : ………………………
……………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………...……..
19
PETUNJUK TEKNIS PENDAMPINGAN PASCA-IZIN PERHUTANAN SOSIAL
Format Tally-Sheet
Pengukuran Semai, Pancang Tiang, dan Pohon
Survei Cadangan Karbon dan Keanekaragaman Flora di Wilayah Kelola
Perhutanan Sosial
10 X 10
20 X 20
2X2
5X5
No Nama Jenis 1)
gamat ganPohon
(m) (0)
Keterangan :
1) Jenis pohon diisi dengan nama lokal yang spesifik, misalnya: meranti
merah (bukan hanya meranti).
2) Beri tanda ceklist (v) sesuai ukuran subplot pengukuran:
2x2 = Semai (2m x 2m) dan diisi jumlah individu per jenisnya.
3) Beri tanda ceklist (v) sesuai ukuran subplot pengukuran:
5x5 = pancang (5m x 5m) dengan keliling 15cm – 30cm, 10x10 = Tiang
(10m x 10m) dengan keliling 31cm – 60cm = Pohon (20m x 20m) dengan
keliling > 60cm.
4) Catat dengan satu desimal (misal 25,7 cm): KBH menggunakan pita
keliling, kolom KBH ini diisi oleh keliling setinggi dada
(130 cm di atas tanah).
5) Tinggi total (Tt) diukur dari pangkal hingga puncak pohon dengan
Suunto clinometer Jika menggunakan Suunto, ukurlah Jarak Datar (m),
Tinggi mata pengamat (m), Sudut (0) ke tinggi total.
20
Seri 1 Pendampingan Tahap Awal
A. Teknik Pembuatan Plot Empat Persegi atau Plot Bersarang (Nested Plot)
Bentuk plot bersarang (nested plot) tersebut dibuat dengan prosedur sebagai berikut:
i. Tim survei menuju titik koordinat plot dengan menggunakan GPS atau
perhitungan jarak dan sudut azimuth dari titik ikat.
ii. Tandai titik sudut pertama plot tersebut dengan patok kayu (yang diberi label
identitas plot) dan tetapkan sebagai titik pusat plot (sudut ke-1). Catat pada tally-sheet
koordinat geografis dari titik pusat plot tersebut dengan menggunakan GPS setelah
terlebih dahulu membiarkan GPS menangkap sebanyak mungkin satelit selama >5
menit agar diperoleh ketelitian posisi koordinat ±5 m.
Hubungan jarak datar dan sudut kemiringan untuk menghitung jarak lapang.
iv. Dari titik pusat plot, bidiklah juga dengan kompas ke arah tegak lurus batas
panjang plot dan bentangkanlah tambang pada jarak datar 20 m untuk membuat
batas lebar plot 20 m. Berilah tanda dengan patok kayu pada jarak 2 m, 5 m, 10 m, dan
20 m dari titik pusat untuk menandai sudut-sudut setiap subplot.
22
Seri 1 Pendampingan Tahap Awal
v. Dari titik pusat plot, bidiklah sudut 45o dengan kompas dan bentangkanlah tali
tambang untuk membuat diagonal pada setiap subplot dengan jarak 2.8 m untuk
subplot A, jarak 7.1 m untuk subplot B, jarak 14.1 m untuk subplot C, dan jarak 28.3 m
untuk subplot D.
vi. Dari titik sudut ke-3 plot, bidiklah ke arah Utara/Selatan atau Barat/Timur dengan
menggunakan kompas dan bentangkanlah tambang pada jarak datar 20 m untuk
membuat batas panjang plot 20 m pada sisi lainnya. Berilah tanda dengan patok kayu
pada jarak 20 m dan 20 m.
vii. Lakukan pengamatan kondisi tegakan sekitar plot dan catatlah informasi-
informasi penting tentang plot yang dibuat pada tally-sheet.
B. Pembuatan Plot Lingkaran
Plot lingkaran tersebut dibuat dengan prosedur sebagai berikut:
i. Tim survei menuju titik pusat plot (sesuai koordinat pada peta) dengan
menggunakan GPS atau perhitungan jarak datar dan sudut azimuth dari titik ikat.
ii. Tandai titik pusat plot dengan patok kayu dan catat pada tally-sheet koordinat
geografisnya dengan menggunakan GPS setelah terlebih dahulu membiarkan GPS
menangkap sebanyak mungkin sinyal satelit selama >5 menit agar diperoleh ketelitian
±5 m.
iii. Dari titik pusat, bentangkanlah tambang pada jarak datar 7.98 m (untuk membuat
plot lingkaran 0.02 ha) atau 11.29 m (untuk membuat plot lingkaran 0.04 ha) ke arah
Utara dan tandailah batas pohon terluar. Kemudian putarkanlah tambang tersebut
searah jarum jam diantara celah antar pohon dan tandailah pohon-pohon pada batas
terluar plot lingkaran tersebut. Jika arealnya miring (dengan sudut kemiringan >20%),
pengukuran jarak lapang harus memperhitungkan sudut kemiringan lapangan dan
jarak datar yang digunakan.
23
PETUNJUK TEKNIS PENDAMPINGAN PASCA-IZIN PERHUTANAN SOSIAL
Kearifan lokal
Pembagian
Tingkat Potret Potensi pengelolaan
Demografi peran ber-
Pemaha- Kelem- Konflik SDA yang
Desa dasarkan
man PS bagaan SDA masih ber-
gender
jalan
24
Seri 1 Pendampingan Tahap Awal
Kegiatan Rencana
Potensi
yang Ber- Pencegahan
No Parameter Kegiatan Dampak Keterangan
jalan di Dampak
Lingkungan
Lapangan Lingkungan
1 Konservasi, Perlindun-
gan dan Pengamanan
2 Pemanfaatan Jasa
Lingkungan
3 Pemanfaatan Hasil
Hutan Kayu
4 Pemanfaatan Hasil
Hutan Bukan Kayu
5 Pemanfaatan Ka-
wasan
Pengertian
Kelembagaan dapat diartikan sebagai tatanan atau aturan main/kesepakatan
masyarakat/kelompok masyarakat baik yang tertulis maupun tidak tertulis,
diwadahi dalam suatu organisasi untuk mencapai tujuan yang diinginkan.
Kelembagaan merupakan faktor kunci keberhasilan suatu program/kegiatan,
bila kelembagaan kuat maka dapat dipastikan program/kegiatan dapat ber-
jalan secara optimal.
Kelembagaan dalam pendampingan perhutanan sosial akan berisi aturan
main (rule of the games) yang akan memandu perilaku masyarakat dalam me-
manfaatkan/mengelola areal perhutanan sosial. Aturan main ini berisi perpad-
uan antara regulasi yang dikeluarkan oleh pemerintah tentang perhutanan
sosial dan aturan di masyarakat (tertulis dan tidak tertulis) dalam hal peman-
faatan/pengelolaan sumber daya hutan dan struktur organisasi pengelola
25
PETUNJUK TEKNIS PENDAMPINGAN PASCA-IZIN PERHUTANAN SOSIAL
26
Seri 1 Pendampingan Tahap Awal
Tujuan
1. Meningkatkan kapasitas KPS dalam perencanaan, pemantauan dan
evaluasi untuk menunjang pengelolaan dan pengembangan usaha
Perhutanan Sosial.
2. Meningkatkan kapasitas KUPS untuk mengelola dan menjalankan
usaha – usaha Perhutanan Sosial agar potensi yang berada di dalam
kawasan izin betul – betul dikelola secara berkelanjutan dan memiliki
dampak manfaat yang luas dengan memperhatikan aspek sosial
budaya dan aspek lingkungan.
Keluaran
1. Meningkat kapasitas KPS dalam hal:
• Legalitas; dengan disahkannya AD/ART yang disusun secara
partisipatif.
• Perencanaan; tersusunnya Rencana Kerja Pengelolaan KPS
Tahunan dan untuk jangka waktu 10 tahun.
• Pemantauan dan Evaluasi; adanya rencana pemantauan dan
evaluasi per tahun dan per lima tahunan.
2. Meningkat kapasitas KUPS, ditunjukkan dengan dihasilkannya:
• Berita Acara Pembentukan KUPS;
• Surat Keputusan Penetapan KUPS;
• Struktur KUPS;
• Dokumen Rencana Model Usaha (RMU) Produk/Jasa KUPS.
Langkah-Langkah Penguatan KPS
Penguatan Kelompok Perhutanan Sosial (KPS) adalah peningkatan kapasitas
kelembagaan yang meliputi aspek penguatan legalitas kelembagaan,
perencanaan, pemantauan dan evaluasi.
Kegiatan penguatan KPS dapat dilakukan jika sudah melalui tahap penandaan batas
izin PS, sudah ada hasil pendataan potensi dan sudah disusun blok pengelolaan.
Pada tahapan ini pemegang izin harus betul–betul mengetahui dengan baik
potensi kawasan izinnya. Tata cara penyusunan dan pengesahan rencana
pengelolaan izin perhutanan mengacu pada Perdirjen PSKL No. 16 Tahun 2016
tentang Pedoman Penyusunan Rencana Pengelolaan Hutan Desa, Rencana Kerja
Usaha Izin Usaha Pemanfaatan Hutan Kemasyarakatan dan Rencana Kerja Usaha Izin
Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu Hutan Tanaman Rakyat. Panduan penguatan
kelembagaan Perhutanan Sosial mengacu pada Perdirjen PSKL No. 3 Tahun 2016
tentang Pedoman Pengembangan Usaha Perhutanan Sosial.
27
PETUNJUK TEKNIS PENDAMPINGAN PASCA-IZIN PERHUTANAN SOSIAL
28
Seri 1 Pendampingan Tahap Awal
- Informasi pasar,
- Informasi saluran atau akses permodalan,
- Potensi mitra kerja atau mitra usaha.
Menyiapkan agenda rapat, daftar undangan, ruang pertemuan,
panitia pelaksana, dan anggaran dll.
Pelaksanaan
KPS memaparkan tujuan penyusunan Rencana Pengelolaan
dan data umum.
Menyusun Rencana Pengelolaan Jangka Panjang (RPJP) dalam
periode 10 tahunan.
Menyusun Rencana Kerja Tahunan (RKT) berdasarkan RPJP.
Poin-poin yang harus direncanakan berdasarkan Perdirjen No.
16/2016 tentang Pedoman Penyusunan RPHD, RKU, dan RKT
yang meliputi:
- Pemanfaatan hasil hutan kayu baik dikelola secara personal
maupun komunal, seperti agroforestry, silvofishery,
silvopastura, dan sebagainya.
- Pemanfaatan hasil hutan bukan kayu dan pemanfaatan
kawasan, seperti budidaya lebah madu, jamur, tanaman
obat, tanaman hias, penangkaran satwa liar, dan sebagainya.
- Pemanfaatan jasa lingkungan, seperti ekowisata, jasa air,
penyimpanan penyerapan karbon dan sebagainya.
29
PETUNJUK TEKNIS PENDAMPINGAN PASCA-IZIN PERHUTANAN SOSIAL
30
Seri 1 Pendampingan Tahap Awal
Pohon
Pohon Jelu-
jelutung
tung masih
Penggunaan masih aktif
Pohon Jalan tanah aktif disadap
S01006.196 bahan pembeku disadap oleh
7 jelu- 572 pohon Ada setapak/ oleh mas- 1
E113051.407’ karet yang tidak masyarakat
tung jalur rintis yarakat dan
ramah dan sudah
sudah memiliki
memiliki
pasar
pasar
Dst.
Keterangan: Penentuan prioritas kegiatan usaha berdasarkan pada ketersediaan pasar; nilai
produk; mitra kerja, sumber daya KPS (modal, keterampilan, jaringan dll) dan sebagainya.
31
PETUNJUK TEKNIS PENDAMPINGAN PASCA-IZIN PERHUTANAN SOSIAL
Konservasi,
Perlindun-
1
gan dan
Pengamanan
1. Sumber
Peman- pendanaan
2 faatan Jasa
Lingkungan 2. Calon
Pemanfaatan mitra kerja
3 Hasil Hutan
Kayu 3. Potensi
Pemanfaatan pasar
4 Hasil Hutan
Bukan Kayu 4. dsb.
Penguatan
5 Kelem-
bagaan
32
Seri 1 Pendampingan Tahap Awal
b. Pembentukan KUPS
Setelah persiapan selesai, selanjutnya melakuakan pembentu
kan KUPS, tahapan pembentukan KUPS sebagai berikut :
• Menentukan personel pengelola KUPS sesuai dengan kriteria
yang sudah disusun,
• Menyelenggarakan rapat pembentukan KUPS,
• Membuat surat keputusan KPS untuk menetapkan pengurus
KUPS diketahui oleh kepala desa setempat,
• Meningkatkan status kelembagaan kelompok menjadi badan
usaha sesuai dengan kebutuhan usaha (misalnya Koperasi, CV
atau PT),
• Jika KUPS berupa unit usaha dari BUM Desa, maka diperlukan
Peraturan Kepala Desa setempat yang mengatur mekanisme
hubungan antara KPS dengan Unit Usaha BUM Desa, sistem
bagi hasil, jenis komoditas yang diusahakan, mekanisme
pelaporan, monitoring dll.
Pengantar
Pengembangan usaha produk dan jasa secara umum memiliki tahapan atau
proses yang hampir sama, perbedaan proses akan ditentukan oleh kekhasan
konsumen, jenis produk dan jenis jasa yang diusahakan. Buku panduan ini
akan menyajikan proses tahapan secara umum untuk memudahkan pen-
damping melakukan pendampingan pengelolaan dan pengembangan hasil
hutan, baik hasil kayu dan bukan kayu.
Pengelolaan dan pengembangan hasil hutan, baik hasil kayu dan bukan kayu
disesuaikan dengan potensi yang ada di lokasi tersebut, dengan memperha-
tikan antara lain:
1. Pengembangan usaha yang inovatif,
2. Pengelolaan hasil hutan yang terintegrasi dan diversifikasi
usaha,
3. Pengolahan produk pasca-panen yang berkualitas dan memili
ki nilai tambah serta berkelanjutan,
4. Mengembangkan produk ramah lingkungan,
5. Membangun jejaring kewirausahaan.
34
Seri 1 Pendampingan Tahap Awal
Tujuan
Tujuan dari pengembangan usaha produk dan jasa KUPS yaitu agar izin yang
sudah diterima oleh masyarakat tidak hanya berdampak positif terhadap
lingkungan dan budaya tetapi juga berdampak positif terhadap perkemban-
gan dan kemajuan ekonomi KPS dan masyarakat di sekitarnya.
Keluaran
KPS melalui KUPS memiliki usaha produk dan jasa yang berjalan dan mengun-
tungkan dengan tetap memperhatikan aspek sosial budaya dan lingkungan.
35
PETUNJUK TEKNIS PENDAMPINGAN PASCA-IZIN PERHUTANAN SOSIAL
Parapihak
Parapihak yang dapat terlibat dalam proses pengembangan produk dan jasa
perhutanan sosial diantaranya pelaku usaha sesuai dengan produk dan jasa
yang diusahakan, Lembaga permodalan, asosiasi pengusaha, akademisi, KPH,
BPSKL, Dinas Kehutanan/Pokja PPS Provinsi dan Lembaga atau instansi lain
yang relevan sesuai dengan situasi dan kondisi setempat.
Langkah-Langkah Pengembangan Usaha
Langkah-langkah pengembangan usaha mencakup kegiatan pengembangan
usaha baik berbasis produksi maupun jasa, serta menyusun model bisnis pro-
duk dan jasa KUPS. Adapun penjelasannya di bawah ini.
A. PENGEMBANGAN USAHA BERBASIS PRODUK
Tahapan pengembangan usaha berbasis produk secara umum dapat dilaku-
kan melalui pendekatan sebagai berikut:
1. Memastikan kuantitas dan keberlanjutan produk.
Sebelum memulai usaha produksi, tahap awal yang harus dilakukan adalah
memastikan kuntitas dan keberlanjutan produksi. Data kuantitas dan keber-
lanjutan produksi dapat dilihat dan dicermati dari hasil pendataan potensi ka-
wasan izin perhutanan sosial, baik data fisik, data kelembagaan maupun data
sosial lainnya.
2. Memastikan target pasar dan target konsumen.
Setelah data kuantitas dan keberlanjutan produk kita peroleh, langkah pent-
ing selanjutnya adalah menentukan target pasar dan target konsumen yang
akan membeli atau menggunakan produk dari perhutanan sosial. Dalam taha-
pan ini pendamping harus betul – betul memastikan bahwa produk yang akan
dihasilkan sangat dibutuhkan oleh konsumen dan pasar. Jika pendamping ke-
sulitan dalam menentukan target konsumen dan pasar, pendamping dapat
menghimpun data–data tren dan pola konsumen sesuai dengan produk yang
akan dipasarkan, baik data–data dari instansi pemerintah, swasta dan sumber
informasi lain yang relevan.
3. Memahami kriteria dan spesifikasi produk yang dibutuhkan oleh
konsumen.
Setelah memastikan target pasar dan target konsumen, langkah penting se-
lanjutnya adalah memahami, mengetahui kriteria dan spesifikasi produk yang
dibutuhkan oleh konsumen. Tahapan ini mudah dilakukan jika kita tepat me-
nentukan target pasar dan taget konsumen, karena kita akan fokus pada kri-
teria dan spesifikasi sesuai dengan target konsumen dan pasar yang sudah
ditentukan sebelumnya.
36
Seri 1 Pendampingan Tahap Awal
4. Menentukan nilai lebih produk sesuai dengan target pasar dan target
konsumen.
Tahapan ini sangat penting karena nilai inilah yang akan ditawarkan kepada
target konsumen dan pasar yang akan dituju. Untuk menentukan nilai ini kita
perlu memetakan terlebih dahulu nilai produk – produk lain yang sejenis agar
mempermudah para pemegang izin PS menentukan nilai lebih dari produk
yang akan ditawarkan kepada target konsumen dan target pasar.
5. Menentukan mekanisme layanan dan hubungan dengan target kon-
sumen dan target pasar.
Setelah menentukan nilai, langkah penting selanjutnya adalah menentukan
mekanisme layanan dan hubungan kepada target pasar dan target konsumen.
mekanisme layanan ini dapat berupa layanan formal dan tidak formal. Layanan
formal dapat berupa layanan complain, layanan informasi perkembangan
produksi dll. Layanan tidak formal dapat berupa layanan khusus kepada para
pengambil kebijakan atau keputusan di masing-masing target konsumen dan
target pasar, misalnya kunjungan gratis bagi para pengambil keputusan meli-
hat proses produksi pada izin perhutanan sosial.
6. Menentukan strategi dan sarana agar nilai produk sampai kepada tar-
get pasar dan target konsumen.
Setelah nilai produk dan mekanisme layanan ditentukan, tahap selanjutnya
adalah menentukan strategi dan sarana agar nilai lebih produk dan layanan
konsumen dari KUPS sampai kepada target pasar dan target konsumen. Sara-
na ini dapat berupa pertemuan langsung dengan target konsumen, media so-
sial, media massa, email penawaran produk dan penawaran kerja sama mau-
pun sarana lain yang relevan dan cocok dengan target konsumen dan target
pasar yang akan dituju.
37
PETUNJUK TEKNIS PENDAMPINGAN PASCA-IZIN PERHUTANAN SOSIAL
Berikut contoh format bisnis model canvas dengan 9 blok memuat aspek hulu,
proses dan hilir dari satu produk/jasa seperti nilai utama produk atau jasa, tar-
get konsumen, saluran usaha, aktivitas utama, hubungan, sumber daya, mitra
utama, struktur biaya dan alur pendapatan.
38
Seri 1 Pendampingan Tahap Awal
Segmen Pe-
Kegiatan Nilai tawar / Hubungan
Rekanan Utama langgan/ Target
Utama Unggulan Pelanggan
konsumen
Mekanisme
Kegiatan-
atau cara-cara
kegiatan
Pihak-pihak yang untuk mengikat
utama yang
mendukung hubungan
berkontribusi
pengembangan formal dan
pada
usaha KUPS informal
kesuksesan Nilai ekologis
seperti dengan
bisnis. dan nilai Pihak-pihak yang
perusahaan, konsumen.
ekonomis menjadi sasaran
perbankan,
produk/ pemasaran
Lembaga
jasa yang produk/jasa.
pemerintah, Sumber Daya
ditawarkan. Saluran
organisasi Utama
masyarakat
Personel,
sipil, dan lain Sarana yang
Sumber Daya
sebagainya. digunakan
Hayati dan
untuk
Non-Hayati,
menjangkau
Finansial,
konsumen.
Material dll.
Struktur Biaya Alur Pendapatan
Jenis-jenis pengeluaran yang dibutuhkan untuk Jenis-jenis pemasukan yang menja-
mendukung usaha yang dikembangkan sesuai den- di sumber utama penghasilan.
gan kegiatan utama.
39
PETUNJUK TEKNIS PENDAMPINGAN PASCA-IZIN PERHUTANAN SOSIAL
Contoh Rencana Model Bisnis Pohon Asuh pada HKm Kapakat Atei Ka-
bupaten Katingan limantan Tengah
40
Seri 1 Pendampingan Tahap Awal
Pengantar
Kapasitas Sumber daya Manusia (SDM) yang dimaksud yaitu kapasitas sum-
ber daya manusia dari anggota, pengurus Kelompok Perhutanan Sosial (KPS)
dan Kelompok Usaha Perhutanan Sosial (KUPS). Peningkatan kapasitas SDM
dilakukan sesuai dengan kebutuhan masyarakat. Bentuk peningkatan kapasi-
tas SDM dapat berupa pelatihan, bimbingan teknis, studi banding dan sekolah
lapang. Kapasitas pokok yang perlu dimiliki oleh KPS dan KUPS diantaranya
sebagai berikut :
• Pengetahuan dan keterampilan pemetaan kawasan,
• Pengetahuan dan keterampilan pendataan potensi kawasan,
• Pengetahuan dan keterampilan manajemen perencanaan,
• Pengetahuan dan keterampilan manajemen administrasi dan
keuangan,
• Pengetahuan dan keterampilan manajemen usaha dan pemasaran
HHK, HHBK, pemanfaatan kawasan dan jasa lingkungan,
• Pengetahuan dan keterampilan manjemen lingkungan dan
konservasi.
Tujuan
KPS dapat menyusun strategi peningkatan kapasitas sumber daya manusia se-
suai dengan kebutuhan anggota kelompok atau anggota masyarakat.
Keluaran
Adanya strategi peningkatan kapasitas SDM yang dimiliki oleh KPS.
Para Pihak
• Anggota KPS dan KUPS
• Pengurus KPS dan KUPS
Teknik Menyusun Strategi Peningkatan Kapasitas SDM
1) Pendataan kapasitas yang dimiliki oleh anggota KPS dan KUPS den-
gan cara mengisi form yang berisi Nama, Tanggal Lahir dan Umur, Pela-
tihan yang Pernah Diikuti (kapan, dimana, dll). Contoh format sebagai
berikut :
41
PETUNJUK TEKNIS PENDAMPINGAN PASCA-IZIN PERHUTANAN SOSIAL
42
Seri 1 Pendampingan Tahap Awal
BAB III
PENUTUP
43