Anda di halaman 1dari 14

BAB.

I
KONDISI UMUM HUTAN KEMASYARAKATAN

1.1 Letak Lokasi Hutan Kemasyarakatan


Areal kerja hutan Kemasyarakatan Tanjung lestari, Desa tanjung agung sesuai dengan Surat
Keterangan Menteri Kehutanan Republik Indonesia No SK. 4364/MENLHK-PSKL/PSL.0/6/2018
memiliki luas ± 231,64 Ha. Secara administratif Hutan Kemasyarakatan berada Didesa tanjung
agung , Kecamatan banding agung Kabupaten oku selatan Provinsi Sumatera Selatan. Hutan
Kemasyarakatan merupakan bagian dari kawasan hutan lindung mekakau unit XVII secara
geografis dengan batas – batas lokasi :

Sebelah Utara : Provinsi Sumsel


Sebelah Selatan : Tanjung Agung
Sebelah Timur : Sumber Makmur
Sebelah Barat : Dana Ranau

Aksesibilitas ke Lokasi HKm tanjung lestari dapat ditempuh melalui jalur Darat sejauh + 3 km
dari Ibukota Kecamatan dengan kondisi jalan baik sejauh + 1,5 km, kondisi jalan sedang sejauh +
1 km dan kondisi jalan buruk sejauh + 0,5 km

1.2. Jenis Tanah dan Kondisi Topografi


Sebaran jenis tanah yang ada di hutan Kemasyarakatan Desa tanjung agung berdasarkan data
dan peta sebaran jenis tanah Puslitanak tahun 1986 dan groundcheck lapangan adalah tanah
Andosols yang merupakan asosiasi dari Dystropepts, Humitropepts, Tropohumults
Tabel 1. Jenis Tanah Hutan Kemasyarakatan Tanjung lestari

No Jenis Tanah Luas (Ha) Persentase


1. Andosols 231,64 100

Sumber : Pusat Penelitian Tanah dan Agroklimat, tahun 1986 diolah WBH tahun 2015.
Topografi yang ada di hutan diperoleh dari analisa data Citra SRTM 90 M lembar 59/12 dan
ground check lapangan adalah berbukit dengan rata-rata lahan berada pada tingkat kelerengan
curam dengan 3 tingkat kemiringan agak curam 15 – 25 %, curam 25 – 45 % hingga sangat
curam > 45 % dengan tinggi tempat rata – rata hutan desa adalah 700 Mdpl.

Tabel 2. Data Topografi Hutan

No Kelas Lereng Kelerengan (%) Luas (Ha)


1 Datar (A) 0–8 ±100Ha
2 Landai (B) 9 – 15 ±70Ha
3 Agak Curam ( C ) 16 – 25 ±30Ha
4 Curam (D) 26 – 40 ±20Ha

1
1.3. Kondisi Tutupan Lahan

Status Kawasan HKm Tanjung lestari Desa tanjung agung , Kecamatan banding agung, berada
dalam Kawasan Hutan Lindung Mekakau unit XVII. Sedangkan areal HkmTanjung lestari terletak
pada Ketinggian 700 mdpl

Tabel 3. Tutupan Lahan Hutan Kemasyarakatan


No Uraian Luas Persen
(Ha) (%)
1. Hutan Primer ±20Ha 20
2. Hutan Sekunder ±20Ha 30
3. Belukar Tua ±20Ha 20
4. Belukar Muda ±40 Ha 20
5. Hutan Tanaman ±90 Ha 20
6. Lahan Terbuka ±31 Ha 50
7. Tubuh Air ±10Ha 50
Jumlah : ±231 Ha

1.4. Kondisi Sosial Ekonomi


1.4.1. Sejarah Desa
Desa tanjung Agung, adalah di pimpin oleh Kepala Desa., yang terpilih oleh masyarakat desa
sampai dengan sekarang. masyarakat bercocok tanam dan bertani serta keterampilan anyaman
pada umumnya kaum ibu – ibu sedangkan kaum laki – laki membuat perangkap ikan.
1.4.2. Kependudukan dan Sarana Prasarana
Jumlah penduduk Desa tanjung agung sebanyak 905 jiwa dengan komposisi laki-laki 492 jiwa
dan perempuan 413 jiwa. Mayoritas penduduk Desa tanjung agung adalah petani, baik itu petani
lahan sawah maupun petani lahan kering yang mengusahakan usaha kebun kopi.
petani, baik itu petani lahan sawah maupun petani lahan kering yang mengusahakan usaha
kebun kopi , Pada umumnya usaha lahan tani mereka yang berupa kebun-kebun kopi sebagian
terletak di dalam Areal kerja Hutan Kemasyarakatan (HKm).
1.4.3. Sarana Prasarana
Desa tanjung agung Kecamatan banding agung Kabupaten oku selatan Provinsi Sumatera
Selatan memiliki sarana dan prasarana umum seperti : sarana pendidikan (usia dini hingga
menengah), sarana kesehatan (POLINDES), sarana keagamaan (Masjid) dan Pemerintahan
(Kantor Desa). Sementara itu sarana penunjang kegiatan ekonomi (KUD atau Koperasi) belum
dimiliki oleh desa tanjung agung.
Tabel 4. Sarana dan Prasarana
No Sarana Jumlah (unit)
1 TK Negeri/Swasta -
2 SD/sederajat 1
3 surau 1
4 POLINDES 1
5 Kantor Desa 1
6 Pasar/Kalangan 1
7 posyandu 2
8 Masjid 4
Sumber : Diolah dari berbagai sumber dan wawancara, 2017

2
1.4.4. Kondisi Ekonomi

Mayoritas penduduk Desa tanjung agung adalah bermata pencaharian sebagai petani, baik itu
petani lahan sawah maupun petani lahan kering yang mengusahakan usaha kebun kopi. Pada
umumnya usaha lahan tani mereka yang berupa kebun-kebun kopi sebagian terletak di dalam
Areal Kerja Hutan Kemasyarakatan tanjung lestari.
Selain hal di atas ada juga masyarakat yang bekerja sebagai nelayan, baik itu sebagai buruh
harian dan pegawai tidak tetap di pemerintahan.

1.4.5. Potensi Kawasan


1.4.5.1. Penataan Areal Kerja Hutan Kemasyarakatan
Berdasarkan kondisi biofisik areal hutan Kemasyarakatan seluas ± 231,64 Ha, secara umum
dibagi menjadi lembaga pengelola hutan Kemasyarakatan telah melakukan penataan hutan
menjadi dua zona yaitu zona lindung seluas ± 50 Ha dan Zona pemanfaatan dan jasa lingkungan
± 181,64 Ha. Dimana zona tersebut mengacu pada peraturan terkait, seperti Peraturan
Pemerintah (PP) No 6 Tahun 2007 tentang pemanfaatan dan zona perlindungan pada Hutan
Lindung.

Tabel1. Penataan areal Kerja Hutan Kemasyarakatan tanjung lestari


zonasi Luas (Ha) Luas Kelola Pengelola Penggunaan
(Ha) lahan
Lindung 50 HKm Hutan Lindung

Pemanfaatan 181,64 1 Kelompok : KUPS Kebun Kopi dan


jasa lingkungan

3
Lambar 4. Peta Areal Kerja Hutan Kemasyarakatan tanjung lestari

1.4.5.2. Potensi Areal Kerja Hutan Kemasyarakatan


Berdasarkan hasil survai potensi hutan Kemasyarkatan tanjung lestari yang dilakukan oleh
lembaga pengelola hutan Kemasyarakatan yang didampingi oleh Penyuluh Kehutanan Petugas
lapangan UPTD KPH Wilayah VII mekakau-saka, pada tabel berikut ini akan dijelaskan secara
umum hasil inventarisasi potensi yang terdapat di hutan Kemasyarakatan adalah memanfaatkan
kembali lahan kebun kopi yang sudah berubah menjadi semak/belukar kembali seluas ±40 Ha

Tabel6. Rekapitulasi hasil Investarisasi Potensi Hutan Kemasyarakatan Tanjung lestari


Zona Kategori Luas Volume/Ha Total Volume (M3)
(Ha)

Pemanfaatan Kebun kopi Produktivitas kopi ± 61,7 % dari total rencana


1.7 Ton/Ha (untuk kebun kopi (± 31Ha) saat ini
kerapatan tanaman menghasilkan 52,7Ton.
2,500 batang/Ha)
pemanfaatan Kebun Produktivitas 70 % dari total rencana
jambu alpokat ±100kg/btg (± 40Ha)menghasilkan
alpokat 400,000 kg
Lindung Sempadan - - -
Sungai

4
BAB II
RENCANA KEGIATAN
2.1. KONSERVASI,PERLINDUNGAN DAN PENGAMANAN HUTAN

2.1.1 Konservasi
Wilayah konservasi, perlindungan dan pengamanan hutan untuk hutan Kemasyarakatan tanjung
lestari Desa tanjung akan dilakukan di zona lindung (rehabilitasi sempadan sungai) dan juga
dizona pemanfaatan seluas 100 ha.
Kegiatan konservasi dengan penggunaan lahan untuk tanaman buah seperti pinang, Durian,
Cengkeh,Alpukat,petai dan Lada seluas 100 ha untuk periode 1-10 tahun lahan yang tidak
dimungkinkan untuk kebun kopi dan batas antar kebun penggarap. Dengan pembagian luas
wilayah tanam masing-masing 5 ha. Dengan memperhatikan syarat tumbuh dan cara budidaya
yang benar, maka dari lahan yang ada tersebut akan terdapat kebun Durian dengan jarak tanam
8x8 Meter maka kerapatan 64 batang/Ha atau 320 batang, Cengkeh dengan jarak tanam 5x5
Meter akan terdapat 125 batang/Ha atau 625 batang Cengkeh untuk 5 Ha, dan Lada dengan
kerapatan 5x5 Meter akan terdapat 125 batang/Ha atau 625 batang Lada untuk 5 Ha. Dalam 1
ha lahan di perlukan 50.000 benih.

Tabel 7. Kegiatan konservasi Hutan Kemasyarakatan


No Jenis 0 s.d 1 1 s.d 5 5 s.d 10 Keterangan
tanaman tahun tahun tahun
1 Tanaman Peyiapan lahan Penanaman Perawatan dan Penanaman dilakukan di
Durian dan pembibitan dan panen 320 zona pemanfaatan hutan
perawatan batang Durian Kemasyarakatan seluas 5
320 batang ha
Durian
2 Tanaman Peyiapan lahan Penanaman Perawatan dan Penanaman dilakukan di
Cengkeh dan pembibitan dan panen 625 zona pemanfaatan hutan
perawatan batang Cengkeh Kemasyarakatan seluas 5
625 batang ha
Cengkeh
3 Tanaman Peyiapan lahan Penanaman Perawatan dan Penanaman dilakukan di
Lada dan pembibitan dan panen 625 zona pemanfaatan hutan
perawatan batang Lada desa seluas 5 ha
4 Alpukat Peyiapan lahan 400 batang Penanaman dilakukan di
dan pembibitan perawatan zona pemanfaatan hutan
desa seluas 5 ha
5 Petai Peyiapan lahan Penanaman dilakukan di
dan pembibitan zona pemanfaatan hutan
desa seluas 5 ha

5
2.1.2 Perlindungan dan Pengamanan Hutan

Rencana perlindungan dan pengamanan hutan dari bahaya kebakaran hutan akan tetap
mengacu pada SK Menhut No. 523/Kpts-II/1993 tentang pedoman perlindungan hutan di areal
pengusahaan hutan. Beberapa kegiatan perlindungan hutan dari bahaya kebakaran dan berbagai
gangguan terhadap hutan, akan dilakukan sebagai berikut:
Pembentukan regu pengamanan hutan
Peningkatan sumber daya manusia
Melakukan patroli dan penjagaan
Pembangunan menara pengawasan kebakaran
Pembuatan dan pemasangan rambu-rambu pencegahan kebakaran
Pendekatan sosial dan meningkatkan kesadaran konservasi
Disamping rencana persiapan personil dan organisasinya juga perlengkapan sarana dan
prasarana pendukung akan menjadi perhatian penting didalam menjalankan pendekatan-
pendekatan diatas. Sehingga berbagai potensi gangguan terhadap areal Hutan Kemasyarakatan
(kebakaran hutan, perburuan satwa liar, penebangan liar, dan konversi lahan) akan dapat
ditanggulangi secara maksimal.
Perlindungan dan pengamanan hutan untuk hutan Kemasyarakatan tanjung lestari Desa tanjung
Agung, Kecamatan Mulak Ulu Kabupaten banding agung dilakukan diseluruh wilayah hutan
Kemasyarakatan, baik itu dalam zona lindung maupun zona pemanfaatan.

Tabel 8. Perlindungan dan Pengamanan Hutan


NO Kegiatan 0 s/d 1 Tahun 1 s/d 5 Tahun 5 s/d 10 Keterangan
Tahun
1. Patroli Patroli kebakaran Patroli Patroli Patroli kebakaran
Kebakaran hutan di lakukan 12 kebakaran hutan kebakaran hutan di lakukan di
Hutan kali dalam satu tahun di lakukan 60 hutan di areal Hutan
kali dalam satu lakukan 60 Kemasyarakatan
tahun kali dalam
satu tahun
2. Patroli illegal Patroli kebakaran Patroli Patroli Patroli kebakaran
logging hutan di lakukan 12 kebakaran hutan kebakaran hutan di lakukan di
kali dalam satu tahun di lakukan 60 hutan di areal Hutan
kali dalam satu lakukan 60 Kemasyarakatan oleh
tahun kali dalam satgas kebakaran
satu tahun
3. Pembangunan Persiapan rencana Pembangunan - Pos digunakan
pos jaga hutan lokasi pos jaga huta pos jaga hutan sebagai tempat
Kemasyarakat Kemasyarakatan Kemasyarakatan pengumpulan
an informasi
perlindungan dan
pengamanan hutan
4. Pembangunan Persiapan rencana Pembangunan Dilakukan -
menara lokasi pos jaga hutan menara pemantauan
pengawasan Kemasyarakatan pegawasan secara rutin
kebakaran kebakaran hutan terutama
hutan dimusim
kemarau

6
2.1.3 Potensi Gangguan Terhadap Hutan
Beberapa potensi gangguan terhadap areal Hutan Kemasyarakatan adalah serangan hama dan
penyakit, bahaya kebakaran hutan, perburuan satwa liar, bahaya pencurian dan penebangan
kayu baik di hutan tanaman maupun hutan alam di zona perlindungan, serta tekanan lahan
terhadap konversi lahan. Dengan demikian, aktivitas utama dalam perlindungan dan
pengamanan hutan difokuskan pada potensi gangguan baik melalui pencegahan maupun
penanggulangan.
Penyakit dan Hama
Kopi dan padi bukanlah tanaman yang aman dari gangguan penyakit ataupun hama. Namun
serangan hama dan penyakit tersebut bisa menganggu menurunkan produktifitas bahkan bisa
mematikan dari tanaman tersebut dari hasil yang didapatkan. Berdasarkan penyakit, hama dan
gulma yang sering menganggu pertumbuhan dari kopi maupun padi adalah sebagai berikut
Hama
Hama penting yang banyak menyerang kebun kopi di areal HKm tanjung lestari adalah
penggerek buah kopi (Hyphothenemus hampei), yang mampu merusak biji kopi dengan populasi
hama yang sangat tinggi disetiap areal kebun.
Penyakit
Penyakit yang biasa menyerang tanaman kopi ada bermacam-macam, diantaranya adalah Karat
daun kopi (Hemileia vastatrix), Bercak daun kopi (Mycosphaerella coffeicola), Nematoda
(Pratylenchus coffeae dan Radopholus similis), Jamur upas (Corticium salmonicolor), dan
Penyakit akar: coklat, hitam, putih.
Bahaya Kebakaran
Areal Hutan Kemasyarakatan memiliki potensi kebakaran yang tergolong besar atau rawan
kebakaran. Hal ini dikarenakan disebabkan sekitar kebun kopi masyarakat ada terdapat lahan
tidur dengan vegetasi alang-alang yang mudah terbakar jika musim kemarau.
Perburuan Satwa Liar
Beberapa jenis Satwa liar terdapat di Hutan Kemasyarakatan yang potensial menyebabkan
terjadinya pemburuan liar. Jenis-jenis Satwa Liar yang terdapat di Hutan Kemasyarakatan adalah
: Musang (Paradoxurus hermaphroditus), Kucing Hutan (Felis bengalensis), Kijang (Muntiacus
muntjak)
Penebangan Kayu Alam
Potensi hutan alam (zona perlindungan) tergolong cukup baik. Disamping itu, lokasi areal hutan
alam ini berfungsi untuk menjaga keseimbangan ketersediaan air untuk pengairan juga letaknya
berada dibukit-bukit, sehingga bila dilakukan penebangan secara besar akan mengganggu
keberadaan zona pemanfaatan lahan di bawahnya.
Tekanan Terhadap Lahan
Lahan pada zona pemanfaatan yang luasnya ± 231,64 ha dalam hasil pemetaan tutupan lahan
berupa kebun kopi. Sebagian besar berdasarkan infomasi dan identifikasi permasalahan lahan
dilapangan adalah karena dalam satu areal kerja hutan Hutan Kemasyarakatan, penggarap
bukan saja dari desa yang bersangkutan tetapi juga dari desa-desa sekitar yang secara aturan
lokal mempunyai hak menggarap pada hutan Kemasyarakatan yang lain. Tekanan terhadap
lahan terus berlangsung bila tanpa adanya pengawasan dan pengamanan sehingga lahan yang
masih belum tergarap (terutama semak, belukar dan hutan bekas tebangan) akan dapat
berpeluang besar dibuka oleh masyarakat terutama masyarakat pendatang dari luar desa.

3.2.2. Rencana Teknis Perlindungan Kawasan

7
a.Pengendalian Hama dan Penyakit
Dalam upaya pengendalian hama dan penyakit pada tegakan akan dipantau secara berkala dan
berkesinambungan, bagian operasional penanaman akan mengkombinasikan metoda-metoda
pengendalian yang secara terpadu, yaitu penggunaan lahan tanam yang terseleksi dan terbebas
dari kontaminasi hama dan penyakit serta memiliki pertumbuhan yang baik, pengendalian secara
silvikultur (pengaturan jarak tanam, pemupukan, dan penyiangan), penggunaan agensia hayati
dan penggunaan pestisida yang direkomendasikan sebagai alternatif terakhir.
Untuk tindakan pengendalian hama dan penyakit dipersemaian, digunakan metoda pengendalian
alternatif yaitu penggunaan benih terseleksi dari kontaminasi hama dan penyakit serta yang
memiliki ciri atau syarat benih yang tumbuh baik. Disamping itu, akan dilakukan sistem sanitasi
areal pembibitan, penyiangan, pemupukan, penyiraman, serta aplikasi pestisida secara terjadwal
dengan melakukan rotasi pestisida.
Tindakan pengendalian hama dan penyakit yang dilakukan dilokasi tanaman adalah melalui
konsep Pengendalian Hama Terpadu (PHT) dengan tetap mempertimbangkan dampak ekologis,
ekonomis maupun sosiologis, sehingga secara keseluruhan akan diperoleh hasil yang baik.
Adapun prinsip-prinsip penerapan PHT, adalah :
- PHT bukan pemusnahan, akan tetapi pengendalian/membatasi populasi hama dan penyakit
-PHT menggabungkan beberapa metoda pengendalian yang ada secara kompatibel
- PHT menekan populasi hama dan penyakit di bawah ambang kendali.
Untuk pengendalian hama dan penyakit secara responsif, akan digunakan panduan teknis
pengendalian yang tertuang dalam SOP sesuai dengan jenis penyakitnya. Dalam
pelaksanaanya, teknis pengendalian juga akan disesuaikan dengan tingkat kerusakan
(intensitas) serangan hama dan penyakit tersebut.

2.2 PEMANFAATAN DAN PEMUNGUTAN HASIL HUTAN BUKAN KAYU

Pemanfaatan dan pemungutan hasil hutan bukan kayu yang akan dikembangkan oleh HKm
tanjung lestari yaitu berupa tanaman Durian, Cengkeh dan Lada di zona pemanfaatan hutan
Kemasyarakatan yaitu seluas 150 ha, namun untuk periode 1-10 tahun permulaan akan ditanam
seluas 60 ha.
Kondisi ideal kerapatan tanaman Durian, Cengkeh dan Lada di hutan Kemasyarakatan yang
dikekola dengan baik adalah 64 batang/Ha dengan jarak tanam 8x8 meter, untuk Durian dan 125
batang/Ha untuk Cengkeh dan Lada, dengan jarak tanam 5x5 meter, akan tetapi bidang kebun
yang dikelola oleh masyarakat kondisinya beragam karena berbagai faktor. Rencana yang akan
dilakukan untuk mengaktifkan kembali lahan tidur tersebut adalah dengan menanam kembali
secara bertahap sesuai dengan kemampuan masyarakat setiap periode 5 tahun, sehingga dalam
kurun waktu 10 tahun kemudian lahan tidur sudah kembali menjadi kebun.

8
Tabel 9. Pemanfaatan dan Pemungutan Hasil Hutan Bukan Kayu
No Kegiatan 0 s.d 1 1 s.d 5 5 s.10 Keterangan
tahun tahun tahun
1 Pembersihan Pemeliharaan bibit
lokasi tanam dan sebanyak 320 batang
pembibitan Durian
2 Penanaman 1.250 Penanaman dilakukan
batang alpokat dua tahap.
dan lada
3 pemeliharaan Antisipasi hama dan
pemupukan
4 Pemanenan Pemanenan pertama
untuk 1570 batang,
alpokat dan Lada
5 pengelolaan
6 pemasaran

2.3 PEMANFAATAN KAWASAN HUTAN


Rencana pemanfaatan kawasan hutan untuk hutan Kemasyarakatan terdriri dari agroforestry,
perlindugan satwa liar, dan pengembangan maupun pengelolaan tanaman obat. Lokasi
pemanfaatan kawasan hutan ini berada dalam seluruh wilayah hutan kemasyarakatan baik itu
dalam zona lindung maupun zona pemanfaatan. Untuk di zona pemanfaatan yaitu sebagai
tanaman pelindung atau taman sela kopi seluas 456 Ha. Pemilihan tanaman yang akan ditanam
sebagai pohon pelindung sekaligus pohon sela diantara pohon kopi yaitu tanaman Petai dan
Jengkol. Untuk penanaman dalam periode 1-10 tahun tanaman sela ini ditaman seluas 150 ha
lahan, yang kemudian dibagi menjadi dua yaitu 25 ha untuk masing-masing jenis tanaman.
Tingkat efektivitas lahan 40% dengan jarak tanam Nangka 8x8 meter yaitu sehingga kerapatan
tanaman 134 batang/ atau 5.000 batang/25 ha, Petai dengan jarak tanam 8x8 meter sehingga
kerapatan tanaman 134 batang/ atau, dan kemudian Jengkol dengan jarak tanam 5x5 meter
sehingga kerapatan tanaman 400 batang/ha atau 20.000 batang/25 ha.

Tabel 10. Tabel Pemanfaatan Kawasan Hutan


No Kegiatan 0 s.d 1 1 s.d 5 5 s.10 Keterangan
tahun tahun tahun
1 Agroforestry
a. Tanaman Petai sebagai naungan tanaman kopi
Pembersihan Pemeliharaan bibit
lokasi tanam dan sebanyak 134 batang Petai
pembibitan
Penanaman 5.000 Dilakukan Satu tahap
batang Petai penanaman
Pemeliharaan Antisipasi hama
Pemanenan Panen untuk 134 Batang
Petai
Pemasaran -
b. Tanaman Jengkol sebagai naungan tanaman kopi
Pembersihan Pemeliharaan bibit Durian
lokasi tanam dan sebanyak 134 batang

9
pembibitan
Penanaman 134 Dilakukan satu tahap
batang bibit penanaman
Jengkol
Pemeliharaan Antisipasi hama
Pemanenan Panen 134 batang Jengkol
2. Perlindungan satwa liar
Pendataan dan Bekerjasama dengan
pengawasan jenis BKSDA
satwa liar

3 Pengelolaan dan pengembangan tanaman obat


Riset dan Bekerja sama dengan multi
pengembangan pihak baik itu universitas,
tanaman hutan LSM, maupun BPOM.
yang digunakan
sebagai obat
tradisional
masyarakat
(jernang, mata
kundu, sebusuk
kayu, kayu
pasang putih,
sarang semut,
jelatang, kerinjing,
selusuh urat, puar
kenangau, dll)

2.4 PEMANFAATAN JASA LINGKUNGAN


Usaha yang dilakukan lembaga pengelola hutan Kemasyarakatan untuk jasa lingkungan adalah
pengembangan objek wisata alam Air Terjun, Ekowisata yang terdapat dalam area kerja hutan
Kemasyarakatan, Upaya yang akan dilakukan yaitu menjadikan daerah hulu sungai sebagai areal
konservasi (menjaga tutupan hutan), rehabilitasi sempadan sungai yang rusak dengan jernang,
membuat akses jalan (tracking roads) ke lokasi Ekowisata, dan menyiapkan fasilitas pendukung
di Ekowisata . Selain pengelola ekowisata, di Hutan Kemasyarakatan juga Penyimpanan dan
penyerapan karbon.
Tabel 11. Pemanfaatan Jasa Lingkungan dalam Hutan Desa
No Kegiatan 1 s.d 5 5 s.d 10 Keterangan
tahun tahun
1. Ekowisata Alam
Membuat akses jalan (tracking
roads) ke lokasi.
Penyiapan fasilitas pendukung Bekerjasama dengan
ekowisata Dinas Pariwisata
Penyiapan sumber daya manusia Bekerjasama dengan
dan manajemen pengelolaan Dinas Pariwisata
Mempromosikan ekowisata Alam Bekerjasama dengan

10
Hutan Kemasyarakatan tanjung semua pihak
lestari
Pemeliharaan akses dan fasilitas Bekerjasama dengan
serta rehabilitasi semua pihak
2 Penyimpanan dan Penyerapan Lokasi penyimpanan dan
Karbon penyerapan karbon
berada di zona lindung
hutan Kemasyarakatan
yaitu seluas 300 Ha.

2.5 PENGEMBANGAN KELEMBAGAAN


kelembagaan pengelola hutan Kemasyarakatan sangat menentukan berlangsungnya rencana
pengelolaan hutan Kemasyarakatan. Lembaga Desa secara partisipatif melakukan penilaian
terhadap kapasitas Lembaga Desa, seperti organisasi dan strukturnya, aturan main dalam
kelompok termasuk potensi aturan-aturan tradisional, berfungsinya aturan main dan aturan-
aturan tradisional serta kemampuan individu dalam organisasi. Lembaga Desa juga menetapkan
target-target pengembangan kelembagaannya selama jangka waktu ijin baik dalam jangka
pendek maupun jangka panjangnya.
Lembaga Pengelola Hutan Kemasyarakatan menentukan upaya-upaya apa yang akan dilakukan,
seperti pengembangan struktur organisasi lembaga desa sesuai dengan rencana kerja hutan
Kemasyarakatan, menetapkan aturan internal Lembaga Desa, membuat rencana pendampingan
minimal selama 3 tahun, pembentukan Badan Usaha Milik Desa atau koperasi, serta menjalin
kerjasama atau bermitra dengan pihak-pihak lain dan upaya lainnya.
Strategi kelola kelembagaan merupakan strategi pemberdayaan masyarakat yang dirumuskan
dengan memfokuskan tipologi social masyarakat di dalam kawasan dan sekitar hutan dan tipologi
otoritas pengelola hutan Kemasyarakatan. Dalam pengelolaan Hutan Kemasyarakatan peran
dalam kelembagaan pengelola hutan Kemasyarakatan sangat menentukan berlangsungnya
rencana pengelolaan hutan Kemasyarakatan.
Strategi Kelola Kelembagan Hutan Kemasyarakatan meliputi:
Pemahaman pokok ketentuan dan aturan kelembagaan pengelolaan Hutan Kemasyarakatan
Pengembangan Kelembagaan kemasyarakat seperti; pengembangan struktur organisasi
lembaga desa sesuai dengan rencana kerja hutan Kemasyarakatan
Pengembangan sumber daya manusia dan optimasi peran para pihak.

Prinsip-prinsip Kelola Kelembagaan hutan Kemasyarakatan dan Penguatan organisasi


Memperkuat nilai-nilai lokal yang selaras dengan nilai-nilai ekonomi modern
Memperkuat aturan lokal dengan mensinergiskan dengan hukum positif yang dapat digunakan
untuk menghasilkan tata-kelola sumberdaya hutan dalam pembangunan ekonomi yang
berkelanjutan.
Memperkuat pengorganisasian usaha masyarakat di dalam hutan Kemasyarakatan dan sekitar
desa selaras dengan dinamika birokrasi rasional dan pengelolaan sumberdaya Hutan

11
Tabel 12. Rencana Pengembangan Kelembagaan
No. Kegiatan 1 s.d 5 5 s.d 10 Keterangan
tahun tahun
1 Pelatihan pembuatan 15 30 Tempat pelatihan tentative
pupuk organik dan orang orang dan bekerjasama dengan
pengelolaan tanah secara multipihak baik itu LSM,
organik Universitas, maupun dinas
terkait
2 Pelatihan pembibitan 15 30 Tempat pelatihan tentative
orang orang dan bekerjasama dengan
multipihak baik itu LSM,
Universitas, maupun dinas
terkait
3 Pelatihan keorganisasian 10 10 Tempat pelatihan tentative
salah satunya pelatihan orang orang dan bekerjasama dengan
-administrasi organisasi multipihak baik itu LSM
-manajemen keuangan maupun universitas maupun
-manajemen hukum dan manajemen HKm sendiri
atau paralegal
4 -Pelatihan pengelolaan 5 orang 10 Tempat pelatihan tentative
dan pemasaran hasil orang dan bekerjasama dengan
hutan multipihak baik itu LSM,
-Koperasi atau BUMDES Universitas, maupun dinas
terkait
5 Pelatihan KMPA 15 30 Tempat pelatihan tentative
orang orang dan bekerjasama dinas atau
instansi terkait
6 Pelahatin IPTEK 5 orang 5 orang Manajemen HKm
7 Pelatihan Kelompok 25 10 Manajemen HKm
Perempuan orang orang
8 Studi banding mengenai 5 orang 5 orang Manajemen HKm dan
agroforestry di tempat bekerjasama dengan muti
yang telah sukses pihak
9 Studi banding mengenai 5 orang 5 orang Manajemen HKm dan
BUMDES/Koperasi bekerjasama dengan muti
ditempat yang telah pihak
sukses
10 Studi banding manajemen 3 orang 3 orang Manajemen HKm dan
RUKm yang telah sukses bekerjasama dengan muti
pihak
11 Magang untuk Belajar 3 orang 3 orang Manajemen HKm dan
Agroferestry bekerjasama dengan muti
pihak
12 Magang untuk belajar ilmu 3 orang 3 orang Manajemen HKm dan
pertanian bekerjasama dengan muti
pihak

12
Struktur Lembaga Pengelola Hutan Kemasyarakatan

Kelembagaan Lembaga Pengelola Hutan Kemasyarakatan tanjung lestari Desa tanjung Agung
Kecamatan Mulak Ulu Kabupaten banding agung kelembagaan Hutan Kemasyarakatan adalah:
No Nama Jabatan
1 Ahmad jubaidi Ketua
2 Novendri Sekertaris
3 Sriwahyuni Bendahara

BAB III. PETA RENCANA KERJA

3.1. areal Kerja Hutan Kemasyarakatan


Berdasarkan kondisi biofisik areal hutan Kemasyarakatan seluas ± 231,64 Ha, secara umum
dibagi menjadi lembaga pengelola hutan Kemasyarakatan telah melakukan penataan hutan
menjadi dua zona yaitu zona lindung seluas ± 50 Ha dan Zona pemanfaatan dan jasa lingkungan
± 181,64 Ha. Dimana zona tersebut mengacu pada peraturan terkait, seperti Peraturan
Pemerintah (PP) No 6 Tahun 2007 tentang pemanfaatan dan zona perlindungan pada Hutan
Lindung.

BAB. IV
PENUTUP
Demikianlah Rencana Kerja Umum Hutan Kemasyarakatan (RKU) tanjung lestari Desa tanjung
Agung, Kecamatan banding agung Kabupaten oku selatan sebagai bahan pendoman dalam
Rencana Kerja Umum Hutan Kemasyarakatan dengan luas ± 231,64 Ha, tahapan kegiatan yang
di uraikan dalam Rencana Kerja Umum Hutan Kemasyarakatan ini disusun berdasarkan
penggalian potensi areal Hutan Kemasyarakatan di Desa tanjung Agung, sesuai dengan kondisi
inventarisasi tegakan, kesesuaian lahan dan mineral.
Kami menyadari bahwa dalam penyusunan Rencana Kerja Umum Hutan Kemasyarakatan ini
masih dirasakan kurang sempurna dan masih membutuhkan masukan dari berbagai pihak demi
terlaksananya program selama 10 (sepuluh) tahun.
Perubahan-perubahan dalam perencanaan program dipahami akan menjadi bagian penting
dalam memandang kondisi perkembangan kawasan hutan desa yang tetap termasuk dalam
program Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan Republik Indonesia yang bervisi
membangun kawasan hutan lestari bersama masyarakat.

13
14

Anda mungkin juga menyukai