Anda di halaman 1dari 67

PEDOMAN

PENGELOLAAN
PEMBERDAYAAN
MASYARAKAT
DI DAERAH PENYANGGA
Oleh :
Direktorat Pemanfaatan Jasa Lingkungan dan Wisata
Alam
Direktorat Jenderal PHKA
Departemen Kehutanan

DIPA BA-29 TAHUN 2008


SATKER Direktorat Pemanfaatan Jasa Lingkungan dan Wisata Alam
Direktorat Jenderal PHKA
KATA PENGANTAR

Buku Pedoman Pengelolaan Pemberdayaan


Masyarakat Di Daerah Penyangga ini disusun sebagai
bahan yang dapat dipedomani bagi pelaksana
dilapangan terkait dengan kegiatan pengelolaan
pemberdayaan masyarakat, yang dalam
pelaksanaannya mengacu pada peraturan
perundangan yang berlaku.
Secara umum pedoman ini membahas pengelolaan
pemberdayaan masyarakat di daerah penyangga
kawasan konservasi, mulai dari proses perencanaan,
pengorganisasian, pelaksanaan, sampai kepada
kegiatan monitoring dan evaluasi dalam rangka
pemberdayaan masyarakat.
Dengan telah tersusunnya buku pedoman ini, tim
penyusun mengucapkan terima kasih kepada semua
pihak yang telah memberikan bantuannya dalam
pelaksanaan maupun penyelesaian pedoman ini.
Semoga bermanfaat.

Direktur

DR. Hilman Nugroho


NIP. 710005945

Pedoman Pengelolaan Pemberdayaan Masyarakat Di Daerah Penyangga i


DAFTAR ISI

Halaman
KATA PENGANTAR ................................... i
DAFTAR ISI ................................................ ii
DAFTAR GAMBAR ..................................... iv
DAFTAR LAMPIRAN ................................... v

I. PENDAHULUAN ..................................... 1
1.1. Latar Belakang .................................. 2
1.2. Maksud, Tujuan, dan Sasaran ............... 5
1.3. Ruang Lingkup ................................... 6
1.4. Batasan dan Pengertian ........................ 6

II. KEBIJAKAN PENGELOLAAN PEMBERDAYAAN


MASYARAKAT ....................................... 12

III. PERENCANAAN PENGELOLAAN


PEMBERDAYAAN MASYARAKAT ............ 18
3.1. Visi dan Misi ................................... 19
3.1.1. Visi ....................................... 19
3.1.2. Misi ...................................... 19
3.2. Kedudukan dan Fungsi Perencanaan ...... 19
3.3. Proses/Tahapan Dalam Perencanaan
Pengelolaan Pemberdayaan Masyarakat .... 20

IV. PENGORGANISASIAN PENGELOLAAN


PEMBERDAYAAN MASYARAKAT ........... 25
4.1. Pihak-Pihak yang Berkepentingan ......... 26

Pedoman Pengelolaan Pemberdayaan Masyarakat Di Daerah Penyangga ii


4.2. Wilayah Kerja Pengelolaan Pemberdayaan
Masyarakat ......................................... 31
4.3. Proses/Tahapan Dalam Pengorganisasian
Pengelolaan Pemberdayaan Masyarakat .... 31
4.4. Partisipasi Masyarakat Dalam Pengelolaan
Pemberdayaan Masyarakat .................... 32

V. PELAKSANAAN PENGELOLAAN
PEMBERDAYAAN MASYARAKAT ........... 36

VI. MONITORING DAN EVALUASI PENGELOLAAN


PEMBERDAYAAN MASYARAKAT ........... 42

VII. PENUTUP ............................................ 45

LAMPIRAN ................................................. 47

Pedoman Pengelolaan Pemberdayaan Masyarakat Di Daerah Penyangga iii


DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Kerangka/Alur Pikir Pengelolaan


Pemberdayaan Masyarakat Di Dalam dan
Sekitar Kawasan Konservasi

Gambar 2. Proses berulang (iterative process)


perencanaan pengelolaan pemberdayaan
masyarakat di daerah penyangga.

Pedoman Pengelolaan Pemberdayaan Masyarakat Di Daerah Penyangga iv


DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Beberapa Peraturan Peundang-undangan


yang menjadi dasar dalam pengelolaan
pemberdayaan masyarakat di daerah
penyangga

Lampiran 2. Gambaran Umum PRA (Participatory


Rural Appraisal) dalam pemberdayaan
masyarakat

Lampiran 3. Jenis kegiatan yang dapat dikembangkan


dalam rangka pemberdayaan masyarakat

Pedoman Pengelolaan Pemberdayaan Masyarakat Di Daerah Penyangga v


BAB I
PENDAHULUAN

Pedoman Pengelolaan Pemberdayaan Masyarakat Di Daerah Penyangga 1


I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Hutan konservasi yang memiliki beragam jenis flora


dan fauna serta segala keunikannya merupakan
salah satu kekayaan alam yang dapat dijadikan
andalan dalam menjamin kelangsungan hidup
manusia baik di masa sekarang maupun dimasa
yang akan datang. Selain itu masyarakat lokal dan
masyarakat adat yang berada di dalam dan sekitar
kawasan merupakan bagian yang tidak terpisahkan
dari kawasan konservasi.

Berdasarkan fakta yang terjadi di hampir semua


kawasan konservasi, bahwa ancaman dan
gangguan terhadap konservasi yang berupa
perambahan maupun perladangan liar terus
meningkat dari waktu ke waktu. Hal ini
disebabkan oleh berbagai faktor antara lain, baik
dari sisi Pengelola kawasan konservasi yang masih
belum optimal dalam melaksanakan pemberdayaan
masyarakat yang tinggal di sekitar hutan tersebut,
maupun dari sisi maysarakat sendiri yang tingkat
kesadaran akan nilai-nilai konservasi masih sangat
rendah. Sehingga ketergantungan masyarakat di
sekitar kawasan konservasi sangat tinggi. Disisi lain
yang menjadi pemicu ancaman dan gangguan
terhadap kawasan konservasi adalah rendahnya
tingkat pendidikan/pengetahuan, keterbatasan

Pedoman Pengelolaan Pemberdayaan Masyarakat Di Daerah Penyangga 2


lahan pertanian serta terisolirnya desa-desa
disekitar kawasan konservasi.

Salah satu solusi untuk menekan ancaman dan


gangguan tersebut adalah melalui pemberdayaan
masyarakat disekitar kawasan konservasi. Ini
merupakan langkah tepat untuk menanggulangi
masalah tersebut, karena pemberdayaan
masyarakat bertujuan antara lain untuk
meningkatkan kemampuan dan kemandirian
masyarakat serta meningkatkan kesejahteraan
masyarakat dan memberikan akses bagi masyarakat
lokal dan adat dalam pemanfaatan potensi kawasan
sesuai dengan prinsip-prinsip kelestarian. Oleh
karena itu, pengelola kawasan konservasi selaku
fasilitator juga dituntut untuk mengelola
pemberdayaan masyarakat secara profesional
sehingga masyarakat sebagai pelaku, yang
memiliki potensi dan daya untuk dikembangkan,
dapat dimotivasi untuk melaksanakan kegiatan
pemberdayaan masyarakat sesuai dengan rencana
dan program yang telah ditetapkan.

Pemberdayaan masyarakat merupakan salah satu


upaya membangun masyarakat kearah
kemandirian, sehingga dapat diartikan sebagai
upaya guna memperbaiki mutu
hidup/kesejahteraan masyarakat secara
berkelanjutan. Pemberdayaan Masyarakat yang
dilaksanakan secara beriringan oleh Pemerintah
bersama masyarakat atau dilakukan masyarakat
dengan fasilitasi pemerintah akan memotivasi
peranserta masyarakat secara aktif dan dinamis.
Dengan demikian, peran serta masyarakat dalam
keseluruhan proses pembangunan merupakan
syarat mutlak yang harus diperhatikan oleh semua

Pedoman Pengelolaan Pemberdayaan Masyarakat Di Daerah Penyangga 3


penentu kebijakan dan penyelenggara
pembangunan di segala bidang, termasuk bidang
kehutanan, dan pada akhirnya melalui kegiatan
pemberdayaan masyarakat diharapkan masyarakat
ikut merasa bertanggung jawab terhadap
kelestarian dan keberadaan kawasan konservasi
sebagai sumber kehidupan mereka, baik secara
langsung maupun tidak langsung.

Landasan hukum yang mengatur tentang


peranserta masyarakat di bidang Kehutanan,
adalah sebagai berikut :
1). Undang-undang No.5 tahun 1990 tentang
Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan
Ekosistemnya (Bab I pasal 4 dan Bab IX pasal
37);
2). Undang-undang No.41 tahun 1999 tentang
Kehutanan (Bab X pasal 70).

Pasal 4 Undang-undang Nomor 5 tahun 1990


menyatakan bahwa konservasi sumberdaya alam
hayati dan ekosistemnya merupakan kewajiban dan
tanggung jawab pemerintah serta masyarakat.
Selanjutnya dipertegas dengan pasal 37 yang
menjelaskan bahwa pemerintah berkewajiban
untuk mendorong peranserta masyarakat melalui
pendidikan dan penyuluhan.

Dalam Undang-undang Nomor 41 tahun 1999


pasal 2, lebih lanjut dijelaskan bahwa
penyelenggaraan kehutanan berazaskan manfaat
dan lestari, kerakyatan, keadilan, kebersamaan,
keterbukaan, dan keterpaduan. Lestari yang
dimaksud dalam undang-undang ini adalah adanya
keseimbangan antara fungsi ekologi, fungsi sosial
budaya dan fungsi ekonomi.

Pedoman Pengelolaan Pemberdayaan Masyarakat Di Daerah Penyangga 4


Berdasarkan Surat Keputusan Menhut Nomor
456/Menhut-II/2004, bahwa 5 (lima) kebijakan
prioritas bidang kehutanan, salah satu diantaranya
adalah pemberdayaan ekonomi masyarakat di
dalam dan sekitar kawasan hutan, maka wilayah
pemberdayaan masyarakat di sekitar kawasan
hutan konservasi (baik wilayah daratan maupun
yang berupa laut/perairan), meliputi :

1. Desa di sekitar kawasan hutan konservasi/di


daerah penyangga.
2. Desa enclave di dalam kawasan hutan
konservasi.
3. Desa adat (yang telah ditetapkan dengan
Peraturan Daerah).

Peranserta masyarakat dapat tumbuh dan


berkembang apabila mendapat arahan dan
dukungan dari Pengelola kawasan konservasi, serta
para pihak terkait. Sebagai langkah lebih lanjut
demi membangun kesadaran bersama (penyamaan
persepsi) antara masyarakat dan Pengelola kawasan
konservasi, serta stakeholders terkait lainnya
tentang arti penting pemberdayaan masyarakat di
daerah penyangga kawasan konservasi, maka
disusun Pedoman Pengelolaan Pemberdayaan
Masyarakat Di Daerah penyangga.

1.2. Maksud, Tujuan, dan Sasaran


1.1.1. Maksud
Sebagai acuan/pedoman UPT Direktorat
Jenderal PHKA/Pengelola kawasan
konservasi dalam pengelolaan kegiatan

Pedoman Pengelolaan Pemberdayaan Masyarakat Di Daerah Penyangga 5


Pemberdayaan masyarakat di daerah
Penyangga.

2.1.2. Tujuan
Tercapainya pengelolaan kegiatan
pemberdayaan masyarakat yang efektif dan
efisien, serta terwujudnya fungsi dan
manfaat kawasan konservasi bagi
masyarakat.

3.1.3. Sasaran
1). Terbangunnya kesadaran dan partisipasi
masyarakat terhadap kelestarian fungsi
dan manfaat kawasan konservasi.
2). Terlaksananya pengelolaan
pemberdayaan masyarakat di daerah
penyangga oleh UPT Ditjen PHKA
secara berhasil guna dan berdaya guna,
berdasarkan peraturan perundangan
yang berlaku.
3). Meningkatnya kesejahteraan masyarakat
yang berada di daerah penyangga
kawasan konservasi.

1.3. Ruang Lingkup

Ruang lingkup pengelolaan pemberdayaan


masyarakat di daerah penyangga secara umum
meliputi 4 (empat) unsur manajemen, meliputi :
kegiatan perencanaan (planning), pengorganisasian
(organizing), pelaksanaan/implementasi (actuating),
serta monitoring dan evaluasi (controlling).

Pedoman Pengelolaan Pemberdayaan Masyarakat Di Daerah Penyangga 6


1.4. Batasan dan Pengertian

1). Daerah Penyangga, adalah wilayah yang


berada di luar kawasan konservasi, baik
sebagai kawasan hutan, tanah negara maupun
tanah yang dibebani hak, yang diperlukan
dan mampu menjaga keutuhan kawasan
konservasi, maupun melindungi kepentingan
masyarakat.

2). Desa, adalah kesatuan masyarakat hukum


yang memiliki kewenangan untuk mangatur
dan mengurus kepentingan masyarakat
setempat berdasarkan asal usul, adat istiadat
setempat yang diakui dalam sistim
pemerintahan nasional dan berada didaerah
kabupaten.

3). Desa di dalam hutan, adalah desa enclave,


desa/desa adat yang telah ditetapkan sesuai
dengan ketentuan perundangan yang berlaku.

4). Desa di sekitar hutan, adalah desa/desa adat


yang berada di sekitar kawasan
konservasi/daerah penyangga.

5). Desa Enclave, adalah desa yang letaknya


didalam kawasan konservasi yang dihuni oleh
masyarakat, dan telah ditetapkan sebagai
desa enclave.

6). Fasilitasi, adalah upaya yang dilakukan oleh


instansi kehutanan pusat dan daerah, instansi
terkait, swasta dan organisasi non pemerintah
yang dilaksanakan sesuai dengan
kewenangannya, antara lain melalui

Pedoman Pengelolaan Pemberdayaan Masyarakat Di Daerah Penyangga 7


pengakuan status legalitas, penguatan
kelembagaan, bimbingan produksi, bimbingan
teknologi, pendidikan dan latihan, akses
terhadap pasar, serta pemberian hak dalam
bentuk ijin pemanfaatan hutan.

7). Hutan konservasi, adalah kawasan hutan


dengan ciri khas tertentu, yang mempunyai
fungsi pokok pengawetan keanekaragaman
tumbuhan dan satwa serta ekosistemnya.

8). Kawasan konservasi, adalah kawasan hutan


dengan ciri khas tertentu, yang mempunyai
fungsi pokok pengawetan keaneka ragaman
tumbuhan dan satwa serta ekosistemnya.
Sedangkan yang dimaksud kawasan
konservasi disini adalah kawasan konservasi
yang telah ditunjuk oleh pemerintah
mencakup wilayah perairan/laut.

9). Keberlanjutan, dalam arti kegiatan


pemberdayaan masyarakat bukan merupakan
kegiatan sesaat, melainkan merupakan
program yang berkelanjutan sampai
terwujudnya visi pemberdayaan masyarakat
tercapai dan dapat dilestarikan.

10). Kemandirian, artinya memberikan kesempatan


kepada masyarakat untuk mengembangkan
kreatifitas dan memanfaatkan
keswadayaannya, sehingga tidak menciptakan
ketergantungan kepada pemerintah maupun
pihak luar yang lain, namun tetap menjaga
kelestarian kawasan konservasi.

11). Kemitraan, artinya kegiatan pemberdayaan


masyarakat harus melibatkan dan

Pedoman Pengelolaan Pemberdayaan Masyarakat Di Daerah Penyangga 8


mengembangkan kemitraan dengan semua
stakeholder (birokrasi, pelaku bisnis, pakar,
dll) atas dasar prinsip: saling ketergantungan,
saling membutuhkan, saling menguntungkan,
saling memperkuat dan saling melindungi
dalam kedudukan yang setara.

12). Masyarakat di dalam dan sekitar hutan, adalah


penduduk yang bermukim didalam dan
sekitar hutan yang memiliki kesatuan
komunitas sosial dengan mata pencaharian
yang bergantung pada hutan dan dapat
berpengaruh terhadap kelestarian hutan.

13). Model Desa Konservasi, adalah desa yang


dijadikan model dalam upaya pemberdayaan
masyarakat di sekitar kawasan konservasi,
dengan memperhatikan aspek konservasi,
sosial, ekonomi, dan budaya.

14). Participatory Rural Appraisal (PRA), adalah


model pendekatan yang digunakan untuk
mendapatkan data potensi desa, kehidupan
dan kondisi masyarakat agar mereka dapat
membuat rencana dan tindakan.

15). Partisipatif, artinya dalam keseluruhan


tahapan proses pembangunan kehutanan
(pengambilan keputusan, perencanaan,
pelaksanaan, pemantauan dan evaluasi dan
pemanfaatan hasil pembangunan)
memberikan kesempatan dan kedudukan
yang setara dan dilaksanakan bersama
masyarakat setempat.

16). Pedoman Pengelolaan Pemberdayaan


Masyarakat Di Daerah Penyangga, merupakan

Pedoman Pengelolaan Pemberdayaan Masyarakat Di Daerah Penyangga 9


acuan/pedoman dalam kegiatan pengelolaan
pemberdayaan masyarakat dari mulai
kegiatan perencanaan, pengotganisasian,
pelaksanaan, serta monitoring dan evaluasi
pengelolaan pemberdayaan masyarakat
tersebut. (delete)

17). Pemberdayaan masyarakat, adalah segala


upaya yang dilakukan oleh sekelompok
masyarakat, dengan atau tanpa dukungan
pihak luar, agar mampu terus
mengembangkan daya atau potensi yang
dimiliki, demi perbaikan mutu-hidupnya,
secara mandiri dan berkelanjutan.
(disesuaikan dengan Master Plan, rencana
makro)

18). Pemberdayaan masyarakat di daerah penyangga


kawasan konservasi, adalah segala upaya yang
bertujuan untuk terus meningkatkan
keberdayaan masyarakat di daerah penyangga
sekitar kawasan konservasi, untuk
memperbaiki kesejahteraannya dan
meningkatkan partisipasi mereka dalam segala
kegiatan konservasi sumberdaya hayati dan
ekosistemnya, secara berkelanjutan.

19). Pengembangan jejaring, adalah upaya untuk


mengembangkan dan menjamin keberlanjutan
aktivitas kelompok yang dibentuk melalui
kerjasama usaha yang melibatkan kelompok
dengan kelompok lain, lembaga keuangan
maupun perusahaan untuk mengembangkan
usaha yang produktif.

Pedoman Pengelolaan Pemberdayaan Masyarakat Di Daerah Penyangga 10


20). Pengembangan kapasitas, adalah upaya agar
kelompok sasaran dapat meningkat
pengetahuan, sikap, ketrampilan, wawasan,
pengelola usaha, kemandirian, dan percaya
diri melalui pelatihan, temu wicara, karya
wisata, studi lapangan/banding, pertemuan
informal yang dilakukan di kalangan
masyarakat sendiri.

21). Perencanaan, adalah suatu proses kegiatan


penentuan tindakan/langkah-langkah yang
akan dilakukan secara terkoordinasi dan
terarah dalam rangka mencapai tujuan
pengelolaan pemberdayaan masyarakat dalam
waktu tertentu dengan mempertimbangkan
potensi, peluang, dan kendala yang timbul.

22). Tenaga Pendamping, adalah tenaga profesional


dari berbagai disiplin ilmu yaitu kehutanan
dan disiplin lainnya yang sehari-hari
mengembangkan sumberdaya hutan dan
masyarakat setempat sehingga kelembagaan
masyarakat dalam pemanfaatan hutan secara
lestari dapat berkembang;

23). PAM Swakarsa, adalah pengamanan kawasan


konservasi dengan melibatkan masyarakat
setempat dan pihak lain yang terkait.

24). Peran masyarakat, adalah Cara melakukan


interaksi antar kelompok yang selama ini
diikutsertakan dalam proses pengambilan
keputusan yang akan membicarakan apa yang
akan dan ingin mereka/masyarakat lakukan.

Pedoman Pengelolaan Pemberdayaan Masyarakat Di Daerah Penyangga 11


25). RRA, adalah salah satu model pendekatan
yang digunakan untuk mendapatkan data
potensi desa.
26). Pengembangan Jejaring Kerja, adalah upaya
untuk mengembangkan dan menjamin
keberlanjutan aktivitas kelompok yang
dibentuk melalui kerjasama usaha yang
melibatkan kelompok dengan kelompok lain,
lembaga keuangan maupun perusahaan untuk
mengembangkan usaha yang produktif.

27). Strategi, adalah perencanaan umum untuk


dilaksanakan sesuai tujuan yang telah
ditetapkan.

Pedoman Pengelolaan Pemberdayaan Masyarakat Di Daerah Penyangga 12


BAB II
KEBIJAKAN PENGELOLAAN
PEMBERDAYAAN MASYARAKAT

II. KEBIJAKAN PENGELOLAAN


PEMBERDAYAAN MASYARAKAT

Pedoman Pengelolaan Pemberdayaan Masyarakat Di Daerah Penyangga 13


Perumusan program dan kegiatan dalam
pengelolaan pemberdayaan masyarakat di daerah
penyangga selain harus mengarah pada pencapaian
tujuan dan sasaran, perlu pula disesuaikan dengan
permasalahan yang dihadapi, serta memperhatikan
kondisi, potensi, dan karakteristik pada masing-
masing kawasan.

Uraian kerangka/alur pikir pengelolaan


pemberdayaan masyarakat disajikan secara
diagramatis sebagai berikut :

.....Ada di file excel.....(Alur Pikir Pengelolaan PM)

Pedoman Pengelolaan Pemberdayaan Masyarakat Di Daerah Penyangga 14


Prinsip yang digunakan sebagai kebijakan dasar
dalam pemberdayaan masyarakat sesuai dengan
Permenhut No. P. 01/Menhut-II/2004, pasal 5
yaitu :

1). Penciptaan suasana iklim yang memungkinkan


berkembangnya potensi masyarakat,
2). Memperkuat potensi atau daya yang dimiliki
oleh masyarakat,
3). Melindungi masyarakat melalui keberpihakan
kepada masyarakat untuk mencegah persaingan
yang tidak sehat.

Dalam pengelolaan pemberdayaan masyarakat di


daerah penyangga yang dilakukan perlu
memperhatikan prinsip-prinsip sebagai berikut :

1). Prinsip Pendekatan Kelompok,


Apapun kegiatan yang dilakukan dalam
pemberdayaan masyarakat harus dilakukan
melalui pendekatan kelompok, sehingga
menumbuhkan kelompok-kelompok yang terus
bergerak dinamis untuk melanjutkan dan
mengembangkan kegiatan-kegiatan yang
ditumbuhkan dari, oleh dan untuk kepentingan
warga masyarakat desa di dalam dan sekitar
kawasan konservasi, bukan untuk kepentingan
yang lain.

2). Prinsip Keserasian,


Setiap kelompok pemberdayaan masyarakat
haruslah terdiri dari warga masyarakat desa di
dalam dan sekitar kawasan konservasi yang
saling mengenal, saling percaya dan
mempunyai kepentingan yang sama, sehingga

Pedoman Pengelolaan Pemberdayaan Masyarakat Di Daerah Penyangga 14


akan tumbuh kerjasama yang kompak dan
serasi.

3). Prinsip Kepemimpinan dari mereka sendiri,


Memberi kesempatan seluas-luasnya kepada
seluruh warga masyarakat desa di dalam dan
sekitar kawasan konservasi untuk
mengembangkan kepemimpinan dari kalangan
mereka sendiri.

4). Prinsip Pendekatan Kemitraan,


Memperlakukan warga masyarakat desa di
dalam dan sekitar kawasan konservasi sebagai
mitra kerja pembangunan kehutanan, yang
berperan serta secara aktif dalam pengambilan
keputusan. Ikut sertanya mereka dalam proses
pengambilan keputusan, akan menjadikan
mereka sebagai mitra kerja yang aktif dalam
pelaksanaan kegiatan pembangunan hutan yang
lestari.

5). Prinsip Swadaya,


Semua kegiatan yang dilakukan berupa
bimbingan, dukungan dan kemudahan haruslah
mampu menumbuhkan keswadayaan dan
kemandirian.

6). Prinsip Belajar sambil Bekerja (Partisipatif),


Dirancang dan dilaksanakan sebagai proses
pembelajaran yang partisipatif, yang dilakukan
sendiri oleh warga masyarakat desa di dalam
dan sekitar kawasan konservasi, agar mereka
mengalami dan menemukan sendiri masalah-
masalah serta alternatif pemecahannya.

7). Prinsip Pendekatan Keluarga,

Pedoman Pengelolaan Pemberdayaan Masyarakat Di Daerah Penyangga 15


Tidak hanya diperuntukkan bagi kaum laki-laki
dewasa (bapak-bapak) saja, tetapi juga para ibu
dan anak-anaknya, sehingga seluruh anggota
keluarga warga masyarakat desa di dalam dan
sekitar kawasan konservasi memperoleh
pemberdayaan sesuai dengan masalah dan
kebutuhan masing-masing.

Pengelolaan pemberdayaan masyarakat perlu


memperhatikan beberapa strategi sebagai
berikut :
1). Pengelolaan usaha diprioritaskan berbasis
sumber daya hutan yang efisien dalam arti
mampu menghasilkan keuntungan untuk
kemakmuran masyarakat, yang tinggal di
dalam dan sekitar kawasan konservasi.
2). Pemanfaatan, konservasi, dan rehabilitasi
sumber daya hutan demi menjaga
kelestarian sumber daya hutan dan
lingkungan hidup.
3). Pelestarian nilai-nilai sosial budaya dan
kearifan tradisional kaitannya dengan
pemanfaatan dan pelestarian sumber daya
hutan.
4). Memberikan akses kepada masyarakat
untuk berpartisipasi dalam pengelolaan
kawasan konservasi.

Dalam pelaksanaan pengelolaan pemberdayaan


masyarakat didaerah penyangga strategi
tersebut diarahkan kepada :
1). Pemihakan dan pemberdayaan masyarakat,

Pedoman Pengelolaan Pemberdayaan Masyarakat Di Daerah Penyangga 16


2). Pemantapan otonomi dan pendelegasian
wewenang dalam pengelolaan
pembangunan serta mengembangkan
peran serta masyarakat,
3). Modernisasi melalui penajaman arah
perubahan struktur sosial, ekonomi,
budaya dan politik yang bersumber pada
partisipasi masyarakat,
4). Memperhatikan potensi, lokasi, aspirasi
dan tuntutan masyarakat setempat,
5). Pemberdayaan Masyarakat haruslah
merupakan program pembelajaran yang
dilakukan melalui suatu proses yang
berkelanjutan dan sistematis,
6). Mampu mengakses terhadap permodalan,
7). Mampu mengakses terhadap teknologi,
8). Mampu mengakses pasar,
9). Mendorong dan membimbing Warga
Masyarakat Desa di dalam dan sekitar
kawasan konservasi agar mampu
bekerjasama di bidang ekonomi secara
individu maupun kelompok,
10). Menumbuhkembangkan gabungan atau
jaringan antara kelompok atau asosiasi
Pemberdayaan Masyarakat,

Kelompok-kelompok yang sudah tumbuh


didorong dan dibimbing agar mau dan
mampu bekerjasama antar kelompok
dalam bentuk organisasi yang lebih besar,
yang disebut gabungan kelompok atau
asosiasi. Dengan bergabung dalam asosiasi
akan mampu memberi manfaat dalam hal

Pedoman Pengelolaan Pemberdayaan Masyarakat Di Daerah Penyangga 17


: menghimpun modal usaha yang lebih
besar, memperbesar skala usaha,
meningkatkan posisi tawar-menawar
(bargaining position), meningkatkan
efisiensi dan efektivitas usaha.

11).Menumbuhkan Lembaga Ekonomi Formal.


Gabungan kelompok/Asosiasi Peserta
Pemberdayaan Masyarakat didorong agar
mereka mau dan mampu menjadi satu
lembaga ekonomi formal, yang antara lain
adalah Koperasi.

BAB III
PERENCANAAN
PENGELOLAAN
PEMBERDAYAAN
MASYARAKAT

Pedoman Pengelolaan Pemberdayaan Masyarakat Di Daerah Penyangga 18


III. PERENCANAAN PENGELOLAAN
PEMBERDAYAAN MASYARAKAT

3.1 Visi dan Misi

3.1.1. Visi

Rumusan visi dalam pengelolaan pemberdayaan


masyarakat di daerah penyangga yaitu
terwujudnya kemandirian masyarakat untuk
memperbaiki kesejahteraan hidupnya melalui
partisipasinya secara aktif dalam kegiatan
pemanfaatan, pengamanan dan pelestarian .

3.1.2. Misi

Pedoman Pengelolaan Pemberdayaan Masyarakat Di Daerah Penyangga 19


Sejalan dengan rumusan visi tersebut, maka
pemberdayaan masyarakat di daerah penyangga
kawasan konservasi memiliki misi :
1). Memantapkan kelestarian keanekaragaman
hayati dan ekosistemnya,dengan meningkatkan
peranserta masyarakat.
2). Mengembangkan partisipasi, desentralisasi,
kemitraan, pemerataan, keberlanjutan,
kemandirian, guna meningkatkan kelestarian
kawasan konservasi.
3). Meningkatkan kontribusi kawasan konservasi
terhadap peningkatan kesejahteraan masyarakat
di sekitar kawasan konservasi.

3.2 Kedudukan dan Fungsi Perencanaan

Perencanaan adalah suatu proses kegiatan


penentuan tindakan/langkah-langkah yang akan
dilakukan secara terkoordinasi dan terarah dalam
rangka mencapai tujuan pengelolaan
pemberdayaan masyarakat dalam waktu tertentu
dengan mempertimbangkan potensi, peluang, dan
kendala yang timbul.

Perencanaan pengelolaan pemberdayaan


masyarakat secara umum meliputi kegiatan
perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan
(membangun kesepahaman, membangun dan
mengembangkan kelembagaan, menyiapkan tenaga
pendamping/fasilitator, melakukan pelatihan PRA
(Participatory Rural Appraisal), melaksanakan PRA
desa, meningkatkan kapasitas masyarakat,
mengembangkan usaha ekonomi produktif,

Pedoman Pengelolaan Pemberdayaan Masyarakat Di Daerah Penyangga 20


membangun kemitraan dengan stakeholders
terkait), serta monitoring dan evaluasi.

Dengan adanya rencana pengelolaan


pemberdayaan masyarakat, pihak-pihak yang
berkepentingan dengan pengelolaan pemberdayaan
masyarakat diharapkan kegiatan dapat berjalan
secara berkelanjutan dan sesuai dengan tujuan dan
sasaran yang diharapkan.

Perencanaan pemberdayaan masyarakat


merupakan bagian dari Rencana Pengelolaan
Kawasan, dengan fungsi sebagai rencana detail dari
kegiatan pemberdayaan masyarakat di sekitar
kawasan konservasi yang akan dilaksanakan.

3.3 Proses/Tahapan Dalam Perencanaan Pengelolaan


Pemberdayaan Masyarakat

Hal yang penting diperhatikan dalam penyusunan


rencana pengelolaan pemberdayaan masyarakat
adalah bahwa perencanaan merupakan suatu
proses berulang (iterative process). Perencanaan
tersebut mengatur langkah-langkah atau aktifitas
pengelolaan pemberdayaan masyarakat yang harus
dilaksanakan termasuk rencana kegiatan
monitoring dan evaluasi (monev) terhadap tujuan
dan sasaran yang diharapkan. Dengan demikian
dapat tercipta suatu mekanisme umpan balik
(feedback) terhadap keseluruhan proses
pengelolaan pemberdayaan masyarakat sehingga
dapat dilakukan perbaikan terhadap rencana yang
telah disusun (gambar 2).

Pedoman Pengelolaan Pemberdayaan Masyarakat Di Daerah Penyangga 21


Langkah-langkah dalam penyusunan rencana
pengelolaan pemberdayaan masyarakat adalah
sebagai berikut :

1). Menetapkan tujuan;


2). Mengidentifkasi keadaan saat ini (sosial
ekonomi; potensi masyarakat, peluang pasar
dll);
3). Mengidentifikasi kemudahan, hambatan dan
permasalahan;
4). Mengembangkan rencana atau serangkaian
kegiatan.

Sedangkan proses/tahapan dalam perencanaan


pengelolaan pemberdayaan masyarakat yaitu :

1). Strategi

Dalam menentukan strategi ini beberapa hal


yang perlu diperhatikan bahwa pemberdayaan
masyarakat bertujuan :

Untuk menghasilkan keuntungan dan


meningkatkan pendapatan masyarakat di
daerah penyangga;
Untuk kelestarian sumber daya alam di
hutan konservasi;
Memperhatikan nilai-nilai sosial, budaya
serta kearifan tradisional setempat;
Menghindari konflik antara masyarakat
dengan hutan konservasi serta potensinya.

Agar strategi pemberdayaan masyarakat yang


ditentukan dapat mencapai sasaran yakni
menumbuhkan kesadaran dan keterlibatan
masyarakat untuk mewujudkan kemandirian

Pedoman Pengelolaan Pemberdayaan Masyarakat Di Daerah Penyangga 22


dalam meningkatkan kesejahteraannya
diperlukan strategi sebagai berikut :

strategi pengembangan sumber daya


manusia;
strategi pengembangan kelembagaan
kelompok;
strategi pemupukan modal swasta
(mandiri);
strategi usaha produktif;
strategi penyediaan informasi;
strategi pengembangan potensi, manfaat,
dan fungsi kawasan konservasi.

2). Penentuan Metoda

Diintegrasikan dengan rencana-rencana yang


telah disusun seperti rencana pengelolaan
kawasan konservasi yang berbatasan dengan
daerah penyangga baik jangka pendek, jangka
menengah maupun jangka panjang, rencana
pengembangan daerah dll.

3). Penentuan Kegiatan

Penentuan kegiatan pemberdayaan masyarakat


disesuaikan dengan program yang telah
disusun dengan memperhatikan beberapa aspek
sebagai berikut :

a. Jumlah dan letak desa


Berapa jumlah desa yang masyarakatnya
mendapat bantuan kegiatan pemberdayaan
masyarakat serta letak administrasi berada
di wilayah mana (kecamatan, kabupaten).

b. Jumlah kepala keluarga / kelompok

Pedoman Pengelolaan Pemberdayaan Masyarakat Di Daerah Penyangga 23


Berapa banyak kepala keluarga, atau
kelompok yang menerima bantuan.

c. Jenis - jenis kegiatan yang akan


dikembangkan disesuaikan dengan kondisi
sosial, potensi sumberdaya hutan serta
peluang pasar.

Beberapa jenis kegiatan yang mungkin dapat


dikembangkan antara lain :

Pelestarian sumber daya alam


(budidaya/ penangkaran flora dan
fauna)
Penyadaran masyarakat
Perlindungan dan pengamanan hutan
Pengembangan usaha tani
Pengembangan ekowisata (desa wisata,
home stay , home industry dll)

4). Penentuan Pemasaran Produk

Mengidentifikasi pemasaran produk untuk


mengetahui apakah telah ada pemasaran
produk dari kegiatan pemberdayaan serta
mencari peluang pasar lain apabila belum
ada pemasaran produk .
Membentuk jaringan usaha pemasaran
produk.

5). Penentuan Kelembagaan

Bentuk kelembagaan yang seperti apa yang


diinginkan sehingga dapat meningkatkan
kemampuan sumberdaya manusia dalam
berbagai hal, termasuk pemasaran produk.

Pedoman Pengelolaan Pemberdayaan Masyarakat Di Daerah Penyangga 24


6). Penentuan Pembiayaan

Internal UPT
Pemerintah
Perorangan/Donor
Lembaga Konservasi
Mitra (stakeholders) terkait lainnya.
Secara garis besar proses perencanaan dalam
pengelolaan pemberdayaan masyarakat dapat
dilihat pada gambar berikut :
Karakteristik
Masyarakat
Di DP Peraturan
Perundangan &
Kebijakan

Permasalahan
Pemberdayaan
Masyarakat (PM)
Kendala :
Biofisik
Manajemen
Tujuan dan Sasaran Hasil Identifikasi
Teknologi PRA
Modal Pengelolaan PM
dll

Alternatif Kegiatan

Evaluasi Terhadap
Alternatif Kegiatan
(Sesuai Potensi,
Sosekbud, kendala, R
PRA, dll)
E
V
Pilihan Kegiatan I
E
W
Rencana Kegiatan

Implementasi/
Pelaksanaan
Kegiatan
Pedoman Pengelolaan Pemberdayaan Masyarakat Di Daerah Penyangga 25
Keberlanjutan Monitoring &
Kegiatan PM Evaluasi
Gambar 2. Proses berulang (iterative process)
perencanaan pengelolaan PM di daerah penyangga.

BAB IV
PENGORGANISASIAN
PENGELOLAAN PEMBERDAYAAN
MASYARAKAT

Pedoman Pengelolaan Pemberdayaan Masyarakat Di Daerah Penyangga 26


IV. PENGORGANISASIAN
PENGELOLAAN PEMBERDAYAAN
MASYARAKAT

4.1. Pihak-Pihak yang Berkepentingan

Dalam pengelolaan pemberdayaan masyarakat


diperlukan peran serta secara aktif dari masyarakat
serta dukungan dari pihak-pihak (stakeholders)
terkait lainnya terutama pemerintah daerah
setempat, guna pencapaian tujuan dan sasaran
yang ditetapkan secara optimal.

Dalam pengelolaan pemberdayaan masyarakat


yang dilakukan pihak-pihak yang terlibat
langsung/berkepentingan dan merupakan aktor
utama pelaksanaan kegiatan pemberdayaan
masyarakat dengan peranan dari masing-masing
pihak dapat dijelaskan sebagai berikut :

Pedoman Pengelolaan Pemberdayaan Masyarakat Di Daerah Penyangga 27


1). Pihak Pengelola Kawasan (Balai KSDA dan
TN),
Melakukan orientasi, identifikasi dan
inventarisasi terhadap desa-desa disekitar
kawasan konservasi yang akan dijadikan
sasaran kegiatan.
Menyusun data dasar dan informasi.
Menyusun master plan (Model Desa
Konservasi).
Mempersiapkan pra kondisi masyarakat.
Sosialisasi kepada penyuluh, LSM dan Dinas
Propinsi/Kabupaten /Kota yang menangani
kehutanan.
Fasilitasi dalam bentuk pengadaan sarana
dan prasarana produksi.
Membentuk tim pendamping/fasilitator.
Melaksanakan temu usaha tingkat lokal.
Koordinasi dengan penyuluh
kehutanan/pertanian, masyarakat, LSM dan
pihak terkait lainnya.
Koordinasi dengan per-Bank-an dalam
alokasi kredit.
Melakukan kemitraan dengan pihak terkait.
Supervisi, pembinaan dan bimbingan teknis.
Memfasilitasi pelayanan informasi teknologi
tepat guna.
Melaksanakan temu usaha tingkat lokal.
Membantu perencanaan alokasi kredit.
Koordinasi dalam rangka mendapatkan bibit
yang berkualitas.
Pelayanan informasi teknologi tepat guna.
Pelayanan informasi pasar.
Menfasilitasi dan mengupayakan pemecahan
permasalahan.

Pedoman Pengelolaan Pemberdayaan Masyarakat Di Daerah Penyangga 28


Pengendalian (monitoring dan evaluasi,
pembinaan, supervisi, dll).
Mengusulkan rencana kegiatan dan
anggaran.
Melaporkan secara periodik/tahunan
kepada Direktur Jenderal PHKA melalui
Direktur Pemanfaatan Jasa Lingkungan dan
Wisata Alam.
Membantu/ memberikan kemudahan
memberikan akses informasi dan
pemanfaatan SDAH&E.

2). Masyarakat/Kelompok Masyarakat


Membentuk kelompok, menyusun struktur
organisasi kelompok, menyusun Anggaran
Dasar dan Anggaran Rumah Tangga kelompok,
menyusun Rencana Umum kelompok,
menyusun Rencana Definitif Kebutuhan
kelompok, menyusun Profil Keluarga, Rencana
Usaha Keluarga, Rencana Kegiatan Kelompok,
Rencana Kegiatan Desa, melaksanakan dan
mengembangkan perencanaan yang telah
disusun, dll. (masyarakat juga sebagai pelaku)

3). Pendamping/Fasilitator
Melakukan pendampingan masyarakat
dalam semua kegiatan (pembentukan
kelompok, penyusunan struktur organisasi
kelompok, penyusunan Anggaran Dasar dan
Anggaran Rumah Tangga kelompok,
penyusunan Rencana Umum kelompok,
Rencana Definitif Kebutuhan kelompok,
dll).

Pedoman Pengelolaan Pemberdayaan Masyarakat Di Daerah Penyangga 29


Koordinasi dengan pihak terkait dalam
pelaksanaan pendampingan kelompok.
Membuat laporan kegiatan kepada
atasannya dengan tembusan kepada KUPT
Ditjen PHKA.

4). Pemerintah Daerah


Sosialisasi dan koordinasi dengan instansi
teknis terkait dalam rangka pelaksanaan
kegiatan pemberdayaan masyarakat.
Penyediaan perangkat lunak untuk
mendukung kegiatan.
Melakukan pra kondisi masyarakat.
Pembinaan kepada masyarakat.
Mengetahui/menyetujui Master Plan yang
disusun oleh UPT.
Mengalokasi anggaran/dana pada instansi
terkait (sesuai Tupoksi) guna mendukung
kegiatan ekonomi produktif masyarakat.

Sedangkan pihak-pihak (stakeholders) lain yang


juga mempunyai peranan dalam pengelolaan
pemberdayaan masyarakat adalah sebagai berikut
:
1). Instansi/Lembaga di Jajaran Departemen
Kehutanan, meliputi :
a. Ditjen PHKA
Fasilitasi dan supervisi penyusunan data
dasar dan informasi.
Menyempurnakan peraturan
perundangan.

Pedoman Pengelolaan Pemberdayaan Masyarakat Di Daerah Penyangga 30


Menyusun Sistem Informasi
Manajemen.
Menyusun pedoman (monitoring dan
evaluasi, pola kemitraan, supervisi,
bimbingan teknis, standar, kriteria dan
indikator, dll).
Melakukan kerjasama dengan pihak
terkait dalam kajian ekonomi produktif.
Sosialisasi kepada kalangan legislatif,
eselon I terkait, UPT Departemen
Kehutanan, Dinas
Propinsi/Kabupaten/Kota yang
menangani Kehutanan, Lembaga
Swadaya Masyarakat (LSM), kalangan
bisnis, stakeholder dan masyarakat.
Melaksanakan temu usaha tingkat
wilayah dan nasional.
Regulasi mengenai sistem insentif dan
disinsentif .
Fasilitasi dalam pendidikan, dan pelatihan
(pembuatan paket pelatihan teknis
pemberdayaan masyarakat, penyediaan
instruktur, dll).
Melakukan koordinasi dengan pihak
terkait ditingkat nasional dan
internasional.
Memfasilitasi penyediaan anggaran.
Pengendalian (monitoring dan evaluasi,
pembinaan, supervisi, dll).

b. Pusat Bina Penyuluhan Kehutanan


Memfasilitasi pembentukan Sentra
Penyuluh Kehutanan Pedesaan (SPKP).

Pedoman Pengelolaan Pemberdayaan Masyarakat Di Daerah Penyangga 31


Mendayagunakan penyuluh kehutanan
lapangan dalam upaya pemberdayaan
masyarakat.
Memfasilitasi pelatihan Training Of
Trainers (TOT) dan Training Of
Farmers/Fasilitator/Pendamping (TOF).
Membantu mempersiapkan prakondisi
masyarakat.

2). Instansi/Lembaga Di Luar Jajaran Departeman


Kehutanan
Memfasilitasi kebutuhan yang diperlukan
sesuai dengan Tupoksi.
Memberikan bantuan teknis.
Melakukan pembinaan yang berhubungan
dengan teknis kegiatan.
Koordinasi dengan stakeholders terkait
lainnya.

3). Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM)


Melakukan pendampingan masyarakat
dalam semua kegiatan (pembentukan
kelompok, penyusunan struktur organisasi
kelompok, penyusunan Anggaran Dasar dan
Anggaran Rumah Tangga kelompok,
penyusunan Rencana Umum kelompok,
Rencana Definitif Kebutuhan kelompok,
dll).
Koordinasi dengan penyuluh
pertanian/kehutanan dalam pelaksanaan
pendampingan kelompok.

Pedoman Pengelolaan Pemberdayaan Masyarakat Di Daerah Penyangga 32


Memfasilitasi pencarian modal kerja
masyarakat.
Dalam pelaksanaan kegiatannya LSM tetap
harus berkoordinasi dengan pengelola kawasan
(Pusat&Daerah).

4). Pelaku Bisnis


Melaksanakan kegiatan :
Pengadaan dan distribusi input (sarana
produksi dan peralatan /mesin-mesin) yang
diperlukan.
Pengolahan hasil-hasil.
Pemasaran hasil-hasil.
Penyediaan informasi pasar.
Pengembangan jejaring dan kemitraan
usaha.
Pemberian modal bagi masyarakat.

5). Peneliti
Melaksanakan kegiatan penelitian atas semua
tahapan kegiatan, sebagai dasar dalam
pengambilan kebijaksanaan dalam
pengembangan Pemberdayaan Masyarakat
selanjutnya.

4.2. Wilayah Kerja Pengelolaan Pemberdayaan


Masyarakat

Berdasarkan Peraturan Menteri Kehutanan No. P


13/Menhut-II/2005 tanggal 6 Mei 2005 tentang

Pedoman Pengelolaan Pemberdayaan Masyarakat Di Daerah Penyangga 33


Struktur Organisasi Departemen Kehutanan (pasal
236), wilayah kerja pemberdayaan masyarakat
terbatas pada wilayah di sekitar kawasan
konservasi.
Di lain pihak, mengacu pada SK. Menhut No.
456/Menhut-II/2004, bahwa 5 (lima) kebijakan
prioritas bidang kehutanan, salah satu diantaranya
adalah pemberdayaan ekonomi masyarakat di
dalam dan sekitar kawasan hutan, maka wilayah
kerja pemberdayaan masyarakat di sekitar kawasan
konservasi, meliputi :
1). Desa di sekitar kawasan konservasi/di daerah
penyangga.
2). Desa enclave di dalam kawasan konservasi.
3). Desa adat (yang telah ditetapkan dengan
Peraturan Daerah).

4.3. Proses/Tahapan Dalam Pengorganisasian


Pengelolaan Pemberdayaan Masyarakat

Setelah penetapan tujuan dan sasaran, serta


perencanaan dalam pengelolaan pemberdayaan
masyarakat ditetapkan, maka langkah selanjutnya
adalah perlu merancang dan mengembangkan
suatu organisasi yang dapat melaksanakan berbagai
program dan kegiatan tersebut. Pengorganisasian
dalam kegiatan pemberdayaan masyarakat di
daerah penyangga antara lain meliputi :
1). Penentuan sumber daya yang dibutuhkan
(sumber daya manusia/pelaksana kegiatan,
metode yang digunakan, sarana dan prasarana
yang diperlukan dan pendanaan),
2). Pengembangan kelompok
masyarakat/kelompok kerja,

Pedoman Pengelolaan Pemberdayaan Masyarakat Di Daerah Penyangga 34


3). Pembagian/penugasan tanggung jawab kepada
kelompok masyarakat/kelompok kerja,
4). Pendelegasian wewenang dalam rangka
mewujudkan kemandirian.

4.4. Partisipasi Masyarakat Dalam Pengelolaan


Pemberdayaan Masyarakat

Hal yang juga perlu diperhatikan dalam


pengorganisasian pengelolaan pemberdayaan
masyarakat adalah adanya partisipasi aktif dari
masyarakat. Secara sederhana partisipasi
masyarakat dapat diartikan sebagai upaya
terencana untuk melibatkan masyarakat dalam
setiap proses kegiatan yang dilakukan dari mulai
perencanaan sampai kepada kegiatan monitoring
dan evaluasi.

Partisipasi masyarakat juga merupakan suatu proses


dimana masyarakat sebagai obyek dan subyek yang
akan memperoleh dampak (positif dan/atau
negatif) ikut mempengaruhi arah dan pelaksanaan
kegiatan, tidak hanya sekedar menerima hasilnya.

Beberapa faktor yang mempengaruhi partisipasi


masyarakat dalam pengelolaan pemberdayaan
masyarakat antara lain yaitu :
1). Mobilitas penduduk yang tinggi, hal tersebut
akan menurunkan partisipasi masyarakat.
2). Kesempatan kerja di luar desa yang luas,
menurunkan partisipasi.
3). Luas lahan garapan; semakin luas semakin
rendah partisipasinya.

Pedoman Pengelolaan Pemberdayaan Masyarakat Di Daerah Penyangga 35


4). Produksi usaha tani yang semakin tinggi;
semakin rendah partisipasinya.
5). Insentif dan bantuan pemerintah yang semakin
lengkap, maka semakin tinggi partisipasi
masyarakat.
6). Lokasi lahan; semakin jauh dan sulit semakin
rendah partisipasinya.
7). Keamanan berusaha; semakin aman semakin
tinggi partisipasinya.
8). Pendapatan semakin tinggi; semakin tinggi pula
partisipasinya

4.4.1. Bentuk Partisipasi

Bentuk partisipasi masyarakat dalam


pengelolaan pemberdayaan masyarakat
antara lain meliputi partisipasi dalam :
1). Tahap perencanaan kegiatan,
Perencanaan kegiatan dilaksanakan
oleh masyarakat dengan fasilitator dari
tenaga pendamping Dalam hal ini,
sejak awal dilakukan oleh masyarakat
dengan dilakukan fasilitasi telah
dilibatkan dalam proses perencanaan
dan perancangan kegiatan serta
pengambilan keputusan atas rencana
yang akan dilaksanakan.

2). Tahap pelaksanaan/implementasi


kegiatan,

Pedoman Pengelolaan Pemberdayaan Masyarakat Di Daerah Penyangga 36


Pelaksanakan dilakukan oleh
masyarakat baik perorangan maupun
kelompok dengan mendapat bimbingan
dan dukungan dari pengelola kawasan
dan tenaga fasilitator, serta stakeholders
terlait lainnya Keterlibatan masyarakat
juga diupayakan pada tahap pelaksanaan
kegiatan, sehingga masyarakat dapat ikut
serta mengontrol bagaimana kegiatan
dilaksanakan.

3). Tahap Monitoring dan Evaluasi,


Partisipasi masyarakat pada tahap ini
diharapkan agar masyarakat dapat ikut
memonitor serta mengevaluasi hasil dari
pelaksanaan kegiatan pemberdayaan
masyarakat yang dilakukan.

4). Partisipasi untuk memperoleh manfaat


suatu kegiatan.
Tujuan yang diharapkan adalah agar
masyarakat dapat mengerti akan
manfaat dari kegiatan yang dilakukan
dalam proses menuju kemandirian, serta
diharapkan adanya keberlanjutan dari
kegiatan pemberdayaan masyarakat
tersebut.

4.4.2. Metode Partisipasi

Banyak metode yang dapat dipilih, Salah


satu metode pendekatan partisipatif yang
dapat digunakan yaitu metode PRA
(Participatory Rural Appraisal). Metode ini
memungkinkan masyarakat/responden untuk

Pedoman Pengelolaan Pemberdayaan Masyarakat Di Daerah Penyangga 37


dapat melakukan kajian atas potensi yang
dimiliki, permasalahan yang dihadapi, serta
kemudian memecahkan/mencari solusi
pemecahan masalah menurut persepsi dan
cara mereka sendiri dengan atau tanpa
bantuan pihak lain. Dalam metode PRA ini
diperlukan adanya seorang
fasilitator/pendamping bagi masyarakat,
yang bertugas mendampingi masyarakat
dalam setiap proses/tahapan kegiatan yang
dilakukan.

Pedoman Pengelolaan Pemberdayaan Masyarakat Di Daerah Penyangga 38


BAB V
PELAKSANAAN PENGELOLAAN
PEMBERDAYAAN MASYARAKAT

Pedoman Pengelolaan Pemberdayaan Masyarakat Di Daerah Penyangga 39


V. PELAKSANAAN PENGELOLAAN
PEMBERDAYAAN MASYARAKAT

Pengelolaan pemberdayaan masyarakat di daerah


penyangga pada dasarnya merupakan pengelolaan
partisipatif dari berbagai pihak (stakeholders) yang
terkait dalam kegiatan pemberdayaan masyarakat,
dengan demikian langkah awal untuk dapat
melaksanakan pengelolaan pemberdayaan masyarakat
secara efektif dan efisien serta untuk dapat mencapai
tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan, maka perlu
adanya kesepahaman dari berbagai pihak (stakeholders)
yang terkait, termasuk pihak pemerintah daerah
setempat.

Sesuai dengan prinsip pemberdayaan masyarakat yang


digunakan sebagai kebijakan dasar dari pelaksanaan
pemberdayaan masyarakat (sesuai Permenhut No.
P.01/Menhut-II/2004 pasal 5) disebutkan bahwa
prinsip-prinsip pemberdayaan ada 3 (tiga) yaitu :
1). Penciptaan suasana iklim yang memungkinkan
berkembangnya potensi masyarakat,
2). Memperkuat potensi atau daya yang dimiliki oleh
masyarakat,
3). Melindungi masyarakat melalui keberpihakan kepada
masyarakat untuk mencegah persaingan yang tidak
sehat.

Berkaitan dengan hal tersebut untuk membangun dan


menerapkan ketiga prinsip tersebut agar keberdayaan
dan potensi masyarakat dapat tumbuh dan berkembang,

Pedoman Pengelolaan Pemberdayaan Masyarakat Di Daerah Penyangga 40


maka tahapan kegiatan yang harus dilakukan dalam
rangka pemberdayaan masyarakat di daerah penyangga
adalah sebagai berikut :

1). Membangun kesepahaman dengan berbagai pihak


(stakeholders) yang terkait, terutama pemerintah
daerah, dengan bentuk kegiatan yang dapat
dilakukan berupa rapat koordinasi, lokakarya,
seminar, temu lokalita, di setiap level pemerintahan,
dengan materi pokok kondisi sosial ekonomi
masyarakat yang menjadi sasaran pemberdayaan.
2). Membangun dan mengembangkan kelembagaan di
tingkat desa, sebagai wadah diskusi, perencanaan,
pembelajaran, maka masyarakat agar dapat
menumbuhkan rasa kebersamaan dan
kegotongroyongan masyarakat desa yang akan
diberdayakan, dengan fokus kegiatan berupa sarana
sekretariat, perpustakaan, administrasi, kelompok,
ruangan rapat, dll.
3). Menyiapkan tenaga pendamping/fasilitator, yang
siap mendampingi masyarakat, dan mampu
menempatkan diri menjadi anggota masyarakat
setempat. Seorang fasilitator perlu dilatih di pusat
atau di daerah, melalui alokasi dana dari pusat,
untuk sementara diprioritaskan tenaga POLHUT dan
PEH setempat. Sedangkan untuk jangka panjang
diperlukan tenaga penyuluh setiap Balai KSDA/TN.
4). Melakukan pelatihan PRA bagi tokoh masyarakat
dan pemuda/karang taruna setempat, dengan tujuan
agar peserta pelatihan mampu menggali potensi yang
ada di sekitarnya, serta mampu menganalisis
permasalahan sosial ekonomi yang ada di desanya.
5). Melaksanakan PRA desa oleh masyarakat yang telah
dilatih sebagai pemandu, bersama dengan

Pedoman Pengelolaan Pemberdayaan Masyarakat Di Daerah Penyangga 41


masyarakat setempat, didampingi oleh fasilitator.
Kegiatan ini adalah memotret secara langsung
keadaan desa, dengan menggunakan 12 alat PRA,
sehingga diperoleh gambaran nyata potensi apa yang
dapat dikembangkan, dan hasilnya adalah Rencana
Pembangunan Desa, dengan berbagai kegiatan sesuai
dengan potensi yang ada dan mengatasi
permasalahan yang telah diidentifikasi. Selain
rencana desa juga diperlukan gambaran potensi dan
rencana di setiap kepala keluarga yang ada di desa.
6). Meningkatkan kapasitas masyarakat melalui pelatihan
teknik budidaya dan pengembangan kegiatan yang
telah direncanakan. Kegiatan ini bertujuan agar
masyarakat yang diberdayakan mampu menguasai
teknologi kegiatan yang akan dikembangkan.
Besarnya kebutuhan dana tergantung seberapa jenis
pelatihan yang akan dilaksanakan.
7). Mengembangkan usaha ekonomi produktif, dari
rencana yang telah dibuat dan telah dilatih teknologi
pengembangan. Kegiatan ini sedapat mungkin
pengembangan aktivitas dapat berupa insentif
langsung melalui kelompok yang telah dibentuk,
sehingga masyarakat sendiri yang mengelola melalui
wadah kelompok tersebut. Pendanaan untuk tahap
awal diarahkan untuk kebutuhan bibit, pupuk, alat-
alat, dll. Sedangkan upah tenaga dari masyarakat
secara swadaya.
8). Membangun kemitraan dengan stakeholders terkait,
kegiatan ini bertujuan untuk menjamin pasar,
saprodi dan permodalan, dengan prinsip pihak-pihak
yang bermitra kedudukannya sama dan saling
menguntungkan.
9). Melakukan monitoring dan evaluasi terhadap
kegiatan pemberdayaan masyarakat.

Pedoman Pengelolaan Pemberdayaan Masyarakat Di Daerah Penyangga 42


Tahapan kegiatan tersebut di atas, secara periodik
dilaksanakan setiap tahun dan selanjutnya dalam rangka
keberlanjutan kegiatan pemberdayaan masyarakat, maka
perlu didorong kegiatan sebagai berikut :

1). Mendorong kegiatan dan pengembangan aktifitas


kelompok.
2). Penyusunan rencana kelompok, secara periodik.
3). Peningkatan dan pengelolaan modal bersama.
4). Pelaksanaan usaha bersama.
5). Gerakan menabung dan pengembalian kredit.
6). Pencatatan dan pembukuan keuangan kelompok.
7). Pemasaran hasil usaha.
8). Pengembangan modal dan penggunaannya.
9). Optimalisasi waktu dan uang secara tepat.
10). Pengembangan kerjasama antar kelompok dan
perkoperasian.
11). Dukungan lembaga/instansi terkait lainnya.

Selain hal tersebut diatas beberapa hal yang perlu


menjadi perhatian pihak pengelola kawasan (Balai KSDA
dan TN) dalam pelaksanaan kegiatan pemberdayaan
masyarakat, antara lain sebagai berikut :

1). Membuat perencanaan program/kegiatan


pemberdayaan masyarakat sesuai dengan Permenhut
No. P. 01/Menhut-II/2004 dimaksud.

2). Kegiatan pemberdayaan masyarakat yang dilakukan


hendaknya diprioritaskan pada :

Lokasi dimana masyarakat mempunyai


ketergantungan yang tinggi terhadap kawasan
dan sumber daya alam yang ada.

Pedoman Pengelolaan Pemberdayaan Masyarakat Di Daerah Penyangga 43


Lokasi di dalam dan berbatasan langsung dengan
kawasan konservasi (Taman Nasional dan
KSDA).
Masyarakat yang belum pernah mendapatkan
bantuan.
Sedapat mungkin dilakukan konsultasi dengan
stakeholders terkait.
Pengembangan kegiatan lebih diarahkan ke pada
pemanfaatan Hasil Hutan Bukan Kayu (HHBK).

3). Terhadap kegiatan pemberdayaan masyarakat yang


dilakukan diluar kawasan konservasi, maka perlu
dipedomani hal-hal sebagai berikut :
Diarahkan semaksimal mungkin kegiatan
pengembangan dilakukan diluar kawasan
konservasi.
Kegiatan yang dapat dilakukan berupa budidaya,
penangkaran, dan pembuatan sarana produksi
yang dinilai sudah benar.

4). Terhadap kegiatan pemberdayaan masyarakat yang


telah dilaksanakan dan dinilai telah mantap
organisasinya maka dana/anggaran untuk
pengembangan ekonomi produktif masyarakat
disalurkan langsung kepada petani berupa intensif
melalui kelompok/kelembagaan tersebut.

5). Sebagai langkah untuk menghadapi evaluasi kegiatan


pemberdayaan masyarakat pada tahun 2009, maka
agar ditetapkan dan disusun tolok ukur indikator
keberhasilannya pada masing-masing UPT (Balai
KSDA dan TN).

6). Diharapkan di setiap desa terdapat tenaga


pendamping/fasilitator dan dapat dialokasikan
pendanaanya setiap bulan. Tenaga
pendamping/fasilitator tersebut tidak harus dari

Pedoman Pengelolaan Pemberdayaan Masyarakat Di Daerah Penyangga 44


petugas Departemen Kehutanan, tetapi dapat berasal
dari penyuluh lapangan, Lembaga Swadaya
Masyarakat (LSM), tokoh masyarakat, dan ataupun
Kader Konservasi.

Pedoman Pengelolaan Pemberdayaan Masyarakat Di Daerah Penyangga 45


BAB VI
MONITORING & EVALUASI
PENGELOLAAN
PEMBERDAYAAN MASYARAKAT

Pedoman Pengelolaan Pemberdayaan Masyarakat Di Daerah Penyangga 46


VI. MONITORING DAN EVALUASI
PENGELOLAAN
PEMBERDAYAAN MASYARAKAT

Dalam pengelolaan pemberdayaan masyarakat


diperlukan adanya monitoring dan evaluasi agar
pelaksanaan kegiatan berjalan dengan tertib, lancar,
efektif dan efisien sesuai dengan yang diharapkan.
Kegiatan monitoring dilaksanakan secara kontinyu yang
disesuaikan dengan tahapan proses kegiatan
pemberdayaan masyarakat yang dilakukan, yaitu dari
tahap perencanaan sampai pada monitoring dan
evaluasi.

Kegiatan Monitoring bertujuan untuk memperoleh data


dan informasi tentang kegiatan-kegiatan pemberdayaan
masyarakat yang telah/sedang dilaksanakan dan
permasalahan yang dihadapi. Sedangkan Pelaksanaan
kegiatan evaluasi bertujuan untuk menilai tingkat
keberhasilan pelaksanaan kegiatan pemberdayaan
masyarakat, yang berguna dalam memberikan umpan
balik bagi pihak terkait (UPT, stakeholders yang terlibat
dalam kegiatan pemberdayaan masyarakat, dll) dalam
meningkatkan kualitas kinerjanya.

Agar dalam pelaksanaan evaluasi dapat berjalan dengan


tertib, lancar, efektif dan efisien, maka perlu adanya
persiapan yang baik, antara lain dengan memahami
indikator-indikator pelaksanaan kegiatan pemberdayaan
masyarakat, serta mempersiapkan instrumen yang akan
dipergunakan.

Pedoman Pengelolaan Pemberdayaan Masyarakat Di Daerah Penyangga 47


Secara lebih rinci, agar setiap pelaksanaan kegiatan
monitoring dan evaluasi dalam rangka pengelolaan
pemberdayaan masyarakat harus mengacu pada
pedoman monitoring dan evaluasi pemberdayaan
masyarakat disekitar kawasan konservasi yang telah
disusun, serta berpedoman pada peraturan perundangan
yang berlaku.

Pedoman Pengelolaan Pemberdayaan Masyarakat Di Daerah Penyangga 48


BAB VII
PENUTUP

Pedoman Pengelolaan Pemberdayaan Masyarakat Di Daerah Penyangga 49


VII. PENUTUP

Pemberdayaan masyarakat adalah suatu upaya untuk


meningkatkan kesejahteraan masyarakat, sekaligus
meningkatkan martabatnya secara wajar, sehingga
masyarakat dapat hidup secara mandiri, dalam arti
berani memutuskan untuk menerima, memilih atau
menolak tawaran kerjasama yang ada, dengan tetap
menjaga kelestarian kawasan konservasi.

Banyak faktor yang mempengaruhi keberhasilan dalam


pengelolaan pemberdayaan masyarakat antara lain unsur
kerjasama dengan masyarakat penerima bantuan dan
para pihak terkait. Kerjasama ini harus dilandasi prinsip
saling menguntungkan, saling ketergantungan, saling
membutuhkan dan saling mendapatkan manfaat,
sehingga tidak ada pihak yang merasa dirugikan dan
pihak lain yang selalu mendapatkan keuntungan.

Dalam pengelolaan pemberdayaan masyarakat


diperlukan komitment/kesepakatan, kebersamaan,
kepedulian, kesabaran, ketegasan dan pengorbanan dari
berbagai pihak yang berkepentingan. Oleh karena itu,
harus direncanakan dengan sebaik-baiknya dengan

Pedoman Pengelolaan Pemberdayaan Masyarakat Di Daerah Penyangga 50


melibatkan pihak-pihak terkait lainnya termasuk
pemerintah daerah (dinas-dinas terkait) setempat.

Pada akhirnya pemberdayaan masyarakat dilaksanakan


guna melestarikan kawasan konservasi sekaligus
meningkatkan kesejahteraan masyarakat, baik yang ada
di dalam maupun di sekitar kawasan konservasi.

LAMPIRAN

Pedoman Pengelolaan Pemberdayaan Masyarakat Di Daerah Penyangga 51


Lampiran 1. Peraturan Peundang-undangan yang
menjadi dasar dalam pengelolaan
pemberdayaan masyarakat di daerah
penyangga

1. Undang-undang No.5 Tahun 1990 tentang


konservasi sumber daya alam hayati dan
ekosistemnya.
2. Undang-undang No.41 Tahun 1999 tentang
Kehutanan.
3. Undang-undang No.32 Tahun 2004 tentang
Pemerintahan Daerah.
4. Undang-undang No.16 Tahun 2006 tentang
Sistem Penyuluhan Pertanian, Perikanan, dan
Kehutanan.
5. Peraturan Pemerintah No.13 Tahun 1994
tentang Perburuan Satwa Buru.
6. Peraturan Pemerintah No.18 Tahun 1994
tentang Pengusahaan Pariwisata Alam di Zona

Pedoman Pengelolaan Pemberdayaan Masyarakat Di Daerah Penyangga 52


Pemanfaatan Taman Nasional, Taman Hutan
Raya dan Taman Wisata Alam.
7. Peraturan Pemerintah No. 68 Tahun 1998
tentang Kawasan Pelestarian Alam dan kawasan
Suaka Alam.
8. Peraturan Pemerintah No. 7 Tahun 1999
tentang Pengawetan Jenis Tumbuhan dan
Satwa.
9. Peraturan Pemerintah No.8 Tahun 1999
tentang Pemanfaatan Jenis Tumbuhan dan
Satwa Liar.
10. Peraturan Pemerintah No.44 Tahun
2004 tentang Perencanaan Kehutanan.
11. Peraturan Pemerintah No.45 Tahun
2004 tentang Perlindungan Hutan.
12. Peraturan Pemerintah No. 6 Tahun 2007
tentang Tata Hutan dan Penyusunan Rencana
Pengelolaan Hutan, Pemanfaatan Hutan dan
Penggunaan Kawasan Hutan.
13. Keputusan Menteri Kehutanan
No.390/Kpts-II/2003 tentang Tata Cara
Kerjasama di Bidang Konservasi Sumber Daya
Alam Hayati dan Ekosistemnya.
14. Peraturan Menteri Kehutanan
No.P.19/Menhut-II/2004 tentang Kolaborasi
Pengelolaan Kawasan Suaka Alam dan Kawasan
Pelestarian Alam.
15. Keputusan Menteri Kehutanan
No.SK.456/Menhut-II/2004 tentang 5 (lima)
Kebijakan Prioritas Bidang Kehutanan Dalam
Program Pembangunan Nasional Kabinet
Indonesia Bersatu.
16. Peraturan Menteri Kehutanan
No.P.13/Menhut-II/2005 tentang Organisasi
dan Tata Kerja Departemen Kehutanan.

Pedoman Pengelolaan Pemberdayaan Masyarakat Di Daerah Penyangga 53


17. Keputusan Direktur Jenderal Perlindungan
Hutan dan Pelestarian Alam No.43/Kpts/DJ-
VI/1997 tanggal 3 April tahun 1997 tentang
Pedoman Pengembangan Daerah Penyangga.
18. Keputusan Direktur Jenderal Perlindungan
Hutan dan Pelestarian Alam No.44/Kpts/DJ-
VI/1997 tanggal 3 April tahun 1997 tentang
Petunjuk Teknis Penyusunan Rancangan
Pembinaan Daerah Penyangga.
19. Keputusan Direktur Jenderal Perlindungan
Hutan dan Pelestarian Alam No.49/Kpts/DJ-
VI/1997 tanggal 3 April tahun 1997 tentang
Petunjuk Teknis Pengembangan Daerah
Penyangga.
20. Surat Edaran Menteri Dalam Negeri
No.660.1/269/V/Bangda tanggal 16 Pebruari
tahun 1999 perihal Pengelolaan Daerah
Penyangga Taman Nasional.
21. Surat Edaran Menteri Dalam Negeri
No.414.2/966.D/PMD, tanggal 22 Juli tahun
2004 tentang Manajemen Pembangunan
Partisipatif Desa/Kelurahan dan Kecamatan.

Lampiran 2. Gambaran Umum PRA (Participatory


Rural Appraisal) dalam Pemberdayaan
Masyarakat.

1. Pengertian
a. Participatory Rural Appraisal (PRA) adalah
Sekumpulan pendekatan dan metode yang
mendorong masyarakat pedesaan untuk turut
serta meningkatkan dan menganalisis

Pedoman Pengelolaan Pemberdayaan Masyarakat Di Daerah Penyangga 54


pengetahuan mereka mengenai hidup dan kondisi
mereka sendiri, agar mereka dapat membuat
rancana dan tindakan (Robert Chambers).
b. PRA adalah salah satu model pendekatan yang
digunakan untuk mendapatkan data potensi desa,
kehidupan dan kondisi masyarakat agar mereka
dapat membuat rencana dan tindakan/proses
pembelajaran partisipatif.
c. PRA adalah salah satu metode pendekatan yang
menekankan pada keterlibatan masyarakat dalam
keseluruhan kegiatan.

2. Prinsip-prinsip PRA
Prinsip-prinsip dari pelaksanaan PRA, antara lain :
a. Prinsip Belajar dari Masyarakat,
b. Prinsip masyarakat sebagai pelaku, dan orang luar
sebagai fasilitator,
c. Prinsip saling belajar, Saling berbagi pengalaman,
d. Prinsip keterlibatan semua kelompok masyarakat,
e. Prinsip santai dan informal,
f. Prinsip menghargai perbedaan,
g. Prinsip Triangulasi (pemeriksaan dan periksa
ulang),
Penggunaan variasi dan kombinasi berbagai
teknik PRA,
Menggali berbagai jenis dan sumber
informasi,
Team PRA yang multidisipliner.
h. Prinsip mengoptimalkan hasil,

Pedoman Pengelolaan Pemberdayaan Masyarakat Di Daerah Penyangga 55


i. Prinsip belajar dari Kesalahan,
j. Prinsip orientasi praktis,
k. Prinsip keberlanjutan dan selang waktu.

3. Teknik PRA
Banyak teknik yang digunakan dalam pelaksanaan
PRA, antara lain :
1. Penelusuran Alur Sejarah Lokasi,
2. Pembuatan Bagan Kecenderungan dan
Perubahan,
3. Penyusunan Kalender Musim,
4. Pemetaan,
5. Penelusuran Lokasi/Desa (Transek),
6. Pembuatan Sketsa Kebun,
7. Pembuatan Bagan Hubungan Kelembagaan
(Diagram Venn),
8. Analisa Matapencaharian,
9. Wawancara Semi Terstruktur,
10. Pembuatan Bagan Arus Masukan dan
Keluaran,
11. Pengorganisasian Masalah,
12. Pembuatan Bagan Peringkat (Matriks
Ranking/Analisa Pilihan),
13. Penyusunan Rencana Kegiatan.
4. Tahapan dalam Pelaksanaan PRA
Tahapan yang dilakukan dalam pelaksanaan PRA
meliputi :

Pedoman Pengelolaan Pemberdayaan Masyarakat Di Daerah Penyangga 56


1. Tahap Persiapan, terdiri dari :
a. Pembentukan Tim Pemandu/fasilitator
b. Peninjauan Ke Lapangan Untuk Mengetahui
Keadaan umum desa dan penentuan lokasi
kegiatan
c. Penyusunan Rencana Pelaksanaan Pengkajian
Desa Partisipatif
2. Tahap Pelaksanaan, terdiri dari :
a. Pengumpulan dan Analisa data sumber daya
dan sosial (Pembuatan Peta Sumberdaya dan
sosial)
b. Pengumpulan dan Analisa data kegiatan
usaha tani (Bagan Pola Usaha Tani)
c. Pengumpulan dan Analisa keadaan
lingkungan/ekosistem (Bagan Transek)
d. Pengumpulan dan Analisa data kegiatan
musiman masyarakat (Kalender Musim)
e. Alokasi Waktu kegiatan (Bagan Kegiatan
Harian)
f. Pengumpulan dan Analisa informasi tentang
kecenderungan dan perkembangan
Matapencaharian (Bagan Kecenderungan dan
Perkembangan Mata Pencaharian)
g. Analisa Peranan dan Hubungan Kelembagaan
(Diagram Venn)
h. Pengumpulan Informasi tentang
pengetahuan/kearifan lokal
i. Pengumpulan dan Analisa data kebutuhan
keluarga miskin
j. Perumusan Visi, Potensi, dan Kendala

Pedoman Pengelolaan Pemberdayaan Masyarakat Di Daerah Penyangga 57


3. Tahap Pelaporan
a. Penyusunan hasil pengkajian Desa Partisipatif
(PRA)
b. Pembuatan Laporan (Profil Desa)

Pedoman Pengelolaan Pemberdayaan Masyarakat Di Daerah Penyangga 58


Lampiran 3. Jenis kegiatan yang dapat dikembangkan
dalam rangka pemberdayaan masyarakat.

1. Pelestarian sumber daya alam


Melalui bentuk kegiatan : Budidaya flora dan
fauna, Penangkaran flora dan fauna, Pembuatan
Demplot (kebun bibit), dll.

2. Penyadaran masyarakat,
Melalui bentuk kegiatan : Pelatihan dan Fasilitasi,
antara lain Pelatihan Budidaya, Pelatihan
Ketrampilan masyarakat, kepramukaan,
pencegahan kebakaran hutan, dll.

3. Perlindungan dan pengamanan hutan,


Melalui bentuk kegiatan : pembentukan PAM
swakarsa, pembentukan masyarakat peduli api,
dll

4. Pengembangan usaha tani,


Melalui bentuk kegiatan : Agroforestry,
Intensifikasi Pekarangan, Pengembangan tanaman
MPTs (Coklat, Bambu, Sengon, Karet, Kemiri,
dll),

5. Pengembangan ekowisata
Melalui bentuk kegiatan : pengembangan desa
wisata, home stay, home industry, kerajinan
tangan, etalase, warung, peralatan camping, dll.

Pedoman Pengelolaan Pemberdayaan Masyarakat Di Daerah Penyangga 59


Pedoman Pengelolaan Pemberdayaan Masyarakat Di Daerah Penyangga 60

Anda mungkin juga menyukai