MEMBANGUN
SISTEM DISEMINASI
DI ERA DISRUPSI
Peluang dan Tantangan Mempercepat
Hilirisasi Inovasi Pertanian
Oleh
RACHMAT HENDAYANA
Rachmat Hendayana
ii
tahun 1994 dalam jabatan Ajun Peneliti Madya, Golongan
III/d.
iii
DAFTAR ISI
iv
PRAKATA
Assalamu’alaikum Warahmatullahiwabarokatuh,
v
Saya mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya
kepada Ibu-ibu/bapak-bapak yang berkenan hadir pada
acara orasi purna tugas ini.
vi
I. PENDAHULUAN
1
Persoalan yang diusung adalah: (1) Bagaimanakah
membangun sistem diseminasi inovasi pertanian di
era disrupsi?, (2) Bagaimanakah cara memanfaatkan
era disrupsi sebagai peluang untuk mempercepat
hilirisasi inovasi pertanian?, dan(3) Bagaimanakah
cara mengatasi tantangan mempercepat hilirisasi
inovasi pertanian di era disrupsi ?.
2
II. DIMENSIDISEMINASI, HILIRISASI
INOVASIDAN FENOMENA DISRUPSI
Diseminasi Eksklusif
Diseminasi eksklusif, adalah kegiatan
penyebarluasan inovasi pertanian produk penelitian
dan atau produk pengkajian teknologi pertanian.
Dalam hal ini diseminasi dimaknai sebagai rangkaian
kegiatan lanjutan dari penelitian dan pengkajian.
3
adopsi teknologi, yang sebenarnya menjadi domain
penyuluhan.
Diseminasi Inklusif
Diseminasi inklusif, adalah penyebaran inovasi
pertanian yang kegiatannya melekat dengan kinerja
operasional program-program pengembangan
pertanian.
4
kegiatan diseminasi. Akan tetapi adanya kegiatan
sosialisasi, advokasi dan replikasi kegiatan di dalam
program tersebut, sebenarnya cerminan diseminasi.
Hilirisasi Inovasi
Istilah “hilirisasi” tidak tercantum sebagai
nomenkelatur dalam kamus bahasa Indonesia. Istilah
hilirisasi dimaknai dalam tataran empiris untuk
menyatakan terjadinya aliran inovasi dari sumbernya
(hulu) ke pengguna (hilir). Jadi hilirisasi mengandung
makna transformasi invensi menjadi inovasi.
5
melalui kelembagaan non formal antara lain melalui
leader champion.
Fenomena Disrupsi
Menurut para pakar ekonomi dan manajemen,
pembangunan pertanian saat ini sedang memasuki
era revolusi industri 4.0.Hal itu dicirikan oleh
terjadinya perubahan besar dan mendasar pada setiap
bidang. Oleh sejumlah ahli manajemen, perubahan
besar dan mendasar itu disebut sebagai disrupsi.
6
langsung dan serba pesat. Kedua, munculnya generasi
baru sebagai Gen C. Ketiga, demografi yang sudah
berubah. Keempat, urbanisasi, megacities, cyber
palaces, dan Kelima, terjadinya demokratisasi pada
segala bidang (Rhenald Kasali, 2017).
7
Teori disruptive innovation menjelaskan fenomena
sebuah inovasi mengubah pasar atau sektor yang ada
dengan memperkenalkan kesederhanaan, kenyaman-
an, aksesibilitas, dan keterjangkauan. Komplikasi atau
keruwetan dan biaya tinggi yang menjadi
karakteristik pasar konvensional dianggap status quo.
8
sejenisnya di dunia bisnis adalah contoh nyata inovasi
disruptif.
9
III. PREDIKSI DISRUPSI DALAM KINERJA
DISEMINASI
Gejala Disrupsi
Gejala terjadinya inovasi disruptif dalam kegiatan
diseminasi inovasi pertanian sudah muncul, sebagai
perubahan yang terjadi karena kekuatan teknologi
informasi serta dinamika media sosial.
Inovasi Disruptif
Dalam tataran empiris, kita menyaksikan dan
bahkan telah terlibat didalam aktivitas seperti:
telekonferensi, video call, website atau blog, vlog, FB, IG,
WA, line, telegram yang semuanya memanfaatkan
keberadaan telepon pintar atau smartphone.
10
Keberadaan inovasi disruptif tersebut dapat
mengubah pendekatan diseminasi konfensional yang
selama ini dilakukan.
Contoh:
11
Prediksi Dampak
Era disrupsi akan membawa manusia pada era
yang penuh optimisme tetapi sekaligus penuh
kekhawatiran. Optimisme muncul karena disrupsi
akan membuat efisiensi pekerjaan bisa ditingkatkan
berkali lipat. Kekhawatiran muncul karena disrupsi
juga berpotensi mengancam eksistensi kegiatan yang
selama ini telah mapan.
12
Kalau cara diseminasi yang dilakukan masih
bertahan dengan pola lama, lambat laun akan
ditinggalkan. Jadi pilihannya: “berubah atau punah”.
13
IV. PELUANG, TANTANGAN DAN STRATEGI
DISEMINASI DI ERA DISRUPSI
Peluang
Peluang menerapkan inovasi disruptif dalam
diseminasi inovasi pertanian terbuka luas.
Keunggulan adanya fenomena disrupsi ini jika
diakomodasi dalam diseminasi akan mengurangi
banyak kegiatan rapat yang menghabiskan banyak
biaya sehingga lebih efisien.
14
tujuan diseminasi. Dan hal itu bukan suatu hal yang
mustahil karena faktanya kondisi perubahan itu
sudah menjadi bagian dari gaya hidup peneliti dan
penyuluh.
15
Penyebarluasan informasi melalui media sosial
akan mendorong percepatan adopsi, dan juga segera
mendapat respon atau umpan balik dari penerima
informasi. Bahkan jika inovasi yang disebarluaskan
itu memiliki muatan yang diprediksi besar
manfaatnya bagi pengguna, informasi itu akan
“viral”.
Tantangan
Memasuki era revolusi industri 4.0 dalam
dasawarsa terakhir ini, yang disertai perkembangan
teknologi yang semakin canggih yang menekankan
pada pola digital economy, artificial intelligence, big data,
robotic, menjadi tantangan baru dalam diseminasi
inovasi pertanian.
16
Materinya belum dipahami dengan jelas, sudah
langsung memberikan reaksi dengan klik “subscribe,
comment, like dan atau share”. Kemampuan literasi
yang baik menjadi tantangan dalam memanfaatkan
inovasi disruptif, agar fenomena disruptif memberikan
makna positif.
17
disruptif yang menyertai fenomena disrupsi ini akan
menjadi bumerang.
18
(5) Competence in future strategies, di mana dunia
mudah berubah dan berjalan cepat, sehingga
punya kompetensi memprediksi dengan tepat
apa yang akan terjadi di masa depan dan
strateginya, dengan cara joint-lecture, joint-
research, joint-publication, joint-lab, staff mobility
dan lain sebagainya.
Strategi
Dalam upaya mengakomodasi peluang dan
menghadapi tantangan yang muncul di era disrupsi
dalam konteks diseminasi inovasi pertanian, maka
disusun strategi sebagai berikut: Pertama, menjadikan
era disrupsi sebagai sarana kolaborasi, Kedua,
mendorong kinerja diseminai dengan
mengoptimalkan multi channel dan omni channel, dan
Ketiga, memahami kebutuhan dan kebiasaan
konsumen atau calon pengguna inovasi.
Membangun Kolaborasi
Untuk mendiseminasikan inovasi pertanian
mendorong perlunya melibatkan banyak pelaku
untuk mengembangkan strategi supaya bisa
beradaptasi di era yang serba cepat seperti sekarang.
19
Salah satunya mengintensifkan kolaborasi disamping
mengedepankan transformasi digital.
20
Saat ini era diseminasi memerlukan pendekatan
omni channel, yang mensinergikan antara online dan
offline. Jadi meskipun media tercetak dan terproyeksi
masih dilakukan namun diseminasi melalui media
sosial perlu dimulai dan diintensifkan.
21
konsumen atau calon pengguna inovasi secara
spesifik.
22
V. KESIMPULAN
23
Strategi untuk membangun diseminasi inovasi
pertanian di era disrupsi diarahkan pada penguatan
jejaring kolaborasi antar pelaku diseminasi,
pengintegrasian pendekatan online dengan offline
(omni channel), dan pemahaman karakter generasi
milenial.
24
VI. PENUTUP
25
UCAPAN TERIMAKASIH
26
tituler) Kepala Kanwil Departemen Pertanian Provinsi
Bengkulu. Merekalah yang berperan membentuk
karakter dan watak saya sebagai penyuluh pertanian.
27
Prof. Dr. Zulkifli Zaeni yang menjadi perintis insitusi
ini yang kemudian digantikan Bp. Dr. Saeful
Bachrein, MSc (alm). Kepala BBP2TP: Bp. Dr. Udin
Sudinta Nugraha, MS (Alm), Bp. Dr. Muhrizal
Sarwani, MSc, Bp. Dr. Kasdi Subagyono, MSc, Bp. Dr.
Agung Hendriyadi, M.Eng, Bp. Dr. Abdul Basit, MS
dan Kepala BBP2TP saat ini Bp. Dr. Haris Syahbudin,
DEA.
28
Tidak lupa, ucapan terimakasih ini saya sampaikan
juga kepada keluarga besar lingkup BBP2TP yang
tidak dapat saya sebutkan satu persatu, mulai dari
staf di bagian administrasi, pramusaji di dapur,
cleaning service, driver, Satpam, petugas di kantin dan
petugas fotocopy, jajaran staf di keuangan, para
penyuluh, seluruh peneliti serta para pejabat Eselon
III dan Eselon IV, seluruh anggota TP2U, Anggota
Dewan Redaksi Jurnal PP2TP dan para Ketua Kelji.
Mereka sangat berarti dalam mendukung tugas saya
sehari-hari. Tanpa mereka saya tidak akan bisa
berbuat apa-apa.
29
anak saya: Yeti, Dian, Ranika dan Muh. Arief yang
menjadi inspirator dan motivator papahnya selama
aktif bertugas, papah sampaikan terimakasih. Ucapan
terimakasih yang sama, ditujukan kepada lima cucu:
Azka, Arla, Nava, Boy, dan Syadza yang menjadi
penyemangat kakeknya dalam menjalankan tugas
dan kehidupan ini.
30
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
31
Pada tahun 1982 mendapat tugas belajar dari
proyek penyuluhan NFCEP (National Food Crop
Extention Program) melanjutkan pendidikan S1 di
UNHAS Ujung Pandang dan memperoleh gelar
Sarjana Pertanian (Ir) tahun 1984.
32
dua tahun pertama di PSE yang bersangkutan
berupaya menyesuaikan diri dengan lingkungan
penelitian.
33
Pelatihan Perencanaan Pembangunan di UI,
1984.
34
BBA – MBA Yayasan Delta Club; Institute Of Bussiness
Management And Art (IBMA) dan Institut
Pengembangan Wiraswasta Indonesia (IPWI)
semuanya berkedudukan di Jakarta. Konsentrasi
pada modul Manajemen Sumberdaya Manusia,
Perencanaan dan Pengembangan SDM, Matematika
Bisnis, Manajemen Pemasaran dan Ekonomi
Manajerial.
35
sebagai anggota LPM Equator yang bergerak di
bidang pemberdayaan masyarakat.
36
Ragu Menulis (2014); Menggagas KTI (2014: 2015);
Teknik Pengukuran Persepsi dan Adopsi Teknologi
(2016); Analisis Data Pengkajian (2016); dan
Mendobrak Keraguan Menulis (2018). Disamping
menulis buku, ia juga penyunting buku, prosiding,
dan bunga rampai.
37
Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian
Jl.Tentara Pelajar No 10. Bogor. 16114
Telp. (0251) 8351277.Fax: 0251-8350928, 8322933
bbp2tp@ litbang.pertanian.go.id
http://bbp2tp.litbang.pertanian.go.id