Anda di halaman 1dari 296

Untukmu Jawa Tengahku

Optimalisasi Pemberdayaan Masyarakat Guna Mewujudkan Kedaulatan Pangan Perkebunan

Editorial
Untukmu Jawa Tengahku
Optimalisasi Pemberdayaan Masyarakat Guna Mewujudkan Kedaulatan Pangan Perkebunan

Tim Penyusun : Penulis : Ali Arifin Muhlish Editor : Ali Arifin Muhlish Design Isi : Christian Wahyu S, Ary Basri Okviantoro Design Sampul : Ary Basri Okviantoro
Hak Cipta Dilindungi Undang-undang. Dilarang mengutip atau memperbanyak sebagian atau seluruh isi buku ini tanpa ijin tertulis dari Penerbit. Ungaran, 23 Oktober 2013

ii

Untukmu Jawa Tengahku


Optimalisasi Pemberdayaan Masyarakat Guna Mewujudkan Kedaulatan Pangan Perkebunan

Gubernur Jawa Tengah

Prakata

GANJAR PRANOWO

aya berikan apresiasi dan peng hargaan yang tinggi ter hadap implementasi ga gasan Kepala Dinas Perkebun an Provinsi Jawa Tengah yang pada setiap tahun mener bitkan tulisan dalam bentuk buku, berisi rekaman perjalanan/kegiatan Dinas dalam mencapai misi guna me wu judkan visi Dinas Per kebunan, yak ni sebagai institusi terdepan dalam mewujudkan perkebunan yang berdaya saing tinggi dan berkelanjutan, untuk kedaulatan/kemandirian dan percepatan peningkatan kesejahteraan masyarakat. Dinas Perkebunan merupakan unsur pelaksana pemUntukmu Jawa Tengahku
Optimalisasi Pemberdayaan Masyarakat Guna Mewujudkan Kedaulatan Pangan Perkebunan

iii

bangunan perkebunan di Jawa Tengah dan telah memberikan kontribusi cukup tinggi bagi pertumbuhan ekonomi serta percepatan peningkatan kesejahteraan masyarakat, baik yang terlibat langsung di kegiatan on-farm maupun yang bergerak di sektor riil, mulai dari industri pengolahan hingga distribusi dan pemasaran hasil produksi perkebunan dalam negeri dan ekspor. Dari 48 (empat puluh delapan) jenis komoditas perkebunan di Jawa Tengah dengan areal ekivalen seluas 620 ribu hektar lebih, terdapat 9 (sembilan) jenis komoditas unggulan, yakni komoditas tebu dan tembakau dalam rumpun tanaman semusim, komoditas kelapa, karet dan jambu mete dalam rumpun tanaman tahunan, serta komoditas kopi, teh, kakao dan cengkeh dalam rumpun tanaman rempah penyegar. Khusus komoditas tebu, dalam rangka mendukung Swa sem bada Gula Nasional 2014, Pemerintah Provinsi Jawa Tengah bertekad setahun lebih awal mewujudkan Swa sembada Gula, yakni terpenuhinya kebutuhan konsumsi gula berkualitas bagi masyarakat minimal 90 % dari gula yang berasal/berbasis tebu petani Jawa Tengah pada tahun 2013. Apabila jumlah penduduk Jawa Tengah pada akhir tahun 2013 oleh BPS diprediksikan sebanyak 34 juta jiwa dan hasil survei nasional rata-rata kebutuhan konsumsi gula 12 (dua belas) kilogram per kapita per tahun, maka guna mencapai Swasembada Gula Jawa Tengah, dibutuhkan gula berbasis tebu rakyat sebanyak 90% x 12 kg x 34 juta sama dengan 367.200 ton atau dibulatkan menjadi 368 ribu ton gula. Harapan Saya, 13 (tiga belas) pabrik gula di Jawa Tengah
iv Untukmu Jawa Tengahku
Optimalisasi Pemberdayaan Masyarakat Guna Mewujudkan Kedaulatan Pangan Perkebunan

dan sekitarnya yang mengolah tebu milik rakyat Jawa Tengah, pada tahun 2013 dapat menghasilkan lebih dari target Swasembada dimaksud, termasuk gula tumbu (gula merah) yang diolah oleh para pengrajin (industri kecil) yang tumbuh ditengah-tengah masyarakat. Dengan demikian, mulai tahun 2013 Jawa Tengah dapat SURPLUS gula berbasis tebu rakyat, yang berarti telah dapat berkontribusi kepada negara kita tercinta dalam rangka menyediakan gula berkualitas bagi masyarakat Indonesia di luar Jawa Tengah, sehingga ungkapan UNTUKMU JAWA TENGAHKU, yang bermakna menyejahterakan masyarakat Jawa Tengah, sekaligus MENGALIRKAN kesejahteraan tersebut kepa da seluruh masyarakat Indonesia, sebagai wujud nyata kontribusi kita demi tegak dan kokohnya Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI), selaras dengan gagasan founding father yang populer dengan TRISAKTI BUNG KARNO, yakni berdaulat di bidang politik, berdikari di bidang ekonomi dan berkepribadian di bidang kebudayaan. Semoga buku Untukmu Jawa Tengahku ini, dapat mem berikan manfaat bagi kita semua, khususnya menjadi inspirasi guna membangun Jawa Tengah di berbagai bidang kehidupan. GUBERNUR JAWA TENGAH

GANJAR PRANOWO
Untukmu Jawa Tengahku
Optimalisasi Pemberdayaan Masyarakat Guna Mewujudkan Kedaulatan Pangan Perkebunan

Pengantar
FENOMENAL. Satu kata itu tepat menggambarkan sosok Ir. Tegoeh Wynarno Haroeno, MM. Di manapun dia berada, di sana pulalah dia total berkarya. Tak ada kata setengahsetengah. Tanggal 30 November 2009, Tegoeh dipercaya menjabat sebagai Kepala Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Tengah. Pria yang lahir di lereng Gunung Slamet, tepatnya di Desa Bulakan, Kecamatan Belik, Kabupaten Pemalang, Jawa Tengah, ini hanya butuh beberapa bulan untuk menata organisasi yang dipimpinnya. Dan, selama tiga tahun (2010-2013), masyarakat perke bunan Jawa Tengah benar-benar banjir penghargaan. Bisa dikatakan fenomenal, karena jumlah penghargaan itu mencapai 30 buah. Dalam tahun 2010 memperoleh tiga penghargaan, selanjutnya di tahun 2011 diraih sembilan penghargaan tingkat nasional. Adapun pada 2012 ada 16 penghargaan tingkat nasional dan Jawa Tengah serta menapaki tahun 2013 berhasil meraih dua penghargaan. Masyarakat tentu maklum, Tegoeh-lah, sang arsitek di balik banjirnya penghargaan tersebut. Namun dengan nada merendah, pria yang mengawali karir sebagai staf (tenaga honorer) di Dinas Perkebunan Provinsi Dati I Jawa Tengah sejak 1 Desember 1982 itu, menyatakan bahwa semua penghargaan tersebut dipersembahkan sepenuhnya kepada masyarakat perkebunan Jawa Tengah.
vi Untukmu Jawa Tengahku
Optimalisasi Pemberdayaan Masyarakat Guna Mewujudkan Kedaulatan Pangan Perkebunan

''Karena (penghargaan) itu adalah buah karya dan kerja keras seluruh komponen masyarakat perkebunan di Jawa Tengah. Kami tak mengejar penghargaan semata, sebab tujuan utamanya adalah kesejahteraan seluruh komponen masyarakat perkebunan di Jawa Tengah,'' jelasnya. Tak ada gading yang tak retak, tak ada manusia yang sempurna. Namun tekad Tegoeh yang menyerahkan jiwa raganya, mendharmabaktikan hidupnya untuk Jawa Tengah, sungguh bisa menginspirasi dan layak mendapat apresiasi. Terlebih lagi capaian prestasi yang terukur selama Tegoeh menjadi nakhoda Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Tengah, juga sejalan dengan pemikiran Moh. Mahsun dalam bukunya ''Pengukuran Kinerja Sektor Publik, Konsep dan Praktik Pengukuran Kinerja di Lingkungan Organisasi Sektor Publik'', yang antara lain mengupas Balance Scorecard di Organisasi Sektor Publik. Intinya, organisasi sektor publik (pemerintahan) berhubungan langsung dan berkaitan erat dengan penyediaan services and goods guna memenuhi keinginan dan kebutuhan masyarakat. Dalam hal ini masyarakat merupakan ''pelanggan'' yang harus dilayani dengan baik. Dan, capaian keberhasilan itu sudah dibuktikan oleh Tegoeh dalam memegang kemudi Dinas Perkebunan Jawa Tengah, dengan setumpuk penghargaan dari tingkat Jawa Tengah hingga nasional. Sungguh ini benar-benar bentuk implementasi dari tekad Tegoeh yakni, ''Untukmu Jawa Tengahku'' sebagaimana judul buku ini, yang merupakan buah karyanya yang kedua, setelah setahun yang lalu menerbitkan buku berjudul "Segalaku Untukmu", yang bermakna segala kemampuan, daya dan
Untukmu Jawa Tengahku
Optimalisasi Pemberdayaan Masyarakat Guna Mewujudkan Kedaulatan Pangan Perkebunan

vii

upaya dipersembahkan untuk Jawa Tengah tercinta. Sepintas, "Untukmu Jawa Tengahku" mirip dengan "Sega laku Untukmu", namun apabila dicermati lebih dalam, banyak tambahan pembahasan dan ulasan, khususnya metode-metode termasuk inovasi teknologi perkebunan baik ditahapan budi daya, pengolahan maupun distribusi dan pemasaran komoditas perkebunan serta pembaharuan/ pemutakhiran data. Dan, yang lebih khusus adalah rumusan visi-misi Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Tengah lima tahun ke depan (2013-2018), yang menitikberatkan pada pemanfaatan secara optimal sumber daya (Resources) yang tersedia menuju Sinergitas, bertumpu pada pemberdayaan masyarakat (Sumber Daya Manusia) guna mewujudkan kemandirian/kedaulatan pangan perkebunan; sebagai wujud nyata implementasi TRI SAKTI BUNG KARNO, yakni berdaulat dibidang politik, berdikari dibidang Ekonomi dan Berkepribadian dibidang Kebudayaan. Ungaran, 23 Oktober 2013 Penulis

viii

Untukmu Jawa Tengahku


Optimalisasi Pemberdayaan Masyarakat Guna Mewujudkan Kedaulatan Pangan Perkebunan

Direktur Jenderal Perkebunan

Sekapur Sirih

GAMAL NASIR

erdasarkan pengamatan saya, mulai awal tahun 2010, Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Tengah menunjukan peningkatan kinerja yang signifikan. Kondisi tersebut diwujudkan dengan komitmen Kepala Dinas (Ir. Tegoeh Wynarno Haroeno, MM) yang sangat tinggi dalam mendukung Kebijakan Perkebunan Nasional, utamanya dalam menyukseskan Program Swasembada Gula Nasional 2014, dimana Provinsi Jawa Tengah bertekad mewujudkan swasembada gula setahun lebih dini/pada tahun 2013,
Untukmu Jawa Tengahku
Optimalisasi Pemberdayaan Masyarakat Guna Mewujudkan Kedaulatan Pangan Perkebunan

ix

sehingga ditahun 2014 dan seterusnya, Provinsi Jawa Tengah dapat berkontribusi menyediakan gula berkualitas untuk memenuhi kebutuhan konsumsi gula rakyat Indonesia (diluar Jawa Tengah). Oleh karena itu, Direktorat Jenderal Perkebunan telah mengalokasikan/menggelontorkan dana APBN yang sangat besar dengan perkembangan yang sangat signifikan, yakni Rp 9.188.239.000,- pada tahun 2010, Rp 34.396.002.000,pada tahun 2011, Rp 90.462.834.000,- pada tahun 2012, Rp 175.741.286.000,- pada tahun 2013 dan direncanakan Rp 214.572.021.000,- pada tahun 2014. Dikomandoi oleh Kepala Dinas yang enerjik, telah terlihat nyata perkembangan fisik dilapangan baik untuk komoditas kopi, kelapa, teh, kakao, karet, jambu mete, tembakau maupun nilam. Adapun khusus untuk komoditas tebu, terjadi perluasan areal yang signifikan, yakni berawal dari luasan 53.618 ha ditahun 2009, menjadi lebih dari 70.000 ha di tahun 2013, dan sejalan dengan hal tersebut, terwujud pula lonjakan produksi gula (setara GKP) yang nyata/signifikan, yakni sebanyak 227.214 ton pada tahun 2009 menjadi 329.168 ton pada tahun 2012, bahkan diprediksi produksi gula pada akhir tahun 2013 diatas 370.000 ton. Kondisi serupa juga dapat dilihat untuk komoditaskomo ditas unggulan lainnya, meskipun tidak sepesat perkembangan komoditas tebu. Oleh karena itu, dengan terbitnya buku Untukmu Jawa Tengahku, sebagai kelanjutan dari buku Segalaku
x Untukmu Jawa Tengahku
Optimalisasi Pemberdayaan Masyarakat Guna Mewujudkan Kedaulatan Pangan Perkebunan

Untukmu, Saya selaku Direktur Jenderal Perkebunan Kementerian Perta nian Republik Indonesia beserta seluruh jajaran, memberikan apresiasi dan penghargaan yang tinggi kepada Ir. Tegoeh Wynarno Haroeno, Kepala Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Tengah, yang telah berhasil memegang kemudi/menjadi nahkoda dalam membangun Perkebunan Jawa Tengah, yang berarti telah berhasil memajukan pembangunan nasional, mengingat Jawa Tengah merupakan bagian integral dari Negara Kesatuan Republik Indonesia. Harapan Saya, semoga perkebunan Jawa Tengah kedepan tambah jaya sebagaimana diamanatkan dalam Tridharma Perkebunan, serta buku ini dapat memberikan manfaat dan inspirasi guna membangun perkebunan di seluruh Nusantara tercinta. DIREKTUR JENDERAL PERKEBUNAN KEMENTERIAN PERTANIAN RI

GAMAL NASIR

Untukmu Jawa Tengahku


Optimalisasi Pemberdayaan Masyarakat Guna Mewujudkan Kedaulatan Pangan Perkebunan

xi

Daftar Isi
Editorial (ii) Prakata Gubernur (iii) Pengantar (vi) Sekapur Sirih (viii) Daftar Isi (xi) BAGIAN 1 (1) Lebih Dekat dengan Tegoeh Wynarno Haroeno (1) BAGIAN 2 (25) Sejarah, Visi dan Misi Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Tengah Tahun 2013-2018 BAGIAN 3 (33) Strategi Pembangunan Perkebunan Jawa Tengah (33) BAGIAN 4 (93) Rencana Strategis Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Tengah Tahun 2013-2018 (93) BAGIAN 5 (187) Inovasi dan Diversifikasi dengan Komoditas Khusus (Khas) Jawa Tengah (187) BAGIAN 6 (217) Kata Mereka (217)
Sime poptem iampere simpopo publium demod C. Videri facrum fue cepopub lissatum men ducta, sent. Volusat quam. Tum pratuam ocuperu ntestra re, clemus pata de es rei intiest

xii

Untukmu Jawa Tengahku


Optimalisasi Pemberdayaan Masyarakat Guna Mewujudkan Kedaulatan Pangan Perkebunan

BAGIAN

Ir. TEGOEH WYNARNO HAROENO, MM

LEBIH DEKAT DENGAN

Untukmu Jawa Tengahku


Optimalisasi Pemberdayaan Masyarakat Guna Mewujudkan Kedaulatan Pangan Perkebunan

TEGOEH Wynarno Haroeno adalah putra pertama dari tiga bersaudara pasangan Haroeno MP dan Kastiri. Tegoeh lahir tanggal 23 Oktober 1960. Saat dia lahir, ayahnya adalah guru Sekolah Dasar Negeri Bulakan Kecamatan Belik (pensiun sebagai Kepala Kakandepdikbud Kecamatan Belik, Kabupaten Pemalang). Adapun ibunya, Ny Kastiri adalah seorang ibu rumah tangga, lulusan Sekolah Kepandaian Putri (SKP 4 tahun) yang saat itu merupakan tingkat pendidikan cukup tinggi bagi perempuan-perempuan desa, bahkan seKecamatan Belik hanya Kastiri yang berhasil lulus SKP 4 tahun di Kota Pemalang. Tegoeh kecil yang akrab disapa Nano (Mas Nano) bersama kedua adiknya itu, hidup dalam balutan kondisi kesederhanaan yang penuh kasih sayang dari kedua orang tuanya. Haroeno-Kastiri juga mendidik ketiga putra-putrinya dengan penuh kedisiplinan, penuh tanggung jawab, serta selalu menjaga etika dan moral. Sehingga tanpa disadari, ketiga hal itu sekarang ini menjadi landasan dalam meniti karirnya di birokrasi. Pria yang lahir di lereng Gunung Slamet bagian utara itu, selalu terobsesi dengan kehidupan alam pedesaan yang indah dan tenteram. Masa-masa kecilnya yang dijalani di hamparan tegalan, sawah dan kebun di lereng Gunung Slamet, selalu mengingatkannya pada pilar-pilar kedisiplinan, kerja keras dan semangat gotong-royong, yang selalu ditunjukkan oleh para petani dan pekebun waktu itu. Nano menjalani masa kanak-kanak yang indah di lereng
2 Untukmu Jawa Tengahku
Optimalisasi Pemberdayaan Masyarakat Guna Mewujudkan Kedaulatan Pangan Perkebunan

Gunung Slamet, kesehariannya tak lepas dari bermain layanglayang, berlarian di sawah dan kebun, memanjat pohon dan bermain gobag sodor, meskipun demikian tak pernah meninggalkan kewajiban untuk belajar. Di masa kecil, keberaniannya untuk berkompetisi dalam meraih prestasipun sangat membanggakan orang tua, karena baru duduk di kelas lima SD, berkeinginan keras untuk mengikuti ujian kelas enam SD dan berhasil lulus dengan nilai terbaik, bahkan meraih juara pertama se-Kecamatan Belik. Jenjang pendidikan SMP dan SMA dilaluinya di Kabupaten Pemalang dengan prestasi yang mengagumkan. Setelah lulus dari SMA Negeri Pemalang pada tahun 1977, Nano masuk Institut Pertanian Bogor (IPB) tanpa tes, lewat jalur Penelusuran Minat dan Kemampuan (PMDK), jalur bagi para juara atau anak-anak berprestasi yang nilainya di atas rata-rata. Dinamika kehidupan terus berjalan, memasuki ruang kuliah IPB-Bogor tahun 1978, kebiasaan mengorganisir teman-teman semasa kecil berbuah menjadi aktivitas yang menantang. Tegoeh terpilih sebagai Ketua umum DPC GMNI Bogor, Kepala Biro Intel Menwa YON VII/Surya Kencana, Danpolman (Komandan Polisi Mawarman), Ketua umum GAMMA Sigma Beta (Himpunan Mahasiswa Sta tistika IPB), Ketua Komisi Organisasi BPM Faperta dan Ketua Koperasi Mahasiswa IPB-Bogor serta mengelola maja lah/buletin KOMANAS (Komunikasi Mahasiswa Nasio nal-GMNI-Red) selaku Pemimpin Redaksi.
Untukmu Jawa Tengahku
Optimalisasi Pemberdayaan Masyarakat Guna Mewujudkan Kedaulatan Pangan Perkebunan

Sebagai mahasiswa, dia dikenal rajin dan cerdas, Indek Prestasi (IP)-nya pun bagus. Kuliah, perpustakaan, belajar dan aktivitas organisasi menjadi bagian yang tak terpisahkan dalam kesehariannya selama di Bogor. Penyuka masakan Jawa ini, semasa kuliah hampir tak mengenal hura-hura. Sering Berada di Kebagusan Tak banyak yang tahu, Tegoeh yang semasa kuliah di IPB Bogor ini, sering berada di Kebagusan, kediaman keluarga Ibu Megawati Soekarnoputri. Saat itu, mbak Puan Maharani masih duduk di bangku SD. Hampir setiap sore saat berada di Kebagusan, Tegoeh bersama-sama membantu Ibu Mega menyiram anggrek dan tanaman lain di halaman rumahnya, sambil berbincang tentang berbagai hal, khususnya gagasangagasan Bung Karno yang ditulis beliau dalam berbagai buku karangan Bung Karno dan Tegoeh sangat antusias membacanya, antara lain buku-buku Bung Karno yang berjudul Indonesia Menggugat, Dibawah Bendera Revolusi jilid I dan II, Sarinah, Tujuh Bahan-Bahan Pokok Indoktrinasi (TUBAPIN), DJAREK (Djalannya Revolusi Kita), DJAS MERAH (Jangan Sekali-kali Melupakan Sejarah), MANIPOL USDEK, Nawaksara dan sebagainya. Sembari menyiram anggrek-anggrek kesayangannya, ibu Mega juga sangat piawai/fasih menjelaskan gagasan Bung Karno untuk mensejahterakan Rakyat Indonesia, termasuk filosofi dan hakekat Marhaenisme. Namun itu hanya sepenggal dari kisah perjalanan hidup
4 Untukmu Jawa Tengahku
Optimalisasi Pemberdayaan Masyarakat Guna Mewujudkan Kedaulatan Pangan Perkebunan

Tegoeh Wynarno Haroeno bersama istri dan putra-putrinya

Tegoeh. Setelah meraih gelar insinyur (Ir) tepat waktu, bahkan sebagai lulusan termuda saat itu dengan IP yang bagus, Tegoeh pun segera ancang-ancang mencari kerja. Setelah menyandang gelar insinyur dari IPB, pada tanggal 1 Desember 1982, Tegoeh diterima sebagai tenaga honorer/ staf di Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Tengah. Dia pun meninggalkan Kota Bogor dengan segala pernak pernik memorinya, kemudian tahap demi tahap meniti perjalanan kariernya dibirokrasi yang dilaluinya dengan sabar, ikhlas, dan penuh rasa syukur. Dalam perjalanan karier itu, Tegoeh menyadari bahwa upaya-upaya pengendalian diri serta instrospeksi perlu
Untukmu Jawa Tengahku
Optimalisasi Pemberdayaan Masyarakat Guna Mewujudkan Kedaulatan Pangan Perkebunan

dikedepankan dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawab yang diemban. Bahkan pitutur dari orang tuanya selalu dianutnya, yakni ''Digdaya tanpa Aji, Sugih tanpa Bandha, Nglurug tanpa Bala lan Menang tanpa Ngasorake''; yang artinya kurang lebih ''kaya tanpa harta, unggul tanpa senjata, menyerbu tanpa pasukan dan menang tanpa merendahkan'', diaplikasikan dengan baik dan benar, selaras dengan kondisi/ budaya Jawa Tengah. Berkarir di birokrasi tak seperti yang dibayangkan semula. Jalan terjal dan hal-hal yang tak dibayangkan sebelumnya harus disikapi dengan bijak. Dari satu jabatan ke jabatan yang lebih tinggi serta pengalamannya sebagai dosen di Akmikom, IPIEMS (Institut Pendidikan Ilmu Eksakta Menengah) dan ATS (Akademi Teknologi Semarang), membuat langkahnya makin pasti dan terkendali, dilandasi rasa syukur yang tinggi. Mencari solusi/menyelesaikan satu permasalahan ke permasalahan lain, menjadikan Tegoeh semakin matang dan terus berbagi kemampuan, pengetahuan serta pengalamannya, baik dengan staf maupun mitra kerjanya. Perjalanan karier Tegoeh di pemerintahan boleh dibilang cukup baik, setelah masuk di Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Tengah tahun 1982 dan mengabdi selama 16 tahun lebih dengan menduduki jabatan struktural Eselon IV serta pimpinan beberapa proyek, pada tahun bulan Februari 1999 hijrah ke Badan Diklat Provinsi Jawa Tengah. Di sinilah Tegoeh Wynarno Haroeno memimpin beberapa kegiatan selain sebagai Kepala Sub Bagian Program, antara
6 Untukmu Jawa Tengahku
Optimalisasi Pemberdayaan Masyarakat Guna Mewujudkan Kedaulatan Pangan Perkebunan

lain sebagai Kepala Laboratorium Bahasa dan Komputer, Pemimpin Proyek Sarana dan Prasarana Diklat, Pemimpin Proyek Analisis Kebutuhan Diklat dan akhirnya dipercaya menduduki jabatan Kepala Bidang Renjibang (Perencanaan, Pengkajian, dan Pengembangan) Diklat Provinsi Jawa Tengah. Tahun 2004 Mutasi ke Badan Informasi, Komunikasi dan Kehumasan (BIKK), menduduki jabatan Kepala Bidang Pelayanan Informasi dan Dokumentasi sekaligus sebagai Ketua Tim Penyusun sambutan Gubernur Jawa Tengah. Dua tahun setelah itu, atau tepatnya bulan April 2006, Tegoeh pindah ke Bappeda Provinsi Jawa Tengah dipercaya menduduki jabatan sebagai Kepala Bidang Pemerintahan dan Sosial Budaya (Pemsosbud), kemudan pada tahun 2008 sebagai Kepala Bidang Perekonomian Bappeda Provinsi Jawa Tengah. Belum genap satu tahun, tepatnya tanggal 5 Maret 2009, Tegoeh Wynarno Haroeno dilantik sebagai Kepala Biro Organisasi dan Kepegawaian Setda Provinsi Jawa Tengah, yang diembannya selama sembilan bulan dan pada tanggal 30 November 2009, Tegoeh dikembalikan ke ''habitatnya'' sebagai Kepala Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Tengah. Laku Prihatin dan Budi Mesu Meskipun saat ini Tegoeh Wynarno telah menjadi Kepala Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Tengah, dia tetaplah pria Jawa yang sederhana dan santun, tidak lupa terhadap asal-usul/perjalanan hidup yang pernah dilaluinya. Tansah
Untukmu Jawa Tengahku
Optimalisasi Pemberdayaan Masyarakat Guna Mewujudkan Kedaulatan Pangan Perkebunan

ajeg mesu budi lan raga nganggo cara ngurangi mangan lan turu. Falsafah Jawa yang artinya ''Mengurangi makan dan tidur yang berlebihan agar kesehatan kita senantiasa terjaga'' inilah yang juga jadi pegangan Tegoeh. Wajar, karena sejak kecil dia dididik orang tuanya untuk laku prihatin dan tirakat agar dekat dengan Allah SWT. Salah satu yang hingga kini dilakukannya adalah tidak makan nasi dan tidak makan daging. Kini Tegoeh dikaruniai tiga anak, buah kasihnya dengan Rr Sriwuryaningsih, karyawati Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Tengah, yang dinikahinya tanggal 19 Maret 1983. Putri pertamanya Eka Agustine Wynarningsih SS. MHum, saat ini bekerja di Biro Otonomi Daerah dan Kerja Sama Setda Provinsi Jawa Tengah sambil menimba ilmu (program Doktor) di UNNES, putri keduanya Dewi Parikesit SIP. MM, saat ini bekerja di Dinas Pendapatan dan Pengelolaan Aset Daerah Provinsi Jawa Tengah. Adapun putra bungsunya Hajar Adhiwibowo, SE, lulusan Universitas Bakri (Bakri School of Management) Jakarta jalur beasiswa prestasi, saat ini tengah menempuh pendidikan S-2 nya (Pasca sarjana) di Sekolah Manajemen Bisnis Institut Teknologi Bandung di Jakarta. Sedangkan anak angkatnya Ismu Pandoyo, bekerja sebagai PNS di Badan Diklat Provinsi Jawa Tengah. Walaupun sebagian besar waktunya dihabiskan untuk urusan kedinasan, pejabat yang satu ini, tetap selalu memperhatikan keluarga. ''Bagi saya, keluarga adalah pilar kekuatan dalam meniti karier'', karena keluarga adalah
8 Untukmu Jawa Tengahku
Optimalisasi Pemberdayaan Masyarakat Guna Mewujudkan Kedaulatan Pangan Perkebunan

pondasi yang kokoh untuk meraih cita-cita dan harapan yang baik. Selama ini dia memberikan kebebasan kepada putraputri nya untuk membangun masa depannya dan menen tu kan pilihan-pilihan hidupnya. Prinsip demokratisasi dalam ke luarga benar-benar diterapkan, bahkan cenderung liberal, sehingga masing-masing anggota keluarga diberi hak dan kebebasan mengeluarkan pendapat serta menentukan pilih an-pilihan hidupnya dengan penuh rasa tanggung jawab. ''Ini juga menjadi suatu pembelajaran bahwa kedewa saan bersikap dan melakukan hal-hal yang positif, memang perlu ditanamkan sejak dini,'' tandasnya. Memimpin sebuah organisasi apapun namanya tidak lah mudah, sehingga butuh seni tersendiri, lebih-lebih da lam organisasi pemerintahan. Namun bagi Tegoeh Wynarno Haroeno, memimpin sebuah organisasi kedinasan yang diwarnai oleh kultur birokrasi yang kuat dan penuh rutinitas, merupakan sebuah tantangan yang menarik. Sebab, sesungguhnya dalam ruang lingkup birokrasi banyak warna, seperti merah, kuning, biru, hijau, ungu, hitam dan putih, justru dapat membuat dinamika kehidupan birokrasi berkembang dengan cepat, selaras dengan tekad reformasi birokrasi yang dicanangkan oeh Gubernur Ganjar Pranowo pada saat pelantikannya, selaras dengan pidato Menteri Dalam Negeri tanggal 23 Agustus 2013. ''Ibarat taman bunga, akan tumbuh berbagai macam dan warna bunga yang bermekaran sepanjang hari. Tinggal
Untukmu Jawa Tengahku
Optimalisasi Pemberdayaan Masyarakat Guna Mewujudkan Kedaulatan Pangan Perkebunan

bagaimana mengemasnya agar bunga-bunga tersebut sema kin indah dan memberikan manfaat yang sebesar-besarnya bagi kehidupan masyarakat, bangsa, dan negara,'' ujar Tegoeh. Meluruskan Kemudi Yang Miring Sebagaimana disebutkan di atas, tanggal 30 November 2009 adalah salah satu tonggak sejarah karir Tegoeh Wynarno Haroeno, yakni saat dia dipercaya menjadi nakhoda di Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Tengah. Ada ungkapan, siapa pun yang menjabat Kepala Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Tengah haruslah siap ''meluruskan kemudi yang miring''. Sepenggal kalimat itu bagi Tegoeh bisa bermakna ganda, kiasan dan nyata. Bermakna kiasan, karena kondisi Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Tengah saat itu, perlu banyak pembenahan. Ibarat mobil kemudinya selama ini miring, dan driver-nya harus bisa meluruskan. Sehingga arah mobil itu benar-benar lurus, sesuai dengan tujuan, visi dan misi dinas . Adapun bermakna nyata, karena posisi kemudi mobil inventaris (pelat merah) Kepala Dinas Perkebunan Jawa Tengah, saat itu miring alias tidak lurus dan tidak dalam posisi center sebagaimana lazimnya kemudi yang normal. Tentu fakta ini hanyalah masalah kecil, tetapi dalam konteks kepemimpinan, mempunyai nilai dan dampak yang sangat besar bagi sukses dan tidaknya seseorang dalam memimpin sekaligus menggerakkan roda organisasi.
10 Untukmu Jawa Tengahku
Optimalisasi Pemberdayaan Masyarakat Guna Mewujudkan Kedaulatan Pangan Perkebunan

Menemukan fakta sekecil apapun seperti halnya kemudi miring tersebut, jelas membutuhkan kecermatan, kesabaran, ketegasan dan keteladanan seorang pemimpin. Sebab dengan terungkapnya segala kekurangan yang ada, seorang pemimpin akan mampu meminimalisasi kelemahan, sekaligus mengoptimalkan semua kekuatan bagi tercapainya tujuan dan sasaran secara sinergis. Dinas Perkebunan, sebagai salah satu lembaga Pemerintah (Satuan Kerja Perangkat Daerah), harus dapat berperan/memberi manfaat optimal bagi rakyat, bangsa dan negara. Oleh karena itu tidak boleh dibiarkan stagnan, bahkan harus terus membangun, mengembangkan diri dan berkarya guna menyejahterakan bangsa. Apalagi perkebunan merupakan sub sektor dalam pembangunan sektor pertanian, wajib dapat memberikan kontribusi yang tinggi terhadap suksesnya pembangunan Jawa Tengah. Mengembangkan dan Meningkatkan Jejaring Mengurai permasalahan dan membenahi institusi yang sudah sakit, bukanlah pekerjaan gampang. Dibutuhkan kemampuan tersendiri dalam mendiagnosa penyakit dan kecermatan deteksi yang tepat dalam memilih obat untuk menyembuhkannya. Dengan berbekal kepercayaan diri, kemampuan dan pengalaman yang telah diperoleh sebelumnya, penggemar tokoh wayang Werkudara, Kresna dan Semar ini melakukan langkah strategisnya. Yakni, ke dalam (internal) membenahi
Untukmu Jawa Tengahku
Optimalisasi Pemberdayaan Masyarakat Guna Mewujudkan Kedaulatan Pangan Perkebunan

11

Tegoeh Wynarno Haroeno bersama istri

piranti keras dan lunak, sedangkan ke luar (eksternal) membangun kemitraan dengan berbagai pihak terkait, mengembangtingkatkan jejaring (networking), sejak dari tingkat lapangan, kabupaten, provinsi hingga tingkat pusat. Dengan gaya kepemimpinan yang low profile, gayungpun bersambut. Kehadiran Tegoeh Wynarno Haroeno sebagai nakhoda Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Tengah, memperoleh simpati dan dukungan yang besar, baik dari para pejabat struktural, fungsional maupun staf dan stakeholders masyarakat perkebunan.
12 Untukmu Jawa Tengahku
Optimalisasi Pemberdayaan Masyarakat Guna Mewujudkan Kedaulatan Pangan Perkebunan

Memasuki tugas-tugas berat itu, pria berbintang Scorpio ini selalu menjalani kedekatan dengan siapapun, terutama dengan staf atau anak buah. ''Komunikasi yang intens dan hubungan kekerabatan/kekeluargaan yang dekat itu yang saya utamakan. Bila harmoni telah tercipta di lingkungan kerja, maka seberat apapun beban kerja yang ada, akan mengalir/terselesaikan dengan optimal,'' tegasnya. Kemudian ayah tiga orang anak ini menyebut perencanaan yang baik akan menjadikan pekerjaan itu jelas dan terukur, sehingga penyelesaian dan pelaksanaannya juga akan berjalan tepat waktu, bermanfaat optimal serta sesuai rencana, mengingat perencanaan yang baik dan rinci merupakan 60 % jaminan keberhasilan. ''Saya sering mengadakan rapat dan pertemuanpertemuan dengan staf untuk merencanakan program dan kegiatan. Sebab, masukan staf, khususnya yang di lapangan, karena bersentuhan langsung dengan stakeholders perkebunan, akan sangat berguna sebagai bahan penyusunan kebijakan atau keputusan penting,'' tegasnya. Dengan sering melakukan rapat, maka selain akan menyamakan visi serta persepsi, juga akan meningkatkan pengertian dan pemahaman terhadap pelaksanaan program kerja. Tegoeh memahami benar bahwa di dalam lingkungan birokrat, meski nampak tenang dan terstruktur dengan baik, tetapi selalu saja ada percikan permasalahan yang mengarah pada konflik yang tidak sehat. Kondisi ini menurutnya dikarenakan like and dislike yang tidak boleh dibiarkan
Untukmu Jawa Tengahku
Optimalisasi Pemberdayaan Masyarakat Guna Mewujudkan Kedaulatan Pangan Perkebunan

13

berkembang. Bila sudah demikian, penyuka olah raga menembak, bulu tangkis dan golf itu, akan melakukan tindakan-tindakan tegas dengan mengacu pada penegakkan disiplin tinggi. ''Ada saatnya ketegasan itu dibutuhkan, tetapi di lain sisi, pendekatan secara kekeluargaan juga perlu dikembangkan.'' Dengan demikian, jejaring kerja akan dapat terajut dan terjalin hingga ketingkat lapangan, baik internal dinas maupun dengan para stakeholder/pemangku kepentingan perkebunan, sehingga penyelesaian permasalahan yang dihadapi dapat dilaksanakan secara komprehensif dan sinergis. Amalkan Hasta Brata Itulah sebabnya menurut Tegoeh, seorang pemimpin harus mengamalkan laku Hastabrata. Hasta berarti delapan dan brata artinya watak atau laku. Seorang pemimpin harus dapat berperan dan memiliki laku/watak seperti ciptaan Sang Khaliq yang ada di jagat raya ini, yakni memiliki watak seperti Kartika (bintang), berwujud indah dan menghiasi malam yang kelam serta menjadi pedoman bagi mereka yang kehilangan arah. Selain itu, juga memiliki karakter Matahari (surya) yang hangat, penuh energi dan pemberi motivasi hidup; Bulan (candra), yang memiliki wujud indah, menentramkan dan menerangi dalam kegelapan; Angin (bayu), yang mempunyai sifat menyejukkan dan dapat mengisi setiap ruang kosong
14 Untukmu Jawa Tengahku
Optimalisasi Pemberdayaan Masyarakat Guna Mewujudkan Kedaulatan Pangan Perkebunan

walaupun di tempat yang rumit sekalipun; Api (hagni/ dahana), yang dapat membakar semangat dan bersifat tegak (menegakkan disiplin dan aturan); Air (tirta), menghidupkan semua yang tumbuh; Bumi (bawana), sebagai tempat berpijak dan Samudra (lautan) yang dapat menerima semua masukan dari manapun, baik yang manis maupun pahit sekalipun. Semua itu bila dirangkum secara komphensif dan implementatif mengandung arti keteladanan dan penegakan disiplin. Seorang pemimpin harus cerdas dan mumpuni. Staf adalah aset, bukan alat untuk mencapai tujuan. Oleh karena itu staf harus diberdayakan dan diberikan kesempatan untuk berinovasi, berkreasi, mengemukakan pendapat dan menyampaikan ide bahkan kritik yang konstruktif guna peningkatan kinerja. Seorang pemimpin harus mampu sebagai bapak, komandan, sahabat, guru dan sekaligus sebagai pelayan. Membangun karier sejak muda di Pegawai Negeri Sipil (PNS), Tegoeh banyak mengajari arti penghargaan sebuah solidaritas dan jiwa sosial, mendelegasikan tugas sesuai tupoksi dan menebar kepercayaan kepada bawahannya. Ketika yang lain terbiasa terpaku pada rutinitas dan mekanisme kerja yang ada, dimana langkah-langkah, kebijakan dan pengambilan keputusan mengacu pada alur birokrasi yang kaku, Tegoeh berani berbeda. Misalnya memberikan kesempatan bawahannya untuk berkreasi, menyampaikan kritik konstruktif, saran, pendapat, mendelegasikan tugas-tugas secara tuntas di tingkat anak
Untukmu Jawa Tengahku
Optimalisasi Pemberdayaan Masyarakat Guna Mewujudkan Kedaulatan Pangan Perkebunan

15

buahnya dan memberikan kepercayaan kepada staf untuk menyelesaikan tugas secara komprehensif. Keberanian inilah membuat langkah dan kebijakannya membawa dinamika kemajuan yang besar di Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Tengah, selain institusi Dinas Perkebunan semakin di per hitungkan, karyawan-karyawatinya kian sejahtera sehing ga tidak mengherankan apabila dalam tiga tahun kepe_mim pinannya, Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Tengah berhasil meraih 30 penghargaan. Begitu banyak pembelajaran yang bisa diperoleh dari Tegoeh Wynarno Haroeno, seperti keinginannya terhadap hasil akhir pekerjaan yang optimal, pelaksanaan tugas yang cepat dan terkontrol, check and recheck. ''Bagaimanapun sempurnanya dalam merencanakan suatu pekerjaan , tetapi faktor x tetap harus diperhitungkan,'' jelasnya. Untuk itu dalam ''meluruskan kemudi yang miring'' dia memiliki strategi khusus, yakni menempatkan personel dan perangkat secara berlapis. Untuk lini depan, Tegoeh tidak mau ambil risiko, harus menempatkan SDM terbaik, baru menyusul peringkat atau lapisan berikutnya. Dalam merencanakan penyelesaian suatu pekerjaan, juga disusun rencana berlapis, apabila rencana A gagal atau kurang optimal, maka dilaksanakan rencana B, C, dan seterusnya, termasuk kreasi dalam memadukan/meng integrasikan rencana-rencana dimaksud baik internal maupun eksternal, bahkan mengkaitkannya dengan lingkung_an strategis, sehingga tercapai pengelolaan kegiatan secara
16 Untukmu Jawa Tengahku
Optimalisasi Pemberdayaan Masyarakat Guna Mewujudkan Kedaulatan Pangan Perkebunan

komprehensif dan sinergis, mengingat rencana yang baik merupakan 60 % jaminan keberhasilan. Menebar Kepercayaan, Menuai Prestasi Di awal karirnya sebagai kepala Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Tengah, alokasi anggaran untuk institusi yang dipimpinnya pada tahun 2010 sebesar sekitar Rp 48 miliar. Terdiri atas APBD Rp 31 miliar dan APBN Rp 17 miliar. Tegoeh segera menyingsingkan lengan baju, berfikir cepat, cerdas dan cermat, agar bisa bekerja optimal, melaku kan pembenahan internal sekaligus menebar kepercayaan ke eksternal, baik di tingkat provinsi maupun pemerintah pusat. Usahanya berbuah manis. Dibantu seluruh stafnya dan soliditas internal kantornya, secara bertahap namun pasti, setiap tahun anggaran Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Tengah naik hampir dua kali lipat dari tahun sebelumnya. Tahun 2011 Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Tengah mendapat APBD Rp 45 miliar dan APBN Rp 40 miliar. Tahun 2012 dari APBD Rp 69 miliar dan APBN Rp 145 miliar. Tahun 2013 APBD Rp 108 miliar dan APBN Rp 227 miliar. Kenaikan alokasi anggaran untuk Dinas Perkebunan Provinsi Jateng hampir dua kali lipat pada setiap tahunnya. Serapan anggaran setiap tahun rata-rata 97-98 persen, sedangkan kegiatan fisik yang berhasil kami lakukan mencapai 100 persen. Sehingga ada penghematan anggaran sekitar 2-3 persen setiap tahun, jelasnya.
Untukmu Jawa Tengahku
Optimalisasi Pemberdayaan Masyarakat Guna Mewujudkan Kedaulatan Pangan Perkebunan

17

Tegoeh menjelaskan, guna mendekatkan sekaligus memberikan pelayanan prima kepada masyarakat perkebun an, utamanya dalam hal perbenihan, kebun produksi, perlindungan tanaman, peralatan dan mesin serta pengujian mutu hasil perkebunan, melalui Peraturan Gubernur Nomor : 36 tahun 2008, dibentuk tiga UPTD (Unit Pelaksana Teknis Dinas) perkebunan yakni : (1) Balai Perbenihan dan Kebun Produksi, yang berkantor di Jl. Hasanudin No. 833 Salatiga, (2) Balai Proteksi Tanaman Perkebunan, yang berkantor di Jl. Hasanudin No. 833 Salatiga, dan (3) Balai Alat Mesin dan Pengujian Mutu Hasil Perkebunan, yang berkantor di Mojosongo Kota Surakarta. Sebuah institusi, secakap apapun nakhodanya, jika tidak didukung kondisi internal yang solid, akan sulit berkembang serta dipercaya masyarakat dan stakeholders, tandasnya. Berlandaskan Pergub Nomor : 85 Tahun 2012, Dinas Perkebunan yang bermarkas di Tarubudaya Ungaran dengan kekuatan personel 409 orang (226 PNS, 9 honorer serta 174 TKP dan PLP) beserta sejumlah sumber daya (resources) yang cukup memadai, Tegoeh menakhodai biduk itu agar dengan cepat dan tepat membangun perkebunan untuk kesejahteraan rakyat Jawa Tengah. Terlebih lagi, ada 17 komoditas utama yang harus digarap secara simultan, yakni : Rumpun Tanaman Semusim (Tebu, Tembakau, Kapas dan Wijen), Rumpun Tanaman Tahunan (Kelapa, Karet, Jambu Mete, Aren dan Casiavera), Rumpun Tanaman Rempah18 Untukmu Jawa Tengahku
Optimalisasi Pemberdayaan Masyarakat Guna Mewujudkan Kedaulatan Pangan Perkebunan

Penyegar (Kopi, Teh, Kakao, Cengkeh, Lada) dan Rumpun Tanaman Astiri (Nilam, Sereh Wangi, Kenanga dan Daun Cengkeh), serta memiliki tekad yang bulat guna mewujudkan Swasembada Gula Jawa Tengah tahun 2013, sekaligus mendukung Swasembada Gula Nasional tahun 2014. Berbekal tiga puluh penghargaan tingkat nasional dan daerah yang diraih selama tiga tahun kepemimpinannya, menurut Tegoeh, kesemuanya itu adalah penghargaan untuk masyarakat perkebunan Jawa Tengah. Adapun 30 (tigapuluh) Penghargaan Dinas dan Masyarakat Perkebunan Jawa Tengah Tahun 2010 s/d 2013, adalah sebagai berikut : 1. Piagam Penghargaan KPTR Terbaik Tingkat Nasional dalam Pengembalian PMUK diperoleh KPTR REKSA JAYA Kabupaten PEMALANG 2. JUARA 1 LOMBA KETAHANAN PANGAN Tingkat Nasional diperoleh Kelompok Tani WAHYU TANI Desa Pejagran, Kec. Ngombol, Kab. Purworejo 3. Penghargaan Terbaik Tingkat Nasional dalam PENE RAPAN INOVASI PESTISIDA NABATI UNTUK PENGEN DALIAN HPT PERKEBUNAN, diperoleh Sdr. Joko Sunarmin Desa Sambirejo, Kec. Jumantono Kab.Karanganyar 4. PROVINSI PENGELOLA PEMBANGUNAN PERKEBUNAN TERBAIK Tingkat Nasional 5. Piala ADHIKARYA PANGAN NUSANTARA dari Presiden
Untukmu Jawa Tengahku
Optimalisasi Pemberdayaan Masyarakat Guna Mewujudkan Kedaulatan Pangan Perkebunan

19

RI kepada Gubernur Jawa Tengah, sebagai Provinsi Terbaik dalam Pembangunan Ketahanan Pangan 6. Piala ADHIKARYA PANGAN NUSANTARA Katagori Peng guna Kreatif Teknologi Terbaik kepada Sdr. Walim, Ketua Kelompok Tani Makmur, Desa Surajaya, Kecamatan Pemalang 7. Piala ADHIKARYA PANGAN NUSANTARA sebagai Pelaku Usaha Penerap Jaminan Mutu Pangan Perkebunan Ter baik, diperoleh Kelompok Tani Manggar Manis, Desa Kedung Urang, Kecamatan Gumelar Kabupaten Banyumas 8. Piala ADHIKARYA PANGAN NUSANTARA sebagai Petugas Pengawas Mutu Hasil Perkebunan Terbaik diperoleh Sdr. Medi Susilo, Petugas PMHP, Kabupaten Purworejo 9. Piala ABDI BHAKTI TANI sebagai Pelayan Terbaik Tingkat Nasional di Bidang Perbenihan dan Pengelolaan Kebun Produksi 10. PETANI TEBU BERPRESTASI Tingkat Nasional diperoleh Sdr. TAUFIK HDIAYAT, SE Ketua KPTR Harapan Manis Kabupaten Batang 11. Satuan Kerja (SATKER) PENGELOLA PEMBANGUNAN PERKEBUNAN Terbaik II Tingkat NASIONAL Tahun 2011 12. Plakat ABDI BHAKTI TANI, sebagai Pelayanan Terbaik Tingkat Madya di Bidang Perlindungan Tanaman Perkebunan 13. Piagam Penghargaan CITRA BHAKTI KINERJA PELAYANAN
20 Untukmu Jawa Tengahku
Optimalisasi Pemberdayaan Masyarakat Guna Mewujudkan Kedaulatan Pangan Perkebunan

PUBLIK Tingkat Nasional 14. Piagam Penghargaan PENERAPAN SISTEM MANAJEMEN MUTU ISO 9001:2008 Tingkat Nasional 15. Penghargaan PENYERAPAN DAN PERTANGGUNG JAWAB AN DANA DIPA TERBAIK Semester I Tahun 2012 16. Satuan Kerja (SATKER) PENGELOLA PERKEBUNAN TER BAIK PERTAMA TINGKAT NASIONAL 17. Penghargaan Menteri Pertanian RI Katagori MOTIVATOR SWASEMBADA GULA TERBAIK Tingkat Nasional untuk Gubernur Jawa Tengah 18. PETANI TEBU BERPRESTASI Tingkat Nasional, diperoleh Sdr. H. RUHADI R, Ketua KPTR REKSA JAYA, Desa Kramat, Kecamatan Pemalang 19. Piala ADHIKARYA PANGAN NUSANTARA diperoleh Kelom pok Tani SUBUR MAKMUR, Desa Sumber Harjo, Kecamatan Jaken, Kabupaten Pati 20. Penghargaan PPHP AWARD Katagori PELAKU USAHA INOVASI PENGELOLAAN PRODUK PERKEBUNAN TERBAIK untuk CV. INAGRO JINAWI, Jl. Jambu No. 6, Kedung Wuluh, Purwokerto, Kabupaten Banyumas 21. SERTIFIKASI PRODUSEN PANGAN ORGANIK GULA KELAPA, diperoleh Kelompok Tani LEGEN ARDI RAHARJA, Desa Karanggintung, Kecamatan Kemranjen, Kabupaten Banyumas 22. Penghargaan CUPPING COMPETITION Juara II Tingkat Nasional AEKI, diperoleh Kelompok Tani Kopi SIDO
Untukmu Jawa Tengahku
Optimalisasi Pemberdayaan Masyarakat Guna Mewujudkan Kedaulatan Pangan Perkebunan

21

UTOMO, Desa Candi Garon, Kecamatan Sumowono, Kabupaten Semarang 23. Penghargaan CUPPING COMPETITION Juara III Tingkat Nasional AEKI, diperoleh Kelompok Tani Kopi GONDO ARUM, Desa Binangun, Kecamatan Karangkobar, Kabu paten Banjarnegara 24. Penghargaan sebagai PENDAMPING PELAKU PEMBA NGUNAN KETAHANAN PANGAN PEMBERDAYAAN MA SYARA KAT TERBAIK Tingkat Nasional, diperoleh Sdri. SITI NUR FAEZAL, Desa Sukolilo, Kecamatan Sukolilo, Kabu_paten Pati 25. PENGELOLA KEUANGAN TERBAIK (Dua tahun Berturutturut tidak pernah ada tambahan UYHD) APBD Provinsi Jawa Tengah Tahun Anggaran 2011 dan 2012 26. Penghargaan Sebagai TOKOH PRIA BERPRESTASI TAHUN 2012, untuk Ir. TEGOEH WYNARNO HAROENO, MM dari Forum Komunikasi Wartawan Indonesia 27. Penghargaan Pemenang Ke-2 Kategori KETEPATAN PENYERAPAN ANGGARAN Semester II Tahun Anggaran 2012, dari Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara Semarang II 28. Penghargaan Pemenang Ke-3 Kategori KUALITAS REKON SILIASI DAN PENYAMPAIAN LAPORAN KEUANGAN Satuan Kerja Semester II Tahun Anggaran 2012, dari Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara Semarang II

22

Untukmu Jawa Tengahku


Optimalisasi Pemberdayaan Masyarakat Guna Mewujudkan Kedaulatan Pangan Perkebunan

29. Piala CITRA PELAYANAN PUBLIK dari Presiden Republik Indonesia, kepada Balai Proteksi Tanaman Perkebunan Provinsi Jawa Tengah 30. Penghargaan BEST EXECUTIVE OF INDONESIA 2013 kepada Ir. TEGOEH WYNARNO HAROENO, MM dari Yayasan Penghargaan Indonesia "Penghargaan-penghargaan tersebut diharapkan akan te rus bertambah melebihi perolehan tahun-tahun sebelumnya", kata Tegoeh Wynarno Hr, penerima Anugerah Satya Lencana Kar ya Satya 10 dan 20 tahun dari Presiden RI pada tanggal 5 Mei 2000 (ditandatangani Presiden Abdurrahman Wahid) dan tang gal 25 Juli 2006 (ditandatangani Presiden Susilo Bambang Yudoyono).

Mencoba traktor bersama Dirjen Perkebunan Kementerian Pertanian RI Gamal Nasir Untukmu Jawa Tengahku
Optimalisasi Pemberdayaan Masyarakat Guna Mewujudkan Kedaulatan Pangan Perkebunan

23

Bersama Ayah dan Ibu Haroeno

Mendapat Penghargaan Satker Terbaik Tingkat Nasional 24 Untukmu Jawa Tengahku


Optimalisasi Pemberdayaan Masyarakat Guna Mewujudkan Kedaulatan Pangan Perkebunan

BAGIAN

DINAS PERKEBUNAN PROVINSI JAWA TENGAH

SEJARAH, VISI, DAN MISI

SEJARAH Dinas Perkebunan dibentuk guna mengisi otonomi daerah dalam mengelola/menjalankan urusan pertanian khususnya Subsektor Perkebunan. Dengan dasar Surat Keputusan Gubernur Jawa Tengah Nomor: PUOD 65/2/4, tanggal 18 Januari 1973 dibentuk Dinas Perkebunan Rakyat Daerah (Diperada) Provinsi Jawa Tengah. Tugas dan fungsinya adalah membina Perkebunan Rakyat. Adapun untuk urusan Perkebunan Besar, menjadi tanggung jawab dan wewenang Inspektorat Perkebunan Besar Wilayah VII, yang bertanggung jawab langsung kepada Direktur Jenderal Perkebunan. Kemudian dengan SK Gubernur Nomor: HUK 40/1976, tanggal 25 Mei 1976, Pemerintah Provinsi Dati I Jawa Tengah menggabungkan Dinas Perkebunan Rakyat Daerah dengan Inspektorat Perkebunan Besar Wilayah VII, menjadi Dinas Perkebunan Provinsi Dati I Jawa Tengah. Sehingga tanggal 25 Mei merupakan Hari Jadi Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Tengah.
Untukmu Jawa Tengahku
Optimalisasi Pemberdayaan Masyarakat Guna Mewujudkan Kedaulatan Pangan Perkebunan

25

Selanjutnya untuk memantapkan status hukum dan organisasi Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Tengah, ditetapkan Peraturan Daerah Provinsi Dati I Jawa Tengah Nomor: 5 tahun 1980, tentang Susunan Organisasi dan Tata Kerja Dinas Perkebunan Provinsi Dati I Jawa Tengah. Sejalan dengan perkembangan dan kemajuan pembangunan, disempurnakan dengan Perda Nomor 23 tahun 1981. Karena pelaksanaan tugas dan fungsi Dinas Perkebunan mencakup seluruh daerah kabupaten/kota se-Jawa Tengah, maka dengan Keputusan Mendagri tanggal 17 Juni 1982 Nomor: 061/4943/Sj dan didukung Surat Keputusan Gubernur Nomor: 061.1/108/1982, serta dimantapkan dengan Perda Nomor: 1 tahun 1986 tentang Pembentukan organisasi dan tata kerja Cabang Dinas Kab/Kota, dibentuklah cabangcabang Dinas Perkebunan diseluruh Kabupaten/Kota se-Jawa Tengah, sehingga pada masa itu, kegiatan pembangunan sub sektor perkebunan Jawa Tengah diselenggarakan dalam satu komando sejak dari tingkat Provinsi, Kabupaten/Kota, Kecamatan (Mantri Perkebunan) hingga ke tingkat lapangan (Desa). Selanjutnya, melalui Perda Nomor : 3 tahun 1992, yang kemudian diimplementasikan secara nyata pada bulan Agustus 1993, Pemerintah Provinsi Dati I Jawa Tengah menyempurnakan susunan organisasi dan tata kerja Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Tengah, dengan Perda Nomor : 8 tahun 1996, tentang SOTK Dinas Perkebunan Provinsi Daerah Tingkat I Jawa Tengah. Perkembangan di era reformasi, dalam rangka melak
26 Untukmu Jawa Tengahku
Optimalisasi Pemberdayaan Masyarakat Guna Mewujudkan Kedaulatan Pangan Perkebunan

sanakan otonomi daerah yang nyata dan bertanggung jawab, maka diubahlah Susunan Organisasi Dinas Perkebunan melalui Perda Nomor : 7 tahun 2001 tentang Pembentukan, Kedudukan, Tugas Pokok, Fungsi dan Susunan Organisasi Dinas-Dinas Provinsi Jawa Tengah. Khusus untuk Penjabaran Tugas Pokok dan Fungsi serta Tata Kerja Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Tengah ditetapkan berlandaskan Peraturan Gubernur Jawa Tengah Nomor 21 tahun 2002. Sejak saat itulah terjadi perubahan nyata pengelolaan pembangunan sub sektor perkebunan yang semula dalam satu komando dari tingkat Provinsi, beralih ketingkat Kabupaten/Kota yang potensi perkebunannya cukup beragam, sehingga dari nama/nomenklatur Dinasnya saja tidak sama, ditambah lagi banyak personil cabang Dinas Perkebunan yang mutasi ke Instansi/SKPD lain, sebagai konsekuensi diterapkannya otonomi daerah. Oleh karena itu, strategi pengelolaan pembangunan perkebunan sangat berbeda, yakni mengutamakan integrasi menuju sinergi secara komprehensif mulai dari tingkat Pusat, Provinsi, Kabupaten/Kota hingga ketingkat lapangan, sehingga susunan organisasi, kedudukan dan tugas pokok-fungsi Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Tengah disempurnakan dengan Perda nomor 6 tahun 2008, yang dijabarkan dalam Pergub nomor 79 tahun 2008 tentang Penjabaran tugas pokok dan fungsi serta tata kerja Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Tengah. Saat ini kegiatan Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Tengah
Untukmu Jawa Tengahku
Optimalisasi Pemberdayaan Masyarakat Guna Mewujudkan Kedaulatan Pangan Perkebunan

27

diatur dalam Peraturan Gubernur nomor : 85 tahun 2011 tentang Perubahan Peraturan Gubernur nomor : 79 tahun 2008 tentang Penjabaran tugas pokok, fungsi dan tata kerja Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Tengah. VISI dan MISI Sebagai Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) Provinsi Jawa Tengah, sudah barang tentu Dinas Perkebunan merumuskan dan menyusun Visi-Misi selaras dengan VisiMisi Gubernur dan Wakil Gubernur hasil pemilihan umum Gubernur (Pilgub) tanggal 26 Mei 2013, yakni pasangan Bapak H. Ganjar Pranowo, SH dan Bapak Drs H. Heru Sudjatmoko, MSi, yang dalam Musrenbang RPJMD Provinsi Jawa Tengah tanggal 12 sampai dengan 13 Nopember 2013, mengusung Visi Jawa Tengah tahun 2013-2018 "Menuju Jawa Tengah Sejahtera : mboten korupsi, mboten ngapusi", dengan penjelasan bahwa "Sejahtera" sebagai kondisi capaian, "berdikari" sebagai metode dan "mboten korupsi-mboten ngapusi" sebagai pegangan laku kerja. Adapun tolak ukur "Sejahtera" adalah terpenuhinya kebutuhan dasar rakyat, terciptanya hubungan yang harmonis antar elemen masyarakat, dan tersedianya sarana dan prasarana publik yang memadai. Sedangkan tolak ukur "berdikari", adalah berdaulat dalam mengambil keputusan dan menentukan arah pembangunan Jawa Tengah dalam koridor NKRI, serta mandiri dalam mengeksplorasi, mengolah dan mengembangkan SDA,
28 Untukmu Jawa Tengahku
Optimalisasi Pemberdayaan Masyarakat Guna Mewujudkan Kedaulatan Pangan Perkebunan

SDM, kearifan lokal, ekonomi, politik, sosial dan budaya tanpa mengisolasi diri, serta berkepribadian dalam membangun identitas Jawa Tengah yang tepo seliro, tidak memihak, tidak ABS dan inklusif baik dalam pergaulan nasional maupun internasional. Selanjutnya tolak ukur "Mboten korupsi-mboten ngapusi" adalah/merupakan sikap dan laku kerja bagi para pelaku pembangunan di Jawa Tengah agar tidak korupsi, tidak kolusi dan tidak nepotisme dalam arti bekerja berdasarkan kompetensi, objektifitas dan transparansi, serta menjunjung tinggi nilai-nilai gotong royong dan harmoni, tanpa ego sektoral dan selalu berorientasi pada outcome. Adapun pelaku pembangunan dimaksud adalah jajaran pemerintahan disemua tingkatan/level, tokoh masyarakat, pakar, profesional, pelaku bisnis, aktifis ormas, organisasi rakyat, LSM dan lain-lain, yang mendukung pencapaian Visi melalui Misi dan Program Kerja yang disusun oleh Gubernur dan Wakil Gubernur terpilih. Berdasarkan dan berlandaskan uraian dimaksud, maka Visi Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Tengah adalah "Menjadi Institusi Terdepan dalam Mewujudkan Per ke bunan yang Berdaya Saing Tinggi dan Berkelanjutan, untuk Kedaulatan/ Kemandirian dan Percepatan Peningkatan Kesejahteraan Masyarakat". Apabila dicermati, dalam visi tersebut tersurat kalimat berdaya saing, kedaulatan dan kemandirian, yang dimaksudkan selaras/sejalan dengan program aksi paket
Untukmu Jawa Tengahku
Optimalisasi Pemberdayaan Masyarakat Guna Mewujudkan Kedaulatan Pangan Perkebunan

29

mandiri, yakni mendorong penguatan ekonomi kawasan perdesaan guna mewujudkan kemandirian petani pekebun. Disamping itu, tersirat pula kalimat berkelanjutan, yang selaras/sejalan dengan program aksi paket lingkungan, yakni melestarikan lingkungan hidup melalui kegiatan konservasi dan pengembangan energi ramah lingkungan berbasis komunal. Sedangkan diakhir visi tersebut, tertulis kalimat kesejahteraan, yang selaras dengan program aksi paket sejahtera, yakni menanggulangi/mengatasi kemiskinan dengan mendayagunakan kekuatan ekonomi kerakyatan. Selanjutnya, guna mewujudkan Visi dimaksud, ditetapkan Misi, yang merupakan jabaran dan tahapan mencapai Visi, melalui pemanfaatan secara optimal seluruh sumber daya (resource) yang tersedia, dengan fokus/faktor kunci pemberdayaan sumber daya manusia dan kelembagaan perkebunan, mencakup 4 (empat) butir, yakni : 1. Mewujudkan sumber daya Perkebunan yang berkualitas, sekaligus mendukung ketersediaan bahan baku industri berbasis Perkebunan, guna memperkuat dan mempercepat laju pertumbuhan perekonomian daerah serta ekspor non migas; 2. Mewujudkan sistem kelembagaan Pekebun dan Stakeholder Perkebunan yang mandiri dan berkelanjutan; 3. Mengembangkan kawasan sentra komoditas Perkebunan sebagai basis penyerapan tenaga kerja di Perdesaan,
30 Untukmu Jawa Tengahku
Optimalisasi Pemberdayaan Masyarakat Guna Mewujudkan Kedaulatan Pangan Perkebunan

guna penanggulangan kemiskinan dan pengangguran; serta 4. Meningkatkan kualitas hasil komoditas Perkebunan yang berdaya saing tinggi, guna mempercepat peningkatan pendapatan dan kesejahteraan Pekebun. Setelah ditetapkannya RPJMD Provinsi Jawa Tengah tahun 2013-2018, segera diikuti dengan penetapan Rencana Strategis (Renstra) Dinas Perkebunan Provinsi Jawa tengah Tahun 2013-2018, yang didalamnya memuat penjabaran misi dimaksud kedalam kebijakan, strategi, program dan kegiatan-kegiatan Dinas selaras dengan aturan yang berlaku, sebagai landasan secara bertahap mencapai Misi untuk mewujudkan Visi.

Temu Wicara dengan Petani Tebu Sragen Untukmu Jawa Tengahku


Optimalisasi Pemberdayaan Masyarakat Guna Mewujudkan Kedaulatan Pangan Perkebunan

31

Perkebunan Teh Tambi 32 Untukmu Jawa Tengahku


Optimalisasi Pemberdayaan Masyarakat Guna Mewujudkan Kedaulatan Pangan Perkebunan

BAGIAN

STRATEGI PEMBANGUNAN
PERKEBUNAN JAWA TENGAH

Pada hakekatnya, pembangunan perkebunan Jawa Tengah diarah kan untuk pemenuhan bahan baku industri dalam negeri dan peningkatan ekspor non migas guna mendapatkan/meraih sekaligus meningkatkan devisa negara. Kondisi tersebut, selaras dengan kebijakan Gubernur Jawa Tengah, utamanya mengenai kedaulatan/kemandirian petani pekebun, khususnya dibidang pangan perkebunan (komoditas gula dan rempah penyegar) Oleh karena itu, penjabaran di lapangan adalah harmonisasi hubungan petani pekebun dengan pengusaha baik pengolah, pedagang maupun eksportir, sehingga kata kuncinya adalah KEMITRAAN. Dengan demikian, petani pekebun harus didampingi dalam rangka menjalin dan meningkatkan jalinan kemitraan dengan pengusaha, mengingat pada saat panen, umumnya harga komoditas perkebunan cenderung menurun karena oversupply.
Untukmu Jawa Tengahku
Optimalisasi Pemberdayaan Masyarakat Guna Mewujudkan Kedaulatan Pangan Perkebunan

33

A. PEMENUHAN KEBUTUHAN BAHAN BAKU INDUSTRI DALAM NEGERI Selaras dengan misi perkebunan Jawa Tengah yang antara lain mewujudkan pemanfaatan kebun secara adil untuk kesejahteraan masyarakat, maka kegiatan pengembangan komoditas perkebunan diupayakan agar semaksimal mungkin dapat memberikan kontribusi terhadap pemberdayaan ekonomi masyarakat. Dari data pengembangan komoditas, paling tidak telah menghidupkan roda perekonomian para petani di Jawa Tengah, pada pertengahan tahun 2013, tercatat ada 1.772.656 kepala keluarga (kk) yang terlibat langsung dalam kegiatan produksi (on-farm) komoditas perkebunan. Seperti komoditas kelapa untuk diolah menjadi kopra melibatkan 995.648 kk, tebu 83.687 kk, kopi robusta 160.936 kk, kopi arabika 23.773 kk, tembakau 142.278 kk, kakao 27.317 kk, karet 11.342 kk, jambu mete 62.583 kk, cengkeh 203.374 kk, teh 16.387 kk, lada 11.882 kk, dan komoditas jarak pagar dimiliki oleh 13.742 kk. Secara ringkas kondisi komoditas utama perkebunan dimak sud hingga pertengahan tahun 2013, dapat disajikan dalam tabel berikut :

34

Untukmu Jawa Tengahku


Optimalisasi Pemberdayaan Masyarakat Guna Mewujudkan Kedaulatan Pangan Perkebunan

Kondisi Komoditas Utama Perkebunan Jawa Tengah Akhir Tahun 2012 diperinci menurut menurut luas areal, produksi, produktivitas, wujud produksi, jumlah pemilik (KK petani) dan sebarannya.
Luas Areal (Ha) 3 Produksi (ton) 4 Produktifitas (kg/ha) 5
1.107,00 kopra 4.900,00 gula ristal 1.305,00 wose 573,00 wose 768,00 rajangan kering

No 1
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13

Komoditas 2
Kelapa Dalam Tebu Kopi Robusta Kopi Arabika Tembakau Kakao Karet Jambu Mete Cengkeh Teh Kapas Lada Jarak Pagar

Wujud Produksi 6

Jumlah Petani (KK) 7


1.181.270 92.956 158.018 37.943 150.553 27.931 16.120 123.844 233.565 29.397 1.617 12.118 12.225

234.080,60 182.162,83 68.296,52 329.191,24 31.158,44 5.864,14 49.883,64 6.730,95 7.732,50 25.403,63 41.713,46 5.140,32 617,60 1.549,03 2.978,34 31.463,92 2.010,99 36.747,50 1.890,20 1.580,17 12.056,84 7.571,75 6.435,99 108,63 1.522,25 275,62

656,00 biji kering 976,00 sheet glondong 732,00 kering 294,96 bunga kering 1.524,00 daun kering 178,00 serat berbiji 1.565,00 biji kering 274,00 biji kering

Sesungguhnya untuk komoditas kopi, kakao, karet dan teh diprioritaskan pada ekspor. Namun demikian, selaras dengan permintaan pasar internasional, komoditas-komo ditas tersebut harus diolah terlebih dahulu, sehingga tetap masuk dalam kategori pemenuhan bahan baku industri
Untukmu Jawa Tengahku
Optimalisasi Pemberdayaan Masyarakat Guna Mewujudkan Kedaulatan Pangan Perkebunan

35

dalam negeri. B. PENINGKATAN EKSPOR NON MIGAS Kembali ke khitahnya, bahwa pada awalnya Dinas Perkebunan merupakan salah satu bagian pada Dinas Pertanian Rakyat, yakni Bagian Tanaman Industri dan Perdagangan, maka selain pemenuhan bahan baku industri dalam negeri, adalah peningkatan nilai ekspor non migas, yakni meningkatkan produksi, produktivitas dan utu komoditas perkebunan selaras dengan permintaan pasar internasional/ekspor, khususnya/utamanya komoditas kopi, kelapa, teh dan kakao. Tujuan utama peningkatan ekspor non migas adalah untuk meraih/memperoleh sekaligus meningkatkan devisa negara, sebagai salah satu pilar ketahanan/kedaulatan perekonomian Indonesia pada umumnya dan Jawa Tengah pada khususnya. Kata kunci dari peningkatan ekspor non migas sub sektor perkebunan adalah pemberdayaan petani /komoditas agar dapat menghasilkan kualitas produksi selaras dengan permintaan pasar global (internasional) Dengan demikian, maka para ptani pekebun dapat memproduksi komoditas/memberdayakan usahataninya selaras dengan baku/standar teknis budidaya yang memiliki daya saing tinggi dan efisien. 1. Pemberdayaan Kopi
36 Untukmu Jawa Tengahku
Optimalisasi Pemberdayaan Masyarakat Guna Mewujudkan Kedaulatan Pangan Perkebunan

Kebutuhan kopi untuk wilayah Jawa Tengah sebanyak 7.500 ton per tahun, sedangkan produksi kopi untuk kopi arabika 14.820 ton, kopi robusta 9.017 ton. Tingkat produktivitas kopi dari Perkebunan Besar Swasta (PBS) 634 kg per ha dan untuk PT (Persero) Perkebunan Nusantara (PTPN) sebanyak 874 kg per ha. Areal kopi di Jawa Tengah tahun 2012 seluas 38.780,52 ha, didominasi lahan perkebunan rakyat (PR) seluas 36.901,05 ha, terdiri tanaman kopi robusta 31.036,91 ha dan kopi arabika 5.864,14 ha. Perkebunan besar swasta (PBS) seluas 641,73 ha dan perkebunan Besar Negara (PBN) seluas 1.237,74 ha, keduanya membudidayakan kopi robusta. Sedangkan produksi kopi Jawa Tengah pada tahun 2012 sebanyak 34.592,37 ton, terbanyak berasal dari Perkebunan rakyat mencapai 33.474,91 ton, terdiri kopi robusta 31.463,92 ton dan kopi arabika 2.010,99 ton, Perkebunan Besar Swasta sebanyak 985,39 ton serta Perkebunan Besar Negara 132,07 ton kopi robusta. Untuk memacu produksi kopi, Pemerintah Jawa Tengah melakukan rehabilitasi lahan pasca erupsi Gunung Merapi dengan bantuan bibit kopi seluas 250 ha dari dana APBN, dalam bentuk bantuan sosial di 3 Kabupaten, meliputi Boyolali 75 ha (Selo, Musuk, Cepogo), Klaten 75 ha (Kemalang) dan Magelang 100 ha (Salaman). Di luar kawasan Gunung Merapi pengembangan tahun 2011 dan APBD, di Kabupaten Wonosobo, Temanggung, Brebes dan Pati seluas 20 ha (masing-masing 5 ha).
Untukmu Jawa Tengahku
Optimalisasi Pemberdayaan Masyarakat Guna Mewujudkan Kedaulatan Pangan Perkebunan

37

Untuk pengembangan tahun 2011 dialokasikan kegiatan yang didanai APBD, yaitu peremajaan kopi, pengendalian organisme pengganggu tumbuhan (OPT) kopi, bantuan unit pengolahan hasil (UPH) kopi, pemberdayaan petani. Sedangkan program yang didanai APBN meliputi peremajaan kopi, pengendalian OPT kopi, pemberdayaan kelompok tani, agro industri terpadu, pemberdayaan dan pembinaan petani yang tergabung dalam Asosiasi Petani Kopi Indonesia (APeKi) sekaligus pemasaran dan ekspor kopi diakomodasi oleh Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Tengah dan Kabupaten, bermitra dengan Asosiasi Eksportir Kopi Indonesia (AEKI) Jawa Tengah. Sedangkan tahun 2012 dari angaran APBN dikembangkan Kopi seluas 400 ha yaitu : Kabupaten Boyolali 100 ha, Klaten 100 ha dan Kabupaten Semarang 200 ha. Khusus di Kabupaten Semarang pengembangan Kopi menggunakan bibit Kopi Somatik Embriogenesis (SE). Dari hasil tersebut, pada tahun 2011 ekspor kopi dari Jawa Tengah berhasil mencapai 10.872 ton lebih dengan negara tujuan Jepang, Eropa, Cina dan Timur Tengah. Kondisi itu akan memperbaiki kinerja ekspor kopi Jawa Tengah yang mengalami penurunan selama 2 tahun terakhir dari 12.000 ton pada tahun 2009 menjadi hanya 10.000 ton pada 2010. Perkembangan realisasi volume dan nilai ekspor kopi Jawa Tengah dalam 3 tahun terakhir, dapat disajikan dalam tabel berikut.

38

Untukmu Jawa Tengahku


Optimalisasi Pemberdayaan Masyarakat Guna Mewujudkan Kedaulatan Pangan Perkebunan

Tabel Perkembangan Realisasi Volume dan Nilai Ekspor Kopi dari Jawa Tengah
No. 1. 2. 3. 4. 5 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. BULAN Januari Pebruari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober Nopember Desember 2009 Vol (kg) 730.000,00 799.240,00 329.850,00 485.872,70 468.005,00 1.496.400,00 1.568.580,00 1.448.646,00 1.272.413,20 1.637.200,00 1.231.085,00 801.330,00 12.269.197,59 Nilai (US$) 1.431.931,73 1.611.759,59 650.700,60 899.290,90 806.362,60 2.395.972,65 2.276.229,00 2.324.070,04 1.876.047,51 2.578.894,65 2.074.218,03 1.371.567,10 20.297.044,40 Vol (kg) 468.000,00 270.086,40 450.060,00 554.280,00 332.400,00 270.000,00 1.018.030,00 1.063.247,00 921.540,00 1.648.556,00 1.704.370,00 1.623.180,00 10.323.749,40 2010 Nilai (US$) 835.227,90 550.890,42 945.180,42 953.018,00 578.762,70 569.684,00 1.909.730 2.017.109,92 1.970.208,18 3.257.779,03 3.174.374,26 3.203.960,90 19.965.908,83 Vol (kg) 644.00,00 874.040,00 1.237.500 1.056.060,00 821.080,00 955.220,00 761.860,00 955.300,00 1.213.280,00 998.528,00 921.405,00 1.159.526,00 10.872.332,20 2011 Nilai (US$) 133.334,00 1.951.659,52 2.533.974,68 2.397.988,03 2.027.185,94 2.424.749,76 2.210.749,22 2.342.992,08 3.149.412,48 2.612.335,40 2.279.329,55 1.159.526,00 26.421.676,66 Vol (kg) 385.200,00 322.708,00 123.600,00 99.448,00 481.980,00 477.390,00 499.700,00 1.048.520,00 956.960,00 951.200,00 456.732,00 5.803.438,00 2012 Nilai (US$) 1.099.149,60 718.348,80 324.473,00 337.826,00 1.200.622,00 1.198.143,60 1.236.626,29 2.602.480,40 2.492.466,02 2.357.476,70 1.370.121,10 14.937.733,51

2. Pemberdayaan Pengembangan Kelapa Kelapa merupakan komoditas unggulan perkebunan Jawa Tengah yang sebagian besar diusahakan oleh Perkebunan Rakyat dengan luas areal 258.894,20 ha, meliputi kelapa Dalam seluas 234.080,60 ha, kelapa Deres seluas 23.905,11 ha, dan kelapa Hibrida seluas 907,49 ha, yang tersebar di 32 Kabupaten/Kota. Disamping itu, juga diusahakan oleh Perkebunan Besar Swasta dan Negara seluas 966,61 ha. Sentra pengembangan kelapa di Jawa Tengah berada di Kabupaten Kebumen, Purworejo, Purbalingga, Cilacap, Banyumas, Banjarnegara, Wonogiri, Jepara, Sragen, Klaten dan Kabupaten Rembang. Untuk memenuhi ketersediaan kebutuhan kelapa
Untukmu Jawa Tengahku
Optimalisasi Pemberdayaan Masyarakat Guna Mewujudkan Kedaulatan Pangan Perkebunan

39

di Jawa Tengah, ditempuh melalui intensifikasi tanaman, peremajaan tanaman dan perluasan tanaman, baik melalui anggaran APBD maupun APBN swadaya masyarakat. Tahun 2012 dari anggaran APBD dengan kegiatan perluasan kelapa seluas 110 ha di 11 Kabupaten, masing-masing Kabupaten 10 ha yakni di Kabupaten Temanggung, Pekalongan, Rembang, Blora, Demak, Banyumas, Purbalingga, Kendal, Jepara, Pati dan Kabupaten Pemalang, dari anggaran APBN, berupa bantuan sosial, seluas 975 ha. 3. Pemberdayaan Pengembangan Teh Teh termasuk dalam kelompok tanaman rempah penyegar, dalam 5 tahun terakhir ini keadaannya stabil dengan luasan 5.108,46 ha. Pada tahun 2012 yang diusahakan perkebunan rakyat dengan sentra pengembangan teh di Kabupaten Banjar negara, Batang, Pekalongan, Pemalang, Tegal dan Kabupaten Brebes. Produksi Teh sebesar 5.821,31 ton dengan produktivitas 1.373 kg/ha daun kering. Lokasi pabrik teh berada di Kabupaten Batang, Pekalongan, Tegal dan Kabupaten Banjarnegara. Pengembangan teh yang dikelola oleh PBN seluas 1.362 ha dengan produksi 1.925 ton dan dikelola PBS seluas 2.451 ha dengan produksi 3.382 ton. 4. Pemberdayaan Pengembangan Kakao Pada tahun 2011, luas areal kakao di Jawa Tengah 6.983 ha, terdiri dari PR seluas 5.900,11 ha, PBS seluas 1.242
40 Untukmu Jawa Tengahku
Optimalisasi Pemberdayaan Masyarakat Guna Mewujudkan Kedaulatan Pangan Perkebunan

ha dan PBN seluas 506,00 ha. Produksinya 1.615 ton, dari PR mencapai 1.417 ton, PBS sebanyak 1.232 ton dan PBN sebanyak 151 ton. Untuk meningkatkan produksi, produktivitas dan mutu kakao tahun 2011, dilakukan melalui kegiatan Gerakan Nasional Peningkatan Produksi, Produktivitas dan Mutu Kakao melalui dana APBN untuk Kabupaten Wonogiri dalam program intensifikasi seluas 300 ha dan peremajaan 100 ha, Kabupaten Batang intensifikasi 200 ha dan peremajaan 100 ha, serta Kabupaten Tegal intensifikasi 120 ha. Program peremajaan diberikan bantuan per hektar berupa bibit kakao somatic embriogenesis (SE) sebanyak 1.000 btg, pupuk 100 kg, pestisida 0,5 lt dan fungisida 0,2 lt. Sedangkan bantuan untuk intensifikasi per hektar meliputi pupuk 300 kg, pestisida 0,8 lt dan feromon 4 paket. Sementara APBD memberikan bantuan untuk kegiatan peremajaan kakao seluas 20 ha, melalui bantuan bibit 125 batang per ha, di Kabupaten Batang seluas 5 ha, Kabupaten Karanganyar 10 ha dan Kabupaten Banjarnegara 5 ha. Selain pemberian bantuan bibit, Dinas Perkebunan juga melakukan pemberdayaan petani melalui kegiatan pelatihan petani. Selanjutnya untuk tahun 2012 dari anggaran TP.05 Kabupaten, kegiatan perluasan Kakao di Kabupaten Tegal seluas 100 ha, Wonogiri seluas 100 ha dan Kabuparten Batang seluas : 50 ha

Untukmu Jawa Tengahku


Optimalisasi Pemberdayaan Masyarakat Guna Mewujudkan Kedaulatan Pangan Perkebunan

41

5. Pemberdayaan Intensifikasi Kapas Tahun 2011 kegiatan intensifikasi Kapas dilaksanakan melalui dana APBN dalam bentuk bantuan sosial seluas 850 ha, pada 5 kabupaten yaitu di Kabupaten Grobogan seluas 400 ha, Wonogiri seluas 200 ha, Blora seluas 100 ha, Brebes seluas 50 ha dan Kabupaten Pemalang seluas 100 ha. Tahun 2012 dilaksanakan melalui dana APBN dalam bentuk Bansos dengan kegiatan intensifikasi kapas seluas 500 ha pada 3 kabupaten, yaitu di Kabupaten Grobogan seluas 200 ha, Blora seluas 100 ha dan Kabupaten Wonogiri seluas 200 ha. Adapun perkembangan luas areal, produksi, produktivitas dan sentra produksi komoditas utama perkebunan Jawa Tengah beserta estimasinya, dapat disajikan dalam tabel tabel berikut : a. Luas Area (ha)
No. 1 1 2 Tebu Kopi : - Arabika - Robusta 3 4 Teh Kelapa : - Dalam - Deres - Hibrida 5 6 Kakao Kapas 231.241,25 22.763,74 958,93 4.890,40 1.560,90 233.319,25 23.148,32 946,68 5.212,33 1.150,25 235.098,61 23.533,93 895,98 5.900,11 605,79 234.080,60 23.906,11 907,49 6.730,95 617,60 260.992,36 23.988,00 899,53 7.307,13 706,17 4.525,46 30.834,00 5.095,03 4.594,62 31.017,01 5.162,05 5.185,32 31.036,91 5.108,46 5.864,14 31.158,44 5.140,32 6.620,53 30.941,54 5.184,16 Komoditas 2 Tahun 2009 3 54.682,10 2010 4 60.705,26 2011 5 64.501,99 2012 6 68.296,52 Estimasi 2013 7 69.748,20 Ket 8

42

Untukmu Jawa Tengahku


Optimalisasi Pemberdayaan Masyarakat Guna Mewujudkan Kedaulatan Pangan Perkebunan

b. Produksi (ton)
No. 1 1 2 Tebu Kopi : - Arabika - Robusta 3 4 Teh Kelapa : - Dalam - Deres - Hibrida 5 6 Kakao Kapas 177.713,58 216.886,59 472,88 1.231,28 295,37 179.490,91 216.649,91 467,96 1.376,62 129,42 180.163,14 219.369,48 476,72 1.417,00 120,28 182.162,83 223.669,36 885,92 1.890,20 166.792,02 Equivalent
Kopra

Komoditas 2

Tahun 2009 3 227.214,43 2010 4 242.666,15 2011 5 244.192,40 2012 6 329.191,24

Estimasi 2013 7 336.672,81

Wujud Produksi 8
Gula Kristal

1.394,28 13.615,84 512,06

1.485,20 14.739,61 6.131,58

820,00 9.017,00 5.821,31

2.010,99 31.463,92 6.435,99

1.605,82 19.616,62 5.998,48

Kopi Wose Kopi Wose Daun Kering

223.700,00 Gula

Kelapa Kopra

814,77 Equivalent 1.977,42 Biji kering

c. Produktivitas (kg/ha)
No. 1 1 2 Tebu Kopi : - Arabika - Robusta 3 4 Teh Kelapa : - Dalam - Deres - Hibrida 5 6 Kakao Kapas 1.072,00 9.765,00 680,00 519,00 326,00 1.086,00 9.656,00 674,00 570,00 156,00 463,00 561,00 1.253,00 500,00 605,00 1.381,00 Komoditas 2 2009 3 4.214,00 2010 4 4.267,00


Tahun 2011 5 3.786,00 279,00 375,00 1.373,00 1.093,00 9.634,00 710,00 552,00 213,00

108,63

114,33

Kapas berbiji

Estimasi 2012 6 4.900,00 573,00 1.305,00 1.524,00 1.107,00 9.638,00 1.193,00 656,00 2013 7

Wujud Produksi 8

4.955,00 Gula Kristal 560,00 Kopi Wose 1.300,00 Kopi Wose 1.542,00 Daun Kering 1.122,00 Equivalent
Kopra

9.638,00 Gula Kelapa 1.193,00 Equivalent


Kopra

657,00 Biji kering

178,00

179,00

Kapas berbiji

Untukmu Jawa Tengahku


Optimalisasi Pemberdayaan Masyarakat Guna Mewujudkan Kedaulatan Pangan Perkebunan

43

d. Sentra Produksi Komoditas Utama Perkebunan


No. 1 1 Tebu Komoditas 2 1 2 3 4 5 2 Kopi - Robusta 1 2 3 4 5 - Arabika 1 2 3 4 5 3 Teh 1 2 3 4 5 4 Kelapa - Dalam 1 2 3 4 5 - Deres 1 2 3 4 5 Kebumen Cilacap Purworejo Wonogiri Purbalingga Purbalingga Cilacap Banyumas Purworejo Kebumen 33.277,00 23.919,50 22.909,50 15.805,00 13.774,11 5.413,82 5.261,50 5.126,33 2.535,27 1.857,00 Temanggung Kab. Semarang Kendal Jepara Banjarnegara Temanggung Wonosobo Banjarnegara Pemalang Kab. Semarang Banjarnegara Batang Pemalang Pekalongan Tegal 9.256,28 3.386,96 2.892,89 2.141,29 1.854,38 1.429,38 1.341,64 549,62 396,19 291,39 1.934,34 1.341,64 549,62 396,19 291,39 Pati Sragen Rembang Tegal Kudus Kabupaten 3 Areal (ha) Tahun 2012 4 14.652,30 9.870,00 6.161,00 5.564,50 4.559,28

44

Untukmu Jawa Tengahku


Optimalisasi Pemberdayaan Masyarakat Guna Mewujudkan Kedaulatan Pangan Perkebunan

No. 1

Komoditas 2 2 3 4 5

Kabupaten 3 Batang Temanggung Wonosobo Kebumen Grobogan Wonogiri Blora Pemalang Brebes

Areal (ha) Tahun 2012 4 1.071,40 528,60 610,83 501,40 164,70 240,00 182,40 30,50 50,00

Kapas

1 2 3 4 5

KARAKTERISTIK SUMBER DAYA Selanjutnya perlu pula, dirumuskan terlebih dahulu ren cana strategis lima tahunan yang mencakup manajemen per kantoran, pengelolaan sarana prasarana, budidaya, pengem bangan produksi, usaha perkebunan, pengolahan hasil, perbenihan, proteksi tanaman dan alat mesin serta pengujian mutu hasil, selaras dengan unit-unit kerja yang ada pada Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Tengah. Sumber daya manusia merupakan modal vital yang ha rus dioptimalkan pemberdayaannya/pemanfaatannya un tuk memobilisasi penerapan dan implementasi strategi pem bangunan perkebunan. Mengungkap karakteristik sumberdaya perkebunan me mer lukan kecermatan dan tingkat akurasi yang tinggi gu na menetapkan indikator utama dalam pembangunan per kebunan. Karakteristik merupakan deskripsi tentang segala ciri khas asset yang dimiliki dalam pembangunan, dimana
Untukmu Jawa Tengahku
Optimalisasi Pemberdayaan Masyarakat Guna Mewujudkan Kedaulatan Pangan Perkebunan

45

dalam konteks ini adalah semua modal dan aset utama yang tersedia dalam pembangunan perkebunan yang dilaksanakan Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Tengah, sebagai berikut : PEMANFAATAN LAHAN PERKEBUNAN Hampir setiap aktivitas manusia melibatkan penggunaan lahan yang bervariasi dalam berbagai faktor, seperti keadaan topografi, iklim, geologi, tanah dan vegetasi yang menutupinya. Sebagai salah satu aktivitas manusia, kegiatan perkebunan memanfaatkan lahan sebagai unsur penting dalam proses beraktivitas. Pengusahaan areal perkebunan terbesar di Jawa Tengah digunakan bagi komoditas Kelapa Dalam, dimana pada statistik tahun 2011 menyebutkan arealnya seluas 235.098,86 Ha atau sebesar 47,05 % dari total luas areal pengusahaan kegiatan perkebunan di Jawa Tengah. Luas areal pengusahaan komoditas Kelapa Dalam diikuti oleh komoditas tebu dengan luas areal pengusahaan seluas 64.501,99 Ha atau sebesar 12,91 % dari total keseluruhan luas areal pengusahaan kegiatan perkebunan di Jawa Tengah, sedangkan 40,39 % luas areal perkebunan diusahakan bagi kegiatan 10 komoditas unggulan perkebunan lainnya yang ada di Jawa Tengah. Berikut fluktuasi perkembangan penggunaan lahan perkebunan di Jawa Tengah dalam 5 tahun terakhir (tahun 2007 - 2011), diperinci menurut jenis komoditas utama.
46 Untukmu Jawa Tengahku
Optimalisasi Pemberdayaan Masyarakat Guna Mewujudkan Kedaulatan Pangan Perkebunan

Perkembangan Areal Komoditas Unggulan Perkebunan Jawa Tengah Tahun 2008-2012


No. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 Komoditas Jambu mete Karet Kakao Kapuk Kelapa Dalam Kelapa Deres Kelapa Hibrida Kelapa Kopyor Kopi Arabika Kopi Robusta Tebu Teh Temb. Virginia Temb. Rakyat Temb. Vorstenland Temb. Asepan Luas Areal (ha) 2008 26.364,85 2.597,46 4.739,78 43.469,83 230.426,83 21.918,25 923,08 858,35 4.359,80 30.644,87 60.615,98 5.156,43 9,00 34.410,90 333,00 2.025,41 2009 26.308,70 3.440,98 4.890,40 42.601,43 231.241,25 22.763,74 958,93 858,35 4.525,46 30.834,00 54.682,10 5.095,03 49,00 39.127,60 389,70 2.592,00 2010 26.191,20 5.711,65 5.212,33 40.295,57 233.319,25 23.148,22 946,68 958,44 4.594,62 31.017,01 60.705,26 5.162,05 42,50 44.258,86 389,73 3.470,53 2011 25.894,96 6.891,19 5.900,11 41.372,69 235.098,61 23.533,93 895,98 968,85 5.185,32 31.036,91 64.501,99 5.108,46 42.696,17 360,50 2.590,60 2012 25.403,63 7.732,50 6.730,95 40.724,08 234.080,60 23.906,11 905,19 985,77 5.864,14 31.158,44 67.180,49 5.140,32 49.883,64 247,61 2.434,20
Pertumb. (%)

-0,92 31,35 9,16 -1,62 0,39 2,19 -0,49 3,52 7,69 0,42 2,60 -0,08 -100,00 9,73 - 7,14 4,70

Sumber: Statistik Perkebunan Jawa Tengah Tahun 2008 - 2012

Adapun perkembangan produksinya, secara ringkas dapat disajikan dalam tabel berikut : Perkembangan Produksi Komoditas Unggulan Perkebunan Jawa Tengah Tahun 2008-2012
No. 1 2 Komoditas Jambu mete Karet Wujud Produksi Glondong kering Sheet Produksi (ton) 2008 8.537,48 732,35 2009 8.803,99 795,23 2010 8.599,30 1.187,36 2011 8.664,24 1.401,64 2012 12.056,84 1.580,17
Pertumb. (%)

9,01 21,20

Untukmu Jawa Tengahku


Optimalisasi Pemberdayaan Masyarakat Guna Mewujudkan Kedaulatan Pangan Perkebunan

47

3 4 5 6 7 8

Kakao Kapuk Kelapa Dalam Kelapa Deres Kelapa Hibrida Kelapa Kopyor (butir) Kopi Arabika Kopi Robusta Tebu Teh Temb. Virginia Temb. Rajang Temb. Vorstenland Temb. Asepan

Biji kering Serat Equivalent kopra Gula merah Equivalent kopra Butir

1.083,99 39.570,08 174.962,26 220.343,81 486,58 943.599

1.231,28 38.585,33 177.713,58 216.886,59 472,88 974.654

1.376,62 32.614,73 179.490,91 216.649,91 467,96 846.647

1.417,00 30.028,49 180.163,14 219.369,48 476,72 795.359

1.890,20 25,326,22 182.162,83 223.669,36 885,92 916.892

14,91 -10,56 1,01 0,38 16,16 -0,72

9 10 11 12 13 14 15 16

Kopi wose Kopi wose Gula kristal Daun kering Daun kering Rajangan kering Daun kering Daun kering

1.320,19 12.972,12 272.007,96 5.579,95 15,30 21.598,20 406,28 3.311,42

1.394,27 13.615,83 227.214,43 5.512,06 73,90 26.110,16 484,33 4.542,57

1.485,20 14.739,61 242.666,15 6.131,58 54,74 21.808,66 471,61 3.799,70

820,00 9.017,00 244.192,40 5.821,31 0,00 34.290,46 538,45 4.283,59

2.010,99 31.463,92 329.191,24 4.125,83 0,00 36.747,50 292,98 4.125,83

11,09 24,80 4,89 5,65 -100,00 -7,85 -7,85 5,65

Sumber: Statistik Perkebunan Jawa Tengah Tahun 2008 - 2012

Kebun karet rakyat di Kabupaten Cilacap


48 Untukmu Jawa Tengahku
Optimalisasi Pemberdayaan Masyarakat Guna Mewujudkan Kedaulatan Pangan Perkebunan

Adapun identifikasi potensi dan kesesuaian lahan bagi pengusahaan komoditas perkebunan unggulan di Jawa Tengah pada setiap kabupaten/kota, secara ringkas dapat diuraikan sebagai berikut : 1) Kabupaten Cilacap Lahan yang sesuai untuk komoditas karet di Kabupaten Cilacap adalah dengan memiliki ketinggian 198 m/dpl, jenis tanah Latosol dengan kemiringan tanah 2-20 % dan tipe iklim Tropis yang terdapat di Kecamatan Dayeuh Luhur. Selain itu, Kecamatan Wanareja dengan memiliki ketinggian 25 m/dpl, dengan jenis tanah Latosol, kemiringan tanah 1-20 % dan tipe iklim tropis juga sangat sesuai untuk komoditas Karet. Selain karet di dua Kecamatan tersebut dengan kondisi lahannya juga sangat sesuai untuk diusahakan komoditas Sereh Wangi. Kecamatan Jeruklegi dengan memiliki ketinggian 10 m/ dpl dengan jenis tanah Aluvial, kemiringan tanah 1-15 % dan tipe iklim Tropis, sesuai untuk diusahakan komoditas Kakao. Kecamatan Karangpuncung dan Kecamatan Cimanggu dengan memiliki ketinggian 25-40 m/dpl, dengan jenis tanah Aluvial, kemiringan tanah 2-20 % dan tipe iklim Tropis, juga sangat sesuai untuk diusahakan komoditas Kakao. Sedangkan wilayah Kecamatan Kroya yang memiliki ketinggian 14 m/ dpl, Kecamatan Binangun dengan ketinggian 8m/dpl, dan Kecamatan Musawunggu 7 m/dpl, dengan jenis tanah Aluvial dan regosol, kemiringan tanah datar dan tipe iklim Tropis, sangat sesuai untuk diusahakan komoditas Kelapa.
Untukmu Jawa Tengahku
Optimalisasi Pemberdayaan Masyarakat Guna Mewujudkan Kedaulatan Pangan Perkebunan

49

2) Kabupaten Banyumas Kabupaten Banyumas memiliki ketinggian 233 m/dpl, jenis tanah Latosol dengan kemiringan tanah 10-25% dan tipe iklim Tropis, sangat sesuai untuk diusahakan komoditas kelapa, dengan sentra pengembangan di Kecamatan Cilongok yang tersebar di 10 desa. Kesesuaian lahan untuk komoditas Casiavera di Kabupaten Banyumas adalah dengan ketinggian 350 m/dpl, jenis tanah Regosol dan kemiringan tanah 10 30% yang terdapat di Kecamatan Baturaden dan tersebar pada 2 desa. Pengusahaan komoditas lainnya di wilayah ini adalah komoditas karet dan cengkeh, yang diusahakan pada ketinggian lahan 250 m/dpl dengan jenis tanah Latosol, dan dengan kemiringan tanah 10-25 % yang diusahakan pada sentra pengembangan di Kecamatan Somagede.

Komoditas kelapa sebagai sumber benih/bibit

50

Untukmu Jawa Tengahku


Optimalisasi Pemberdayaan Masyarakat Guna Mewujudkan Kedaulatan Pangan Perkebunan

3) Kabupaten Purbalingga Kabupaten Purbalingga, terutama di Kecamatan Kemang kon memiliki ketinggian 42 m/dpl dengan jenis tanah Aluvial, kemiringan tanah 0-2% dan tipe iklim B sangat sesuai ditanami tanaman perkebunan komoditas Kelapa Deres. Di Kecamatan Mrebet juga sangat sesuai ditanami oleh komoditas Kelapa Deres karena memiliki ketinggian 90 m/dpl dengan jenis tanah Latosol, kemiringan tanah 15-40%dan tipe iklim B. Dengan memiliki ketinggian 50 m/ dpl dengan jenis tanah Aluvial dan Androsol, kemiringan tanah 0-2 % dan tipe iklim B di Kabupaten Purbalingga sangat sesuai diusahakan komoditas Lada dengan sentra pengembangan di Kecamatan Kejobong.

Kelapa deres sebagai bahan baku industri rumah tangga (home industry) gula kelapa.
Untukmu Jawa Tengahku
Optimalisasi Pemberdayaan Masyarakat Guna Mewujudkan Kedaulatan Pangan Perkebunan

51

Lahan yang sesuai untuk kopi Robusta di Kabupaten Purbalingga adalah daerah yang memiliki ketinggian 11 m/ dpl, dengan jenis tanah Latosol, Grumosol, Padsoil, dengan kemiringan tanah 15-16 % dan tipe iklim B yang terdapat di Kecamatan Bobotsari, Kecamatan Kutasari dengan ketinggian 116 m/dpl serta jenis tanah Latosol, Grumosol, Padsoil, didukung pula oleh kemiringan tanah sekitar 2-15 % dan tipe iklim B dan Kecamatan Rembang dengan memiliki ketinggian 220 m/dpl dengan jenis tanah Latosol, Andosol, kemiringan tanah 15-40 % dan tipe iklim B. Ketinggian 640 m/dpl dengan jenis tanah Latosol, Grumosol, Padsoik, kemiringan tanah 15-40 % dan tipe iklim B di Kabupaten Purbalingga sangat sesuai diusahakan komoditas perkebunan Glagah Arjuna yang sentra pengembangan di Kecamatan Karangreja. Dengan ketinggian 640 m/dpl dengan jenis tanah Latosol, Grumosol, Padsoil, kemiringan tanah 15-40 % dan tipe iklim B, dapat juga untuk diusahakan untuk komoditas Nilam yang terdapat di Kecamatan Karangreja. 4) Kabupaten Banjarnegara Kabupaten Banjarnegara dengan memiliki ketinggian 150 m/dpl, tingkat erosi sedang dengan kemiringan tanah 20-45% dan tipe iklim B, sangat sesuai untuk diusahakan komoditas Kelapa, yang memiliki sentra pengembangan di Kecamatan Susukan khususnya di Desa Gumelem Wetan.
52 Untukmu Jawa Tengahku
Optimalisasi Pemberdayaan Masyarakat Guna Mewujudkan Kedaulatan Pangan Perkebunan

Lahan yang sesuai untuk komoditas Kopi Robusta di Kabupaten Banjarnegara adalah dengan memiliki ketinggian 400-500 m/ dpl, erosi sedang, tipe iklim C dengan kemiringan tanah 2540% yang terdapat di Kecamatan Banjarnegara khususnya di Desa Pesangkalan. Sedangkan lahan dengan ketinggian 1200 m/dpl, tingkat erosi sedang dengan kemiringan tanah 25-45% dan tipe iklim B, sangat sesuai untuk diusahakan komoditas Teh, yang memiliki sentra pengembangan di Kecamatan Wanayasa khususnya di Desa Wanareja. 5) Kabupaten Kebumen Kabupaten Kebumen memiliki luas wilayah 128.111,50 Ha yang terbagi menjadi 26 kecamatan dengan memiliki iklim tropis dengan rata-rata curah hujan 2.816 mm. Ketinggian tempat 0 - 997,5 m /dpl. Kabupaten Kebumen memiliki ketinggian 5 m/dpl, tingkat erosi ringan, dengan kemiringan tanah 0 % dan tipe iklim C, sangat sesuai untuk diusahakan komoditas Kelapa, yang berada pada sentra pengembangan di Desa Entak Kecamatan Ambal. Sedangkan lahan yang sesuai untuk komoditas Melinjo di Kabupaten Kebumen adalah dengan memiliki ketinggian 555 m/dpl, erosi ringan, dengan kemiringan tanah 20-35% yang terdapat di Kecamatan Sadang khususnya di Desa Pujotirto. Di Kabupaten Kebumen terdapat komoditas khusus yang tidak ada di kabupaten lainnya, yaitu komoditas Jenitri selua 106 ha dengan produksi 135,76 ton dan produktivitas
Untukmu Jawa Tengahku
Optimalisasi Pemberdayaan Masyarakat Guna Mewujudkan Kedaulatan Pangan Perkebunan

53

2,951 kg/ha didkembangkan di Desa Tirtomoyo Kecamatan Alian, Kecamatan Sambung, Kecamatan Sruweng, Kecamatan Karanganyar, Kecamatan Kutowinangun, Kecamatan Sadana, dan Kecamatan Karang Gayam. 6) Kabupaten Purworejo Secara topografi daerah Kabupaten Purworejo dapat diuraikan sebagai berikut: Bagian selatan merupakan daerah dataran rendah dengan ketinggian antara 0-25 meter di atas permukaan air laut. Bagian utara dan timur merupakan daerah berbukitbukit dengan ketinggian antara 25 - 1050 meter di atas permukaan air laut. Berdasarkan jenis tanahnya, Kabupaten Purworejo terbagi menjadi tiga daerah yaitu : Jenis tanah Aluvial, meliputi 40 % luas Kabupaten Purworejo. Produktivitas jenis tanah ini rendah sampai tinggi dan biasanya digunakan untuk tanah pertanian utama dan permukiman. Jenis tanah Regosol, meliputi 5 % luas dari luas Kabupaten Purworejo. Produktivitas tanah ini dari rendah sanpai tinggi dan biasanya digunakan untuk tanah pertanian dan perkebunan. Jenis tanah Latosol, meliputi 5 % dari luas Kabupaten Purworejo. Produktivitasnya sedang sampai tinggi dan merupakan tanah pertanian yang cukup baik.
54 Untukmu Jawa Tengahku
Optimalisasi Pemberdayaan Masyarakat Guna Mewujudkan Kedaulatan Pangan Perkebunan

Dari hasil evaluasi medan untuk kawasan perkebunan berdasarkan kemampuan lahannya mencapai lebih dari 22.500 hektar, sebarannya antara lain di Kecamatan Kaligesing, Kemiri, Bruno, Pituruh, Gebang, dan beberapa kecamatan lainnya. Perkebunan di Kabupaten Purworejo terdiri dari kebun campuran dan perkebunan komoditi tertentu, seperti perkebunan kelapa. Komoditas potensial unggulan perkebunan di Kabupaten Purworejo adalah tanaman obat, terutama kemukus. 7) Kabupaten Wonosobo Kabupaten Wonosobo memiliki ketinggian 1000 m/dpl, tingkat erosi ringan dengan kemiringan tanah 25-40% dan tipe iklim B, sangat sesuai untuk diusahakan komoditas Kopi Arabika, yang memiliki sentra pengembangan di Kecamatan Mojotengah, khususnya di Desa Slukatan. Pada ketinggian 1.800-3000 m/dpl di dataran Dieng, tumbuh komoditas Purwoceng (Pimpinella pruacan), sebagai bahan substitusi gingseng industri obat tradisional. Perkiraan serapan purwoceng dari Jawa Tengah mencapai 6.900 kg tanaman segar per tahun. Lahan yang sesuai untuk komoditas Kopi Robusta di Kabupaten Wonosobo adalah dengan memiliki ketinggian 675 m/dpl, erosi sedang, tipe iklim B dengan kemiringan tanah 15-40% yang terdapat di Kecamatan Sapuran, khususnya di Desa Bogoran. Lahan dengan ketinggian 400 m/dpl, tingkat
Untukmu Jawa Tengahku
Optimalisasi Pemberdayaan Masyarakat Guna Mewujudkan Kedaulatan Pangan Perkebunan

55

erosi sedang dengan kemiringan tanah 15-40% dan tipe iklim B, sangat sesuai untuk diusahakan komoditas Kakao, yang memiliki sentra pengembangan di Kecamatan Kaliwiro, khususnya di Desa Medono 8) Kabupaten Magelang Kabupaten Magelang dengan ketinggian 841 m/dpl, tingkat erosi sedang dengan kemiringan tanah 25% dan tipe iklim B, sangat sesuai untuk diusahakan komoditas Kopi Arabika, yang memiliki sentra pengembangan di Kecamatan Pakis, khususnya di Desa Gumelem. Kabupaten Magelang dengan memiliki ketinggian 235 m/dpl, tingkat erosi sedang dengan kemiringan tanah 25% dan tipe iklim C, sangat sesuai untuk diusahakan komoditas Kenanga, yang memiliki sentra pengembangan di Kecamatan Borobudur, khususnya di Desa Sambeng.

56

Untukmu Jawa Tengahku


Optimalisasi Pemberdayaan Masyarakat Guna Mewujudkan Kedaulatan Pangan Perkebunan

9) Kabupaten Boyolali Kabupaten Boyolali memiliki ketinggian 400 m/dpl, jenis tanah Latosol dengan kemiringan tanah 5% dan tipe iklim D, sangat sesuai untuk diusahakan komoditas Kenanga, yang memiliki sentra pengembangan di Kecamatan Cepogo. Sedangkan untuk lahan yang sesuai bagi komoditas Kopi Arabika di Kabupaten Boyolali adalah pada daerah dengan ketinggian 850 m/dpl, tipe iklim C, jenis tanah Regosol, dengan kemiringan tanah 10% yang terdapat di Kecamatan Ampel dan tersebar dalam 5 desa. Komoditas unggulan bagi Kabupaten Boyolali adalah tembakau, yang umumnya diusahakan di daerah dataran tinggi. 10) Kabupaten Klaten Dari segi topografi, Kabupaten Klaten terbagi menjadi tiga wilayah, yaitu : Wilayah miring, yang merupakan wilayah lereng Gunung Merapi dan meliputi wilayah kecamatan-kecamatan Manisrenggo, Karangnongko, Kemalang, Jatinom, dan Tulung. Wilayah Datar, yang berada dibagian tengah dan meliputi kecamatan-kecamatan Klaten Tengah, Klaten Utara, Klaten Selatan, Kalikotes, Ngawen, Kebonarum, Jogonalan, Prambanan, Gantiwamo, Delanggu, Wonosari, Juwiring, Ceper, Pedan, Karangdowo, Trucuk, Cawas, Karanganom dan Polanharjo. Wilayah berbukit dan bergelombang, yang berada di bagian selatan dan meliputi kecamatan-kecamatan
Untukmu Jawa Tengahku
Optimalisasi Pemberdayaan Masyarakat Guna Mewujudkan Kedaulatan Pangan Perkebunan

57

Bayat dan sebagian Kecamatan Gantiwamo. Jenis Tanah di Kabupaten Klaten dapat dibedakan atas 5 Jenis, yaitu : Tanah Litosol Yaitu tanah yang beraneka sifat dan warnanya, produk tifitasnya rendah, dan biasanya merupakan tanah perta nian yang kurang baik atau merupakan padang rumput, terdapat di daerah Kecamatan Bayat. Tanah Regosol Kelabu Yaitu tanah netral sampai dengan warna putih, coklat kekuning-kuningan, coklat atau kelabu, produktifitasnya rendah sampai sedang dan biasanya untuk perkebunan, terdapat di kecamatan-kecamatan Klaten Tengah, Klaten Utara, Klaten selatan, Trucuk, Cawas, Pedan, Karangdowo, Ceper, Juwiring, Wonosari, Delanggu, Polanharjo, Tulung, Jatinom dan Karanganom. Tanah Regosol Coklat Kelabuan Jenis tanah ini terdapat di Kecamatan Kemalang, Manisrenggo, Prambanan dan Jogonalan. Tanah Komplek Regosol Kelabu dan Kelabu Tua Yaitu tanah yang bahan induknya berupa batu kapur napal dan terdapat di Kecamatan Klaten Tengah. Tanah Grumosol Kelabu Tua Adalah tanah yang agak netral berwarna kelabu sampai hitam, produktifitasnya rendah sampai sedang, biasanya untuk pertanian atau perkebunan, terdapat di Kecamatan Bayat dan Cawas bagian selatan.
58 Untukmu Jawa Tengahku
Optimalisasi Pemberdayaan Masyarakat Guna Mewujudkan Kedaulatan Pangan Perkebunan

Komoditas perkebunan yang sesuai untuk dikembangkan di Kabupaten Klaten adalah jenis komoditas Kelapa khususnya Kelapa Dalam, Tembakau khususnya Tembakau Rajang, tebu dan kopi. 11) Kabupaten Sukoharjo Kabupaten Sukoharjo dengan komoditas unggulan Wijen, dimana hampir semua kecamatan di Kabupaten Sukoharjo menjadi sentra perkembangan komoditas Wijen. Kabupaten Sukoharjo dengan memiliki ketinggian 102-125 m/dpl, tipe iklim C-D, kemiringan antara 5-40 % dan jenis tanah terdiri grumosol kelabu tua (kecamatan Weru, dan Tawangsari), Aluvial kelabu (Kecamatan Bulu, Tawangsari), asosiasi grumosol kelabu tua dan mediterian kemerahan (kecamatan Nguter, Bendosari) dan latosol coklat kemerahan (Kecamatan Pelokarto).
Untukmu Jawa Tengahku
Optimalisasi Pemberdayaan Masyarakat Guna Mewujudkan Kedaulatan Pangan Perkebunan

59

Untuk komoditas empon-empon di Kabupaten Sukoharjo dibutuhkan lahan yang berada pada ketinggian 100-125 rn/dpl, tipe iklim C sampai D, kemiringan tanah 5-40% dan jenis tanah kelompok regosol kelabu dan grumosol kelabu tua, serta aluvial kelabu (Kecamatan Wedu, Bulu, dan Tawangsari), untuk jenis tanah asosiasi grumosol kelabu tua dan mediteran coklat kemerahan (Kecamatan Nguter dan Bendosari) dan latosol coklat kemerahan (Kecamatan Polokerto).

Biji Jambu Mete 12) Kabupaten Wonogiri Kabupaten Wonogiri dengan memiliki ketinggian 700800m/dpl, tingkat erosi berat dengan kemiringan tanah 40-60% dan tipe iklim C, sangat sesuai untuk diusahakan komoditas Kopi Arabika, yang memiliki sentra pengembangan di Kecamatan Girimarto, khususnya di Desa Babakan, Saman dan Senggar. Lahan yang sesuai untuk komoditas jambu mete di Kabupaten Wonogiri adalah dengan ketinggian 200-250
60 Untukmu Jawa Tengahku
Optimalisasi Pemberdayaan Masyarakat Guna Mewujudkan Kedaulatan Pangan Perkebunan

m/dpl, erosi berat, tipe iklim C dengan kemiringan tanah 2030 % yang terdapat di Kecamatan Ngadirejo, khususnya Desa Pondok, Gedong dan Gemawang. Lahan dengan ketinggian 100-150 m/dpl, tingkat erosi berat dengan kemiringan tanah 20-30% dan tipe iklim C, sangat sesuai untuk diusahakan komoditas Kelapa, yang berada pada sentra pengembangan di Kecamatan Giritontro, khususnya di Desa Pucang Anom. 13) Kabupaten Karanganyar Kabupaten Karanganyar memiliki ketinggian 380-520 m/dpl, tingkat erosi berat dengan kemiringan tanah 2-15% dan tipe iklim B, sangat sesuai untuk diusahakan komoditas Kelapa, yang memiliki sentra pengembangan di Kecamatan Kerjo, khususnya di Desa Gempolan, Karangrejo, Botok, Sumberejo, Tamansari dan Plosorejo. Lahan lainnya yang sesuai untuk komoditas Kelapa di Kecamatan Mojogedang, khususnya di Desa Mojogedang, Getungan, Ngadirejo,

Cengkeh
Untukmu Jawa Tengahku
Optimalisasi Pemberdayaan Masyarakat Guna Mewujudkan Kedaulatan Pangan Perkebunan

61

Peidem dan Buntar. Lahan yang sesuai untuk pengusahaan komoditas jambu mete, berada pada ketinggian 300-600m/dpl, tingkat erosi berat dengan kemiringan tanah 2-15% dan tipe iklim C, yang berada pada sentra pengembangan di Kecamatan Jumantono, khususnya di Desa Sedayu, Ngunut, Genengan, dan Sukosari. Sedangkan di Kecamatan Gedangreio terdapat di Desa Dayu, Rejosari, Krandowahono, Kranggan, Karangturi, dan Wonosari. Lahan yang sesuai untuk komoditas Kopi Arabika di Kabupaten Karanganyar adalah dengan memiliki ketinggian 750-1200 m/dpl, erosi berat, tipe iklim B1 dengan kemiringan tanah 15-40% yang khususnya terdapat di Desa Kemuning, Girimulyo dan Berjo. Wilayah Kabupaten Karanganyar yang memiliki ketinggian 410-1500 m/dpl, tingkat erosi berat dengan kemiringan tanah 15-40% dan tipe iklim A2-P1, sangat sesuai untuk diusahakan komoditas Kopi Arabika, yang memiliki sentra pengembangan di Kecamatan Jenawi khususnya di Desa Anggrasmanis dan Sidomukti. Selain itu, diusulkan untuk Kabupaten Karanganyar komoditas unggulan lainnya berupa tebu, tanaman obat dan cengkeh, dengan pertimbangan keberadaan PG Tasikmadu sebagai serapan produksi tebu yang cukup besar serta tanaman obat dan cengkeh merupakan salah satu kontributor dan sentra produksi bagi Provinsi Jawa Tengah.

62

Untukmu Jawa Tengahku


Optimalisasi Pemberdayaan Masyarakat Guna Mewujudkan Kedaulatan Pangan Perkebunan

Kapas 14) Kabupaten Sragen Kabupaten Sragen dengan memiliki ketinggian 136 m/dpl, jenis tanah Aluvial kelabu tua, dengan kemiringan tanah 0-2% dan tipe iklim C, sangat sesuai untuk diusahakan komoditas Kencur, yang memiliki sentra pengembangan di Kecamatan Kalijambe dan tersebar di 3 desa didalamnya. Lahan yang sesuai untuk komoditas Jahe di Kabupaten Sragen adalah dengan memiliki ketinggian 300 m/dpl, tipe iklim C dengan kemiringan tanah 3-15%, jenis tanah Mediteran coklat (Kecamatan Sambirejo) dan Grumosol Kelabu (Kecamatan Kedawang). Daratan di Kabupaten Sragen yang memiliki ketinggian 141 m/dpl, jenis tanah Grumosol Kelabu (Kecamatan Sumberlawang), Aluvial Kelabu Tua (Kecamatan Mondokan, Gesi, Sukodono) dengan kemiringan tanah 3-15% dan tipe iklim C, sangat sesuai untuk diusahakan komoditas Wijen.
Untukmu Jawa Tengahku
Optimalisasi Pemberdayaan Masyarakat Guna Mewujudkan Kedaulatan Pangan Perkebunan

63

Jambu Mete

Buah Siwalan

Sedangkan lahan yang sesuai untuk komoditas Tem bakau Virginia di Kabupaten Sragen adalah pada lahan dengan ke tinggian 141m/dpl, tipe iklim C dan de ngan kemiringan tanah 3-15%, jenis tanah Grumosol Kelabu (Kecamatan Sumberlawang). Wilayah di Kabupaten Sragen yang memiliki ketinggian 300 m/dpl, jenis tanah Mediteran (Kecamatan Sambirejo) dengan kemiringan tanah 3-15% dan tipe iklim C, sangat sesuai untuk diusahakan komoditas Kopi.ham pir di semua wilayah di Kabupaten Sragen sesuai untuk komditas alam. 15) Kabupaten Grobogan Kabupaten Grobogan dengan memiliki ketinggian 3040 m/dpl, tingkat erosi sedang dengan kemiringan tanah 2-25% dan tipe iklim D, sangat sesuai untuk diusaha-kan
64 Untukmu Jawa Tengahku
Optimalisasi Pemberdayaan Masyarakat Guna Mewujudkan Kedaulatan Pangan Perkebunan

Kapuk Randu komoditas Kelapa, yang memiliki sentra pengembangan di Kecamatan Karang Rayung, khususnya di Desa Sendang Harjo, Karanganyar dan Temurejo. Lahan yang sesuai untuk komoditas Kapas di Kabupaten Grobogan adalah dengan memiliki ketinggian 5-30 m/dpl, erosi sedang, tipe iklim D dengan kemiringan tanah 2-25% yang terdapat di Kecamatan Kradenan dan tersebar di 9 (sembilan) desa. Sedangkan untuk lahan memiliki ketinggian 5-30 m/ dpl, tingkat erosi rendah dengan kemiringan tanah 2-10% dan tipe iklim D, sangat sesuai untuk diusahakan komoditas tembakau, yang memiliki sentra pengembangan di Kecamatan Purwodadi.
Untukmu Jawa Tengahku
Optimalisasi Pemberdayaan Masyarakat Guna Mewujudkan Kedaulatan Pangan Perkebunan

65

16) Kabupaten Blora Kabupaten Blora dengan memiliki ketinggian 250 m/ dpl, tingkat erosi sedang dengan kemi ringan tanah 15-40% dan tipe iklim C, sangat sesuai untuk diusahakan komoditas jambu mete, yang memiliki sentra pengembangan di Kecamatan Todanan, khususnya di Desa Candi. 17) Kabupaten Rembang Komoditas yang diusaha kan di Kabupaten Rembang meliputi 8 jenis, dengan ko mo ditas utama/prioritas yaitu tebu, kelapa dan wijen serta komoditas unggulan spesifik berupa siwalan. Lahan untuk komoditi ini harus berada di ketinggian 5 m/dpl, memiliki tingkat erosi ringan dengan kemiringan tanah 40% dan tipe iklim E, yang berada sentra pengembangan di Kecamatan Sulang khususnya di Desa Bogorame. Berikut ini potensi pengembangan komoditas Kabupaten Rembang. 18) Kabupaten Pati Kabupaten Pati dengan komoditas unggulannya adalah Kapuk tersebar di beberapa kecamatan. Sentra pengembangan. Kecamatan Sukokilo dengan memiliki ketinggian 13 m/dpl dengan jenis tanah Latosol, kemiringan tanah 0-25 % dan tipe iklim C. Selain itu, terdapat juga di Kecamatan Kayen dengan memiliki ketinggian 13 m/dpl dengan jenis tanah Aluvial, kemiringan tanah 0-20 % dan tipe
66 Untukmu Jawa Tengahku
Optimalisasi Pemberdayaan Masyarakat Guna Mewujudkan Kedaulatan Pangan Perkebunan

iklim C serta di Kecamatan Tambakromo dengan memiliki ketinggian 13 m/dpl dengan jenis tanah Planosol, kemiringan tanah 0-17 % dan tipe iklim C. Adapun komoditas perkebunan utama yang bisa dikem bangkan di Kabupaten Pati adalah komoditas tebu, yang tersebar hampir merata di seluruh wilayah kabupaten. Pengusahaan untuk komoditas tebu berada pada sentra pengembangan di Kecamatan Winong, Puncakwangi, Jaken, Batangan, Juwana, Jakenan, Pati, Gabus, Margorejo, Gambong, Tlogowunggu, Wedarijaksa, Trangkil, Margoyoso, Gunungwungkal, Cluwak, Tayu, dan Dukuhseti dimana wilayah tersebut memiliki ketinggian rata-rata 2.205 m/dpl, kemiringan tanah 0 -45 % dan jenis tanah aluvial, mediteran dan Regosol. Untuk dengan yang memiliki ketinggian 2-175 m/dpl dengan jenis tanah Aiuvial, regosol, Mediteran, kemiringan tanah 0-15 % dan tipe iklim C di Kabupaten Pati sangat sesuai diusahakan perkebunan Kelapa Kopyor yang terpusat pengembangannya di Kecamatan Dukuhseti, Tayu, Margoyoso, Wedarijaksa, Gunungwungkal, Cluwak,dan Trangkil. 19) Kabupaten Kudus Kabupaten Kudus dengan memiliki ketinggian 750 m/ dpl, jenis tanah Latosol dengan kemiringan tanah 20-45% dan tipe iklim C, sangat sesuai untuk diusahakan komoditas Kopi dan Kapok, yang memiliki sentra pengembangan di
Untukmu Jawa Tengahku
Optimalisasi Pemberdayaan Masyarakat Guna Mewujudkan Kedaulatan Pangan Perkebunan

67

Kecamatan Dawe dan Gebog. Sedangkan lahan yang sesuai untuk komoditas Tebu di Kabupaten Kudus adalah dengan ketinggian 0-150 m/dpl, jenis tanah Aluvial, mediterania dengan kemiringan tanah 5 - 10 % yang terdapat di Kecamatan Mejobo dan tersebar dalam 11 desa, serta pada Kecamatan Jekulo yang tersebar dalam 12 desa. Untuk daerah yang memiliki ketinggian 100 - 200 m/dpl dengan jenis tanah Latosol, Mediteran, Planosol dan kemiringan tanah 5-10 % sangat sesuai untuk diusahakan komoditas Tebu, dimana sentra pengembangan berada di Kecamatan Dawe, Bae, Gebog, Kaliwunggu, Kota dan Jati. 20) Kabupaten Jepara Karakteristik jenis tanah yang ada di Kabupaten Jepara dapat dibedakan atas 5 jenis tanah, yaitu Tanah Andosol Coklat, Regoso, Alluivial, Assosiasi Mediteranian, dan Latosol. Adapun komoditas perkebunan unggulan yang dapat

Buah Kopi
68 Untukmu Jawa Tengahku
Optimalisasi Pemberdayaan Masyarakat Guna Mewujudkan Kedaulatan Pangan Perkebunan

dikembangkan di wilayah Kabupaten Jepara antara lain: Kelapa : di sepanjang Pantura, yaitu Kecamatan Keling, Bangsri, Mlonggo, Kembang, Jepara dan Kedung Kopi : meliputi Kecamatan Keling, Bangsri, Mlonggo dan Batealit Kakao : meliputi Kecamatan Keling dan Batealit Karet : meliputi Kecamatan Keling Tebu : meliputi Kecamatan Keling, Pecangaan, Kalinyama tan, Mayong dan Nalumsari. 21) Kabupaten Demak Lahan yang sesuai untuk komoditas Tembakau di Kabupaten Demak adalah dengan memiliki ketinggian 12 m/ dpl, jenis tanah latosol dengan kemiringan tanah ringan yang terdapat di Kecamatan Karangawen dan tersebar dalam 12 desa, serta Kecamatan Mranggen tersebar dalam 10 desa dan Kecamatan Guntur. 22) Kabupaten Semarang Lahan yang sesuai untuk komoditas kopi di Kabupaten Semarang adalah dengan memiliki ketinggian 700-800 m/ dpl, jenis tanah latosol, tipe iklim B dengan kemiringan tanah 10-15 % yang terdapat di Kecamatan Getasan dan berada pada Desa Sumogawe, dan untuk Desa Nagasaren pada kecamatan yang sama memiliki ketinggian 900-1100 m/dpl jenis tanah latosol, tipe iklim B dengan kemiringan tanah 1518 % sesuai untuk komoditas Jahe/rempah.
Untukmu Jawa Tengahku
Optimalisasi Pemberdayaan Masyarakat Guna Mewujudkan Kedaulatan Pangan Perkebunan

69

23) Kabupaten Temanggung Temanggung memiliki luas wilayah 87.065 Ha dan terdiri dari 20 kecamatan yang wilayahnya sebagian besar merupakan dataran dengan ketinggian 500 - 1.450 m dpl. Rata-rata curah hujan per tahun adalah 2.163 mm dengan tpe iklim B (Smith-Ferguson). Dengan kondisi agroklimat tersebut sesuai untuk diusahakan komoditas tembakau, kopi robusta, kopi arabika, panili, coklat, tanaman obat dan rempah. Komoditas tembakau sesuai dikembangkan di Kecamatan Bansari, Bulu, Candiroto, Jumo, Kedu, Kledung,

Kebun Teh
70 Untukmu Jawa Tengahku
Optimalisasi Pemberdayaan Masyarakat Guna Mewujudkan Kedaulatan Pangan Perkebunan

Ngadirejo, Parakan, Selopampang, Temanggung, Tembarak, Tlogomulyo, Tretep dan Wonoboyo dengan ketinggian tempat 500 - 1.800 m dpl dengan kemiringan tanah 0- >40%. Komoditas kopi robusta tersebar dengan luas area terbanyak di wilayah Kecamatan Bejen, Candiroto, Gemawang, Jumo, Kandangan, Kaloran, Kranggan, Pringsurat, Tertep, Wonoboyo dan Kedu dengan ketinggian tempat 500-800 m dpl dan kemiringan tanah 0 - 40%. Sedangkan Komoditas kopi arabika dengan luas areal besar tersebar di Kecamatan Bansari, Bulu, Candiroto, Kledung, Ngadirejo, Parakan, Selopampang, Tembarak, Tlogomulyo, Tertep dan Wonoboyo dengan ketinggian tempat 900 -1.800 m dpl dan kemiringan tanah 15- >40%. Komoditas panili dengan luasan besar tersebar di wilayah Kecamatan Bejen, Candiroto, Gemawang, Jumo, Kandangan, Kaloran , Kranggan, Pringsurat, Temanggung dan Wonoboyo dengan ketinggian tempat 500-800 m dpi dan kemiringan tanah 0-40%. Komoditas coklat/kakao dengan luasan besar tersebar di wilayah Kecamatan Pringsurat, Kaloran , Kandangan, Candiroto, Bejen dan Wonoboyo. Komoditas obat dan rempah yang diusahakan antara lain adalah kapulaga, kunyit, jahe, lada, kemukus, kayu manis, dan cengkeh yang tersebar di Kecamatan Kranggan, Pringsurat, Kedu, Gemawang, Candirot, Selopampang, Kandangan, Kaloran, Bulu, Tembarak, Jumo, bejen, Tretep dan Wonoboyo
71

Untukmu Jawa Tengahku


Optimalisasi Pemberdayaan Masyarakat Guna Mewujudkan Kedaulatan Pangan Perkebunan

24) Kabupaten Kendal Lahan yang sesuai untuk komoditas Karet di Kabupaten Kendal adalah pada ketinggian 7u0 m/dpl, tipe iklim B, tingkat erosi sedang dan dengan kemiringan tanah 45 % yang terdapat di Kecamatan Limbangan, khususnya di Desa Kedungboto. Lahan yang sesuai untuk komoditas Tembakau di Kabupaten Kendal adalah dengan memiliki ketinggian 4 m dpl, tipe iklim C, tingkat erosi sedang dengan kemiringan tanah 5% yang terdapat di Kecamatan Ringinarum, khususnya di Desa Ringinarum. 25) Kabupaten Batang Kabupaten Batang berada pada ketinggian 650 m/dpl dengan jenis tanah Andosol sangat sesuai untuk ditanami tanaman perkebunan komoditas Teh, yang juga merupakan komoditas unggulannya. Komoditas Teh memiliki sentra pengembangan yang tersebar di 6 desa di Kecamatan Blado dan 6 desa di Kecamatan Reban serta Kecamatan Bawang. Selanjutnya kawasan pengembangan The tersebut telah dilengkapi dengan fasilitas agrowisata kerjasama anatar pemerintah Kabupaten Batang dengan PT. The Pagilaran. Selain teh sebagai prioritas pertama, maka komoditas unggulan di Kabupaten Batang sesuai dengan urutannya yaitu komoditas kakao, cengkeh, kelapa dan kopi.

72

Untukmu Jawa Tengahku


Optimalisasi Pemberdayaan Masyarakat Guna Mewujudkan Kedaulatan Pangan Perkebunan

26) Kabupaten Pekalongan Kabupaten Pekalongan berada di ketinggian antara 691-1200 m/dpl dengan tipe iklim B, dan kemiringan tanah 15-45 % serta jenis tanah Grumosol, Latosol di Kecamatan Kandangserang, Latosol di Kecamatan Petungkriyono yang sangat sesuai untuk diusahakan untuk komoditas Kopi Arabika. Adapun, sentra pengembangannya terdapat di Kecamatan Kandangserang Desa Klesem, Bodas, Sukoharjo, Gembong; Kecamatan Paninggaran Desa Kaliboja, Tanggeran; Kecamatan Lebakbarang Desa Temb. Gunung, Pamutuh, Wonosido, Depok, Timbangsari; dan Kecamatan Petungkriyo Desa Yosorejo, Kesimpar, Kayupuring, dan Gumelem. Kabupaten Pekalongan khususnya di Kecamatan Paninggaran yang terdiri dari 11 desa, memiliki kemiringan tanah 15-40%, berada di ketinggian 850-1200 m/dpl, tipe iklim B dan memiliki jenis tanah Latosol sangat sesuai untuk diusahakan komoditas The yang dilengkapi pabrik pengolahan the PT. Pagilaran. Di Kecamatan Lebakbarang yang berada diketinggian 690 m/dpl, tipe iklm B dan memiliki jenis tanah Latosol sangat sesuai untuk diusahakan komoditas Lada. Kabupaten Pekalongan memiliki sentra pengembangan Lada antara lain terdapat di Kecamatan Talun, Kecamatan dan Kecamatan Karanganyar.

Untukmu Jawa Tengahku


Optimalisasi Pemberdayaan Masyarakat Guna Mewujudkan Kedaulatan Pangan Perkebunan

73

27) Kabupaten Pemalang Kabupaten Pemalang dengan memiliki ketinggian 1050 m/dpl, tingkat erosi tinggi dengan kemiringan tanah 10-60% dan tipe iklim B, sangat sesuai untuk diusahakan komoditas Kopi Arabika, yang memiliki sentra pengembangan di Kecamatan Pulosari, khususnya di Desa Penakir. Lahan yang sesuai untuk komoditas Cengkeh di Kabupaten Pemalang adalah dengan memiliki ketinggian 550 m/dpl, erosi sedang, tipe iklim C dengan kemiringan tanah10-50% yang terdapat di Kecamatan Moga, khususnya di Desa Banyumudal. Lahan dengan memiliki ketinggian 34 m/dpl, tingkat erosi sedang dengan kemiringan tanah 10-50% dan tipe iklim C, sangat sesuai untuk diusahakan komoditas jambu mete, yang berada pada sentra pengembangan di Kecamatan Batubolang, khususnya di Desa Glandang. 28) Kabupaten Tegal Kabupaten Tegal dengan memiliki ketinggian 900 1100 mdpl dengan jenis tanah Andosol sangat sesuai untuk ditanami tanaman perkebunan komoditas teh, yang juga merupakan komoditas unggulan Kabupaten Tegal, Sentra pengembangannya di Kecamatan Bumijawa, khususnya di Desa Bogawat dan Kecamatan Bojong, khususnya di Desa Kedawung. Kecamatan Bojong khususnya di desa Rembul, juga menjadi sentra komoditas Kopi Arabika. Kabupaten Tegal di Kecamatan Balapulang, khususnya Kelurahan Danawarin, dengan tinggi tempat 400 m/dpl, jenis tanah Andosol dan
74 Untukmu Jawa Tengahku
Optimalisasi Pemberdayaan Masyarakat Guna Mewujudkan Kedaulatan Pangan Perkebunan

memiliki kemiringan 5% sangat sesuai untuk komoditas Kapok. 29) Kabupaten Brebes Kabupaten Brebes memiliki ketinggian 1100 m/dpl, tingkat erosi ringan dengan kemiringan tanah 25% dan tipe iklim C, sangat sesuai untuk diusahakan komoditas Kopi Arabika, yang berada pada sentra pengembangan di Kecamatan Sirampog, khususnya di Desa Wanareja. Lahan yang sesuai untuk komoditas Nilam di Kabupaten Brebes adalah dengan ketinggian 500 m/dpl, erosi sedang, tipe iklim C dengan kemiringan tanah 25% yang terdapat di Kecamatan Salem, khususnya di Desa Ciputih. Lahan pada wilayah Kabupaten Brebes yang memiliki ketinggian 600 m/dpl, tingkat erosi sedang dengan kemiringan tanah 25% dan tipe iklim C, sangat sesuai untuk diusahakan komoditas Panili, yang memiliki sentra pengembangan di Kecamatan lonjong, khususnya di Desa Rajawetan. Sedangkan lahan yang sesuai untuk komoditas Kapas di Kabupaten Brebes adalah dengan memiliki ketinggian 10 m/ dpl, tidak ada erosi, tipe iklim C dengan kemiringan tanah 0% yang terdapat di Kecamatan Bulakamba, khususnya di Desa Jubang. 30) Kota Surakarta Kota Surakarta memiliki ketinggian 92 m/dpl dengan jenis tanah Grumosol, kemiringan tanah datar dan memiliki
Untukmu Jawa Tengahku
Optimalisasi Pemberdayaan Masyarakat Guna Mewujudkan Kedaulatan Pangan Perkebunan

75

tipe iklim D sangat sesuai untuk ditanami tanaman perkebunan komoditas Mlinjo dan sentra pengembangan di Kecamatan Jebres yang tersebar di 2 desa. Di Kota Surakarta di Kecamatan Banjarsari, yang tersebar di 2 desa berada di ketinggian tempat 92 m/dpl, jenis tanah grumosol, tipe iklim D dan memiliki kemiringan datar sangat sesuai untuk komoditas kelapa dan kenanga. 31) Kota Semarang Kota Semarang dengan memiliki ketinggian 225 m/ dpl, jenis tanah Mediteran coklat tua dengan kemiringan tanah 5-15% dan tipe iklim C, sangat sesuai untuk diusahakan komoditas empon-empon, yang memiliki sentra pengembangan di Kecamatan Banyumanik dan Tembalang. Lahan yang sesuai untuk komoditas Kelapa di Kota Semarang adalah dengan memiliki ketinggian 348 m/dpl, jenis tanah latosol coklat tua dengan kemiringan tanah 15-38% yang terdapat di Kecamatan Gunungpati dan tersebar dalam 5 desa dan Kecamatan Mijen yang tersebar dalam 5 desa dengan memiliki ketinggian 240 m/dpl dengan jenis tanah latosol coklat tua kemiringan tanah 15-35 % juga sangat sesuai untuk diusahakan komoditas Kelapa. KARAKTERISTIK KETERSEDIAAN SARANA DAN PRASARANA Setelah mengungkapkan ciri khas lahan, maka sangat penting untuk mendiskripsikan ciri spesifik ketersediaan sarana dan prasarana pendukung pelaksanaan pembangunan
76 Untukmu Jawa Tengahku
Optimalisasi Pemberdayaan Masyarakat Guna Mewujudkan Kedaulatan Pangan Perkebunan

perkebunan oleh Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Tengah . Aspek ini sekaligus merupakan modal pokok untuk menjamin kelancaran aktivitas operasional dalam implementasi pembangunan perkebunan, yakni jaringan transportasi, jaringan irigasi, jaringan pengolahan produksi, sarana distribusi dan pemasaran, sebagai berikut: a. Jaringan Transportasi Jaringan transportasi sangat penting dalam pembangunan perkebunan, khususnya dalam menunjang peningkatan intensitas pergerakan hasil produksi atau pemasaran antar wilayah. Khususnya dalam usaha mengoptimalkan pemanfaatan sumberdaya alam perkebunan dengan tujuan pertumbuhan, pemerataan, kestabilan, dan pembangunan yang berkelanjutan. Posisi geografis Provinsi Jawa Tengah merupakan titik hubung antara wilayah barat Pulau Jawa (DKI Jakarta, Provinsi Banten dan Provinsi Jawa Barat) dengan wilayah selain Pulau Jawa (Provinsi DI Yogyakarta) serta wilayah timur Pulau Jawa (Provinsi Jawa Timur); dan bila di tinjau secara nasional merupakan jalur penghubung antara wilayah Sumatera dengan Bali dan Nusa Tenggara, membuat kebutuhan sistem transportasi yang berkualitas guna menunjang kegiatan perkebunan di wilayah Jawa Tengah menjadi sangat diperlukan. Secara umum dapat dikatakan bahwa jaringan jalan di Provinsi Jawa Tengah membentuk dua jalur utama (jalur
Untukmu Jawa Tengahku
Optimalisasi Pemberdayaan Masyarakat Guna Mewujudkan Kedaulatan Pangan Perkebunan

77

arteri primer) yaitu jalur yang menghubungkan kota-kota yang terletak di pantai utara (Brebes, Tegal, Pemalang, Pekalongan, Batang, Kendal, Semarang, dan Rembang) serta jalur yang menghubungkan kota-kota yang terletak disepanjang pantai selatan Pulau Jawa (Cilacap, Kebumen, Purwokerto, Purworejo, DI Yogyakarta dan Surakarta). Kedua jalur utama tersebut dihubungkan oleh ruas jalan Tegal-Purwokerto (jalan kolektor primer) di bagian barat, serta ruas jalan Semarang-Surakarta (arteri primer) dan Semarang - D.I Yogyakarta (arteri primer) di sebelah timur. Keterbatasan jumlah ruas penghubung antara kedua jalur utama tersebut merupakan salah satu penyebab lebih lambatnya perkembangan kawasan pedalaman dibandingkan dengan wilayah pesisir. Jika didasarkan pada penggunaan lahan perkebunan di Jawa Tengah, justru pada daerahdaerah wilayah tengah (bukan wilayah pesisir) merupakan wilayah perkembangan perkebunan di Jawa Tengah. Konstribusi wilayah pesisir terhadap produksi perkebunan lebih cenderung pada komoditas kelapa sebagai komoditas unggulan. Sementara itu, kondisi alam juga mempengaruhi perkembangan penggunaan jalan jalur selatan. Jaringan Jakarta-Bandung-Tasikmalaya-Majenang dari segi keadaan alamnya kurang menguntungkan (banyak tanjakan dan tikungan), sedangkan jalur tengah yang menghubungkan bagian utara dan selatan Jawa Tengah seperti jalur Semarang Temanggung - Wonosobo - Banjarnegara 78 Untukmu Jawa Tengahku
Optimalisasi Pemberdayaan Masyarakat Guna Mewujudkan Kedaulatan Pangan Perkebunan

Purwokerto, umumnya memiliki kondisi alam hampir sama yakni bergunung-gunung (terutama dataran tinggi Dieng) yang menjadi kendala perkembangan jaringan transportasi. Akibatnya, penggunaan jalur selatan dan jalur tengah serta kota-kota yang terdapat disepanjang jalur tersebut menjadi lebih lambat bila dibandingkan dengan jalur transportasi dan kota-kota yang terdapat di jalur utara Pulau Jawa. Permasalahan pada sektor transportasi jalan raya di Provinsi Jawa Tengah berkaitan dengan pembangunan perkebunan adalah sebagai berikut: Masih sangat kurangnya keterhubungan antara jalan arteri lintas utara dengan lintas selatan, sehingga perlu dilakukan peningkatan fungsi jalan kolektor TegalPurwokerto menjadi jalan arteri. Dengan demikian diharapkan akan terbukanya jalur pemasaran produksi perkebunan ke arah utara dan selatan Jawa Tengah, untuk dapat didistribusikan selanjutnya ke wilayah nasional, yaitu ke arah wilayah barat dan timur. Perlunya peningkatan jalan kolektor yang lain, yakni jalur Purwokerto-Wonosobo-Semarang, jalur SemarangPurwodadi-Blora-Rembang, jalur Blora-Sragen, jalur Surakaria-Purwodadi-Semarang, jalur Pemalang-Pur ba ling ga. Hal ini akan memudahkan pembangunan perkebunan di wilayah bagian tengah, selain berperan dalam menunjang pemerataan pembangunan di Jawa Tengah.

Untukmu Jawa Tengahku


Optimalisasi Pemberdayaan Masyarakat Guna Mewujudkan Kedaulatan Pangan Perkebunan

79

b. Jaringan Irigasi Wilayah Provinsi Jawa Tengah terdiri dari 7 Satuan Wilayah Sungai (SWS). Keseluruhan SWS mempunyai potensi air sebesar 65,655 juta M3. SWS ini juga mengaliri irigasiirigasi yang tersebar di seluruh wilayah Provinsi. Dari seluruh wilayah Provinsi Jawa Tengah, hanya wilayah Kepulauan Karimunjawa seluas 6.736 ha yang tidak termasuk ke dalam 7 SWS tersebut. Bengawan Solo, Serang Lusi, Citandui Timur dan Serayu merupakan Sub Daerah Aliran Sungai (DAS) yang memiliki wilayah relatif luas. Luas sub-DAS pada masingmasing SWS adalah sebagai berikut: LUAS TIAP-TIAP SUB DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS)
NO 1 2 3 4 5 6 7 SWS Cimanuk Citanduy Pemalang-Comal Serayu Jratunseluna Progc-Opak-Oya Bengawan Soio JUMLAH LUAS (KM2) 874 1.750 5.297 6.410 10.625 1.260 6.328 32.544 POTENSI (M3) 1.398.000.000 5.700.000.000 10.236.000.000 16.191.000.000 16.960.000.000 3.210.000.000 11.96U.000.000 65.655.000.000

Sumber: PSDA Provinsi Jawa Tengah

Untuk menjaga kelestarian potensi hidrologis di wilayah Provinsi Jawa Tengah, dilakukan langkah-langkah untuk meningkatkan kemampuan serap tanah agar cadangan

80

Untukmu Jawa Tengahku


Optimalisasi Pemberdayaan Masyarakat Guna Mewujudkan Kedaulatan Pangan Perkebunan

air tanah yang tersedia dapat terjaga dan mengefisienkan pemanfaatan potensi air yang ada. Langkah-langkah tersebut antara lain dengan cara meningkatkan kemampuan pengawasan dan pengendalian dari pihak pemerintah terhadap upaya-upaya pengkonversian kawasan lindung dan kawasan potensial infiltrasi lainnya menjadi lahan terbangun serta dengan mempergunakan instrumen fiskal bagi pemanfaatan potensi air untuk kebutuhan komersial. Untuk pemanfaatan sumber daya air bagi kegiatan perkebunan sebesar 14,65 % dari total pemanfaatan sumber daya air di Provinsi Jawa Tengah. c. Sarana Pengolahan Produksi Ketersediaan sarana pengolahan produksi perkebunan merupakan hal penting dalam menunjang pembangunan perkebunan. Pelayanan sarana pengolahan yang optimal akan mampu meningkatkan mutu produksi perkebunan apalagi hal tersebut ditunjang oleh penerapan teknologi maju dan tepat guna yang sudah memadai. Untuk mencukupi kebutuhan akan sarana pengolahan, Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Tengah, tahun 2012 melalui APBN (Anggaran Pembangunan dan Belanja Negara), memberikan bantuan sarana pengolahan yang diterimakan dalam bentuak bantuan sosial. Antara lain berupa 1 unit pengolah kopi untuk Kabupaten Semarang senilai Rp214.570.000, 2 unit pengolah nilam untuk Kabupaten Boyolali senbilai Rp153.685.000, 2 unit pengolah Bokar untuk
Untukmu Jawa Tengahku
Optimalisasi Pemberdayaan Masyarakat Guna Mewujudkan Kedaulatan Pangan Perkebunan

81

Kabupaten Banyumas senilai Rp151.560.000, 1 unit pengolah Jambu Mete untuk Kabupaten Blora senilai 205.640.000, 2 unit pemngolah Kelapa untuk Kabupaten Banjarnegara senilai Rp127.820.000, dan 2 unit pengolah Kelapa untuk Kabupaten Kebumen senilai Rp127.820.000. Sedangkan pada tahun 2012 bantuan sarana pengolahan berbagai komoditas, antara lain 1 unit pengolah kopi untuk Kabupaten Semarang senilai Rp300.000.000, 1 unit pengolah kopi untuk Kabupaten Wonosobo senilai Rp300.000.000, 1 unit pengolah kopi untuk Kabupaten Magelang senilai Rp300.000.000, 1 uni pengolah kopi untuk Kabupaten Banjarnegara senilai Rp300.000.000. kemudian 1 unit pengolah nilam untuk Kabupaten Pekalongan senilai Rp308.410.000, 1 unit CNSL untuk Kabupaten Blora senilai Rp300.000.000, 1 unit pengolah kelapa untuk Kabupaten Kebumen senilai Rp300.000.000, 1 unit pengolah atsiri untuk Kabupaten Pekalongan senilai Rp300.000.000, 1 unit pengolah gula tumbu untuk Kabupaten Kudus senilai Rp316.560.000, 1 unit pengolah nilai untuk Kabupaten Jepara senilai Rp125.000.000, 1 unit pemngolah gula kelapa untuk Kabuparten Purworejo senilai Rp251.800.000. Selain itu bantuan juga diberikan dalam bentuk alat tebang tebu dan refraktometer untuk Kabuparten Klaten, Pati, Rembang, Blora, dan Grobogan masing masing 5 unit alat tebang dan 3 uinit refraktometer. d. Sarana Distribusi dan Pemasaran
82 Untukmu Jawa Tengahku
Optimalisasi Pemberdayaan Masyarakat Guna Mewujudkan Kedaulatan Pangan Perkebunan

Dalam proses produksi, sarana pemasaran merupakan hal penting dalam memberikan dukungan terhadap aspek distribusi dari hasil produksi tersebut. Berkaitan dengan mekanisme tersebut, dalam mendukung kegiatan/ pengusahaan perkebunan, pemasaran merupakan kegiatan penting dalam suatu proses pasca produksi. Beberapa sarana pemasaran yang sekiranya dipergunakan dalam kegiatan pasca produksi perkebunan antara lain alat dan jenis angkutan, jalan dan tempat penjualan. Ketiga sarana distribusi dan pemasaran tersebut saling mendukung antara sarana yang satu dengan sarana yang lain, dimana alat dan jenis angkutan sangat dipengaruhi oleh ketersediaan jalan dan jarak ke lokasi tempat penjualan. Khusus untuk sarana jalan, Dinas Perkebunan Jawa Tengah melalui APBN memfasilitasi berupa jalan pertanian untuk 28 Kabupaten sepanjang 65 km dengan satuan biaya Rp1.000.000 /km. antara lain Kabupaten Sragen 2 km, Banjarnegara 1 km, Pati 3 km, Kudus 3 km, Rembang 5 km, Magelang 2 km, Wonosobo 1 km, Batang 2 km, Purworejo 2 km, Jepara 4 km, Semarang 1 km, Klaten 2 km, Temanggung 1 km, Boyolali 2 km, Brebes 2 km, Grobogan 2 km, Kendal 5 km, Pemalang 2 km, Pekalongan 3 km, Salatiga 1 km, Banyumas 2 km, Kebumen 2 km, Cilacap 4 km, Wonogiri 2 km, dan Tegal 2 km. Adapun beberapa alat dan jenis angkutan yang dipergunakan dalam hal proses distribusi di beberapa wilayah perkebunan di Jawa Tengah, diantaranya adalah truk, pick
Untukmu Jawa Tengahku
Optimalisasi Pemberdayaan Masyarakat Guna Mewujudkan Kedaulatan Pangan Perkebunan

83

Kapuk Randu up, colt, angkutan umum, roda empat, becak serta sepeda. Ditinjau dari alat dan jenis angkutan tersebut, jenis alat angkut berupa truk dapat dikatakan sebagai alat angkut yang memiliki daya tampung angkut paling besar, yaitu mencapai 3-6 ton. Berdasarkan data statistik perkebunan Jawa Tengah, wilayah perkebunan di Jawa Tengah yang memiliki ketersediaan dan kelengkapan alat angkut produksi pekebunan adalah wilayah perkebunan di Kabupaten Banyumas. Pada wilayah perkebunan ini, produksi perkebunan menggunakan moda angkut truk sebagai alat distribusi untuk semua komoditas yang diusahakan.
84 Untukmu Jawa Tengahku
Optimalisasi Pemberdayaan Masyarakat Guna Mewujudkan Kedaulatan Pangan Perkebunan

KARAKTERISTIK PRODUK KOMODITAS PERKEBUNAN JAWA TENGAH Perkembangan produksi perkebunan pada tahun 2011 sebesar 810.902,59 ton, kondisi ini mengisyaratkan adanya peningkatan tingkat produksi dibandingkan pada tahun sebelumnya, yaitu pada tahun 2007, dimana tingkat produksi hanya sebesar 740.565,52 ton atau mengalami tingkat pertumbuhan sebesar 9,5 %. Jika ditarik pada tingkat produksi 5 (lima) tahun kebelakang, yaitu pada tahun 2007-2011, pertumbuhan rata-rata produksi komoditas perkebunan di Jawa Tengah adalah sebesar 2,29 %. Kelapa sebagai salah satu komoditas unggulan di Jawa Tengah mempunyai pasar yang sangat baik. Hasil pengolahan kelapa yang cukup inofatif merupakan salah satu pemicu baiknya permintaan pasar akan hasil pengolahan kelapa. Karena hampir semua bagian dari kelapa dapat dimanfaatkan menjadi komoditas yang lebih memberikan nilai tambah. Berbagai macam hasil olahan kelapa adalah sabut kelapa, kopra, gula kelapa, minyak kelapa, VCO, mete deco, kayu kelapa dan hasil makanan dari buah kelapa itu sendiri. Komoditas-komoditas tersebut semuanya hampir dapat diekspor ke mancanegara. Kondisi ini semakin didukung oleh sebaran produksi kelapa yang merata di seluruh Jawa Tengah. Kopi sebagai salah satu komoditas unggulan di Jawa Tengah mempunyai tujuan ekspor yang sangat banyak, di negara-negara di dunia dan merupakan komoditas
Untukmu Jawa Tengahku
Optimalisasi Pemberdayaan Masyarakat Guna Mewujudkan Kedaulatan Pangan Perkebunan

85

yang diminati pasar dunia. Tujuan ekspor komoditas kopi khususnya di Jawa Tengah meliputi negara Italia, Jepang, Jerman, Mesir, Korea Selatan, Singapura, Amerika Serikat, Perancis, Georgia, Tunisia, Irak, Austria, Malaysia, Portugal, Lebanon, Belgia, Rumania dam Swiss. Ekspor komoditas kopi ke negara-negara di dunia dilakukan dalam bentuk Kopi Wose (bubuk kopi) ataupun biji kopi. Dalam masalah pemasaran, saat ini di Jawa Tengah mulai untuk menggalakkan penanaman komoditas Kopi jenis Arabika untuk lebih meningkatkan penerimaan devisa dari kopi. Hal ini dikarenakan komoditas Kopi arabika mulai menjadi primadona dan lebih banyak diminati oleh konsumen kopi dunia. Pengembangan komoditas kapuk telah mendapat dukungan dari kelembagaan produksi yaitu koperasi, perbankan dan asosiasi Pengusaha Petani Kapuk (PPKI) yang berada di Kabupaten Semarang, kelembagaan pasca pengolahan yaitu adanya usaha pengolahan kapuk, dan dukungan kelembagaan pemasaran yaitu pihak swasta dan BUMN. Pelaku usaha ekspor kapuk dilakukan oleh beberapa eksportir swasta berbadan hukum seperti PT Sumber Arto I (Jepara) yang melakukan ekspor komoditas serat. Tujuan ekspor perusahaan ini berada di negara USA, Singapura dan Saudi Arabia. PT Sumber Redjo (Jepara) yang melakukan ekspor serat kapuk ke negara USA, Singapura dan Saudi Arabia dan PTPN IX dengan komoditas ekspor berupa kapuk, biji kapuk, dan kasur kapuk.
86 Untukmu Jawa Tengahku
Optimalisasi Pemberdayaan Masyarakat Guna Mewujudkan Kedaulatan Pangan Perkebunan

Pelaku usaha ekspor kapuk masih dilakukan oleh pihak swasta. Sebenarnya pihak petani apabila melakukan suatu penggabungan diri melalui sebuah konsorsium dapat melakukan usaha ekspor komoditas kapuk. Tentunya peran serta pemerintah dalam membimbing dan bantuan permodalan mutlak diperlukan. Pemasaran merupakan aspek penting dalam menunjang kegiatan pasca produksi perkebunan, karena kegiatan pemasaran sangat berhubungan dengan distribusi hasil produksi perkebunan. Kakao adalah salah satu komoditas unggulan di Provinsi Jawa Tengah. Pemanfaatan komoditas Kakao sangat beragam. Diharapkan dengan melakukan kegiatan pengolahan dapat menaikan nilai tambah dari komoditas Kakao. Pihak yang turut berkecimpung dalam ekspor komoditas Kakao adalah PTP NUSANTARA IX, sedangkan untuk negara tujuan ekspornya ialah Singapura dan Thailand. Pemasaran merupakan aspek penting dalam menunjang kegiatan pasca produksi perkebunan, karena kegiatan pema saran sangat berhubungan dengan distribusi hasil produksi perkebunan. Jambu mete adalah salah satu komoditas unggulan di Provinsi Jawa Tengah. Pemanfaatan komoditas Jambu mete sangat beragam. Diharapkan dengan melakukan kegiatan pengolahan dapat menaikan nilai tambah dari komoditas Jambu mete. Komoditas Jambu Mete untuk pemasarannya sudah mencapai kegiatan ekspor Adapun tujuan ekspor untuk komoditas mete adalah
Untukmu Jawa Tengahku
Optimalisasi Pemberdayaan Masyarakat Guna Mewujudkan Kedaulatan Pangan Perkebunan

87

Jepang, Singapura dan Malaysia. Para eksportir antara lain Daryono (Wonogiri) sebagai eksportir kacang mete dan PT Java Tohoku (Semarang) sebagai ekspor serbuk kulit mete. Seperti diulas pada bab sebelumnya bahwa jambu mete merupakan salah satu komoditas unggulan bagi perkebunan Jawa Tengah dan perkebunan nasional dimana telah menduduki pasar dunia sebesar 9 % baik dalam bentuk mete

Suasana Panen Teh


88 Untukmu Jawa Tengahku
Optimalisasi Pemberdayaan Masyarakat Guna Mewujudkan Kedaulatan Pangan Perkebunan

mentah maupun olahan makanan. Oleh karena itu untuk menjaga pangsa pasar dan meningkatkan pangsa pasar maka diperlukan standar baku mutu yang sesuai dengan permintaan pasar regional dan internasional. Komoditas Tebu merupakan komoditas unggulan perke bunan Jawa Tengah yang berperan penting untuk mewujudkan swasembada gula Jawa Tengah 2013. Tanaman tebu diusahakan oleh perkebunan rakyat tersebar di 29 Kabupaten dengan luas areal lebih kurang 65.000 ha. Berbagai upaya terus dilakukan untuk mendukung tercapainya swasembada gula antara lain melalui penataan varietas tebu dengan varietas unggul sesuai tipologi lahan, ekstensifikasi tanaman 2.950 ha, demplot intensifikasi tanaman 200 ha, intensifikasi tanaman (KKPe, PMUK, swadaya) seluas 48.000 ha, pembangunan KBD kultu7r jaringan seluas 340 ha, KBD konvensional 20 ha, bantuan traktor 2 unit, alat pengairan 160 unit, demplot tebu ternak 2 paket, pelatihan petani 80 kelompok, penyediaan pupuk bersubsidi phonska 29.600 ton, ZA 44,400 ton, pengendalian hama penyakit, pemberdayaan kelembagaan (APTR dan KPTR) bantuan peralatan pengolahan tebu (alat pengolah pupuk organic 57 unit, alat tebang tebu 25 unit, refrakto meter 15 unit, perangkat uji tanah kering 29 unit, alat pemantau rendemen mobile 2 unit) dan pendampingan oleh Tim Teknis Promosi, Tim Teknis Kabupaten dan TKP, PLP-TKP sejumlah 174 orang. Komoditas Tembakau sebagai salah satu komoditas unggulan di Jawa Tengah mempunyai pemasaran yang
Untukmu Jawa Tengahku
Optimalisasi Pemberdayaan Masyarakat Guna Mewujudkan Kedaulatan Pangan Perkebunan

89

cukup baik dan sudah mencapai taraf ekspor. Adapun tujuan ekspor yang sangat banyak di negara-negera di dunia dan merupakan komoditas yang diminati pasar dunia. Tujuan ekspor komoditas Tembakau khususnya di Jawa Tengah meliputi negara Jerman, Srilangka, Republik Dominica, Prancis, Belanda, Spanyol, Belgia, Jepang dan Afrika Selatan. Nilai tambah Tembakau sebagaimana dijelaskan di bagian sebelumnya dapat ditingkatkan dengan adanya pembentukan dan peningkatan pengelolaan agrowisataagrowisata pada perkebunan-perkebunan Tembakau di Jawa Tengah. Dalam kaitannya dengan produksi, pemasaran untuk komoditas tembakau ditekankan pada permintaan komoditas tembakau oleh pabrik-pabrik rokok dan pasar tembakau dalam negeri maupun luar negeri. Hal ini lebih digunakan untuk melindungi posisi tawar dari petani pekebun komoditas tembakau. Pemasaran merupakan aspek penting dalam menunjang kegiatan pasca produksi perkebunan, karena kegiatan pemasaran sangat berhubungan dengan distribusi hasil produksi perkebunan. Tanaman rempah adalah salah satu komoditas unggulan di Provinsi Jawa Tengah. Dengan pemasaran yang sangat baik karena sudah mampu mencapai pasar ekspor dunia. Kendati kegiatan pemasaran sudah merambah pada pasar internasional, namun harus tetap membidik pasar tingkat domestik. Telah banyak berdiri perusahaan-perusahaan jamu yang menggunakan bahan
90 Untukmu Jawa Tengahku
Optimalisasi Pemberdayaan Masyarakat Guna Mewujudkan Kedaulatan Pangan Perkebunan

dasar tanaman rempah-rempah dan penyegar seperti adas, cabe jamu, cassiavera dan lain lain oleh pabrik Jamu Air Mancur, PT Deltomed, PT Jamu Jago, PT Sidomuncul dan lain sebagainya. Pemasaran merupakan aspek penting dalam menunjang kegiatan pasca produksi perkebunan, diharapkan dengan melakukan kegiatan diversifikasi horizontal dapat menaikan nilai tambah dari komoditas Jarak. Komoditas Jarak adalah salah satu komoditas yang ke depannya diproyeksikan akan menjadi komoditas unggulan di Provinsi Jawa Tengah, untuk pemasarannya sudah ada perusahaan penampung yang digunakan untuk mensubstitusi kebutuhan bahan bakar intern, seperti PT. Pura di Kudus. Komoditas Teh sebagai salah satu komoditas unggulan di Provinsi Jawa Tengah pemanfaatannya sudah sangat beragam. Banyak bagian dari komoditas Teh yang dapat dimanfaatkan, sehingga pemasarannya juga mudah, dan komoditas teh sendiri sudah mencapai tingkatan ekspor. Permasalahan yang mengemuka pada pemasaran teh adalah pemasaran di tingkat internasional, yaitu adanya ketergantungan pada situasi politik dan budaya dari negera konsumen dan negara konsumen untuk teh dari Indonesia hanya 4 negara yaitu: Inggris, Ex USSR (pecahan Rusia dan Uni Soviet), Pakistan dan Amerika Serikat. Berangkat dari hal tersebut maka diperlukan usaha penggalian terhadap konsumen teh di taraf Internasional untuk membuka angin segar kembali pada produksi komoditas Teh. Selain itu
Untukmu Jawa Tengahku
Optimalisasi Pemberdayaan Masyarakat Guna Mewujudkan Kedaulatan Pangan Perkebunan

91

perlu diupayakan pemasaran dalam negeri dengan menjalin kerjasama dengan Pabrik-pabrik teh di Indonesia maupun pengusaha-pengusaha teh di dunia. Dalam kaitannya dengan aspek pemasaran diperlukan peningkatan standar mutu untuk komoditas teh sehingga dapat bersaing dengan teh dari negara produsen yang lain.

92

Untukmu Jawa Tengahku


Optimalisasi Pemberdayaan Masyarakat Guna Mewujudkan Kedaulatan Pangan Perkebunan

BAGIAN

RENCANA STRATEGIS (RENSTRA)


DINAS PERKEBUNAN PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN 2013 S/D 2018

Dalam melaksanakan pembangunan sub sektor perkebunan, Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Tengah menyusun dan meng imple mentasikan rencana strategis, yang terbagi ke dalam unit-unit kerja, meliputi : Sekretariat, Bidang Sarana dan Prasarana, Bidang Produksi Perkebunan, Bidang Usaha Perkebunan, Bidang Pengolahan Hasil Perkebunan, Balai Perbenihan dan Kebun Produksi, Balai Proteksi Tanaman Perkebunan, serta Balai Alat Mesin dan Pengujian Mutu Hasil Perkebunan. Keseluruhan unit kerja ini berada di bawah dan bertanggungjawab kepada Kepala Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Tengah. Unit kerja yang ada di Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Tengah, secara operasional dirinci ke dalam penjabaran tugas pokok, fungsi dan tata kerja sesuai dengan Peraturan Gubernur Jawa Tengah Nomor 79 tahun 2008 yang disempurnakan dalam Pergub nomor 85 tahun 2011, dapat dijelaskan sebagai berikut:
Untukmu Jawa Tengahku
Optimalisasi Pemberdayaan Masyarakat Guna Mewujudkan Kedaulatan Pangan Perkebunan

93

1. Kepala Dinas Kepala Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Tengah memim pin pelaksanaan tugas pokok yakni urusan pemerin tahan daerah bidang perkebunan, berdasarkan asas oto nomi daerah dan tugas pembantuan. Fungsi Kepala Di nas Perke bunan antara lain memimpin pelaksanaan tugas perumusan kebijakan teknis bidang perkebunan, penyelenggaraan urusan pemerintahan dan pelayanan umum bidang perkebunan, pembinaan dan fasilitasi bidang perkebunan lingkup provinsi dan kabupaten/ ko ta, pelaksanaan tugas bidang sarana dan prasarana, pro duksi perkebunan, usaha perkebunan, pengolahan hasil perkebunan, pemantauan, evaluasi dan pela poran bidang perkebunan, pelaksanaan kesekretariatan dinas, pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Gubernur sesuai dengan tugas dan fungsinya. 2. Sekretariat Sekretariat mempunyai tugas pokok melaksanakan penyiapan perumusan kebijakan teknis, pembinaan, pengkoordinasian, penyelenggaraan tugas secara terpadu, pelayanan administrasi dan pelaksanaan di bidang pro gram, keuangan, umum dan kepegawaian. Untuk menyelenggarakan tugas pokok, Sekretariat mempunyai fungsi : a. Penyiapan bahan perumusan kebijakan teknis, pem binaan, pengkoordinasian, penyelenggaraan tugas secara terpadu, pelayanan administrasi dan
94 Untukmu Jawa Tengahku
Optimalisasi Pemberdayaan Masyarakat Guna Mewujudkan Kedaulatan Pangan Perkebunan

pelaksanaan di bidang program; b. Penyiapan bahan perumusan kebijakan teknis, pembinaan, pengkoordinasian penyelenggaraan tugas secara terpadu, pelayanan administrasi dan pelaksanaan di bidang keuangan; c. Menyiapkan bahan perumusan kebijakan teknis, pembinaan, pengkoordinasian penyelenggaraan tugas secara terpadu, pelayanan administrasi, dan pelaksanaan di bidang umum dan kepegawaian; d. Pelaksanakan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Dinas sesuai dengan tugas dan fungsinya. 3. Bidang Sarana dan Prasarana Bidang Sarana dan Prasarana mempunyai tugas pokok melaksanakan penyiapan perumusan kebijakan teknis, pembinaan dan pelaksanaan di bidang sarana produksi, prasarana, pengolahan lahan, air dan konservasi. Untuk menyelenggarakan tugas pokok, Bidang Sarana dan Prasarana mempunyai fungsi : a. Penyiapan bahan perumusan kebijakan teknis, pembinaan, dan pelaksanaan di bidang sarana produksi; b. Penyiapan bahan perumusan kebijakan teknis, pembinaan, dan pelaksanaan dibidang prasarana, pengolahan lahan, air dan konservasi; c. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Dinas sesuai dengan tugas dan fungsinya.
Untukmu Jawa Tengahku
Optimalisasi Pemberdayaan Masyarakat Guna Mewujudkan Kedaulatan Pangan Perkebunan

95

4. Bidang Produksi Perkebunan Bidang Produksi Perkebunan mempunyai tugas pokok melaksanakan penyiapan perumusan kebijakan teknis, pembinaan dan pelaksanaan di bidang teknologi benih, teknis budidaya dan perlindungan. Untuk menyelenggarakan tugas pokok, Bidang Produksi Perkebunan mempunyai fungsi : a. Penyiapan bahan perumusan kebijakan teknis, pembinaan dan pelaksanaan di bidang teknologi benih; b. Penyiapan bahan perumusan kebijakan teknis, pembinaan dan pelaksanaan di bidang teknis budidaya; c. Penyiapan bahan perumusan kebijakan teknis, pembinaan dan pelaksanaan di bidang perlindungan; d. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Dinas sesuai dengan tugas dan fungsinya. 5. Bidang Usaha Perkebunan Bidang Usaha Perkebunan mempunyai tugas pokok melaksanakan penyiapan perumusan kebijakan teknis, pembinaan dan pelaksanaan di bidang pembiayaan, investasi, pengembangan usaha, pengembangan sumber daya manusia, kelembagaan dan kemitraan. Untuk menyelenggarakan tugas pokok, Bidang Usaha Perkebunan mempunyai fungsi : a. Penyiapan bahan perumusan kebijakan teknis,
96 Untukmu Jawa Tengahku
Optimalisasi Pemberdayaan Masyarakat Guna Mewujudkan Kedaulatan Pangan Perkebunan

pembinaan dan pelaksanaan di bidang pembeayaan, investasi dan pengembangan usaha; b. Penyiapan bahan perumusan kebijakan teknis, pem binaan dan pelaksanaan di bidang pengembangan sumber daya manusia, kelembagaan dan kemitraan; c. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Dinas sesuai dengan tugas dan fungsinya. 6. Bidang Pengolahan Hasil Perkebunan Bidang Pengolahan Hasil Perkebunan mempunyai tugas pokok melaksanakan penyiapan perumusan kebijakan teknis, pembinaan dan pelaksanaan di bidang panen, pasca panen dan pengolahan, pengembangan mutu hasil dan pemasaran. Untuk menyelenggarakan tugas pokok, Bidang Peng olahan Hasil Perkebunan mempunyai fungsi : a. Penyiapan bahan perumusan kebijakan teknis, pem binaan dan pelaksanaan di bidang panen, pasca panen dan pengolahan; b. Penyiapan bahan perumusan kebijakan teknis, pembinaan dan pelaksanaan di bidang pengembangan mutu hasil dan pemasaran; c. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Dinas sesuai dengan tugas dan fungsinya. 7. Balai Perbenihan dan Kebun Produksi Balai Perbenihan dan Kebun Produksi mempunyai
Untukmu Jawa Tengahku
Optimalisasi Pemberdayaan Masyarakat Guna Mewujudkan Kedaulatan Pangan Perkebunan

97

tugas pokok melaksanakan sebagian kegiatan teknis operasional dan/atau kegiatan teknis penunjang Dinas di bidang perbenihan dan kebun produksi. Untuk melaksanakan tugas pokok, Balai Perbenihan dan Kebun Produksi mempunyai fungsi : a. Penyusunan rencana teknis operasional pengawasan dan sertifikasi benih serta pengelolaan kebun produksi; b. Pelaksanaan kebijakan teknis operasional pengawasan dan sertifikasi benih serta pengelolaan kebun produksi; c. Pemantauan, evaluasi dan pelaporan bidang perbenihan dan kebun produksi; d. Pengelolaan ketatausahaan; e. Pelaksaaan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Dinas sesuai dengan tugas dan fungsinya. 8. Balai Proteksi Tanaman Perkebunan Balai Proteksi Tanaman Perkebunan mempunyai tugas pokok melaksanakan sebagian kegiatan teknis operasional dan atau kegiatan teknis penunjang Dinas di bidang proteksi tanaman perkebunan. Untuk menyelenggarakan tugas pokok, Balai Proteksi Tanaman Perkebunan mempunyai fungsi : a. Penyusunan rencana teknis operasional penanggulangan hama dan penyakit, serta pengembangan proteksi tanaman perkebunan;
98 Untukmu Jawa Tengahku
Optimalisasi Pemberdayaan Masyarakat Guna Mewujudkan Kedaulatan Pangan Perkebunan

b. Pelaksanaan kebijakan teknis operasional penanggulangan hama dan penyakit serta pengembangan proteksi tanaman perkebunan; c. Pemantauan, evaluasi dan pelaporan bidang proteksi tanaman perkebunan; d. Pengelolaan ketatausahaan; e. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Dinas sesuai dengan tugas dan fungsinya. 9. Balai Alat Mesin dan Pengujian Mutu Hasil Perkebunan Balai Alat Mesin dan Pengujian Mutu Hasil Perkebunan mempunyai tugas pokok melaksanakan sebagian kegiatan teknis operasional dan/atau kegiatan teknis penunjang Dinas di bidang alat mesin dan pengujian mutu hasil perkebunan. Untuk melaksanakan tugas pokok, Balai Alat Mesin dan Pengujian Mutu Hasil Perkebunan mempunyai fungsi : a. Penyusunan rencana teknis operasional pengelolaan alat mesin perkebunan dan pengujian mutu hasil perkebunan; b. Pelaksanaan Kebijakan teknis operasional pengelolaan alat mesin perkebunan dan pengujian mutu hasil perkebunan; c. Pemantauan, monitoring, evaluasi dan pelaporan bidang alat mesin dan pengujian mutu hasil perkebunan;
Untukmu Jawa Tengahku
Optimalisasi Pemberdayaan Masyarakat Guna Mewujudkan Kedaulatan Pangan Perkebunan

99

d. Pengelolaan ketatausahaan; e. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Dinas sesuai tugas dan fungsinya. 10. Kelompok Jabatan Fungsional Kelompok Jabatan fungsional mempunyai tugas sesuai dengan jabatan fungsional masing-masing berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Keseluruhan unit kerja tersebut, secara struktural dapat digambarkan dalam bagan struktur organissi Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Tengah sebagai berikut :

100

Untukmu Jawa Tengahku


Optimalisasi Pemberdayaan Masyarakat Guna Mewujudkan Kedaulatan Pangan Perkebunan

STRUKTUR ORGANISASI DINAS PERKEBUNAN PROVINSI JAWA TENGAH


KEPALA DINAS SEKRETARIS SB. UMUM & KEPEG
BIDANG SARPRAS BIDANG PRODUKSI
BIDANG USAHA PERKEBUNAN

SB. PROG

SB. KEU

BIDANG PHP SEKSI PEMASARAN SEKSI PASC. PANEN & PENGOLAHAN

SEKSI SAR.PROD SEKSI DAN & AIR

SEKSI TEK. BEN SEKSI TEK. BUD SEKSI PERLID

SEKSI PEMB. USH SEKSI PENGEMB SUMBER DAYA & KELEMBAGAAN

BALAI PKP KELP. JABATAN FUNGSIONAL

BPT. BUN

BALAI ALSIN & PMH BUN

Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Tengah menempati gedung berlantai 5 beralamat kantor di komplek Tarubudaya Ungaran, UPT Balai Perbenihan dan Kebun Produksi, Balai Proteksi Tanaman Perkebunan menempati masing-masing gedung di Salatiga dan 32 Kebun Dinas di 16 Kabupaten/ Kota di Jawa Tengah seluas 368 ha serta kebun koleksi seluas 4 ha. Balai Alat Mesin dan Pengujian Mutu Hasil Perkebunan
Untukmu Jawa Tengahku
Optimalisasi Pemberdayaan Masyarakat Guna Mewujudkan Kedaulatan Pangan Perkebunan

101

menempati bengkel peralatan mesin perkebunan di Surakarta. Berdasarkan jenis, peruntukan atau fungsi bangunan dan atau gedung secara rinci sebagai berikut :
No 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. Sarana dan prasarana Kantor Dinas, Balai dan Kebun Dinas Laboratorium Bengkel Aula Gedung Pertemuan Asrama/ Mes Rumah Dinas Lapangan Tenis Tempat Ibadah/Masjid Green House Balai Penyuluhan Rumah Jaga Kebun Dinas 36 6 1 4 2 2 (kapasitas 120 orang) 22 1 (dua ban) 3 2 2 20 Jumlah (unit)

Ruang Display, Perpustakaan, Kantin, 7 Toko Koperasi, Gedung Parkir, dll Jumlah 108

OPTIMALISASI SUMBER DAYA MANUSIA Sumberdaya manusia merupakan modal sekaligus pelaku utama dalam setiap aktivitas pembangunan. Ketersediaan sumber daya manusia yang ada di Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Tengah terakomodasi ke dalam berbagai tugas yang tuntas sesuai kebutuhan stategis dinas perkebunan. Dari
102 Untukmu Jawa Tengahku
Optimalisasi Pemberdayaan Masyarakat Guna Mewujudkan Kedaulatan Pangan Perkebunan

sisi kuantitatif jumlah tenaga (pegawai) yang ada hingga saat ini (tahun 2013) sebanyak 235 orang masing masing terbagi ke dalam golongan, tingkat pendidikan, jenis kelamin dan jabatan sebagaimana tertera di tabel berikut : Jumlah/Komposisi Pegawai Berdasarkan Golongan Dan Unit Kerja Sebagaimana Tercantum pada Tabel di Bawah Ini
No 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. Unit Kerja Kepala Dinas Sekretariat Bidang Sarana Prasarana Bidang Produksi Perkebunan Bidang Usaha Perkebunan Bidang Pengolahan Hasil Perkebunan Balai Perbenihan dan Kebun Produksi Balai Proteksi Tanaman Perkebunan Balai Alat Mesin Pengujian Mutu Hasil Jumlah 18 14 4 29 4 7 6 3 26 12 9 96 43 7 6 6 4 19 9 6 98 Golongan (orang) I II III IV 1 2 1 2 2 2 2 1 1 14 2 9 6 1 Honor Jumlah (orang) 1 79 12 15 14 9 61 20 18 235

Untukmu Jawa Tengahku


Optimalisasi Pemberdayaan Masyarakat Guna Mewujudkan Kedaulatan Pangan Perkebunan

103

Panen Tebu

Jumlah/Komposisi Pegawai Berdasarkan Jenjang Pendidikan Formal pada Masing-masing Unit Kerja
No 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. Unit Kerja Kepala Dinas Sekretariat Bidang Sarana Prasarana Bidang Produksi Perkebunan Bidang Usaha Perkebunan Bidang Pengolahan Hasil Balai Perbenihan Kebun Produksi Balai Proteksi Tanaman Balai Alat Mesin Pengujian Mutu Hasil Jumlah 2 21 7 19 1 3 3 54 3 3 8 2 26 9 7 112 2 18 2 4 5 2 3 13 5 5 3 2 9 7 3 48 Pendidikan SD SMP SMA D3 SI S2 1 3 2 2 3 3 2 1 2 20 Jumlah (orang) 1 78 12 15 14 14 61 20 16 226

104

Untukmu Jawa Tengahku


Optimalisasi Pemberdayaan Masyarakat Guna Mewujudkan Kedaulatan Pangan Perkebunan

Jumlah/Komposisi Pegawai Berdasarkan Jenis Kelamin pada Masing-masing Unit Kerja


No 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. Kepala Dinas Sekretariat Bidang Sarana Prasarana Bidang Produksi Perkebunan Bidang Usaha Perkebunan Bidang Pengolahan Hasil Perkebunan Balai Perbenihan Kebun Produksi Balai Proteksi Tanaman Perkebunan Balai Alat Mesin Pengujian Mutu Hasil Jumlah Unit Kerja Jenis Kelamin Laki-laki 1 41 11 12 10 7 57 18 13 170 37 1 3 4 2 4 2 3 56 Wanita Jumlah (orang) 1 78 12 15 14 9 61 20 16 226

Jumlah/Komposisi Pegawai Berdasarkan Jabatan/ Fungsional pada Masing-masing Unit Kerja


Jabatan No Unit Kerja Struktural Fungsional Khusus Fungsional Umum Honor Jumlah (orang)

1. 2. 3. 4. 5. 6. 7.

Kepala Dinas Sekretariat Bidang Sarana Prasarana Bidang Produksi Perkebunan Bidang Usaha Perkebunan Bidang Pengolahan Hasil Perkebunan Balai Perbenihan Kebun Produksi

1 4 3 3 3 3 4

74 9 12 11 6 56

1 6

1 79 12 15 14 9 62

Untukmu Jawa Tengahku


Optimalisasi Pemberdayaan Masyarakat Guna Mewujudkan Kedaulatan Pangan Perkebunan

105

Jabatan No Unit Kerja Struktural Fungsional Khusus Fungsional Umum Honor

Jumlah (orang)

9.

Balai Alat Mesin Pengujian Mutu Hasil

12

18

10. Tenaga Kontrak Pendamping (TKP) 11. Pembantu Lapang PetugasTenaga Kontrak Pendamping (PLP-TKP) Jumlah

43

43

131

131

29

193

183

409

STRATEGI DAN KEBIJAKAN PENGEMBANGAN Setiap pelaksanaan pembangunan di bidang perkebunan diperlukan upaya khusus dan langkah terobosan untuk men da patkan hasil yang ekstra optimal, antara lain dengan menetapkan komoditas unggulan kompetitif dan metode yang spesifik. Dalam konteks ini Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Tengah menetapkan strategi dan kebijakan pengembangan komoditas yang terbagi ke dalam kelompok/ rumpun komoditas tanaman semusim, komoditas tanaman rempah dan penyegar serta komoditas tanaman tahunan, sebagai berikut :

106

Untukmu Jawa Tengahku


Optimalisasi Pemberdayaan Masyarakat Guna Mewujudkan Kedaulatan Pangan Perkebunan

1. Tanaman Semusim Tumbuhan semusim atau tanaman semusim merupa kan istilah agrobotani bagi tumbuhan yang dapat dipanen hasilnya dalam satu musim tanam. Dalam pengertian botani, pengertiannya agak diperlonggar menjadi tumbuh an yang menyelesaikan seluruh siklus hidupnya dalam rentang setahun. Istilah dalam bahasa Inggris, annual plant, menunjukkan bahwa yang dimaksud "satu musim" adalah satu tahap dalam setahun. Adapun jenis tanaman semusim adalah sebagai berikut : a. Komoditas Tebu Industri gula nasional saat ini dalam kondisi memprihatinkan. Dalam sepuluh tahun terakhir tingkat produktivitas hablur, maupun rendemen secara total produksi yang dihasilkan rata-rata menurun masing-masing sebesar 2,8% dan 2,5% serta 2,6% per tahun. Kondisi tersebut semakin diper berat dengan membanjirnya gula impor dan rendahnya harga gula di pasar internasional yang terbentuk sebagai akibat proteksi yang dilakukan oleh negara-negara produsen dengan terjadinya ketidakseimbangan antara supply dan demand du nia, di mana laju pertumbuhan konsumsi gula dunia sebesar 2,4% per tahun lebih lambat dibanding laju pertumbuhan produksi yang mencapai 2,51% sehingga terjadi surplus. Ditinjau dari
Untukmu Jawa Tengahku
Optimalisasi Pemberdayaan Masyarakat Guna Mewujudkan Kedaulatan Pangan Perkebunan

107

tingkat konsumsi dunia, Indonesia telah masuk dalam sepuluh besar negara konsumen gula dunia, di mana secara tradisional konsumen terbesar masih dikuasai oleh negara-negara seperti India, Amerika Serikat, Brazilia, China, serta negaranegara Eropa Timur lainnya yang mengambil lebih dari 50% konsumsi gula dunia. Sedangkan dari sisi produksi, Asia masih memegang peranan penting terutama India dan Thailand dengan kontribusi produksinya masing-masing mencapai 21,38% dan 5,23%, selain negara di luar Asia seperti Brazilia yang kontribusinya terhadap produksi gula dunia mencapai 21% lebih. Perubahan mendasar dalam sistem pergulaan nasional melalui Inpres nomor 9 tahun 1975 selama lebih dari dua dasawarsa, dalam perjalanannya ternyata telah tumbuh menjadi birokrasi yang ketat dengan makin luasnya campur tangan pemerintah, yang akhirnya berdampak terhadap ketidakmandirian produsen gula. Faktor-faktor produksi menjadi ter pencar, pengelolaan on farm dan off farm tidak lagi berada dalam satu tangan, menurunnya dukungan dan kawalan teknologi terapan dari institusi riset dan pengembangan, serta makin rendahnya kualitas / mutu penerapan baku teknis budidaya tebu, termasuk faktor lainnya yang mempengaruhi pengembangan manajemen
108 Untukmu Jawa Tengahku
Optimalisasi Pemberdayaan Masyarakat Guna Mewujudkan Kedaulatan Pangan Perkebunan

per gulaan nasional, kesemuanya itu seakan meru pa kan sarana, sekaligus pemanjaan yang membiarkan berlangsungnya inefficiency; sehingga menjadikan ketidaksiapan dalam meng ha dapi perubahan lingkungan strategis yang terja di pada saat liberalisasi pergulaan mulai diterapkan di awal tahun 1998. Indonesia masuk dalam sepuluh besar negara pengkonsumsi gula terbesar didunia, sehingga hal ini memberikan peluang kepada petani tebu khu susnya di Jawa Tengah untuk meningkatkan produksinya. Komoditas tebu merupakan komoditas unggulan di Jawa Tengah, tetapi komoditas tersebut tidak bisa mencapai tingkat ekspor. Hal ini karena pemanfaatan komoditas tebu sela ma ini hanya dapat dilakukan oleh beberapa kelompok yang menguasai modal saja sehingga para petani sebagai kelompok mayoritas kurang dapat memetik keuntungan yang lebih besar dari komoditas tebu karena kurang adanya pe ngetahuan mengenai pemanfaatan tebu dan kalaupun ada tidak mempunyai modal cukup dan kurang menguasai pemasaran. Terkait dengan target swasembada gula tahun 2013, Dinas Perkebunan Jawa Tengah melakukan langkah langkah terobosan yang dilaksanakan sampai dengan pertengahan tahun 2013, antara lain;
Untukmu Jawa Tengahku
Optimalisasi Pemberdayaan Masyarakat Guna Mewujudkan Kedaulatan Pangan Perkebunan

109

- Dukungan regulasi. - Revitalisasi Pabrik Gula, untuk PTPN IX di Sragi. - Pembangunan Pabrik Gula baru, yaitu PG Blora oleh PT. Gendhis Multi Manis. - Ekstensifikasi seluas 4.960 ha. - Pembangunan KBD kultur jaringan seluas 590 ha. - Pembangunan KBD konvensional seluas 150 ha. - Demplot instensifikasi tanaman seluas 877 ha. - Penyediaan bibit dengan sistem Bud Chip. - Pelaksanaan pengembangan tebu dengan Tera Mitra KSO (tebu rakyat kemitraan kerjasama operasional) oleh PTPN IX (persero). - Pengadaan traktor 63 unit. - Pengadaan alat pengairan 160 unit. - Demplot tebu ternak 2 paket. - Pelatihan petani tebu se Jawa Tengah . - Penyediaan pupuk bersubdisi Phonska, dan ZA. - Pengendalian hama dan penyakit tanaman tebu. - Pemberdayaan kelembagaan APTR dan KPTR. - Pendampingan oleh tim teknis Provinsi, tim teknis Kabupaten dan TKP serta PLP-TKP sejumlah 174 orang (TKP 45 orang dan PLP 129 orang). - Bantuan alat untuk pengelolaan tebu (alat tebang tebu 96 unit, APPO 57 unit, perangkat uji tanah kering 58 unit).
110 Untukmu Jawa Tengahku
Optimalisasi Pemberdayaan Masyarakat Guna Mewujudkan Kedaulatan Pangan Perkebunan

- Pengadaan peralatan untuk PG ( HGC 5 unit, LGC 5 unit, ARI 5 unit, Baggase Dryer 2 unit, Gear Box 1 unit dan Moisture Analizer 2 unit). Realisasi Komoditas Tebu Musim Giling Mei s/d Oktober tahun 2013
Tebu Luas areal (ha) Produksi tebu (Ton) Produksi gula (Ton) Rendemen (%) Target 69.863,94 4.817.416,50 379.316,63 7,87 Realisasi s/d Oktober 69.953,73 4.916.298,68 331.489,68 6,74 % 100,13 102,05 87,28 85,63

Selama ini Permasalahan yang dihadapi : Kecenderungan terus menurunnya produktivitas hablur maupun rendemen rata-rata 2,8% dan 2,5% per tahun selama 10 tahun terakhir ini membawa implikasi terhadap semakin menurunnya hasil usaha tani tebu, sehingga makin menurunkan daya kompetitifnya terhadap komoditas lainnya. Semakin rendahnya tingkat efisiensi kinerja industri gula nasional, yang diindikasikan oleh tingginya biaya / harga pokok produk rata-rata dibandingkan harga dunia Terjadinya pergeseran struktur sistem produksi tebu, yaitu semakin meluasnya tanaman tebu lahan kering dan semakin berkembangnya sisUntukmu Jawa Tengahku
Optimalisasi Pemberdayaan Masyarakat Guna Mewujudkan Kedaulatan Pangan Perkebunan

111

tem keprasan (ratoon), jika pada tahun 1989 proporsi lahan tebu tegalan / kering hanya 38,3% dengan 52,8% keprasan, maka tahun 1999 telah meningkat menjadi 74,7% dan 69,3%, yang membawa implikasi terhadap tingkat produktivitas rata-rata yang dicapai Laju pertumbuhan konsumsi gula dunia sebesar 2,40% per tahun lebih lambat dibandingkan laju pertumbuhan produksi gula dunia sebesar 2,51% sehingga dengan sendirinya menyebabkan adanya surplus produksi.

Sedangkan peluangnya antara lain : Ketersediaan sumber daya alam, yaitu lahan termasuk kesesuaian kondisi agriklimat. Tersedianya lahan potensial dan berkelayakan teknis khususnya lahan tegalan / kering di luar Jawa ( 290 ribu ha) ditambah dengan existing area 260 ribu ha merupakan peluang kepastian supporting material bagi pabrik gula Tersedianya kelembagaan / institusi penelitian khususnya gula (P3GI) ditambah dukungan unit-unit riset dan pengembangan teknologi di pabrik-pabrik gula merupakan potensi pemasok rakitan teknologi Permintaan pasar khususnya dalam negeri yang tetap terbuka sejalan dengan laju peningkatan
112 Untukmu Jawa Tengahku
Optimalisasi Pemberdayaan Masyarakat Guna Mewujudkan Kedaulatan Pangan Perkebunan

konsumsi per kapita yang telah mendekati 12 kg/kapita/thn pada 2-3 tahun terakhir ini. Untuk tantangan kedepan meliputi : Rendahnya efisiensi penggunaan sumber daya alam (lahan) terutama di Jawa disebabkan areal yang sempit, terpencar dan banyaknya kepemilikan lahan yang menyulitkan penerapan teknologi budidaya Kesulitan perolehan areal terutama dalam proses pembebasannya untuk industri gula dalam skala ekonomi (+ 30.000 ha) dalam satu hamparan khususnya di luar Jawa Manajemen usaha tani tebu masih perlu pembenahan secara menyeluruh mengarah pada one of production Diperkirakan pasar gula internasional akan kembali membaik dengan kecenderungan harga yang meningkat dari harga 8 cent/lb pada tahun 2001 menjadi 8,5 cent/lb pada tahun 2008. Prospek membaiknya pasar gula internasional tersebut, membuka peluang bagi pergulaan nasional untuk meningkatkan efisiensi dan produktivitasnya Tersedianya potensi pengembangan industri gula nabati selain tebu sebagai alternatif subtitusi gula pasir.
Untukmu Jawa Tengahku
Optimalisasi Pemberdayaan Masyarakat Guna Mewujudkan Kedaulatan Pangan Perkebunan

113

Strategi pengembangan yang ditempuh pada dasarnya disiapkan secara bertahap dalam horison waktu jangka pendek, yaitu memfokuskan pada upaya pencegahan eksisting industri dari kebangkrutan total, jangka menengah dengan meningkatkan efisiensi industri serta dalam horizon waktu jangka panjang yang difokuskan pada upaya penggalian potensi pengembangan industri gula dalam negeri ke arah wujud sugarbase industries yang tangguh. Untuk Kebijakan Pengembangan, yaitu : Kebijakan yang ditempuh adalah pada prinsipnya melalui program revitalisasi industri pergulaan nasional dengan konsep kebijakan restrukturisasi, rasionalisasi, dan re-engineering yang dilaksanakan melalui tahapan-tahapan penyelamatan industri gula, dan tahapan pemantapan yang disiapkan hingga 10 tahun mendatang Dalam operasionalisasinya agar didukung oleh (1) penyediaan agroinput melalui kegiatan revitalisasi kebun bibit, mengintensifkan jaringan kerja dengan lembaga-lembaga penelitian dan perguruan tinggi, penyempurnaan pola pendistribusian pupuk melalui kemitraan (2) penyediaan rakitan teknologi lokal spesifik
114 Untukmu Jawa Tengahku
Optimalisasi Pemberdayaan Masyarakat Guna Mewujudkan Kedaulatan Pangan Perkebunan

dan (3) peningkatan motivasi petani dan aparat melalui perbaikan pelayanan serta mengintensifkan pembinaan dan penyuluhan. Secara kuantitatif, sasaran yang akan dicapai 10 tahun mendatang adalah sebagai berikut: Areal pengembangan tebu di Jawa diupayakan mencapai 246.243 ha, sedangkan di luar Jawa diproyeksikan seluas 188.157 ha dengan memasukkan kemungkinan adanya penambahan 5 (lima) pabrik gula baru sehingga total perkiraan areal mencapai 434.400 ha. Perkiraan produksi gula untuk di Jawa mencapai 1.007.487 ton, ditambah dengan luar Jawa sebesar 1.717.472 ton sehingga total produksi gula nasional tahun 2025 diperkirakan mencapai 2.814.959 ton. b. Komoditas Tembakau Tembakau dan Industri Hasil Tembakau (IHT) memiliki peran strategis dalam perekonomian nasional dan regional karena merupakan sumber pendapatan utama bagi petani pada beberapa daerah spesifik dan juga sebagai penghasil devisa pada tahun 1998 senilai US $ 212,2 juta serta cukai yang besar, pada tahun 1999 sebesar Rp 10,16 triliun. Di sisi lain dari aspek sosial, tembakau dan
Untukmu Jawa Tengahku
Optimalisasi Pemberdayaan Masyarakat Guna Mewujudkan Kedaulatan Pangan Perkebunan

115

IHT telah mampu menyumbangkan penanganan masalah ketenagakerjaan nasional, menurut GAPPRI tahun 1999 tenaga kerja yang terkait sebesar 6,4 juta orang atau sekitar 21 juta petani dan keluarganya. Perkembangan supply dan demand tembakau, terlihat bahwa produksi dalam negeri masih belum mencukupi kebutuhan pabrik rokok, untuk memenuhi kekurangan bahan baku, pabrik rokok melakukan impor, rata-rata impor selama lima tahun untuk tembakau Virginia sebesar 26.042 ton dan tembakau lainnya sebesar 13.336 ton. Di samping mengimpor, Indonesia juga mengekspor terutama tembakau krosok untuk cerutu dan ekspor rokok, sebanyak 66.767 ton dengan nilai US $ 212,2 juta. Dalam perdagangan internasional Indonesia merupakan produsen sigaret ke 5 (lima), tahun 1997 sebesar 224,7 milyar batang atau 4% produksi total dunia, selain itu juga merupakan eksportir sigaret ke 6 (enam) terbesar di dunia, yaitu sebesar 23,0 milyar batang atau 2,3% total ekspor dunia. Pembinaan petani tembakau dilakukan oleh pengelola (pabrik rokok dan eksportir) bersama Dinas Perkebunan setempat. Untuk tembakau Virginia, Vorstenlanden, dan Besuki NO, kemitraan antara petani dan perusahaan pengelola sudah
116 Untukmu Jawa Tengahku
Optimalisasi Pemberdayaan Masyarakat Guna Mewujudkan Kedaulatan Pangan Perkebunan

Panen Tembakau

berjalan cukup baik. Sedangkan pada tembakau rakyat/rajangan ada yang sudah berjalan cukup baik dan ada pula yang masih terbatas pada penampungan hasil saja. Pabrik rokok dan eksportir yang terlibat secara aktif atau berperan sebagai penampung hasil berjumlah 32 perusahaan / pabrik rokok. Pembiayaan usaha tani tembakau bersumber dari dana perbankan dengan bunga komersial, swadaya pengelola dan swadaya petani. Perkembangan produksi di Jawa Tengah diharap kan mengacu pada kebijakan pengembangan areal nasional. Jawa Tengah merupakan daerah
Untukmu Jawa Tengahku
Optimalisasi Pemberdayaan Masyarakat Guna Mewujudkan Kedaulatan Pangan Perkebunan

117

penghasil tembakau nomor 2 setelah Jawa Timur, mencapai 22% dari total produksi di Indonesia. Jenis tembakau yang dikenal di Jawa Tengah antara lain tembakau Temanggung, Muntilan, Weleri, Boyolali, dan Mranggen. Tanaman tembakau diusahakan di 20 Kabupaten. Namun sentra produksi tembakau berada di Kabupaten Tamanggung, Wonosobo, Kendal, Demak, Grobogan, Magelang dan Boyolali. Luas areal tembakau tahun 2012 mencapai 49.883,64 ha dengan produksi 36.747,50 ton dan produktivitas 768 kg/ha, menurun dibanding tahun 2011, sebesar 828 kg/ha. Hal ini disebabkan dari iklim/cuaca yang kurang bersahabat untuk pengembangan tembakau, yaitu banyaknya curah hujan pada musim panen. Agar produksi tembakau dapat terjual, maka pengembangan tanaman harus disesuaikan dengan kebutuhan pabrik rokok, baik kuantitas maupun kualitasnya. Sesuai SE Gubernur nomor : 180/007204 tentang pengendalian areal tembakau di Jawa Tengah tahun 2013 telah ditetapkan seluas 35.000 ha dengan produksi tambahan 37.100 ton. Diharapkan para petani dan pemangku kepentingan dapat mengacu Surat Edaran Gubernur tersebut, sehingga tidak terjadi over produksi yang akan berakibat pada menurunnya harga jual tembakau.
118 Untukmu Jawa Tengahku
Optimalisasi Pemberdayaan Masyarakat Guna Mewujudkan Kedaulatan Pangan Perkebunan

Usaha tani tembakau masih kurang efisien mengingat beberapa permasalahan seperti: Rendahnya produktivitas, terutama jenis tem bakau rakyat yaitu 6-7 ku/ha bila dibanding dari potensi yang dapat dicapai 9-10 ku/ha. Penerapan Sapta Usaha Tani belum sepenuhnya dilakukan oleh petani tembakau rakyat, khususnya yang belum terbina, terutama dalam pengolahan tanah, pemakaian benih bermutu dan pemupukan. Hasil penelitian kurang terinformasi kepada para petani karena kurangnya tenaga lapangan. Kebutuhan tembakau untuk jenis tertentu (tem bakau Temanggung dan Virginia) belum dapat terpenuhi, sehingga dipenuhi dari jenis yang mempunyai karakteristik hampir sama dan impor. Regulasi pemerintah yang frekuentif dan selalu berubah-ubah menyebabkan ketidakpastian berusaha bagi pabrik rokok/ pengelola. Beberapa peluang yang ada dalam penanganan pertembakauan yaitu ; Rendahnya produktivitas nasional, terutama tembakau rakyat dari potensi yang dapat dicapai, maka deviasi produktivitas tersebut merupakan peluang peningkatan produksi dan produktivitas
Untukmu Jawa Tengahku
Optimalisasi Pemberdayaan Masyarakat Guna Mewujudkan Kedaulatan Pangan Perkebunan

119

Penelitian telah banyak dilakukan (budidaya spesifik lokasi, pengolahan dan mutu), namun tenaga lapangan sebagai penyuluh semakin berkurang karena berubahnya fungsi UPP yang menangani semua komoditas Tersedianya areal yang cocok dan potensial di NTB, Bali, Jatim dan Sulsel merupakan peluang ba gi peningkatan produksi tembakau Virginia da lam upaya mengurangi impor. Sedangkan ke ku rangan tembakau jenis Temanggung da pat dipenuhi dengan meningkatkan produktivitasnya Beberapa pabrik rokok/pengelola telah berhasil baik dalam melakukan kemitraan dengan petani tembakau, sehingga perlu ditularkan pada para pabrik rokok / pengelola lainnya. Beberapa tantangan yang dihadapi dalam pena nganan pertembakauan nasional meliputi : Skala usaha tani umumnya relatif rendah, ter utama di Jawa Tengah. Hal ini merupakan tantangan peningkatan produktivitas, mutu dan keutuhan kemitraan, selain itu hal tersebut mampu memberikan keuntungan yang optimal serta sulitnya penerapan teknologi tepat gu na (Sapta Usaha Tani) dan penumbuhan kelembagaan petani. Regulasi pemerintah yang frekuentif dan selalu
Untukmu Jawa Tengahku
Optimalisasi Pemberdayaan Masyarakat Guna Mewujudkan Kedaulatan Pangan Perkebunan


120

berubah-ubah, seperti penerapan tarif cukai rokok dan dikeluarkannya PP Nomor 81 tahun 1999 serta PP Nomor 38 tahun 2000 tentang pengamanan rokok bagi kesehatan yang menetapkan kandungan tar dan nikotin pada setiap batang rokok tidak boleh melebihi 1,5 mgr dan 20 mgr dengan ketentuan penyesuaian bagi rokok putih paling lambat 2 tahun, sedangkan untuk rokok kretek buatan mesin 7 tahun dan buatan tangan 10 tahun. Kebijakan ini berpengaruh terhadap pertembakauan baik di sektor hulu (petani) maupun sektor hilir (industri rokok) Bertitik tolak dari kondisi, permasalahan, tantang an dan peluang, maka strategi pengembangan tembakau ke depan diarahkan untuk menggerakkan dan memacu usaha tani secara berkelompok dalam satu hamparan atau koperasi melalui peran aktif pengelola/pabrik rokok sebagai mitra usaha yang harmonis. Kemudian Kebijakan Pengembangan, meliputi : Kebijakan Produksi Menyeimbangkan antara supply (produksi) dan demand (kebutuhan). Bagi tembakau yang sudah jenuh pasarnya, pengembangan dibatasi,
Untukmu Jawa Tengahku
Optimalisasi Pemberdayaan Masyarakat Guna Mewujudkan Kedaulatan Pangan Perkebunan

121

sedangkan yang pangsa pasarnya tersedia, pengembangan dipacu agar dapat mengurangi impor. Kebijakan Pengembangan Pengembangan areal diarahkan ke daerah spesifik lokasi yang diminati pabrik rokok dan pasar ekspor, serta diarahkan pada peningkatan produktivitas dan mutu. Kebijakan Teknologi dan SDM Teknologi yang dikembangkan adalah teknologi spesifik lokasi dengan dukungan penelitian yang intensif. Sedangkan SDM diarahkan untuk menguasai dan mampu menerapkan teknologi spesifik tersebut serta mampu mengorganisir diri dalam kelembagaan yang kuat atau koperasi petani. Kebijakan Kelembagaan yang ditekankan pada penumbuhan kemitraan antara petani produsen dengan pabrik rokok. c. Komoditas Nilam Nilam merupakan salah satu komoditas penghasil minyak atsiri sebagai bahan baku untuk kosmetik dan bahan industri lain. Luas lahan nilam di Jawa Tengah 3.373 ha dengan produksi 12.487 ton. Daerah sentra penghasil di Kabupaten Purbalingga, Pemalang, Brebes, Banjarnegara dan Purworejo. Kebijakan pengembangan komoditas nilam antara
122 Untukmu Jawa Tengahku
Optimalisasi Pemberdayaan Masyarakat Guna Mewujudkan Kedaulatan Pangan Perkebunan

Pohon Nilam

lain; (1) disentrakan pa da daerah-daerah tersebut di atas dengan mem per timbangkan ka wasan/ hamparan dan te lah ter se dianya unit unit pengolah nilam; (2) meng gu na kan benih unggul yang bersertifikat, yaitu jenis Lhoksumawe, Sidikalang, dan Tapaktuan yang mempunyai kandungan minyak nilam tinggi. d. Komoditas Wijen Wijen merupakan tanaman penghasil minyak, bahan baku untuk aneka industri dan penghasil minyak makan yang berkadar asam lemak jenuh rendah, sehingga baik untuk kesehatan. Kebutuhan akan Wijen baru dapat dipenuhi 50% sehingga masih ada peluang yang sangat besar untuk pengembangannya. Potensi lahan di Jawa Tengah seluas 752.177 ha, daerah pengemUntukmu Jawa Tengahku
Optimalisasi Pemberdayaan Masyarakat Guna Mewujudkan Kedaulatan Pangan Perkebunan

123

bangannya di lahan kering bahkan di lahan kering dengan iklim keringyang tersebar di Kabupaten Sukoharjo, Wonogiri, Boyolali dan Blora. 2. Tanaman Rempah dan Penyegar Komoditi Rempah dan Penyegar adalah bagian tanaman dalam keadaan segar atau telah diolah baik berupa daun, bunga, buah, biji, kulit batang, batang, pelepah,akar atau rimpang yang dapat menjadi bumbu penyedap makanan atau minuman dan/atau mempunyai fungsi obat. Jenis komoditas rempah dan Penyegar adalah sangat banyak, diperkirakan dari seribu jenis, tetapi tanaman rempah yang dikembangkan Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Tengah terdiri atas komoditas kopi, teh, kakao, cengkeh, pala dan lada. a. Komoditas Kopi Kopi di Indonesia merupakan komoditas perdagang an yang memegang peranan penting bagi penerimaan devisa. Pada tahun 1998 areal kopi mencapai 1.174 ribu ha, produksi 396 ribu ton dengan produktivitas rata-rata nasional sebesar 513 kg/ha. Dari luasan tersebut sekitar 1.109 ribu ha ( 95%) diusahakan oleh rakyat yang melibatkan petani lebih dari 1,7 juta KK ( 7 juta jiwa) dan mampu menciptakan lapangan kerja bagi lebih dari 1 juta orang di luar tenaga kerja keluarga.
124

Pengembangan komoditas kopi terus meng-

Untukmu Jawa Tengahku


Optimalisasi Pemberdayaan Masyarakat Guna Mewujudkan Kedaulatan Pangan Perkebunan

Komoditas Kopi alami peningkatan, berdasarkan produksi dan konsumsi kopi maka neraca produksi kopi di Jawa Tengah berfluktuasi, dimana pada tahun 2008 surplus 926,46 ton, tahun 2009 surplus 6.456,76 ton, namun pada tahun 2010 defisit minus 1.030,55 ton. Defisit terjadi karena peningkatan konsumsi kopi untuk perdagangan ke luar Jawa Tengah yang cukup tinggi, dari 18.863 ton tahun 2009 meningkat menjadi 37.570 ton tahun 2010. Neraca kemandirian komoditas kopi, yaitu
Untukmu Jawa Tengahku
Optimalisasi Pemberdayaan Masyarakat Guna Mewujudkan Kedaulatan Pangan Perkebunan

125

produksi dan konsumsi dari dan untuk Jawa Tengah sendiri, menunjukkan neraca surplus positif, yang berarti sudah memenuhi kebutuhan kopi di wilayah Jawa tengah. Langkah langkah yang dilaksanakan; - Intensifikasi tanaman (pemupukan, pangkas dan lain lain) - Pengembangan kopi tahun 2012 seluas 400 ha di Boyolali, 100 ha di Klaten dan 200 ha di Kabupaten Semarang. Khusus di Kabupaten Semarang pengembangan kopi dengan bibit kopi Somatic Embriogenesis ( SE ) - Pengendalian OPT - Penanganan pasca panen dan pemasaran - Kerjasama dengan AEKI Usaha tani Komoditas Kopi Tahun 2012 Dirinci Menurut Pengelolanya
No 1 Uraian Kopi Robusta Pengelola PR PBN PBS 2 Kopi Arabica Jumlah PR Areal (ha) Prod (ton) Produktivitas (kg/ha) 1.305 1.082,59 255,85 573 1.191,15

31.158,44 31.463,92 1.237,74 641,73 5.864,14 985,39 132,07 2.018,99

38.902,05 34.592,37

Pendapatan devisa dari ekspor kopi tahun


126 Untukmu Jawa Tengahku
Optimalisasi Pemberdayaan Masyarakat Guna Mewujudkan Kedaulatan Pangan Perkebunan

1998 sebesar US $ 596 juta dengan volume ekspor sebesar 355 ribu ton. Bentuk kopi yang diperdagangkan umumnya dalam bentuk produk primer (green bean) mencapai sebesar 97,2% dengan kategori mutu pada umumnya tergolong pada mutu 4 s/d 6 ( 65%). Produksi kopi Indonesia hanya sekitar 8% dari produksi kopi dunia. Walaupun demikian sampai dengan tahun 1997 Indonesia merupakan negara produsen terbesar ketiga dunia setelah Brazil ( 33%) dan Colombia ( 11%). Produksi kopi Indonesia 91,5% berupa kopi robusta dan hanya 8,5% kopi arabika. Kondisi ini berlawanan dengan kebutuhan dunia yang lebih dari 70% adalah kopi Arabika dan sisanya baru kopi Robusta. Sebagai gambaran ke depan menurut data FAO/ICO yang mengacu kepada data tetap kopi dunia periode 1993-1995, diproyeksikan pada tahun 2005 akan terjadi peningkatan : (1) produksi sebesar 2,7%/tahun yaitu dari 5,4 juta karung menjadi 7,3 juta karung, (2) konsumsi meningkat sebesar 1,65%/tahun yaitu dari 5,6 juta karung menjadi 6,7 juta karung, serta (3) ekspor dan impor masing-masing meningkat 3,4% dan 2,4%/tahun. Mengacu pada kondisi perkopian di Indonesia, Jawa Tengah sebagai salah satu produsen kopi di Indonesia mulai menggalakkan penanaman kopi
Untukmu Jawa Tengahku
Optimalisasi Pemberdayaan Masyarakat Guna Mewujudkan Kedaulatan Pangan Perkebunan

127

jenis Arabika sebagai langkah penyesuaian dengan struktur perdagangan kopi di dunia. Langkah ini diambil dengan mulai diterapkannya perbandingan 90 : 10 untuk perbandingan kopi arabika dan robusta. Selain itu langkah yang lain adalah dengan peningkatan jumlah produksi untuk mendukung ekspor dan dalam negeri yang masih menampung hingga 40-60% dari potensi yang ada. Sedangkan Permasalahan perkopian Jawa Tengah selama ini, antara lain usaha tani kopi belum efisien dan beberapa kendala yang dihadapi dalam pengembangan perkopian meliputi : Produktivitas baru mencapai 40-60% dari potensi produksi Kualitas hasil relatif rendah serta dugaan terha dap kandungan Ochratoxin A (OTA) relatif tinggi akibat proses pengolahan yang belum memadai Pemilikan lahan per KK relatif sempit rata-rata seluas -/+ 65 ha, sehingga secara ekonomis belum mampu mendukung permodalan dari hasil usaha taninya Penyimpangan iklim dan meningkatnya pen ja rah an menurunkan produksi dan kualitas yang dihasilkan Pertumbuhan kelembagaan (Kelompok Tani) dan koperasi belum seperti yang diharapkan Pasar dunia didominasi oleh permintaan ko pi
128 Untukmu Jawa Tengahku
Optimalisasi Pemberdayaan Masyarakat Guna Mewujudkan Kedaulatan Pangan Perkebunan

Arabika, sedangkan struktur perkopian Indonesia masih didominasi oleh kopi Robusta Produk yang diperdagangkan umumnya dalam bentuk produk primer, sehingga petani belum menikmati nilai tambah yang diperoleh dari pengembangan produk (product development).

Beberapa peluang yang dihadapi dalam pena ngan an perkopian, antara lain : Terbukanya peluang perdagangan terhadap pasar baru seperti China, Korea Selatan, Rusia, dan lain-lain yang tingkat konsumsinya masih sangat rendah (4-200 gr/kapita/thn) Rendahnya konsumsi domestik negara-negara produsen, khususnya Indonesia dengan ratarata konsumsi per kapita 0,5 kg/thn Meningkatnya permintaan specialty dan bio coffee, khususnya di negara Uni Eropa, Amerika Serikat, dan Jepang, sementara potensi untuk pengembangan cukup tinggi mengingat keragaman jenis tersebut di Indonesia sudah lama dikenal dan memiliki Brand Name tersendiri di kalangan konsumen dunia (Gayo Mountain, Mandheling, Lintong, Java, dan Toraja Coffee). Selain itu terbuka jenis lainnya yang memiliki potensi yang sama seperti Bali, Flores, dan Belliem Highland Coffee Peluang pengembangan kopi di kawasan Asia
Untukmu Jawa Tengahku
Optimalisasi Pemberdayaan Masyarakat Guna Mewujudkan Kedaulatan Pangan Perkebunan

129

dan Oceania masih tetap ada mengingat biaya produksi relatif rendah, ketersediaan lahan yang memadai, dan nilai tukar mata uang yang kompetitif (The Economist Intelligence Unit l EUl) Terbukanya potensi lahan yang berkelayakan teknis untuk pengembangan kopi Arabika serta dukungan rakitan teknologi seperti varietas unggul dan budidaya organik.

Sedangkan tantangan yang dihadapi dalam penanganan perkopian nasional adalah : Munculnya negara kompetitor produsen kopi dunia seperti Vietnam, Brazil, Pantai Gading dan Thailand, bahkan di tahun 1998 Vietnam sudah berhasil menggeser posisi Indonesia ke urutan nomor 4 dunia Pasar dunia didominasi oleh permintaan kopi Arabika, sedangkan struktur perkopian Indonesia didominasi oleh kopi Robusta Perubahan lingkungan internasional yang merubah preferensi konsumen terhadap produk yang bercitarasa tinggi (specialty coffee), aman terhadap kesehatan konsumen dan diproses berwawasan lingkungan (bio coffee) Diberlakukannya ketentuan batas kandungan OTA yang diberlaku-kan pada tahun 2002
130 Untukmu Jawa Tengahku
Optimalisasi Pemberdayaan Masyarakat Guna Mewujudkan Kedaulatan Pangan Perkebunan

Dengan kecenderungan menurunnya harga kopi khususnya kopi Robusta, dalam sidang ACPC bulan Mei 2000, negara-negara produsen kopi sepakat untuk melakukan retensi kopi guna memperbaiki harga kopi dunia. Strategi Pengembangan perkopian baik secara nasional maupun internasional diarahkan pada: peningkatan partisipasi petani dan stake holders lainnya dalam setiap tahapan produksi

Kebun pembibitan sebagai bagian dari strategi pengembangan komoditas Untukmu Jawa Tengahku
Optimalisasi Pemberdayaan Masyarakat Guna Mewujudkan Kedaulatan Pangan Perkebunan

131

(pemanfaatan SDA, teknologi dan pene rap an budidaya berwawasan lingkungan yang berkelanjutan) dalam satu luasan skala ekonomis, sehingga tercipta usaha tani yang efisien, produktif dan berkelanjutan yang dapat meningkatkan daya saing. Kebijakan Pengembangan kopi diarahkan kepada: Secara umum : Menumbuhkembangkan kelembagaan usaha ta ni melalui pembentukan Kelompok Tani, Aso siasi dan koperasi dengan pendekatan SKE (Sistem Kerjasama Ekonomi) dan Kawasan. Meningkatkan profesionalisme para pelaku me la lui pengembangan SDM dan IPTEK dengan mening katkan koordinasi di antara para pelaku anta ra lain melalui penumbuhan Coffee Coo pe rative Development Center di sentra-sentra produksi Meningkatkan konsumsi melalui peningkatan promosi baik domestik maupun dunia Menciptakan usaha tani ramah lingkungan seka li gus mendukung upaya pengembangan agrowisata. Secara Teknis : Penyeimbangan komposisi kopi Robusta dan Arabika secara proposional yang semula 90 :
132 Untukmu Jawa Tengahku
Optimalisasi Pemberdayaan Masyarakat Guna Mewujudkan Kedaulatan Pangan Perkebunan

10 menjadi 70 : 30 melalui upaya konversi serta pengembangan pada lahan yang berkelayakan teknis. Di samping itu, juga didasarkan dengan mempertimbangkan permintaan pasar agar menghindari oversupply dari salah satu komoditas sementara komoditas lainnya malah kekurangan pasokan. Peningkatan produktivitas lahan dan tanaman serta kualitas kopi Arabika / Robusta melalui intensifikasi, rehabilitasi, peremajaan, dan diversifikasi Pengendalian secara dini terhadap ancaman iklim yang kurang menguntungkan Pelestarian dan pengembangan kopi specialtf dan kopi b/b Meningkatkan nilai tambah melalui product development dengan penumbuhan industri kopi bubuk, roasted coffee, soluble coffee dan instant coffee. Kebutuhan kopi untuk wilayah Jawa Tengah sebanyak 7.500 ton per tahun, sedangkan produksi kopi: untuk kopi robusta 34.463,92 ton, kopi arabica 2.010,99 ton. Tingkat produktivitas kopi dari Perkebunan Besar Swasta (PBS) 255,85 kg per ha dan untuk PT (Persero) Perkebunan Nusantara (PTPN) sebanyak 1.082,19 kg per ha, sedangkan perkebunan rakyat 1.305 kg/ha.
Untukmu Jawa Tengahku
Optimalisasi Pemberdayaan Masyarakat Guna Mewujudkan Kedaulatan Pangan Perkebunan

133

Areal kopi di Jawa Tengah tahun 2012 seluas 38.902,05 ha, didominasi lahan Perkebunan Rakyat (PR) seluas 37.022 ha, terdiri tanaman kopi robusta 31.158,44 ha dan kopi arabika 5.864,14 ha. Perkebunan besar swasta (PBS) seluas 641,73 ha dan perkebunan besar negara (PBN) seluas 1.237,74 ha, keduanya membudidayakan kopi robusta. Sedangkan produksi kopi Jawa Tengah pada tahun 2012 sebanyak 34.592,37 ton, terbanyak berasal dari PR mencapai 33.374,91 ton, terdiri kopi robusta 31.463,92 ton dan kopi arabika 2.010,99 ton. PBS menghasilkan 132,07 ton kopi robusta dan PBN 985,39 ton robusta. Untuk memacu produksi kopi, Pemerintah Jawa Tengah melakukan perluasan dan peremajaan dengan bantuan bibit kopi seluas 450 ha dari dana APBN, dalam bentuk bantuan sosial di 3 Kabupaten, meliputi Boyolali 100 ha, Klaten 100 ha dan Kabupaten Semarang 250 ha. Pengembangan tahun 2012 dialokasikan kegiat an yang didanai APBD, yaitu peremajaan dan penanaman kopi 164.000 batang, pengendalian Organisme Pengganggu Tumbuhan (OPT) kopi 30 ha, bantuan Unit Pengolahan Hasil (UPH) kopi 3 unit, bantuan alat pengolah kopi 106 unit,

134

Untukmu Jawa Tengahku


Optimalisasi Pemberdayaan Masyarakat Guna Mewujudkan Kedaulatan Pangan Perkebunan

dan pemberdayaan petani. Sedangkan program yang didanai APBN meliputi peremajaan kopi, pengendalian OPT kopi, pemberdayaan kelompok tani, agro industri terpadu, pemberdayaan dan pembinaan petani yang tergabung dalam Asosiasi Petani Kopi Indonesia (APeKi) sekaligus pemasaran dan ekspor kopi di fasilitasi oleh Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Tengah dan Kabupaten, bermitra dengan Asosiasi Eksportir Kopi Indonesia (AEKI) Jawa Tengah. Dari hasil tersebut, pada tahun 2012 ekspor kopi dari Jawa Tengah diperkirakan mencapai 7.000 ton dengan negara tujuan Jepang, Eropa, Cina dan Timur Tengah. Kondisi itu akan memperbaiki kinerja ekspor kopi Jawa Tengah yang mengalami penurunan selama 2 tahun terakhir dari 10.000 ton pada tahun 2010 menjadi hanya 11.000 ton pada tahun 2011. b. Komoditas Teh Komoditi teh merupakan komoditas perkebunan yang cukup penting peranannya bagi sosial ekonomi Indonesia, selain banyak menyerap tenaga kerja, dalam pengusahaannya juga memberikan sumber penghidupan, baik bagi rakyat yang memiliki kebun/buruh petik, karyawan yang bekerja pada perkebunan serta pedagang yang
Untukmu Jawa Tengahku
Optimalisasi Pemberdayaan Masyarakat Guna Mewujudkan Kedaulatan Pangan Perkebunan

135

bergerak dalam perdagangan teh, memberikan peranan yang cukup besar dalam menghasilkan devisa ekspor. Pengusahaan teh di Indonesia dilaksanakan dalam bentuk Perkebunan Rakyat (PR), Perkebunan Besar Negara (PBN), dan Perkebunan Besar Swasta (PBS) dengan total areal tahun 1998 seluas 142.400 ha dan produksi 1853.650 ton. Penyebaran pertanaman terkonsentrasi di Jawa Barat seluas 105.020 ha (73,75%) diikuti oleh daerah Jawa Tengah 11.500 ha, Sumatra Utara 10.440 ha, Jawa Timur 4.130 ha, Sumatra Barat 4.250 ha dan di daerah lain. Produksi teh Indonesia sebagian besar untuk tujuan ekspor. Data 10 tahun terakhir (1989-1980) rata-rata produk teh yang diekspor adalah sebesar 70% dari total produksi per tahunnya. Sisanya untuk konsumsi dalam negeri dan untuk keperluan lainnya. Negara tujuan ekspor teh Indonesia adalah Pakistan, Amerika Serikat, Ex. USSR dan United Kingdom. Keempat negara ini menyerap sekitar 60% dari seluruh teh Indonesia dan struktur pasar relatif tidak berubah. Komoditas teh merupakan komoditas unggulan bagi Jawa Tengah meskipun hanya menempati urutan kedua (11.500 ha) setelah Jawa Barat, hal ini karena pemanfaatan dari komoditas teh
136 Untukmu Jawa Tengahku
Optimalisasi Pemberdayaan Masyarakat Guna Mewujudkan Kedaulatan Pangan Perkebunan

tersebut sudah sangat beragam. Banyak bagian dari komoditas teh yang dapat dimanfaatkan, sehingga pemasarannya juga mudah, dan komoditas teh sendiri sudah mencapai tingkatan ekspor. Berbagai macam usaha dilakukan untuk menggali tingkat konsumen teh di taraf internasional untuk membuka angin segar kembali pada produksi komoditas teh. Selain itu perlu diupayakan pemasaran dalam nege ri dengan menjalin kerjasama dengan pabrikpabrik teh di Indonesia maupun pengusaha-pengusaha teh di dunia. Dalam kaitannya dengan aspek pemasaran diperlukan peningkatan standar mutu untuk komoditas teh sehingga dapat bersaing dengan teh-teh dari negara produsen yang lain. Pangsa pasar teh Indonesia di pasar dunia 8 tahun terakhir mengalami penurunan di mana pada tahun 1989 sebesar 8,83% menurun menjadi 5,58% dengan laju pertumbuhan -12,02% per tahunnya (ketergantungan yang sangat tinggi kepada keempat pasar utama sangat mempengaruhi kinerja ekspor teh Indonesia. Adanya perubahan di salah satu dari keempat negara tersebut, baik perubahan politik, daya beli, maupun selera konsumen langsung mengakibatkan penurunan ekspor teh Indonesia. Masalah utama yang masih dihadapi dalam pengusahaan teh di Indonesia khususnya Jawa
Untukmu Jawa Tengahku
Optimalisasi Pemberdayaan Masyarakat Guna Mewujudkan Kedaulatan Pangan Perkebunan

137

Tengah adalah rendahnya tingkat produktivitas dan mutu teh yang dihasilkan. Rendahnya produktivitas teh ini antara lain disebabkan penerapan teknologi belum optimal dan juga kelembagaan yang ada belum memadai serta lemahnya pendanaan di tingkat petani. Memanfaatkan potensi dan mengatasi masalah dalam pengusahaan teh di Indonesia dan adanya kecenderungan meningkatnya konsumsi teh dunia pada masa mendatang, hal ini tercermin masih rendahnya tingkat konsumsi pada banyak negara konsumen yaitu kurang dari 300 gr/kapita/ thn. Sedangkan tingkat konsumsi negara-negara tertentu seperti Srilanka, India dan Kenya masingmasing sudah mencapai 1.200 gram, 630 gram dan 500 gr/kapita/thn. Menghadapi persaingan antar produsen, produk teh harus ditingkatkan mutunya disesuaikan dengan permintaan konsumen. Persaing an pasar global tidak terbatas pada produk yang dihasilkan, tetapi terkait aspek proses sumber daya manusia dan lingkungan.
138

Peluang yang harus dimanfaatkan dalam pengusahaan teh Jawa Tengah, antara lain: Dukungan terhadap sumber daya alam yang cukup besar Beberapa negara pesaing telah mengalami
Untukmu Jawa Tengahku
Optimalisasi Pemberdayaan Masyarakat Guna Mewujudkan Kedaulatan Pangan Perkebunan

keter batasan areal dan tenaga kerja khususnya untuk pengembangan komoditas agroindustri Pasar ekspor produk di manca negara masih terbuka lebar Kecenderungan konsumen yang menghendaki teh dengan ukuran partikel yang lebih kecil (broken tea) dan cepat seduh (quick brewing) Tantangan yang dihadapi dalam hal ini, antara lain: Banyaknya komoditas subtitusi, seperti soft drink, mineral water, fruit juice, dan sebagainya. Perubahan lingkungan internasional yang meru bah preferensi konsumen terhadap produk yang bercita rasa tinggi (specialty tea), aman terhadap kesehatan konsumen dan diproses berwawasan lingkungan (bio tea) Masih tertinggalnya perkembangan produksi teh Indonesia dibanding negara produsen lainnnya.

Strategi yang akan ditempuh difokuskan pada efisiensi dan efektivitas usaha tani yang ber orientasi bisnis yang secara bertahap diarahkan pada pembentukan Kawasan Industri Masya rakat Perkebunan (KIMBUN). Dalam memba ngun kawasan yang dimaksud digunakan pendekatan asas kebersamaan ekonomi melalui pemberdayaan dan peningkatan peranan pengUntukmu Jawa Tengahku
Optimalisasi Pemberdayaan Masyarakat Guna Mewujudkan Kedaulatan Pangan Perkebunan

139

usaha kecil dan menengah serta koperasi. Diharapkan petani pekebun sebagai anggota masyarakat melalui koperasi mempunyai peluang untuk memanfaatkan potensi ekonomi baik dalam on farm maupun pada kegiatan off farm. Implementasi penanganannya ditempuh mela lui: (1) Penajaman wilayah potensial yang ber kelayakan teknis dan tanaman dalam upaya meningkatkan produktivitas tanaman dan lahan, (2) Optimalisasi usaha tani dalam luasan skala usaha yang ekonomis, (3) Optimalisasi ketersediaan dan pemanfaatan prasarana dan sarana yang dibutuhkan, termasuk di dalamnya mendukung peningkatan kualitas hasil dan penumbuhan industri pengolahan secara profesional, (4) Penumbuhan/ optimalisasi fungsi kelembagaan dan kemitraan yang berasaskan kebersamaan ekonomi, (5) Optimalisasi pelestarian lingkungan yang berkelanjutan, (6) Optimalisasi pemberdayaan penerapan sistem manajemen mutu internasional (ISO, HACCP) dalam menghadapi hambatan teknis Sanitary dan Phytoscnitary (SPS), (7) Mengisi dan meningkatkan peluang pasar yang tersedia baik domestik maupun internasional, (8) Pengembangan iklim berusaha yang kondusif untuk investasi di bidang pemasaran teh khususnya kebijakan yang diterapkan secara konsisten dan berkesinambungan dan (9) Mening_
140 Untukmu Jawa Tengahku
Optimalisasi Pemberdayaan Masyarakat Guna Mewujudkan Kedaulatan Pangan Perkebunan

katkan jaminan keamanan terhadap segala bentuk penjarahan, perambahan atau aktivitas serupa lainnya. Prospek pengembangan teh Indonesia di masa mendatang cukup baik, di samping tersedianya areal bertanaman (exiting) yang cukup luas, masih tersedianya lahan untuk pertanaman baru serta adanya kecenderungan terus meningkatkan permintaan dan harga pasar dunia. Untuk memanfaatkan kemungkinan peluang pasar yang tersedia dilakukan upaya antara lain peningkatan produksi tanaman, peningkatan mutu tanaman dengan sistem pengolahan yang lebih baik dan pengembangan produk baru guna membuka peluang pasar yang lebih luas. c. Komoditas Kakao Kakao merupakan komoditas perdagangan Indonesia yang sangat penting bagi penerimaan devisa. Pada tahun 1998 areal mencapai 572.553 ha dengan produksi 448.927 ton. Seluas 436.576 ha ( 77%) diusahakan oleh perkebunan rakyat. Pendapatan devisa dari ekspor kakao tahun 1998 sebesar US $ 503 juta dengan volume sebesar 334.807 ton. Bentuk yang diperdagangkan umumnya dalam bentuk primer (green bean) mencapai sebesar 278.146 ton ( 83%) dengan
Untukmu Jawa Tengahku
Optimalisasi Pemberdayaan Masyarakat Guna Mewujudkan Kedaulatan Pangan Perkebunan

141

kategori mutu pada umumnya tergolong pada mutu rendah 77%. Pangsa produksi kakao Indonesia hanya sekitar 8,0% dari produksi kakao dunia. Walaupun demikian sampai dengan tahun 1998 Indonesia merupakan negara produsen terbesar ketiga dunia setelah Ivory Coast ( 52,5%) dan Ghana (+ 13,7%). Produksi kakao Indonesia 95% berupa kakao lindak dan 5,0% kakao mulia. Perkembangan kakao Indonesia dalam kurun waktu 10 tahun (1989 s/d 1998) menunjukkan laju pertumbuhan rata-rata per tahun : untuk perluasan areal 15,2%, produksi 53,9%, ekspor
142 Untukmu Jawa Tengahku
Optimalisasi Pemberdayaan Masyarakat Guna Mewujudkan Kedaulatan Pangan Perkebunan

19,9%, nilai ekspor 22,4% dan harga 21,7%. Sebagai gambaran ke depan perkembangan kakao dunia selama 10 tahun (1989 s/d 1998) menunjukkan laju pertumbuhan rata-rata per tahun : Produksi 1,5%, Grindings 3,0% yang berarti produksi kakao segar per tahun tidak dapat memenuhi kebutuhan riil sehingga stok biji kakao dunia per tahunnya menurun, yang akan berdampak memperkuatnya harga kakao dunia. Kondisi ini merupakan peluang baik bagi Indonesia karena negara produsen kakao lainnya seperti Brazilia terserang oleh penyakit Wiches Broom yang belum dapat diatasi dan Malay sia dan Thailand beralih ke komoditi lainnya. Provinsi Jawa Tengah menjadi salah Provinsi yang menghasilkan komoditas Kakao dalam kapasitas yang besar, Komoditas kakao di Provinsi ini dihasilkan oleh perkebunan rakyat. Perkebunan besar negara dan perkebunan besar swasta. Dari luas perkebunan kakao sebesar 7,900.40 ha, 30% berasal dari perkebunan besar negara, 49% perkebunan rakyat dan sisanya berasal dari perkebunan swasta. Pada tahun 2012 luas areal kakao di Jawa Tengah 7.900,40 ha, terdiri dari PR seluas 6.730,95 ha, PBS seluas 1.169,45 ha. Produksinya 2.365,13 ton, dari PR mencapai 1.890,20 ton, PBS sebanyak 474,93 ton. Untuk meningkatkan produksi, produktivitas
Untukmu Jawa Tengahku
Optimalisasi Pemberdayaan Masyarakat Guna Mewujudkan Kedaulatan Pangan Perkebunan

143

dan mutu kakao tahun 2011, dilakukan melalui kegiatan Gerakan Nasional Peningkatan Produksi, Produktivitas dan Mutu Kakao melalui dana APBN untuk Kabupaten Wonogiri dalam program intensifikasi seluas 300 ha dan peremajaan 100 ha, Kabupaten Batang intensifikasi 200 ha dan peremajaan 100 ha, serta Kabupaten Tegal intensifikasi 120 ha. Program peremajaan diberikan bantuan per ha berupa bibit kakao somatic embriogenesis (SE) sebanyak 1.000 btg, pupuk 100 kg, pestisida 0,5 lt dan fungisida 0,2 lt. Sedangkan bantuan untuk intensifikasi meliputi pupuk 300 kg, pestisida 0,8 lt dan feromon 4 paket. Sementara APBD tahun 2012 memberikan bantuan untuk kegiatan pengendalian OPT kakao seluas 30 ha, dan peremajaan tanaman melalui bantuan bibit 79.000 btg, di 12 Kabupaten. Selain pemberian bantuan itu Dinas Perkebunan juga melakukan pemberdayaan petani melalui kegiatan pelatihan petani dan pendampingan dari TKP dan PLP. Neraca produksi kakao tahun 2006 s/d 2010 menunjukkan kecenderungan deficit, kecuali tahun 2009 surplus 1.235,2 ton. Hal ini berarti produk kakao yang tersedia di Jawa Tengah baik yang berasal dari produksi perkebunan, produk yang masuk dari luar provinsi maupun impor,
144 Untukmu Jawa Tengahku
Optimalisasi Pemberdayaan Masyarakat Guna Mewujudkan Kedaulatan Pangan Perkebunan

belum memenuhi total kebutuhan konsumsi Jawa tengah. Demikian pula neraca kemandirian produksi kakao, yaitu produksi dari perkebunan dan konsumsi untuk Jawa Tengah sendiri (tanpa memperhitungkan produk yang masuk dari luar propinsi maupun ekspor), menunjukkan neraca defisit. Dari kondisi tersebut, maka perlu diupayakan peningkatan produksi kakao, minimal untuk memenuhi kebutuhan Jawa Tengah sendiri terlebih dahulu. Untuk meningkatkan produksi, produktivitas dan mutu kakao, tahun 2011 telah dilakukan ke giat an peremajaan dan intensifikasi kakao dengan APBN melalui kegiatan Gerakan Nasional Peningkatan Produksi, Produktivitas dan mutu kakao di Kabupaten Wonogiri seluas 400 ha, Kabupaten Batang 300 ha, dan Kabuypaten Tegal 120 ha (intensifikasi). Demikian pula dilakukan peremajaan kakao dengan APBD seluas 20 ha di Kabupaten Batang, Karanganyar, dan Banjarnegara, serta pemberdayaan poetani melalui pelatihan dan bantuan peralatan kotak fermentasi kakao. Sedang tahun 2012 perluasan kakao di Kabupaten Tegal 100 ha, Wonogiri 100 ha, dan Kabupaten Batang seluas 50 ha.

Untukmu Jawa Tengahku


Optimalisasi Pemberdayaan Masyarakat Guna Mewujudkan Kedaulatan Pangan Perkebunan

145

No 1

Uraian Kakao

Pengelola PR PBS

Areal (ha) 6.730,95 1.169,45 7.900,40

Prod (ton) 1.890,20 474,93 2.365,13

Prodtv (kg/ha) 656 433,06 594,43

Jumlah

Statistik Komoditas Kakao Jawa Tengah Tahun 2012 Memperhatikan kondisi perkakaoan di Jawa Tengah selama ini, maka permasalahan pokok yang dihadapi saat ini adalah : Produktivitas baru mencapai 50% (570 kg/ha) dari potensi produksi optimal 1.000 kg/ha Kualitas hasil rendah karena sebagian besar tidak difermentasi, kandungan biji slatty, benda asing dan kotoran, serangga dan kandungan kapang akibat pengeringan yang tidak sempurna dan tidak seragamnya ukuran biji. Akibatnya dikenakan Automatic Detention oleh USFDA terhadap biji kakao Indonesia yang masuk ke Amerika Serikat Kelembagaan Ekonomi Tani (Kelompok Tani) pro duktif dan koperasi belum berfungsi semestinya. Keterbatasan modal petani sehingga belum da pat menerapkan rakitan teknologi secara keseluruhan Lambatnya pengembangan industri kakao hing ga produk yang diperdagangkan umumnya
146 Untukmu Jawa Tengahku
Optimalisasi Pemberdayaan Masyarakat Guna Mewujudkan Kedaulatan Pangan Perkebunan

dalam bentuk produk primer, hal ini berarti kehilangan kesempatan menampung tenaga kerja dan margin keuntungan terbesar berada di tangan konsumen. Beberapa peluang yang dihadapi dalam penanganan perkakaoan nasional meliputi: Untuk meningkatkan produktivitas tanaman kakao telah tersedia klon-klon unggul dan rakitan teknologi yang langsung dapat diterapkan petani Permintaan pasar di luar negeri terus meningkat seiring dengan meningkatnya taraf hidup masya rakat di banyak negara, di lain pihak nega ra produsen utama produksinya menurun Peluang pengembangan kakao di Indonesia dapat berlanjut, karena ketersediaan lahan yang berkelayakan teknis dan dapat diusahakan baik secara monokultur atau polikultur (diversifikasi dengan kelapa) Harga kakao dunia bertendensi meningkat kare na stok produksi dunia per tahunnya semakin menurun dan bagi Indonesia adanya nilai tukar mata uang yang kompetitif (The Economist Intelligence Unit/EUI). Beberapa tantangan yang dihadapi dalam
Untukmu Jawa Tengahku
Optimalisasi Pemberdayaan Masyarakat Guna Mewujudkan Kedaulatan Pangan Perkebunan

147

penanganan perkakaoan nasional meliputi: Tuntutan ekspor impor biji kakao dan produkproduk olahan dengan persyaratan mutu intrinsik dan hiegenik yang semakin ketat dan akan dituangkan ke dalam Cocoa Standard Contrac Pengenaan langsung (Automatic Detention) terhadap biji kakao Indonesia oleh USFDA masih belum dapat teratasi, sehingga kerugian mencapai US $ 45-90 juta per tahunnya Adanya permintaan dari konsumen tertentu terhadap kakao Indonesia yang bermutu rendah (tidak difermentasi) yang digunakan sebagai bahan pencampur.

Bertitik tolak dari kondisi, tantangan dan peluang perkakaoan baik secara nasional dan internasional, maka strategi pengembangan kakao ke depan secara global diarahkan kepada upaya efisiensi, efektivitas usaha tani kakao secara berkelanjutan dalam rangka meningkatkan kesejahteraan masyarakat perkakaoan nasional melalui peningkatan daya saing komoditas. Kebijakan Pengembangan mencakup : Membangun kebun kakao yang berkelanjutan dengan pola diversifikasi Mempertangguh daya saing komoditas mela
148 Untukmu Jawa Tengahku
Optimalisasi Pemberdayaan Masyarakat Guna Mewujudkan Kedaulatan Pangan Perkebunan

lui peningkatan produksi, produktivitas dan mutu hasil dan efisiensi usaha dengan dukungan Kelembagaan Koperasi dan Mitra Usaha sekaligus mendorong kesempatan kerja, pendapatan dan perolehan devisa o Menumbuhkembangkan kelembagaan sosial usaha tani melalui pembentukan Kelompok Tani, Kelompok Usaha Bersama dan kelembagaan ekonomi koperasi dengan pendekatan KIMBUN o Meningkatkan profesionalisme para pelaku melalui pengembangan SDM, Penelitian dan IPTEK melalui peningkatan koordinasi di antara para pelaku antara lain melalui penumbunan rintisan Dewan Komoditas Kakao di sentrasentra produksi o Menciptakan sistem usaha tani ramah lingkungan o Pengembangan iklim yang kondusif untuk inves tasi, khususnya berupa kebijakan yang diterapkan secara konsisten dan berkesinambungan o Peningkatan produksi melalui produktivitas lahan dan tanaman serta kualitas kakao melalui intensifikasi, rehabilitasi, peremajaan dan diversifikasi o Meningkatkan mutu hasil melalui fermentasi, meng hasilkan mutu kakao yang baik dan
Untukmu Jawa Tengahku 149

Optimalisasi Pemberdayaan Masyarakat Guna Mewujudkan Kedaulatan Pangan Perkebunan

hiegenik dengan memasyarakatkan dan menghadirkan Unit Pengolahan hasil (UPH) di sentrasentra produksi Meningkatkan nilai tambah melalui pe ngem bangan Product Development dengan penumbuhan industri kakao. Peningkatan SDM Petugas dan Petani melalui pelatihan, magang dan lain-lain.

Untuk memberikan motivasi kepada masyarakat, Dinas Perkebunan Jawa Tengah telah memberikan apresiasi kepada mereka kelompok tani Kakao yang mempunyai prestasi dalam pengembangan komoditas kakao. Pada tahun 2012 ini tiga kelompok tani kakao yang mendapat penghargaan antara lain ; - Kelompok tani kakao Sari Tani II dari Kabupatn Wonogiri sebagai juara I, memperoleh piagam, piala, dan uang pembinaanj Rp 10.000.000 - Kelompok tani kakao Lestari dari Kabupaten Batang sebagai juara II, memperoleh piagam, piala, dan uang pembinaan Rp 9.000.000 - Kelompok tani kakao Kemloko dari Kabupaten Temanggung sebagai juara III, memperoleh piagam, piala, dan uang pembinaan Rp 8.000.000.

150

Untukmu Jawa Tengahku


Optimalisasi Pemberdayaan Masyarakat Guna Mewujudkan Kedaulatan Pangan Perkebunan

d. Komoditas Cengkeh Tanaman cengkeh merupakan tanaman yang menghasilkan produk bernilai tinggi. Bunga cengkeh sebagai komoditas utama diserap oleh pabrik rokok kretek sebagai bahan campuran tembakau. Selain itu bunga cengkeh diolah menjadi bahan kosmetik dan bahan rempah dan obat.Begitu juga daun cengkeh yang diolah menjadi minyak atsiri berguna untuk obat-obatan dan kosmetik. Lahan perkebunan cengkeh di Jawa Tengah mencapai 41.700 ha dengan hasil produksi mencapai 7.572 ton per tahun. Areal lahan perkebunan cengkeh tersebar disejumlah Kabupaten dan Kota dengan sentra produksi berada di Kabupaten Kendal, Semarang, Pemalang, Cilacap, Kebumen, Wonogiri dan Karanganyar. Pengolahan cengkeh menjadi minyak atsiri dilakukan di pabrik-pabrik pengolahan di area perkebunan atau dikirim ke pabrik-pabrik pengolahan milik swasta, sebagian hasil pengolahan cengkeh juga dieksport ke luar negeri, terutama ke pasar Asia dan Eropa. Kondisi anomali iklim tahun 2011 yang kurang bersahabat untuk komoditas cengkeh, mengakibatkan propduksi cengkeh turun 40% dari produksi normal. Kondisi ini bukan saja terjadi di Jawa Tengah tepi di seluruh Indonesia. Penurunan
Untukmu Jawa Tengahku
Optimalisasi Pemberdayaan Masyarakat Guna Mewujudkan Kedaulatan Pangan Perkebunan

151

produksi tersebut menjadikan harga cengkeh tahun 2011 naik drastis mencapai Rp 150.000/kg. Tahun 2012 pengembangan cengkeh seluas 1.050 ha, yaitu di Kabupaten Batang seluas 200 ha, Magelang 150 ha, Boyolali 100 ha, Klaten 100 ha, Kabupaten Semarang 200 ha serta pengembangan integrasi cengkeh dan ternak masing masing mendapat bantuan bibit cengkeh untuk 25 ha, power sprayer 5 unit dan kambing 100 ekor untuk 12 Kabupaten yaitu Banyumas, Banjarnegara, Purworejo, Kota Salatiga, Kota Semarang, Pemalang, Pekalongan, Boyolali, Semarang, Tegal, Pati, dan Brebes. Luas areal dan produksi Cengkeh di Jawa Tengah Tahun 2010 , 2011 dan 2012.
No 1 2 3 4 5 Uraian Luas areal Produksi Produktivitas Jumlah kk petani Rata rata pemilikan lahan Thn 2010 37.849 ha 6.558 ton 245 kg/ha 196.803 kk 0,19 ha/kk Thn 2011 41.200 ha 4.236 ton 161 kg/ha 196.803 kk 0,19 ha/kk Thn 2012 41.713 ha 7.572 ton 295 kg/ha 203.233kk 0,18 ha/kk

Untuk menjalin kemitraan aktif dengan masyarakat, maka pada tahun 2012 Dinas Perkebunan Jawa Tengah memberikan peng hargaan kepada sejumlah kelompok tani cengkih yang berprestasi, yaitu sebagai berikut.
152 Untukmu Jawa Tengahku
Optimalisasi Pemberdayaan Masyarakat Guna Mewujudkan Kedaulatan Pangan Perkebunan

- Kelompok tani cengkeh Samyo Rahayu dari Kabupaten Semarang sebagai Juara I, mem_ peroleh penghargaan berupa piagam, piala, dan uang pembinaan Rp10.000.000 - Kelompok tani cengkeh Sido Rahayu 3 dari Kabupaten Pati sebagai juara II, memperoleh piagam, piala, dan uang pembinaan Rp9.000.000 - Kelompok tani cengkeh Sedyo Subur I dari Kabupaten Wonogiri sebagai juara III, memperoleh piagam,piala, dan uang pembinaan Rp. 8.000.000. e. Komoditas Pala Sampai saat ini Indonesia merupakan negara terbesar produsen Pala di dunia dan kebutuhan Pala dunia 65 % dicukupi Indonesia. Tinggi pohon

Komoditas Pala
Untukmu Jawa Tengahku
Optimalisasi Pemberdayaan Masyarakat Guna Mewujudkan Kedaulatan Pangan Perkebunan

153

Pala rata-rata antara 10 20 meter dan daunnya tidak pernah mengalami gugur sepanjang tahun. Daerah penghasil Pala di Indonesia adalah Provinsi Lampung, Nias, Padang, Madura, Minahasa. Di Jawa Tengah daerah yang menghasilkan pala adalah Kabupaten Cilacap, Banyumas, Kebumen, Pur worejo, Boyolali, Wonosobo Banjarnegara, Peka longan, Pemalang, yang keseluruhannya mencapai luas 642 ha dengan produksi 48 ton. Salah satu kelebihan tanaman pala yaitu dapat berbuah sepanjang tahun, sehingga kapanpun orang akan bisa menikmati buahnya. Selama ini pengolahan buah pala hanya menjadi manisan. Buah pala mempunyai kelebihan karena hampir seluruh bagian tanamannya dapat dimanfaatkan untuk beraneka macam keperluan, termasuk sebagai bahan obat tradisional. Tanaman pala cocok ditanam pada daerah curah hujan tinggi, yakni tidak kurang dari 2.000 mm pertahun, ditanam diketinggian berkisar 300 meter dari permukaan laut. Tanaman ini berumur panjang dengan tinggi pohon mencapai 20 meter. Di dalam buah pala antara lain terdapat biji pala dan pembungkus biji dan pala dapat disuling menghasilkan minyak pala. Dan biasanya minyak pala bila dicampur dengan air lavender
154 Untukmu Jawa Tengahku
Optimalisasi Pemberdayaan Masyarakat Guna Mewujudkan Kedaulatan Pangan Perkebunan

menghasilkan aroma yang harum, lembut serta sulit ditiru dengan memakai bahan lain. f. Komoditas Lada Lada merupakan tanaman kelompok rempah yang menjadi komoditas peringkat pertama ekspor. Kegunaannya sebagai rempah sangat khas dan tidak dapat digantikan dengan jenis rempah lainnya. Di Indonesia daerah penghasil lada terbesar di Provinsi Lampung, Kepulauan Bangka Belitung, Kalimantan Timur dan Kalimantan Barat. Di Jawa Tengah daerah sentra pengembangan lada di Kabupaten Purbalingga, Kabupaten Banjar negara, Kabupaten Cilacap dan Kabupaten Banyumas serta 20 Kabupaten lain sebagai daerah pendukung.

Komoditas Lada Untukmu Jawa Tengahku


Optimalisasi Pemberdayaan Masyarakat Guna Mewujudkan Kedaulatan Pangan Perkebunan

155

Pada umur 3 tahun lada dapat berbuah dan dipanen. Selanjutnya hasil mulai bertambah sampai tanaman berumur 8 tahun, kemudian mulai menurun. Kalau tanaman dipelihara dengan baik, masih dapat berproduksi sampai 15 tahun atau lebih. Sejak bunga keluar sampai buah masak memakan waktu 7 9 bulan, buah yang masih muda berwarna hijau tua dan apabila sudah masak menjadi kuning ke merah-merahan. Pada tahap pembungaan dan pembuahan perlu diamati kemungkinan adanya serangan kepik penghisap bunga dan kepik penghisap buah. Kedua jenis hama ini sama-sama menimbulkan kehilangan langsung pada produksi lada. Berdasarkan pengolahan hasil, ada tiga hasil pengolahan lada, yaitu: lada hitam, lada putih dan lada hijau. Untuk lada hitam tahap pengolahannya sebagai berikut: kerontokan, penyaringan, pembersihan, sortasi, pengemasan dan penyimpanan. Sedang untuk lada putih melalui tahapan perendaman, pembersihan, pencucian, pengeringan, pembersihan dan sontasi serta pengemasan dan penyimpanan. Untuk pengolahan lada hijau menurut petunjuk (1) lada hijau dalam larutan pengawet (2) lada hijau kering (3)lada hijau dalam bentuk beku.
156 Untukmu Jawa Tengahku
Optimalisasi Pemberdayaan Masyarakat Guna Mewujudkan Kedaulatan Pangan Perkebunan

Hasil lada dapat didiversifikasi menjadi (1) ekstrak minyak lada (2) ekstrak oleotesin dan (3) balsam lada. Untuk standar mutu lada putih SNI 010004-1995, standar mutu lada hitam SNI 01-0005 1995 dan standar mutu ISO 9000, ISO 14000, HACCP dan SPS. 3. Tanaman Tahunan Tanaman tahunan merupakan jenis tanaman yang dapat menghasilkan lebih dari satu tahun. Dari berbagai macam jenis tanaman tahunan ada beberapa jenis tanaman yang tidak secara langsung dapat berproduksi. Pemilihan komoditas yang akan dikembangkan di suatu daerah seharusnya yang memiliki keunggulan kompetitif, sehingga menguntungkan dan berkesinambungan. Pada era perdagangan bebas, semua komoditas pertanian dapat secara bebas diperdagangkan antar daerah, bahkan negara. Konsekuensi dari perdagangan bebas adalah hanya komoditas yang mempunyai keunggulan kompetitif saja yang mampu bersaing. a. Komoditas Kelapa Dengan luas areal kelapa sekitar 3,7 juta hektar pada tahun 1998, Indonesia tercatat sebagai negara yang memiliki areal kelapa terluas mencapai sepertiga areal kelapa dunia seluas 11,7 juta ha. Pertumbuhan areal kelapa meningkat
Untukmu Jawa Tengahku
Optimalisasi Pemberdayaan Masyarakat Guna Mewujudkan Kedaulatan Pangan Perkebunan

157

tajam selama tiga dekade terakhir yang mana pada tahun 1970 luas areal baru sekitar 1,8 juta ha. 97% dari total areal merupakan perkebunan rakyat dan sekitar 96% dari tanaman yang diusahakan berupa kelapa dalam/lokal dengan produktivitas rata-rata 1,04 ton per ha setara kopra. Berbeda halnya dengan luas areal, dilihat dari produksi yang dicapai yaitu sekitar 2,8 juta ton, Indonesia hanya menempati posisi nomor 2 terbesar setelah Philipina, hal ini disebabkan oleh masih rendahnya produktivitas kelapa Indonesia dibanding Philipina yang telah mencapai sekitar 2,5 ton per ha. Kelapa bukan hanya sumber pemenuhan bahan pokok keluarga petani tetapi telah menjadi salah satu sumber penghasilan bagi tidak kurang dari 7 juta keluarga petani yang tersebar di semua provinsi kecuali Daerah Khusus Indonesia (DKI) Jakarta. Seiring berkembangnya teknologi pengolahan, industri yang berbasis kelapa telah menjadi penyedia lapangan pekerjaan. Sebagai tanaman yang hampir semua bagiannya dapat dimanfaatkan kelapa dikenal sebagai Pohon Kehidupan. Sejalan dengan tuntutan pasar dan didukung oleh teknologi pengolahan yang akhir-akhir ini berkembang, produk yang dihasilkan tidak hanya terbatas pada produk konvensional seperti kopra, arang atau
158 Untukmu Jawa Tengahku
Optimalisasi Pemberdayaan Masyarakat Guna Mewujudkan Kedaulatan Pangan Perkebunan

keperluan rumah tangga lainnya. Bahan mentah yang biasanya diolah secara sederhana atau menjadi limbah kini menjadi sumber bahan baku industri antara lain oleo kimia, desicated coconut, gula kelapa dan berbagai pengolahan produk ikutan seperti bungkil, air kelapa, nata de coco, santan awet, tepung tempurung, sabut dan lain sebagainya. Produk tersebut memiliki prospek pasar baik dalam negeri maupun ekspor. Sekitar 70-75% produksi kelapa diekspor dan Indonesia merupakan eksportir terbesar nomor 2 setelah Philipina. Pada tahun 1998 total ekspor mencapai US $ 266,4 juta yang berasal dari produk-produk antara lain minyak kelapa, kopra, bungkil kelapa, kelapa parut dan arang dengan negara tujuan utama Belanda, Malaysia, Singapura dan Amerika Serikat. Sedangkan apabila melihat kondisi komoditas kelapa di Provinsi Jawa Tengah, wilayah ini memiliki area perkebunan yang terbagi atas perkebunan rakyat dan perkebunan besar negara yang di dalamnya terdiri atas perkebunan kelapa hibrida, perkebunan kelapa dalam dan perkebunan kelapa deres. Komoditas kelapa di Jateng sebagian besar digunakan untuk industry pengolahan bahan baku kelapa, dimana pada tahun 2010 mencapai
Untukmu Jawa Tengahku
Optimalisasi Pemberdayaan Masyarakat Guna Mewujudkan Kedaulatan Pangan Perkebunan

159

95.720,05 ton; untuk konsumsi rumah tangga 33.118,61 ton; perdagangan ke provinsi lain 8.145,47 ton, dan untuk ekspor sebesar 4.975,38 ton. Pada saat ini terjadi peningkatan ekspor kelapa konsumsi ke Thailand, Vietnam, China, dan Jordania. Neraca ketersediaan komoditas kelapa di Jawa Tengah dari tahun 2008-2010 menunjukkan kondisi surplus, dengan kecenderungan menurun. Pada tahun 2008 surplus kelapa mencapai 160.079,79 ton; tahun 2009 surplus 152.613,44 ton; dan tahun 2010 surplus 145.147,09 ton. Kelapa dijuluki sebagai tanaman ekonomi, karena dari semua bagian tanaman dapat dimanfaatkan dan diolah menjadi hasil produk, yaitu gula kelapa, untuk santan, minyak, VCO, HCO, arang tempurung, nata dacoco, asap cair, sabut dan pupuk organic. Untuk tahun 2012 pengembangan kelapa seluas 1.790 ha, untuk APBN difokuskan di Kabupaten Kebumen seluas 250 ha, Magelang seluas 250 ha, Cilacap seluas 250 ha, dan Klaten seluas 200 ha, sedang untuk APBD masing masing seluas 10 ha di 9 Kabupatgen, yaitu Temanggung, Pekalongan, Rembang, Blora, Demak, Banyumas, Purbalingga, Kendal, dan Jepara. Untuk pengendalian OPT, dilaksnakan dengan cara yang ramah lingkungan, menggunakan APH, sanitasi dan fisis.
160 Untukmu Jawa Tengahku
Optimalisasi Pemberdayaan Masyarakat Guna Mewujudkan Kedaulatan Pangan Perkebunan

Luas areal dan Produksi Komoditas Kelapa di Jawa Tengah tahun 2012 di Provinsi menurut pengelolanya.
No 1 2 Uraian Pengelola PBS Kelapa Deres Jumlah PR Areal (ha) 234.080,60 309,46 23.906,11 258.296,17 Prod (ton) 182.162,83 413,44 223.669,36 406.245,63 Produktivitas (kg/ha) 1.107 1.059 9.638 2.159

Kelapa Dalam PR

Sedangkan Permasalahan yang dihadapi antara lain: Rendahnya produktivitas dibandingkan tingkat optimal yang bisa dicapai yaitu sekitar 2,5 kali Penanaman dilakukan dalam skala kecil/pada lahan yang sempit sehingga skala ekonomis tidak terpenuhi Sebagian besar produksi masih terbatas produkpro duk tradisional seperti kopra, sedangkan tek nologi pengolahan untuk produk-produk lain belum sepenuhnya dikuasai di lain pihak akses pasar terbatas Kurang efisiennya pemanfaatan lahan diantara tanaman kelapa sehingga tidak diperoleh sumber penghasilan tambahan Lemahnya kelembagaan petani, sehingga peta ni tidak memiliki wadah yang dapat membantu petani menghadapi permasalahan yang dihadapi.
Untukmu Jawa Tengahku
Optimalisasi Pemberdayaan Masyarakat Guna Mewujudkan Kedaulatan Pangan Perkebunan

161

Adapun Peluang yang ada : Adanya areal yang cukup luas beserta petani sebagai potensi sumber daya alam dan sumber daya manusia yang dapat dioptimalkan Lahan di antara pertanaman kelapa berpo tensi untuk diversifikasi usaha, sehingga pengembangan tanaman sela yang produktif pada kon disi agroklimat tersebut dan mempunyai pros pek pasar yang baik dapat meningkatkan pendapatan petani Tersedianya teknologi sederhana yang dapat mendukung usaha diversifikasi produk, sekaligus meningkatkan efisiensi pemanfaatan (Zero Waste) sehingga terbuka peluang bagi petani untuk mendapatkan nilai tambah Adanya dukungan industri rumah tangga, kecil, dan menengah yang membutuhkan bahan baku kelapa termasuk bahan ikutannya. Dari 114 perusahaan pengolah produk kelapa / minyak kelapa dengan kapasitas total 2,4 juta beroperasi di bawah kapasitas yaitu 800.000 ton Masih tersedianya areal pengembangan ter utama di daerah pasang surut Networking yang memiliki peran signifikan antara lain Litbang / Balai-balai, pakar, praktisi asosiasi nasional, seperti : Masyarakat Perkelapaan
162 Untukmu Jawa Tengahku
Optimalisasi Pemberdayaan Masyarakat Guna Mewujudkan Kedaulatan Pangan Perkebunan

Indonesia (MAPI) dan Internasional, seperti : Asian Pasific Coconut Community (APCC) untuk mendorong pengembangan perkelapaan. Kemudian tantangan yang muncul meliputi : Dengan pesatnya penggunaan minyak sawit, peran kelapa sebagai bahan baku minyak goreng semakin berkurang, sehingga perlu diupayakan penganekaragaman produk kelapa dan ikutannya yang berorientasi pasar. Persaingan di antara negara eksportir di era globalisasi semakin dirasakan sehingga efisiensi dalam pengelolaan tanaman kelapa mulai dari budidaya hingga pemasaran perlu ditingkatkan. Disamping itu, perlu dicari terobosan yang dapat menciptakan keunggulan yang komparatif/ kompetitif setiap produk yang dihasilkan. Posisi Indonesia sebagai negara terluas dalam pemilikan areal kelapa belum dapat mencapai tingkat produksi tertinggi yang sementara ini dicapai oleh Philipina. Untuk Strategi Pengembangan kelapa ke depan diperlukan suatu pengembangan yang berorientasi pasar lokal, regional, dan global namun pendekatan yang dilakukan akan disesuaikan spesifikasi kondisi dengan kata lain think globally, act locally dengan strategi peningkatan partisipasi seluruh petani dan
Untukmu Jawa Tengahku
Optimalisasi Pemberdayaan Masyarakat Guna Mewujudkan Kedaulatan Pangan Perkebunan

163

stakeholders lainnya untuk meningkatkan produktivitas tanaman dan optimalisasi pemanfaatan lahan yang disertai dengan penganekaragaman pro duk yang mendorong terciptanya usaha tani yang efisien, produk yang berdaya saing tinggi dan berkelanjutan. Untuk Kebijakan Pengembangan, meliputi : Kebijakan Umum Melakukan pengembangan usaha secara terpadu terutama di sentra-sentra produksi kelapa dari sektor hulu, hilir, dan pemasaran. Sehingga terwujud agrobisnis yang tangguh untuk mendukung agroindustri dan secara sinergi dapat meningkatkan pendapatan petani dan devisa negara. Kebijakan Teknis Optimalisasi pemanfaatan lahan dengan komoditas yang bernilai ekonomis dan produktif yang diusahakan di antara tanaman kelapa, seperti kopi dan kakao (diversivikasi usaha) Intensifikasi kebun eksisting sesuai dengan agroklimat. Meningkatkan nilai tambah produk melalui pemanfaatan setiap bagian tanaman sehingga
164 Untukmu Jawa Tengahku
Optimalisasi Pemberdayaan Masyarakat Guna Mewujudkan Kedaulatan Pangan Perkebunan

menjadi aneka ragam produk yang bernilai ekonomis dan dapat dipasarkan (diversifikasi produk yang megacu pada Zero Waste) Pemberdayaan SDM melalui peningkatan ketrampilan yang dapat menunjang usaha produktif Penguatan kelembagaan petani agar secara kolektif memiliki kemampuan mengakses pasar, modal serta dapat menjalin kemitraan. Penyertaan sarana dan prasarana produksi, seperti misalnya bibit unggul bersertifikasi. Sebagai upaya peningkatan partisipasi masyara kat dalam pengembangan komoditas kelapa, maka pada tahun 2012 Dinas Perkebunan Jawa Tengah memberikan apresiasi kepada kelom pok tani yang berprestasi di bidang ini, antara lain; - Kelompok tani kelapa Suncoco dari Kabupaten Kebumen sebagai juara I, memperoleh piagam, piala dan uang pembinaan Rp10.000.000 - Kelompok tani kelapa Sekar Mancung dari Kabupaten Banyumas, sebagai juara II, memper oleh piagam,piala, dan uang pembinaan Rp9.000.000 - Kelompok tani kelapa Ngudi Utama dari kabupaten Banjarnegara sebagai juara III, memperoleh piagam,piala, dan uang pembinaan Rp.8.000.000
Untukmu Jawa Tengahku
Optimalisasi Pemberdayaan Masyarakat Guna Mewujudkan Kedaulatan Pangan Perkebunan

165

Potensi Wilayah (luas dan Status Lahan) Pengembangan Komoditas Kelapa di Jawa Tengah.
No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 Nama Daerah Kabupaten Banjarnegara Kabupaten Banyumas Kabupaten Batang Kabupaten Blora Kabupaten Boyolali Kabupaten Brebes Kabupaten Cilacap Kabupaten Demak Kabupaten Grobogan Kabupaten Jepara Kabupaten Karanganyar Kabupaten Kebumen Kabupaten Kendal Kabupaten Klaten Luas Lahan Lahan yang sudah Digunakan (Ha): 12.141 Status Lahan: Perkebunan Rakyat Lahan yang sudah Digunakan (Ha): 12.984 Status Lahan: Perkebunan Rakyat Lahan yang sudah Digunakan (Ha): 2.190 Status Lahan: Perkebunan Rakyat Lahan yang sudah Digunakan (Ha): 2.790 Status Lahan: Perkebunan Rakyat Lahan yang sudah Digunakan (Ha): 4.616 Status Lahan: Perkebunan Rakyat Lahan yang sudah Digunakan (Ha): 4.128 Status Lahan: Perkebunan Rakyat Lahan yang sudah Digunakan (Ha): 22.033 Status Lahan: Perkebunan Rakyat Lahan yang sudah Digunakan (Ha): 1.041 Status Lahan: Perkebunan Rakyat Lahan yang sudah Digunakan (Ha): 3.339 Status Lahan: Perkebunan Rakyat Lahan yang sudah Digunakan (Ha): 12.786 Status Lahan: Perkebunan Rakyat Lahan yang sudah Digunakan (Ha): 2.484 Status Lahan: Perkebunan Rakyat Lahan yang sudah Digunakan (Ha): 33.029 Status Lahan: Perkebunan rakyat Lahan yang sudah Digunakan (Ha): 1.574 Status Lahan: Perkebunan Rakyat Lahan yang sudah Digunakan (Ha): 7.298 Status Lahan: Perkebunan Rakyat

166

Untukmu Jawa Tengahku


Optimalisasi Pemberdayaan Masyarakat Guna Mewujudkan Kedaulatan Pangan Perkebunan

No 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30

Nama Daerah Kabupaten Kudus Kabupaten Magelang Kabupaten Pati Kabupaten Pekalongan Kabupaten Pemalang Kabupaten Purbalingga Kabupaten Purworejo Kabupaten Rembang Kabupaten Semarang Kabupaten Sragen Kabupaten Sukoharjo Kabupaten Tegal Kabupaten Temanggung Kabupaten Wonogiri Kabupaten Wonosobo Kota Salatiga

Luas Lahan Lahan yang sudah Digunakan (Ha): 946 Status Lahan: Perkebunan Rakyat Lahan yang sudah Digunakan (Ha): 7.140 Status Lahan: Perkebunan Rakyat Lahan yang sudah Digunakan (Ha): 6.289 Status Lahan: Perkebunan Rakyat Lahan yang sudah Digunakan (Ha): 3.869 Status Lahan: Perkebunan Rakyat Lahan yang sudah Digunakan (Ha): 4.326 Status Lahan: Perkebunan Rakyat Lahan yang sudah Digunakan (Ha): 13.806 Status Lahan: Perkebunan Rakyat Lahan yang sudah Digunakan (Ha): 22.802 Status Lahan: Perkebunan Rakyat Lahan yang sudah Digunakan (Ha): 7.226 Status Lahan: Perkebunan Rakyat Lahan yang sudah Digunakan (Ha): 6.671 Status Lahan: Perkebunan Rakyat Lahan yang sudah Digunakan (Ha): 7.642 Status Lahan: Perkebunan Rakyat Lahan yang sudah Digunakan (Ha): 1.264 Status Lahan: Perkebunan Rakyat Lahan yang sudah Digunakan (Ha): 4.541 Status Lahan: Perkebunan Rakyat Lahan yang sudah Digunakan (Ha): 1.971 Status Lahan: Perkebunan Rakyat Lahan yang sudah Digunakan (Ha): 15.700 Status Lahan: Perkebunan Rakyat Lahan yang sudah Digunakan (Ha): 5.008 Status Lahan: Perkebunan Rakyat Lahan yang sudah Digunakan (Ha): 236 Status Lahan: Perkebunan Rakyat

Untukmu Jawa Tengahku


Optimalisasi Pemberdayaan Masyarakat Guna Mewujudkan Kedaulatan Pangan Perkebunan

167

No 31 32

Nama Daerah Kota Semarang Kota Surakarta

Luas Lahan Lahan yang sudah Digunakan (Ha): 1.130 Status Lahan: Perkebunan Rakyat Lahan yang sudah Digunakan (Ha): 99 Status Lahan: Perkebunan Rakyat

b. Komoditas Karet Karet merupakan komoditas primadona, harga karet dipasar dunia sangat bagus. Pada tahun 2012 harga karet dunia mencapai angka antara 2,8 hingga 3,3 US dollar per Kg. Angka ini setara dengan Rp.24.000,- hingga Rp.30.000,- per Kg, bahkan di awal tahun 2012 sempat menyentuh angka 4 US dollar per Kg. Indonesia bersama Malaysia dan Thailand meruapakan tiga negara yang memasok 70% kebutuhan karet dunia.

168

Untukmu Jawa Tengahku


Optimalisasi Pemberdayaan Masyarakat Guna Mewujudkan Kedaulatan Pangan Perkebunan

Luas lahan tanaman karet di Jawa Tengah mencapai 40.563,45 ha yang tersebar disejumlah Kabupaten dan Kota dengan produksi mencapai 30.277 ton per tahun, yang sentranya berada di Kabupaten Semarang, Kendal, Cilacap, Banyumas dan Purworejo. Getah karet diolah menjadi karet mentah di pabrik pengolahan karet yang berada di kawasan perkebunan masing-masing. Karet mentah ini ke mu dian dikirim ke pabrik-pabrik pengolahan karet menjadi bahan jadi serta diekspor ke luar negeri. Perusahaan perkebunan karet juga bekerjasama dengan masyarakat sekitar kebun untuk mengoptimalkan pengelolaan lahan menjadi lahan tumpangsari, antara lain dengan menanam kacang, singkong dan tanaman palawija lainnya. Langkah terobosan untuk pengembangan komo ditas karet, antara lain dilakukan melalui : - Tahun 2011 perluasan karet seluas 75 ha di Kabupaten Kendal dan bantuan bibit sejumlah 20.000 batang (40 ha) dan tahun 2012 peremajaan karet di Kabupaten Cilacap seluas 200 ha. - Bantuan unit pengolah Bokar, peralatan dan paket bangunan untuk Kabupaten Cilacap. - Pemberdayaan kelompok

Untukmu Jawa Tengahku


Optimalisasi Pemberdayaan Masyarakat Guna Mewujudkan Kedaulatan Pangan Perkebunan

169

- Membentuk pemasaran bersama komoditas karet, yang dikoordinasikan oleh Kebun Tlogo. Luas areal dan prodoksi Komoditas Karet di Jawa Tengah tahun 2012 di perinci menurut pengelolanya.
No 1 Uraian Karet Pengelola PR PBN PBS Jumlah Areal (ha) 7.732,50 27.397,99 5.432,96 40.563,45 Prod (ton) 1.580,17 25.777,32 2.919 ,83 30.277,32 Produktivitas (kg/ha) 976 1.541,99 770,41 1.368,39

c. Komoditas Kapas Industri Tekstil Nasional telah berkembang dengan meyakinkan dan merupakan salah satu sektor penting dalam menghasilkan devisa negara,

170

Untukmu Jawa Tengahku


Optimalisasi Pemberdayaan Masyarakat Guna Mewujudkan Kedaulatan Pangan Perkebunan

namun dalam pengadaan bahan bakunya terutama serat kapas sangat tergantung pada impor. Selama 5 tahun terakhir, rata-rata impor kapuk sebesar 461.800 ton dengan nilai sebesar US $ 837.501.600. Ketergantungan terhadap impor tidak saja memperbesar devisa yang lari keluar akan tetapi juga membuat Indonesia akan lebih tergantung oleh kondisi pertanaman dan kebijakan di negara produsen. Berbagai upaya telah dilakukan untuk mengembangkan tanaman kapas, antara lain pengembangan kapas rakyat melalui program Inten sifikasi Kapas Rakyat (IKR) sejak MTT 1978 /1979, namun belum memperlihatkan hasil seperti yang diharapkan. Areal penanaman kapas tertinggi dicapai pada MT. 1984 / 1985 yaitu seluas 45.360 ha dengan produksi sebesar 24.580 ton kapas berbiji atau 8.615 ton serat kapas, setelah itu cenderung menurun sampai MT. 1997 / 1998 mencapai luas 21.923 ha dengan produksi 5.900 ton atau 2.000 ton serat kapas (0,5% dari kebutuhan dalam negeri). Provinsi Jawa Tengah menjadi salah sa tu wi layah yang mampu diandalkan dalam meng hasilkan komoditas ini. Dengan tingkat per tum buh an sebe sar 2% tiap tahunnya, permasalahan keter gantungan terhadap impor akan mampu diku rangi.
Untukmu Jawa Tengahku
Optimalisasi Pemberdayaan Masyarakat Guna Mewujudkan Kedaulatan Pangan Perkebunan

171

Terlebih lagi dengan dukungan kelem bagaan yang sudah ada, kemungkinan untuk mengembangkan komoditas kapas di wilayah ini sangatlah besar. Permasalahan yang dihadapi dalam usaha tani kapas Jawa Tengah, meliputi: Rendahnya produktivitas sebagai akibat dari belum diterapkannya paket teknologi seca ra optimal antara lain Penyediaan benih bermu tu masih belum terlaksana dengan baik, Penyediaan pupuk di tingkat petani sering tidak tepat waktu, jumlah maupun tempat,Sistem PHT belum terlaksana dengan baik, Pengembangan kapas selama ini di lahan marginal. Rendahnya populasi tanaman per hektar Masih lemahnya pembinaan instansi terkait terhadap perusahaan pengelola maupun petani Kelembagaan petani baik berupa kelompok tani maupun koperasi belum terbentuknya seutuhnya Masih kurangnya dukungan pendanaan Kurang menunjangnya pendapatan petani dari usaha tani kapas mengakibatkan animo petani dalam usaha tani kapas menurun. Beberapa peluang dalam penanganan perkapasan, meliputi: Pasar cukup tersedia untuk memenuhi kebutuh an industri tekstil dalam negeri 500.000 ton
172 Untukmu Jawa Tengahku
Optimalisasi Pemberdayaan Masyarakat Guna Mewujudkan Kedaulatan Pangan Perkebunan

serat kapas per tahun (1,5 juta ton kapas berbiji) Hasil penelitian Puslit Tanah dan Agroklimat, telah menghasilkan lahan potensial untuk pengembangan kapas. Petani dan petugas yang sudah pengalaman dalam pengembangan kapas, terkait dalam program IKR Dukungan Balai Penelitian (Balittas) dan sejum lah tenaga peneliti di bidang kapas Telah dilepas beberapa varietas unggul sesuai lokasi Telah ada beberapa perusahaan tekstil yang aktif sebagai perusahaan pengelola pada program IKR membina dan menampung hasil produksi petani.

Untuk tantangan yang dihadapi antara lain: Belum optimalnya dukungan pemerintah dalam pengembangan kapas nasional Kecenderungan perusahaan tekstil memenuhi kebutuhan kapas dari kapas impor Kapas merupakan tanaman yang sangat sensitif, me nuntut ketepatan penerapan teknologi, se hingga diperoleh kualitas dan kuantitas yang bermutu Strategi Pengembangan kapas nasional ke depan diarahkan pada peningkatan dan pengembangan partisipasi aktif petani dan semua pihak yang terkait (stakeholders) sebagai upaya untuk
Untukmu Jawa Tengahku
Optimalisasi Pemberdayaan Masyarakat Guna Mewujudkan Kedaulatan Pangan Perkebunan

173

peningkatan pendapatan petani dan pendapatan daerah. Sedangkan untuk kebijakan yang ditempuh meliputi: Penumbuhan dan pemantapan kegiatan ke mitra an, koordinasi dan kerjasama yang lebih serasi antara berbagai pihak terkait dalam pengembangan kapas melalui pendekatan Kim-Bun dan Cotton Cooperative Development Center (CCDC). Memperkuat kelembagaan petani kapas menuju koperasi yang sehat dan mandiri. Menumbuhkembangkan kelembagaan usaha tani melalui pembentukan Kelopok Tani Kelompok Usaha Bersama dan koperasi dengan pendekatan KIM-BUN. Meningkatkan animo masyarakat tani untuk mengembangkan tanaman kapas dengan me mantapkan sistem tumpang sari dan memantapkan harga sesuai mekanisme pasar dengan memperhatikan tingkat harga kapuk internasional. Peningkatan profesionalisme para pelaku melalui pengembangan SDM dan IPTEK. Peningkatan produktivitas lahan dan tanaman melalui peneapan paket teknologi secara penuh
Untukmu Jawa Tengahku
Optimalisasi Pemberdayaan Masyarakat Guna Mewujudkan Kedaulatan Pangan Perkebunan

174

termasuk tumpang sari. Penerapan pola tumpang sari dan jenis komoditas disesuaikan dengan wilayah setempat.

d. Komoditas Jambu Mete Jambu mete merupakan komoditas perdagang an Indonesia yang sangat penting bagi penerimaan devisa. Pada tahun 1998 areal jambu mete mencapai 532.713 ha dengan produksi 87.693 ton dengan produktivitas 350kg/ha. Seluas 521.695 (lebih kurang 98%) diusahakan oleh perkebunan rakyat. Areal perkebunan jambu mete sebagian besar (94,89%) berada di kawasan Timur Indonesia. Wilayah pertanaman jambu mete terdapat di 30 provinsi, sedangkan daerah sentra produksi meliputi 9 provinsi yaitu Jawa Tengah, Daerah Istimewa Yogyakarta, Jawa Timur, Bali, NTB, NTT, Sulawesi Tenggara, Sulawesi Selatan dan Maluku. Pendapatan devisa dari ekspor jambu mete tahun 1998 sebesar US$ 34.998.000 dengan volume sebesar 30.287 ton. Produk jambu mete yang diperdagangkan umumnya dalam bentuk gelondong dan kacang mete. Pangsa produksi jambu mete di Indonesia hanya sekitar lebih kurang 9% dari produksi jambu mete dunia. Dengan demikian Indonesia selama
Untukmu Jawa Tengahku
Optimalisasi Pemberdayaan Masyarakat Guna Mewujudkan Kedaulatan Pangan Perkebunan

175

10 tahun terakhir merupakan Negara produsen terbesar ketiga dunia, setelah Brazil lebih kurang 19,27% dan India lebih kurang 17,35%. India pangsa pasarnya 50-70% dan diikuti oleh Brazil dengan pangsa pasar 20-40% sedangkan Indonesia pangsa pasarnya adalah 3-4%. Dari hasil pangsa pasar di Indonesia sebesar 3-4%, propinsi Jawa tengah dalam menghasilkan komoditas jambu mete memang tidaklah sebesar wilayah lain. Hal ini disebabkan salah satunya belum dikelolanya perkebunan besar oleh pihak pemerintah provinsi. Kabupaten Wonogiri menjadi salah satu kabupaten yang paling besar menghasilkan komoditas jambu mete. Jumlah produksi jambu mete dari Perkebunan Rakyat pada tahun 2012 sebanyak 12.057 ton, tahun 2011 sebanyak 8.664 ton, tahun 2010 sebanyak 8.599 ton, tahun 2009 sebanyak 8.804 ton. Usaha tani jamu mete belum efesien mengingat beberapa kendala, antara lain; - Produktivitas masih rendah 350kg/ha, sekitar 30-35% dari potensi produksi - Belum adanya varietas anjuran, benih masih varietas local yang berasal dari blok penghasil tinggi atau pohon terpilih - Kualitas masih rendah dan beragam
176 Untukmu Jawa Tengahku
Optimalisasi Pemberdayaan Masyarakat Guna Mewujudkan Kedaulatan Pangan Perkebunan

- Pertumbuhan kelembagaan (kelompok tani) pro duktif dan koperasi belum seperti yang diharapkan - Produk yang diperdagangkan umumnya dalam bentuk gelondong mete, sehingga margin keuntung an terbesar berada di tangan konsumen. Peluang usaha komoditas jambu mete yang dihadapi meliputi; - Pasar dunia untuk kacang mete terus ber kembang dan ini akan mendatangkan nilai tambah dan kesempatan kerja - Dengan potensi sumber daya alam yang besar dan sifat tanaman mete yang sangat toleran pada berbagai kondisi agroklimat dan umur tanaman mete saat ini umumnya masih muda, maka di masa mendatang Indonesia dapat menjadi Nega ra produsen utama mete dunia. Hal ini didu kung dengan tingginya permintaan masih belum dapat diimbangi kuantitas produksi; India sebagai penghasil kedua dunia hanya mampu memenuhi kebutuhan bahan baku 150.000 ton/tahun, sedangkan kebutuhannya adalah 300.000-500.000 ton/tahun. Pengembangan komoditas jamu mete menghadapi tantangan yang cukup bervariasi, antara lain; - Persaingan yang semakin tajam dengan eksporUntukmu Jawa Tengahku
Optimalisasi Pemberdayaan Masyarakat Guna Mewujudkan Kedaulatan Pangan Perkebunan

177

tir mete dunia, seperti Brazil, India, Mozambiqu, yang telah berhasil meningkatkan produktivitas mete antara 600-1.200 kg/ha Dukungan kebijakan pemerintah tentang pajak ekspor dan impor biji mete. Pemerintah India memberikan insentif terhadap impor gelondong mete apabila produksi mete dieskpor, sedangkan impor kacang mete dilarang. Adapun Pemerintah Mozambique melarang ekspor biji mete, dan setiap pabrik harus memenuhi kebutuhan bahan bakunya terlebih dahulu, baru diijinkan ekspor dengan pajak eskpor 30%. Sedangkan Indonesia bebas ekspor mete gelondong, tetapi impor dikenakan biaya masuk 30% dan PPN 10%. Berorientasi ekspor umumnya dalam bentuk gelondong, tetapi pasokan bahan baku tidak stabil sehingga industri tidak mampu bekerja sesuai kapasitas. Mengingat produk jambu olahan jambu mete sebagian besar merupakan produk pangan, disisi lain semakin besarnya tuntutan konsumen terhadap produk olahan yang memenuhis tandar mutu dan kesehatan produk, maka para produsen perlu mengantisipasinya. Diversifikasi horizontal untuk pemanfaatan nilai tambah.

178

Untukmu Jawa Tengahku


Optimalisasi Pemberdayaan Masyarakat Guna Mewujudkan Kedaulatan Pangan Perkebunan

Strategi pengembangan komoditas jambu mete Bertitik tolak dari kondisi peluang dan tantangan usaha permetean baik secara nasional maupun internasional, maka strategi pengembangan jambu mete ke depan secara global di Jawa Tengah diarahkan kepada upaya efisiensi, efektivitas usaha tani jambu mete secara berkelanjutan dalam rangka meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan masyarakat permetean melalui peningkatan daya saing komoditas. Kebijakan pengembangan Komoditas Jambu Mete - Pengembangan jambu mete lebih diandalkan kepada usaha perkebunan rakyat dengan luasan pengembangan berskala ekonomi, baik di ting kat usaha tani maupun tingkat komoditi jambu mete; - Penumbuhan dan pemantapan kegiatan kemi tra an, koordinasi dan kerjasama yang lebih serasi antara berbagai pihak terkait dalam pengembangan jambu mete melalui pen de katan KIMBUN dan Cashewnut Coopera tive Deve lopment Centre (CCDC); - Memperkuat kelembagaan ekonomi di wilayah pengembangan jambu mete menuju koperasi
Untukmu Jawa Tengahku
Optimalisasi Pemberdayaan Masyarakat Guna Mewujudkan Kedaulatan Pangan Perkebunan

179

yang sehat dan mandiri; - Meningkatkan animo masyarakat tani untuk me ngembangkan dan memelihara tanaman jambu mete; - Peningkatan profesionalisme para pelaku melalui pelatihan SDM dalam rangka peningkatan IPTEK - Peningkatan produktivitas lahan dan tanaman melalui penerapan rakitan teknologi secara utuh. Potensi Wilayah (luas dan Status Lahan) Pengembangan Komoditi Jambu Mete di Jawa Tengah
No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Nama Daerah Kabupaten Batang Kabupaten Blora Kabupaten Boyolali Kabupaten Brebes Kabupaten Grobogan Kabupaten Jepara Kabupaten Karanganyar Kabupaten Kebumen Kabupaten Kudus Luas Lahan Lahan yang sudah Digunakan (Ha): 58 Status Lahan: Perkebunan Rakyat Lahan yang sudah Digunakan (Ha): 1.030 Status Lahan: Perkebunan Rakyat Lahan yang sudah Digunakan (Ha): 194 Status Lahan: Perkebunan Rakyat Lahan yang sudah Digunakan (Ha): 79 Status Lahan: Perkebunan Rakyat Lahan yang sudah Digunakan (Ha): 279 Status Lahan: Perkebunan Rakyat Lahan yang sudah Digunakan (Ha): 752 Status Lahan: Perkebunan Rakyat Lahan yang sudah Digunakan (Ha): 283 Status Lahan: Perkebunan Rakyat Lahan yang sudah Digunakan (Ha): 291 Status Lahan: Perkebunan rakyat Lahan yang sudah Digunakan (Ha): 3 Status Lahan: Perkebunan Rakyat

180

Untukmu Jawa Tengahku


Optimalisasi Pemberdayaan Masyarakat Guna Mewujudkan Kedaulatan Pangan Perkebunan

No 10 11 12 13 14 15 16 17 18

Nama Daerah Kabupaten Pekalongan Kabupaten Pemalang Kabupaten Purworejo Kabupaten Rembang Kabupaten Semarang Kabupaten Sragen Kabupaten Sukoharjo Kabupaten Wonogiri Kota Semarang

Luas Lahan Lahan yang sudah Digunakan (Ha): 64 Status Lahan: Perkebunan Rakyat Lahan yang sudah Digunakan (Ha): 457 Status Lahan: Perkebunan Rakyat Lahan yang sudah Digunakan (Ha): 12 Status Lahan: Perkebunan Rakyat Lahan yang sudah Digunakan (Ha): 522 Status Lahan: Perkebunan Rakyat Lahan yang sudah Digunakan (Ha): 37 Status Lahan: Perkebunan Rakyat Lahan yang sudah Digunakan (Ha): 1.100 Status Lahan: Perkebunan Rakyat Lahan yang sudah Digunakan (Ha): 502 Status Lahan: Perkebunan Rakyat Lahan yang sudah Digunakan (Ha): 20.505 Status Lahan: Perkebunan Rakyat Lahan yang sudah Digunakan (Ha): 82 Status Lahan: Perkebunan Rakyat

e.

Komoditas Jarak

Pada beberapa tahun terakhir tanaman Jarak telah muncul dan menimbulkan demam di Indonesia. Hal ini dikarenakan penemuan terakhir yang menyatakan bahwa tanaman jarak mampu menjadi sumber energi alternatif, BB altenatif, bahan bakar hayati dan termasuk sumber energi dapat diperbaharui (renewable energy) atau lebih tepatnya energi hijau yang terbarukan (Bio-fuel). Sedangkan jenis-jenis jarak yang lain juga dapat dimanfaatkan untuk bahan baku atau bahan tambahan industri cat vernis, kosmetik, plastik,
Untukmu Jawa Tengahku
Optimalisasi Pemberdayaan Masyarakat Guna Mewujudkan Kedaulatan Pangan Perkebunan

181

Komoditas Jarak

farmasi, minyak pelumas, dan juga tanaman hias. Saat ini telah terdapat teknologi modern peng olahan tanaman jarak di samping teknologi sederhana (penekanan buah kering dengan papan atau semacamnya di atas permukaan/lantai yang keras). Teknologi modern pengupas biji tersebut telah dikembangkan oleh ITB dan juga Balai Besar Pengem bangan mekanisasi Pertanian (BBPMP), Serpong. Di wilayah Jawa Tengah, tanaman jarak banyak dibudidayakan oleh perkebunan rakyat di Kabupaten Grobogan dengan luas areal 1.089 hektar dan produksi sebesar 154,04 ton pada tahun 2012. Terhitung sejak tahun 1999 sampai dengan 2003 perkembangan produktivitas produksi tanaman jarak menunjukkan angka positif dengan prosentase sebesar 29,07%. Ini merupakan
182 Untukmu Jawa Tengahku
Optimalisasi Pemberdayaan Masyarakat Guna Mewujudkan Kedaulatan Pangan Perkebunan

angka pertumbuhan terbesar kelima bagi seluruh komoditas perkebunan rakyat di wilayah Jawa Tengah. Meskipun demikian tanaman jarak ini pengembangannya semestinya mendapat perhatian yang lebih dari pemerintah Jawa Tengah kare na di tengah mendunianya tanaman jarak ter nyata di Jawa Tengah sendiri hingga tahun 2012 baru 1.527 KK (kepala keluarga) yang membudidayakannya. Di samping itu bila ditinjau dari luas areal (hektar) pada tahun 2009-2012 tanaman jarak pagar menunjukkan indikasi negatif dengan penurunan sebesar -35,16 %, walaupun perkembangan produksi menunjukan peningkatan rata-rata sebesar 33,99 %. Permasalahan yang dihadapi : Masih rendahnya jumlah masyarakat maupun wila yah yang membudidayakan tanaman jarak sehing ga produktivitas jarak masih rendah dibanding komoditas lain Penanaman dilakukan dalam skala kecil/pada lahan yang sempit sehingga skala ekonomis tidak terpenuhi Masih sulitnya pemasaran tanaman jarak dan pengolahan jarak belum familiar di mata masyarakat Lemahnya kelembagaan petani, sehingga petani tidak memiliki wadah yang dapat membanUntukmu Jawa Tengahku
Optimalisasi Pemberdayaan Masyarakat Guna Mewujudkan Kedaulatan Pangan Perkebunan

183

tu petani menghadapi permasalahan yang dihadapi. Peluang ke depan antara lain : Adanya areal yang cukup luas beserta petani sebagai potensi SDA dan SDM yang dapat dioptimalkan Lahan di antara pertanaman jarak berpotensi untuk diversifikasi usaha, sehingga pengembang an tanaman sela yang produktif pada kon di si agroklimai tersebut dan mempunyai prospek pasar yang baik dapat meningkatkan pendapatan petani Tersedianya teknologi sederhana dan modern untuk pengolahan jarak dan juga teknologi yang dapat mendukung usaha diversifikasi produk, sekaligus meningkatkan efisiensi pemanfaatan (Zero Waste) sehingga terbuka peluang bagi petani untuk mendapatkan nilai tambah Masih tersedianya areal pengembangan Networking yang memiliki peran signifikan an tara lain Litbang / Balai-balai pakar, praktisi asosiasi nasional (PT. RNI). Kemudian tantangannya mencakup : Adanya demam jarak sebagai pengganti bahan bakar pengganti minyak bumi dan energi fosil
184 Untukmu Jawa Tengahku
Optimalisasi Pemberdayaan Masyarakat Guna Mewujudkan Kedaulatan Pangan Perkebunan

pada beberapa tahun terakhir menyebabkan ba nyak daerah yang mulai membudidayakan jarak, sehingga diperlukan intensifikasi maupun ekstenfikasi tanaman jarak untuk mendapatkan produk yang kualitas dan kuantitasnya memenuhi tuntutan pasar. Persaingan di antara negara eksportir di era globalisasi semakin dirasakan sehingga efisiensi dalam pengelolaan tanaman jarak mulai dari budidaya hingga pemasaran perlu ditingkatkan. Di samping itu perlu dicari terobosan yang dapat menciptakan keunggulan yang komparatif/ kompetitif Setiap produk yang dihasilkan.

Untuk pengembangan jarak ke depan diperlukan suatu pengem-bangan yang berorientasi pasar lokal, regional, dan global namun pendekatan yang dilakukan akan disesuaikan spesifikasi kondisi dengan kata lain think globally, acf locally dengan strategi peningkatan partisipasi seluruh petani dan stakeholders lainnya untuk meningkatkan produktivitas tanaman dan optimalisasi pe man faatan lahan yang disertai dengan peng aneka_ ragaman produk yang mendorong tercip tanya usaha tani yang efisien, produk yang berdaya saing tinggi dan berkelanjutan.

Untukmu Jawa Tengahku


Optimalisasi Pemberdayaan Masyarakat Guna Mewujudkan Kedaulatan Pangan Perkebunan

185

Kebijakan Pengembangan ke depan secara umum melakukan pengembangan usaha secara ter padu terutama di sentra-sentra produksi jarak dari sektor hulu, hilir, dan pemasaran. Se hingga terwujud agrobisnis yang tangguh untuk mendukung agroindustri dan secara sinergi dapat meningkatkan pendapatan petani dan devisa negara. Sedangkan secara Teknis meliputi : Optimalisasi pemanfaatan lahan dengan komo ditas yang bernilai ekonomis dan produktif yang diusahakan di antara tanaman jarak, seperti kopi dan kakao (diversifikasi usaha) Intensifikasi, ekstensifikasi dan pengembangan kemitraan budidaya tanaman jarak Meningkatkan nilai tambah produk melalui peman faat an setiap bagian tanaman sehingga menjadi ane ka ragam produk yang bernilai ekonomis dan dapat dipasarkan (diversifikasi produk yang mengacu pada Zero Waste) Pemberdayaan SDM melalui peningkatan ketram pilan yang dapat menunjang usaha produktif Penguatan kelembagaan petani agar secara kolektif memiliki kemampuan mengakses pasar, modal serta dapat menjalin kemitraan.

186

Untukmu Jawa Tengahku


Optimalisasi Pemberdayaan Masyarakat Guna Mewujudkan Kedaulatan Pangan Perkebunan

BAGIAN

INOVASI DAN DIVERSIFIKASI

DENGAN KOMODITAS KHUSUS (KHAS) JAWA TENGAH

Dari sisi budidaya tanaman dalam rangka peningkatan pendapatan petani (pekebun) sebagai wujud nyata peningkatan kesejahteraan masyarakat, kata kuncinya adalah INOVASI dan DIVERSIFIKASI. Inovasi adalah pembaharuan, dalam hal ini pemanfaatan ilmu pengetahuan dan teknologi tepat guna (Iptek) di bidang budidaya tanaman, untuk meningkatkan produksi dan produk tivitas, sehingga pada gilirannya dapat mewujudkan peningkatan kesejahteraan petani (pekebun). Inovasi dititikberatkan atau difokuskan pada loncatan-loncatan penerapan teknologi tepat guna yang mudah diaplikasikan oleh petani pekebun. Salah satu contoh di komoditas tebu adalah pembuatan Kebun Bibit Datar (KBD) Kultur Jaringan, guna mempercepat perbanyakan bibit tebu berkualitas. Teknologi tepat guna terbaru dan mudah dilaksanakan oleh petani tebu adalah metode Single Bud Planting (SBP), yakni percepatan perbanyakan penangkaran bibit tebu
Untukmu Jawa Tengahku
Optimalisasi Pemberdayaan Masyarakat Guna Mewujudkan Kedaulatan Pangan Perkebunan

187

dengan satu mata tunas (bud chip), sekaligus menghilangkan virus/penyakit dan penyebab kekerdilan atau Ratoon Stunting Desease (RSD) dengan anakan berkisar 8 s/d 14 batang dalam satu rumpun, yang berarti 4 sampai dengan 7 kali lipat dari metode konvensional. Teknologi ini berasal dari Columbia dan saat ini telah berkembang pesat di sentrasentra areal budidaya tebu di Jawa Tengah. Adapun diversifikasi, difokuskan pada optimalisasi peman faatan lahan, mengingat di Jawa Tengah (di Jawa pada umumnya), luas lahan budidaya menjadi semakin terbatas aki bat perluasan penggunaan lahan untuk pemukiman dan industri yang semakin banyak. Di samping itu, diversifikasi juga dimaksudkan untuk memperkecil resiko usahatani baik dise babkan karena bencana alam, anomali musim maupun harga komoditas pada saat panen yang semakin sulit diprediksi, sehingga petani pekebun dapat menutup kerugiannya dari usaha diversifikasi tersebut. Diversifikasi dapat dilaksanakan baik secara vertikal maupun horisontal. Vertikal maksudnya komoditas di sam ping/ di atasnya berfungsi sekaligus sebagai naungan, sedangkan horisontal apabila penanaman "dicampur" de ngan tetap memperhatikan kaidah-kaidah konservasi dan kesesuaian lahan (suitable land) selaras dengan agrokli matnya. Kegiatan diversifikasi tanaman perkebunan di Jawa Tengah, sekaligus dipadukan dengan pelestarian komoditas-komoditas khas setempat, dimaksudkan untuk menyelamatkan plasma nutfah agar tidak punah.
188 Untukmu Jawa Tengahku
Optimalisasi Pemberdayaan Masyarakat Guna Mewujudkan Kedaulatan Pangan Perkebunan

Cukup banyak komoditas-komoditas khas di Jawa Tengah, antara lain Kelapa Kopyor, Jenitri, Purwoceng, Sereh wangi, Tembakau Virginia, Tembakau Vorstenland dan lainlain. Inovasi dan diversifikasi dengan komoditas khusus atau khas (Jawa Tengah), secara ringkas dapat diuraikan sebagai berikut: A. Single Bud Planting Dalam rangka mewujudkan swasembada gula, maka terobosan teknologi tepat guna diupayakan secara intensif, khususnya Methode Single Bud Planting, Kelebihan atau keun tungan menggunakan metode Single Bud Planting, adalah : a. Mempercepat perbanyakan benih dan meningkatkan efisiensi penggunaan benih; b. Menghasilkan benih yang lebih seragam, sehat, murni dan bebas dari hama penyakit; c. Mempercepat penangkaran tebu varietas unggul baru yang telah dirilis; d. Penangkaran benih akan meningkat; e. Potensi produksi/ha tinggi karena jumlah anakan lebih banyak dibandingkan dengan KBD konvensional; f. tanaman tebu di Kebun Tebu Giling (KTG) dapat dipanen pada umur yang lebih optimal, sehingga diharapkan mendapatkan rendemen maksimal.
Untukmu Jawa Tengahku
Optimalisasi Pemberdayaan Masyarakat Guna Mewujudkan Kedaulatan Pangan Perkebunan

189

Single Bud Planting adalah metode perbanyakan benih dengan mengecambahkan mata tunas tebu (mata satu) pada bedeng pengecambahan yang dilanjutkan pada pot tray, dengan 7 (tujuh) tahapan yang disebut Sapta Galur, sebagai berikut : 1. Penyiapan media tanam untuk persemaian. a. Ambil tanah dan kompos (blotong) dengan perbandingan 1 : 1. b. Perebusan media tanah dengan suhu 100 derajat Celsius selama 1 jam. c. Mentiriskan media tanam. d. Membuat bedengan media tanam 2. Pengambilan Mata Tunas (Bud Chip). a. Benih dari KBP, KBN, KBI atau KBD di kletek dan diseleksi/dipilih mata tunas yang bagus, sehat dan segar. b. Pengambilan mata tunas menggunakan mata bor berdiameter kurang lebih tiga sentimeter. 3. Pembersihan Mata Tunas a. Cuci mata tunas dengan air dingin sampai bersih, lebih kurang 5 menit b. Perlakuan mata tunas dengan Hot Water Treatment (HWT) direndam dalam air bersuhu 49-51 derajat celcius selama 30 menit. untuk membersihkan atau
190 Untukmu Jawa Tengahku
Optimalisasi Pemberdayaan Masyarakat Guna Mewujudkan Kedaulatan Pangan Perkebunan

4.

menghilangkan penyakit RSD (Ratoon Stunting Desease). Pengembalian daya tumbuh Bud Chip. a. Mata Tunas atau Bud Chip ditiriskan lebih kurang 15 menit . b. Direndam dalam larutan Desinfektan (lysol) selama 5 menit untuk menghilangkan jamur dan bakteri. c. Direndam dalam larutan Zat Pemacu Tumbuh (Mova) selama 30 menit untuk meningkatkan daya tumbuh.

Pengembangan Kebun Bibit Datar (KBD) Tebu Kultur Jaringan di Kabupaten Purbalingga Untukmu Jawa Tengahku
Optimalisasi Pemberdayaan Masyarakat Guna Mewujudkan Kedaulatan Pangan Perkebunan

191

Tegoeh bersama Dirjenbun Gamal Nasir (kiri) membuat Bud Chip

5. Penanaman Mata Tunas atau Bud Chip di media persemaian (P1) selama 2-3 minggu dan dilakukan penyiraman 2 kali sehari (pagi dan sore). 6. Penanaman Tunas SBP yang telah tumbuh, ke dalam Pot Tray (P2) selama 2 bulan dengan penyiraman dua kali sehari (pagi dan Sore). 7. Penanaman/Penangkaran ke lahan (KBD/KTG), untuk : a. KBD lebih kurang 6 bulan. b. KTG lebih kurang 11 bulan
192 Untukmu Jawa Tengahku
Optimalisasi Pemberdayaan Masyarakat Guna Mewujudkan Kedaulatan Pangan Perkebunan

B. KOMODITAS KHUSUS Komoditas perkebunan secara umum telah dikenal oleh masyarakat, namun masih ada beberapa komoditas perkebunan yang belum diketahui masyarakat. Komoditas tersebut sebagian adalah hasil rekayasa atau inovasi dari pecinta tanaman (tehnik budidaya), dan ada pula tanaman tersebut memang sudah ada dari aslinya tetapi belum begitu populer di telinga masyarakat, padahal komoditas tersebut mempunyai manfaat banyak bagi kesehatan manusia serta mempunyai nilai ekonomi yang tinggi. Adapun jenis-jenis komoditas dimaksud, antara lain : 1. Kelapa Kopyor Kelapa banyak ditanam masyarakat di 29 Kabupaten/Kota di Jawa Tengah, dengan sentra di Kebumen, Cilacap, Purworejo, Wonogiri, Purbalingga, Banyumas, Jepara dan Banjarnegara. Di Jawa Tengah pohon kelapa ada yang dideres yang menghasilkan gula kelapa dan ada kelapa yang daging buahnya tidak normal disebut kelapa kopyor. Kelapa kopyor adalah mutan kelapa yang ditemukan diantara populasi kelapa normal. Dari hasil penelitian biokimia, dilaporkan bahwa kelapa kopyor terjadi karena proses defisiensi enzim -D Galaktosidase pada daging buah kelapa, sehingga pembentukan daging kelapa tidak normal dan tidak mampu mendukung perkecambahan embrio. Sebagai hasil mutasi alami,
Untukmu Jawa Tengahku
Optimalisasi Pemberdayaan Masyarakat Guna Mewujudkan Kedaulatan Pangan Perkebunan

193

jumlah tanaman kelapa berbuah kopyor sangat sedikit dibandingkan dengan tanaman kelapa berbuah normal. Peluang terjadinya mutasi alami secara umum sangat kecil, yaitu sebesar 5-10 sampai 6-10 per generasi. Ini berarti bahwa hanya 1 (satu) diantara 100.000 sampai 1.000.000 peluang terjadinya mutasi alami dialam, sehingga perkembangbiakannya terhambat dan akhirnya bisa punah. Berdasarkan hal tersebut, kelapa kopyor ini mestinya tidak berkembang, tetapi ternyata kelapa kopyor ini cukup banyak ditemukan di beberapa sentra produk si kelapa, yaitu di Kabupaten Pati, Brebes dan Kudus Provinsi Jawa Tengah. Tanaman kelapa kopyor juga ditemukan dibeberapa daerah, yaitu Kabupaten Kalianda Provinsi Lampung, Kabupaten Sumenep dan Kabupaten Tangerang. Kelapa tersebut umumnya tipe Dalam, tetapi kelapa kopyor yang ditemukan di Kabupaten Pati adalah tipe Genjah. Perbedaan utama kedua tipe kelapa ini adalah kalau tipe dalam umumnya menyerbuk silang sedangkan kelapa tipe Genjah umumnya menyerbuk sendiri. Berkenaan dengan keunikan yang dimiliki kelapa kopyor, menyebabkan perbedaan pola perbanyakannya dengan kelapa normal. Kondisi daging buah kelapa kopyor yang tidak normal, tidak mendukung embrio menjadi kecambah dan tidak dapat menjadi bibit secara alami. Buah kelapa dengan daging buah normal yang
194 Untukmu Jawa Tengahku
Optimalisasi Pemberdayaan Masyarakat Guna Mewujudkan Kedaulatan Pangan Perkebunan

terdapat pada tandan yang sama dengan buah kopyor dapat dijadikan benih. Perbanyakan kelapa kopyor menggunakan buah normal dipohon buah kopyor ini disebut perbanyakan kelapa kopyor secara alami atau konvensional. Pada kelapa kopyor Genjah peluang penyerbukan sendiri sangat besar yaitu 95 %, sedangkan pada Kelapa Dalam memiliki peluang penyerbukan silang sebesar 15 %. Mengingat kelapa kopyor Genjah di Jawa Tengah ini memiliki kekhususan sebagai plasma nutfah hayati yang harus dilestarikan, maka sejak tahun 2007 sampai dengan 2009 potensi sumber benih kelapa kopyor Genjah di Kabupaten Pati diteliti oleh Bali Penelitian Kelapa Manado, meliputi kegiatan: - Pendataan pohon induk calon sumber benih - Pengamatan morphologi tanaman kelapa kopyor Genjah - Pengamatan produksi buah kelapa kopyor Genjah - Pengamatan fisiologi tanaman kelapa kopyor Genjah - Pengamatan sifat fisik dan komponen buah serta kandungan gizi kelapa kopyor Genjah - Melakukan identifikasi, inventarisasi dan seleksi calon pohon induk kelapa kopyor Genjah

Untukmu Jawa Tengahku


Optimalisasi Pemberdayaan Masyarakat Guna Mewujudkan Kedaulatan Pangan Perkebunan

195

Tahun 2009 diusulkan dan didaftarkan untuk ditetapkan sebagai sumber benih ke Kementerian Pertanian, kemudian diturunkan surat persetujuan untuk proses persidangan dihadapan Tim Penilai dan Pelepas Varietas Badan Benih Nasional dan dinyatakan lulus. Selanjutnya, dilakukan checking ulang oleh Tim Penilai dan Pelepas Varietas Badan Benih Nasional, dengan hasil sesuai dengan dokumen dalam persidangan. Pada tanggal 29 Desember 2010 ditetapkan oleh Menteri Pertanian untuk Kabupaten Pati, berupa Keputusan Menteri Pertanian, meliputi : - Nomor : 3995/Kpts/SR.120/12/2010 tentang Pele pasan Kelapa Genjah Varietas Genjah Coklat Kopyor sebagai Varietas Unggul. Potensi jumlah buah/tandan 11 butir, jumlah buah perpohon 80-150 butir/pohon/tahun, jumlah buah kopyor 4 buah/tandan. - Nomor: 3996/Kpts/SR.120/12/2010 tentang Pelepas an kelapa Genjah Varietas Genjah Hijau Kopyor Sebagai Varietas Unggul. Potensi buah11,42 butir/tandan, jumlah buah 120-148 butir/pohon/ tahun, jumlah buah kopyor 3, 89 butir/tandan. - Nomor: 3997/Kpts/SR.120/12/2010 tentang Pelepasan Kelapa Genjah Kopyor Varietas Genjah Kuning Kopyor Sebagai Varietas Unggul. Potensi jumlah buah/tandan 8,4 butir, jumlah buah per pohon 100-120 butir/pohon/tahun, jumlah buah
196 Untukmu Jawa Tengahku
Optimalisasi Pemberdayaan Masyarakat Guna Mewujudkan Kedaulatan Pangan Perkebunan

kopyor 3,16 butir/tandan. Ketiga varietas unggul kelapa kopyor tersebut mempunyai keunggulan cepat berbuah ( 4 tahun), jumlah per tandan relatif tinggi dan memiliki manfaat nilai ekonomi yang tinggi.

2. Jenitri Jenitri adalah tanaman yang sangat bermanfaat bagi lingkungan dan kesehatan. Tanaman ini belum banyak dikembangkan, namun di Kabupaten Kebumen, tanaman ini sudah dikembangkan cukup luas, yaitu seluas 106 ha dengan jumlah produksi 135 ,76 ton dan produktivitas 2.951 kg/ha. a. Manfaat tanaman jenitri untuk lingkungan adalah : - Menurunkan tingkat pencemaran lingkungan - Sebagai pohon pelindung disepanjang jalan - Tanaman penghijauan hutan kota - Sumber makanan bermacam-macam binatang - Daun, kulit batang dan buah jenitri mengandung polifenol - Daun dan kulit batangnya mengandung saponin b. Manfaat biji jenitri untuk kesehatan adalah : - Menghilangkan stres - Mengatur aktivitas yang mengarah pada kesehatan
Untukmu Jawa Tengahku
Optimalisasi Pemberdayaan Masyarakat Guna Mewujudkan Kedaulatan Pangan Perkebunan

197

tubuh, ketika biji digunakan sebagai kalung - Menenangkan otak dan menghasilkan pikiran positif - Melindungi paru-paru (anti bakteri) - Menghilangkan sakit kepala atau antidepresan - Mengontrol tekanan darah, stres, berbagai penyakit mental, epilepsi, asma hipertensi, radang sendi dan penyakit hati karena memiliki daya elektromagnetik tinggi - Meluruhkan lemak badan c. Manfaat biji jenitri untuk peralatan ibadah : - Inti biji untuk kalung - Alat hitung (tasbih dan rosario) d. Manfaat jenitri yang lain : - Bahan penyamak kulit - Sebagai souvenir - Uji praklinis, membuktikan bahwa jenitri mencegah kerusakan paru-paru Mengingat banyaknya manfaat untuk lingkungan dan kesehatan, maka kedepan perlu dikembangkan tanaman jenitri ini, debarengi dengan sosialisasi manfaat/pemanfaatannya. 3. Purwoceng (Pimpinella pruacan) Purwoceng (Pimpinella pruacan) merupakan salah satu
198 Untukmu Jawa Tengahku
Optimalisasi Pemberdayaan Masyarakat Guna Mewujudkan Kedaulatan Pangan Perkebunan

tanaman afrodisiak (obat kuat) asli Indonesia. Tanaman ini awalnya dijumpai tumbuh secara liar di sekitar dataran tinggi Dieng, disekitar gunung Pangrango (Jawa Barat) dan daerahdaerah pegunungan di Jawa Timur pada ketinggian 1.800 3.000 meter di atas permukaan laut (m dpl). Purwoceng dikenal dengan nama antanan gunung di daerah Jawa Barat (Sunda), purwaceng atau purwoceng di Jawa Tengah, dan di daerah lainnya disebut pula dengan suripandak abang atau gebangan. Klasifikasi botani purwoceng sebagai berikut : Divisi : Spermatophyta Sub divisi : Angiospermae Kelas : Dicotyledoneae Famili : Apiaceae Genus : Pimpinella Spesies : Pimpinella pruacan, sinonim Pimpinella alpina Kds. Tanaman purwoceng adalah tanaman terna perennial, habitus tanaman membentuk rosset, tangkai daun berada di atas permukaan tanah. Tangkai daun tumbuh rapat menutupi batang tanaman, seolah batang tanaman tidak ada, jumlah tangkai daun lebih kurang 46 s/d 50 buah/tanaman. Pangkal tangkai daun pada umumnya berwarna merah kecoklatan dan sebagian kecil (< 2 %) berwarna kehijauan. Panjang tangkai daun lebih kurang 18,80 cm. Biasanya tajuk tanaman menutupi
Untukmu Jawa Tengahku
Optimalisasi Pemberdayaan Masyarakat Guna Mewujudkan Kedaulatan Pangan Perkebunan

199

permukaan tanah hampir membentuk bulatan dengan diameter tajuk berkisar lebih kurang 37,90 cm. Purwoceng mempunyai daun majemuk berhadapan berpasang-pasangan, di ujung tangkai terdapat daun tunggal. Bentuk anak daun membulat dengan pinggiran bergerigi. Warna permukaan daun hijau, dan permukaan bawahnya berwarna hijau keputih-putihan. Purwoceng mempunyai perakaran tunggang, akar bagian pangkal semakin umur tanaman bertambah, semakin membesar seolah membentuk umbi seperti bentuk gingseng, tetapi tidak sebesar gingseng, akar-akar rambut keluar di ujungnya. Purwoceng banyak diinginkan oleh industri obat karena dapat digunakan sebagai obat kuat pria. Kandungan metabolit sekunder pada tanaman ini antara lain senyawa golongan kumarin, flavonoid, alkaloid, dan terpenoid-steroid. Komponen kimia berkhasiat afrodisiak yang terdapat dalam jaringan tanaman purwoceng dari golongan steroid adalah sitosterol dan stigmasterol, bergapten dari turunan furanokumarin, serta saponin dari golongan triterpenoid. Khasiat utama tanaman ini berada pada bagian akar. Akan tetapi, saat ini semua bagian tanaman baik akar, daun, maupun batang telah dimanfaatkan karena terbukti juga mengandung senyawa aktif. Kadar saponin dan fitosterol pada akar tidak berbeda jika dibandingkan pada batang dan daun purwoceng. Akarnya dikenal
200 Untukmu Jawa Tengahku
Optimalisasi Pemberdayaan Masyarakat Guna Mewujudkan Kedaulatan Pangan Perkebunan

sebagai afrodisiak (obat kuat) dan juga mengandung senyawa diuretik yang dapat melancarkan air kemih. Tanaman purwoceng baik bagian tajuk maupun akar juga mengandung vitamin E yang dapat meningkatkan fertilitas spermatozoid. Selain mengandung vitamin E, di bagian tajuk juga mengandung bergapten yang berfungsi dalam meningkatkan stamina tubuh. Industri obat tradisional biasanya menerima hasil panen tanaman purwoceng dalam bentuk simplisia. Simplisia merupakan istilah yang dipakai untuk menyebut bahan-bahan obat alam yang berada dalam wujud aslinya atau belum mengalami perubahan bentuk. Pengertian simplisia menurut Departemen Kesehatan RI (No.230/Menkes/IX/176) adalah bahan alami yang digunakan untuk obat dan belum mengalami perubah an proses apapun juga dan kecuali dinyatakan lain umumnya berupa bahan yang telah dikeringkan. Umum nya simplisia purwoceng diproses menjadi bentuk-bentuk olahan seperti bubuk (serbuk), ekstrak dan kapsul. Pemenuhan kebutuhan simplisia purwoceng selama ini berasal dari budidaya di pekarangan rumah penduduk, dengan cara sederhana dan luasan yang terbatas, rata-rata kepemilikan lahan usahatani purwoceng per petani sekitar 37 m2, dengan kisaran kepemilikan 4200 m2. Potensi tanaman purwoceng sebagai bahan subtiUntukmu Jawa Tengahku
Optimalisasi Pemberdayaan Masyarakat Guna Mewujudkan Kedaulatan Pangan Perkebunan

201

tusi atau pengganti gingseng sangat besar karena permintaan pasar cukup tinggi. Perkiraan serapan purwoceng di Jawa Tengah mencapai 6.900 kg tanaman segar per tahun. Beberapa industri obat tradisional meminta pasokan seca ra rutin setiap minggu dengan kisaran 50200 kg secara kontinyu, tetapi petani hanya mampu menyiapkan 4050 kg per bulannya. Rendahnya tingkat produktivitas dan terbatasnya areal produksi khususnya di daerah Dieng karena bersaing dengan tanaman hortikultura lainnya seperti kentang dan bawang daun, sehingga menyebabkan harga purwoceng menjadi relatif tinggi. Harga purwoceng basah ditingkat petani berkisar Rp.50.000,00 hingga Rp.85.000,00 per kg. Harga herbal kering purwoceng da pat mencapai Rp.200.000,00 hingga Rp.400.000,00 per kg. Analisis usahatani menunjukkan bahwa usahatani purwoceng menguntungkan, layak dan mempunyai prospek yang bagus untuk dikembangkan. Benefit Cost Ratio yang diperoleh dari analisis usahatani purwoceng menunjukkan lebih dari satu (B/C Rasio > 1), berturut-turut adalah 4.63 dan 2.26. Keuntungan yang dihasilkan bisa mencapai lebih dari 25 juta rupiah per luasan lahan 1.000 m2. Hal ini menguatkan bahwa budidaya purwoceng secara luas merupakan peluang untuk menjamin kecukupan suplai bahan baku dan meningkatkan pendapatan petani purwoceng. Kendala perluasan budidaya purwoceng selama
202 Untukmu Jawa Tengahku
Optimalisasi Pemberdayaan Masyarakat Guna Mewujudkan Kedaulatan Pangan Perkebunan

ini antara lain terbatasnya area produksi akibat kesesuaian lahan dan tergesernya lahan potensial, serta keterbatasan sumber bibit. Yang harus diperhatikan dalam faktor kese suaian lahan mencakup elevasi, kelembaban, suhu dan kesuburan tanah. Hal ini sangat penting karena kondisi agroklimat suatu lahan akan mem pengaruhi pertumbuhan tanaman. Beberapa daerah yang berpotensi untuk pengembangan tanaman purwoceng karena mempunyai sifat-sifat agroekosistem yang hampir mirip dengan habitat aslinya, yaitu Tawangmangu (1.120 m dpl), Gunung Putri (1.540 m dpl), Tangkuban Perahu (1 680 m dpl), dan Manoko (1.240 m dpl). Tanaman purwoceng diperbanyak secara generatif menggunakan biji. Biji yang dihasilkan cukup banyak yaitu sekitar 2.260 biji per rumpun tanaman purwoceng. Biji yang telah masak berwarna hitam, ukurannya sangat kecil dan bobot 1.000 butirnya hanya 0.52 g. Daya berkecambah benih purwoceng generasi M1 sangat rendah yaitu kurang dari 10 %. Benih yang disemai mulai berkecambah pada 7 minggu setelah semai. Benih purwoceng yang mempunyai daya berkecambah paling bagus adalah benih yang berumur 7 minggu setelah inisiasi pembungaan (MSA), yaitu memiliki daya berkecambah 23 %. Masa masak fisiologis benih pada tiga kelompok bunga (payung) berbeda-beda. Masak benih dari payung pertama dan ketiga sekitar umur 7
Untukmu Jawa Tengahku
Optimalisasi Pemberdayaan Masyarakat Guna Mewujudkan Kedaulatan Pangan Perkebunan

203

MSA, dengan daya berkecambah masing-masing 5.75 % dan 10.50 %, sedangkan pada payung kedua yaitu umur 8 MSA dengan daya berkecambah 22.75 %. Oleh karena daya berkecambah benih purwoceng yang sangat rendah sedangkan permintaan terhadap bibit purwoceng yang terus meningkat, menyebabkan harga bibit cukup mahal yaitu Rp. 4 000,00Rp. 10 000,00/ bibit. Hal ini menjadi salah satu kendala dalam perluasan area budidaya purwoceng.. Masalah lain yang mengancam pada setiap usaha budidaya tanaman adalah hama dan penyakit. Hama yang sering menyerang tanaman purwoceng yaitu kutu daun (Aphid sp.) dan keong (molusca tidak bercangkang). Penyakit yang pernah ditemukan pada tanaman purwoceng yaitu penyakit busuk batang, tetapi penyakit ini jarang ditemukan atau dapat dikatakan tidak ada. Purwoceng merupakan tanaman yang tumbuh baik pada dataran dengan ketinggian 1.8003.300 m dpl, dengan suhu udara antara 1521 0C, dan kelembaban udara antara 6075 %, dan curah hujan di atas 4 000 mm/tahun. Purwoceng awalnya merupakan tumbuhan liar yang hidup di bawah tegakan tanaman keras atau hutan, sehingga kurang bagus pertumbuhannya apabila tanaman ini mendapat penyinaran matahari langsung. Oleh karena itu untuk pertumbuhan yang baik saat budidaya, tanaman ini diperlukan naungan buatan dengan tingkat naungan 4555 %. Pertumbuhan tanam204 Untukmu Jawa Tengahku
Optimalisasi Pemberdayaan Masyarakat Guna Mewujudkan Kedaulatan Pangan Perkebunan

an purwoceng akan optimal jika ditanam pada tanah yang kaya bahan organik dengan pH tanah 5.76.0. Tanaman purwoceng tumbuh pada tanah berjenis Andosol. Tanaman ini tumbuh lebih baik pada tanah yang kaya bahan organik, gembur, kurang kandungan liatnya, dan kemasaman tanahnya normal. Tanah Dieng termasuk dalam tanah yang subur, kandungan C-organiknya sangat tinggi, kapasitas tukar kation, kandungan Ca dan K tinggi, sedangkan kandungan N, P, dan Na tergolong cukup. Selain sifat tanahnya yang gembur dan subur, kondisi iklimnya memiliki curah hujan yang cukup, suhu udara dingin dan kelembaban udara tidak terlalu lembab. Purwoceng dapat tumbuh dan dibudidayakan secara optimal baik di dalam maupun di luar lingkungan tumbuh aslinya. Purwoceng dapat tumbuh baik pada ketinggian tempat 1.5002.050 m dpl, curah hujan > 4 000 mm/tahun, suhu udara 1525.8 0C, tanah yang subur kaya bahan organik, gembur, dan memiliki pH 5.67 (netral). 4. Sereh Wangi Sereh wangi dikenal dengan berbagai nama daerah, seperti sere mangat (Aceh), sange-sange (Toba), sere (Gayo, Jawa, Madura), sarai (Minangkabau), sorai (Lampung), sereh (Sunda), see (Bali), patahampori (Bima), kendoung witu (Sumba), nau sina (Roti), bu
Untukmu Jawa Tengahku
Optimalisasi Pemberdayaan Masyarakat Guna Mewujudkan Kedaulatan Pangan Perkebunan

205

muke (Timor), tenian nalai (Leti), timbuala (Gorontalo), langilo (Buol), dirangga (Goram), hisa-hisa (Ambon), isola (Nusa laut), bisa (Buru), hewuwu (Halmahera). Sedangkan nama asingnya adalah citronella grass. Sereh wangi diduga berasal dari Srilanka. Nama latinnya adalah Andropogon nardus L. termasuk dalam suku Poaceae (rumput-rumputan). Varietas sereh wangi yang paling dikenal adalah varietas mahapengiri dan varietas lenabatu. Varietas mahapengiri mampu memberikan mutu dan rendemen minyak yang lebih baik dibandingkan varietas lenabatu. Kedua Varietas tersebut dapat dibedakan dengan melihat/mengamati pertumbuhan daunnya. Daun sereh wangi varietas mahapengiri pada umur 6 bln akan merunduk, sehingga tinggi rumpun kurang dari 1 meter, sedangkan varietas lenabatu rumpunnya akan tumbuh lebih tinggi. Rumpun varietas mahapengiri berbentuk lebar dan rendah serta membutuhkan lahan yang lebih subur, sedangkan varietas lenabatu rumpunnya tinggi dan dapat tumbuh pada lahan yang kurang subur. Syarat tumbuh dan budidaya umumnya akan tum buh di daerah dengan ketinggian rendah sampai dengan 4.000 m dpl. Namun pertumbuhan akan optimal pada areal dengan jenis tanah alluvial yang subur pada ketinggian sampai 2.500 m dpl, beriklim lembab dengan curah hujan merata sepanjang tahun. Pertumbuhan kurang baik pada tanah yang liat dengan tekstur ringan
206 Untukmu Jawa Tengahku
Optimalisasi Pemberdayaan Masyarakat Guna Mewujudkan Kedaulatan Pangan Perkebunan

dan menahan air. Tanah berpasir dan cukup subur lebih baik daripada tanah berkapur untuk pertumbuhan sereh wangi. Iklim yang dikehendaki adalah yang mempunyai curah hujan 1.800 2.500 mm per tahun dengan distribusi yang merata dalam waktu 10 bulan. Derajat keasaman (pH) yang disukai 6,0 7,5. Sinar matahari harus cukup. Perbanyakan tanaman yang paling mudah adalah dengan pemecahan rumpun tanaman dewasa. Sereh wangi yang akan diambil minyak atsirinya agar dipangkas sebelum munculnya bunga, karena jika bunganya sudah muncul maka mutu minyaknya akan lebih rendah. Panen daun sereh wangi pertama kali pada saat sudah berumur enam bulan sejak penanaman, panen selanjutnya dapat dilakukan tiga kali setiap tahunnya. Kriteria/saat panen ditetapkan berdasarkan perkembangan, tinggi dan tingkat kedewasaan tanaman. Ketepatan waktu panen sangat berpengaruh pada mutu dan rendemen minyak atsirinya. Waktu panen dilakukan sebaiknya pada pagi hari. Pemangkasan daun jangan terlalu rendah, cukup dipangkal daun karena bagian di bawah pangkal daun tidak mengandung minyak atsiri. Tanaman sereh wangi dapat hidup sampai 6 tahun, tapi produktivitasnya sudah menurun.

Untukmu Jawa Tengahku


Optimalisasi Pemberdayaan Masyarakat Guna Mewujudkan Kedaulatan Pangan Perkebunan

207

Kriteria Kesesuaian Lahan dan iklim Tanaman Sereh Wangi


Kesesuaian Parameter Ketinggian (m dpl) Jenis Tanah 180-250 Andosol, Latosol > 100 Lempung 100-1000 Regosol, Pedsolik, Kambisol 75-100 < 700 Lainnya > 1500 Lainnya S1 (amat sesuai) S2 (Sesuai) S3 (hampir sesuai) S4 (tidak sesuai)

Kedalaman air tanah Tekstur

50-75

< 50 Liat berat

Lempung Pasir berpasir, Liat berpasir Agak baik 5-7 21 - 20 3-5 16 - 25 17 - 24 250 3000 150 150 10 - 11 18o-25o 60-70 Agak terhambat 5-5,5 10 20 2-3 10 - 15 5 - 16 >4500 ; <2500 < 150 6 10 >25o-<18o 70-90

Drainase Kemasaman (pH) K2O (me/100g) C-Organik (%) P2O5 (ppm) KTK (me/100gr) Curah Hujan (mm) Hari Hujan Bulan basah per tahun Temperatur (oC) Kelembaban (%)

Baik 6-7 41 60 >5 26-35 25-40 3000 4000 270 11-12 18o-25o 60-70

Terhambat <5;>7 < 10 <1 < 10 <5 >5000 ; <1500 < 150 <6 >35o >90

Dalam dunia perdagangan dikenal dua tipe minyak sereh wangi, yaitu tipe Ceylon dan tipe Jawa (Indonesia). Tipe Ceylon kebanyakan diproduksi di Srilanka, sedangkan tipe Jawa diproduksi selain di Jawa juga dibeberapa negara lain seperti Cina, Honduras dan
208 Untukmu Jawa Tengahku
Optimalisasi Pemberdayaan Masyarakat Guna Mewujudkan Kedaulatan Pangan Perkebunan

Guatemala. Mutu Minyak sereh wangi tipe Ceylon tidak dapat menyaingi mutu tipe Jawa. Daerah penanaman dan produksi minyak sereh wangi di Indonesia terutama di Jawa, khususnya di Jabar dan Jateng. Menurut data Stastistik, daerah yang mengembangkan sereh wangi hanya di Riau, Jabar, Jateng, Kalbar dan Sulsel. Pangsa produksi minyak sereh wangi Jabar & Jateng mencapai 95 % dari total produksi Indonesia. Daerah sentra produksi di Jawa Barat adalah Pandeglang, Bandung, Sumedang, Ciamis, Cianjur, Lebak, Garut dan Tasikmalaya. Sedangkan di Jateng adalah Cilacap dan Pemalang. Beberapa negara yang selalu aktif membeli minyak sereh wangi Indonesia antara lain adalah Singapura, Jepang, AS, Australia, Belanda, Inggris, Perancis, Jerman, Italia, India, dan Taiwan. Dengan pembeli utama adalah AS, Perancis, Italia, Singapura dan Taiwan. Mutu minyak sereh wangi ditentukan oleh kandungan komponen utamanya dan kemurniannya. Komponen utama adalah kandungan sitronelal dan geraniol, yang biasanya dinyatakan dalam geraniol jumlah. Tidak boleh mengandung bahan asing, seperti minyak lemak, alcohol, minyak tanah, minyak terpentin, etilen glikol, hekslen glikol. Kriteria mutu berdasarkan SNI 0025/1979 untuk minyak sereh wangi Jawa adalah :
Untukmu Jawa Tengahku
Optimalisasi Pemberdayaan Masyarakat Guna Mewujudkan Kedaulatan Pangan Perkebunan

209

Warna: kuning pucat sampai kuning kecoklatan Geraniol-jumlah : minimum 85% Sitronelal : minimum 35% Sisa penyulingan uap : maksimum 2,5 Titik nyala : 74 o C Alkohol (ethanol), minyak lemak, & minyak pelican: negatif Kelarutan dalam alcohol 80 % : 1:2 jernih dan seterusnya opalensi (maksimum) Kriteria mutu untuk minyak sereh wangi Jawa berda sarkan Essential Oil Association of USA (EOA) adalah : Penampilan, Warna, bau : minyak kurang encer, warna kuning muda sampai kuning kecoklatan, bau aldehid Bobot jenis pada 25o C : 0,875 0,893 Putaran optik : (-)0o 30 (-) 6o Indeks refraksi pada 20o C : 1.4660 1.4745 Kandungan geraniol : 85 97 % Kandungan sitronelal : 30 45 % Kelarutan dalam alkohol 80 % : larutan jernih dalam 1 2 volume, dan seterusnya opalensi. Minyak sereh wangi digunakan dalam industri, terutama sebagai pewangi sabun, sprays, desinfektans,
210 Untukmu Jawa Tengahku
Optimalisasi Pemberdayaan Masyarakat Guna Mewujudkan Kedaulatan Pangan Perkebunan

bahan pengilap dan aneka ragam preparasi teknis. Proses pengambilan minyak sereh wangi dilakukan melalui proses penyulingan. Rendemen rata-rata minyak sereh wangi sekitar 0,6 1,2 %, tergantung jenis sereh wangi, serta penanganan dan efektifitas penyulingannya. Hal penting yang perlu diperhatikan dalam peningkatan mutu minyak sereh wangi diantaranya adalah penanganan terhadap daun hasil panen yang akan diambil minyaknya. Sebelum disuling daun tersebut sebaik nya dikeringkan dulu beberapa saat, dalam cuaca baik membutuhkan waktu 3 4 jam. Selama pengeringan daun harus dibolak balik. Daun setelah dikeringkan hendaknya segera dilakukan penyulingan, karena penyimpanan daun yang terlalu lama akan menu runkan mutu minyak sereh wangi yang diperoleh. Di Jawa Tengah sereh wangi dikembangkan di 3 Kabupaten, yaitu Kabupaten Cilacap, Purbalingga dan Pemalang. 5. Tembakau Virginia Tembakau virginia dikembangkan di Jawa Tengah hanya terdapat di 2 (dua) Kabupaten, yaitu Kabupaten Klaten dan Magelang. Khusus untuk tembakau virginia petani bermitra dengan BAT, diarahkan ke rokok putih. Pengolahan tanah dilaksanakan dengan menggunakan alat pertanian berupa hand Tractor minimal 2 x pembajakan untuk mempersiapkan media terbaik
Untukmu Jawa Tengahku
Optimalisasi Pemberdayaan Masyarakat Guna Mewujudkan Kedaulatan Pangan Perkebunan

211

bagi proses pena naman tembakau dengan menjaga kesuburan tanah. Empat puluh lima hari s/d lima puluh hari (45 s/d 50) setelah biji ditabur, benih ditanam pada tanah guludan di lahan yang telah dipilih dengan luasan yang sesuai dan perlu diketahui sebelum penanaman bibit perlu diadakan pemangkasan, agar tidak terjadi stagnasi. Pada tahapan penanaman ini dilakukan pemupukan I dengan memperhatikan jenis dan dosis serta cara pemupukan. Adapun pupuk yang digunakan NPK (Fertila) dengan dosis 10 gr/batang. Pemupukan ke II dengan umur tanaman 21 hari dilakukan pemupukan dengan NPK (KNO 3) dengan dosis 5 gr/batang. Pembumbunan adalah proses yang dilakukan untuk tanah tetap gembur, sebagai persiapan media tumbuh yang baik bagi tanaman tembakau dan sekaligus untuk membersihkan tanaman pengganggu (gulma). Adapun sistem irigasi (pengairan) yang tepat sangat penting dalam menjamin kualitas dan tingkat produktifitas tembakau virginia. Punggel dan wiwil/suli memastikan penggunaan bahan gizi tanaman dalam proses pengembangan daun tembakau untuk mendapatkan jumlah daun, berat daun dan kualitas tinggi yang akan memberikan hasil maksimal bagi petani. Penggunaan sukirisida alami dilakukan dengan alasan biaya produksi, penerapan teknologi ramah lingkungan yang semua ini dilakukan pada waktu
212 Untukmu Jawa Tengahku
Optimalisasi Pemberdayaan Masyarakat Guna Mewujudkan Kedaulatan Pangan Perkebunan

yang tepat. Dalam pelaksanaan wiwilan sangat penting sekali karena akan berpengaruh terhadap ketebalan daun/berat daun. Pengendalian Hama Terpadu dilaksanakan sesuai kondisi tanaman yang ada dengan memprioritaskan penggunaan Bio Pestisida dengan pengawasan secara berkala, terhadap residu pestisida baik pada tanaman tembakau virginia. Adapun penggunaan pestisida dan bahan kimia bisa digunakan (Dancis, Furadan) tergantung serangan hama yang ada. Pemanenan adalah suatu tahapan yang sangat penting diperhatikan dalam mendapatkan kualitas panenan yang tinggi. Adapun yang harus diperhatikan sebagai berikut : - Kematangan daun - Keseragaman daun dalam proses penanaman - Penanganan daun hasil panenan Sebagian besar dari varietas tembakau dipanen ber dasarkan tingkat kematangan daunnya dilakukan mulai dari daun bawah sampai daun atas dengan pemetik an 2 sampai 3 daun pada setiap tanaman dengan inter val satu minggu hingga daun tanaman habis. Tembakau Virginia dijual dalam wujud kering oven atau pengomprongan (Curing). Curing merupakan proses biologis yaitu melepaskan kadar air dari daun tembakau basah yang dipanen dalam keadaan hidup. Selama
Untukmu Jawa Tengahku
Optimalisasi Pemberdayaan Masyarakat Guna Mewujudkan Kedaulatan Pangan Perkebunan

213

ini di beberapa petani ada yang berpendapat bahwa curing adalah proses pengeringan tembakau saja. Tidak menyadari bahwa sel-sel di dalam daun tersebut masih tetap hidup setelah dipanen. Tujuan curing adalah : - Melepaskan air daun tembakau hidup dari kadar air 80-90 % menjadi 10-15 %. - Perubahan warna dari zat hijau daun menjadi warna orange dengan aroma sesuai dengan standar tembakau yang diproses. Untuk mendapatkan hasil curing/omprongan temba kau yang baik, maka daun tembakau itu harus sudah masak dan seragam. Ciri-ciri daun yang sudah masak adalah : - Warna daun sudah mulai hijau kekuningan dengan sebagian ujung dan tepi daun. - berwama coklat. - Wama tangkai daun hijau kuning, keputih-putihan. - Posisi daun/tulang daun mendatar. - Kadang-kadang pada lembaran daun ada bintikbintik coklat, sebagai lambang ketuaan. Pada saat curing, yang perlu diperhatikan juga adalah kapasitas daun di dalam oven. Sebagai contoh untuk oven ukuran 4 x 4 x 7 rak sebanding dengan 1,8 ha, sedangkan 5 x 5 x 7 rak maksimum 2,8 ha. Juga cuaca
214 Untukmu Jawa Tengahku
Optimalisasi Pemberdayaan Masyarakat Guna Mewujudkan Kedaulatan Pangan Perkebunan

waktu proses, kalau musim hujan harus lebih longgar daripada waktu musim kering. Pada saat panen tembakau harus dipastikan berapa lembar yang harus dipetik sesuai kapasitas oven. Daun tembakau yang dipetik haruslah seumur dan posisi daun yang sama, karena apabila umur daun dan posisi daun berbeda, akan sangat sulit menentukan kapan harus menaikkan suhu oven, kapan harus masuk ke tahapan berikutnya, kapan harus buka ventilasi dan sebagai nya. Oleh sebab itu pengetahuan petani dan pemetik daun harus benar-benar baik tentang saat panen ini. Sebaiknya saat menjelang panen, petani yang bersangkutan mengumpulkan seluruh tenaga petiknya dan diberitahu mana yang sudah boleh dipanen dan mana yang belum. 6. Tembakau Vorstenland Tembakau Vorstenland di Jawa Tengah dikembangkan di Kabupaten Klaten, kurang lebih seluas 360,50 ha dengan produksi 538,45 ton, produktivitas 1.494 ton/ha dan jumlah petani 1.442 KK. Tembakau Vorstenland ini dikembangkan oleh petani bekerjasama dengan PTPN X, dimana produksinya sebagai bahan baku ekspor di Bremen. Yang menonjol dari pengelolaan bahan baku tembakau Vorstenland adalah adanya penanaman Tem bakau Bawah Naungan (VBN) atau pengembangan tembakau didalam green house. Hal ini dilakukan agar
Untukmu Jawa Tengahku
Optimalisasi Pemberdayaan Masyarakat Guna Mewujudkan Kedaulatan Pangan Perkebunan

215

tanaman tembakau benar-benar terhindar dari hama penyakit yang dapat menyebabkan daun tembakau berlubang sehingga mutunya rendah. Hasil tembakau VBN ini diperuntukan sebagai tembakau pembungkus rokok cerutu, jadi daun kering tembakau harus kenyal dan tidak boleh berlubang. Untuk tembakau Vorstenland Tanpa Naungan (VNO) diperuntukan sebagai tembakau pengisi. Secara garis besar budidayanya tidak berbeda jauh dengan tembakau virginia pada umumnya.

216

Untukmu Jawa Tengahku


Optimalisasi Pemberdayaan Masyarakat Guna Mewujudkan Kedaulatan Pangan Perkebunan

BAGIAN

KATA MEREKA

BAPAK DAN IBU HAROENO ORANG TUA TEGOEH WYNARNO

ANAK BAWANG SI KUTU BUKU


Dari kecil Mas Nano (panggilan akrab Tegoeh Wynarno Haroeno-red) anak yang pintar, belum sekolah dia sudah bisa membaca. Maka ia masuk SD masih di bawah umur rata-rata usia anak sekolah dan mendapat julukan anak bawang, tetapi hal itu tidak menyurutkan Mas Nano untuk terus belajar, kata Haroeno, ayah kandung Tegoeh Wynarno Haroeno saat di temui di kediamannya, Jl Raya Desa Bulakan, Kecamatan Belik, Kabupaten Pemalang.
Untukmu Jawa Tengahku
Optimalisasi Pemberdayaan Masyarakat Guna Mewujudkan Kedaulatan Pangan Perkebunan

217

Bahkan di SD hanya dilewati selama lima tahun, garagara saat ada ujian kelas enam SD, ada satu pelajar yang tidak dapat ikut ujian, Mas Nano ikut serta dan bisa mengerjakan semuanya dengan nilai sangat baik, bahkan menduduki rangking pertama se Kecamatan Belik, karena saat itu ujian SD adalah ujian negara yang penyelenggaraanya dipusatkan di Kecamatan. Waktu disuruh masuk kelas enam, tidak mau, karena merasa sudah mengikuti ujian kelas enam dan berhasil lulus. Kemauan Mas Nano memang kuat sejak kecil, selain pintar juga kreatif, apa-apa membuat sendiri apalagi soal mainan, ujar bapak tiga anak tersebut yang dipanggil Mas oleh Tegoeh, sedangkan yang dipanggil Bapak adalah Kakeknya. Begitu sayangnya Nano kecil pada mainan buatannya sendiri, maka gasingan yang dibuat bersama temantemannya dibawa sampai ke tempat tidur alias dikeloni saat tidur. Sejak kecil Mas Nano tidak pernah merepotkan, bahkan selalu berusaha membahagiakan kedua orangtuanya. Bersama-sama kedua adiknya urunan merenovasi rumah ini, tambah Haroeno. Berbeda dengan pengalaman ibunya, sewaktu hamil tua sekitar 9 bulan, dia punya perasaan akan memiliki anak kembar karena kehamilannya cukup besar. Namun neneknya Tegoeh justru bermimpi kejatuhan bulan dan bulannya diterima diatas sebuah jarik (kain-red) kemudian diberikan kepada ibunya Tegoeh.

218

Untukmu Jawa Tengahku


Optimalisasi Pemberdayaan Masyarakat Guna Mewujudkan Kedaulatan Pangan Perkebunan

Entah apa arti mimpi tersebut, mungkin ya kenyataan sekarang ini Mas Nano menjadi salah satu pegawai dengan jabatan cukup tinggi, ujar ibunya. Meskipun waktu kecil Tegoeh cukup gendut, tutur ibunya, namun ia seringkali sakit diare. Iya, dia sering sakit perut waktu kecil. Karena kegendutan, maka mulainya jalan kaki agak telat, yakni diatas satu tahun Mas Nano baru bisa jalan, tambah ibunya. Sementara itu, pengakuan Kartono salah satu teman SD Tegoeh, mengakui bahwa memang Tegoeh adalah anak yang pintar bahkan saat guru tidak bisa mengajar maka Tegoeh disuruh mengajari teman-temannya di depan kelas. Ya macam-macam yang diajarkan, dia jago berhitung. Tetapi pelajaran lain ya dikuasainya, maka saat guru tidak bisa mengajar, Nano disuruh mengajar di depan kelas, ujar Kartono. Hal yang sama dikatakan Kusro, salah satu teman SD nya, banyak mainan yang mereka buat bersama, seperti gledegan atau kalau sekarang dikenal sebagai mobil-mobilan. Dan waktu kecil mereka juga senang nembang Jawa seperti Dandanggula, Pangkur, Sinom dan Kinanthi. Kami biasa dolan bareng waktu kecil, tapi dia anak hebat dan pintar, sehingga sekarang jadi pejabat, kata Kusro yang saat ini jadi buruh tani.

Untukmu Jawa Tengahku


Optimalisasi Pemberdayaan Masyarakat Guna Mewujudkan Kedaulatan Pangan Perkebunan

219

H. BAMBANG PRIYOKO, SIP, SH, Wakil Ketua DPRD Provinsi Jawa Tengah

"CERDAS DAN MENGUASAI PERSOALAN"


Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Tengah merupakan salah satu Satuan Kerja Pemerintah Daerah (SKPD) lingkup Pemerintah Provinsi Jawa Tengah yang mempunyai kinerja cukup menonjol. Apalagi dengan program Swasembada gula yang ditargetkan pada tahun 2013, maka instansi yang bergerak dan mendapat amanah dalam pengembangan komoditas perkebunan (termasuk tebu) ini, memiliki tugas berat. Tetapi dalam perkembangannya, hingga menjelang akhir pertengahan tahun 2013 ini, kinerja Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Tengah menunjukkan trend yang positif dan signifikan. Pihaknya selaku Wakil Ketua DPRD Jawa Tengah yang ikut langsung memantau kinerja Dinas Perkebunan, merasa memiliki kewajiban untuk mendukung secara maksimal agar institusi ini dapat bekerja sesuai harapan masyarakat. Semua pihak harus terpanggil dan melibatkan diri secara aktif untuk mendorong agar program swasembada
220 Untukmu Jawa Tengahku
Optimalisasi Pemberdayaan Masyarakat Guna Mewujudkan Kedaulatan Pangan Perkebunan

gula Jawa Tengah ini dapat tercapai/terwujud dengan baik. Kita menyadari dan mencermati bahwa fakta di lapangan banyak ditemukan kendala yang harus diatasi, seperti hasil kunjungan lapangannya di berbagai sentra komoditas tebu, masih ditemukan petani yang kurang serius mengelola tanaman/budidaya tebu, belum menggunakan bibit yang baik dan membiarkan tebu tumbuh sendiri usai dipangkas, sehingga tanaman tebu menjadi kurang produktif. Petani juga masih harus dimotivasi agar hasil tanamannya mengalami kemajuan lebih baik, khususnya dalam hal peningkatan rendemen. Terkait dengan kepemimpinan Pak Tegoeh, saya menilai figur orang nomor satu di Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Tengah ini, sebagai seorang yang cerdas dan menguasai persoalan. Selain memiliki latar belakang pendidikan yang Link and Match dengan materi perkebunan, beliau juga mampu mengembangkan diversifikasi dan inovasi yang tepat. Seperti kebijakan intensifikasi, ekstensifikasi dan pengembangan teknologi untuk menghasilkan varietas komoditas perkebunan yang unggul (misalkan methoda Single Planting Bud untuk komoditas tebu), dan juga pembinaan kelembagaan petani, sehingga mampu mengangkat kalangan petani menjadi lebih berprestasi, bahkan menjadi juara di tingkat Nasional. Untuk itu saya sampaikan apresiasi kepada Kepala Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Tengah dan jajarannya untuk terus bekerja, guna membangun perkebunan yang lebih
Untukmu Jawa Tengahku
Optimalisasi Pemberdayaan Masyarakat Guna Mewujudkan Kedaulatan Pangan Perkebunan

221

Hamparan Komoditas Kelapa maju untuk kesejehateraan rakyat, selaras dengan judul buku ini, yakni "Untukmu Jawa Tengahku : Optimalisasi Pemberdayaan Masyarakat Guna Mewujudkan Kedaulatan Pangan Perkebunan", yang maknanya adalah pengabdian Pak Tegoeh kepada Provinsi Jawa Tengah yang dicintainya, yang muaranya semata-mata hanya demi peningkatan kesejahteraan masyarakat perkebunan menuju kedaulatan pangan melalui pemberdayaan masyarakat (sumber daya manusia.

222

Untukmu Jawa Tengahku


Optimalisasi Pemberdayaan Masyarakat Guna Mewujudkan Kedaulatan Pangan Perkebunan

SUKIRMAN, Sekretaris Komisi C DPRD Provinsi Jawa Tengah

"CEPAT TANGGAP DAN SELALU NYAMBUNG"


Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Tengah, saat ini banyak melakukan langkah-langkah terobosan positif, terutama dalam konteks pemanfaatan secara optimal asset yang ada, untuk mendukung peningkatan Pendapatan Asli Daerah (PAD) Pemerintah Provinsi Jawa Tengah. Artinya sebagai salah satu SKPD di Provinsi Jawa Tengah, Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Tengah juga dibebani PAD tersebut, dan yang dilakukan oleh lembaga ini sesuatu yang kreatif dengan melakukan terobosan-terobosan positif, misal nya saja tanaman-tanaman perkebunan yang sudah tidak produktif kemudian diremajakan, bahkan ada yang dila kukan secara ekstrim yaitu misalnya jenis tanaman yang panennya lama, selanjutnya diganti dengan jenis tanaman lain yang relatif lebih cepat menghasilkan, kata Sukirman, Se kretaris Komisi C DPRD Provinsi Jawa Tengah, sebagai mitra kerja Dinas Perkebunan dalam rangka meningkatkan PAD.
Untukmu Jawa Tengahku
Optimalisasi Pemberdayaan Masyarakat Guna Mewujudkan Kedaulatan Pangan Perkebunan

223

Oleh karena itu, dalam empat tahun terakhir (2010, 2011 , 2012 dan 2013) Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Tengah, merupakan salah satu SKPD penghasil PAD yang SELALU berhasil mencapai target pendapatannya, bahkan melampauinya Kalau tidak salah, Pak Tegoeh menjadi Kepala Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Tengah pada akhir tahun 2009, dan sesuai catatan kami, saat itu target pendapatan Dinas Perkebunan sebesar Rp.1,5 milyar bisa terlampaui. Kondisi tersebut berbeda dengan saat-saat sebelumnya. Selanjutnya pada tahun 2010, dalam rapat kerja/sidang komisi C DPRD Jawa Tengah, Pak Tegoeh berani menaikkan PAD nya lebih dari 13%, bahkan tahun berikutnya (2011), naik lagi lebih dari 29%, suatu keputusan yang berani dan membutuhkan kreatifitas tinggi. "Pada awalnya saya berpikir, Pak Tegoeh ini orang aneh, karena jarang sekali kepala SKPD yang sanggup meningkatkan/ menaikan PAD nya diatas 10%", jelas Sukirman, kemudian, "pada umumnya SKPD menginginkan PAD nya tetap, atau bahkan banyak yang memohon berkurang/PAD nya menurun/ diturunkan dengan berbagai alasan", sambungnya, "tetapi Pak Tegoeh malah menaikkan PAD nya mencapai lebih dari 29%, atau tepatnya 29,41% pada tahun 2011", jelasnya. "Yang lebih mengherankan dan sekaligus mengharukan adalah pada saat REALISASINYA, terjadi peningkatan PAD yang dramatis, yakni berhasil naik 13,36% pada tahun 2010 dan naik signifikan 39,97% pada akhir tahun 2011", paparnya
224 Untukmu Jawa Tengahku
Optimalisasi Pemberdayaan Masyarakat Guna Mewujudkan Kedaulatan Pangan Perkebunan

antusias. Sedangkan mengenai pribadi sosok Tegoeh Wynarno Haroeno, adalah pemimpin yang low profile, bahkan familiar serta santai. Saya mengenal beliau secara pribadi, Pak Tegoeh sosok yang santai, jarang dimiliki oleh pemimpin lainnya, namun beliau tetap bertanggungjawab. Dibuktikan saat pertama kali mendampingi kunjungan komisi C DPRD Jateng ke sebuah perkebunan tebu, beliau langsung turun ke lapangan dan bersama-sama blusukan di tengah perkebunan tebu, ujarnya. Disisi lain, jika diajak bercakap-cakap sosok Pak Tegoeh ini bisa selalu nyambung, bahkan bicara soal politik sekalipun. Pak Tegoeh pemimpin yang sangat cerdas dan kreatif, tegas Sukirman. Hal tersebut dibuktikan pula melalui berbagai langkah terobosan yang dilakukan di SKPD yang dipimpinnya. Tidak hanya itu, program swasembada gula tahun 2013 itu juga merupakan salah satu hal yang patut diacungi jempol, mengingat Jawa Tengah belum sepenuhnya memiliki perkebunan tebu yang cukup baik guna mendukung program tersebut", paparnya mengakhiri perbincangan dengan penulis.

Untukmu Jawa Tengahku


Optimalisasi Pemberdayaan Masyarakat Guna Mewujudkan Kedaulatan Pangan Perkebunan

225

ISTAJIB, Anggota Komisi B DPRD Jawa Tengah

"KREATIF DAN BERANI LAKUKAN TEROBOSAN"


Sejauh ini semangat dalam hal kebijakan pengembangan komoditas perkebunan di Jawa Tengah, cukup menjanjikan bagi peningkatan perekonomian dan taraf hidup masyarakat Jawa Tengah. Seperti halnya target swasembada gula tahun 2013, merupakan langkah berani yang perlu mendapat dukungan dari semua pihak, kemudian langkah terobosan di bidang diversifikasi tanaman dalam rangka efisiensi/ pemberdayaan lahan dan inovasi teknologi pengembangan komoditas unggul, harus mendapat apresiasi. Bagi kami, anggota DPRD Jawa Tengah, yang kebetulan membidangi pengawasan kinerja Dinas Perkebunan, sangat menyambut baik dan mendukung kebijakan dan langkah kreatif inovatif yang dilakukan institusi ini. Memang dalam beberapa tahun terakhir ini terlihat ada sejumlah kemajuan dalam pengembangan komoditas perkebunan, seperti penemuan cara baru untuk mendapat
226 Untukmu Jawa Tengahku
Optimalisasi Pemberdayaan Masyarakat Guna Mewujudkan Kedaulatan Pangan Perkebunan

bibit tebu yang lebih produktif yaitu teknologi Single Bud Planting, kemudian perluasan lahan yang terus menerus dilakukan dan pembangunan pabrik gula baru di Blora, sehingga diharapkan dengan inovasi ini program swasembada gula bisa tercapai dengan baik, bahkan diharapkan bisa surplus gula tebu petani. Tetapi di tataran realitas dan fakta di lapangan, Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Tengah harus mau menerima kritik dan masukan dari berbagai kalangan masyarakat luas, demi memperbaiki kinerja agar langkah yang ditempuh lebih efisien, efektif dan sesuai dengan harapan. Seperti halnya program intensifikasi lahan budidaya tebu, sejumlah kalangan di Kudus menyampaikan bahwa tebu yang ditanam para petani masih tergolong tanaman yang kurang produktif, mereka berharap ada verietas tebu yang lebih unggul, agar petani lebih bergairah menanam tebu. Kemudian program ekstensifikasi, pihak Dinas Perkebunan juga harus lebih pro aktif menyerap aspirasi para petani, agar ekstensifikasi betul-betul perluasan tanaman tebu, bukan bongkar ratoon dan harus menggunakan varietas unggul, agar produktivitas tanaman meningkat tajam, sekaligus penataan varietas tebu sehingga pasokan bahan baku semua pabrik gula di Jawa Tengah dapat tercukupi tepat waktu. Disisi lain, kebijakan swasembada gula juga harus diikuti dengan langkah-langkah yang lebih rapi dan konsisten, seperti kontrol/pengawasan terhadap pabrik gula yang mengolah raw sugar, agar hasil olahan ini tidak beredar di
Untukmu Jawa Tengahku
Optimalisasi Pemberdayaan Masyarakat Guna Mewujudkan Kedaulatan Pangan Perkebunan

227

pasar yang akhirnya dapat mengganggu sistem distribusi pasar gula tebu rakyat, dan kerja keras untuk merealisasi pembuatan pabrik gula baru, serta revitalisasi pabrik gula yang ada saat ini. Dengan manajemen yang rapi dan dilakukan secara konsisten, dapat diyakini bahwa target swasembada tersebut dapat terwujud sesuai rencana. Dalam hal pengembangan komoditas perkebunan lainnya, di harapkan Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Tengah terus memunculkan kreativitas dan langkah terobosan agar komoditas perkebunan seperti coklat, kelapa, kopi, teh dan lain lain makin produktif, sehingga perannya dalam menopang ketahanan pangan di Jawa Tengah makin kuat. Selain itu, sejumlah komoditas perkebunan yang mampu menembus pasar ekspor juga harus dipertajam peningkatan produktivitasnya, guna mendukung pertumbuhan ekonomi yang pada gilirannya akan meningkatkan kesejahteraan masyarakat . Dengan demikian, Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Tengah harus mampu memilah dan memilih komoditaskomoditas unggulan yang berorientasi pada peningkatan kesejahteraan masyarakat perkebunan, "dan saya percaya, dengan segenap daya upaya yang di gambarkan dalam kalimat "Untukmu Jawa Tengahku", pembangunan perkebunan Jawa Tengah ke depan akan dapat mewujudkan obsesi peningkatan pendapatan masyarakat sebagai wujud nyata peningkatan kesejahteraan petani pekebun", katanya mantap, mengakhiri bincang-bincang dengan penulis.
228 Untukmu Jawa Tengahku
Optimalisasi Pemberdayaan Masyarakat Guna Mewujudkan Kedaulatan Pangan Perkebunan

DR. AGUS HASANUDDIN R, MSc Staf Khusus Direktur Jenderal Perkebunan (Mantan Direktur Tanaman Semusim Ditjen Perkebunan)

"PUSAT 'BACK UP PENUH' PAK TEGOEH"


Saya sangat appreciate dan mendukung penuh de ngan rencana Kepala Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Tengah menerbitkan buku berjudul Untukmu Jawa Tengahku : Optimalisasi Pemberdayaan Masyarakat Guna Mewujudkan Kedaulatan Pangan Perkebunan. Langkah ini sangat strategis guna mentransfer pengetahuan dan inovasi teknologi bagi generasi berikutnya. Disamping itu, buku ini memiliki fungsi yang penting dalam berbagai hal, seperti dokumentasi bagi sebuah kinerja dan sejarah capaian prestasi, sebuah pertang gungjawaban kepada publik atas amanah yang diemban dan referensi dalam penyeliaan informasi serta koridor studi ilmiah. Terkait dengan kebijakan pembangunan perkebunan, Pemerintah Pusat, khususnya saya selaku Staf Khusus Direktur Jenderal perkebunan sekaligus mantan Direktur Tanaman Semusim sangat men-support program Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Tengah. Apalagi dengan kebijakan yang diambil
Untukmu Jawa Tengahku
Optimalisasi Pemberdayaan Masyarakat Guna Mewujudkan Kedaulatan Pangan Perkebunan

229

Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo, SH, dengan Tri sakti Bung Karnonya, saya nilai sebagai kebijakan yang Pro Rakyat, mau tidak mau Pak Tegoeh harus menyesuaikan dengan ritme gerakan langkah Pak Gubernur dimaksud. Dari sisi ini saya melihat inilah kesempatan, karena saya berkepentingan dengan swasembada gula nasional. Jika Jateng terpenuhi swasembada gula 2013, saya kan jadi ringan, karena Jateng bisa mensuplai gula tebu rakyat provinsi lain. Salah satu gagasan Pak Tegoeh yang match dengan saya, adalah ide mengenai sensus tebu dan strategi data base tebu online, yang dapat menjadi sebuah patokan untuk mengembangkan produksi gula nasional. Dari 9 Propinsi lokasi produksi gula di Indonesia, Jawa Tengah memang saat ini masih ketinggalan dengan Jawa Timur dan Gorontalo, yang sudah melampaui batas produksi swasembada (surplus). Tetapi paradigma dan implementasinya sudah memfokus pada sensus, dimana nantinya produksi gula petani ya untuk petani Indonesia, jika terjadi kelebihan di satu provinsi pasti akan disuplai ke daerah lain di dalam negeri. Saya melihat Pak Tegoeh ini sangat agresif dalam pengembangan komoditas perkebunan, selalu muncul ide yang sangat aplikatif dan realistis, bahkan jika saya tidak standby bisa kepontal-pontal, maka sesuai dengan kapasitas struktural yang ada, saya memberikan porsi yang lebih besar baik menyangkut anggaran maupun bantuan SDM kepada Dinas Perkebunan Jawa Tengah. Dari sisi anggaran , Jawa
230 Untukmu Jawa Tengahku
Optimalisasi Pemberdayaan Masyarakat Guna Mewujudkan Kedaulatan Pangan Perkebunan

Tengah mendapat alokasi paling tinggi karena memang banyak programnya dan strategis. Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Tengah paling kreatif. Satu hal yang sangat membanggakan adalah kreatifitas Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Tengah in,i mempunyai signifikansi yang tinggi dengan program Pemerintah Pusat, sehingga Pak Menteri Pertanian selalu mendukung program apa saja yang kita ajukan, mungkin karena beliau juga berasal/putra Jawa Tengah Namun dibalik dukungan yang tinggi dari Pemerintah Pusat kepada Pemerintah Provinsi Jawa Tengah, saya berikan saran agar selalu mengontrol dan mengantisipasi dampak negatif, utamanya kondisi ekstern/diluar kewenangan Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Tengah, seperti kegiatankegiatan off farm, sejak pengolahan tebu hingga distribusi dan pemasaran gula, sehingga diperoleh RESULTANTE kegiatan yang SINERGIS. Disamping itu, jabatan seseorang itu ada batasnya, sehingga perlu sejak dini diantisipasi KESINAMBUNGAN PROGRAM Pembangunan Perkebunan Jawa Tengah.

Komoditas Kakao Untukmu Jawa Tengahku


Optimalisasi Pemberdayaan Masyarakat Guna Mewujudkan Kedaulatan Pangan Perkebunan

231

ADI PRASONGKO, Direktur Utama PTPN IX

"PEJABAT YANG TIDAK FEODAL"


Pengaruh Kepala Dinas Perkebunan Jawa Tengah, Tegoeh Wynarno Haroeno sangat mendalam, karena sebagai Kepala Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD), berbeda dengan pejabat lainnya, meski sebenarnya saya belum lama mengenal. Kebanyakan pejabat atau birokrat biasanya bersikap feodal, berbeda dengan Pak Tegoeh yang memiliki karakter sebaliknya. Jarang ada Kepala Dinas yang seperti itu, meskipun secara pribadi, saya belum terlalu lama kenal Pak Tegoeh. Mengenal beliau baru sejak Maret 2012 lalu. Namun pengaruh beliau sangat mendalam, kata Adi Prasongko, Direktur Utama PTPN IX. Untuk komunikasi saja, tidak harus langsung bertemu muka, cukup melalui telepon, akibat kesibukan masingmasing yang begitu tinggi. Sejak awal perkenalan hingga menjalankan tugas antara kedua pejabat penting tersebut,
232 Untukmu Jawa Tengahku
Optimalisasi Pemberdayaan Masyarakat Guna Mewujudkan Kedaulatan Pangan Perkebunan

komunikasi cukup lancar melalui telepon. Kepala Dinas di Jawa Timur modelnya hampir feodalfeodal semua, dengan Pak Tegoeh saya cocok. Komunikasi bisa lewat telepon. Bahkan saya mengenal beliau juga lewat telepon, tidak langsung bertemu. Ketika saya kontak melalui telepon dan saya ke kantor ternyata beliau tidak ada, ya tidak masalah saya bertemu dengan stafnya untuk urusan dinas, sampai sekarang komunikasi kami sambung terus, tambah Adi Prasongko. Bahkan Adi Prasongko juga menilai bahwa relasi Pak Tegoeh dengan pejabat lain sangat baik, terutama dengan Gubernur Jateng, Ganjar Pranowo. Saya bisa melihat hubungan beliau dengan pejabat lain sangat baik, bahkan hubungan dengan Pak Gubernur juga cocok. Saat ini model relasi seperti itu sangat diperlukan, katanya. Ditanya tentang keeratan hubungan Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Tengah dengan PTPN IX, Adi Prasongko menyatakan bahwa hubungan tersebut sangat erat, bahkan dahulu (sebelum ada Kemeneg BUMN) Kepala Dinas Perkebunan merupakan salah satu komisaris PTP yang berada di wilayah kerjanya, karena sejak tahun 1976, Dinas Perkebunan merupakan gabungan (merger) antara Dinas Perkebunan Rakyat Daerah dengan Inspektorat Perkebunan Besar, yang bertugas mengawasi Perkebunan Besar, termasuk Perkebunan Besar Negara (PTP) di wilayah kerjanya, dan berada langsung dibawah Direktorat Jenderal Perkebunan, Departemen Pertanian.
Untukmu Jawa Tengahku
Optimalisasi Pemberdayaan Masyarakat Guna Mewujudkan Kedaulatan Pangan Perkebunan

233

Namun setelah dibentuk Kementerian Negara BUMN, Perkebunan Besar Negara (PTP-PTP) bergabung (merger) menjadi PTPN, yang secara langsung manajemennya berada dibawah kewenangan Menteri Negara BUMN, walaupun secara teknis (substansi) tetap menjadi binaan Kementerian Pertanian (di kegiatan on-farm). Dengan dicanangkannya program swasembada gula Nasional tahun 2014 dan tekad Pemerintah Provinsi Jawa Tengah mewujudkan swasembada gula tahun 2013, hubungan Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Tengah dengan PTPN IX menjadi tambah erat, karena di wilayah Jawa Tengah kami memiliki 8 Pabrik Gula, yakni Pabrik Gula Pangkah, Jatibarang, Sumberharjo, Sragi, Rendeng, Mojo, Tasikmadu dan Gondang Baru. Guna mendukung suksesnya swasembada gula, di bidang off-farm kami secara bertahap memperbaiki (revitalisasi) Pabrik Gula, khususnya perbaikan-perbaikan mesin yang sudah cukup tua, sedangkan di bidang on-farm kami telah mencanangkan program Tebu Rakyat Kemitraan Kerjasama Operasional, yang telah mendapatkan ijin/rekomendasi Bapak Gubernur Jawa Tengah pada tanggal 31 Mei 2012 dan oleh beliau diberikan singkatan, Program TERA MITRA KSO, dengan tujuan meningkatkan percepatan perluasan areal tebu sekaligus penataan varietas dengan varietas unggul baru selaras dengan agroklimatnya, serta peningkatan kesejahteraan petani melalui peningkatan pendapatan khususnya pada saat membudidayakan kebun tebu giling
234 Untukmu Jawa Tengahku
Optimalisasi Pemberdayaan Masyarakat Guna Mewujudkan Kedaulatan Pangan Perkebunan

Komoditas Tembakau

pada keprasan pertama, kedua, ketiga dan seterusnya. "Ada surprise dalam mencanangkan program TERA MITRA KSO ini" kata Adi Prasongko," saya mengajukan ijin/ rekomendasi kepada Bapak Gubernur melalui Pak Tegoeh selaku Kepala Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Tengah, pada tanggal 23 Mei 2012, pemikiran dan perhitungan saya, ijin/ rekomendasi tersebut paling cepat turun (diperoleh) sebulan kemudian, tetapi seminggu kemudian saya di telepon oleh Pak Tegoeh bahwa ijin/rekomendasi tersebut sudah turun" katanya. "Dengan keharmonisan ini, ditambah sifat dan sikap pak Tegoeh yang demokratis (tidak feodal), saya optimis swasembada gula Jawa Tengah tahun 2013 dapat tercapai" tukasnya mengakhiri bincang-bincang dengan penulis.
Untukmu Jawa Tengahku
Optimalisasi Pemberdayaan Masyarakat Guna Mewujudkan Kedaulatan Pangan Perkebunan

235

IR. SLAMET PURWADI, MMA, Direktur Produksi PTPN IX

"OH, PAK TEGOEH ITU........... WONG MARHAEN TULEN"


Itulah kalimat pertama yang diucapkan oleh Slamet Purwadi, yang sejak awal tahun 2012 dipercaya oleh Kemeneg BUMN sebagai Direktur Produksi pada PT. Perkebunan Nusantara IX (PTPN IX). "Saya kenal pak Tegoeh sejak tahun 1978, saat sama-sama menuntut ilmu di Institut Pertanian Bogor", sambutnya antusias saat penulis menanyakan apa yang diketahuinya tentang sosok Kepala Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Tengah. Seusai dilantik menjadi Direktur Produksi PTPN IX, yang dalam tugasnya bertanggung jawab langsung terhadap eksistensi Pabrik Gula, dia mempelajari beberapa konsep dan isu-isu aktual tentang pergulaan, khususnya Roadmap Swasembada Gula Nasional tahun 2014 yang menurutnya sulit untuk dapat dicapai. Namun demikian, dia cukup terperanjat saat membaca beberapa media lokal Jawa Tengah, bahwa Pemerintah
236 Untukmu Jawa Tengahku
Optimalisasi Pemberdayaan Masyarakat Guna Mewujudkan Kedaulatan Pangan Perkebunan

Provinsi Jawa Tengah, melalui Dinas Perkebunan, bertekad mewujudkan Swasembada Gula tahun 2013, yang berarti setahun lebih cepat dari Swasembada Gula Nasional. Tekad tersebut merupakan langkah yang cukup berani, mengingat pada umumnya pabrik-pabrik gula yang ada di Jawa Tengah merupakan pabrik-pabrik tua peninggalan Belanda, walaupun telah banyak peralatan yang diganti (direvitalisasi). Oleh karena itu, guna mendukung tekad dimaksud, dalam rangka mempercepat perluasan areal tebu, PTPN IX mencanangkan program Tebu Rakyat Kemitraan Kerjasama Operasional, yang disingkat TRKm.KSO, yang penjabarannya adalah PTPN IX menyewa lahan tebu petani selama satu tahun, kemudian lahan tersebut ditanami tebu dengan varietas unggul baru, dipelihara dan dibudidayakan dengan baik (optimal) oleh PTPN IX, kemudian setelah panen, dikembalikan kepada petani, untuk diberdayakan menjadi kebun tebu giling selama satu periode tanam (sampai keprasan ketiga atau keempat). Program/kegiatan tersebut memberikan keuntungan ganda dari beberapa sisi, antara lain : dari sisi petani, memberikan keuntungan yang melimpah, mengingat budidaya tebu akan memberikan keuntungan besar pada tahun kedua, ketiga dan seterusnya, karena petani tidak perlu membeli dan menanam bibit tebu, yakni hanya memupuk dan memelihara kebun tebu yang relatif mudah dan murah. Dari Sisi Pabrik Gula, program tersebut dapat mem per
Untukmu Jawa Tengahku
Optimalisasi Pemberdayaan Masyarakat Guna Mewujudkan Kedaulatan Pangan Perkebunan

237

cepat peningkatan kualitas dan kuantitas bahan baku karena menggunakan varietas unggul baru dan dibudidayakan secara optimal, sekaligus diatur masa kemasakan tebunya (masak awal, masak tengah dan masak akhir), sehingga memudahkan pergiliran dalam penggilingannya (pengolahan tebu menjadi gula). Adapun dari sisi Pemerintah, khususnya Pemerintah Kabupaten dan Pemerintah Provinsi, program/kegiatan tersebut dapat mempercepat akselerasi peningkatan luas areal, penataan varietas dan penggunaan varietas unggul baru (VUB) tebu, sehingga obsesi swasembada gula, baik Tingkat Nasional maupun Regional Jawa Tengah dapat (segera) tercapai. "Ada kenangan indah berkaitan dengan program TR.Km.KSO ini," kata Slamet Purwadi," Guna memantapkan program ini, kami mohon ijin/rekomendasi dari Bapak Gubernur", lanjutnya," oleh karena itu, melalui Kepala Dinas Perkebunan kami ajukan Surat Permohonan dari Direktur Utama pada tanggal 23 Mei 2012". Menurut perkiraan saya, ijin/rekomendasi Bapak Gubernur akan turun setidaknya setengah atau satu bulan kemudian. Tetapi dugaan itu meleset, karena seminggu kemudian Direktur Utama memberitahu saya, bahwa ijin rekomendasi Gubernur sudah turun, sesuai dengan pemberitahuan dari Kepala Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Tengah. Penasaran dengan sosok Kepala Dinas Perkebunan
238 Untukmu Jawa Tengahku
Optimalisasi Pemberdayaan Masyarakat Guna Mewujudkan Kedaulatan Pangan Perkebunan

Provinsi Jawa Tengah, saya minta staf untuk mengatur pertemuan dengan beliau. Pada awalnya saya berpikir, paling minggu depan atau bulan depan baru bisa ketemu, ... eh ternyata diagendakan besok lusa ..., akhirnya saya dengan staf berkunjung ke Kantor Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Tengah di Tarubudaya Ungaran. Oleh petugas sekretariat, diminta langsung masuk ke ruang kerja Kepala Dinas, tidak perlu menanti di ruang tunggu. Yang terjadi selanjutnya, saat memasuki ruang kerjanya yang mirip hotel, ternyata yang ada didalamnya adalah orang Marhaen yang dulu sama-sama rekoso menuntut ilmu di IPB Bogor. Saya sebut dia orang Marhaen tulen, bukan berkaitan dengan parpol tertentu, tetapi karena saat di Bogor Pak Tegoeh adalah Ketua Umum DPC GMNI dan selalu aktif dalam berbagai organisasi kemahasiswaan. Disamping itu, beliau juga aktif di kegiatan-kegiatan akademis, bahkan menjadi asisten dosen luar biasa untuk empat mata kuliah utama, yakni Kimia, Fisika, Biologi dan Matematika. "Mata kuliah bergengsi yang sangat membosankan bagi saya", kata Pak Slamet Purwadi. Pertemuan itu membuat kami berdua mengenang nostalgia masa lalu, hingga dua orang staf saya terbengongbengong melihat keakraban saya dengan pak Tegoeh. Setelah selesai bernostalgia, Pak Tegoeh kemudian memberikan Surat ijin/Rekomendasi Bapak Gubernur Jawa Tengah tersebut, dan singkatan Program Tebu Rakyat Kemitraan Kerjasama Operasional bukan lagi TR.Km.KSO, tetapi dirubah
Untukmu Jawa Tengahku
Optimalisasi Pemberdayaan Masyarakat Guna Mewujudkan Kedaulatan Pangan Perkebunan

239

menjadi TERA MITRA KSO. "Maklum, beliau dulu aktif di Resimen Mahasiswa, bahkan pernah menjadi komandan polisi mahawarman, sehingga pandai membuat singkatan", tandasnya. Saat penulis meminta kesan terhadap Pak Tegoeh yang lebih dari 30 (tiga puluh) tahun baru kembali ketemu, Pak Slamet Purwadi mengatakan bahwa "Beliau tetap sederhana, bersahaja dan demokratis, tidak ada kesan feodal sama sekali. Yang bertambah adalah pembawaannya yang tenang dengan kalimat-kalimat yang terucap teratur, runtut dan mudah dimengerti", lanjutnya," berbeda dengan sewaktu mahasiswa dulu yang pembawaannya cukup meledak-ledak, kalau pidato gayanya meniru Bung Karno" tukasnya," mungkin karena wawasan yang lebih luas dan kematangan ilmu serta pribadinya, ketenangan dan kemantapan sikapnya lebih menonjol dan hal tersebut justru menambah kewibawaannya, walaupun tetap dalam balutan kesederhanaannya", ucapnya mantap. Dalam setiap pertemuan yang diselenggarakan oleh Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Tengah, saya seakan memperoleh pembenaran tentang perkiraan saya tersebut. Data dan analisis kuantitatifnya khas ahli statistik. Kajian-kajiannya menjadi semakin menarik dengan pengalaman kerja di Dinas Perkebunan yang lebih dari 30 tahun. Karenanya, ketika diperlihatkan Program menuju Swasembada Gula Untuk Jawa Tengah sesegera mungkin (kurang dari 2 tahun) saya merasa hal itu sangat mungkin, bahkan bisa jadi tidak hanya
240 Untukmu Jawa Tengahku
Optimalisasi Pemberdayaan Masyarakat Guna Mewujudkan Kedaulatan Pangan Perkebunan

swasembada, tetapi surplus gula tebu petani di Jawa Tengah. Di sisi lain saya melihat Pak Tegoeh adalah sosok yang sangat terbuka untuk dikoreksi. Disamping kooperatif juga luwes, hal ini membuat kinerja Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Tengah menjadi lebih baik, sehingga lembaga lain suka bekerja sama tanpa diminta. Ibarat sebuah konser Pak Tegoeh itu dirigennya, musik yang didengarkan dari konser tersebut menjadi harmonis karena tidak berbunyi sendiri-sendiri, tetapi nada yang mengalun selaras dan enak terdengar ditelinga, kata Slamet Purwadi, yang jago berkaraoke itu. Selain itu, kesan yang diperoleh sampai sosok Tegoeh Wynarno menjadi seorang pejabat tidak berubah, meski dalam kenyataannya banyak orang yang naik sedikit pangkat atau jabatan menjadi berubah, "tetapi Pak Tegoeh tidak berubah, masih seperti dulu saat kami bersama-sama menimba ilmu di Bogor", tegasnya mantap, mengakhiri bincang-bincang dengan penulis.

Untukmu Jawa Tengahku


Optimalisasi Pemberdayaan Masyarakat Guna Mewujudkan Kedaulatan Pangan Perkebunan

241

FIA MARCELIA, General Manajer Banaran 9 Resort

"BEDA STYLE MEMIMPINNYA"


Ketika diminta untuk menulis testimoni tentang Pak Tegoeh selaku Kepala Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Tengah, kalimat utama dan pertama yang muncul dibenak saya adalah jual mahal. Itu kesan pertama ketika harus menulis tentang beliau. Jual mahal itu muncul karena tiga kali tidak hadir dalam event-event Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Tengah yang diselenggarakan di Banaran 9 Resort Bawen, padahal dalam setiap event telah saya persiapkan dengan sebaik-baiknya. Hal ini membuat saya menjadi penasaran dan sempat senewen. Seperti apa sosok Pak Tegoeh, mengapa tiga kali event yang sudah dipersiapkan beliau tidak hadir. Jual mahal sekali beliau. Itu pemikiran saya waktu itu, kata Fia Marcelia yang disampaikan ke penulis ketika berbincang-bincang dengan Penulis pada sebuah restoran di Semarang. Eh, tidak disangka-sangka ada lagi kegiatan Dinas
242 Untukmu Jawa Tengahku
Optimalisasi Pemberdayaan Masyarakat Guna Mewujudkan Kedaulatan Pangan Perkebunan

Perkebunan Provinsi Jawa Tengah yang diselenggarakan di Banaran Resort Bawen pada tanggal 29 September 2012, maka terjawablah sudah kegalauan saya dengan sosok Sang Kepala Dinas Perkebunan yang terhormat,... ternyata "Badung dan Gaul". Hebat hasil karyanya...Beda style memimpinnya...dan tak terbatas jam kerjanya...saya "angkat topi tinggi" setelah mengenal beliau dan berharap bisa berkesinambungan dalam kerja sama dengan institusi yang dipimpin beliau, ujar Fia Marcelia. Jujur akhirnya saya senang dan bersyukur bisa mengenal sosok seperti beliau. Perkebunan Jateng akan berkembang di tangan beliau sang pemberani..hehe tapi ada yang paling dipatuhi yaitu si cucu tercinta ...hebat ya, ujar Fia menceritakan sosok Pak Tegoeh. Membangun Perkebunan Melalui Konsep Wisata Indonesia dikenal memiliki kekayaan alam dan hayati yang sangat beragam. Jika dikelola dengan tepat, tentu potensi alam dan hayati tersebut dapat diandalkan sebagai penopang perekonomian nasional. Banyak daerah yang menjadikan perkebunan sebagai sektor utama dalam perekonomiannya. Hasil produksi dari komoditas perkebunan ini pun telah banyak diolah dan menjadi produk khas dari daerah masing-masing. Namun sesungguhnya, di sisi lain ada potensi yang dapat digali dan dikembangkan pada sektor ini guna mendapatkan nilai tambah. Selama ini wilayah perkebunan dipandang sebagai
Untukmu Jawa Tengahku
Optimalisasi Pemberdayaan Masyarakat Guna Mewujudkan Kedaulatan Pangan Perkebunan

243

daerah yang tertutup, dimana masyarakat hanya dapat menikmati keindahan hamparan hijau dari kejauhan atau menikmati produk akhirnya dalam bentuk kemasan yang dapat diperoleh di pasaran. Padahal rutinitas pengelolaan kebun, seperti proses penanaman, perawatan, panen, hingga pengolahan akhir komoditas ini dapat dijadikan wahana edukasi spesifik yang menarik bagi masyarakat awam. Lagi pula, beberapa lokasi perkebunan yang terletak di daerah dengan kondisi geografis pegunungan yang sejuk, dengan pemandangan alamnya yang eksotis, tentu akan juga menjadi daya tarik wisata bagi masyarakat sebagai pendidikan tentang harmonisasi alam. Untuk mewujudkan konsep wisata perkebunan berbasis edukasi dan rekreasi bagi masyarakat umum, diperlukan suatu langkah aktif dan kreatif dari stakeholder perkebunan guna mengenali potensi wisata alam dan lingkungan yang dimiliki, selain sektor komoditas unggulan perkebunan. Adapun, konsep pengembangan sumberdaya wisata yang berbasis ramah lingkungan, dapat dirumuskan bersama dengan pihak yang berkompeten dalam pengembangan wisata. PTPN IX telah mengawali pengembangan potensi wisata perkebunan melalui bermitra dan bekerjasama dengan pihak swasta di dalam perencanaan, pengelolaan, serta pengembangan Banaran 9 Resort. Banaran 9 Resort merupakan hotel yang berada di area atas kebun kopi Getas PTPN IX, di daerah segitiga emas Bawen, Kabupaten
244 Untukmu Jawa Tengahku
Optimalisasi Pemberdayaan Masyarakat Guna Mewujudkan Kedaulatan Pangan Perkebunan

Semarang. Banaran 9 Resort memiliki panorama perbukitan, gunung-gunung, dan Rawa pening yang eksotis serta udara sejuk pegunungan. Adapun fasilitas yang ditawarkan oleh Banaran 9 Resort adalah penginapan dengan 4 bungalow dan 20 kamar standar serta meeting room dan Rose Garden yang dapat digunakan untuk berbagai macam kegiatan. Selain itu Banaran 9 Resort memiliki paket tour wisata agro meliputi tour kebun buah, kebun kopi, dan taman mawar; wisata kuliner; wisata sejarah kolonial; serta wisata industri pabrik kopi, karet, dan gula. Keberadaan Banaran 9 Resort ini juga telah berhasil menyerap tenaga kerja dari penduduk sekitar. Oleh karena itu, konsep pengembangan wisata ini merupakan salah satu cara untuk memberdayakan masyarakat lokal sehingga penduduk usia kerja tidak perlu keluar daerah untuk mencari pekerjaan. Penduduk lokal justru dapat menjadi SDM untuk menggerakan perekonomian lokal karena terdapat potensi luar biasa yang menanti untuk dikembangkan. Dengan demikian diharapkan kesejahteraan masyarakat akan semakin meningkat sesuai dengan tujuan Untukmu Jawa Tengahku : Optimalisasi Pemberdayaan Masyarakat Guna Mewujudkan Kedaulatan Pangan Perkebunan.

Untukmu Jawa Tengahku


Optimalisasi Pemberdayaan Masyarakat Guna Mewujudkan Kedaulatan Pangan Perkebunan

245

H. RACHMAT WISENO, SE, Adm. Kebuh Semugih Pemalang Milik PTPN IX Jawa Tengah

"MEMBANTU MEMFASILITASI DAN PROMOSI INTERNASIONAL"


Kepala Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Tengah, Tegoeh Wynarno Heroeno, bagi saya adalah sosok pemimpin sekaligus sahabat yang selalu memberikan solusi. Betapa tidak, selama ini beliau sangat menaruh perhatian serius terhadap perkembangan perkebunan dan terus memfasilitasi segala aspek yang dibutuhkan, agar komoditas hasil perkebunan wilayah Semugih menjadi semakin maju. Dalam hal pemenuhan aspek administratif dan legalitas, Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Tengah telah memberikan fasilitasi secara optimal dalam pengurusan sertifikat Hak Guna Usaha (HGU). Kelengkapan administrasi dan legalitas ini tentu sangat membantu kelancaran usaha PTPN dalam mengelola, mengolah dan pemanfaatan seoptimal mungkin hasil perkebunan bagi masyarkat. Di bidang promosi, Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Tengah juga secara aktif melakukan kegiatan promosi ke
246 Untukmu Jawa Tengahku
Optimalisasi Pemberdayaan Masyarakat Guna Mewujudkan Kedaulatan Pangan Perkebunan

berbagai kalangan masyarakat, baik dalam negeri maupun luar negeri. Tentu saja langkah ini sangat menghidupkan industri bidang pengolahan hasil perkebunan untuk sam pai kepada konsumen. Bahkan belum lama ini kebun Semu gih kedatangan tamu dari Amerika Serikat dan Mexico yang interest terhadap pengembangan usaha komoditas perkebunan. Kami juga sangat berterima kasih kepada Dinas Perke bunan Provinsi Jawa Tengah yang secara rutin menyampaikan laporan perkebunan di seluruh Indonesia, dan Perkebunan Semugih masuk dalam laporan tersebut. Sehingga dengan laporan itu, kami dapat bersosialisasi dan mengetahui perkembangan perkebunan di tanah air. Harapan saya semoga kondisi ini dapat terus berlanjut dan menjadi semakin baik/meningkat di masa mendatang.

Pabrik Teh Hitam Kebun Semugih Pemalang Untukmu Jawa Tengahku


Optimalisasi Pemberdayaan Masyarakat Guna Mewujudkan Kedaulatan Pangan Perkebunan

247

IR. H. MOCH. SAYUTI BSC, MMA, Direktur Utama PT Citra Mandiri Jawa Tengah

"JELI MELIHAT MASALAH DAN TEPAT MENCARI SOLUSI"


Mengenai kiprah Pak Tegoeh sebagai Kepala Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Tengah, saya bangga dengan cara menentukan skala prioritas dalam membina dan mengelola perkebunan, menetapkan komoditas tebu sebagai fokus/ konsentrasi. Saya sependapat dengan hal ini karena tebu merupakan salah satu komoditas politik, dalam arti dampak politiknya sangat tinggi dibandingkan dengan komoditaskomoditas perkebunan lainnya. Pemerintah pusat menggunakan dua pendekatan, yakni pendekatan ekonomi, dimana pemerintah tidak ikut campur tangan sama sekali dan pendekatan produksi, dimana terdapat ciri bahan dan produk dinilai dari segi politis, strategis dari keamanan serta bisa mempengaruhi kehidupan bangsa ini. Ada empat prioritas komoditas secara nasional dengan pendekatan produksi, yaitu beras, gula, kedelai dan kelapa sawit.
248 Untukmu Jawa Tengahku
Optimalisasi Pemberdayaan Masyarakat Guna Mewujudkan Kedaulatan Pangan Perkebunan

Dari pendekatan produksi inilah pemerintah bertanggungjawab untuk wajib memberikan bantuan. "Hal ini dengan jeli ditangkap oleh Pak Tegoeh. Dalam kejelian melihat masalah, maka secara intensif ada upaya untuk melakukan koordinasi dengan pihak-pihak terkait seperti APTRI, PG dan bank dalam rangka memfasilitasi budidaya tebu, dan hal ini berhasil dikemas dengan rapi dan baik," kata Ir. H.M. Sayuti, BSc, MMA, Direktur Utama PT. Citra Mandiri, salah satu BUMD milik Pemerintah Provinsi Jawa Tengah. Dia mengaku, apa yang disampaikan tersebut berdasarkan pengalamannya pernah berkecimpung, melaksanakan dan mengeluti perkebunan selama 32 tahun. "Saya menilai Pak Tegoeh itu jeli dan bisa melihat masalah dan mengambil solusi yang ada, karena pernah duduk didalamnya," kata Sayuti yang juga menceritakan tentang kejayaan gula Jawa Tengah di masa lalu, yang pernah mendominasi di pasar dunia, "menurut catatan sejarah, pada tahun 1900 an, Indonesia (Hindia Belanda) merupakan eksportir gula terbesar kedua setelah Kuba", imbuhnya Saat itu, di Jawa Tengah terdapat 17 pabrik gula, namun kini tinggal 11 pabrik. Pertanyaannya, apakah 2013 swasembada gula Jawa Tengah bisa berhasil/dicapai? Jika mengingat kejayaan masa lalu, mestinya bisa. Hal tersebut dianalogikakan bahwa matahari yang dulu terbit sekarang juga masih ada, demikian juga dengan lahan, pupuk dan air yang sama, bahkan teknologinya tambah maju pesat.

Untukmu Jawa Tengahku


Optimalisasi Pemberdayaan Masyarakat Guna Mewujudkan Kedaulatan Pangan Perkebunan

249

"Hanya masalahnya yang berbeda adalah soal menejemen, dulu ketat di bawah menejemen meniru Belanda. Dulu produksi ada di bawah telapak kaki sinder (pegawai pabrik), dimana sinder biasa berkunjung ke perkebunan. Memang beda sekali menejemennya," kata Sayuti yang sudah melanglang buana ke berbagai tempat di luar negeri untuk belajar soal perkebunan tersebut. Namun pada intinya sebagai Direktur Utama sebuah BUMD yang menjadi mitra Dinas Perkebunan, Sayuti mendukung program swasembada gula dan berharap bisa mengembalikan kejayaan gula di masa lalu. Tetapi memang tidak mungkin 11 pabrik gula bisa seefisien dulu, maka mutlak perlu revitalisasi mesin pabrik gula dan ini sudah sebagian dilakukan. Selain itu juga sependapat untuk pembuatan/pemba ngunan pabrik gula baru di Blora, hanya yang perlu diantisipasi adalah, jika pabrik baru beroperasi ditengah 3 pabrik lama yang sudah tua. Pabrik baru bisa jadi akan menghasilkan gula dengan rendemen yang lebih tinggi karena didukung mesin baru dan rendemen bisa mencapai 8,5-10 %, jauh diatas capaian pabrik gula lama. Maka mau tidak mau harus ada revitalisasi di pabrik gula yang lama. "Karena petani itu memiliki sifat seeing is believing (percaya karena melihat-red), bisa-bisa para petani akan berbondong-bondong menggilingkan tebunya ke pabrik baru, ini yang akan menjadi masalah dan harus diantisipasi sejak dini," tambahnya.
250 Untukmu Jawa Tengahku
Optimalisasi Pemberdayaan Masyarakat Guna Mewujudkan Kedaulatan Pangan Perkebunan

Selain itu juga perlu adanya kejelasan rayonisasi binaan budidaya tebu, terkait dengan kredit komoditas tersebut. Jika jelas sistem rayonisasinya, maka petani tidak akan lari ke pabrik yang baru. Sementara prospek swasembada gula akan bisa tercapai, jika produktivitas tebu ditingkatkan, industri pengolahan melakukan revitalisasi, termasuk harus ada keseimbangan pengawasan pabrik yang mengolah raw sugar, terutama pabrik jangan menggiling raw sugar waktu musim giling atau panen tebu petani. "Ya, dengan kejelian dari Pak Tegoeh semoga perkebunan di Jawa Tengah bisa kembali jaya, khususnya untuk program swasembada gula," kata Sayuti, mengakhiri bincang-bincang dengan penulis.

Komoditas Teh Untukmu Jawa Tengahku


Optimalisasi Pemberdayaan Masyarakat Guna Mewujudkan Kedaulatan Pangan Perkebunan

251

MUNAWAR, Petani Tebu di Pantura Barat

"SAMPAIKAN UCAPAN TERIMA KASIH KAMI KE PAK TEGOEH"


Para petani tebu menyatakan respon positifnya atas program bongkar ratoon sebagai upaya mempertahankan dan meningkatkan produktivitas tebu, mengingat selama ini para petani jarang sekali melakukan tanam bibit baru. Arahan dari Pak Tegoeh, sebagai Kepala Dinas Per kebun an Jawa Tengah, agar menggunakan program bong kar ratoon sungguh membawa hasil yang baik bagi kami para petani tebu, kata Munawar, salah satu petani tebu di wila yah pantura barat. Padahal, lanjut Munawar, dulu saat awal-awal program ini ditawarkan banyak yang enggan. Namun sekarang setelah tahu hasilnya dengan program ini yaitu rendemen meningkat, harga gula juga ikut membaik, maka tanpa diperintah lagi, para petani langsung menggunakan program bongkar ratoon. Kami sangat berterima kasih kepada Dinbun Jateng yang telah mengarahkan dan mensupport kami untuk
252 Untukmu Jawa Tengahku
Optimalisasi Pemberdayaan Masyarakat Guna Mewujudkan Kedaulatan Pangan Perkebunan

melakukan tanaman bibit baru. Minta tolong disampaikan ucapan terima kasih kami ke Pak Tegoeh, kata Munawar. Petani tebu sebagai supplier bahan baku gula yang diproduksi oleh pabrik gula, yang merawat tebu dengan baik, bagi pabrik gula ini adalah bahan baku yang baik, dan akan diperoleh produksi gula yang memadai, namun bila tebu kurang dirawat dan tebangan tebu tidak bersih, maka akan diperoleh gula yang kurang baik, dalam arti yang banyak diperoleh adalah tetesnya. Dan tetes ini dapat digunakan sebagai bahan baku untuk memproduksi biofuel. Program bongkar ratoon akan menjadi solusi bagi petani agar bibit tebu yang sudah terlalu lama dan sering dipanen dapat diganti bibit unggul baru supaya produktivitas jadi meningkat, kata Munawar.

Rapat pengawalan bongkar ratoon 2013 Untukmu Jawa Tengahku


Optimalisasi Pemberdayaan Masyarakat Guna Mewujudkan Kedaulatan Pangan Perkebunan

253

BUDIDOYO, Wakil Ketua Umum AMTI (Aliansi Masyarakat Tembakau Indonesia)

"TEMBAKAU PERLU PENINGKATAN KUALITAS"


Wakil Ketua Umum Aliansi Masyarakat tembakau Indonesia (AMTI), Budidoyo memiliki harapan besar atas hasil-hasil komoditas perkebunan di bawah binaan Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Tengah, khususnya komoditas tembakau yang menjadi fokus dalam komunitasnya. AMTI berharap melalui program-program dari lembaga ini kelak para petani tembakau bisa meningkatkan kualitas sumber daya manusia terutama meningkatkan produk komoditasnya. Harapan kami dengan dengan teknologi informasi di kalangan petani mampu mendorong produktivitas lahan yang digarap dengan tetap memperhatikan kelestariannya" kata Budidoyo. Mengingat bahwa kerja sama yang ada dalam rangka memperjuangkan eksistensi industry tembakau nasional. Sebab Indonesia mempunyai nilai peluang yang besar dengan tata geografis yang terdiri atas pulau-pulau sehingga juga
254 Untukmu Jawa Tengahku
Optimalisasi Pemberdayaan Masyarakat Guna Mewujudkan Kedaulatan Pangan Perkebunan

bisa disebut sebagai negara kepulauan, terlebih lagi posisi Indonesia di jalur katulistiwa. Untuk itu kekayaan alam yang terkandung baik mineral maupun non mineral, jajaran pulau-pulau yang terletak di daerah tropis, menghasilkan lahan yang sangat subur cocok untuk pengembangan pembangunan berbasis agraris. Apalagi dengan definisi menurut UU 18/2004 tentang perkebunan adalah segala kegiatan yang mengusahakan tanaman tertentu pada tanah dan/atau media tumbuh lainnya dalam ekosistem yang sesuai, mengolah dan memasarkan barang dan jasa hasil tanaman tersebut, dengan bantuan ilmu pengetahuan dan teknologi, permodalan serta manajemen untuk mewujudkan kesejahteraan bagi pelaku usaha perkebunan dan masyarakat. Oleh sebab itu AMTI juga memiliki harapan besar kepada Dinas Perkebunan Jateng, melalui tata kelola yang baik dengan mengedepankan kesejahteraan rakyat merupakan salah satu jawaban kunci dalam memanfaatkan sekaligus mengelola kekayaan alam yang ada. Menurunnya kesetaraan hubungan diantara pemangku kepentingan pada waktu yang lalu, perlu dipupuk kembali agar dimasa yang akan datang menjadi lebih baik. Selain itu negara harus hadir melalui intrumen regulasi yang dapat mengatur dan melindungi pertanian dan perkebunan yang ada, sehingga dengan peraturan tersebut diharapkan petani dan pekebun akan mendapatkan kepastian hukum sekaligus kepastian berusaha.
Untukmu Jawa Tengahku
Optimalisasi Pemberdayaan Masyarakat Guna Mewujudkan Kedaulatan Pangan Perkebunan

255

RIYANTO, Ketua Aliansi Pendukung Reformasi Nasional (APRN) dan Ketua Gabungan LSM Jawa Tengah Peduli Reformasi

"PAK TEGOEH ITU PEMIMPIN YANG VISIONER DAN REFORMIS"


Sebagai aktivis LSM saya melihat track record (rekam jejak) Pak Tegoeh Wynarno Heroeno, sebagai salah satu pejabat yang familier dan tidak feodal. Beliau mampu mengembangkan komunikasi dengan berbagai pihak, terma suk dengan kalangan LSM, seringkali mengalir tanpa sekat. Apa yang diungkapkan dalam berkomunikasi pun, dapat diteri ma lawan bicaranya secara lugas, apa adanya dan terlihat jelas kejujurannya. Situasi tersebut memang menjadi pengalaman saya selama mengkritisi kebijakan dan kinerja Dinas Perkebunan, yang ditanggapi dengan positif, bahkan selalu membuka ruang untuk berdialog dan meminta masukan. Yang lebih
256 Untukmu Jawa Tengahku
Optimalisasi Pemberdayaan Masyarakat Guna Mewujudkan Kedaulatan Pangan Perkebunan

mengesankan, dirinya tidak alergi terhadap kritikan, malahan seringkali melontarkan kata-kata khas jawa-nya, joke-jokenya agar komunikasi lebih terbuka, disamping membuka lebar peluang para LSM atau aktivis, masyarakat dan para petani untuk berkarya di sektor perkebunan. Saya pikir perlakuan ini hanya ditujukan kepada saya, ternyata tidak demikian, sebab pengalaman serupa juga dialami LSM-LSM yang lain, sehingga dapat disimpulkan bahwa sosok Pak Tegoeh, memang memiliki karakter seperti itu. "Tidak jarang saya berdiskusi, bahkan berdebat panjang dengan dia tentang berbagai hal diluar perkebunan", papar nya dengan antusias", "hasilnya dan ini merupakan salah satu kelebihannya, hampir selalu diperoleh solusi yang kom prehensif dan berorientasi jauh ke depan", ucapnya mantap. Dari hasil interaksi selama ini, saya dapat memahami bahwa beliau seorang pemimpin yang visioner, yaitu mampu mengembangkan metodologi kepemimpinan dan keilmu annya untuk membawa institusi Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Tengah lebih dinamis, maju dan terukur dalam setiap langkah pengembangannya. Kemudian juga termasuk seorang pe mimpin yang reformis, sebab dalam implementasinya, sering membawa ke suasana amat demokratis, dan tetap me miliki sikap tegas sesuai porsi yang disandang. Sedangkan di dalam mengembangkan budaya kinerja, sepanjang yang saya tahu dan saya dalami, jauh dari suasana KKN (Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme).

Untukmu Jawa Tengahku


Optimalisasi Pemberdayaan Masyarakat Guna Mewujudkan Kedaulatan Pangan Perkebunan

257

Oleh karena itu, kami selalu berharap agar dinamisasi interaksi antara pejabat dengan masyarakat selalu terjaga baik dan terjalin lebih intensif, sehingga segala permasalahan dapat diatasi dengan solusi demi kemaslahatan bersama", katanya dengan penuh harapan, mengakhiri bincang-bincang dengan penulis.

Mendapat penghargaan Best Executive of Indonesia 2013

258

Untukmu Jawa Tengahku


Optimalisasi Pemberdayaan Masyarakat Guna Mewujudkan Kedaulatan Pangan Perkebunan

SLAMET EFENDI YUSUF, Ketua DPD Karang Taruna Jawa Tengah

"MENGHARGAI DAN AKOMODATIF"


Kami menyambut baik atas penerbitan buku Untukmu Jawa Tengahku: Optimalisasi Pemberdayaan Masyarakat Guna Mewujudkan Kedaulatan Perkebunan, yang diprakarsai Pak Tegoeh. Bagi kami selaku Ketua DPD Karang Taruna Jawa Tengah, menilai buku tersebut sangat positif dan bermanfaat bagi generasi muda penerus bangsa. Dinas perkebunan Provinsi Jawa Tengah menjadi salah satu SKPD yang memiliki intensitas tinggi dalam melaksanakan tugas yang ditargetkan Pemerintah, yaitu mewujudkan Swasembada Gula Jawa Tengah pada tahun 2013 dan mendukung Swasembada Gula Nasional tahun 2014. Tentu saja tugas ini akan melibatkan banyak pihak, termasuk unsur pemuda yang tersebar di berbagai pelosok desa se Jawa Tengah. Tentu saya optimis target swasembada gula itu akan tercapai, karena Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Tengah
Untukmu Jawa Tengahku
Optimalisasi Pemberdayaan Masyarakat Guna Mewujudkan Kedaulatan Pangan Perkebunan

259

mampu melakukan berbagai terobosan. Saya cukup mema hami karakter Pak Tegoeh yang sangat menghargai dan akomo datif terhadap siapapun, sehingga banyak yang secara sukarela membantu peningkatan kinerja dinas yang dipimpinnya. Kepemimpinannya juga sangat akomodatif, dalam arti memberikan kesempatan seluas-luasnya kepada berbagai pihak untuk turut aktif bekerjasama, termasuk kepada jajaran Karang Taruna, sebagai lembaga yang di dalamnya terdiri atas kumpulan para pemuda. Mereka tersebar di seluruh pelosok Jawa Tengah, yang senantiasa siap setiap saat membantu pelaksanaan program Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Tengah.

Komoditas Kopi

260

Untukmu Jawa Tengahku


Optimalisasi Pemberdayaan Masyarakat Guna Mewujudkan Kedaulatan Pangan Perkebunan

H. JUNAEDI, Bupati Pemalang

"SINERGIKAN PROGRAM"
Pemerintah Kabupaten Pemalang saat ini tengah gen car mengoptimalkan pembangunan di segala bidang, terma suk pengembangan dan pemanfaatan komodotias perkebunan secara optimal bagi masyarakat. Dan salah satu strategi yang intensif ditempuh adalah membangun sinergi dengan berbagai unsur dari kalangan Pemerintah Provinsi, Pemerintah Kabupaten dan seluruh komponen masyarakat hingga pelosok desa. Merujuk konsep Gubernur Jawa Tengah H. Ganjar Prano wo, SH, melalui penerapan TRI SAKTI BUNG KARNO, jelas langkah keterpaduan dan kerjasama setiap elemen/ unsur merupakan kunci keberhasilan program pembangunan khususnya dibidang politik, ekonomi dan kebudayaan. Terkait dengan pembangunan bidang perkebunan, kami selalu melakukan komunikasi yang intensif dengan Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Tengah, apalagi dalam
Untukmu Jawa Tengahku
Optimalisasi Pemberdayaan Masyarakat Guna Mewujudkan Kedaulatan Pangan Perkebunan

261

beberapa tahun ini Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Tengah terus memunculkan beragam kreatifitas dan inovasi dalam mengembangkan komoditas perkebunan, yang sangat menguntungkan bagi masyarakat Kabupaten Pemalang. Seperti dampak positif dari program swasembada gula yang terus digelorakan, kami merespon dengan langkah kongkrit, yakni memperluas lahan budidaya tanaman tebu, melakukan intensifikasi dan ekstensifikasi. Pemalang juga menjadi daerah yang diunggulkan dalam pengembangan komoditas kopi, teh, coklat, kelapa dan komoditas perkebunan lainnya. Pemerintah Kabupaten Pemalang juga melakukan pembinaan kelembagaan kepada para petani untuk memperluas usaha budidaya komoditas perkebunan, sehingga tumbuh kegiatan ekonomi pedesaan yang dapat memberikan peluang kerja lebih luas bagi masyarakat, sekaligus menambah/meningkatkan penghasilan ekonomi keluarga. Saya rasa Pak Teguh dalam memimpin Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Tengah, memberikan dinamika yang sangat jelas, karena geliat masyarakat yang terlibat dalam kegiatan ekonomi di sektor perkebunan di Pemalang sangat terasa. Oleh karena itu saya memberikan apresiasi yang tinggi atas terbitnya buku Untukmu Jawa Tengahku : Optimalisasi Pemberdayaan Masyarakat Guna Mewujudkan Kedaulatan Pangan Perkebunan, dimana buku ini merupakan bentuk informasi dan dokumentasi yang sangat bermanfaat bagi
262 Untukmu Jawa Tengahku
Optimalisasi Pemberdayaan Masyarakat Guna Mewujudkan Kedaulatan Pangan Perkebunan

semua kalangan yang interest terhadap pengembangan komoditas perkebunan dan positif bagi generasi penerus bangsa. "Tentunya, saya juga merasa bangga karena salah satu warga Jawa Tengah yang berasal dari Pemalang dapat berperan aktif di kancah birokrasi tingkat Provinsi Jawa Tengah", sahut orang nomor satu di Kabupaten Pemalang, mengakhiri bincang-bincang dengan penulis.

Komoditas Kopra
Untukmu Jawa Tengahku
Optimalisasi Pemberdayaan Masyarakat Guna Mewujudkan Kedaulatan Pangan Perkebunan

263

BUDI RAHARJO, Sekda Kabupaten Pemalang

DIA MEMANG WONG EDAN KEBON


Sebagai sesama Pegawai Negeri Sipil (PNS) saya sangat merasakan keterbukaan yang luar biasa dari Om Tegoeh, dan dia selalu mengembangan koordinasi intensif untuk memperoleh SOLUSI TERBAIK dalam berbagai tugas yang diemban. Sebagai orang yang tahu banyak tentang dia, karena selain teman sekolah semasa di SMA, juga sebagai saudara mengingat Bapaknya Tegoeh adalah sahabat karib Bapak saya, tentu tidak kaget jika dia melakukan letupan-letupan perubahan baik di lingkungan lembaga yang dipimpinnya, maupun dinamika yang terjadi di pilar pengembangan sektor yang menjadi amanahnya. Beliau memang mempunyai pribadi yang sangat menyatu dengan kebun, sesuai disiplin ilmunya yang menguasai pengembangan komoditas perkebunan, maka saya menyebut dia itu sebagai Wong Edan Kebon .
264 Untukmu Jawa Tengahku
Optimalisasi Pemberdayaan Masyarakat Guna Mewujudkan Kedaulatan Pangan Perkebunan

Saya melihat terjadi pembenahan manajemen yang komperehensif dan upaya peningkatan kinerja yang sangat intensif di lingkungan Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Tengah, hal ini dapat saya rasakan imbasnya terhadap intensitas interaksi dan aktivitas Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Pemalang yang tinggi, sebagai salah satu SKPD di Kabupaten Pemalang. Di bidang tanaman tebu, jelas di Pemalang yang saat ini terdapat pabrik gula Sumberharjo, masyarakat Kabupaten Pemalang menyambut baik program Swasembada gula yang harus tercapai pada tahun 2013. Sehingga motivasinya sangat tinggi dalam menggalang kerjasama dengan Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Tengah untuk menyukseskan program swasembada gula tersebut. Disisi lain hal yang sangat membanggakan masyarakat Pemalang, adalah sejumlah kebijakan pengembangan komoditas perkebunan selain tebu, seperti kopi, coklat, kelapa dan lain-lain, telah membuka lapangan kerja baru bagi rakyat Pemalang. Oleh karena itu keterpaduan dan keeratan hubungan kerjasama masyarakat Pemalang dengan Dinbun Provinsi Jawa Tengah menjadi semakin kuat dan intensif.

Untukmu Jawa Tengahku


Optimalisasi Pemberdayaan Masyarakat Guna Mewujudkan Kedaulatan Pangan Perkebunan

265

HARTONO, Guru sewaktu Pak Tegoeh di Sekolah Dasar

NANO ITU SELALU "TAK SURUH JADI ASISTEN SAYA"


Itulah kalimat pertama yang terlontar dari Bapak Hartono, Salah Satu Pensiunan Guru SD Bulakan, ketika dimin ta menceritakan kesannya terhadap muridnya yang bernama Tegoeh Wynarno Heroeno yang semasa kecilnya biasa dipanggil Nano, dia itu kecil metikil dan pinter banget katanya. Menurut Hartono, keseharian Tegoeh semasa kecil sama seperti anak kecil pada umumnya, yang mempunyai kebiasaan nakal dan bermain di usianya, tetapi dari sisi pelajaran dia memang lebih menonjol, terutama mata pelajaran matematika (berhitung). Malahan pernah memprotes saya sebagai gurunya, ketika ada tugas mengerjakan soal berhitung, pak itu dikerjakan sehari semalam juga nggak akan selesai protesnya," lo kenapa?" tanya Hartono," Soalnya salah", jawab Tegoeh," dan waktu itu memang soal
266 Untukmu Jawa Tengahku
Optimalisasi Pemberdayaan Masyarakat Guna Mewujudkan Kedaulatan Pangan Perkebunan

yang tertulis di papan tulis terdapat notasi "akar" saja tanpa angka, yang berarti akar-2, lalu Tegoeh mengoreksi soal itu menjadi akar 4", paparnya bangga. Dari situlah, saat dia duduk di kelas 3 (tiga), maka hampir setiap hari saya berikan materi pelajaran beberapa lembar (bab) lebih banyak dari teman-teman sekelasnya. Selanjutnya, dari pada sering protes, maka saya berikan kesempatan pada Tegoeh untuk "mengajar" temantemannya di depan kelas. "Hasilnya malah lebih baik", katanya menerawang, "mungkin karena dia menerangkannya dengan bahasa "anak-anak" untuk teman sebayanya", lanjut Hartono, sambil menerawang mengenang muridnya. "Pada suatu hari, saat dia duduk di kelas 4 (empat), guru kelas 5 (lima) berhalangan tetap (cuti bersalin), sehingga saya harus mengajar rangkap dua kelas", kenang Hartono, kemudian" karena cukup capek dan melelahkan, maka saya mencoba memberikan materi pelajaran kelas 5 (lima) kepada Tegoeh, terus saya suruh jadi asisten saya mengajar di kelas 5, atau mengajar kakak-kakak kelasnya", sambung Hartono. Pada awalnya memang agak canggung, tetapi kurang dari sebulan berikutnya, justru kakak-kakak kelasnya "lebih enjoy", bila diajar oleh Tegoeh, masalahnya dalam membawakan materinya lebih mudah diterima oleh anakanak sebayanya, "bahkan suasana kelas lebih santai", tukasnya. Oleh karena itu, kebiasaan tersebut terus berlanjut,
Untukmu Jawa Tengahku
Optimalisasi Pemberdayaan Masyarakat Guna Mewujudkan Kedaulatan Pangan Perkebunan

267

yakni saat Tegoeh kelas 5 (lima), saya suruh jadi asisten saya mengajar di kelas 6 (enam). Salah satu kejadian yang unik dan tidak biasa dialami anak yang lain, ketika pihak sekolah memberikan eksperimen terhadap Tegoeh, yakni pada saat duduk di kelas 5 dirinya diikutkan dalam ujian kelas 6 (kelulusan SD). Tujuan utamanya adalah memberikan latihan kepada Tegoeh tentang materi soal ujian kelulusan SD. Hasilnya ternyata dia mampu mengerjakan soal-soal tersebut dengan hasil sangat memuaskan, bahkan lulus ujian akhir SD dengan predikat juara tingkat kecamatan Belik. "Berdasarkan hasil ini sikap kritis Tegoeh benar-benar muncul, karena dia tidak mau belajar di kelas 6, melainkan minta disamakan haknya seperti anak anak yang ikut ujian dan lulus SD. Hal ini cukup merepotkan pihak sekolah, karena harus berkonsultasi dengan Dinas Pendidikan Kabupaten Pemalang, apakah boleh atau tidak si anak tersebut mendapatkan kelulusan SD. Hasilnya ternyata pihak Dinas Pendidikan memperbolehkan, sehingga Tegoeh tercatat sebagai satu-satunya anak yang hanya sampai kelas 5, kemudian langsung lulus ujian akhir SD dan melanjutkan ke SMP", katanya bangga, saat mengakhiri perbincangan dengan penulis.

268

Untukmu Jawa Tengahku


Optimalisasi Pemberdayaan Masyarakat Guna Mewujudkan Kedaulatan Pangan Perkebunan

Bapak dan Ibu Haroeno berfoto bersama Guru SD, Teman SD dan Teman-teman SMP Pak Tegoeh, saat penulis berkunjung ke Desa Bulakan, Kecamatan Belik, Kabupaten Pemalang.

KOMENTAR TEMAN-TEMAN SMP PAK TEGOEH

"WONGE ORA MANGLIH

Tim penulis dibuat terkesan dengan teman-teman Pak Tegoeh semasa sekolah di SMP Negeri Randudongkal, Kabupaten Pemalang, betapa tidak, mereka yang rata rata sudah berusia tua, mau bersemangat berkumpul di rumah tempat lahir Pak Tegoeh di Desa Bulakan yang jaraknya cukup jauh dari tempat tinggal mereka, untuk memberikan kesan kesaksian terhadap sosoknya. Di SMP waktu itu,
Untukmu Jawa Tengahku
Optimalisasi Pemberdayaan Masyarakat Guna Mewujudkan Kedaulatan Pangan Perkebunan

269

satu angkatan berjumlah 140 anak, saat ini tercatat sudah meninggal 19 orang, sementara yang lain rata-rata berprofesi sebagai guru dan hanya beberapa yang berwiraswasta. Menurut teman-temannya, semasa SMP, Tegoeh me mang dikenal sebagai salah satu siswa yang paling menonjol dalam bidang mata pelajaran ilmu pasti, saat itu terdiri dari mata pelajaran ilmu aljabar, ilmu ukur ruang (stereometri) dan ilmu ukur sudut (goneometri) serta mekanika. Kalau ilmu pasti, dia pasti dapat sepuluh, sehingga nilai di raportnya banyak angka sembilan. Tidak hanya itu, Tegoeh juga jago di ilmu sejarah, bahkan Pak Sobri guru sejarah indonesia, sempat dibuat terkagum-kagum saat Tegoeh dapat menghafalkan nama raja-raja jawa sejak dinasti Sanja ya (Mataram Hindu), Syailendra, Medang Kamulan, Kediri, Singosari, Mojopahit, Demak, Pajang, hingga Solo, Yogya dan Mangkunegaran. Namun demikian, karena tubuhnya yang kecil mungil (tinggi pak Tegoeh waktu masuk SMP hanya 135 cm dan lulus SMP baru mencapai 150 cm), yang terkesan bagi te man-temannya adalah pada saat kegiatan olah raga atau ekstrakurikuler dia sering dijadikan satu dengan siswa perem puan, alasannya karena fisiknya paling kecil. Tegoeh itu selalu dijadikan satu dengan siswa perempuan karena fisiknya paling kecil, kasihan jika olah raga dijadikan satu dengan anak laki laki yang tubuhnya besar-besar, nggak kuat dia kata Tasirin salah satu teman akrabnya sewaktu di SMP Negeri Randudongkal.
270 Untukmu Jawa Tengahku
Optimalisasi Pemberdayaan Masyarakat Guna Mewujudkan Kedaulatan Pangan Perkebunan

Kalau dari kebiasaannya, memang dia dikenal sebagai siswa yang suka membaca, atau kutu buku dan tidak ada kenakalan-kenakalan yang ditunjukkan. Hanya saja menurut salah satu temannya, Mugiharso, pernah memergoki Tegoeh usil terhadap teman siswi perempuan. "Saat itu pas hari bebas seragam, dan masa itu terkenal dengan model pakaian lekton atau keleke katon atau You Can See dan salah satu siswi yang memakai pakaian tersebut, di usilin Tegoeh. dia itu nyogok -nyogok (nusuk-nusuk) pakai pensil ketek temen perempuan itu sambil berkata-kata saru-saru ah kata Mugiharso. Saya tahu maksudnya, setelah itu, temen perempuan itu di hari-hari berikutnya tidak pernah lagi memakai pakaian tersebut, "ternyata dia hanya meledek sahut Mugiharso sambil tersenyum. Satu hal yang dikagumi teman teman sekolahnya, adalah tentang karakternya yang tidak berubah wonge ora manglih kata Ratono (penilik TK/SD yang jadi ketua Panitia Reuni SMP tahun 2011), dan diiyakan oleh seluruh temannya yang lain. Dia itu sangat open (istilah jawa) atau proaktif merespon dan peka terhadap sapaan teman-teman sekolahnya. Kalau ditelpon sekali, dia itu malah berkalikali menelpon balik dan bahasanyapun pakai bahasa khas Pemalang kata mereka. "Kalau dia pulang kampung, kami sering ngumpul dan bernostalgia mengenang masa lalu", tukas Fauzi, teman sekolah Pak Tegoeh yang berpostur keturunan Arab.

Untukmu Jawa Tengahku


Optimalisasi Pemberdayaan Masyarakat Guna Mewujudkan Kedaulatan Pangan Perkebunan

271

NUR SHOLIKIN, Ketua LPESM (Lembaga Pengambangan Ekonomi Sosial Masyarakat) SINERGITAS, Kunci Sukses Wujudkan Swasembada Gula

"RESOURCES, MENCUKUPI !!!"


Bagi Indonesia, mewujudkan swasembada gula sebe narnya sangatlah tidak sulit. Indonesia merupakan negeri yang potensial menjadi produsen gula dunia. Selain agroekosistemnya mendukung, luas lahan dan sumber daya manusianya juga sangat mencukupi. Tentu saja, hal ini juga harus dilakukan secara terpadu oleh semua pihak terkait. Tetapi perjalanan waktu, justru permasalahan pergulaan di Indonesia semakin jauh panggang dari api dan menjauh dari tujuan swasembada gula itu sendiri. Petani tebu digenjot untuk meningkatkan produksi gula guna memenuhi kebutuhan dalam negeri, tetapi faktanya produksi gula dalam negeri belum bisa memenuhi kebutuhan total konsumsi domestik, baik untuk kebutuhan rumah tangga maupun industri. Sisi lain pemerintah membuka lebar import gula
272 Untukmu Jawa Tengahku
Optimalisasi Pemberdayaan Masyarakat Guna Mewujudkan Kedaulatan Pangan Perkebunan

sebagai solusi, padahal tata niaga dan regulasi perlu dibenahi. Dalam konteks tersebut, tak ada yang perlu disalahkan. Tetapi bagaimana upaya menciptakan swasembada Gula (pangan) sebagai resolusi dengan tidak bertentangan dengan kehendak rakyat, melalui pembangunan pertanian yang simultan dan mensejahterakan petani. Dan pemerintah Provinsi Jawa Tengah dengan Program Tri Sakti Bung Karnonya, harus teruji dan mampu mempelopori mewujudkan swasembada Gula di tahun 2013 nanti. Ketidakseimbangan Antara Kebutuhan Gula dengan Jumlah Produksi secara nasional, kebutuhan gula untuk konsumsi rumah tangga mencapai sekitar 2,97 juta ton Gula Kristal Putih (GKP) per tahun, atau sekitar 250 ribu ton per bulan. Dengan logika, konsumsi gula kristal putih (GKP) masyarakat Indonesia adalah 12 kg/perkapita/tahun. Sementara, produksi gula nasional sendiri masih jauh dari memadai untuk memenuhi kebutuhan riil tadi. Kemampuan produksi Indonesia hanya 2,1 juta ton GKP per tahun, alias masih belum bisa memenuhi kebutuhan dalam negeri yang hampir berada di angka 3 juta ton/tahun. Maka dengan jumlah produksi gula kristal putih (GKP) kita yang hanya 2,1 ton/tahun seperti data tadi, lalu kita bagi 200 juta penduduk indonesia yang mengkonsumsi gula, maka jumlah itu hanya bisa memenuhi 60% dari jumlah konsumen tersebut. Menurut catatan data Badan Litbang Pertanian, produksi gula nasional tahun 2011 mencapai 2.228.591 ton Gula Kristal Putih (GKP). Diperkirakan, jumlah itu akan meningkat
Untukmu Jawa Tengahku
Optimalisasi Pemberdayaan Masyarakat Guna Mewujudkan Kedaulatan Pangan Perkebunan

273

menjadi 2.683.709 ton pada tahun 2012 ini. Sementara itu, dalam roadmap swasembada gula disebutkan bahwa estimasi kebutuhan gula nasional pada 2014 akan mencapai 2.956.000 ton GKP. Maka seringnya terjadi ketidak seimbangan antara kebutuhan gula dengan jumlah produksi ini pula yang kemudian menjadikan pemerintah untuk mengimpor gula, baik untuk gula kristal mentah (raw sugar) maupun gula industri (refined sugar). Realitas ini pula yang kemudian mendasari kebijakan Kemendag untuk memberikan izin impor gula, meski sejumlah pihak menilai kebijakan Menteri Perdagangan tidak tepat dan merusak produksi gula petani. Tetapi toh Dirjen Perdagangan Dalam Negeri Kementerian Perdagangan menjamin bahwa impor gula kristal putih tidak akan mengganggu harga lelang gula petani dan pemberian izin impor tidak menyalahi aturan. Bahkan Menteri Pertanian Suswono pernah mencanangkan bahwa salah satu target sukses pertanian adalah swasembada gula pada tahun 2014. Pada saat swasembada gula ini tercapai diproyeksikan produksi Gula Kristal Putih (GKP) akan surplus 580 ribu ton dari kebutuhan konsumsi langsung yang bisa dialihkan menjadi bahan baku untuk pabrik gula rafinasi atau dapat dijual langsung ke industri khususnya industri kecil. Namun demikian di tahun 2014 masih diperlukan impor gula sebesar 2,16 juta ton atau setara dengan raw sugar 2,30 juta ton, yang tentunya akan berkurang sejalan dengan
274 Untukmu Jawa Tengahku
Optimalisasi Pemberdayaan Masyarakat Guna Mewujudkan Kedaulatan Pangan Perkebunan

dibangunnya PG baru. Jadi tetap saja, swasembada Gula, tetapi impor masih jalan terus. Swasembada Gula Jawa Tengah? sangat mudah! Di Jawa Tengah upaya swasembada gula tentunya sangat mudah, ketika ada perhatian khusus dari pemerintah daerah terhadap pertanian tebu rakyat. Bagi pemerintah provinsi Jawa Tengah, bagaimanapun harus medorong pertanian (termasuk tebu) rakyat untuk lebih menguntungkan dibandingkan sektor lainnya. Sehingga semangat petani dan pertanian dikembalikan sesuai proses produksi yang menyejahterakan rakyat sehingga mampu menopang kebutuhan pokok pangan. Karena Jawa Tengah diakui menjadi salah satu provinsi penghasil gula terbesar yang juga dikenal sebagai lumbung tebu yang sebagian besar terdapat di daerah pantura mencakup Kabupaten Batang, Pekalongan, Kendal, Demak, Kudus dan Grobogan, selain daerah tengah seperti Sragen, Boyolali, Karanganyar, Sukoharjo serta Klaten Pemerintah Provinsi Jawa Tengah jika terus bertekad untuk mewujudkan swasembada gula pada 2013 mendatang, langkah efektif yang harus dilakukan, antara lain, dengan melakukan revitalisasi pabrik gula dan pembangunan pabrik gula baru, serta memperluas lahan untuk pengembangan tanaman tebu (ekstensfikasi), dan juga mendorong peran aktif masyarakat untuk menanam tebu. Hal lain untuk mewujudkan swasembada gula Jawa Tengah 2013, ada beberapa hal yang mendukung keberhasilan, yakni :
Untukmu Jawa Tengahku
Optimalisasi Pemberdayaan Masyarakat Guna Mewujudkan Kedaulatan Pangan Perkebunan

275

stabilitas harga yang menguntungkan petani, hubungan yang harmonis antara petani dan pabrik gula, penataan varietas dan penggunaan benih bermutu dan penerapan teknis budidaya sesuai standar, serta revitalisasi pabrik dengan mengganti mesin yang telah rusak. Strategi yang harus ditempuh adalah mengedepankan harmonisasi dan sinergi pabrik gula, APTRI, KPTRI, pemerintah kabupaten, pemerintah provinsi, pabrikan sarana produksi dan bank. Beberapa PG yang ada di Jawa Tengah harus juga didorong untuk memaksimalkan penggilingan dari tebu rakyat dan menghindari ketergantungan impor gula mentah. Pabrik gula yang ada diharapkan mempunyai tanggungjawab untuk menumbuhkan ladang tebu baru dan membina petani. Tentunya hal ini harus tertuang dalam regulasi yang jelas dan mengikat bagi semua kepentingan di Jawa Tengah. Disadari meski saat ini, beberapa PG yang ada di Jawa Tengah riil komposisi produksinya lebih menguntungkan pabrik gula karena tidak menanam tebu dan hanya menggiling gula mentah. Padahal tujuan Swasembada Gula 2014 adalah bagaimana produksi gula lokal bisa memenuhi kebutuhan total konsumsi domestik, baik untuk kebutuhan rumah tangga maupun industri. Saat ini industri gula di Jawa Tengah baru didukung oleh 13 PG. Yang perlu diperhatikan, bahwa 13 PG-PG yang berada di Jawa Tengah saat ini kondisinya relatif kurang produktif dikarenakan faktor usianya yang banyak sudah tua dan perlu ada revitalisasi. Selain itu, PG-PG ini juga sangat
276 Untukmu Jawa Tengahku
Optimalisasi Pemberdayaan Masyarakat Guna Mewujudkan Kedaulatan Pangan Perkebunan

tergantung kepada petani tebu yang luas arealnya sudah sangat terbatas. Sementara itu, pabrik gula yang ada pun belum berproduksi secara optimal. Beranjak dari itu, pembangunan pabrik-pabrik gula di Jawa Tengah merupakan sebuah solusi yang bisa ditempuh untuk memenuhi kebutuhan gula konsumsi di wilayah setempat Selain itu, prasarat lain untuk meraih swasembada gula adalah bagaimana mengintensifkan petani tebu dalam meningkatkan produksi gula, salah satunya dengan Insentif harga yang cukup memadai sehingga menjadi pemicu bagi petani untuk menanam tebu dan meningkatkan produksi gula. Karena diyakini tujuan swasembada gula 2014 antara lain untuk memenuhi kebutuhan gula nasional secara keseluruhan, baik untuk konsumsi langsung maupun industri. Selain itu juga untuk mendayagunakan sumberdaya secara optimal berdasarkan prinsip keunggulan kompetitif wilayah dan efisiensi secara nasional. Dengan begitu kesempatan kerja dan peluang usaha di perdesaan semakin terbuka, kesejahteraan petani/produsen dan stakeholder lainnya terdongkrak naik. Merefleksi kondisi tahun 2012 dan 2013, tanpa kerja keras dari seluruh pemangku kepentingan serta tanpa insentif yang memadai, maka program swasembada gula nasional 2014 akan sulit tercapai. Bagaimanapun akselerasi program pencapaian swasembada gula harus didukung
Untukmu Jawa Tengahku
Optimalisasi Pemberdayaan Masyarakat Guna Mewujudkan Kedaulatan Pangan Perkebunan

277

segenap pemangku kepentingan secara terintegrasi. Dan iklim usaha gula domestik harus lebih kondusif dengan pengaturan regulasi yang adil. Khusus kepada Pak Tegoeh Kepala Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Tengah, saya mengucapkan selamat dan memberikan apresiasi yang tinggi, seiring dengan terbitnya buku "Untukmu Jawa Tengahku : Optimalisasi Pemberdayaan Masyarakat Guna Mewujudkan Kedaulatan Perkebunan". Tidak banyak yang dapat saya berikan dalam mewujudkan cita-cita dimaksud (swasembada gula, baik Jawa Tengah 2013 maupun Nasional 2014), namun demikian, menurut saya, hal itu dapat tercapai apabila dapat terbentuk Sinergitas seluruh aktivitas pemangku kepentingan. Mudah-mudahan tulisan saya ini dapat menambah inspirasi Pak Tegoeh dalam mewujudkan sinergitas tersebut guna pencapaian targettarget setiap tahapan/langkah menuju Swasembada gula, bahkan surplus gula Jawa Tengah mulai tahun 2013.

278

Untukmu Jawa Tengahku


Optimalisasi Pemberdayaan Masyarakat Guna Mewujudkan Kedaulatan Pangan Perkebunan

IR. NURNOWO PARIDJO, MSC Direktur Tanaman Semusim Direktorat Jenderal Perkebunan

"PAK TEGOEH ITU 'KOMPLIT', ORANG LAPANGAN YANG MENGUASAI ADMINISTRASI"


Kesan pertama penulis bertemu denga Ir. Nurnowo P, Direktur Tanaman Semusim Ditjenbun, adalah pen diam dan serius. Oleh karena itu, tanpa basa-basi atau dengan pengantar, penulis to the point bermaksud mendapat kan komentar (testimoni) Pak Nurnowo terhadap Kepala Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Tengah. Dengan nada tenang Pak Nurnowo berujar singkat "Pak Tegoeh itu komplit", artinya orang teknis atau orang lapangan yang menguasai administrasi, sehingga dalam setiap langkah, gerak dan tindakannya, selalu berpedoman pada aturan yang berlaku, baik secara teknis maupun administrasi. Beliau selalu mempertimbangkan Rech Mateched, Dul Mateched dan Untukmu Jawa Tengahku
Optimalisasi Pemberdayaan Masyarakat Guna Mewujudkan Kedaulatan Pangan Perkebunan

279

Wet Mateched dalam melaksanakan setiap kegiatan, yang disinergikan dengan kondisi lapangan. Dari uraian Pak Nurnowo, barulah terkuak bahwa sebe narnya Pak Nurnowo bukanlah pendiam dan serius, tetapi kare na pengalamannya dalam menge mu kakan pendapat ter ung kap runtut dan mantap. "Pada saat ini, susah mecari orang sepadan/setara dengan Pak Tegoeh", katanya mantap, "Karena penguasaan lapangan dan administrasi diimplementasikan serta dipapar kan oleh Pak Tegoeh dengan memanfaatkan secara optimal teknologi informasi (Komputer)", tambahnya kemudian, "ciri khas Pak Tegoeh dalam memaparkan sesuatu adalah LAPTOP dan IPADnya yang tidak pernah lepas, selalu lengket kayak perangko", candanya sambil terkekeh. Dimanapun beliau berada, peralatan elektroniknya selalu digunakan secara optimal, maklum, background Pak Tegoeh adalah orang statistik dan komputasi. "Pak Tegoeh adalah orang statistik dan komputasi", sahutnya. Sambil menyeruput teh kesayangannya, Pak Nurnowo berujar lagi "Satu hal yang berkesan dari Pak Tegoeh, dalam suatu rapat, Pak Tegoeh lupa membawa laptop dan iPadnya, padahal harus menjelaskan pelaksanaan lelang benih tebu untuk bongkar ratoon", katanya kemudian "Pak Tegoeh lang sung telepon stafnya, minta dikirim kegiatan tersebut lewat e-mailnya, hanya beberapa menit kemudian, Pak Tegoeh me ma parkan pelaksanaan kegiatan tersebut secara leng kap, komprehensif dan runtut dengan LCD melalui telepon selu lernya, sehingga saya dan peserta rapat lainnya dibuat 280 Untukmu Jawa Tengahku
Optimalisasi Pemberdayaan Masyarakat Guna Mewujudkan Kedaulatan Pangan Perkebunan

bengong dan tercengang, karena ternyata handphone Pak Tegoeh match dengan LCD yang disediakan oleh panitia rapat dimaksud". Kesan pendiam dan serius terhadap Pak Nurnowo dari penulis, hilang seketika, setelah Pak Nurnowo dengan panjang lebar mengungkapkan kesannya terhadap Pak Tegoeh. "Kekomplitan Pak Tegoeh masih ada lagi, yakni Beliau merupakan orang yang tinggi daya analisis dan antisi pasinya," lanjutnya kemudian, "Saya pernah dibuat kurang nyaman gara-gara tanda tangan surat kepada Kepala Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Tengah, yang dikonsep oleh staf", ujarnya kemudian dengan mimik yang sedikit serius, ceritanya begini: "Dalam rangka monitoring dan evaluasi kegiatan pertebuan nasional, saya tugaskan para staf untuk terjun ke lapangan, melihat dari dekat kondisi dan pengelolaan pertebuan. Rupanya staf saya langsung datang ke Kabupaten, tanpa memberitahu atau singgah/lapor ke Dinas Perkebunan Provinsi jawa Tengah, sehingga saat membuat laporan kurang komprehensif. Padahal laporan hasil kunjungan dimaksud di kirimkan ke Dinas-Dinas Provinsi. Tidak berselang lama, saya mendapat jawaban ha sil kunjungan tersebut yang "cukup pedas" dari Kepala Di nas Perkebunan Provinsi Jawa Tengah, dilampiri dengan data lengkap dan terinci tentang performance pengelolaan pertebuan Jawa Tengah. Saat itu pula saya panggil staf saya tersebut dan saya tunjukan surat jawaban dari Kepala Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Tengah dimaksud. Dalam kesempatan tersebut saya berikan arahan kepada para staf, agar saat berkunjung ke lapangan wajib singgah serta Untukmu Jawa Tengahku
Optimalisasi Pemberdayaan Masyarakat Guna Mewujudkan Kedaulatan Pangan Perkebunan

281

memberitahu Dinas Provinsi, sehingga dalam membuat analisis dilaporan hasil kunjungan mejadi komprehensif. Seming gu ke mu dian, saya berkunjung ke Jawa Tengah, saat ketemu de ngan Pak Tegoeh, saya sampaikan ucapan terima kasih atas balasan "surat pedasnya", dan beliau hanya tersenyum sambil tertawa. Satu lagi kesan saya kepada Pak Tegoeh adalah bahwa Beliau termasuk DESAINER ULUNG dalam merancang dan merumuskan POLA/PATERN kegiatan, dengan meng akomo dasi semua unsur/ pemangku kepentingan. Hal terse but duwujud kan saat beliau merancang kegiatan pertebuan tahun 2014. Sebagaimana kita ketahui, bahwa dalam rangka menuju Swasembada Gula Nasional tahun 2014, telah digelontorkan anggaran pertebuan yang sangat besar, guna membantu petani tebu rakyat. Pada tahun 2010 sampai dengan 2012, bantuan tersebut berupa BANSOS dalam bentuk uang, langsung ditransfer ke rekening kelompok tani tebu anggota KPTR. Ternyata pening katan hasil produksi dan produktivitas tebu, TIDAK SIGNIFIKAN, sehingga tahun 2013, bentuk bantuan tersebut diubah menjadi NATURA (Saprodi) melalui LELANG. Namun demikian, di lapangan dijumpai banyak kendala, khususnya dalam distribusi bantuan kepada kelompok tani tebu oleh para rekanan penyedia jasa, sering terjadi keku rangsinkronan atau tidak tepat waktu antara kebutuhan petani tebu dengan kesiapan rekanan penyedia jasa, sehingga Kepala Dinas Provinsi harus TURUN sendiri ke lapangan mengatasi per soalan-persoalan dimaksud, padahal di era reformasi sekarang ini, kita sadari bahwa titik berat otonomi daerah berada di tingkat Kabupaten, sehingga bukan hal yang mudah Kepala Dinas 282 Untukmu Jawa Tengahku
Optimalisasi Pemberdayaan Masyarakat Guna Mewujudkan Kedaulatan Pangan Perkebunan

Provinsi mengkoordinir Kepala Dinas Kabupaten. Khusus Jawa Tengah, saya melihat sendiri Pak Tegoeh pontang-panting me ngunjungi Kabupaten Se Jawa Tengah, guna mencarikan solusi untuk mengatasi persoalan-persoalan dimaksud, sehing ga kegiatan pertebuan Jawa Tengah tahun 2013, dapat dikatakan paling tertib dan lancar serta relatif tidak ada persoalan yang berarti. Oleh karena itu, guna mendesign bentuk kegiatan perte buan tahun 2014, saya memohon kepada Pak Tegoeh untuk dapat merancangnya, selaras dengan aturan yang berlaku serta sesuai dengan kondisi lapangan. Hasilnya sangat menakjubkan, karena design kegiatan pertebuan tahun 2014 adalah Bantuan Sosial (BANSOS) ter pa du dan terintegrasi antara Pabrik Gula, KPTR/APTRI dan kelompok tani tebu anggota KPTR. Dalam kegiatan tersebut, semua stakeholders pertebuan dilibatkan, dengan tahapan kegiatan sebagai berikut : 1. Bansos dimaksud, terdiri dari tiga jenis, yakni Bansos untuk kegiatan pembibitan (pembuatan KBD) kepada KPTR, Bansos untuk kegiatan Perluasan (Ekstensifikasi) tebu kepada kelompok tani tebu dan Bansos untuk kegiatan Bongkar Ratoon tebu kepada kelompok tani tebu. 2. Pada tahap awal, guna membuat benih/bibit tebu, KPTR harus bekerjasama dengan PG, utamanya pada tahap an pembuatan Bud Chip dan menangkarkannya di polibag/ pottray. Selanjutnya, KPTR menyediakan lahan penang karan KBD dengan menanam bud chip yang telah tumbuh di polybag/pottray dimaksud. Untukmu Jawa Tengahku
Optimalisasi Pemberdayaan Masyarakat Guna Mewujudkan Kedaulatan Pangan Perkebunan

283

3. Lima atau enam bulan kemudian, KPTR memanen KBD tersebut untuk dibagikan kepada kelompok tani Tebu peserta kegiatan ekstensifikasi dan bongkar ratoon. Ketiga tahapan tersebut, apabila, dicermati dan dilak sanakan dengan baik dalam arti sesuai porsi dan proporsinya, pada gilirannya akan didapatkan/diperoleh peningkatan pro duksi dan produktivitas tebu yang signifikan, mengingat kunci keberhasilan budi daya tebu adalah bibit dan pemeliharaan tanaman yang sesuai denga baku teknis budi daya. Dilihat dari penyediaan bibitnya, kemasan kegiatan tersebut sangat tepat, karena yang melaksanakan adalah PG dan KPTR secara sinergis, yakni pada tahap awal pembuatan Bud chip dan pemeliharaan di polybag/pottray oleh PG, sedangkan pemeliharaan di lapangan oleh KPTR. Kedua lembaga/Institusi tersebut, sangat berkepen ting an terhadap ketersediaan tebu giling, sehingga sangat ti dak mungkin bertindak/bekerja sembarangan. Artinya da pat dipastikan bahwa benih yang ditanam oleh para anggota kelompok tani, berkualitas unggul dan tertata varietasnya. Selanjutnya, guna memelihara benih/bibit tersebut di lapangan, para petani anggota KPTR diberikan bantuan sosial (dalam bentuk uang) agar dapat melaksanakannya sesuai dengan standart baku teknis budi daya. "Dengan demikian, diharapkan produksi dan produktivitas tebu pada tahun 2014 dan 2015 dapat naik signifikan", katanya mengakhiri bincang-bincang dengan penulis.

284

Untukmu Jawa Tengahku


Optimalisasi Pemberdayaan Masyarakat Guna Mewujudkan Kedaulatan Pangan Perkebunan

Anda mungkin juga menyukai