Anda di halaman 1dari 57

KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN

DIREKTORAT JENDERAL KONSERVASI SUMBER DAYA ALAM DAN EKOSISTEM


BALAI TAMAN NASIONAL TAKA BONERATE

RENCANA PEMBINAAN LIMA TAHUN (RPL)


PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DI SEKITAR KAWASAN
TAMAN NASIONAL TAKA BONERATE

BENTENG, 2018

i
KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN
DIREKTORAT JENDERAL KONSERVASI SUMBER DAYA ALAM DAN EKOSISTEM
BALAI TAMAN NASIONAL TAKA BONERATE

LEMBAR PENGESAHAN

RENCANA PEMBINAAN LIMA TAHUN (RPL)


PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DI SEKITAR KAWASAN
TAMAN NASIONAL TAKA BONERATE

Benteng, 2018
Disahkan oleh : Disusun Oleh :
Kepala Balai, An. Tim Penyusun,

Faat Rudhianto, S.Hut, M.Si. Imam Talkah, S.Pi


NIP. 19730411 199903 1 003 NIP : 19830929 200912 1 012

ii
TIM PENYUSUN
RENCANA PEMBINAAN LIMA TAHUN (RPL)
PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DI SEKITAR KAWASAN
TAMAN NASIONAL TAKA BONERATE

1. Imam Talkah, S.Pi


2. Asep Pranajaya, S.Pi
3. Syamsuriani S.Pi
4. Irfandy Aznur, SP.
5. Fahmi Syamsuri
6. Abdul Rahman
7. Hendra Marannu

iii
KATA PENGANTAR

Pembinaan/pemberdayaan masyarakat di sekitar kawasan Taman Nasional


Taka Bonerate merupakan salah satu upaya pembangunan berbasis konservasi
dengan tujuan utama meningkatkan keberdayaan masyarakat yang masih tertinggal di
sekitar kawasan konservasi menuju ke kemandirian dan mutu kehidupan yang lebih
baik, serta hidup harmonis dengan kawasan konservasi dan alam sekitarnya.
Dalam rangka penyelenggaraan kegiatan pembinaan dan pemberdayaan
masyarakat secara terencana dan terarah, maka disusunlah dokumen Rencana
Pembinaan Lima Tahun (RPL) Pemberdayaan Masyarakat di Sekitar Kawasan Taman
Nasional Taka Bonerate. Dokumen ini merupakan acuan bagi Balai Taman Nasional
Taka Bonerate dalam penyelenggaraan kegiatan pembinaan dimaksud, mulai dari
proses perencanaan, pelaksanaan hingga monitoring dan evaluasi.
Kepada semua pihak yang telah membantu penyusunan dokumen ini, kami
sampaikan penghargaan dan terima kasih.

Benteng, Juli 2018

Tim Penyusun

iv
DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL .............................................................................................. i


LEMBAR PENGESAHAN .................................................................................... ii
TIM PENYUSUN ................................................................................................. iii
KATA PENGANTAR............................................................................................ iv
DAFTAR ISI ........................................................................................................ v
DAFTAR TABEL ................................................................................................. vi

BAB I. PENDAHULUAN ................................................................................... 1


A. Latar Belakang ................................................................................ 1
B. Landasan Hukum ............................................................................ 2
C. Tujuan dan Manfaat ........................................................................ 4
D. Ruang Lingkup................................................................................ 4
E. Indikator Keberhasilan .................................................................... 5
F. Batasan Pengertian ......................................................................... 6

BAB II. PROFIL KAWASAN KONSERVASI, DESA DAN KELOMPOK BINAAN 8


A. Profil Kawasan Konservasi............................................................. 8
B. Profil Desa Binaan ......................................................................... 16
C. Profil Kelompok Binaan .................................................................. 23

BAB III. RENCANA KEGIATAN PEMBINAAN LIMA TAHUN


A. Pembiayaan Kegiatan (Sumber Biaya)............................................ 37
B. Penanggungjawab dan Pelaksana .................................................. 37
C. Jenis, Volume, Lokasi Kegiatan, Sumber Biaya dan Tahun
Kegiatan ......................................................................................... 38

BAB IV. PENUTUP.............................................................................................. 47

LAMPIRAN .......................................................................................................... 48

v
DAFTAR TABEL

Tabel Judul Halaman


1 Data Demografi Desa di Kawasan TN Taka Bonerate 17
2 Jumlah fasilitas pendidikan dan tenaga pengajar yang ada di 20
setiap desa
3 Jenis, Volume, Lokasi Kegiatan, Sumber Biaya dan Tahun
Kegiatan Desa Rajuni 38
4 Jenis, Volume, Lokasi Kegiatan, Sumber Biaya dan Tahun
Kegiatan Desa Rajuni 40
5 Jenis, Volume, Lokasi Kegiatan, Sumber Biaya dan Tahun
Kegiatan Desa Latondu 42
6 Jenis, Volume, Lokasi Kegiatan, Sumber Biaya dan Tahun
Kegiatan Desa Tarupa 44
7 Jenis, Volume, Lokasi Kegiatan, Sumber Biaya dan Tahun
Kegiatan Desa Tambuna 45
8 Jenis, Volume, Lokasi Kegiatan, Sumber Biaya dan Tahun
Kegiatan Desa Khusus Pasitallu 46

vi
DAFTAR GAMBAR

Gambar Judul Halaman


1 Persentase Komposisi Pekerjaan Responden per Desa 18
2 Hasil survei sosial ekonomi masyarakat di kawasan TNTBR
Tahun 2015 19

vii
BAB I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Jumlah penduduk di kawasan Taman Nasional Taka Bonerate dari tahun ke
tahun terus meningkat, pada satu sisi hal ini berarti penyediaan tenaga kerja yang
cukup banyak, namun sejalan dengan itu kebutuhan dasar atas sandang, papan dan
pangan juga meningkat. Apabila kebutuhan dasar ini tidak terpenuhi, maka salah satu
sasarannya adalah merambah kawasan konservasi. Pada kawasan konservsi
perairan/laut biasanya terjadi kegiatan eksploitatif dan illegal fishing terhadap
sumberdaya perairan, hal ini akan menimbulkan ancaman bagi kelestarian kawasan
konservasi.

Dalam beberapa kasus, masyarakat di dalam dan sekitar kawasan seringkali


justru menjadi ’tertuduh’ utama sumber ancaman gangguan keamanan kawasan.
Padahal sebenarnya, mereka memiliki segudang potensi dan kearifan tradisional yang
mampu memanfaatkan sumberdaya alam hayati dan ekosistemnya secara lestari,
namun adanya desakan kebutuhan dan pengaruh faktor luar mendorong mereka
mengintervensi kawasan konservasi disekitarnya tanpa ijin.

Kondisi yang terus berlanjut ini mengakibatkan kualitas dan kuantitas


sumberdaya alam hayati dan ekosistemnya kian menurun. Bahkan Kawasan
konservasi yang sedianya adalah benteng pertahanan terakhir kelestarian alam pun
tak luput dari rambahan dan jarahan tangan-tangan tak bertanggung jawab.

Bertolak dari fakta tersebut, lahir kebijaksanaan pengelolaan kawasan yang


melibatkan berbagai stakeholder termasuk masyarakat yang ada di dalam dan sekitar
kawasan konservasi. Aksi nyatanya diimplementasikan melalui kegiatan
pemberdayaan masyarakat di dalam dan sekitar kawasan konservasi, agar tercipta
sumberdaya alam yang lestari dan masyarakat yang sejahtera. Taman Nasional Taka
Bonerate sebagai Institusi yang bersentuhan langsung dengan masyarakat lokal di
dalam kawasan memiliki tanggung jawab moral dalam ikut meningkatkan kondisi
ekonomi manyarakat desa yang berada di sekitar kawasan.

1
B. Landasan Hukum
Pembangunan merupakan upaya sadar untuk memperbaiki kesejahtraan
masyarakat secara berkelanjutan yang dilaksanakan oleh pemerintah bersama
masyarakat dalam hal ini Taman Nasional Taka Bonerate dengan masyarakat yang
ada disekitar kawasan. Dengan demikian, peran serta masyarakat dalam keseluruhan
proses pembangunan, merupakan syarat mutlak yang harus diperhatikan oleh semua
penentu kebijakan dan penyelenggara pembangunan di segala bidang.

Dasar Hukum peran serta masyarakat di bidang kehutanan, diatur dalam:


1. Undang- undang No. 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati
dan Ekosistemnya, Pasal 4 menyatakan bahwa konservasi sumber daya alam
hayati dan ekosistemnya merupakan kewajiban dan tanggung jawab pemerintah
serta masyarakat. Terhadap hal ini dipertegaskan pada pasal 37 yang
menjelaskan bahwa pemerintah berkewajiban untuk mendorong peran serta rakyat
dalam konservasi sumberdaya alam hayati dan ekosistemnya melalui pendidikan
dan penyuluhan.
2. Undang- undang No. 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan, dalam pasal 70
menyatakan bahwa:
1) Masyarakat turut berperan serta dalam pembangunan di bidang kehutanan.
2) Pemerintah wajib mendorong peranserta masyarakat melalui berbagai
kegiatan di bidang kehutanan yang berdaya guna dan berhasil guna.
Undang- undang No. 41 Tahun 1999 pasal 2, lebih lanjut dijelaskan bahwa
penyelenggaraan Kehutanan berazaskan manfaat dan lestari, kerakyatan,
keadilan, kebersamaan, keterbukaan, dan keterpaduan. Lestari dalam arti adanya
keseimbangan antara fungsi ekologi, fugsi sosial budaya dan fungsi ekonomi.
3. Undang-Undang No. 6 tahun 2014 tentang Desa menjelaskan bahwa
Pemberdayaan Masyarakat Desa adalah upaya mengembangkan kemandirian
dan kesejahteraan masyarakat dengan meningkatkan pengetahuan, sikap,
keterampilan, perilaku, kemampuan, kesadaran, serta memanfaatkan sumber
daya melalui penetapan kebijakan, program, kegiatan, dan pendampingan yang
sesuai dengan esensi masalah dan prioritas kebutuhan masyarakat Desa.
Selanjutnya pada Pasal 38 ayat 2 Pembangunan Kawasan Perdesaan
dilaksanakan dalam upaya mempercepat dan meningkatkan kualitas pelayanan,
pembangunan, dan pemberdayaan masyarakat Desa di Kawasan Perdesaan
melalui pendekatan pembangunan partisipatif.

2
4. Undang-Undang No. 23 tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah Pasal 294 ayat
3 menyebutkan bahwa Dana Desa sebagaimana dimaksud dalam Pasal 285 ayat
(2) huruf a angka 4 dialokasikan oleh Pemerintah Pusat untuk mendanai
penyelenggaraan pemerintahan, pelaksanaan pembangunan, dan pembinaan
kemasyarakatan, serta pemberdayaan masyarakat Desa berdasarkan
kewenangan dan kebutuhan desa sesuai dengan ketentuan undang-undang
mengenai Desa.
5. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2011 Tentang
Pengelolaan Kawasan Suaka Alam dan Kawasan Pelestarian Alam juga mengatur
tentang pemberdayaan dan peran serta masyarakat di sekitar KSA dan KPA
sebagaimana pada pasal 49 dan pasal 50. Pemerintah, pemerintah provinsi dan
pemerintah kabupaten/kota harus memberdayakan masyarakat disekitar KSA dan
KPA dalam rangka meningkatkan kesejahteraannya.

Taman Nasional Taka Bonerate sebagai institusi pemerintah dibawah Direktorat


Jenderal Konservsi Sumber Daya Alam dan Ekosistem Kementerian Lingkungan Hidup
dan Kehutanan di dalam rencana pengelolaannya memiliki Visi “Terwujudnya Taman
Nasional Taka Bonerate Sebagai Kawasan Pelestarian Terumbu Karang Terdepan,
Kawasan Pengembangan dan Tujuan Wisata Alam Laut Utama di Sulawesi”.

Sedangkan Misi Balai Taman Nasional Taka Bonerate yaitu :

1. Memantapkan dan meningkatkan pengelolaan konservasi sumberdaya alam


hayati dan ekosistemnya, dengan tujuan :
a. Meningkatnya efektifitas pengelolaan Taman Nasional Taka Bonerate;
b. Berkembangnya pengelolaan konservasi sumberdaya alam hayati dan
ekosistemnya di Taman Nasional Taka Bonerate; dan
c. Meningkatnya upaya pengawetan tumbuhan dan satwa liar.
2. Memantapkan dan meningkatkan perlindungan kawasan konservasi perairan dan
penegakan hukum, dengan tujuan :
a. Meningkatnya upaya perlindungan kawasan konservasi perairan serta
sumberdaya alam hayati dan ekosistem yang termasuk di dalamnya;
b. Meningkatnya upaya penegakan hukum di kawaan Taman NAsional Taka
Bonerate; dan
c. Semakin mantapnya peran serta masyarakat dan para pihak dalam
perlindungan dan penegakan hukum di Taman Nasional Taka Bonerate.
3. Mengembangkan secara optimal pemanfaatan sumberdaya alam hayati dan
ekosistemnya berdasarkan prinsip kelestarian, dengan tujuan :

3
a. Meningkatnya pemanfatan Obyek dan Daya Tarik Wisata Alam (ODTWA) dan
jasa lingkungan di Taman Nasional Taka Bonerate; dan
b. Meningkatnya pemanfaatan sumberdaya alam perikanan secara lestari untuk
kesejahteraan masyarakat.
4. Mengembangkan kelembagaan dan kemitraan dalam rangka pengelolan
konservasi sumberdaya alam hayati dan ekosistemnya, dengan tujuan :
a. Mewujudkan pemanfaatan kelembagaan dengan peningkatan sumberdaya
manusia yang mampu mendukung pengelolaan KSDAHE;
b. Mewujudkan pemantapan perencanaan, evaluasi dan pengendalian
pembangunan kawasan konservasi perairan;
c. Mewujudkan pemenuhan sarana dan prasarana pengelolaan KSDAHE;
d. Peningkatan kesadaran hukum terhadap peraturan prundang-undangan
bidang KSDAHE bagi masyarakat dan stakeholder terkait; dan
e. Meningkatnya peran masyarakat dan para pihak dalam kemitraan pengelolaan
KSDAHE.

Penyusunan Rencana Pembinaan Lima Tahun (RPL) Pemberdayaan


Masyarakat di sekitar kawasan Taman Nasional Taka Bonerate ini berpedoman pada
Petunjuk Teknis Penyusunan Rencana Pembinaan Desa Binaan Di Daerah
Penyangga Kawasan Konservasi yang diterbitkan oleh Direktorat Kawasan Konservasi,
Direktorat Jenderal Konservasi Sumber Daya Alam dan Ekosistem, Kementerian
Lingkungan Hidup dan Kehutanan Tahun 2015.

C. Tujuan dan Manfaat


Tujuan dari penyusunan Rencana Pembinaan Lima Tahun (RPL)
Pemberdayaan Masyarakat di sekitar kawasan Taman Nasional Taka Bonerate adalah
sebagai pedoman dalam implementasi pelaksanaan kegaitan-kegiatan pemberdayaan
masyarakat desa binaan dan sebagai acuan dalam penyusunan rencana kerja tahunan
pembinaan desa binaan.

Manfaat yang diperoleh oleh masyarakat dan para pihak di sekitar kawasan
konservasi dengan adanya rencana pemberdayaan masyarakat adalah:

1. Kegiatan pemberdayaan masyarakat akan lebih tepat sasaran.

2. Dapat bersinergi dengan para pihak mengenai program dan kegiatan


pemberdayaan masyarakat.

4
3. Masyarakat dapat ikut serta dalam perencanaan, pelaksanaan dan monitoring
kegiatan pemberdayaan masyarakat.

D. Ruang Lingkup
Jenis-jenis kegiatan yang direncanakan dalam RPL pemberdayaan masyarakat
di sekitar kawasan Taman Nasional Taka Bonerate antara lain kegiatan-kegiatan
terkait fasilitasi pembentukan kelambagaan kelompok masyarakat dan peningkatan
kapasitas serta kemandirian kelompok. Pembiayaan kegiatan dapat berasal dari
berbagai sumber yang sah. Penyelenggara (penanggungjawab/pelaksana) kegiatan
adalah Balai Taman Nasional Taka Bonerate, Pemerintah Desa, LSM/NGO dan para
pihak lainnya yang memiliki kapasitas untuk menyelenggarakan kegiatan atau dapat
juga dilakukan oleh kelompok masyarakat secara mandiri dengan didampingi oleh
pendamping kelompok.

E. Indikator Keberhasilan

Indikator keberhasilan sebagai acuan dan arah pencapaian tujuan akhir kegiatan
yang ditargetkan dalam RPL. Indikator Keberhasilan Pencapaian Tujuan Utama
ditetapkan dengan mengacu dan mengarah kepada pencapaian Indikator Kinerja
Kegiatan (IKK) Program KSDAE Tahun 2015-2019, yaitu:
1. Indikator 1: Meningkatnya jumlah anggota/kelompok masyarakat peduli
terhadap konservasi kawasan.
2. Indikator 2: Meningkatnya pendapatan kelompok yang dibina peningkatan
melalui pengembangan usaha ekonomi).
3. Indikator 3: Menurunnya jumlah masyarakat/orang yang melakukan
pelanggaran terhadap kawasan konservasi (jumlah orang).
4. Indikator 4: Meningkatnya kegiatan ekonomi produktif dengan usaha yang
mencirikan desa konservasi (jumlah orang berkesempatan
usaha/jumlah usaha).
Pembinaan/pemberdayaan masyarakat desa binaan di Taman Nasional Taka
Bonerate mencapai keberhasilan apabila memenuhi setidaknya 2 dari empat indikator
keberhasilan di atas.

5
F. Batasan dan Pengertian

1. Kawasan konservasi adalah kawasan, baik di daratan maupun di perairan, yang


memiliki ciri khas tertentu dan mempunyai fungsi pokok perlindungan sistem
penyangga kehidupan, pengawetan keanekaragaman jenis tumbuhan dan satwa
beserta ekosistemnya, yang berdasarkan kondisi biogeofisiknya dikategorikan
kedalam kawasan suaka alam, kawasan pelestarian alam, atau taman buru.
2. Kawasan pelestarian alam, disingkat KPA, adalah kawasan dengan ciri khas
tertentu, baik di darat maupun di perairan yang mempunyai fungsi perlindungan
sistem penyangga kehidupan, pengawetan keanekaragaman jenis tumbuhan dan
satwa, serta pemanfaatan secara lestari sumber daya alam hayati dan
ekosistemnya.
3. Taman nasional, disingkat TN, adalah kawasan pelestarian alam yang mempunyai
ekosistem asli, dikelola dengan sistem zonasi yang dimanfaatkan untuk tujuan
penelitian, ilmu pengetahuan, pendidikan, menunjang budidaya, pariwisata, dan
rekreasi.
4. Daerah penyangga kawasan konservasi adalah wilayah yang berbatasan dengan
kawasan suaka alam dan/atau kawasan pelestarian alam, dapat berupa kawasan
hutan, yaitu hutan lindung dan hutan produksi, serta nonkawasan hutan, yaitu
hutan hak, tanah negara bebas, atau tanah yang dibebani hak, yang berfungsi
untuk menjaga keutuhan KSA dan/atau KPA yang bersangkutan.
5. Pembinaan desa binaan adalah bimbingan/pendampingan berbagai kegiatan,
mulai perencanaan hingga pengawasan yang dilakukan oleh Balai Taman
Nasional Taka Bonerate terhadap masyarakat desa binaan dalam rangka
mencapai tujuan bersama.
6. Pemberdayaan masyarakat desa binaan adalah upaya meningkatkan kapasitas
masyarakat, baik secara individu maupun kelompok, dalam pengelolaan potensi
sumber daya berikut permasalahannya guna peningkatan kemandirian,
kesejahteraan, dan kualitas hidup masyarakat daerah penyangga kawasan
konservasi dengan tetap menjaga kelestarian Taman Nasional Taka Bonerate.
7. Konservasi sumber daya alam hayati dan ekosistemnya, disingkat KSDAHE,
adalah pengelolaan sumber daya alam hayati berikut ekosistemnya yang
pemanfaatannya dilakukan secara bijaksana untuk menjamin kesinambungan
persediaannya dengan tetap memelihara dan meningkatkan kualitas
keanekaragaman dan nilainya.

6
8. Direktorat Jenderal KSDAE, disingkat Ditjen KSDAE, adalah direktorat jenderal
yang berada di bawah Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, yang
mempunyai tugas dan tanggung jawab dalam urusan KSDAE.
9. Pariwisata alam adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan wisata alam,
termasuk pengusahaan obyek daya tarik serta usaha yang terkait dengan wisata
alam.
10. Wisata alam adalah kegiatan perjalanan atau sebagian dari kegiatan tersebut yang
dilakukan secara sukarela serta bersifat sementara untuk menikmati gejala
keunikan dan keindahan alam di suaka margasatwa, taman nasional, taman hutan
raya, dan taman wisata alam.

7
BAB II. PROFIL KAWASAN KONSERVASI, DESA DAN KELOMPOK
BINAAN

A. Profil Kawasan Konservasi

1. Identitas kawasan.
Taman Nasional Taka Bonerate adalah kawasan pelestarian alam yang
terletak di sisi selatan semenanjung Sulawesi atau di Laut Flores dengan luas
kawasan 530.765 Ha. Kawasan ini ditetapkan sebagai Kawasan Pelestarian
Alam Perairan yang merupakan karang atol terbesar ketiga di dunia (luasan
mencapai 220.000 Ha) setelah Atol Kwajilein di Kep. Marshall dan Atol Suvadiva
di Maldive, serta memiliki keanekaragaman biota laut yang tinggi dan habitat bagi
berbagai spesies satwa laut yang langka dan dilindungi.

2. Sejarah kawasan.
Status Kawasan Taka Bonerate berawal dari ditetapkan sebagai cagar
alam laut pada tahun 1989 berdasarkan SK Menteri Kehutanan No. 100/Kpts-
II/1989. Taka Bonerate merupakan hamparan karang berbentuk cincin (atol) dan
merupakan habitat berbagai jenis biota laut seperti kima raksasa (tridacna gigas)
dan triton terompet (Charonia tritonis), daerah tersebut juga merupakan tempat
peneluran penyu hijau (Chelonia mydas) dan penyu sisik (Eretmochelys
imbricata), sehingga perlu dipertahankan dan dibina kelestariannya untuk dapat
dimanfaatkan bagi kepentingan ilmu pengetahuan, pendidikan, kebudayaan,
rekreasi dan pariwisata. Kemudian berubah fungsinya yaitu ditunjuk sebagai
Taman Nasional Taka Bonerate berdasarkan SK Menteri Kehutanan No.
280/KPTS-II/1992, tanggal 26 Pebruari 1992. Setelah itu diperkuat dengan
ditetapkan sebagai Taman Nasional Taka Bonerate dengan SK Menteri
Kehutanan Nomor 92/KPTS-II/2001 tanggal 15 Maret 2001 seluas 530.765 Ha.

Kawasan Taka Bonerate Kepulauan Selayar pada tanggal 9 Juni 2015


telah dideklarasikan sebagai cagar biosfer pada pertemuan internasional ICC
(International Co-ordinating Council) MAB Programme – UNECSO di Paris
Perancis. Deklarasi ini menjadikan Cagar Biosfer Taka Bonerate-Kepulauan
Selayar menjadi bagaian dari jaringan internasional seluruh cagar biosfer dunia.
Sampai dengan pertemuan ICC di Paris 2015 ini, Taka Bonerate-Kepulauan

8
Selayar menjadi Cagar Biosfer ke 10 di Indonesia. Cagar Biosfer adalah suatu
kawasan yang terdiri dari ekosistem asli, ekosistem unik, dan/atau ekosistem
yang telah mengalami perubahan yang keseluruhan unsur alamnya dikelola bagi
kepentingan konservasi dan pembangunan ekonomi berkelanjutan yang
didukung oleh kajian ilmiah/penelitian (MAB Indonesia).

3. Kondisi Fisik.
 Letak geografis

TN Taka Bonerate merupakan kawasan pelestarian alam yang secara


geografis terletak di Laut Flores pada 6° 17' 15" LS - 7° 06' 45" LS dan 121° 25'
00" BT - 120° 53' 30" BT. Secara administratif kawasan TN Taka Bonerate
berada dalam wilayah Kecamatan Taka Bonerate, Kabupaten Kepulauan
Selayar. Secara fisik kawasan Taman Nasional Taka Bonerate, disebelah Utara
berbatasan dengan Sulawesi Selatan, sebelah Timur berbatasan dengan Laut
Banda, sebelah Selatan berbatasan dengan Laut Flores, dan sebelah Barat
berbatasan dengan Laut Jawa.

 Tanah/Geologi;

Kawasan TN Taka Bonerate terletak di antara lengan selatan Pulau


Sulawesi dan Pulau Flores, bersama dengan gugusan Pulau Bonerate
menempati area yang memiliki sifat geologi yang masih memiliki kemiripan
dengan mandala Sulawesi Selatan namun berbeda dengan mandala vulkanik
aktif Flores.

Bentang alam sebagai pseudo atoll dan letak paparan serta landas
kontinen di atas paparan benua menjadikan kawasan TN Taka Bonerate sebagai
tonggak (deep stick) di Laut Flores. Sejumlah laporan terdahulu menyebutkan
bahwa landas dari kawasan TN Taka Bonerate diperkirakan sebagai batuan
vulkanik dan batuan malihan. Citra seismik di utara Flores hanya sedikit
mengungkapkan geologi bawah tanah kompleks ini, sebagai masif vulkanik,
terobosan dan malihan yang terjerat struktur patahan.

 Topografi;

Topografi daratan utama sangat unik dan menarik, dengan atoll yang terdiri
dari gugusan pulau-pulau gosong karang dan rataan terumbu yang luas,
membentuk gugusan pulau yang cukup banyak. Selat-selat yang sempit, dalam
dan terjal mengantarai pulau-pulau dan gosong karang.

9
Pada bagian permukaan rataan terumbu karang banyak terdapat gobah
yang dalam dan dikelilingi oleh terumbu karang. Pada saat air surut terendah
akan tampak seperti daratan kering yang diselingi oleh genangan air membentuk
kolam-kolam kecil (tide pool). Kedalaman perairan sangat bervariasi mulai dari 2-
3 m (pada rataan terumbu) sampai pada kedalaman 200 m di dalam kawasan.

Pulau-pulau yang terdapat di Zona Pemanfaatan dan Zona Khusus berada


pada ketinggian sekitar 2-4 m dari permukaan laut, sebahagian besar
memanjang dari utara ke selatan dengan panjang antara 200 - 2.000 m, dan
lebar antara 50 - 1.000 m. Bentuk wilayah datar dengan tekstur tanah pasir
berlempung dan tanpa topografi yang berarti (RPTN, 2013).

 Batimetri

Batimetri perairan kawasan TN Taka Bonerate sangat khas. Di sebelah


Timur Kabupaten Kepulauan Selayar tidak terdapat dataran benua (continental
slope), sehingga terjadi pertemuan langsung pesisir dasar laut dengan lereng
benua. Hal ini menyebabkan kondisi batimetri disekitar paparan TN Taka
Bonerate sangat terjal, dimana karang atoll dibatasi oleh paparan yang
berkedalaman 200 meter, dan pada tepi paparan kedalaman perairan mengalami
penurunan drastis (drop) hingga kedalaman 1.500 - 2.000 meter.

 Kondisi Perairan

a. Pasang Surut

Jenis pasang surut kawasan TN Taka Bonerate adalah Campuran


Condong Dominan Ganda (Mixed tide prevailing semidiurnal) atau dalam sehari
semalam terjadi dua kali air pasang, dengan nilai rata-rata muka air (MSL)
berada dalam interval 200 cm – 250 cm. (YKL-Indonesia, 2001).

b. Ombak

Kawasan TN Taka Bonerate yang terletak di Laut Flores, yang secara


geografis berhadapan langsung dengan Laut Jawa di sebelah barat dan Laut
Banda di sebelah Timur, menyebabkan kawasan ini diterjang ombak yang
dibangkitkan oleh angin. Akibat hembusan angin musiman, maka kawasan TN
Taka Bonerate menerima hempasan ombak yang berubah-ubah seuai dengan
arah hembusan angin/musim.

Pada Musim Timur, angin berkecepatan rendah, sehingga tinggi ombak


tidak lebih dari 1 m, sebaliknya pada musim barat, angin berkecepatan tinggi

10
dengan jarak tanpa rintangan (fetch lenght) besar, menyebabkan ombak yang
tinggi dan dapat mencapai 3 m (RPTN 2013).

Kondisi gelombang laut di TN Taka Bonerate dapat mencapai 3 m pada


puncak musim angin barat karena wilayah perairan ini terbuka dan hanya
terdapat beberap pulau, yaitu Pulau Kayuadi, P. Polassi dan P. Tambolongang di
sebelah barat yang dapat mereduksi ketinggian gelombang laut. Tipe pasang
surut di kawasan ini adalah semi diurnal dengan kisaran 100 – 150 cm (RPTN,
2013).

4. Potensi Biologi.
Kawasan Taka Bonerate terdiri atas 3 (tiga) kategori terumbu karang yaitu
terumbu karang penghalang (barrier reef), terumbu karang tepi (fringing reef),
dan terumbu karang cincin (atoll). Keanekaragaman jenis biota penyusun ketiga
kategori terumbu karang tersebut cukup tinggi, juga keberadaan beberapa lokasi
terumbu karang yang sangat terjal (drop-off). Taman Nasional Taka Bonerate
merupakan kawasan terumbu karang yang berada pada suatu dangkalan yang
dikelilingi oleh laut dalam. Berdasarkan hasil interpretasi citra Aster tahun 2008,
luas karang hidup yaitu 10,029 ha, karang mati 8,559 ha, lamun dan makroalgae
19,748 ha, paparan pasir 20,381 ha, pulau/daratan 437 ha dan bungin/sand
dunes 76 ha. Terumbu karang yang ditemukan terdiri dari 68 genera karang yang
terdiri atas 63 genera dari Ordo Scleractinia dan 5 genera dari Ordo non
Scleractinia yang terdiri dari 233 jenis spesies penyusun terumbu karang. Famili
karang yang dominan adalah Acroporidae, Fungidae, Faviidae dan
Dendrophylladae (RPTN, 2014).

Perairan Taman Nasional Taka Bonerate juga memiliki keragaman jenis


lamun dan ganggang laut. Jenis lamun yang ditemukan di perairan ini terdiri dari
11 spesies dari 7 genera. Jenis lamun yang dominan adalah Thalassodendron
ciliata, Halophila ovalis, Cymodocea rotunda, Cymodocea serrulata, Thallasia
hemprichii dan Enhalus acoroides. Jenis lain yang juga dijumpai namun dalam
skala yang kecil adalah Halophila minor, Syringodium, Halodhule spp. (RPTN,
2014). Ganggang laut atau macro algae yang ditemukan di perairan ini terdiri dari
112 spesies berasal dari 46 genera yang terdiri atas 55 spesies alga hijau, 24
spesies alga coklat, dan 33 spesies alga merah (RPTN, 2014).

Alga dominan yaitu: Dicoospbaefia cavernosa, Udotea occidentalis,


Neomeris annulata, Halimeda cylindracea, H. opuntia, H. macroloba, H.

11
micronesica, Laurencia obtusa dan Lithothamnion prolifer. Namun dari 9 spesies
tersebut hanya 2 spesies yang ditemukan melimpah, yaitu Halimeda cylindracea
dan Neomeris annulata.

Dengan adanya ekosistem lamun dan terumbu karang yang baik, membuat
kawasan ini memiliki keragaman spesies ikan yang tinggi dan memiliki nilai
ekonomis tinggi. Dalam hal perikanan, kawasan ini merupakan habitat bagi 53
famili, 160 genus dan 564 spesies ikan karang dan pelagis. Adapun ikan karang
yang mendominasi dalam kawasan TN Taka Bonerate diantaranya adalah
Chaetodontidae, Pomacentridae, Labridae, Scaridae, Pomachantidae,
Apogonidae, Serranidae, Gobiidae, Lutjanidae, Caesionidae dan Mullidae
(RPTN, 2014). Moluska yang ditemukan di perairan Taka Bonerate terdiri atas 4
kelas, yaitu Gastropoda, Pelecypoda, Cephalopoda dan Scapopoda dengan 62
famili dan 299 spesies (RPTN, 2014). Kelompok mollusca yang dominan terdiri
atas dua klas yakni Gastropoda (keong-keongan) dan Pelecypoda (kerang-
kerangan). Gastropoda dominan berasal dari famili: Cypraedae, Thaidae,
Conidae, dan Cerithidae. Juga ditemukan gastropoda ukuran besar seperti
Scrabang Batik (Chaeronia tritons), Kepala Kambing (Cassis cornuta), dan
tedong-tedong (Lambis chiragra). Serta beberapa jenis Trochus spp, dan Conus
textile yang masuk dalam redlist CITES. Jenis-jenis kerang yang ditemukan
antara lain: kerang mutiara (Pinctada spp), Halionthis sp dan Kima (Tridacna
spp). Untuk jenis Kima yang terdapat di Taka Bonerate ada lima jenis dari marga
Tridacna dan dua jenis dari marga Hippopus. Ketujuh spesies tersebut adalah
Tridacnagigas, T. squamosa, T. derasa, T. crosea, T. maxima, Hippopus
hippopus, H. porcellanus. Juga terdapat Klas Cephalopoda seperti Nautilus
(Nautilus sp), Cumi-cumi (Squid sp) dan Gurita (Octopus sp).

Perairan Taka Bonerate juga merupakan lokasi peneluran serta jalur


migrasi penyu, ada 4 jenis penyu yang ditemukan di Taka Bonerate yaitu: Penyu
Sisik Eretmochelys imbricata, Penyu Hijau Chelonia mydas, Penyu Lekang
Lepidochelys olivacea, dan Penyu Tempayan Caretta caretta (RPTN, 2014).
Menurut penuturan masyarakat yang menghuni kawasan Taman Nasional Taka
Bonerate, ada beberapa titik peneluran penyu hijau (C. mydas) dan penyu sisik
(E. imbricata).

Echinodermata juga ditemukan di perairan ini, kelas ini terdiri dari bintang
laut (Asteroidea) 8 jenis, lili laut (Crinoidea), bulu babi (Echinoidea) 13 jenis dan
teripang (Holothuroidea) 11 jenis. (RPTN, 2014). Teripang menjadi komoditi yang

12
memiliki nilai ekonomis tinggi di wilayah ini. Crustacea ditemukan sebanyak 15
spesies yang terdiri atas udang penaid Penaeus spp, lobster Panulirus spp,
udang pasir dan kepiting (RPTN, 2014).

Menurut penuturan masyarakat, di perairan kawasan ini juga sering terlihat


mamalia laut seperti paus (Cetacea), Lumba-lumba (Tursiops sp.) dan duyung
(Dugong dugong). Selain mamalia laut, Hiu juga sering terlihat melintas
diperairan Taka Bonerate. Banyak pula terdapat jenis burung yaitu 34 spesies,
terdiri dari 12 spesies burung darat, 13 spesies burung pantai dan 9 spesies
burung laut (RPTN, 2014).

Penyebaran geografis spesies-spesies tumbuhan yang ada pada pulau-


pulau di dalam kawasan TN Taka Bonerate dapat dibedakan menjadi 3
kelompok. Kelompok pertama, adalah spesies-spesies yang ditemukan pada
seluruh pulau antara lain Euphorbia pseudochamaesyce, Ipomoea pescaprae,
famili Asteraceae, Scaevolla taccada, dan beberapa spesies rumput. Kelompok
kedua, adalah spesies-spesies yang ditemukan pada pulau-pulau yang berada
pada bagian Timur dan Selatan kawasan antara lain Pemphis acidula, famili
Lythraceae, Tourneforti argentea, dan Ipomea tuba. Kelompok ketiga, adalah
spesies-spesies yang pola penyebarannya tidak beraturan (PSTK Unhas 2000
dalam RPTN, 2014).

5. Potensi Jasa Lingkungan.


Peranan suatu kawasan konservasi seperti taman nasional bersifat
langsung maupun tidak langsung dirasakan manfaatnya bagi suatu komunitas
masyarakat. Peranan langsung taman nasional laut misalnya yaitu
kesinambungan pemanfaatan potensi sumber daya alam seperti sumber ikan
yang dapat menyokong kehidupan masyarakat nelayan. Sedangkan peranan
tidak langsungnya adalah terpeliharanya sistem penyangga kehidupan berupa
terumbu karang sebagai habitat bagi beragam jenis biota laut, serta nilai estetika
suatu lingkungan terumbu karang yang berpotensi sebagai obyek wisata bahari.

Berdasarkan data yang dihimpun oleh WWF Indonesia pada Tahun 2015,
masyarakat di beberapa pulau dalam kawasan Taka Bonerate berprofesi sebagai
nelayan dengan target tangkapan yaitu ikan pelagis (Tuna, Layang dan
Cakalang), Ikan Karang (Kerapu, Kwe, Ketamba, Kakap, Baronang, dan Ekor
Kuning), Cephalopoda (Cumi-cumi, Sotong, Gurita), Teripang dan Mollusca

13
(kerang-kerangan). Hal ini dapat digolongkan sebagai nelayan tangkap dengan
target tangkapan sebagian besar merupakan ikan karang sedangkan untuk jenis
ikan-ikan pelagis seperti ikan Tuna, hingga saat ini hanya dimanfaatkan oleh
masyarakat pulau Tarupa Besar dan Pasitallu Tengah.

Potensi jasa lingkungan lainnya yang dimiliki oleh Taman Nasional Taka
Bonerate berupa fenomena alam dan keindahan alam bagi pengembangan
pariwisata dan rekreasi, pembangunan sarana dan prasarana pariwisata alam
serta menunjang peran serta masyarakat secara aktif dalam pelayanan jasa
pariwisata alam dan mendorong pengembangan ekonomi masyarakat juga
daerah dari jasa pariwisata alam.

Dengan melihat kondisi perairan yang dipenuhi dengan potensi dan


keanekaragaman hayati bawah laut, lokasi yang ada menjadi tempat yang
sangat memungkinkan bagi para wisatawan menikmati keindahannya. Spot dive
yang ada saat ini, berdasarkan hasil identifikasi dan inventarisasi petugas Balai
TN Taka Bonerate sebanyak lebih dari 30 spot. Namun tidak menutup
kemungkinan masih banyak lokasi yang dapat ditawarkan kepada wisatawan
dengan ciri khas lokasi masing-masing. Upaya mempertahankan lokasi yang
telah dijadikan sebagai spot dive, antara lain dengan tetap menjaga kelestarian
ekosistem disekitarnya, serta senantiasa mengeksploitasi potensi lainnya dengan
secara rutin memonitor kondisi keanekaragaman hayati yang ada.

6. Gangguan dan kerawanan kawasan.


Sebagai wilayah kepulauan, Taka Bonerate mempunyai akses perairan
yang terbuka. Hal ini merupakan tantangan bagi konservasi bahari karena akan
mempersulit pengawasan kegiatan-kegiatan eksploitasi. Tingginya permintaan
pasar terhadap komoditi sumber daya laut juga meningkatkan tekanan terhadap
konservasi bahari.

Saat ini terumbu karang di TN Taka Bonerate masih menjadi tumpuan


perekonomian nelayan, baik masyarakat yang berada di kawasan TN Taka
Bonerate maupun dari luar kawasan. Destructive fishing yang terjadi di kawasan
ini merupakan ancaman serius baik secara langsung maupun tidak langsung
terhadap kelestarian alam Taka Bonerate seperti penggunaan bius, bahan
peledak atau pengambilan sumber daya perikanan menggunakan kompresor.

14
Model penangkapan ini mengakibatkan kerusakan terumbu karang dibeberapa
lokasi

Kegiatan-kegiatan destruktif lainnya yang masih terjadi adanya kegiatan


penambangan pasir dan batu karang yang dapat menurunkan kualitas
lingkungan terumbu. Batu karang dan pasir biasa digunakan sebagai bahan
untuk pondasi rumah, jalan, maupun sarana fisik lainnya.

Ancaman juga dapat terjadi pada saat melakukan aktivitas wisata bahari,
berinteraksi dengan satwa seperti Lumba-lumba, hiu, penyu dan satwa besar
lainnya. Jika aktivitas ini tidak mengikuti kaidah berinteraksi yang baik, maka
akan terjadi stress pada satwa dan dapat mengubah perilaku bahkan
mengakibatkan kematian pada satwa (WWF Indonesia,2015).

Kegiatan perikanan yang dilakukan secara tradisonal oleh masyarakat juga


memberikan andil terhadap ancaman kelestarian terumbu karang di Taka
Bonerate. Kegiatan penangkapan biota laut seperti 'Massulo' dan 'Manubbah"
yang umum dilakukan masyarakat berdampak langsung terhadap rusaknya
terumbu karang.

Massulo merupakan kegiatan mencari biota laut yang dilakukan di malam


hari dengan menggunakan lampu petromaks atau penerangan lainnya
Sedangkan kegiatan manubbah dilakukan pada siang hari. Mekanisme kerja
'Massulo' dan 'Manubbah" itu sama, yaitu dengan cara berialan di areal karang
atau padang lamun di saat air surut. Adapun biota yang jadi target penangkapan
adalah teripang (Holothuridae), gurila (Octopodidae) atau moluska lainnya. Gutita
yang bersembunyi di angkat dengan menggunakan kait atau terkadang dilakukan
dengan cara paksa dengan membongkar Karangnya.

Pada beberapa lokasi penyelaman sudah banyak ditemukan karang yang


mengalami pemutihan (bleaching). Kondisi ini dilaporkan juga terjadi di beberapa
lokasi perairan laut hampir di seluruh perairan Indonesia sebagai akibat
peningkatan suhu global (WWF ID, 2016).

15
B. Profil Desa Binaan

1. Identitas Desa.
Kawasan TN Taka Bonerate berada di Kecamatan Taka Bonerate yang
merupakan salah satu dari 11 kecamatan di Kabupaten Selayar, Provinsi
Sulawesi Selatan. Berbatasan dengan Kabupaten Bulukumba di sebelah utara,
Provinsi Nusa Tenggara Timur di sebelah selatan, sebelah barat berbatasan
dengan Laut Flores dan Selat Makassar, dan di sebelah timur berbatasan
dengan Laut Flores. Wilayah kecamatan Taka Bonerate terdiri dari sembilan
desa, yaitu Desa Batang, Kayuadi, Nyiur Indah, Tambuna, Khusus Pasitallu,
Latondu, Rajuni, Tarupa dan Jinato. Dari sembilan desa yang ada di Kecamatan
Taka Bonerate, hanya enam desa yang berada di dalam kawasan TNTBR yaitu:
1. Desa Tarupa meliputi Pulau Tarupa; 2. Desa Rajuni meliputi Pulau Rajuni
Besar dan Pulau Rajuni Kecil; 3. Desa Latondu meliputi Pulau Latondu Besar; 4.
Desa Jinato meliputi Pulau Desa Jinato; 5. Desa Tambuna meliputi Pulau
PasitalluTengah; 6. Desa Khusus Pasitallu meliputi Pulau Pasitallu Timur.

2. Sejarah Desa
Berdasarkan penuturan dari kepala desa dan tetua kampung mengenai
asal muasal desa, desa yang paling tua adalah Desa Rajuni. Orang pertama
yang datang adalah suku Bajo jauh sebelum kemerdekaan. Salah satu klan Lolo
Bajo yang ada di Taka Bonerate saat ini adalah Abdul Muin Dg. Masikki dengan
gelar Opu Kali Rajuni. Keluarg Dg. Masikki hingga saat ini masih memegang ula-
ula (panji kehormatan) warna kuning yang menjadi simbol bahwa mereka adalah
penguasa di Taka Bonerate. Ada ula ula warna merah yang dimiliki oleh
Panglima Bajo yang tinggal di Kayuadi. Selain itu, ada tiga keluarga yang
memiliki ula-ula yaitu keluarga Haji Mahamu, Haji Lolo da Puang Baeda (Liebner,
1996 dalam WCS-IP, 2015).

Eksodus besar-besaran dari daratan Sulawesi ke Taka Bonerate terjadi


ketika peristiwa Darul Islam/Tentara Islam Indonesi (DI/TNII) yang dipimpin oleh
Abdullah Kahar Muzakar terjadi antara tahun 1950-1952. Ketidakstabilan politik
ini terjadi sampai tahun 1965. DI/TII berhasil dipadamkan ketik Kahar Muzakar
ditembak pada 3 Februari 1965 di Sungai Lasalo, Sulawesi Tenggara.

Pada awal pembentukan desa dikawasan Taman Nasional Taka Bonerate


(TNTBR), hanya satu desa yaitu Rajuni. Kemudian mulai tahun 1995 mekar
menjadi empat desa. Jinato, Tarupa dan Latondu terbentuk pada tahun 1995.

16
Sedangkan Tambuna baru ada tahun 1998.Terakhir adalah Desa Khusus
Pasitallu Rayayang terbentuk tahun 2012. Kecuali di Jinato, penghuni pertama di
lima desa yang lain adalahsuku Bajo. Di Jinato, penduduk pertama adalah orang
Bugis kemudian diikuti oleh orang Selayar (WCS IP, 2015).

3. Gambaran Umum Desa.


Desa-desa di dalam kawasan TN Taka Bonerate merupakan pulau-pulau
kecil dengan penduduk asli bersuku Bugis, Bajo, namun ada juga yang
merupakan pendatang dari Bulukumba, Sinjai serta daerah sekitar kawasan Taka
Bonerate. Selain itu pulau-pulau ini merupakan pulau dengan alur pelayaran
cukup padat, karena banyak kapal pengangkut barang seperti semen, beras,
rempah-rempah yang berasal dari pulau lain. Dengan jalur pelayaran Makassar –
Selayar (Takabonerate) – Flores. Seperti pada umumnya daerah pesisir, aktivitas
masyarakat pulau dalam memenuhi kebutuhan ekonominya adalah bekerja
sebagai nelayan, pedagang, pengepul ikan, serta ada pula yang berprofesi
sebagai guru, dan tenaga kesehatan.

4. Kependudukan.
Tabel 1. Data Demografi Desa di Kawasan TN Taka Bonerate

*Sumber: Kecamatan Takabonerate Dalam Angka Tahun 2014, **Sumber: WCS-IP 2015.

5. Kondisi Pemukiman
Pemukiman masyarakat desa di pulau-pulau di dalam kawasan memiliki
arsitektur perumahan nelayan yang masih sangat sederhana. Selain itu disekitar
perkampungan banyak ditumbuhi pohon kelapa yang berbaris rapi dan
17
rerumputan hijau dibawahnya. Tempat ini dijadikan lokasi beraktifitas masyarakat
untuk mengambil daun dan pelepahnya untuk dijadikan kayu bakar, selain itu
juga menjadi tempat bermain anak-anak atau sekedar duduk-duduk dan
beristirahat atau berteduh pada siang hari.

Arsitektur rumah masyarakat yang unik menjadikan nilai tersendiri bagi


pengembangan pariwisata. Jika hal ini dapat dikembangkan dengan baik maka
potensi yang dimiliki desa-desa di dalam kawasan dapat menjadi atraksi yang
menarik.

6. Mata Pencaharian.
Umumnya masyarakat dalam kawasanTNTBR menggantungkan hidupnya
pada aktivitas perikanan. Mata pencaharian masyarakat dalam kawasan adalah
nelayan, pedagang hasil laut atau pengumpul, pedagangkelontong, aparat
pemerintah desa, PNS guru, tenaga medis, polisi, tentara yang ditugaskandalam
kawasan TNTBR.

Menurut hasil survei WCS-IP pada tahun 2015, komposisi pekerjaan


masyarakat desa di dalam kawasan TNTB dapat dilihat ada grafik berikut:

Gambar 1. Persentase Komposisi Pekerjaan Responden per Desa.

Dari grafik di atas, terlihat dengan jelasbahwa Rajuni adalahdesa dengan


ragam pekerjaan yang palingbanyak dibandingkan dengan desa lainnya.

18
Disemua desa tidak tersedia lahan pertanian, selain itu juga tidak tersedia
pekerjaan alternatifnon pemanfaatan SDA.

7. Penghasilan Masyarakat Rata-Rata/ Bulan *)


Berdasarkan hasil survei sosial ekonomi masyarakat di kawasan TNTBR
oleh WCS-IP pada tahun 2015 persentase pendapatan bulanan rumah tangga
masyarakat per desa adalah sebagai berikut:

Gambar 2. Hasil survei sosial ekonomi masyarakat di kawasan TNTBR Tahun 2015.

8. Ketersediaan layanan publik


 Layanan listrik;

Hingga saat ini sudah ada beberapa desa di dalam kawasan TNTBR yang
mendapatkan bantuan pembangkit listrik tenaga surya (PLTS) oleh pemerintah
diantaranya yaitu di Desa Latondu, Desa Rajuni, Desa Tambuna dan Desa
Khusus Pasitallu. Sedangkan desa lain yang belum mendapatkan bantuan PLTS
masih menggunakan pembangkit listrik tenaga diesel untuk kebutuhan
penerangan di desa.

19
 Layanan pendidikan;

Di setiap desa di dalam kawasan TNTBR sudah tersedia


fasilitaspendidikan seperti Taman Kanak-kanak (TK)dan Sekolah Dasar (SD).
Sedangkan SekolahMenengah Pertama (SMP) tersedia di semuadesa kecuali
Desa Tambuna. Bagi siswa yangingin melanjutkan pendidikan ke
SekolahMenengah Atas (SMA) atau Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) harus
pergi ke Kayuadi, Jampea, Selayar atau Makassar.

Berikut adalah jumlah fasilitas pendidikan dan tenaga pengajar yang ada di
setiap desa:

Tabel 2. Jumlah fasilitas pendidikan dan tenaga pengajar yang ada di setiap
desa.

*Sumber: WCS-IP, 2015

Berdasarkan hasil survei WCS IP pada tahun 2015, sebagian


besarpenduduk di kawasan TN Taka Bonerate memiliki tingkat pendidikan
yangrendah. Sejumlah 82,9% penduduk tidak menyelesaikan pendidikan dasar
sembilan tahun. Berikut adalah komposisi tingkatpendidikan masyarakat: 39%
lulusan SD, 36,8%tidak tamat SD, 11% lulusan SMP, 7,1% tidak pernah
bersekolah dan 3,9% lulusan SMA.

20
 Layanan kesehatan;

Fasilitas kesehatan di setiap desa berupabangunan puskesmas dan tenaga


medis seperti bidan atau perawat sudah ada, namun proseskelahiran umumnya
masih melibatkan dukunbayi. Di beberapa desa bidan dan dukun bayibersama-
sama membantu proses kelahiran. Selain membantu persalinan bayi, bidandesa
juga menyediakan layanan kontrasepsiberupa pil, suntik, kondom, implant
danspiral. Selain masih kurangnya kesadaran untukmembatasi jumlah anak “dua
anak cukup”, kesadaran untuk kebersihan dan sanitasi jugamasih rendah. Hanya
sebagian kecil rumah yangmemiliki MCK pribadi. Kondisi ini didukung olehsangat
terbatasnya akses terhadap air tawar.

 Layanan Telekomunikasi;

Sarana komunikasi penduduk di kawasan Taka Bonerate sudah banyak


yang menggunakan telepon genggam, karena sudah ada beberapa tower
jaringan telepon seluler di beberapa pulau di sekitar desa. Namun jaringan
telekomunikasi hanya dapat digunakan untuk telepon dan sms. Sementara untuk
jaringan internet masih sangat terbatas.

 Kondisi jalan dan ketersediaan sarana transportasi;

Sarana transportasi masyarakat di sekitar kawasan TNTBR lebih banyak


menggunakan sanara transportasi laut yaitu dengan mengunakan kapal motor
milik masyarakat. Kapal motor ini digunakan oleh manyarakat untuk mobilitas
antar pulau di sekitar kawasan saja. Sedangkan transportasi dari dalam kawasan
taman nasional menuju pulau lain di luar kawasan masih belum tersedia sarana
transportasi secara reguler. Masyarakat yang ingin pergi keluar kawasan harus
menunggu sarana transportasi barang dari pulau tertentu, misalnya para
pengangkut ikan yang akan menuju ke pelabuhan perikanan Lappa di Sinjai,
para pedagang barang kelontong dari pelabuhan Paotere di Makassar dan dari
Bantaeng serta Bulukumba.

Desa terdekat dari Pulau Selayar yaitu desa Latondu dapat ditempuh
dalam waktu empat sampai dengan enam jam menggunakan perahu nelayan
lokal apabila cuaca bagus.

21
9. Persepsi/Isu Penting Masyarakat Dengan Kawasan Konservasi.
Pulau-pulau berpenduduk di dalam kawasan TNTBR sudah beberapa kali
dikunjungi oleh wisatawan baik lokal maupun manca negara, dan dalam
kunjungan ini memberikan dampak positif kepada masyarakat, yang memberikan
kesadaran kepada masyarakat jika desa mereka dikelola dengan baik maka hasil
yang didapat akan lebih baik. Selain itu sudah ada beberapa pelatihan yang
melibatkan unsur masyarakat yang diselenggarakan oleh Balai Taman Nasional
Taka Bonerate, baik mengenai konservasi (transplantasi karang, monitoring
karang dan lamun) maupun jasa pariwisata (pelatihan guide selam dan darat).
Namun untuk saat ini pengembangan wisata masih ada beberapa kendala dalam
pengembangan wisata yaitu masih perlu ditingkatkannya kapasitas sumber daya
manusia dalam hal pemahaman di bidang kepariwisataan. Selain itu ancaman
terhadap terumbu karang menjadi ketakutan tersendiri bagi masyarakat, karena
hal ini dinilai akan mempengaruhi laju pengembangan pariwisata di kawasan
Taman Nasional Taka Bonerate yang merupakan wisata bahari.

Dalam FGD yang dilakukan oleh WWF ID di Desa Jinato pada tahun 2016,
para peserta FGD menginginkan bahwa pengembangan wisata melibatkan
seluruh pihak di desa, sehingga akan bersinergi dan akan mempercepat
pengembangan wisata. Pengembangan desa yang menjadi harapan masyarakat
adalah wisata berbasis masyarakat, yang dapat menyeimbangkan antara
lingkungan, ekonomi dan sosial. Penyadartahuan mengenai lingkungan dan
pemanfaatan sumber daya ikan yang ramah lingkungan menjadi salah satu
kegiatan untuk mengurai permasalahan yang ada. Selain itu peserta juga
memberikan masukan, ketika ingin melakukan pendampingan terhadap
masayarakat sebaiknya ada pengumuman terlebih dahulu karena sebagian
masyarakat adalah nelayan.

Saat ini pemerintah Selayar menjadikan pariwisata sebagai salah satu


sektor unggulan untuk menggerakkan roda perekonomian dan mempercepat
kelangsungan ekonomi. Telah ada beberapa kegiatan yang dilakukan untuk
mempercepat pengembangan wisata di Selayar.

Dengan beragamnya wisata yang dimiliki oleh Selayar, telah ada beberapa
investor yang melirik untuk menginvestasikan bisnis dalam pengembangan
wisata. Beberapa kegiatan promosi juga sudah gencar dilakukan oleh pihak
pemerintah salah satunya dengan melaksanakan TIE (Taka Bonerate Island
Expedition) yang dilakukan setiap tahun yang dimulai sejak tahun 2009 dan

22
untuk tahun 2016 dilaksanakan Festival Taka Bonerate pada bulan September
2016 yang mengambil lokasi di Pulau Jinato dan Tinabo.

C. Profil Kelompok Binaan


1. Kelompok “Jinato Marennu”

Nama Kelompok : Kelompok “Jinato Marennu” Kelompok Pengelola


Model Desa Konservasi (MDK)
Tanggal berdiri : 19 Mei 2016
Legalitas Kelompok : Keputusan Kepala Balai Taman Nasional Taka
Bonerate Nomor: SK. 906/T.45/TU/SET/8/2016
Tentang Pengukuhan Kelompok Pengelola Ekowisata
Pada Model Desa Konservasi (MDK) Desa Jinato
Balai Taman Nasional Taka Bonerate
Alamat Kelompok: : Desa Jinato, Kecamatan Taka Bonerate, Kabupaten
Kepulauan Selayar, Propinsi Sulawesi Selatan.
Jarak dengan kawasan : 0 Km
konservasi

Jumlah anggota kelompok : 51 Orang

Mata pencaharian : Mata pencaharian anggota kelompok bervariasi.


kelompok
Mayoritas anggota kelompok sebagai nelayan. Selain
itu sebagian berprofesi sebagai Staf Desa dan
Wiraswasta.
Jarak pemukiman : Wisatawan yang akan berwisata ke Taman Nasional
kelompok binaan dengan
Taka Bonerate berangkat dari Kota Benteng,
pasar
Kabupaten Kepulauan Selayar. Jarak antara Kota
Benteng dengan Desa Jinato yang berada di dalam
kawasan TN Taka Bonerate adalah ±90 Km.
Program pembinaan/ : Program Pembinaan/Pemberdayaan yang pernah
pemberdayaan yang
diperoleh kelompok/anggota kelompok antara lain
pernah diperoleh
kelompok/anggota adalah Pengembangan MDK di Desa Jinato. Salah
kelompok
satu materinya adalah Strategi Mengemas Berbagai
Produk Wisata Menjadi Paket Wisata oleh yang
disampaikan oleh HPI (Himpunan Pramuwisata

23
Indonesia) Sulawesi Selatan. Anggota kelompok diberi
pengetahuan tentang cara memetakan potensi wisata
yang dimiliki desanya menjadi sebuah produk yang
menarik serta bagaimana cara mengembangkan
program desa wisata yang khas sesuai potensi alam
dan budaya masyarakat. Selain itu, anggota kelompok
juga diberikan pelatihan untuk menjadi pemandu
wisata alam baik di daratan maupun di perairan
(menyelam). Dalam upaya menumbuhkan dan
meningkatkan sadar konservasi dikalangan
masyarakat, anggota kelompok juga telah diberikan
pelatihan tranplantasi karang. Masyarakat diajak
menjaga sekaligus upaya rehabilitasi terumbu karang
yang telah rusak.
Kondisi : Pemukiman masyarakat desa di pulau-pulau di dalam
Pemukiman/Rumah
kawasan memiliki arsitektur perumahan nelayan yang
masih sangat sederhana. Arsitektur rumah
masyarakat yang unik menjadikan nilai tersendiri bagi
pengembangan pariwisata. Jika hal ini dapat
dikembangkan dengan baik maka potensi yang dimiliki
desa-desa di dalam kawasan dapat menjadi atraksi
yang menarik.
Jenis usaha yang diminati : Jenis usaha yang diminati kelompok adalah usaha
kelompok dan yang
penyedia jasa wisata terbatas diantaranya jasa
prospektif dikembangkan
pemanduan wisata alam, penyedia homestay,
penyedia jasa sarana transportasi laut, kuliner dan
cindera mata.
Ketergantungan kelompok : Kelompok sangat tergantung dengan kawasan
terhadap kawasan
konservasi, karena obyek yang akan dikembangkan
konservasi
kelompok berada di kawasan Taman Nasiona Taka
Bonerate.
Potensi kawasan : Potensi Kawasan Konservasi Taman Nasional Taka
konservasi yang diminati
Bonerate yang diminati kelompok adalah ekosistem
kelompok
laut yang akan ditawarkan sebagai daya tarik wisata
diantaranya sebagai berikut:
1. Olahraga Air serti Diving yang didukung oleh

24
keindahan bawah air (Spot dive).
2. Wisata Edukatif seperti Transplantasi karang
yang dapat mengakomodasi kegiatan yang
dilakukan oleh kelompok masyarakat sebagai
objek/ aktraksi dalam kegiatan wisata.
3. Wisata Kuliner sebagai suatu tempat yang khas,
laut tentu saja menyajikan makanan yang
bertemakan olahan hasil laut segar hal ini
merupakan salah satu daya tarik wisata bahari.
Selain itu makanan khas yang dapat ditemukan
di Desa Jinato yaitu Lawara dan Sambel Tai
Minyak.
4. Tradisional, acara yang diselenggarakan yang
didasarkan pada adat dan budaya masyarakat
setempat misalnya Pembuatan perahu nelayan
pembuatan minyak kelapa, Barasanji, Tarian
adat panca pedang, Pukat cakalang pada Bulan
Juli dan Agustus.
5. Ekowisata Bahari, menyajikan ekosistem alam
khas laut berupa pantai, fauna baik fauna dilaut
maupun sekitar pantai serta keindahan bawah
laut dengan pelibatan masyarakat sebagai
pemandu penyelaman dan interpreter pariwisata.

2. Kelompok “Tau Pulo”

Nama Kelompok : Kelompok “Tau Pulo” Kelompok Pengelola Model


Desa Konservasi (MDK)
Tanggal berdiri : 21 Mei 2016
Legalitas Kelompok : Surat Keputusan Kepala Desa Rajuni Nomor : 5 /
DRN / TBR / V / 2017 Tentang Pembentukan
Kelompok Model Desa Konservasi Tau Pulo
Alamat Kelompok: : Desa Rajuni, Kecamatan Taka Bonerate, Kabupaten
Kepulauan Selayar, Propinsi Sulawesi Selatan.

25
Jarak dengan kawasan : 0 Km
konservasi
Jumlah anggota kelompok : 25 Orang

Mata pencaharian : Mata pencaharian anggota kelompok mayoritas


kelompok
sebagai nelayan. Selain itu sebagian berprofesi
sebagai Staf Desa dan Wiraswasta.
Jarak pemukiman : Wisatawan yang akan berwisata ke Taman Nasional
kelompok binaan dengan
Taka Bonerate berangkat dari Kota Benteng,
pasar
Kabupaten Kepulauan Selayar. Jarak antara Kota
Benteng dengan Desa Rajuni yang berada di dalam
kawasan TN Taka Bonerate adalah ±75 Km.
Program pembinaan/ : Dalam rangka memberdayakan masyarakat di Desa
pemberdayaan yang
Rajuni yang dibentuk sebagai Model Desa
pernah diperoleh
kelompok/anggota Konservasi, telah dilakukan kegiatan peningkatan
kelompok
kapasitas masyarakat dengan pelatihan-pelatihan
untuk mengembangkan pengetahuan dan
keterampilan masyarakat diantaranya pelatihan usaha
produktif ikan kering, pelatihan ternak itik, pembuatan
tanaman hidroponik. Selain itu, dalam upaya
menumbuhkan dan meningkatkan sadar konservasi
dikalangan masyarakat, anggota kelompok juga telah
mendapatkan pelatihan tranplantasi karang.
Masyarakat diajak menjaga sekaligus upaya
rehabilitasi terumbu karang yang telah rusak.
Kondisi Pemukiman/ : Pemukiman masyarakat desa di pulau-pulau di dalam
Rumah
kawasan memiliki arsitektur perumahan nelayan yang
masih sangat sederhana. Arsitektur rumah
masyarakat suku Bajo dan Bugis yang unik
menjadikan nilai tersendiri bagi pengembangan
pariwisata. Jika hal ini dapat dikembangkan dengan
baik maka dapat menjadi atraksi yang menarik.
Jenis usaha yang diminati : Jenis usaha yang diminati kelompok adalah usaha
kelompok dan yang
penyedia jasa wisata terbatas diantaranya jasa
prospektif dikembangkan
pemanduan wisata alam, penyedia homestay,
penyedia jasa sarana transportasi laut, kuliner dan

26
cindera mata.
Ketergantungan kelompok : Kelompok sangat tergantung dengan kawasan
terhadap kawasan
konservasi, karena obyek yang akan dikembangkan
konservasi
kelompok berada di kawasan Taman Nasiona Taka
Bonerate.
Potensi kawasan : 1. Pemandangan
konservasi yang diminati
Desa Rajuni memiliki panorama alam bawah laut
kelompok
yang menyimpan potensi keindahan terumbu
karang dengan beraneka ragam jenis ikan hias.
2. Spot Diving
Keindahan bawah laut dengan keberadaan
beberapa spot menjadi salah satu andalan dari
Desa Rajuni.
3. Aktivitas Masyarakat Pesisir
Aktifitas masyarakat menjadi daya tarik tersendiri
di pulau ini. Masyarakat memiliki budaya dan
kegiatan yang menarik untuk disaksikan seperti
pengolahan ikan kering, serta ritual keagamaan
atau pesta pada waktu-waktu tertentu.

3. Forum Peduli Laut Rajuni-Latondu

Nama Kelompok : Forum Peduli Laut Rajuni-Latondu


Tanggal berdiri : 14 Januari 2017
Legalitas Kelompok : SK Bersama Kepala Desa
Desa Rajuni No. 07/DDR-TBR/I Tahun 2017
Desa Latondu No.013/SKKL/DLT/I tahun 2017
Alamat Kelompok: : Desa Latondu, Kecamatan Taka Bonerate, Kabupaten
Kepulauan Selayar, Propinsi Sulawesi Selatan.
Jarak dengan kawasan : 0 Km
konservasi

Jumlah anggota kelompok : 30 Orang

Mata pencaharian : Mata pencaharian anggota kelompok bervariasi.


kelompok

27
Mayoritas anggota kelompok sebagai nelayan. Selain
itu sebagian berprofesi sebagai Staf Desa dan
Wiraswasta.
Jarak pemukiman : Wisatawan yang akan berwisata ke Taman Nasional
kelompok binaan dengan
Taka Bonerate berangkat dari Kota Benteng,
pasar
Kabupaten Kepulauan Selayar. Jarak antara Kota
Benteng dengan Desa Latondu yang berada di dalam
kawasan TN Taka Bonerate adalah ±72 Km.
Sedangkan untuk pemasaran hasil perikanan selain
dipasarkan di Kota Benteng juga dipasarkan di Pulau
Latondu sendiri dan pulau-pulau terdekat sekitarnya.
Program pembinaan/ : Selain fasilitasi pembentukan kelompok Forum Peduli
pemberdayaan yang
Laut, program Pembinaan/Pemberdayaan yang
pernah diperoleh
kelompok/anggota pernah diperoleh Kelompok/Anggota Kelompok di
kelompok
Desa Latondu antara lain adalah Balai Taman
Nasional Taka Bonerate telah menyelenggarakan
kegiatan Pengembangan Produk Hasil Perikanan
kepada Kelompok Usaha Produktif di Desa Latondu.
Potensi hasil perikanan masyarakat di olah menjadi
produk abon dan kerupuk ikan. Dengan
memanfaatkan dan mengoptimalkan potensi yang ada
dan dimiliki dapat menambah nilai jual produk
perikanan hasil tangkapan nelayan lokal. Produk
olahan ini berpeluang untuk dikembangkan sebagai
salah satu bagian penunjang dari rencana
pengembangan wisata di Desa Latondu yaitu sebagai
produk oleh-oleh pengunjung.
Kondisi : Pemukiman masyarakat desa di pulau-pulau di dalam
Pemukiman/Rumah
kawasan memiliki arsitektur perumahan nelayan yang
masih sangat sederhana. Arsitektur rumah
masyarakat yang unik menjadikan nilai tersendiri bagi
pengembangan pariwisata.
Jenis usaha yang diminati : Jenis usaha yang diminati kelompok pengolahan hasil
kelompok dan yang
perikanan dan usaha penyedia jasa wisata terbatas
prospektif dikembangkan
diantaranya jasa pemanduan wisata alam, penyedia
homestay, penyedia jasa sarana transportasi laut,

28
kuliner dan cindera mata.
Ketergantungan kelompok : Sebagai desa yang mayoritas masyarakatnya adalah
terhadap kawasan
nelayan dan memiliki akses yang dekat dengan area
konservasi
panangkapan ikan masyarakat lokal, masyarakat
Desa Latondu dan Rajuni bergantung dengan
keberadaan sumberdaya ikan di area pemanfaatan
tradisional TNTBR.
Potensi kawasan : Potensi kawasan konservasi Taman Nasional Taka
konservasi yang diminati
Bonerate yang berupa hasil perikanan dan ekosistem
kelompok
terumbu karang nya serta pantai pasir putihnya
merupakan faktor utama dalam pengembangan
pemberdayaan masyarakat. Hasil identifikasi Potensi
melalui FGD yang dilakukan oleh Balai TNTBR dan
Rare dengan anggota kelompok di Desa Latondu
pada tahun 2015 adalah sebagai berikut:
1. Perikanan, khususnya perikanan karang yang
hanya bisa tersedia jika kondisi ekosistem
terumbu karang nya dalam keadaan baik. Hingga
saat ini, kegiatan perikanan yang dilakukan
masyarakat pulau-pulau Latondu Besar, Rajuni
Besar dan Rajuni Kecil dicirikan oleh perikanan
yang menggunakan lebih dari satu alat
penangkapan ikan (multi-gear) dimana masing-
masing dapat menghasilkan beberapa jenis ikan
dalam satu kali trip operasi penangkapan ikan
(multi-species). Penggunaan jenis-jenis alat
tangkap tertentu digunakan tergantung kondisi
musim dan kondisi bulan.
2. Spot dive (lokasi yang bisa menjadi lokasi wisata
selam). Di Desa Latondu terdapat spot dive
dengan karakteristik topografi drop off/wall yang
menjadi daya tarik tersendiri untuk wisatawan.
3. Wisata Edukatif seperti Transplantasi karang
yang dapat mengakomodasi kegiatan yang
dilakukan oleh kelompok masyarakat sebagai
objek/ aktraksi dalam kegiatan wisata.

29
4. Wisata Kuliner sebagai suatu tempat yang khas,
laut tentu saja menyajikan makanan yang
bertemakan olahan hasil laut segar hal ini
merupakan salah satu daya tarik wisata bahari.
5. Budaya Tradisional, acara yang diselenggarakan
yang didasarkan pada adat dan budaya
masyarakat setempat misalnya pembuatan
perahu nelayan, pembuatan minyak kelapa,
Barasanji, Tarian adat, Maulid.
6. Ekowisata Bahari, menyajikan ekosistem alam
khas laut berupa pantai, fauna baik fauna dilaut
maupun sekitar pantai serta keindahan bawah
laut dengan pelibatan masyarakat sebagai
pemandu wisata.

4. Kelompok Pengelola Wisata “King San”

Nama Kelompok : Kelompok Pengelola Wisata “King San”


Tanggal berdiri : 4 November 2017
Legalitas Kelompok : Berita Acara Pembentukan Kelompok Pengelola
Wisata Desa Tarupa
Alamat Kelompok: : Desa Tarupa, Kecamatan Taka Bonerate, Kabupaten
Kepulauan Selayar, Propinsi Sulawesi Selatan.
Jarak dengan kawasan : 0 Km
konservasi

Jumlah anggota kelompok : 12 Orang

Mata pencaharian : Mata pencaharian anggota kelompok bervariasi.


kelompok
Mayoritas anggota kelompok sebagai nelayan. Selain
itu sebagian berprofesi sebagai Staf Desa, Guru dan
Wiraswasta.
Jarak pemukiman : Wisatawan yang akan berwisata ke Taman Nasional
kelompok binaan dengan
Taka Bonerate berangkat dari Kota Benteng,
pasar
Kabupaten Kepulauan Selayar. Jarak antara Kota

30
Benteng dengan Desa Jinato yang berada di dalam
kawasan TN Taka Bonerate adalah ±85 Km.
Program pembinaan/ : Program Pembinaan/Pemberdayaan masyarakat yang
pemberdayaan yang
pernah diperoleh oleh masyarakat Desa Tarupa di
pernah diperoleh
kelompok/anggota antaranya adalah pelatihan usaha produktif
kelompok
pembuatan abon ikan, pengolahan ikan tuna,
pelatihan transplantasi karang dan pelatihan pemandu
wisata alam (pelatihan selam).
Kondisi : Pemukiman masyarakat desa di pulau-pulau di dalam
Pemukiman/Rumah
kawasan memiliki arsitektur perumahan nelayan yang
masih sangat sederhana. Arsitektur rumah
masyarakat yang unik dapat menjadi atraksi yang
menarik.
Jenis usaha yang diminati : Jenis usaha yang diminati kelompok adalah usaha
kelompok dan yang
penyedia jasa wisata terbatas diantaranya jasa
prospektif dikembangkan
pemanduan wisata alam, penyedia homestay,
penyedia jasa sarana transportasi laut, kuliner dan
cindera mata.
Ketergantungan kelompok : Kelompok sangat tergantung dengan kawasan
terhadap kawasan
konservasi, karena obyek yang akan dikembangkan
konservasi
kelompok berada di kawasan Taman Nasiona Taka
Bonerate.
Potensi kawasan : Potensi kawasan konservasi yang diminati kelompok
konservasi yang diminati
diataranya adalah potensi wisata alam dan wisata
kelompok
budaya.
Wisata Alam: Di perairan Pulau Tarupa terdapat
cukup banyak lokasi penyelaman (Dive Spot) seperti
Haemulidae, Finky Fish, Bulu Ayam, Drifting Turtle,
Uka, Hantu Ceria, Kaldera, Selat Tarupa, Lembaran
Daun, Kolam Gantarang, Batu 300 Tahun. Selain itu
pulau ini memiliki akses paling dekat menuju Taka
Gantarang yang merupakan salah satu lokasi yang
termasuk dalam zona pariwisata Taman Nasional
Takabonerate dengan hamparan aneka terumbu
karang yang masih baik, Kima raksasa, ikan dan
beserta aneka kekayaan hayati didalamnya. Taka

31
Lamungan juga terdapat hamparan aneka terumbu
karang dan pasir putih memanjang yang dapat kita
lihat ketika air surut. Selain itu di tempat ini terdapat
lubang seukuran sumur yang berada di tengah-tengah
hamparan lamun dan ikan yang banyak bermain di
dalam dan sekitarnya. Masyarakat dan wisatawan
yang biasa ke tempat ini menyebutnya “sumur ikan”.
Wisata Budaya: Selain kondisi alam, di pulau ini kita
dapat menikmati pertunjukan budaya ataupun
kebiasaan masyarakat setempat ketika ada acara
hajatan atau pesta pernikahan ataupun sunatan
massal yaitu penaikan bendera “Ula-ula” oleh
masyarakat keturunan suku Bajo. Kita juga bisa
menyaksikan pertunjukan seni bela diri yang mereka
namakan Manca’ Pa’dang dan Kentau. Dalam prosesi
acara syukuran masa kehamilan ada pembacaan
mantra yang dipimpin oleh Sanro (dukun).
Selanjutnya, ada hal yang menarik dalam aktivitas
masyarakat di pulau ini yang tidak bisa kita temukan di
pulau lain khususnya di Kawasan Taman Nasional
Takabonerate yaitu bentuk atau model perahu yang
digunakan oleh penduduk setempat untuk melaut,
perahu yang bermodel sampan berukuran agak besar
yang dilengkapi dengan dua sayap, penduduk
setempat biasa menyebutnya “jarangkak”.

5. Kelompok Pengelola Wisata “Tambuna Sport”

Nama Kelompok : Kelompok Pengelola Wisata “Tambuna Sport”


Tanggal berdiri : 10 November 2017
Legalitas Kelompok : Berita Acara Pembentukan Kelompok Pengelola
Wisata Desa Tarupa.
Alamat Kelompok: : Desa Tambuna, Kecamatan Taka Bonerate,
Kabupaten Kepulauan Selayar, Propinsi Sulawesi
Selatan.

32
Jarak dengan kawasan : 0 Km
konservasi

Jumlah anggota kelompok : 14 Orang

Mata pencaharian : Mata pencaharian anggota kelompok bervariasi.


kelompok
Mayoritas anggota kelompok sebagai nelayan. Selain
itu sebagian berprofesi sebagai Staf Desa dan
Wiraswasta.
Jarak pemukiman : Wisatawan yang akan berwisata ke Taman Nasional
kelompok binaan dengan
Taka Bonerate berangkat dari Kota Benteng,
pasar
Kabupaten Kepulauan Selayar. Jarak antara Kota
Benteng dengan Desa Jinato yang berada di dalam
kawasan TN Taka Bonerate adalah ± 126 Km.
Program pembinaan/ : Kegiatan pembinaan/pemberdayaan masyarakat yang
pemberdayaan yang
pernah dilakukan di Desa Tambuna antara lain adalah
pernah diperoleh
kelompok/anggota pelatihan usaha produktif pembuatan kerupuk ikan,
kelompok
abon ikan dan pelatihan pembuatan hidroponik. Selain
itu, anggota kelompok juga telah mendapatkan
pelatihan pemanduan wisata alam (pelatihan selam).
Kondisi : Pemukiman masyarakat desa di pulau-pulau di dalam
Pemukiman/Rumah
kawasan memiliki arsitektur perumahan nelayan yang
masih sangat sederhana. Arsitektur rumah
masyarakat yang unik menjadikan nilai tersendiri dan
dapat menjadi atraksi wisata yang menarik.
Jenis usaha yang diminati : Jenis usaha yang diminati kelompok adalah usaha
kelompok dan yang
penyedia jasa wisata terbatas diantaranya jasa
prospektif dikembangkan
pemanduan wisata alam, penyedia homestay,
penyedia jasa sarana transportasi laut, kuliner dan
cindera mata.
Ketergantungan kelompok : Kelompok sangat tergantung dengan kawasan
terhadap kawasan
konservasi, karena obyek yang akan dikembangkan
konservasi
kelompok berada di kawasan Taman Nasiona Taka
Bonerate.
Potensi kawasan : Potensi kawasan konservasi yang diminati kelompok
konservasi yang diminati
diataranya adalah potensi wisata alam dan wisata
kelompok
budaya.

33
Wisata Alam: Disekitar Desa Tambuna terdapat
beberapa spot dive yang menarik. Diantaranya Spot
dive Pasitallu Raja yang berada di sekitar Pulau
Pasitallu Barat, dan spot dive Mercusuar di sekitar
Pulau Pasitallu Timur.
Wisata Budaya: Membedakan pulau ini dengan yang
lain adalah aktivitas masyarakatnya. Di pulau ini
terdapat satu aktivitas yang cukup menarik untuk
dikembangkan menjadi atraksi wisata yaitu proses
mencari ikan menggunakan Lampara. Jika hanya
menggunakan Lampara mungkin hanya hal biasa,
namun yang menariknya adalah aktivitas ini dilakukan
oleh ABK kapal perempuan dan biasanya yang ikut
dalam kegitan ini berkisar antara 15 hingga 20 orang
perempuan. Berdasarkan FGD yang dilaksanakan
bersama perwakilan masyarakat pulau Pasitallu
Tengah, aktivitas ini sudah dilakukan sejak lama dan
ini menjadi salah satu pencaharian yang diandalkan
oleh perempuan di pulau tersebut terutama para janda
dan perempuan yang belum menikah. Kegiatan
mencari ikan menggunakan alat tangkap Lampara
dilakukan saat 20 bulan dilangit hingga 12 bulan
dilangit.

6. Kelompok Pengelola Wisata “Lolo Bajo” Desa Khusus Pasitallu

Nama Kelompok : Kelompok Pengelola Wisata “Lolo Bajo” Desa Khusus


Pasitallu
Tanggal berdiri : 13 November 2017
Legalitas Kelompok : Berita Acara Pembentukan Kelompok Pengelola
Wisata Desa Tarupa.
Alamat Kelompok: : Desa Tambuna, Kecamatan Taka Bonerate,
Kabupaten Kepulauan Selayar, Propinsi Sulawesi
Selatan.
Jarak dengan kawasan : 0 Km
konservasi

34
Jumlah anggota kelompok : 14 Orang

Mata pencaharian : Mata pencaharian anggota kelompok bervariasi.


kelompok
Mayoritas anggota kelompok sebagai nelayan. Selain
itu sebagian berprofesi sebagai Staf Desa dan
Wiraswasta.
Jarak pemukiman : Wisatawan yang akan berwisata ke Taman Nasional
kelompok binaan dengan
Taka Bonerate berangkat dari Kota Benteng,
pasar
Kabupaten Kepulauan Selayar. Jarak antara Kota
Benteng dengan Desa Jinato yang berada di dalam
kawasan TN Taka Bonerate adalah ± 128 Km.
Program pembinaan/ : Kegiatan pembinaan/pemberdayaan masyarakat yang
pemberdayaan yang
pernah dilakukan di Desa Khusus Pasitallu antara lain
pernah diperoleh
kelompok/anggota adalah pelatihan usaha produktif pembuatan ikan
kelompok
kering kemasan dan pelatihan trasnplantasi karang.
Selain itu, anggota kelompok juga telah mendapatkan
pelatihan pemanduan wisata alam (pelatihan selam).
Kondisi : Pemukiman masyarakat desa di pulau-pulau di dalam
Pemukiman/Rumah
kawasan memiliki arsitektur perumahan nelayan yang
masih sangat sederhana. Arsitektur rumah
masyarakat yang unik menjadikan nilai tersendiri dan
dapat menjadi atraksi wisata yang menarik.
Jenis usaha yang diminati : Jenis usaha yang diminati kelompok adalah usaha
kelompok dan yang
penyedia jasa wisata terbatas diantaranya jasa
prospektif dikembangkan
pemanduan wisata alam, penyedia homestay,
penyedia jasa sarana transportasi laut, kuliner dan
cindera mata.
Ketergantungan kelompok : Kelompok sangat tergantung dengan kawasan
terhadap kawasan
konservasi, karena obyek yang akan dikembangkan
konservasi
kelompok berada di kawasan Taman Nasiona Taka
Bonerate.
Potensi kawasan : Potensi kawasan konservasi yang diminati kelompok
konservasi yang diminati
diataranya adalah potensi wisata alam dan wisata
kelompok
budaya.
Wisata Alam:
Selain potensi wisata pantai dan aktivitas masyarakat

35
lokalnya, pengembangan pariwisata untuk aktivitas
penyelaman juga dapat dilakukan di lokasi ini. Di
bagian sebelah barat pulau terdapat Spot Mercusuar
yang saat ini sudah dikunjungi oleh wisatawan. Selain
itu, perairan di pulau ini menjadi jalur migrasi dan
bertelurnya penyu hijau (Chelonia mydas) dan Penyu
sisik (Eretomochelys imbricata)
Wisata Budaya:
Pulau Pasitallu Timur mayoritas dihuni oleh suku Bajo,
sebagian besar masyarakat pulau ini bermata-
pencaharian sebagai nelayan. Kondisi perkampungan
yang menarik, dengan arsitektur rumah tinggal yang
berbeda dengan suku Bajo pada umumnya,
menjadikan lokasi ini sebagai destinasi wisata.

36
BAB III. RENCANA KEGIATAN PEMBINAAN LIMA TAHUN

Rencana Kegiatan Pembinaan Lima Tahun (RPL) Pemberdayaan Masyarakat di


Sekitar Kawasan Taman Nasional Taka Bonerate disusun untuk menjadi panduan agar
pelaksanaan kegiatan pemberdayan masyarakat terarah untuk mencapai tujuan dan
tepat sasaran. Penyusunan RPL pemberdayaan masyarakat desa binaan
dimaksudkan untuk menyelaraskan kegiatan terkait pemberdayaan masyarakat di
sekitar kawasan konservasi dalam rangka pengembangan desa binaan agar dapat
memberikan hasil yang optimal terhadap kelestaian kawasan dan kesejahteraan
masyarakat.
Kegiatan pemberdayaan masyarakat desa binaan Balai Taman Nasional Taka
Bonerate dilaksanakan sebagai upaya peningkatkan keberdayaan masyarakat,
memperbaiki kesejahteraannya dan meningkatkan partisipasi masyarakat dalam
segala kegiatan konservasi sumberdaya hayati dan ekosistemnya secara
berkelanjutan.

A. Penanggungjawab dan Pelaksana

Penanggung jawab dan pelaksana kegiatan pemberdayaan masyarakat


disekitar kawasan Taman Nasional Taka Bonerate ini terdiri dari:
1. Penanggung jawab program adalah Kepala Balai TN Taka Bonerate
2. Penanggung jawab Operasional Lapangan adalah Kepala SPTN Wilayah I
Tarupa dan Kepala SPTN Wilayah II Jinato.
3. Pelaksana kegiatan adalah petugas Balai TN Taka Bonerate yang ditunjuk oleh
Kepala Balai TN Taka Bonerate dan Kelompok Masyarakat.
4. Pendamping/Fasilitator, yaitu Penyuluh Kehutanan Balai TN Taka Bonerate dan
Fasilitator dari Mitra yang bekerjasama dalam program pemberdayaan
masyarakat.

B. Pembiayaan Kegiatan (Sumber Biaya)


Pembiayaan pelaksanaan kegiatan pemberdayaan masyarakat di sekitar
Kawasan Taman Nasional Taka Bonerate diharapkan dapat bersumber dari:
1. DIPA Balai Taman Nasional Taka Bonerate.
2. Swadaya Masyarakat.
3. Sumbangan pihak lain yang tidak mengikat.

37
C. Jenis, Volume, Lokasi Kegiatan, Sumber Biaya dan Tahun Kegiatan
Desa Rajuni
Tabel 3. Jenis, Volume, Lokasi Kegiatan, Sumber Biaya dan Tahun Kegiatan Desa Rajuni
No Jenis Kegiatan Satuan Volume Nama/letak lokasi Sumber Dana Tahun
Kegiatan Kegiatan kegiatan 2016 2017 2018 2019 2020
Indentifikasi Potensi Desa dan Pembentukan Kelompok
1 Identifikasi Potensi Sumber Daya Alam dan Kegiatan 1 Rajuni WWF-ID v
Tipologi Desa
2 Pengembangan Model Desa Konservasi Kegiatan 1 Rajuni BTNTBR v
- Pembentukan kelompok pengelola ekowisata
Desa Rajuni
- Pelatihan pemandu wisata dan strategi
mengemas berbagai produk wisata menjadi
paket wisata.
Penguatan Kelembagaan Kelompok dan Peningkatan
Kapasitas SDM
1 Pendampingan rapat rutin kelompok di Desa Rajuni Kegiatan 4 Rajuni BTNTBR v
2 Peningkatan kapasitas kelompok di Desa Rajuni Kegiatan 1 Rajuni BTNTBR v
- Penyusunan AD/ ART
- Penyusunan rencana Aksi masing-masing
bidang/divisi
3 Bantuan Pengembangan Wisata Bahari Berbasis Bantuan 1 Rajuni BTNTBR v
Masyarakat
- Bantuan alat selam
4 Pelatihan menyelam bagi masyarakat Kegiatan 2 Selayar BTNTBR v
- OpenWater Diver
- Advanced Open Water Diver

38
No Jenis Kegiatan Satuan Volume Nama/letak lokasi Sumber Dana Tahun
Kegiatan Kegiatan kegiatan 2016 2017 2018 2019 2020
Peningkatan Kapasitas SDM Kelompok
1 Peningkatan kapasitas kelompok masyarakat Kegiatan 1 Rajuni BTNTBR v
pengelola wisata
2 Pelatihan menyelam (Rescue Divers) Kegiatan 1 Rajuni WWF-ID v
3 Pendampingan rapat rutin kelompok di Desa Rajuni Kegiatan 4 Rajuni BTNTBR v
Peningkatan Kapasitas Kelompok
1 Peningkatan kapasitas kelompok masyarakat Kegiatan 1 Rajuni BTNTBR v
pengelola wisata Penyusunan Desain Paket Wisata
- Pelatihan penyusunan desain paket wisata
- Pelatihan interpretasi wisata
- Pelatihan pengelolaan sampah
2 Pendampingan rapat rutin kelompok Kegiatan 4 Rajuni BTNTBR v
Pengembangan dan Pendampingan Kelompok
1 Membangun jaringan kemitraaan usaha Kegiatan 2 Rajuni/Selayar/ BTNTBR v
lainnya
2 Promosi dan pemasaran produk Kegiatan 1 Rajuni/Selayar/ BTNTBR v
lainnya
3 Monitoring dan evaluasi Rajuni BTNTBR v

39
Desa Jinato
Tabel 4. Jenis, Volume, Lokasi Kegiatan, Sumber Biaya dan Tahun Kegiatan Desa Rajuni
No Jenis Kegiatan Satuan Volume Nama/letak lokasi Sumber Dana Tahun
Kegiatan Kegiatan kegiatan 2016 2017 2018 2019 2020
Indentifikasi Potensi dan Pembentukan Kelompok
1 Identifikasi Potensi Sumber Daya Alam dan Kegiatan 1 Jinato WWF-ID v
Tipologi Desa
2 Pengembangan Model Desa Konservasi Kegiatan 1 Jinato BTNTBR v
- Pembentukan kelompok pengelola ekowisata
- Pelatihan pemandu wisata dan strategi
mengemas berbagai produk wisata menjadi
paket wisata
Penguatan Kelembagaan Kelompok
1 Pendampingan Rapat Rutin Kelompok Kegiatan 4 Jinato BTNTBR v
2 Peningkatan Kapasitas Kelompok Kegiatan 1 Jinato BTNTBR v
- Pendampingan penyusunan AD/ART
- Peningkatan keterampilan bidang cindera mata
- Pelatihan penyusunan rencana kerja masing-
masing bidang
3 Bantuan Pengembangan Wisata Bahari Berbasis Bantuan 1 Jinato BTNTBR v
Masyarakat
- Bantuan alat selam
4 Pelatihan Menyelam Bagi Masyarakat Kegiatan 2 Selayar BTNTBR v
- Open Water Diver
- Advanced Open Water Diver
Peningkatan Kapasitas Kelompok
1 Peningkatan kapasitas kelompok Kegiatan 1 Jinato BTNTBR v
- Penyusunan Desain Paket Wisata
2 Penyusunan Standar Operasional Bidang Pariwisata Kegiatan 1 Jinato BTNTBR v

40
No Jenis Kegiatan Satuan Volume Nama/letak lokasi Sumber Dana Tahun
Kegiatan Kegiatan kegiatan 2016 2017 2018 2019 2020
3 Pendampingan rapat rutin kelompok Kegiatan 4 Rajuni BTNTBR v
4 Peningkatan Sarana Prasaran Bantuan 1 Jinato BTNTBR v
- Pembangunan Pusat Informasi Wisata Alam
5 Pelatihan Selam (Rescue Divers) Kegiatan 1 Selayar WWF-ID v
Peningkatan Kapasitas Kelompok
1 Peningkatan kapasitas kelompok Kegiatan 1 Jinato BTNTBR v
- Pelatihan branding produk
- Pelatihan interpretasi wisata
2 Pendampingan rapat rutin kelompok Kegiatan 4 Jinato BTNTBR v
Pengembangan dan Pendampingan Kelompok
1 Membangun jaringan kemitraaan usaha Kegiatan 1 Jinato/Selayar/ BTNTBR v
lainnya
2 Promosi dan pemasaran produk Kegiatan 1 Jinato/Selayar/ BTNTBR v
lainnya
3 Monitoring dan evaluasi Kegiatan 1 Jinato BTNTBR v

41
Desa Latondu
Tabel 5. Jenis, Volume, Lokasi Kegiatan, Sumber Biaya dan Tahun Kegiatan Desa Latondu
No Jenis Kegiatan Satuan Volume Nama/letak lokasi Sumber Dana Tahun
Kegiatan Kegiatan kegiatan 2016 2017 2018 2019 2020
Identifikasi Potensi dan Persiapan Pembentukan
Kelembagaan Kelompok
1 Identifikasi Potensi Sumber Daya Alam dan Kegiatan 1 Latondu RARE v
Tipologi Desa (kerjasama dengan RARE Indonesia)
2 Identifikasi & Fasilitasi Tokoh Kunci Masyarakat Kegiatan 1 Latondu RARE v
- Fasilitasi pembentukan kelompok
- Workshop Pengembangan Rancangan
Pengelolaan Area Pemanfaatan Perikanan.
Pengesahan Kelembagaan dan Peningkatan Kapasitas
Kelompok
1 Pendampingan kelompok di Desa Latondu Kegiatan 4 Latondu RARE v
- Membangun Kesepahaman Rencana
Pengelolaan Area Pemanfaatan Perikanan
- Pengesahan Kelembagaan Kelompok
- Fasilitasi dan Pendampingan Penyusunan
Perangkat Kelembagaan
- Penyusunan Rencana Kerja Tahunan Kelompok
2 Fasilitasi Perjanjian Kerjasama Pemberdayaan Kegiatan 1 Latondu BTNTBR v
Masyarakat antara Balai TN Taka Bonerate dengan
Kelompok.
3 Bantuan Pengembangan Wisata Bahari Berbasis Kegiatan 1 Latondu BTNTBR v
Masyarakat (Bantuan alat selam)
4 Pelatihan menyelam bagi masyarakat Bantuan 2 Selayar BTNTBR v
- Open Water Diver
- Advanced Open Water Diver

42
No Jenis Kegiatan Satuan Volume Nama/letak lokasi Sumber Dana Tahun
Kegiatan Kegiatan kegiatan 2016 2017 2018 2019 2020
Penguatan Kelembagaan dan Peningkatan Kapasitas
Kelompok
1 Pendampingan Kelompok Kegiatan 4 Latondu BTNTBR v
- Pelatihan Penyusunan Laporan Monitoring (hasil
tangkapan perikanan dan transplantasi karang)
berbasis Masyarakat/kelompok
- Penyusunan Standar Operasional Penggunaan &
Pemeliharaan Alat Selam
- Penyusunan Standar Operasional
Pemantauan/Pengawasan berbasis
masyarakat/kelompok.
- Pengembangan Usaha Ekonomi Kelompok
2 Pelatihan Selam (Rescue Divers) Kegiatan 1 Selayar WWF-ID v
Pengembangan Kapasitas SDM melalui Pendampingan/
Pelatihan
1 Peningkatan kapasitas kelompok masyarakat Kegiatan 1 Latondu BTNTBR v
- Pelatihan Usaha Produktif
2 Pendampingan kelompok Kegiatan 1 Latondu
3 Pemantauan / Pengawasan Aktivitas Pemanfaatan Kegiatan 2 Latondu BTNTBR v
SD Perikanan
- Pengawasan /Pemantauan Mandiri Kelompok
- Patroli bersama Balai TNTBR dan Kelompok
4 Musyawarah Anggota Kegiatan 1 Latondu v
Pengembangan dan Pendampingan Kelompok
1 Membangun jaringan kemitraaan usaha Kegiatan 1 Latondu/Selayar BTNTBR v
2 Promosi dan pemasaran produk Kegiatan 1 Latondu/Selayar BTNTBR v
3 Monitoring dan evaluasi Kegiatan 1 Latondu BTNTBR v

43
Desa Tarupa
Tabel 6. Jenis, Volume, Lokasi Kegiatan, Sumber Biaya dan Tahun Kegiatan Desa Tarupa
No Jenis Kegiatan Satuan Volume Nama/letak lokasi Sumber Dana Tahun
Kegiatan Kegiatan kegiatan 2016 2017 2018 2019 2020
Identifikasi Potensi Desa
1 Identifikasi Potensi Sumber Daya Alam dan Kegiatan 1 Tarupa WWF-ID v
Tipologi Desa
Pembentukan Kelompok dan Peningkatan Kapasitas
SDM
1 Pembentukan Kelompok masyarakat pengelola Kegiatan 1 Tarupa BTNTBR v
desa wisata
2 Bantuan Pengembangan Wisata Bahari Berbasis Bantuan 1 Tarupa BTNTBR v
Masyarakat (Bantuan alat selam)
3 Pelatihan Menyelam Bagi Masyarakat Kegiatan 2 Selayar BTNTBR v
- Open Water Diver
- Advanced Open Water Diver
Peningkatan Kapasitas SDM
1 Pelatihan Selam (Rescue Divers) Kegiatan 1 Selayar WWF-ID v
2 Penyusunan Standar Operasional Bidang Pariwisata Kegiatan 1 Jinato BTNTBR v
3 Peningkatan Sarana Prasaran Bantuan 1 Tarupa BTNTBR v
- Pembangunan Pusat Informasi Wisata Alam
Penguatan Kelembagaan
1 Penguatan kelembagaan kelompok Kegiatan 1 Tarupa BTNTBR v
- Pendampingan penyusunan AD/ART Kelompok
Pengembangan dan Pendampingan Kelompok
1 Membangun jaringan kemitraaan usaha Kegiatan 1 Latondu/Selayar BTNTBR v
2 Promosi dan pemasaran produk Kegiatan 1 Latondu/Selayar BTNTBR v
3 Monitoring dan evaluasi Kegiatan 1 Latondu BTNTBR v

44
Desa Tambuna
Tabel 7. Jenis, Volume, Lokasi Kegiatan, Sumber Biaya dan Tahun Kegiatan Desa Tambuna
No Jenis Kegiatan Satuan Volume Nama/letak lokasi Sumber Dana Tahun
Kegiatan Kegiatan kegiatan 2016 2017 2018 2019 2020
Identifikasi Potensi Desa
1 Identifikasi Potensi Sumber Daya Alam dan Kegiatan 1 Tambuna WWF-ID v
Tipologi Desa
Pembentukan Kelompok dan Peningkatan Kapasitas
SDM
1 Pembentukan kelompok masyarakat pengelola Kegiatan 1 Tambuna BTNTBR v
desa wisata
2. Pelatihan Menyelam Bagi Masyarakat Kegiatan 2 Tambuna BTNTBR v
- OpenWater Diver
- Advanced Open Water Diver
3. Bantuan Pengembangan Binaan Bahari Berbasis Bantuan 1 Tambuna BTNTBR v
Masyarakat (Bantuan alat selam)
Peningkatan Kapasitas SDM
1 Pelatihan Selam (Rescue Divers) Kegiatan 1 Selayar WWF-ID v
2 Peningkatan Sarana Prasaran Bantuan 1 Tarupa BTNTBR v
- Pembangunan Pusat Informasi Wisata Alam
Penguatan Kelembagaan Kelompok
1 Penguatan kelembagaan kelompok Kegiatan 1 Tarupa BTNTBR v
- Pendampingan penyusunan AD/ART Kelompok
Pengembangan dan Pendampingan Kelompok
1 Membangun jaringan kemitraaan usaha Kegiatan 1 Latondu/Selayar BTNTBR v
2 Promosi dan pemasaran produk Kegiatan 1 Latondu/Selayar BTNTBR v
3 Monitoring dan evaluasi Kegiatan 1 Latondu BTNTBR v

45
Desa Khusus Pasitallu
Tabel 8. Jenis, Volume, Lokasi Kegiatan, Sumber Biaya dan Tahun Kegiatan Desa Khusus Pasitallu
No Jenis Kegiatan Satuan Volume Nama/letak lokasi Sumber Dana Tahun
Kegiatan Kegiatan kegiatan 2016 2017 2018 2019 2020
Identifikasi Potensi Desa
1 Identifikasi Potensi Sumber Daya Alam dan Kegiatan 1 Khusus Pasitallu WWF-ID v
Tipologi Desa
Pembentukan dan Peningkatan Kapasitas SDM
1 Pembentukan kelompok masyarakat pengelola Kegiatan 1 Khusus Pasitallu BTNTBR v
desa wisata
2. Pelatihan Menyelam Bagi Masyarakat Kegiatan 2 Benteng BTNTBR v
- OpenWater Diver
- Advanced Open Water Diver
3. Bantuan Pengembangan Binaan Bahari Berbasis Bantuan 1 Khusus Pasitallu BTNTBR v
Masyarakat (Bantuan alat selam)
Peningkatan Kapasitas SDM
1 Pelatihan Selam (Rescue Divers) Kegiatan 1 Selayar WWF-ID v
2 Peningkatan Sarana Prasaran Bantuan 1 Tarupa BTNTBR v
- Pembangunan Pusat Informasi Wisata Alam
Penguatan Kelembagaan Kelompok
1 Penguatan kelembagaan kelompok Kegiatan 1 Tarupa BTNTBR v
- Pendampingan penyusunan AD/ART Kelompok
Pengembangan dan Pendampingan Kelompok
1 Membangun jaringan kemitraaan usaha Kegiatan 1 Latondu/Selayar BTNTBR v
2 Promosi dan pemasaran produk Kegiatan 1 Latondu/Selayar BTNTBR v
3 Monitoring dan evaluasi Kegiatan 1 Latondu BTNTBR v

46
BAB IV. PENUTUP

Demikian Rencana Pembinaan Lima Tahun (RPL) Pemberdayaan Masyarakat


di sekitar Kawasan Taman Nasional Taka Bonerate disusun sebagai pedoman
perencanaan kegiatan yang menggambarkan proses, tahapan dan kebutuhan dalam
pelaksanaan kegiatan nantinya. Semoga rencana ini dapat dijadikan acuan oleh
kelompok pelaksana program dan pihak-pihak yang berkepentingan. Saran dan kritik
untuk perbaikan dokumen ini sangat diharapkan. Sekian, terima kasih.

47
LAMPIRAN

48
Lampiran 1. Peta kawasan Taman Nasional Taka Bonerate.

49
Lampiran 2. Peta desa di sekitar kawasan TN Taka Bonerate (Desa Binaan).

50

Anda mungkin juga menyukai