BENTENG, 2018
i
KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN
DIREKTORAT JENDERAL KONSERVASI SUMBER DAYA ALAM DAN EKOSISTEM
BALAI TAMAN NASIONAL TAKA BONERATE
LEMBAR PENGESAHAN
Benteng, 2018
Disahkan oleh : Disusun Oleh :
Kepala Balai, An. Tim Penyusun,
ii
TIM PENYUSUN
RENCANA PEMBINAAN LIMA TAHUN (RPL)
PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DI SEKITAR KAWASAN
TAMAN NASIONAL TAKA BONERATE
iii
KATA PENGANTAR
Tim Penyusun
iv
DAFTAR ISI
Halaman
LAMPIRAN .......................................................................................................... 48
v
DAFTAR TABEL
vi
DAFTAR GAMBAR
vii
BAB I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Jumlah penduduk di kawasan Taman Nasional Taka Bonerate dari tahun ke
tahun terus meningkat, pada satu sisi hal ini berarti penyediaan tenaga kerja yang
cukup banyak, namun sejalan dengan itu kebutuhan dasar atas sandang, papan dan
pangan juga meningkat. Apabila kebutuhan dasar ini tidak terpenuhi, maka salah satu
sasarannya adalah merambah kawasan konservasi. Pada kawasan konservsi
perairan/laut biasanya terjadi kegiatan eksploitatif dan illegal fishing terhadap
sumberdaya perairan, hal ini akan menimbulkan ancaman bagi kelestarian kawasan
konservasi.
1
B. Landasan Hukum
Pembangunan merupakan upaya sadar untuk memperbaiki kesejahtraan
masyarakat secara berkelanjutan yang dilaksanakan oleh pemerintah bersama
masyarakat dalam hal ini Taman Nasional Taka Bonerate dengan masyarakat yang
ada disekitar kawasan. Dengan demikian, peran serta masyarakat dalam keseluruhan
proses pembangunan, merupakan syarat mutlak yang harus diperhatikan oleh semua
penentu kebijakan dan penyelenggara pembangunan di segala bidang.
2
4. Undang-Undang No. 23 tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah Pasal 294 ayat
3 menyebutkan bahwa Dana Desa sebagaimana dimaksud dalam Pasal 285 ayat
(2) huruf a angka 4 dialokasikan oleh Pemerintah Pusat untuk mendanai
penyelenggaraan pemerintahan, pelaksanaan pembangunan, dan pembinaan
kemasyarakatan, serta pemberdayaan masyarakat Desa berdasarkan
kewenangan dan kebutuhan desa sesuai dengan ketentuan undang-undang
mengenai Desa.
5. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2011 Tentang
Pengelolaan Kawasan Suaka Alam dan Kawasan Pelestarian Alam juga mengatur
tentang pemberdayaan dan peran serta masyarakat di sekitar KSA dan KPA
sebagaimana pada pasal 49 dan pasal 50. Pemerintah, pemerintah provinsi dan
pemerintah kabupaten/kota harus memberdayakan masyarakat disekitar KSA dan
KPA dalam rangka meningkatkan kesejahteraannya.
3
a. Meningkatnya pemanfatan Obyek dan Daya Tarik Wisata Alam (ODTWA) dan
jasa lingkungan di Taman Nasional Taka Bonerate; dan
b. Meningkatnya pemanfaatan sumberdaya alam perikanan secara lestari untuk
kesejahteraan masyarakat.
4. Mengembangkan kelembagaan dan kemitraan dalam rangka pengelolan
konservasi sumberdaya alam hayati dan ekosistemnya, dengan tujuan :
a. Mewujudkan pemanfaatan kelembagaan dengan peningkatan sumberdaya
manusia yang mampu mendukung pengelolaan KSDAHE;
b. Mewujudkan pemantapan perencanaan, evaluasi dan pengendalian
pembangunan kawasan konservasi perairan;
c. Mewujudkan pemenuhan sarana dan prasarana pengelolaan KSDAHE;
d. Peningkatan kesadaran hukum terhadap peraturan prundang-undangan
bidang KSDAHE bagi masyarakat dan stakeholder terkait; dan
e. Meningkatnya peran masyarakat dan para pihak dalam kemitraan pengelolaan
KSDAHE.
Manfaat yang diperoleh oleh masyarakat dan para pihak di sekitar kawasan
konservasi dengan adanya rencana pemberdayaan masyarakat adalah:
4
3. Masyarakat dapat ikut serta dalam perencanaan, pelaksanaan dan monitoring
kegiatan pemberdayaan masyarakat.
D. Ruang Lingkup
Jenis-jenis kegiatan yang direncanakan dalam RPL pemberdayaan masyarakat
di sekitar kawasan Taman Nasional Taka Bonerate antara lain kegiatan-kegiatan
terkait fasilitasi pembentukan kelambagaan kelompok masyarakat dan peningkatan
kapasitas serta kemandirian kelompok. Pembiayaan kegiatan dapat berasal dari
berbagai sumber yang sah. Penyelenggara (penanggungjawab/pelaksana) kegiatan
adalah Balai Taman Nasional Taka Bonerate, Pemerintah Desa, LSM/NGO dan para
pihak lainnya yang memiliki kapasitas untuk menyelenggarakan kegiatan atau dapat
juga dilakukan oleh kelompok masyarakat secara mandiri dengan didampingi oleh
pendamping kelompok.
E. Indikator Keberhasilan
Indikator keberhasilan sebagai acuan dan arah pencapaian tujuan akhir kegiatan
yang ditargetkan dalam RPL. Indikator Keberhasilan Pencapaian Tujuan Utama
ditetapkan dengan mengacu dan mengarah kepada pencapaian Indikator Kinerja
Kegiatan (IKK) Program KSDAE Tahun 2015-2019, yaitu:
1. Indikator 1: Meningkatnya jumlah anggota/kelompok masyarakat peduli
terhadap konservasi kawasan.
2. Indikator 2: Meningkatnya pendapatan kelompok yang dibina peningkatan
melalui pengembangan usaha ekonomi).
3. Indikator 3: Menurunnya jumlah masyarakat/orang yang melakukan
pelanggaran terhadap kawasan konservasi (jumlah orang).
4. Indikator 4: Meningkatnya kegiatan ekonomi produktif dengan usaha yang
mencirikan desa konservasi (jumlah orang berkesempatan
usaha/jumlah usaha).
Pembinaan/pemberdayaan masyarakat desa binaan di Taman Nasional Taka
Bonerate mencapai keberhasilan apabila memenuhi setidaknya 2 dari empat indikator
keberhasilan di atas.
5
F. Batasan dan Pengertian
6
8. Direktorat Jenderal KSDAE, disingkat Ditjen KSDAE, adalah direktorat jenderal
yang berada di bawah Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, yang
mempunyai tugas dan tanggung jawab dalam urusan KSDAE.
9. Pariwisata alam adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan wisata alam,
termasuk pengusahaan obyek daya tarik serta usaha yang terkait dengan wisata
alam.
10. Wisata alam adalah kegiatan perjalanan atau sebagian dari kegiatan tersebut yang
dilakukan secara sukarela serta bersifat sementara untuk menikmati gejala
keunikan dan keindahan alam di suaka margasatwa, taman nasional, taman hutan
raya, dan taman wisata alam.
7
BAB II. PROFIL KAWASAN KONSERVASI, DESA DAN KELOMPOK
BINAAN
1. Identitas kawasan.
Taman Nasional Taka Bonerate adalah kawasan pelestarian alam yang
terletak di sisi selatan semenanjung Sulawesi atau di Laut Flores dengan luas
kawasan 530.765 Ha. Kawasan ini ditetapkan sebagai Kawasan Pelestarian
Alam Perairan yang merupakan karang atol terbesar ketiga di dunia (luasan
mencapai 220.000 Ha) setelah Atol Kwajilein di Kep. Marshall dan Atol Suvadiva
di Maldive, serta memiliki keanekaragaman biota laut yang tinggi dan habitat bagi
berbagai spesies satwa laut yang langka dan dilindungi.
2. Sejarah kawasan.
Status Kawasan Taka Bonerate berawal dari ditetapkan sebagai cagar
alam laut pada tahun 1989 berdasarkan SK Menteri Kehutanan No. 100/Kpts-
II/1989. Taka Bonerate merupakan hamparan karang berbentuk cincin (atol) dan
merupakan habitat berbagai jenis biota laut seperti kima raksasa (tridacna gigas)
dan triton terompet (Charonia tritonis), daerah tersebut juga merupakan tempat
peneluran penyu hijau (Chelonia mydas) dan penyu sisik (Eretmochelys
imbricata), sehingga perlu dipertahankan dan dibina kelestariannya untuk dapat
dimanfaatkan bagi kepentingan ilmu pengetahuan, pendidikan, kebudayaan,
rekreasi dan pariwisata. Kemudian berubah fungsinya yaitu ditunjuk sebagai
Taman Nasional Taka Bonerate berdasarkan SK Menteri Kehutanan No.
280/KPTS-II/1992, tanggal 26 Pebruari 1992. Setelah itu diperkuat dengan
ditetapkan sebagai Taman Nasional Taka Bonerate dengan SK Menteri
Kehutanan Nomor 92/KPTS-II/2001 tanggal 15 Maret 2001 seluas 530.765 Ha.
8
Selayar menjadi Cagar Biosfer ke 10 di Indonesia. Cagar Biosfer adalah suatu
kawasan yang terdiri dari ekosistem asli, ekosistem unik, dan/atau ekosistem
yang telah mengalami perubahan yang keseluruhan unsur alamnya dikelola bagi
kepentingan konservasi dan pembangunan ekonomi berkelanjutan yang
didukung oleh kajian ilmiah/penelitian (MAB Indonesia).
3. Kondisi Fisik.
Letak geografis
Tanah/Geologi;
Bentang alam sebagai pseudo atoll dan letak paparan serta landas
kontinen di atas paparan benua menjadikan kawasan TN Taka Bonerate sebagai
tonggak (deep stick) di Laut Flores. Sejumlah laporan terdahulu menyebutkan
bahwa landas dari kawasan TN Taka Bonerate diperkirakan sebagai batuan
vulkanik dan batuan malihan. Citra seismik di utara Flores hanya sedikit
mengungkapkan geologi bawah tanah kompleks ini, sebagai masif vulkanik,
terobosan dan malihan yang terjerat struktur patahan.
Topografi;
Topografi daratan utama sangat unik dan menarik, dengan atoll yang terdiri
dari gugusan pulau-pulau gosong karang dan rataan terumbu yang luas,
membentuk gugusan pulau yang cukup banyak. Selat-selat yang sempit, dalam
dan terjal mengantarai pulau-pulau dan gosong karang.
9
Pada bagian permukaan rataan terumbu karang banyak terdapat gobah
yang dalam dan dikelilingi oleh terumbu karang. Pada saat air surut terendah
akan tampak seperti daratan kering yang diselingi oleh genangan air membentuk
kolam-kolam kecil (tide pool). Kedalaman perairan sangat bervariasi mulai dari 2-
3 m (pada rataan terumbu) sampai pada kedalaman 200 m di dalam kawasan.
Batimetri
Kondisi Perairan
a. Pasang Surut
b. Ombak
10
dengan jarak tanpa rintangan (fetch lenght) besar, menyebabkan ombak yang
tinggi dan dapat mencapai 3 m (RPTN 2013).
4. Potensi Biologi.
Kawasan Taka Bonerate terdiri atas 3 (tiga) kategori terumbu karang yaitu
terumbu karang penghalang (barrier reef), terumbu karang tepi (fringing reef),
dan terumbu karang cincin (atoll). Keanekaragaman jenis biota penyusun ketiga
kategori terumbu karang tersebut cukup tinggi, juga keberadaan beberapa lokasi
terumbu karang yang sangat terjal (drop-off). Taman Nasional Taka Bonerate
merupakan kawasan terumbu karang yang berada pada suatu dangkalan yang
dikelilingi oleh laut dalam. Berdasarkan hasil interpretasi citra Aster tahun 2008,
luas karang hidup yaitu 10,029 ha, karang mati 8,559 ha, lamun dan makroalgae
19,748 ha, paparan pasir 20,381 ha, pulau/daratan 437 ha dan bungin/sand
dunes 76 ha. Terumbu karang yang ditemukan terdiri dari 68 genera karang yang
terdiri atas 63 genera dari Ordo Scleractinia dan 5 genera dari Ordo non
Scleractinia yang terdiri dari 233 jenis spesies penyusun terumbu karang. Famili
karang yang dominan adalah Acroporidae, Fungidae, Faviidae dan
Dendrophylladae (RPTN, 2014).
11
micronesica, Laurencia obtusa dan Lithothamnion prolifer. Namun dari 9 spesies
tersebut hanya 2 spesies yang ditemukan melimpah, yaitu Halimeda cylindracea
dan Neomeris annulata.
Dengan adanya ekosistem lamun dan terumbu karang yang baik, membuat
kawasan ini memiliki keragaman spesies ikan yang tinggi dan memiliki nilai
ekonomis tinggi. Dalam hal perikanan, kawasan ini merupakan habitat bagi 53
famili, 160 genus dan 564 spesies ikan karang dan pelagis. Adapun ikan karang
yang mendominasi dalam kawasan TN Taka Bonerate diantaranya adalah
Chaetodontidae, Pomacentridae, Labridae, Scaridae, Pomachantidae,
Apogonidae, Serranidae, Gobiidae, Lutjanidae, Caesionidae dan Mullidae
(RPTN, 2014). Moluska yang ditemukan di perairan Taka Bonerate terdiri atas 4
kelas, yaitu Gastropoda, Pelecypoda, Cephalopoda dan Scapopoda dengan 62
famili dan 299 spesies (RPTN, 2014). Kelompok mollusca yang dominan terdiri
atas dua klas yakni Gastropoda (keong-keongan) dan Pelecypoda (kerang-
kerangan). Gastropoda dominan berasal dari famili: Cypraedae, Thaidae,
Conidae, dan Cerithidae. Juga ditemukan gastropoda ukuran besar seperti
Scrabang Batik (Chaeronia tritons), Kepala Kambing (Cassis cornuta), dan
tedong-tedong (Lambis chiragra). Serta beberapa jenis Trochus spp, dan Conus
textile yang masuk dalam redlist CITES. Jenis-jenis kerang yang ditemukan
antara lain: kerang mutiara (Pinctada spp), Halionthis sp dan Kima (Tridacna
spp). Untuk jenis Kima yang terdapat di Taka Bonerate ada lima jenis dari marga
Tridacna dan dua jenis dari marga Hippopus. Ketujuh spesies tersebut adalah
Tridacnagigas, T. squamosa, T. derasa, T. crosea, T. maxima, Hippopus
hippopus, H. porcellanus. Juga terdapat Klas Cephalopoda seperti Nautilus
(Nautilus sp), Cumi-cumi (Squid sp) dan Gurita (Octopus sp).
Echinodermata juga ditemukan di perairan ini, kelas ini terdiri dari bintang
laut (Asteroidea) 8 jenis, lili laut (Crinoidea), bulu babi (Echinoidea) 13 jenis dan
teripang (Holothuroidea) 11 jenis. (RPTN, 2014). Teripang menjadi komoditi yang
12
memiliki nilai ekonomis tinggi di wilayah ini. Crustacea ditemukan sebanyak 15
spesies yang terdiri atas udang penaid Penaeus spp, lobster Panulirus spp,
udang pasir dan kepiting (RPTN, 2014).
Berdasarkan data yang dihimpun oleh WWF Indonesia pada Tahun 2015,
masyarakat di beberapa pulau dalam kawasan Taka Bonerate berprofesi sebagai
nelayan dengan target tangkapan yaitu ikan pelagis (Tuna, Layang dan
Cakalang), Ikan Karang (Kerapu, Kwe, Ketamba, Kakap, Baronang, dan Ekor
Kuning), Cephalopoda (Cumi-cumi, Sotong, Gurita), Teripang dan Mollusca
13
(kerang-kerangan). Hal ini dapat digolongkan sebagai nelayan tangkap dengan
target tangkapan sebagian besar merupakan ikan karang sedangkan untuk jenis
ikan-ikan pelagis seperti ikan Tuna, hingga saat ini hanya dimanfaatkan oleh
masyarakat pulau Tarupa Besar dan Pasitallu Tengah.
Potensi jasa lingkungan lainnya yang dimiliki oleh Taman Nasional Taka
Bonerate berupa fenomena alam dan keindahan alam bagi pengembangan
pariwisata dan rekreasi, pembangunan sarana dan prasarana pariwisata alam
serta menunjang peran serta masyarakat secara aktif dalam pelayanan jasa
pariwisata alam dan mendorong pengembangan ekonomi masyarakat juga
daerah dari jasa pariwisata alam.
14
Model penangkapan ini mengakibatkan kerusakan terumbu karang dibeberapa
lokasi
Ancaman juga dapat terjadi pada saat melakukan aktivitas wisata bahari,
berinteraksi dengan satwa seperti Lumba-lumba, hiu, penyu dan satwa besar
lainnya. Jika aktivitas ini tidak mengikuti kaidah berinteraksi yang baik, maka
akan terjadi stress pada satwa dan dapat mengubah perilaku bahkan
mengakibatkan kematian pada satwa (WWF Indonesia,2015).
15
B. Profil Desa Binaan
1. Identitas Desa.
Kawasan TN Taka Bonerate berada di Kecamatan Taka Bonerate yang
merupakan salah satu dari 11 kecamatan di Kabupaten Selayar, Provinsi
Sulawesi Selatan. Berbatasan dengan Kabupaten Bulukumba di sebelah utara,
Provinsi Nusa Tenggara Timur di sebelah selatan, sebelah barat berbatasan
dengan Laut Flores dan Selat Makassar, dan di sebelah timur berbatasan
dengan Laut Flores. Wilayah kecamatan Taka Bonerate terdiri dari sembilan
desa, yaitu Desa Batang, Kayuadi, Nyiur Indah, Tambuna, Khusus Pasitallu,
Latondu, Rajuni, Tarupa dan Jinato. Dari sembilan desa yang ada di Kecamatan
Taka Bonerate, hanya enam desa yang berada di dalam kawasan TNTBR yaitu:
1. Desa Tarupa meliputi Pulau Tarupa; 2. Desa Rajuni meliputi Pulau Rajuni
Besar dan Pulau Rajuni Kecil; 3. Desa Latondu meliputi Pulau Latondu Besar; 4.
Desa Jinato meliputi Pulau Desa Jinato; 5. Desa Tambuna meliputi Pulau
PasitalluTengah; 6. Desa Khusus Pasitallu meliputi Pulau Pasitallu Timur.
2. Sejarah Desa
Berdasarkan penuturan dari kepala desa dan tetua kampung mengenai
asal muasal desa, desa yang paling tua adalah Desa Rajuni. Orang pertama
yang datang adalah suku Bajo jauh sebelum kemerdekaan. Salah satu klan Lolo
Bajo yang ada di Taka Bonerate saat ini adalah Abdul Muin Dg. Masikki dengan
gelar Opu Kali Rajuni. Keluarg Dg. Masikki hingga saat ini masih memegang ula-
ula (panji kehormatan) warna kuning yang menjadi simbol bahwa mereka adalah
penguasa di Taka Bonerate. Ada ula ula warna merah yang dimiliki oleh
Panglima Bajo yang tinggal di Kayuadi. Selain itu, ada tiga keluarga yang
memiliki ula-ula yaitu keluarga Haji Mahamu, Haji Lolo da Puang Baeda (Liebner,
1996 dalam WCS-IP, 2015).
16
Sedangkan Tambuna baru ada tahun 1998.Terakhir adalah Desa Khusus
Pasitallu Rayayang terbentuk tahun 2012. Kecuali di Jinato, penghuni pertama di
lima desa yang lain adalahsuku Bajo. Di Jinato, penduduk pertama adalah orang
Bugis kemudian diikuti oleh orang Selayar (WCS IP, 2015).
4. Kependudukan.
Tabel 1. Data Demografi Desa di Kawasan TN Taka Bonerate
*Sumber: Kecamatan Takabonerate Dalam Angka Tahun 2014, **Sumber: WCS-IP 2015.
5. Kondisi Pemukiman
Pemukiman masyarakat desa di pulau-pulau di dalam kawasan memiliki
arsitektur perumahan nelayan yang masih sangat sederhana. Selain itu disekitar
perkampungan banyak ditumbuhi pohon kelapa yang berbaris rapi dan
17
rerumputan hijau dibawahnya. Tempat ini dijadikan lokasi beraktifitas masyarakat
untuk mengambil daun dan pelepahnya untuk dijadikan kayu bakar, selain itu
juga menjadi tempat bermain anak-anak atau sekedar duduk-duduk dan
beristirahat atau berteduh pada siang hari.
6. Mata Pencaharian.
Umumnya masyarakat dalam kawasanTNTBR menggantungkan hidupnya
pada aktivitas perikanan. Mata pencaharian masyarakat dalam kawasan adalah
nelayan, pedagang hasil laut atau pengumpul, pedagangkelontong, aparat
pemerintah desa, PNS guru, tenaga medis, polisi, tentara yang ditugaskandalam
kawasan TNTBR.
18
Disemua desa tidak tersedia lahan pertanian, selain itu juga tidak tersedia
pekerjaan alternatifnon pemanfaatan SDA.
Gambar 2. Hasil survei sosial ekonomi masyarakat di kawasan TNTBR Tahun 2015.
Hingga saat ini sudah ada beberapa desa di dalam kawasan TNTBR yang
mendapatkan bantuan pembangkit listrik tenaga surya (PLTS) oleh pemerintah
diantaranya yaitu di Desa Latondu, Desa Rajuni, Desa Tambuna dan Desa
Khusus Pasitallu. Sedangkan desa lain yang belum mendapatkan bantuan PLTS
masih menggunakan pembangkit listrik tenaga diesel untuk kebutuhan
penerangan di desa.
19
Layanan pendidikan;
Berikut adalah jumlah fasilitas pendidikan dan tenaga pengajar yang ada di
setiap desa:
Tabel 2. Jumlah fasilitas pendidikan dan tenaga pengajar yang ada di setiap
desa.
20
Layanan kesehatan;
Layanan Telekomunikasi;
Desa terdekat dari Pulau Selayar yaitu desa Latondu dapat ditempuh
dalam waktu empat sampai dengan enam jam menggunakan perahu nelayan
lokal apabila cuaca bagus.
21
9. Persepsi/Isu Penting Masyarakat Dengan Kawasan Konservasi.
Pulau-pulau berpenduduk di dalam kawasan TNTBR sudah beberapa kali
dikunjungi oleh wisatawan baik lokal maupun manca negara, dan dalam
kunjungan ini memberikan dampak positif kepada masyarakat, yang memberikan
kesadaran kepada masyarakat jika desa mereka dikelola dengan baik maka hasil
yang didapat akan lebih baik. Selain itu sudah ada beberapa pelatihan yang
melibatkan unsur masyarakat yang diselenggarakan oleh Balai Taman Nasional
Taka Bonerate, baik mengenai konservasi (transplantasi karang, monitoring
karang dan lamun) maupun jasa pariwisata (pelatihan guide selam dan darat).
Namun untuk saat ini pengembangan wisata masih ada beberapa kendala dalam
pengembangan wisata yaitu masih perlu ditingkatkannya kapasitas sumber daya
manusia dalam hal pemahaman di bidang kepariwisataan. Selain itu ancaman
terhadap terumbu karang menjadi ketakutan tersendiri bagi masyarakat, karena
hal ini dinilai akan mempengaruhi laju pengembangan pariwisata di kawasan
Taman Nasional Taka Bonerate yang merupakan wisata bahari.
Dalam FGD yang dilakukan oleh WWF ID di Desa Jinato pada tahun 2016,
para peserta FGD menginginkan bahwa pengembangan wisata melibatkan
seluruh pihak di desa, sehingga akan bersinergi dan akan mempercepat
pengembangan wisata. Pengembangan desa yang menjadi harapan masyarakat
adalah wisata berbasis masyarakat, yang dapat menyeimbangkan antara
lingkungan, ekonomi dan sosial. Penyadartahuan mengenai lingkungan dan
pemanfaatan sumber daya ikan yang ramah lingkungan menjadi salah satu
kegiatan untuk mengurai permasalahan yang ada. Selain itu peserta juga
memberikan masukan, ketika ingin melakukan pendampingan terhadap
masayarakat sebaiknya ada pengumuman terlebih dahulu karena sebagian
masyarakat adalah nelayan.
Dengan beragamnya wisata yang dimiliki oleh Selayar, telah ada beberapa
investor yang melirik untuk menginvestasikan bisnis dalam pengembangan
wisata. Beberapa kegiatan promosi juga sudah gencar dilakukan oleh pihak
pemerintah salah satunya dengan melaksanakan TIE (Taka Bonerate Island
Expedition) yang dilakukan setiap tahun yang dimulai sejak tahun 2009 dan
22
untuk tahun 2016 dilaksanakan Festival Taka Bonerate pada bulan September
2016 yang mengambil lokasi di Pulau Jinato dan Tinabo.
23
Indonesia) Sulawesi Selatan. Anggota kelompok diberi
pengetahuan tentang cara memetakan potensi wisata
yang dimiliki desanya menjadi sebuah produk yang
menarik serta bagaimana cara mengembangkan
program desa wisata yang khas sesuai potensi alam
dan budaya masyarakat. Selain itu, anggota kelompok
juga diberikan pelatihan untuk menjadi pemandu
wisata alam baik di daratan maupun di perairan
(menyelam). Dalam upaya menumbuhkan dan
meningkatkan sadar konservasi dikalangan
masyarakat, anggota kelompok juga telah diberikan
pelatihan tranplantasi karang. Masyarakat diajak
menjaga sekaligus upaya rehabilitasi terumbu karang
yang telah rusak.
Kondisi : Pemukiman masyarakat desa di pulau-pulau di dalam
Pemukiman/Rumah
kawasan memiliki arsitektur perumahan nelayan yang
masih sangat sederhana. Arsitektur rumah
masyarakat yang unik menjadikan nilai tersendiri bagi
pengembangan pariwisata. Jika hal ini dapat
dikembangkan dengan baik maka potensi yang dimiliki
desa-desa di dalam kawasan dapat menjadi atraksi
yang menarik.
Jenis usaha yang diminati : Jenis usaha yang diminati kelompok adalah usaha
kelompok dan yang
penyedia jasa wisata terbatas diantaranya jasa
prospektif dikembangkan
pemanduan wisata alam, penyedia homestay,
penyedia jasa sarana transportasi laut, kuliner dan
cindera mata.
Ketergantungan kelompok : Kelompok sangat tergantung dengan kawasan
terhadap kawasan
konservasi, karena obyek yang akan dikembangkan
konservasi
kelompok berada di kawasan Taman Nasiona Taka
Bonerate.
Potensi kawasan : Potensi Kawasan Konservasi Taman Nasional Taka
konservasi yang diminati
Bonerate yang diminati kelompok adalah ekosistem
kelompok
laut yang akan ditawarkan sebagai daya tarik wisata
diantaranya sebagai berikut:
1. Olahraga Air serti Diving yang didukung oleh
24
keindahan bawah air (Spot dive).
2. Wisata Edukatif seperti Transplantasi karang
yang dapat mengakomodasi kegiatan yang
dilakukan oleh kelompok masyarakat sebagai
objek/ aktraksi dalam kegiatan wisata.
3. Wisata Kuliner sebagai suatu tempat yang khas,
laut tentu saja menyajikan makanan yang
bertemakan olahan hasil laut segar hal ini
merupakan salah satu daya tarik wisata bahari.
Selain itu makanan khas yang dapat ditemukan
di Desa Jinato yaitu Lawara dan Sambel Tai
Minyak.
4. Tradisional, acara yang diselenggarakan yang
didasarkan pada adat dan budaya masyarakat
setempat misalnya Pembuatan perahu nelayan
pembuatan minyak kelapa, Barasanji, Tarian
adat panca pedang, Pukat cakalang pada Bulan
Juli dan Agustus.
5. Ekowisata Bahari, menyajikan ekosistem alam
khas laut berupa pantai, fauna baik fauna dilaut
maupun sekitar pantai serta keindahan bawah
laut dengan pelibatan masyarakat sebagai
pemandu penyelaman dan interpreter pariwisata.
25
Jarak dengan kawasan : 0 Km
konservasi
Jumlah anggota kelompok : 25 Orang
26
cindera mata.
Ketergantungan kelompok : Kelompok sangat tergantung dengan kawasan
terhadap kawasan
konservasi, karena obyek yang akan dikembangkan
konservasi
kelompok berada di kawasan Taman Nasiona Taka
Bonerate.
Potensi kawasan : 1. Pemandangan
konservasi yang diminati
Desa Rajuni memiliki panorama alam bawah laut
kelompok
yang menyimpan potensi keindahan terumbu
karang dengan beraneka ragam jenis ikan hias.
2. Spot Diving
Keindahan bawah laut dengan keberadaan
beberapa spot menjadi salah satu andalan dari
Desa Rajuni.
3. Aktivitas Masyarakat Pesisir
Aktifitas masyarakat menjadi daya tarik tersendiri
di pulau ini. Masyarakat memiliki budaya dan
kegiatan yang menarik untuk disaksikan seperti
pengolahan ikan kering, serta ritual keagamaan
atau pesta pada waktu-waktu tertentu.
27
Mayoritas anggota kelompok sebagai nelayan. Selain
itu sebagian berprofesi sebagai Staf Desa dan
Wiraswasta.
Jarak pemukiman : Wisatawan yang akan berwisata ke Taman Nasional
kelompok binaan dengan
Taka Bonerate berangkat dari Kota Benteng,
pasar
Kabupaten Kepulauan Selayar. Jarak antara Kota
Benteng dengan Desa Latondu yang berada di dalam
kawasan TN Taka Bonerate adalah ±72 Km.
Sedangkan untuk pemasaran hasil perikanan selain
dipasarkan di Kota Benteng juga dipasarkan di Pulau
Latondu sendiri dan pulau-pulau terdekat sekitarnya.
Program pembinaan/ : Selain fasilitasi pembentukan kelompok Forum Peduli
pemberdayaan yang
Laut, program Pembinaan/Pemberdayaan yang
pernah diperoleh
kelompok/anggota pernah diperoleh Kelompok/Anggota Kelompok di
kelompok
Desa Latondu antara lain adalah Balai Taman
Nasional Taka Bonerate telah menyelenggarakan
kegiatan Pengembangan Produk Hasil Perikanan
kepada Kelompok Usaha Produktif di Desa Latondu.
Potensi hasil perikanan masyarakat di olah menjadi
produk abon dan kerupuk ikan. Dengan
memanfaatkan dan mengoptimalkan potensi yang ada
dan dimiliki dapat menambah nilai jual produk
perikanan hasil tangkapan nelayan lokal. Produk
olahan ini berpeluang untuk dikembangkan sebagai
salah satu bagian penunjang dari rencana
pengembangan wisata di Desa Latondu yaitu sebagai
produk oleh-oleh pengunjung.
Kondisi : Pemukiman masyarakat desa di pulau-pulau di dalam
Pemukiman/Rumah
kawasan memiliki arsitektur perumahan nelayan yang
masih sangat sederhana. Arsitektur rumah
masyarakat yang unik menjadikan nilai tersendiri bagi
pengembangan pariwisata.
Jenis usaha yang diminati : Jenis usaha yang diminati kelompok pengolahan hasil
kelompok dan yang
perikanan dan usaha penyedia jasa wisata terbatas
prospektif dikembangkan
diantaranya jasa pemanduan wisata alam, penyedia
homestay, penyedia jasa sarana transportasi laut,
28
kuliner dan cindera mata.
Ketergantungan kelompok : Sebagai desa yang mayoritas masyarakatnya adalah
terhadap kawasan
nelayan dan memiliki akses yang dekat dengan area
konservasi
panangkapan ikan masyarakat lokal, masyarakat
Desa Latondu dan Rajuni bergantung dengan
keberadaan sumberdaya ikan di area pemanfaatan
tradisional TNTBR.
Potensi kawasan : Potensi kawasan konservasi Taman Nasional Taka
konservasi yang diminati
Bonerate yang berupa hasil perikanan dan ekosistem
kelompok
terumbu karang nya serta pantai pasir putihnya
merupakan faktor utama dalam pengembangan
pemberdayaan masyarakat. Hasil identifikasi Potensi
melalui FGD yang dilakukan oleh Balai TNTBR dan
Rare dengan anggota kelompok di Desa Latondu
pada tahun 2015 adalah sebagai berikut:
1. Perikanan, khususnya perikanan karang yang
hanya bisa tersedia jika kondisi ekosistem
terumbu karang nya dalam keadaan baik. Hingga
saat ini, kegiatan perikanan yang dilakukan
masyarakat pulau-pulau Latondu Besar, Rajuni
Besar dan Rajuni Kecil dicirikan oleh perikanan
yang menggunakan lebih dari satu alat
penangkapan ikan (multi-gear) dimana masing-
masing dapat menghasilkan beberapa jenis ikan
dalam satu kali trip operasi penangkapan ikan
(multi-species). Penggunaan jenis-jenis alat
tangkap tertentu digunakan tergantung kondisi
musim dan kondisi bulan.
2. Spot dive (lokasi yang bisa menjadi lokasi wisata
selam). Di Desa Latondu terdapat spot dive
dengan karakteristik topografi drop off/wall yang
menjadi daya tarik tersendiri untuk wisatawan.
3. Wisata Edukatif seperti Transplantasi karang
yang dapat mengakomodasi kegiatan yang
dilakukan oleh kelompok masyarakat sebagai
objek/ aktraksi dalam kegiatan wisata.
29
4. Wisata Kuliner sebagai suatu tempat yang khas,
laut tentu saja menyajikan makanan yang
bertemakan olahan hasil laut segar hal ini
merupakan salah satu daya tarik wisata bahari.
5. Budaya Tradisional, acara yang diselenggarakan
yang didasarkan pada adat dan budaya
masyarakat setempat misalnya pembuatan
perahu nelayan, pembuatan minyak kelapa,
Barasanji, Tarian adat, Maulid.
6. Ekowisata Bahari, menyajikan ekosistem alam
khas laut berupa pantai, fauna baik fauna dilaut
maupun sekitar pantai serta keindahan bawah
laut dengan pelibatan masyarakat sebagai
pemandu wisata.
30
Benteng dengan Desa Jinato yang berada di dalam
kawasan TN Taka Bonerate adalah ±85 Km.
Program pembinaan/ : Program Pembinaan/Pemberdayaan masyarakat yang
pemberdayaan yang
pernah diperoleh oleh masyarakat Desa Tarupa di
pernah diperoleh
kelompok/anggota antaranya adalah pelatihan usaha produktif
kelompok
pembuatan abon ikan, pengolahan ikan tuna,
pelatihan transplantasi karang dan pelatihan pemandu
wisata alam (pelatihan selam).
Kondisi : Pemukiman masyarakat desa di pulau-pulau di dalam
Pemukiman/Rumah
kawasan memiliki arsitektur perumahan nelayan yang
masih sangat sederhana. Arsitektur rumah
masyarakat yang unik dapat menjadi atraksi yang
menarik.
Jenis usaha yang diminati : Jenis usaha yang diminati kelompok adalah usaha
kelompok dan yang
penyedia jasa wisata terbatas diantaranya jasa
prospektif dikembangkan
pemanduan wisata alam, penyedia homestay,
penyedia jasa sarana transportasi laut, kuliner dan
cindera mata.
Ketergantungan kelompok : Kelompok sangat tergantung dengan kawasan
terhadap kawasan
konservasi, karena obyek yang akan dikembangkan
konservasi
kelompok berada di kawasan Taman Nasiona Taka
Bonerate.
Potensi kawasan : Potensi kawasan konservasi yang diminati kelompok
konservasi yang diminati
diataranya adalah potensi wisata alam dan wisata
kelompok
budaya.
Wisata Alam: Di perairan Pulau Tarupa terdapat
cukup banyak lokasi penyelaman (Dive Spot) seperti
Haemulidae, Finky Fish, Bulu Ayam, Drifting Turtle,
Uka, Hantu Ceria, Kaldera, Selat Tarupa, Lembaran
Daun, Kolam Gantarang, Batu 300 Tahun. Selain itu
pulau ini memiliki akses paling dekat menuju Taka
Gantarang yang merupakan salah satu lokasi yang
termasuk dalam zona pariwisata Taman Nasional
Takabonerate dengan hamparan aneka terumbu
karang yang masih baik, Kima raksasa, ikan dan
beserta aneka kekayaan hayati didalamnya. Taka
31
Lamungan juga terdapat hamparan aneka terumbu
karang dan pasir putih memanjang yang dapat kita
lihat ketika air surut. Selain itu di tempat ini terdapat
lubang seukuran sumur yang berada di tengah-tengah
hamparan lamun dan ikan yang banyak bermain di
dalam dan sekitarnya. Masyarakat dan wisatawan
yang biasa ke tempat ini menyebutnya “sumur ikan”.
Wisata Budaya: Selain kondisi alam, di pulau ini kita
dapat menikmati pertunjukan budaya ataupun
kebiasaan masyarakat setempat ketika ada acara
hajatan atau pesta pernikahan ataupun sunatan
massal yaitu penaikan bendera “Ula-ula” oleh
masyarakat keturunan suku Bajo. Kita juga bisa
menyaksikan pertunjukan seni bela diri yang mereka
namakan Manca’ Pa’dang dan Kentau. Dalam prosesi
acara syukuran masa kehamilan ada pembacaan
mantra yang dipimpin oleh Sanro (dukun).
Selanjutnya, ada hal yang menarik dalam aktivitas
masyarakat di pulau ini yang tidak bisa kita temukan di
pulau lain khususnya di Kawasan Taman Nasional
Takabonerate yaitu bentuk atau model perahu yang
digunakan oleh penduduk setempat untuk melaut,
perahu yang bermodel sampan berukuran agak besar
yang dilengkapi dengan dua sayap, penduduk
setempat biasa menyebutnya “jarangkak”.
32
Jarak dengan kawasan : 0 Km
konservasi
33
Wisata Alam: Disekitar Desa Tambuna terdapat
beberapa spot dive yang menarik. Diantaranya Spot
dive Pasitallu Raja yang berada di sekitar Pulau
Pasitallu Barat, dan spot dive Mercusuar di sekitar
Pulau Pasitallu Timur.
Wisata Budaya: Membedakan pulau ini dengan yang
lain adalah aktivitas masyarakatnya. Di pulau ini
terdapat satu aktivitas yang cukup menarik untuk
dikembangkan menjadi atraksi wisata yaitu proses
mencari ikan menggunakan Lampara. Jika hanya
menggunakan Lampara mungkin hanya hal biasa,
namun yang menariknya adalah aktivitas ini dilakukan
oleh ABK kapal perempuan dan biasanya yang ikut
dalam kegitan ini berkisar antara 15 hingga 20 orang
perempuan. Berdasarkan FGD yang dilaksanakan
bersama perwakilan masyarakat pulau Pasitallu
Tengah, aktivitas ini sudah dilakukan sejak lama dan
ini menjadi salah satu pencaharian yang diandalkan
oleh perempuan di pulau tersebut terutama para janda
dan perempuan yang belum menikah. Kegiatan
mencari ikan menggunakan alat tangkap Lampara
dilakukan saat 20 bulan dilangit hingga 12 bulan
dilangit.
34
Jumlah anggota kelompok : 14 Orang
35
lokalnya, pengembangan pariwisata untuk aktivitas
penyelaman juga dapat dilakukan di lokasi ini. Di
bagian sebelah barat pulau terdapat Spot Mercusuar
yang saat ini sudah dikunjungi oleh wisatawan. Selain
itu, perairan di pulau ini menjadi jalur migrasi dan
bertelurnya penyu hijau (Chelonia mydas) dan Penyu
sisik (Eretomochelys imbricata)
Wisata Budaya:
Pulau Pasitallu Timur mayoritas dihuni oleh suku Bajo,
sebagian besar masyarakat pulau ini bermata-
pencaharian sebagai nelayan. Kondisi perkampungan
yang menarik, dengan arsitektur rumah tinggal yang
berbeda dengan suku Bajo pada umumnya,
menjadikan lokasi ini sebagai destinasi wisata.
36
BAB III. RENCANA KEGIATAN PEMBINAAN LIMA TAHUN
37
C. Jenis, Volume, Lokasi Kegiatan, Sumber Biaya dan Tahun Kegiatan
Desa Rajuni
Tabel 3. Jenis, Volume, Lokasi Kegiatan, Sumber Biaya dan Tahun Kegiatan Desa Rajuni
No Jenis Kegiatan Satuan Volume Nama/letak lokasi Sumber Dana Tahun
Kegiatan Kegiatan kegiatan 2016 2017 2018 2019 2020
Indentifikasi Potensi Desa dan Pembentukan Kelompok
1 Identifikasi Potensi Sumber Daya Alam dan Kegiatan 1 Rajuni WWF-ID v
Tipologi Desa
2 Pengembangan Model Desa Konservasi Kegiatan 1 Rajuni BTNTBR v
- Pembentukan kelompok pengelola ekowisata
Desa Rajuni
- Pelatihan pemandu wisata dan strategi
mengemas berbagai produk wisata menjadi
paket wisata.
Penguatan Kelembagaan Kelompok dan Peningkatan
Kapasitas SDM
1 Pendampingan rapat rutin kelompok di Desa Rajuni Kegiatan 4 Rajuni BTNTBR v
2 Peningkatan kapasitas kelompok di Desa Rajuni Kegiatan 1 Rajuni BTNTBR v
- Penyusunan AD/ ART
- Penyusunan rencana Aksi masing-masing
bidang/divisi
3 Bantuan Pengembangan Wisata Bahari Berbasis Bantuan 1 Rajuni BTNTBR v
Masyarakat
- Bantuan alat selam
4 Pelatihan menyelam bagi masyarakat Kegiatan 2 Selayar BTNTBR v
- OpenWater Diver
- Advanced Open Water Diver
38
No Jenis Kegiatan Satuan Volume Nama/letak lokasi Sumber Dana Tahun
Kegiatan Kegiatan kegiatan 2016 2017 2018 2019 2020
Peningkatan Kapasitas SDM Kelompok
1 Peningkatan kapasitas kelompok masyarakat Kegiatan 1 Rajuni BTNTBR v
pengelola wisata
2 Pelatihan menyelam (Rescue Divers) Kegiatan 1 Rajuni WWF-ID v
3 Pendampingan rapat rutin kelompok di Desa Rajuni Kegiatan 4 Rajuni BTNTBR v
Peningkatan Kapasitas Kelompok
1 Peningkatan kapasitas kelompok masyarakat Kegiatan 1 Rajuni BTNTBR v
pengelola wisata Penyusunan Desain Paket Wisata
- Pelatihan penyusunan desain paket wisata
- Pelatihan interpretasi wisata
- Pelatihan pengelolaan sampah
2 Pendampingan rapat rutin kelompok Kegiatan 4 Rajuni BTNTBR v
Pengembangan dan Pendampingan Kelompok
1 Membangun jaringan kemitraaan usaha Kegiatan 2 Rajuni/Selayar/ BTNTBR v
lainnya
2 Promosi dan pemasaran produk Kegiatan 1 Rajuni/Selayar/ BTNTBR v
lainnya
3 Monitoring dan evaluasi Rajuni BTNTBR v
39
Desa Jinato
Tabel 4. Jenis, Volume, Lokasi Kegiatan, Sumber Biaya dan Tahun Kegiatan Desa Rajuni
No Jenis Kegiatan Satuan Volume Nama/letak lokasi Sumber Dana Tahun
Kegiatan Kegiatan kegiatan 2016 2017 2018 2019 2020
Indentifikasi Potensi dan Pembentukan Kelompok
1 Identifikasi Potensi Sumber Daya Alam dan Kegiatan 1 Jinato WWF-ID v
Tipologi Desa
2 Pengembangan Model Desa Konservasi Kegiatan 1 Jinato BTNTBR v
- Pembentukan kelompok pengelola ekowisata
- Pelatihan pemandu wisata dan strategi
mengemas berbagai produk wisata menjadi
paket wisata
Penguatan Kelembagaan Kelompok
1 Pendampingan Rapat Rutin Kelompok Kegiatan 4 Jinato BTNTBR v
2 Peningkatan Kapasitas Kelompok Kegiatan 1 Jinato BTNTBR v
- Pendampingan penyusunan AD/ART
- Peningkatan keterampilan bidang cindera mata
- Pelatihan penyusunan rencana kerja masing-
masing bidang
3 Bantuan Pengembangan Wisata Bahari Berbasis Bantuan 1 Jinato BTNTBR v
Masyarakat
- Bantuan alat selam
4 Pelatihan Menyelam Bagi Masyarakat Kegiatan 2 Selayar BTNTBR v
- Open Water Diver
- Advanced Open Water Diver
Peningkatan Kapasitas Kelompok
1 Peningkatan kapasitas kelompok Kegiatan 1 Jinato BTNTBR v
- Penyusunan Desain Paket Wisata
2 Penyusunan Standar Operasional Bidang Pariwisata Kegiatan 1 Jinato BTNTBR v
40
No Jenis Kegiatan Satuan Volume Nama/letak lokasi Sumber Dana Tahun
Kegiatan Kegiatan kegiatan 2016 2017 2018 2019 2020
3 Pendampingan rapat rutin kelompok Kegiatan 4 Rajuni BTNTBR v
4 Peningkatan Sarana Prasaran Bantuan 1 Jinato BTNTBR v
- Pembangunan Pusat Informasi Wisata Alam
5 Pelatihan Selam (Rescue Divers) Kegiatan 1 Selayar WWF-ID v
Peningkatan Kapasitas Kelompok
1 Peningkatan kapasitas kelompok Kegiatan 1 Jinato BTNTBR v
- Pelatihan branding produk
- Pelatihan interpretasi wisata
2 Pendampingan rapat rutin kelompok Kegiatan 4 Jinato BTNTBR v
Pengembangan dan Pendampingan Kelompok
1 Membangun jaringan kemitraaan usaha Kegiatan 1 Jinato/Selayar/ BTNTBR v
lainnya
2 Promosi dan pemasaran produk Kegiatan 1 Jinato/Selayar/ BTNTBR v
lainnya
3 Monitoring dan evaluasi Kegiatan 1 Jinato BTNTBR v
41
Desa Latondu
Tabel 5. Jenis, Volume, Lokasi Kegiatan, Sumber Biaya dan Tahun Kegiatan Desa Latondu
No Jenis Kegiatan Satuan Volume Nama/letak lokasi Sumber Dana Tahun
Kegiatan Kegiatan kegiatan 2016 2017 2018 2019 2020
Identifikasi Potensi dan Persiapan Pembentukan
Kelembagaan Kelompok
1 Identifikasi Potensi Sumber Daya Alam dan Kegiatan 1 Latondu RARE v
Tipologi Desa (kerjasama dengan RARE Indonesia)
2 Identifikasi & Fasilitasi Tokoh Kunci Masyarakat Kegiatan 1 Latondu RARE v
- Fasilitasi pembentukan kelompok
- Workshop Pengembangan Rancangan
Pengelolaan Area Pemanfaatan Perikanan.
Pengesahan Kelembagaan dan Peningkatan Kapasitas
Kelompok
1 Pendampingan kelompok di Desa Latondu Kegiatan 4 Latondu RARE v
- Membangun Kesepahaman Rencana
Pengelolaan Area Pemanfaatan Perikanan
- Pengesahan Kelembagaan Kelompok
- Fasilitasi dan Pendampingan Penyusunan
Perangkat Kelembagaan
- Penyusunan Rencana Kerja Tahunan Kelompok
2 Fasilitasi Perjanjian Kerjasama Pemberdayaan Kegiatan 1 Latondu BTNTBR v
Masyarakat antara Balai TN Taka Bonerate dengan
Kelompok.
3 Bantuan Pengembangan Wisata Bahari Berbasis Kegiatan 1 Latondu BTNTBR v
Masyarakat (Bantuan alat selam)
4 Pelatihan menyelam bagi masyarakat Bantuan 2 Selayar BTNTBR v
- Open Water Diver
- Advanced Open Water Diver
42
No Jenis Kegiatan Satuan Volume Nama/letak lokasi Sumber Dana Tahun
Kegiatan Kegiatan kegiatan 2016 2017 2018 2019 2020
Penguatan Kelembagaan dan Peningkatan Kapasitas
Kelompok
1 Pendampingan Kelompok Kegiatan 4 Latondu BTNTBR v
- Pelatihan Penyusunan Laporan Monitoring (hasil
tangkapan perikanan dan transplantasi karang)
berbasis Masyarakat/kelompok
- Penyusunan Standar Operasional Penggunaan &
Pemeliharaan Alat Selam
- Penyusunan Standar Operasional
Pemantauan/Pengawasan berbasis
masyarakat/kelompok.
- Pengembangan Usaha Ekonomi Kelompok
2 Pelatihan Selam (Rescue Divers) Kegiatan 1 Selayar WWF-ID v
Pengembangan Kapasitas SDM melalui Pendampingan/
Pelatihan
1 Peningkatan kapasitas kelompok masyarakat Kegiatan 1 Latondu BTNTBR v
- Pelatihan Usaha Produktif
2 Pendampingan kelompok Kegiatan 1 Latondu
3 Pemantauan / Pengawasan Aktivitas Pemanfaatan Kegiatan 2 Latondu BTNTBR v
SD Perikanan
- Pengawasan /Pemantauan Mandiri Kelompok
- Patroli bersama Balai TNTBR dan Kelompok
4 Musyawarah Anggota Kegiatan 1 Latondu v
Pengembangan dan Pendampingan Kelompok
1 Membangun jaringan kemitraaan usaha Kegiatan 1 Latondu/Selayar BTNTBR v
2 Promosi dan pemasaran produk Kegiatan 1 Latondu/Selayar BTNTBR v
3 Monitoring dan evaluasi Kegiatan 1 Latondu BTNTBR v
43
Desa Tarupa
Tabel 6. Jenis, Volume, Lokasi Kegiatan, Sumber Biaya dan Tahun Kegiatan Desa Tarupa
No Jenis Kegiatan Satuan Volume Nama/letak lokasi Sumber Dana Tahun
Kegiatan Kegiatan kegiatan 2016 2017 2018 2019 2020
Identifikasi Potensi Desa
1 Identifikasi Potensi Sumber Daya Alam dan Kegiatan 1 Tarupa WWF-ID v
Tipologi Desa
Pembentukan Kelompok dan Peningkatan Kapasitas
SDM
1 Pembentukan Kelompok masyarakat pengelola Kegiatan 1 Tarupa BTNTBR v
desa wisata
2 Bantuan Pengembangan Wisata Bahari Berbasis Bantuan 1 Tarupa BTNTBR v
Masyarakat (Bantuan alat selam)
3 Pelatihan Menyelam Bagi Masyarakat Kegiatan 2 Selayar BTNTBR v
- Open Water Diver
- Advanced Open Water Diver
Peningkatan Kapasitas SDM
1 Pelatihan Selam (Rescue Divers) Kegiatan 1 Selayar WWF-ID v
2 Penyusunan Standar Operasional Bidang Pariwisata Kegiatan 1 Jinato BTNTBR v
3 Peningkatan Sarana Prasaran Bantuan 1 Tarupa BTNTBR v
- Pembangunan Pusat Informasi Wisata Alam
Penguatan Kelembagaan
1 Penguatan kelembagaan kelompok Kegiatan 1 Tarupa BTNTBR v
- Pendampingan penyusunan AD/ART Kelompok
Pengembangan dan Pendampingan Kelompok
1 Membangun jaringan kemitraaan usaha Kegiatan 1 Latondu/Selayar BTNTBR v
2 Promosi dan pemasaran produk Kegiatan 1 Latondu/Selayar BTNTBR v
3 Monitoring dan evaluasi Kegiatan 1 Latondu BTNTBR v
44
Desa Tambuna
Tabel 7. Jenis, Volume, Lokasi Kegiatan, Sumber Biaya dan Tahun Kegiatan Desa Tambuna
No Jenis Kegiatan Satuan Volume Nama/letak lokasi Sumber Dana Tahun
Kegiatan Kegiatan kegiatan 2016 2017 2018 2019 2020
Identifikasi Potensi Desa
1 Identifikasi Potensi Sumber Daya Alam dan Kegiatan 1 Tambuna WWF-ID v
Tipologi Desa
Pembentukan Kelompok dan Peningkatan Kapasitas
SDM
1 Pembentukan kelompok masyarakat pengelola Kegiatan 1 Tambuna BTNTBR v
desa wisata
2. Pelatihan Menyelam Bagi Masyarakat Kegiatan 2 Tambuna BTNTBR v
- OpenWater Diver
- Advanced Open Water Diver
3. Bantuan Pengembangan Binaan Bahari Berbasis Bantuan 1 Tambuna BTNTBR v
Masyarakat (Bantuan alat selam)
Peningkatan Kapasitas SDM
1 Pelatihan Selam (Rescue Divers) Kegiatan 1 Selayar WWF-ID v
2 Peningkatan Sarana Prasaran Bantuan 1 Tarupa BTNTBR v
- Pembangunan Pusat Informasi Wisata Alam
Penguatan Kelembagaan Kelompok
1 Penguatan kelembagaan kelompok Kegiatan 1 Tarupa BTNTBR v
- Pendampingan penyusunan AD/ART Kelompok
Pengembangan dan Pendampingan Kelompok
1 Membangun jaringan kemitraaan usaha Kegiatan 1 Latondu/Selayar BTNTBR v
2 Promosi dan pemasaran produk Kegiatan 1 Latondu/Selayar BTNTBR v
3 Monitoring dan evaluasi Kegiatan 1 Latondu BTNTBR v
45
Desa Khusus Pasitallu
Tabel 8. Jenis, Volume, Lokasi Kegiatan, Sumber Biaya dan Tahun Kegiatan Desa Khusus Pasitallu
No Jenis Kegiatan Satuan Volume Nama/letak lokasi Sumber Dana Tahun
Kegiatan Kegiatan kegiatan 2016 2017 2018 2019 2020
Identifikasi Potensi Desa
1 Identifikasi Potensi Sumber Daya Alam dan Kegiatan 1 Khusus Pasitallu WWF-ID v
Tipologi Desa
Pembentukan dan Peningkatan Kapasitas SDM
1 Pembentukan kelompok masyarakat pengelola Kegiatan 1 Khusus Pasitallu BTNTBR v
desa wisata
2. Pelatihan Menyelam Bagi Masyarakat Kegiatan 2 Benteng BTNTBR v
- OpenWater Diver
- Advanced Open Water Diver
3. Bantuan Pengembangan Binaan Bahari Berbasis Bantuan 1 Khusus Pasitallu BTNTBR v
Masyarakat (Bantuan alat selam)
Peningkatan Kapasitas SDM
1 Pelatihan Selam (Rescue Divers) Kegiatan 1 Selayar WWF-ID v
2 Peningkatan Sarana Prasaran Bantuan 1 Tarupa BTNTBR v
- Pembangunan Pusat Informasi Wisata Alam
Penguatan Kelembagaan Kelompok
1 Penguatan kelembagaan kelompok Kegiatan 1 Tarupa BTNTBR v
- Pendampingan penyusunan AD/ART Kelompok
Pengembangan dan Pendampingan Kelompok
1 Membangun jaringan kemitraaan usaha Kegiatan 1 Latondu/Selayar BTNTBR v
2 Promosi dan pemasaran produk Kegiatan 1 Latondu/Selayar BTNTBR v
3 Monitoring dan evaluasi Kegiatan 1 Latondu BTNTBR v
46
BAB IV. PENUTUP
47
LAMPIRAN
48
Lampiran 1. Peta kawasan Taman Nasional Taka Bonerate.
49
Lampiran 2. Peta desa di sekitar kawasan TN Taka Bonerate (Desa Binaan).
50