Anda di halaman 1dari 46

Afrizal

ORASI PURNA MalikAHLI UTAMA


TUGAS PENELITI

MEMBANGUN
SISTEM DISEMINASI
DI ERA DISRUPSI
Peluang dan Tantangan Mempercepat
Hilirisasi Inovasi Pertanian

Oleh
RACHMAT HENDAYANA

Balai Besar Pengkajian dan PengembanganTeknologi Pertanian


Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian
Kementerian Pertanian
Bogor, 31 Mei 2018
PELUANG DAN TANTANGAN MEMPERCEPAT
HILIRISASI INOVASI PERTANIAN
ORASI PURNA TUGAS
Peneliti Ahli Utama

PELUANG DAN TANTANGAN MEMPERCEPAT


HILIRISASI INOVASI PERTANIAN

Rachmat Hendayana

BALAI BESAR PENGKAJIAN DAN PENGEMBANGAN TEKNOLOGI PERTANIAN


BADAN PENELITIAN DAN PENGAMBANGAN PERTANIAN
KEMENTERIAN PERTANIAN
Bogor, 31 Mei 2018
BIODATA RINGKAS

Rachmat Hendayana, lahir di Garut


Jawa Barat 3 Mei 1953, adalah anak
pertama dari sembilan bersaudara
pasangan Bp H. Adang Didi (Alm)
dan Hj. Popon. Menikah dengan
Anikah dan dikarunia empat orang
anak, yaitu: Yeti Rachmawati,
S.Sos; Dian Felani Hendayana, SPi;
Ranika Purnawidya Primasari, SBi;
dan Muhammad Arief Hendayana,
Mhs UNPAR Bandung.

Berdasarkan Keputusan Presiden RI No: 15/K Tahun


2018 tanggal 1 Maret 2018 yang bersangkutan
diberhentikan dengan hormat tmt 31 Mei 2018 dan
memasuki pensiun tmt 1 Juni 2018 dari jabatan fungsional
Peneliti Ahli Utama dalam pangkat terakhir sebagai
Pembina Utama Golongan IV/e.

Ia memulai bekerja pada tahun 1976 dengan karir


sebagai penyuluh pertanian lapangan dengan basis
pendidikan Sarjana Muda Pertanian dari Akademi
Pertanian Tanjungsari Sumedang.

Karirnya sebagai peneliti diawali tahun 1990 setelah alih


status dari jabatan Ajun Penyuluh Muda di Kanwil Dep.
Pertanian Provinsi Bengkulu, dengan basis pendidikan S2
dari UGM tahun 1990. Jabatan fungsional peneliti diraih

ii
tahun 1994 dalam jabatan Ajun Peneliti Madya, Golongan
III/d.

Sebagai peneliti, telah menghasilkan lebih dari 180


artikel sebagai penulis tunggal dan co-author, serta lebih
dari 10 buku. Pada tahun 1999 -2002 menjadi anggota Tim
Asistensi Badan Litbang Pertanian Koordinator Wilayah VII
Maluku dan Irian Jaya.

Ia pernah short course di UPLB Los Banos Philippina dan


Scientific Exchange di di Chiang Mai dan Phinosouluc-
Thailand. Memangku jabatan struktural sebagai Kepala Sub
Bidang Diklatluh di Kanwil Deptan Bengkulu, dan Kepala
Sub Bidang Perencanaan di PSE.

Jabatan sebagai Ketua DR Jurnal Ilmiah Nasional


Terakreditasi 6 tahun, Anggota DRJN Informatika
Pertanian 4 tahun dan mitra bestari untuk JIN
Terakreditasidi Puslitbangbun, serta Anggota Panelis
Penilai Widyaiswara Tingkat Nasional, dialaminya selagi
aktif peneliti.

Pada kurun waktu yang sama, ia juga menjadi Ketua


merangkap Anggota Tim Penilai Unit Peneliti (TPPU),
Anggota Tim Penilai Peneliti Instansi (TPPI) Kemtan, dan
Tim Penilai Peneliti di PT RPN.

Pada tahun 2009, Ia memperoleh penghargaan Presiden


RI berupa Tanda Kehormatan “Satyalancana Karya Satya
XX Tahun”. Dan pada tahun 2016, kembali meraih
penghargaan Presiden RI berupa Tanda Kehormatan
“Satyalancana Karya Satya XXX Tahun.

iii
DAFTAR ISI

BIODATA RINGKAS ............................................................ii


DAFTAR ISI ...................................................................... iv
PRAKATA ......................................................................... v
I. PENDAHULUAN......................................................... 1
II. DIMENSIDISEMINASI, HILIRISASI INOVASIDAN
FENOMENA DISRUPSI ............................................... 3
Diseminasi Eksklusif ............................................................ 3
Diseminasi Inklusif .............................................................. 4
Hilirisasi Inovasi................................................................... 5
Fenomena Disrupsi .............................................................. 6
III. PREDIKSI DISRUPSI DALAM KINERJA DISEMINASI .....10
Gejala Disrupsi ................................................................... 10
Inovasi Disruptif................................................................. 10
Prediksi Dampak ................................................................ 12
IV. PELUANG, TANTANGAN DAN STRATEGI DISEMINASI DI
ERA DISRUPSI .........................................................14
Peluang ................................................................................ 14
Tantangan............................................................................ 16
Strategi ................................................................................. 19
V. KESIMPULAN ...........................................................23
VI. PENUTUP ................................................................25
UCAPAN TERIMAKASIH.....................................................26
DAFTAR RIWAYAT HIDUP .................................................31

iv
PRAKATA

Yth. Kepala Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan


Teknologi Pertanian beserta jajaran struktural,

Yth. Para Undangan, Ibu-ibu/Bapak-bapak serta Hadirin yang


Berbahagia,

Assalamu’alaikum Warahmatullahiwabarokatuh,

Selamat Pagi dan Salam Sejahtera bagi kita semua

Pertama-tama, marilah kita memanjatkan puji dan


syukur kehadirat Allah SWT atas karuniaNYA serta nikmat
kesehatan yang diberikan kepada kita semua sehingga
pada hari ini kita bisa hadir bersama dalam rangka orasi
purna tugas saya.

Berdasarkan Keputusan Presiden (Kepres) RI No: 15/K


Tahun 2018 Tanggal 1 Maret 2018, saya pada hari ini 31 Mei
2018 memasuki batas akhir penugasan saya sebagai PNS
dan tmt 1 Juni 2018 besok memasuki pensiun dari jabatan
Peneliti Ahli Utama dengan pangkat terakhir Pembina
Utama Golongan IV/e.

Sampai 31 Mei 2018, saya melewati masa kerja 41 tahun


4 bulan menjalankan tugas di lingkup Kementerian
Pertanian. 14 Tahun bekerja di lingkup BPPSDMP yang
waktu itu bernama Badan Diklatluh Pertanian sebagai
penyuluh pertanian, dan 27 tahun 4 bulan sebagai peneliti
di lingkup Badan Litbang Pertanian Kementerian Pertanian.

v
Saya mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya
kepada Ibu-ibu/bapak-bapak yang berkenan hadir pada
acara orasi purna tugas ini.

Pada kesempatan ini saya akan menyampaikan Orasi


Purna Tugas saya sebagai Peneliti Ahli Utama dengan
Judul Orasi:

“MEMBANGUN SISTEM DISEMINASI DI ERA DISRUPSI :


PELUANG DAN TANTANGAN MEMPERCEPAT
HILIRISASI INOVASI PERTANIAN”.

vi
I. PENDAHULUAN

Dalam era pembangunan pertanian yang sangat


dinamis seperti saat ini, kegiatan diseminasi menjadi
faktor determinan strategis untuk mendukung
hilirisasi inovasi pertanian menuju tercapainya
peningkatan kesejahteraan masyarakat.

Keberhasilan diseminasi inovasi pertanian ini pada


tataran empiris tidak terlepas dari kondisi dinamika
perubahan lingkungan strategis. Banyak faktor yang
mempengaruhi kinerja diseminasi inovasi pertanian,
salah satunya adalah munculnya fenomena disrupsi
sebagai indikasi terjadinya era revolusi 4.0.

Menurut para pakar ekonomi dan manajemen yang


dimaksud era revolusi 4.0 adalah suatu era yang
menunjukkan terjadi perubahan besar dan mendasar
dalam berbagai aspek kehidupan. Rhenald Kasali
(2017), menyebutnya sebagai sebuah era baru, yakni
era disruption. Era disrupsi ini tentu akan menuntut
perubahan dalam berbagai aspek, mencakup
kebijakan, budaya, pola pikir (mind set) dan termasuk
pada pendekatan pasar.

Berkenaan dengan kondisi itu, maka melakukan


antisipasi era disrupsi dalam perspektif diseminasi
inovasi pertanian menjadi krusial.

1
Persoalan yang diusung adalah: (1) Bagaimanakah
membangun sistem diseminasi inovasi pertanian di
era disrupsi?, (2) Bagaimanakah cara memanfaatkan
era disrupsi sebagai peluang untuk mempercepat
hilirisasi inovasi pertanian?, dan(3) Bagaimanakah
cara mengatasi tantangan mempercepat hilirisasi
inovasi pertanian di era disrupsi ?.

Keberhasilan membangun diseminasi di era


disrupsi dengan memanfaatkan peluang yang ada
serta kemampuan mengatasi tantangan yang dihadapi
akan memberikan kontribusi positif terhadap
akselerasi hilirisasi inovasi pertanian.

2
II. DIMENSIDISEMINASI, HILIRISASI
INOVASIDAN FENOMENA DISRUPSI

Diseminasi adalah sinonim kata “dissemination”


dalam bahasa Inggris yang berarti penyebaran. Dalam
konteks inovasi pertanian diseminasi diartikan
sebagai kegiatan menyebarluaskan inovasi pertanian.

Pada tataran operasional, diseminasi inovasi


pertanian dibedakan ke dalam dua dimensi, yaitu:
Pertama diseminasi eksklusif dan Kedua diseminasi
inklusif.

Diseminasi Eksklusif
Diseminasi eksklusif, adalah kegiatan
penyebarluasan inovasi pertanian produk penelitian
dan atau produk pengkajian teknologi pertanian.
Dalam hal ini diseminasi dimaknai sebagai rangkaian
kegiatan lanjutan dari penelitian dan pengkajian.

Kedudukan diseminasi sama proporsinya dengan


kegiatan penelitian dan atau pengkajian, yang
ditunjukkan antara lain oleh dukungan
perencanaannya melalui RDHP, setara dengan RPTP.

Dalam tataran pragmatis, implementasi diseminasi


ini seringkali dipertukarkan dengan “penyuluhan”.
Misalnya tujuan diseminasi untuk meningkatkan

3
adopsi teknologi, yang sebenarnya menjadi domain
penyuluhan.

Kondisi itu dimaklumi karena pendekatan


diseminasi relatif sama bahkan berhimpit dengan
penyuluhan. Diseminasi maupun penyuluhan sama-
sama melakukan peragaan teknologi, komunikasi
tatap muka dan pengembangan media informasi.

Diseminasi Inklusif
Diseminasi inklusif, adalah penyebaran inovasi
pertanian yang kegiatannya melekat dengan kinerja
operasional program-program pengembangan
pertanian.

Meskipun deskripsi programnya tidak secara


eksplisit menyebut diseminasi, namun secara implisit
terdapat wacana pengembangan yang senyatanya
mencerminkan diseminasi.

Untuk memahami kegiatan diseminasi inklusif ini


dapat diambil contoh misalnya dalam program –
program yang diinisiasi Badan Litbang Pertanian,
seperti antara lain: Primatani, MP3MI, P2RL, MKRPL,
SLPTT, P4MI, Pengembangan Kawasan Pendamping-
an, dan yang terkini BIMTEK serta kegiatan
sejenisnya.

Di dalam implementasi program pembangunan


pertanian tersebut tidak secara ekslusif disebutkan

4
kegiatan diseminasi. Akan tetapi adanya kegiatan
sosialisasi, advokasi dan replikasi kegiatan di dalam
program tersebut, sebenarnya cerminan diseminasi.

Dimensi diseminasi eksklusif dan inklusif itu


memiliki makna yang sama dalam menyebarluaskan
inovasi teknologi untuk mempercepat hilirisasi
inovasi pertanian.

Hilirisasi Inovasi
Istilah “hilirisasi” tidak tercantum sebagai
nomenkelatur dalam kamus bahasa Indonesia. Istilah
hilirisasi dimaknai dalam tataran empiris untuk
menyatakan terjadinya aliran inovasi dari sumbernya
(hulu) ke pengguna (hilir). Jadi hilirisasi mengandung
makna transformasi invensi menjadi inovasi.

Dalam kaitan dengan hilirisasi inovasi pertanian ini


diseminasi menjadi faktor kunci keberhasilan. Oleh
karena itu rancang bangun diseminasi yang efektif
menjadi krusial.

Badan Litbang Pertanian menginisiasi percepatan


hilirisasi dengan pemanfaatan banyak saluran
komunikasi yang dikenal Spectrum Diseminasi Multi
Channel (SDMC).

Dengan menerapkan SDMC, diseminasi tidak


terbatas dilakukan melalui jalur kelembagaan
birokratis yang formal, akan tetapi juga dilakukan

5
melalui kelembagaan non formal antara lain melalui
leader champion.

Untuk mempercepat hilirisasi melalui diseminasi


ini tidak terlepas dari adanya faktor-faktor yang
mempengaruhi baik berupa faktor internal maupun
eksternal. Salah satu faktor eksternal yang perlu
dipertimbangkan dalam melakukan rancang bangun
diseminasi inovasi pertanian ke depan adalah
munculnya fenomena disrupsi.

Fenomena Disrupsi
Menurut para pakar ekonomi dan manajemen,
pembangunan pertanian saat ini sedang memasuki
era revolusi industri 4.0.Hal itu dicirikan oleh
terjadinya perubahan besar dan mendasar pada setiap
bidang. Oleh sejumlah ahli manajemen, perubahan
besar dan mendasar itu disebut sebagai disrupsi.

Istilah disrupsi secara harfiah diartikan sebagai


penggangu, pengacau, atau biang kerok. Pengertian
itu diambil dari terjemahan dalam bahasa Inggris
“disruption”.

Pemicu terjadinya fenomena disrupsi tersebut,


ditengarai berhubungan dengan dinamika kehidupan
sebagai berikut.

Pertama, munculnya Informasi Teknologi (IT) yang


mendorong terjadinya interaksi besar-besaran secara

6
langsung dan serba pesat. Kedua, munculnya generasi
baru sebagai Gen C. Ketiga, demografi yang sudah
berubah. Keempat, urbanisasi, megacities, cyber
palaces, dan Kelima, terjadinya demokratisasi pada
segala bidang (Rhenald Kasali, 2017).

Diantara faktor-faktor pemicu era disrupsi tersebut,


peranan Gen C paling dominan. Gen C atau Connected
Generation adalah generasi dimana orang-orang atau
manusia-manusia saling terkoneksi melalui
telekomunikasi baik lewat handphone (seperti: SMS,
WA, FB, IG, Telp, Video call, Skype) maupun media
internet (sosial media, forum, dll). Kondisi itu secara
langsung dan tidak langsung mempengaruhi gaya
hidup.

Munculnya Gen C ini merupakan respon terhadap


berkembangnya teknologi yang semakin canggih,
yang memungkinkan mereka bisa terhubung dan
berkomunikasi secara real time. Oleh karena itu sikap
dan gaya hidup orang-orang yang tergolong Gen C
bersifat dinamis, berubah-ubah, mengikuti arus
informasi yang di terima.

Teori disruptive ini pertamakali diciptakan oleh


profesor Harvard yaitu Clayton M Christensen dalam
penelitiannya tentang industri disk drive yang
dipopulerkan dalam buku The Innovator’s Dilemma,
1997. Fokus bahasan utamanya adalah dalam bisnis,
sehingga isu yang diangkat bias pada kegiatan bisnis.

7
Teori disruptive innovation menjelaskan fenomena
sebuah inovasi mengubah pasar atau sektor yang ada
dengan memperkenalkan kesederhanaan, kenyaman-
an, aksesibilitas, dan keterjangkauan. Komplikasi atau
keruwetan dan biaya tinggi yang menjadi
karakteristik pasar konvensional dianggap status quo.

Munculnya fenomena disrupsi ini berdampak pada


perubahan di setiap bidang kehidupan. Cara manusia
hidup dan menikmati kehidupan sama sekali akan
berbeda dengan era-era sebelumnya.

Perubahan itu memberi peluang sekaligus


tantangan untuk rancang bangun diseminasi inovasi
pertanian dalam mempercepat hilirisasi inovasi
kepada masyarakat calon pengguna inovasi.

Fenomena disrupsi mendorong muncul dan


berkembangnya aplikasi-aplikasi teknologi informasi
dan mengubah bentuk kewirausahaan biasa menjadi
start up. Salah satu indikasi terjadinya era disrupsi ini
dicirikan munculnya inovasi disruptif, yakni inovasi
yang kehadirannya akan mengganggu atau merusak
pola yang sudah ada.

Kehadiran inovasi disruptif yang sudah massif


dapat kita saksikan misalnya dalam bidang
transportasi dan bisnis. Munculnya fenomena Uber,
Gojek, Grab, dan sejenisnya di bidang transportasi
dan fenomena Bukalapak, Tokopedia, Lazada dan

8
sejenisnya di dunia bisnis adalah contoh nyata inovasi
disruptif.

Kehadiran inovasi disruptif itu mengganggu pola


yang ada. Munculnya transportasi online dan toko-toko
online tersebut mendorong terciptanya pasar baru,
mengganggu atau merusak pasar yang sudah ada dan
pada akhirnya menggantikan keberadaan transportasi
eksisting dan pasar konvensional.

Dampak munculnya inovasi disruptif yang


mengembangkan suatu produk atau layanan dengan
cara yang tidak terduga tersebut menciptakan jenis
konsumen berbeda pada cara menggunakan
transportasi umum dan pasar baru sehingga
berdampak pada pilihan orang melakukan
transportasi menurunkan harga pada pasar yang
lama.

Perubahan itu bisa disikapi sebagai peluang dan


sekaligus tantangan, tergantung kondisi.

Pada kegiatan diseminasi inovasi pertanian, gejala


inovasi disruptif itu sudah terdeteksi dan mulai
dirasakan sehingga prediksi keberadaan disrupsi
dalam kinerja diseminasi inovasi pertanian menjadi
krusial.

9
III. PREDIKSI DISRUPSI DALAM KINERJA
DISEMINASI

Gejala Disrupsi
Gejala terjadinya inovasi disruptif dalam kegiatan
diseminasi inovasi pertanian sudah muncul, sebagai
perubahan yang terjadi karena kekuatan teknologi
informasi serta dinamika media sosial.

Munculnya inovasi disruptif tersebut akan berimbas


pada perubahan cara atau pola diseminasi dari pola
diseminasi konvensional yang selama ini
berlangsung.

Disruption berpotensi menggantikan cara-cara lama


dengan cara yang baru. Disruption menggantikan
media diseminasi konvensional yang serba fisik
(tercetak) dengan teknologi digital yang
menghasilkan sesuatu yang benar-benar baru dan
lebih efisien, juga lebih bermanfaat.

Inovasi Disruptif
Dalam tataran empiris, kita menyaksikan dan
bahkan telah terlibat didalam aktivitas seperti:
telekonferensi, video call, website atau blog, vlog, FB, IG,
WA, line, telegram yang semuanya memanfaatkan
keberadaan telepon pintar atau smartphone.

10
Keberadaan inovasi disruptif tersebut dapat
mengubah pendekatan diseminasi konfensional yang
selama ini dilakukan.

Contoh:

 Video call atau Skype melalui smartphone dapat


menggantikan metode komunikasi tatap muka.
Seorang disseminator tidak perlu
mengeluarkan biaya transportasi untuk
bertemu petani untuk mengkomunikasikan
adanya inovasi.

 Telekonferensi berbentuk konferensi audio atau


konferensi video dapat menggantikan
pertemuan massal. Pejabat tidak perlu
melakukan perjalanan untuk bertemu audien.
Masing-masing bisa berkomunikasi dengan
tetap berada di meja kerja masing-masing.

 Website, dapat menggantikan informasi inovasi


teknologi yang selama ini dilakukan melalui
selebaran-selebaran dalam bentuk kertas
tercetak. Dengan website informasi terkini
segera tersebar secara real time.

 E-book, bukan tidak mungkin akan


menggantikan informasi teknologi yang
selama ini tercetak seperti misalnya leaflet,
folder dan atau brosur.

11
Prediksi Dampak
Era disrupsi akan membawa manusia pada era
yang penuh optimisme tetapi sekaligus penuh
kekhawatiran. Optimisme muncul karena disrupsi
akan membuat efisiensi pekerjaan bisa ditingkatkan
berkali lipat. Kekhawatiran muncul karena disrupsi
juga berpotensi mengancam eksistensi kegiatan yang
selama ini telah mapan.

Pola penyebarluasan informasi teknologi pertanian


dengan cara konvensional melalui penampilan materi
yang tercetak (leaflet, folder, brosur dan sejenisnya),
akan tergantikan dengan inovasi disruptif: e-book.

Materi diseminasi yang biasa dilakukan melalui


media terproyeksi (film) dan melalui audio (CD, flash,
dll), ke depan diprediksi akan tergantikan oleh
inovasi disruptif berupa Youtube.

Oleh karena itu sudah saatnya mulai


mengakomodasi inovasi disruptif seperti yang sudah
dikemukakan.

Mau tak mau, suka tidak suka, sistem diseminasi


inovasi pertanian cara lama harus mulai disesuaikan
bahkan jika perlu ditinggalkan untuk beralih ke cara
baru, karena sasaran yang menjadi target diseminasi
juga sudah berubah.

12
Kalau cara diseminasi yang dilakukan masih
bertahan dengan pola lama, lambat laun akan
ditinggalkan. Jadi pilihannya: “berubah atau punah”.

Munculnya fenomena disrupsi dalam konteks


diseminasi inovasi pertanian dapat disikapi menjadi
peluang sekaligus tantangan untuk mempercepat
hilirisasai inovasi pertanian.

13
IV. PELUANG, TANTANGAN DAN STRATEGI
DISEMINASI DI ERA DISRUPSI

Munculnya era disrupsi yang menjadi ciri revolusi


4.0 ini, bagi kita sebagai aparat sipil nasional yang
bekerja di bawah institusi pengkajian dan
pengembangan perlu menyikapinya dengan positif.

Era disrupsi dapat dijadikan peluang dan sekaligus


tantangan untuk menyusun rancang bangun
diseminasi ke arah yang lebih efisien dan efektif.

Dengan demikian percepatan hilirisasi inovasi


pertanian kepada mayarakat calon pengguna inovasi
pertanian produk Balitbangtan, segera terwujud.

Peluang
Peluang menerapkan inovasi disruptif dalam
diseminasi inovasi pertanian terbuka luas.
Keunggulan adanya fenomena disrupsi ini jika
diakomodasi dalam diseminasi akan mengurangi
banyak kegiatan rapat yang menghabiskan banyak
biaya sehingga lebih efisien.

Disamping itu inovasi disruptif dalam diseminasi


juga mengurangi penggunaan kertas atau paperless
sehingga ikut mendukung pelestarian lingkungan.

Oleh karena itu fenomena disrupsi harus dijadikan


peluang meningkatkan optimalisiasi pencapaian

14
tujuan diseminasi. Dan hal itu bukan suatu hal yang
mustahil karena faktanya kondisi perubahan itu
sudah menjadi bagian dari gaya hidup peneliti dan
penyuluh.

Penguasaan media sosial, dan internet sudah


meluas di kalangan peneliti dan penyuluh. Tinggal
persoalannya terletak pada kemauan untuk
mengaplikasikan inovasi itu dalam kegiatan
diseminasi.

Media sosial yang selama ini terbatas dimanfaatkan


secara privasi untuk komunikasi antar pribadi atau
komunitas tertentu seperti WA Group, FB, IG dan
sejenisnya dapat ditingkatkan dan diperluas
pemanfaatannya untuk dijadikan wahana
membangun jaringan komunikasi dengan berbagai
pemangku kepentingan.

Dalam hal ini diperlukan komitmen yang kuat


untuk secara konsisten mau mengisi muatan
informasinya fokus pada substansi inovasi pertanian
dan senantiasa update.

Penyiapan panduan teknis inovasi pertanian yang


selama ini dilakukan secara tercetak dalam format
brosur, folder atau leaflet ditransformasikan ke dalam
bentuk e-book atau ditampilkan dalam cyber.
Pembaharuan informasinya dilakukan secara regular
disinergikan dengan dinamika pembangunan.

15
Penyebarluasan informasi melalui media sosial
akan mendorong percepatan adopsi, dan juga segera
mendapat respon atau umpan balik dari penerima
informasi. Bahkan jika inovasi yang disebarluaskan
itu memiliki muatan yang diprediksi besar
manfaatnya bagi pengguna, informasi itu akan
“viral”.

Viralisasi terjadi bukan by design, bukan


diperintahkan atau ditugaskan, tetapi akan terjadi
dengan sendirinya karena kekuatan informasi yang
diunggah. Viralisasi ini analog dengan spillover atau
difusi dalam tataran diseminasi/penyuluhan.

Tantangan
Memasuki era revolusi industri 4.0 dalam
dasawarsa terakhir ini, yang disertai perkembangan
teknologi yang semakin canggih yang menekankan
pada pola digital economy, artificial intelligence, big data,
robotic, menjadi tantangan baru dalam diseminasi
inovasi pertanian.

Di sisi lain disadari untuk mengaplikasikan


pendekatan yang mengakomodasi inovasi disruptif
seperti dikemukakan di atas masih banyak yang
menghadapi kendala literasi. Hal itu ditunjukkan
antara lain dari masih adanya respon yang tidak
sinergi terhadap informasi yang dibacanya dalam
media sosial.

16
Materinya belum dipahami dengan jelas, sudah
langsung memberikan reaksi dengan klik “subscribe,
comment, like dan atau share”. Kemampuan literasi
yang baik menjadi tantangan dalam memanfaatkan
inovasi disruptif, agar fenomena disruptif memberikan
makna positif.

Tantangan lainnya dalam menyikapi munculnya


fenomena disrupsi adalah masih adanya dichotomy
peran yang membatasi aktifitas fungsional peneliti
dan penyuluh.

Dalam era disrupsi ini, keberadaan penyuluh dan


peneliti harus berperan saling memperkuat.
Meskipun secara konsepsonal kegiatan diseminasi
menjadi domain penyuluh, akan tetapi di dalam
operasionalnya keberadaan peneliti tidak dapat
diabaikan.

Penyuluh mendorong motivasi calon pengguna


untuk mau mengapresiasi inovasi pertanian.
Sementara itu peneliti berperan mengawal dan
mendampingi eksistensi inovasi agar penerapannya
sesuai rekomendasi.

Berikutnya, tantangan diseminasi teknologi


pertanian di era disrupsi ke depan yaitu masih
lemahnya dukungan logistik inovasi. Jika kondisi
disruptif ini tidak diikuti kebijakan penyediaan logistik
inovasi yang memadai, bukan tidak mungkin inovasi

17
disruptif yang menyertai fenomena disrupsi ini akan
menjadi bumerang.

Dari sisi sumberdaya manusia, untuk


mengantisipasi dan mengakomodasi munculnya
inovasi disruptif dalam diseminasi inovasi pertanian,
dituntut peningkatan kompetensi peneliti/penyuluh.

Dengan mengacu saran Menristek Dikti, Mohamad


Nasir (2018), untuk memenuhi tuntutan disrupsi itu
diperlukan:

(1) Educational competence. Peneliti/penyuluh perlu


memiliki kompetensi berbasis Internet of Thing
sebagai basic skill.

(2) Competence in research, kompetensi membangun


jaringan untuk menumbuhkan ilmu, arah riset,
dan terampil mendapatkan grant internasional;

(3) Competence for technological commercialization,


punya kompetensi membawa grup dan petani
pada komersialisasi dengan teknologi atas hasil
inovasi dan penelitian;

(4) Competence in globalization, dunia tanpa sekat,


tidak gagap terhadap berbagai budaya,
kompetensi hybrid, yaitu global competence dan
keunggulan memecahkan national problem; serta

18
(5) Competence in future strategies, di mana dunia
mudah berubah dan berjalan cepat, sehingga
punya kompetensi memprediksi dengan tepat
apa yang akan terjadi di masa depan dan
strateginya, dengan cara joint-lecture, joint-
research, joint-publication, joint-lab, staff mobility
dan lain sebagainya.

Munculnya peluang dan tantangan yang dihadapi


dalam menyikapi fenomena disrupsi ini menuntut
perlunya disusun strategi yang efektif.

Strategi
Dalam upaya mengakomodasi peluang dan
menghadapi tantangan yang muncul di era disrupsi
dalam konteks diseminasi inovasi pertanian, maka
disusun strategi sebagai berikut: Pertama, menjadikan
era disrupsi sebagai sarana kolaborasi, Kedua,
mendorong kinerja diseminai dengan
mengoptimalkan multi channel dan omni channel, dan
Ketiga, memahami kebutuhan dan kebiasaan
konsumen atau calon pengguna inovasi.

Membangun Kolaborasi
Untuk mendiseminasikan inovasi pertanian
mendorong perlunya melibatkan banyak pelaku
untuk mengembangkan strategi supaya bisa
beradaptasi di era yang serba cepat seperti sekarang.

19
Salah satunya mengintensifkan kolaborasi disamping
mengedepankan transformasi digital.

Dengan melibatkan berbagai pihak yang mewakili


sistem diseminasi, diskusi ini memberikan pandangan
menarik terkait untuk menyikapi disrupsi sebagai
siklus yang patut disikapi secara lebih positif.

Adopsi Omni Channel


Omni Channel merupakan kombinasi dari berbagai
macam cara dan channel untuk menyebarluaskan
inovasi, namun tetap memberikan feeling yang sama.
Baik seperti saat kita melakukan komunilasi personal
di lapangan ataupun komunikasi melalui media
sosial.

Seiring perkembangan teknologi, calon pengguna


inovasi dapat dengan mudah mencari tahu tentang
teknologi apa yang diperlukan, ingin dibelinya
melalui media kapanpun dan di manapun. Inilah
yang membuat calon pengguna inovasi memiliki
harapan untuk akses ke sumber teknologi melalui
cara apapun, kapanpun, dan semudah mungkin.

Melalui strategi Omni Channel yang merupakan


model komunikasi lintas channel yang mengutamakan
pengalaman calon pengguna inovasi. Petani yang
dalam hal ini sebagai pengguna inovasi akan dapat
mengakses inovasi melalui berbagai channel baik
online maupun offline.

20
Saat ini era diseminasi memerlukan pendekatan
omni channel, yang mensinergikan antara online dan
offline. Jadi meskipun media tercetak dan terproyeksi
masih dilakukan namun diseminasi melalui media
sosial perlu dimulai dan diintensifkan.

Memahami Kebutuhan dan Kebiasaan Konsumen


Ketika menerapkan strategi diseminasi, kita harus
memahami karakter generasi milenial. Karena kini
generasi yang lebih tua pun berperilaku seperti
generasi baby boomers yang juga terinspirasi oleh
selera generasi milenial.

Jadi meskipun target inovasi pertanian yang


didiseminasikan bukan generasi milenial, tetapi cara
diseminasinya tetap harus menyesuaikan dengan
karakter milenial, karena generasi lebih tua yang
memiliki kapital juga terpengaruh oleh selera anak
muda zaman now.

Agar kita bisa mengakomodasi era disrupsi ini,


langkah yang perlu ditempuh adalah:

1) Memahami kebutuhan sasaran diseminasi.


Pahami kebiasaan mereka dalam mengakses
inovasi tekologi dari awal sampai akhir
termasuk kebiasaan akses online dan offline.

2) Memilih dan menyediakan logistik teknologi


yang paling pas sesuai dengan pilihan

21
konsumen atau calon pengguna inovasi secara
spesifik.

3) Mengintegrasikan semua pilihan cara


mengakses teknologi baik online maupun offline
menjadi satu data tunggal yang tidak
terpisahkan, sehingga petani mendapatkan
pengalaman yang tidak terputus-putus dalam
mengakses inovsi baik secara online ataupun
offline.

22
V. KESIMPULAN

Saat ini pembangunan sedang memasuki era


revolusi 4.0, ditandai oleh munculnya inovasi
disruptif yang berdampak terjadinya perubahan besar
dan mendasar pada setiap bidang.

Pemicu utama terjadinya disrupsi adalah


munculnya Gen C atau connected generation yang
menggambarkan suatu generasi dimana orang-orang
terkoneksi melalui telekomunikasi sebagai dampak
IT, perubahan demografi, urbanisasi, cyber palace dan
demokratisasi di segala bidang.

Disruption berpotensi menggantikan cara-cara lama


dengan cara baru yang selama ini berlangsung,
sehingga menjadi peluang sekaligus tantangan untuk
merancang bangun diseminasi menuju percepatan
hilirisasi inovasi pertanian.

Tantangan untuk mengakomodasi era disrupsi


dalam diseminasi inovasi pertanian dituntut
perubahan kebijakan dan mindset serta peningkatan
kapabilitas peneliti/penyuluh berupa: kompetensi
keterampilan dasar internet dan media sosial,
penelitian, komersialisasi teknologi, akses informasi
globalisasi dan strategi mengantisipasi perubahan di
masa depan.

23
Strategi untuk membangun diseminasi inovasi
pertanian di era disrupsi diarahkan pada penguatan
jejaring kolaborasi antar pelaku diseminasi,
pengintegrasian pendekatan online dengan offline
(omni channel), dan pemahaman karakter generasi
milenial.

24
VI. PENUTUP

Suka tidak suka, mau tidak mau dalam waktu


cepat atau lambat fenomena disrupsi akan mewarnai
kegiatan diseminasi inovasi pertanian. Faktanya
inovasi disruptif telah teridentifikasi dan
terimplementasi dalam skala terbatas pada aktivitas
diseminasi inovasi pertanian. Untuk itu perubahan
kebijakan dan mind set dalam rancang bangun
diseminasi menjadi krusial.

Fenomena disrupsi dapat dijadikan peluang


sekaligus tantangan untuk mempercepat hilirisasi
inovasi pertanian.

Untuk mengantisipasi tuntutan inovasi disruptif


diseminasi inovasi pertanian dari sisi penyediaan
logistik diperlukan kebijakan yang proaktif untuk
merespon permintaan yang muncul sebagai reaksi
terhadap informasi yang diunggah.

Keberhasilan diseminasi dalam era disrupsi


menuntut peningkatan kompetensi peneliti dan
penyuluh utamanya terkait dengan kemampuan
dasar (basic skill), penelitian, teknologi komersialisasi
inovasi, dan kemampuan dalam merespon perubahan
global.

25
UCAPAN TERIMAKASIH

Pada kesempatan ini saya ingin memanfaatkan


momentum orasi purna tugas ini untuk
menyampaikan terimakasih yang sebesar-besarnya
kepada semua pihak.

Ucapan terimakasih ini tidak saja saya tujukan


kepada yang telah berperan dalam membentuk
karakter saya sebagai penyuluh dan peneliti, akan
tetapi saya sampaikan juga kepada semua pihak yang
telah berinteraksi dalam perjalanan saya menapaki
tugas sebagai penyuluh dalam masa lebih dari 14
tahun bekerja di lingkungan kerja Badan Diklatluh
Pertanian yang saat ini namanya menjadi BPPSDMP,
dan sebagai peneliti selama 27,4 tahun di lingkungan
kerja Balitbangtan.

Untuk pertamakali ucapan terimakasih ini saya


sampaikan kepada Bapak Dr HC, Salmon
Padmanagara (Alm). Kepala Badan Diklatluh
Pertanian pada jamannya-Bapak Penyuluhan
Pertanian, Kepada Bp. Moh. Ayat Wrehaspathy
(Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Indramayu), Bp.
Ir. Didi S. Mail (Kepala Dinas Pertanian Kabupaten
Ciamis-dan menjadi Kepala Satuan Pelaksana Bimas
Provinsi Jawa Barat berkedudukan di Bandung), Bp.
Ir. Cakrawiguna (Kepala Dinas Pertanian Kabupaten
Karawang), dan Bp. H. Ir. Azwir A. Syarief (Mayor,

26
tituler) Kepala Kanwil Departemen Pertanian Provinsi
Bengkulu. Merekalah yang berperan membentuk
karakter dan watak saya sebagai penyuluh pertanian.

Ucapan terimakasih berikutnya saya ingin


sampaikan kepada Kepala Badan Penelitian dan
Pengembangan Pertanian, mulai Periode: Bp. Dr. Joko
Budianto, Bp Dr. Faisal Kasryno, Bp Dr. Achmad
Suryana, Bp Dr. Sumardjo Gatot Irianto, hingga era
Bp Dr. Haryono dan Bp Dr. Andi Muhammad Syakir.

Semua pejabat Kepala Badan Litbang Pertanian


tersebut menjadi acuan saya bekerja keras, bekerja
cerdas dan produktif dalam menjalankan tugas.

Kepada para senior (sesepuh) peneliti yang saya


jadikan patron dalam berkiprah sebagai peneliti, yang
sebagian besar dari Unit kerja PSE-KP yaitu: Bp. Prof
Dr. Ir. Effendi Pasandaran, Bp.Prof. Dr. Ir. Agus
Pakpahan, Ibu Dr. Handewi P Salim, Bp. Prof. Dr.
I.Wayan Rusastra; Ibu. Dr. Delima Azahari, Bp. Prof.
Dr. Tahlim Sudaryanto, Bp. Prof. Achmad Suryana,
Bp. Prof. Dr. Ir. Erizal Jamal; Bp. Dr. Budi Santoso,
MS; Bp.Dr. Tri Pranadji, Bp.Prof. Budiman Hutabarat,
Bp.Prof. Pantjar Simatupang, Bp.Prof Dr. Husein
Sawit dan Bp.Prof. Dr. Made Oka Adnyana
Manikmas.

Berikutnya ucapan terimakasih saya sampaikan


kepada Kepala BP2TP pada jamannya, mulai dari: Bp.

27
Prof. Dr. Zulkifli Zaeni yang menjadi perintis insitusi
ini yang kemudian digantikan Bp. Dr. Saeful
Bachrein, MSc (alm). Kepala BBP2TP: Bp. Dr. Udin
Sudinta Nugraha, MS (Alm), Bp. Dr. Muhrizal
Sarwani, MSc, Bp. Dr. Kasdi Subagyono, MSc, Bp. Dr.
Agung Hendriyadi, M.Eng, Bp. Dr. Abdul Basit, MS
dan Kepala BBP2TP saat ini Bp. Dr. Haris Syahbudin,
DEA.

Kepada Bp dan Ibu mitra kerja di Tim Penilai


Peneliti Instansi Kementerian Pertanian, yaitu: Ibu
Prof. Dr. Elna Karmawaty selaku Ketua TP2I; Bp.
Prof. Dr. Sjamsul Bahri; Ibu Prof. Dr. Nur Richana; Ibu
Prof. Dr. Bahagiawati; Ibu Prof. Dr. Rasti Saraswati;
Bp. Prof. Dr. I. Djatnika; Bp. Dr. I Made Jana Mejaya,
dan Bp. Dr. Ir. Saptana, saya sampaikan terimakasih.

Ucapan terimakasih berikutnya saya sampaikan


kepada mitra kerja seluruh Kepala BPTP seluruh
Indonesia, rekan-rekan peneliti dan penyuluh yang
bertugas di lingkup BPTP seluruh Indonesia, yang
secara tidak langsung menjadi inspirator dan
pendorong kreativitas saya dalam menapaki tugas
sebagai evaluator, dan narasumber maupun sebagai
partner diskusi.

Kepada Ibu Dr. Ir. Retno Sri Hartati Mulyandari,


M.Si, Kepala BPATP saya juga ingin menyampaikan
terimakasih. Beliau, menjadi pemicu kreativitas saya.

28
Tidak lupa, ucapan terimakasih ini saya sampaikan
juga kepada keluarga besar lingkup BBP2TP yang
tidak dapat saya sebutkan satu persatu, mulai dari
staf di bagian administrasi, pramusaji di dapur,
cleaning service, driver, Satpam, petugas di kantin dan
petugas fotocopy, jajaran staf di keuangan, para
penyuluh, seluruh peneliti serta para pejabat Eselon
III dan Eselon IV, seluruh anggota TP2U, Anggota
Dewan Redaksi Jurnal PP2TP dan para Ketua Kelji.
Mereka sangat berarti dalam mendukung tugas saya
sehari-hari. Tanpa mereka saya tidak akan bisa
berbuat apa-apa.

Terimakasih secara khusus disampaikan kepada


kedua orang tua saya yang senantiasa mengiringi
perjalanan hidup saya dengan doa-doanya yang tidak
terputus. Semoga Ayahanda Bp H. Adang Didi (alm)
diterangkan di alam kuburnya dan kepada Ibunda,
ema Popon semoga selalu sehat walafiat dan
senantiasa berada dalam lindungan Alloh SWT.

Ucapan terimakasih ini saya sampaikan juga


Kepada Bp dan Ibu Mertua: Bp H.A.Dulhadi (Alm)
dan Ibu Hj. Kanidah (Almh) yang merelakan putrinya
dipersunting saya sebagai istri hingga saat ini.

Kepada istri saya Anikah, saya juga sampaikan


terimakasih atas kesetiannya sebagai istri yang telah
setia mendampingi “suaminya” selama lebih dari 41
tahun sejak 1977. Demikian juga kepada keempat

29
anak saya: Yeti, Dian, Ranika dan Muh. Arief yang
menjadi inspirator dan motivator papahnya selama
aktif bertugas, papah sampaikan terimakasih. Ucapan
terimakasih yang sama, ditujukan kepada lima cucu:
Azka, Arla, Nava, Boy, dan Syadza yang menjadi
penyemangat kakeknya dalam menjalankan tugas
dan kehidupan ini.

Demikian orasi purna tugas ini, saya akhiri dengan


permohonan maaf yang sebesar-besarnya untuk
segala kekurangan yang ada.

Billahit taufiq wal hidayah,

Wassalamualaikum Warohmatullahi Wabarokatuh

30
DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Rachmat Hendayana, lahir di Garut Jawa Barat 3


Mei 1953 sebagai anak pertama dari sembilan
bersaudara pasangan Bp H. Adang Didi (Alm) dan
Ibu Hj. Popon. Menikah dengan Anikah dan
dikarunia dua orang putra dan dua orang putri, yaitu:
Yeti Rachmawati, S.Sos; Dian Felani Hendayana, SPi;
Ranika Purnawidya Primasari, SBi; dan Muhammad
Arief Hendayana, Mhs UNPAR Bandung.

Berdasarkan Keputusan Presiden RI No: 15/K


Tahun 2018 tanggal 1 Maret 2018 yang bersangkutan
diberhentikan dengan hormat tmt 31 Mei 2018 dan
memasuki pensiun tmt 1 Juni 2018 dari jabatan
fungsional Peneliti Ahli Utama dalam pangkat
terakhir sebagai Pembina Utama Golongan IV/e.

Ia menamatkan pendidikan dasar hingga Sekolah


Lanjutan Pertama (SMP) Negeri di Wanaraja-Garut.
Kemudian melanjutkan ke SPMA di Tarogong Garut,
tamat tahun 1971. Selanjutnya kuliah di Akademi
Pertanian Tanjungsari (APT) mendapatkan gelar
Sarjana Muda Pertanian (B.Sc) tahun 1974.

Tahun 1976 diterima sebagai tenaga honorer


penyuluh pertanian lapangan (PPL) Bimas. Tahun
1980 menjadi CPNS Golongan II/b, ditugaskan di
Kabupaten Indramayu, Ciamis, Karawang dan
Bandung Provinsi Jawa Barat.

31
Pada tahun 1982 mendapat tugas belajar dari
proyek penyuluhan NFCEP (National Food Crop
Extention Program) melanjutkan pendidikan S1 di
UNHAS Ujung Pandang dan memperoleh gelar
Sarjana Pertanian (Ir) tahun 1984.

Selesai Pendidikan S1, ditempatkan sebagai


Penyuluh Pertanian Spesialis (PPS) di Kanwil
Departemen Pertanian Provinsi Bengkulu. Pada tahun
1988 mendapat tugas belajar dari National Agriculture
Extention Program (NAEP) di UGM. Gelar Magister
Sains (MS) dari jurusan Sosial Ekonomi Pertanian
UGM diraih tahun 1990.

Jabatan penyuluh di Kanwil Dep. Pertanian


Bengkulu berakhir pada Jabatan Kepala Sub Bidang
Diklatluh (Pendidikan Pelatihan dan Penyuluhan)
Pertanian, golongan III/d. Bersamaan dengan
diterimanya jabatan fungsional penyuluh sebagai
Ajun Penyuluh Muda.

Dengan modal ijazah S2 mengajukan mutasi alih


tugas ke Badan Litbang Pertanian, melamar ke Pusat
Penelitian Sosial Ekonomi (PSE) yang sekarang
menjadi PSEKP.

Setelah melalui proses panjang dan dinyatakan


lulus test akademik oleh Kapus PSE waktu itu (Dr.
Efendi Pasandaran) dan Kabid TO (Dr. Agus
Pakpahan), diterima sebagai staf di PSE. Pada masa

32
dua tahun pertama di PSE yang bersangkutan
berupaya menyesuaikan diri dengan lingkungan
penelitian.

Cara yang ditempuh adalah menghabiskan waktu


duduk di perpustakaan, membaca, menyimak isi dan
format berbagai artikel utamanya yang ditulis oleh
peneliti-peneliti PSE. Sesekali yang bersangkutan
mencoba “belajar menulis”.

Sebelum resmi menyandang status peneliti, ia


ditugaskan menjadi Kepala Sub Bidang Rencana Kerja
menggantikan Dr. Husein Sawit.

Jabatan struktural tersebut tidak lama. Hanya


sekitar 1,5 tahun. Alasannya, waktu itu pengajuannya
untuk jabatan fungsional peneliti sudah turun sebagai
Ajun Peneliti Madya.

Sebagai peneliti, yang bersangkutan aktif


mengikuti seminar nasional, dan mempublikasikan
karya tulis ilmiah hasil penelitian maupun tinjauan.
Sampai akhir 2017, tercatat lebih dari 180 makalah
sudah dihasilkannya, sebagai penulis tunggal atau co-
author yang diterbitkan dalam jurnal ilmiah,
prosiding dan monograph. Beberapa di antaranya
diterbitkan di jurnal internasional dan buku
internasional.

Ia pernah mengikuti beberapa pelatihan sebagai


berikut:

33
 Pelatihan Perencanaan Pembangunan di UI,
1984.

 Training Course on Application of Rapid Rural


Appraisal for Participatory Planning, Monitoring
and Evaluation (RRA-PPME) in the UPLB,
Philipines and Thailand, 1995.

 Scientific Exchange Program for Agriculture


Collaboration, University of Thailand, 1995

 Pengembangan Manajemen Analisa SWOT,


PPSEP, Bogor, 1999

 Kursus Penelitian Analisa Mengenai Dampak


Lingkungan (AMDAL C), Departemen
Pertanian, Jakarta, 1992

 Kursus Penyusunan AMDAL (Amdal B),


INKINDO – PPMSL UI dan BAPEDAL,
Jakarta, 1992

 Kursus Dasar Analisa Dampak Lingkungan


(AMDAL A), PPLH-IPB, Bogor, 1992

Pada tahun 1999 menjadi anggota Tim Asistensi


Badan Litbang Pertanian Koordinator Wilayah VII
Maluku dan Irian Jaya, dengan tugas melakukan
pembinaan peneliti BPTP/LPTP.

Di luar kegiatan sebagai peneliti, ia menjadi


fasilitator di Institute Bisnis Indonesia (IBI); Program

34
BBA – MBA Yayasan Delta Club; Institute Of Bussiness
Management And Art (IBMA) dan Institut
Pengembangan Wiraswasta Indonesia (IPWI)
semuanya berkedudukan di Jakarta. Konsentrasi
pada modul Manajemen Sumberdaya Manusia,
Perencanaan dan Pengembangan SDM, Matematika
Bisnis, Manajemen Pemasaran dan Ekonomi
Manajerial.

Ia juga menjadi Dosen Luar Biasa di Sekolah Tinggi


Penyuluhan Pertanian, mengampu mata kuliah
Metoda Penyuluhan.

Ia pernah menjadi konsultan bidang sosial


ekonomi di PT Kimia Gresik dalam memproduksi
pupuk SP36 dan kosultan di beberapa departemen,
antara lain di Dep. Kelautan dan Perikanan; Dep.
Perdagangan dan Perindustrian; Dep. Transmigrasi;
Dep. Koperasi; Dep Perhubungan dan Dep. Tenaga
Kerja.

Sebagai konsultan ia bergabung di beberapa


perusahaan antara lain PT. Timas Planindo Dinamica;
PT. Kita Abadi Consultant; PT. Lestari BDS; PT
Amurwa Pranata Consultant bekerjasama dengan
konsorsium konsultan internasional yaitu BCEOM,
mengerjakan proyek-proyek atas biaya ADB antara
lain di South Java Food Control Project berkedudukan
di Jogyakarta dan Interisland Transport Project yang
berkedudukan di Jakarta. Sampai saat ini tercatat

35
sebagai anggota LPM Equator yang bergerak di
bidang pemberdayaan masyarakat.

Di lingkungan BBP2TP tempat kerjanya, ia pernah


menjabat Ketua Dewan Redaksi Jurnal Ilmiah
Nasional Terakreditasi JPPTP, Anggota Dewan
Redaksi Jurnal Nasional Informatika Pertanian.
Menjadi mitra bestari untuk Jurnal Ilmiah Nasional
Terakreditasi yang terbit di Pusat Penelitian
Perkebunan, serta Anggota Panelis Penilai
Widyaiswara Tingkat Nasional.

Jabatan lainnya menjadi Ketua merangkap


Anggota Tim Penilai Unit Peneliti (TPPU) – BBP2TP,
Anggota Tim Penilai Peneliti Instansi (TPPI)
Kementerian Pertanian, dan Tim Penilai Peneliti di PT
Riset Perkebunan Nusantara (RPN).

Di level Badan Litbang, terdaftar sebagai evaluator


proposal penelitian dan pengkajian lingkup Badan
Litbang Pertanian. Disamping itu menjadi
narasumber dalam berbagai pelatihan penulisan KTI.

Ia sudah menerbitkan lebih dari 10 karya tulis yang


dipublikasikan dalam buku sebagai penulis tunggal.
Di antaranya: Fenomena Lembaga Keuangan Mikro
dalam Perspektif Pembangunan Pertanian (2008);
Outcome Based Monitoring and Evaluation (2010);
Penulisan Karya Tulis Ilmiah (2012); Kiat Menembus
Jurnal Ilmiah Nasional Terakreditasi (2013); Jangan

36
Ragu Menulis (2014); Menggagas KTI (2014: 2015);
Teknik Pengukuran Persepsi dan Adopsi Teknologi
(2016); Analisis Data Pengkajian (2016); dan
Mendobrak Keraguan Menulis (2018). Disamping
menulis buku, ia juga penyunting buku, prosiding,
dan bunga rampai.

Pada tahun 2009, memperoleh penghargaan


Presiden RI berupa Tanda Kehormatan “Satyalancana
Karya Satya XX Tahun”. Dan pada tahun 2016,
kembali meraih penghargaan Presiden RI berupa
Tanda Kehormatan “Satyalancana Karya Satya XXX
Tahun.

37
Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian
Jl.Tentara Pelajar No 10. Bogor. 16114
Telp. (0251) 8351277.Fax: 0251-8350928, 8322933
bbp2tp@ litbang.pertanian.go.id
http://bbp2tp.litbang.pertanian.go.id

Anda mungkin juga menyukai