DAFTAR ISI
I. Pendahuluan ...................................................................... 1
1.1. Latar Belakang ............................................................ 1
1.2. Maksud dan Tujuan ...................................................... 2
1.3. Keluaran ....................................................................... 3
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
KATA PENGANTAR
Kabupaten Pidie Jaya dengan sumberdaya alam dan
sumberdaya manusianya, ke depan mempunyai harapan
menjadi sentra kakao yang handal dengan mutu hasil yang prima
dan memenuhi kebutuhan pasar industri kakao dunia. Untuk
menggapai harapan tersebut tentunya pemerintah daerah yang
dalam hal ini tidak saja Badan Perencanaan Pembangunan
Daerah (Bappedda) dan Dinas Kehutanan dan Perkebunan saja
yang berperan, namun semua instansi yang terkait seperti
lembaga swasta maupun perbankan.
Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia melakukan
kegiatan kajian umum Pengembangan Kakao di Kabupaten Pidie
Jaya. Serangkaian kegiatan, baik di lapangan maupun di
laboratorium telah dilaksanakan sejak awal Juli 2010.
Laporan yang berupa buku Kajian pengembangan
Perkebunan kakao Kabupaten Pidie Jaya ini antara lain memuat
informasi kondisi pertanaman, luas areal dan produksi existing
kakao, potensi areal untuk pengembangan, serta sejumlah
rekomendasi yang sudah cukup praktis untuk dilaksanakan.
Semoga laporan ini dapat memberikan arah dalam membangun
ekonomi masyarakat petani kakao di Kabupaten Pidie Jaya.
Kajian Pengembangan Perkebunan Kakao
Kabupaten Pidie Jaya, 2010 |x
Ucapan terimakasih disampaikan kepada Bappeda dan
Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Pidie Jaya yang
telah memberikan kepercayaan kepada Pusat Penelitian Kopi
dan Kakao Indonesia untuk melakukan kegiatan ini. Ucapan
serupa disampaikan kepada seluruh fihak yang telah membantu
sehingga kegiatan penyusunan buku ini dapat berjalan dengan
baik.
Direktur
Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia
I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Berlakunya Undang-Undang No 22 Tahun 1998 tentang
Otonomi Daerah, memberikan kewenangan yang sangat luas
kepada Pemerintah Daerah untuk menangani dan mengelola
pembangunan di daerah masing-masing. Menyikapi hal tersebut di
atas, Pemerintah Daerah Kabupaten Pidie Jaya telah menyusun
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten (RTRWK) untuk
digunakan sebagai acuan pembangunan wilayah, termasuk
penatagunaan lahan di seluruh wilayah kabupaten.
Tata ruang yang terdapat dalam RTRWK perlu
diimplementasikan lebih lanjut melalui kegiatan-kegiatan
pembangunan yang lebih konkrit. Pengembangan kakao rakyat
merupakan salah satu kegiatan yang dianggap sangat mendesak
untuk segera dilakukan karena kakao merupakan komoditas
penting yang menjadi sumber penghasilan bagi sebagian
masyarakat di Kabupaten Pidie Jaya. Dewasa ini jumlah keluarga
petani yang sumber pendapatannya dari kakao berjumlah 9.368
kepala keluarga (BAPPEDA, 2009).
Menurut BAPPEDA Kabupaten Pidie Jaya, pada tahun
2009 areal tanaman kakao di Kabupaten Pidie Jaya seluas 8.644
ha dengan produksi 2.362 ton. Areal tersebut tersebar di delapan
kecamatan, yakni Trienggadeng, Meureudu, Bandar Dua, Ulim,
Panteraja, Jangka Buya, Meurah Dua, dan Bandar Baru.
BAPPEDA provinsi Nangro Aceh Darussalam (NAD) menghendaki
nantinya Kabupaten Pidie Jaya dapat menjadi pusat kakao di
Provinsi NAD.
Kajian Pengembangan Perkebunan Kakao
Kabupaten Pidie Jaya, 2010 |2
1.3. Keluaran
Buku yang telah disusun ini memuat sejumlah bab berikut :
1. Peta kesesuaian lahan untuk pengembangan kakao,
2. Potensi areal per wilayah kecamatan,
3. Pola pengembangan kakao,
4. Pola budidaya kakao di kebun existing,
5. Penanganan pascapanen dan pengolahan hasil,
6. Kendala dalam berusahatani kakao
7. Rekomendasi untuk pengembangan kakao.
Kajian Pengembangan Perkebunan Kakao
Kabupaten Pidie Jaya, 2010 |4
Survei Tanah :
Survai tanah di lapangan dilakukan dengan menggunakan metode
grid. Lubang bor tanah dibuat di setiap areal pengembangan dan
areal kakao existing. Data-data yang diperoleh dari lubang bor
tanah ini, selanjutnya dianalisis dan digunakan untuk membuat
satuan peta tanah atau sistem lahan. Pada setiap satuan peta
tanah atau sistem lahan kemudian dibuat lubang tanah (profil pit)
dengan ukuran 1 m x 1,5 m x 1,5 m. Adapun data yang dicatat
terhadap sampel tanah yang diambil dari lubang profil ini meliputi:
Kedalaman, batas dan bentuk lapisan/horizon tanah
Warna matriks tanah
Warna, jumlah, ukuran dan kekontrasan motle (karatan)
Tekstur tanah
Kemantapan, ukuran dan bentuk struktur tanah
Konsistensi, kelekatan dan plastisitas tanah
Jumlah dan ukuran pori tanah
Konkresi, kandungan kerikil dan batu
Kajian Pengembangan Perkebunan Kakao
Kabupaten Pidie Jaya, 2010 |6
Kondisi perakaran
Informasi lain berkaitan dengan lingkungan sekitar
Langkah selanjutnya adalah melakukan analisis
laboratorium terhadap sampel-sampel tanah yang diambil dari
lubang bor dan lubang profil untuk mengetahui tingkat kesuburuan
tanahnya, baik kesuburan kimianya maupun kesuburan fisiknya.
Tabel 2.2. Jumlah desa sentra produsen kakao dan desa sampel
Kecamatan Desa kakao Jumlah sampel
Desa Persentase
Panteraja 6 2 33,33
Trienggadeng 13 6 46,15
Meureudu 4 2 50,00
Ulim 14 6 42,86
Jumlah/Rerata 74 32 47,67
2.3. Agronomi
Pengamatan aspek agronomis dilakukan dengan tujuan untuk
mengetahui kondisi fisik tanaman dan areal pertanaman kakao
yang ada. Pengumpulan data dilakukan melalui wawancara
dengan petani pemilik lahan serta observasi langsung di lapangan.
Secara umum parameter yang diamati meliputi :
Luas areal tanaman kakao, asal bahan tanam, dan tahun
tanam.
Populasi tanaman.
Kajian Pengembangan Perkebunan Kakao
Kabupaten Pidie Jaya, 2010 |9
Habitus tanaman.
Teknik budidaya tanaman kakao: pemupukan, pemangkasan,
pengelolaan seresah, pengendalian gulma.
Jenis tanaman penaung dan pengelolaannya.
Jenis hama, penyakit, tingkat serangannya serta cara
pengendalian yang sudah dilakukan petani.
Cara panen, frekuensi dan produktivitas kakao.
Penanganan pascapanen.
Pemasaran biji.
Data yang diperoleh dari hasil pengamatan tersebut dikaji lebih
lanjut untuk penyusunan rekomendasi tentang tindakan agronomis
yang perlu dilakukan agar tanaman kakao dapat tumbuh baik
dengan tingkat produktivitas yang optimal.
2.6. Kelembagaan
Buku Kajian Pengembangan Kakao yang disusun ini
memuat sistem pengembangan kawasan perkebunan yang
terpadu dan terkendali, sejak dari produksi (on farm), pascapanen
(off farm), hingga pemasaran (marketing). Untuk mencapai kondisi
yang demikian, perlu dibentuk suatu sistem tataniaga secara utuh
dan melembaga dari tingkat petani sampai eksportir atau pabrikan
sebagai tujuan pasar terakhir.
Pada studi aspek kelembagaan dilakukan pengkajian
terhadap mekanisme pemasaran kakao yang terjadi selama ini.
Mata rantai tataniaga kakao beserta pelaku-pelaku tataniaga
dipelajari secara seksama. Semakin panjang mata rantai tataniaga
kakao, semakin banyak pelaku tataniaga yang terlibat di
dalamnya. Hal ini menyebabkan harga yang sampai di tingkat
Kajian Pengembangan Perkebunan Kakao
Kabupaten Pidie Jaya, 2010 | 11
No Kecamatan Ke-
Kabupaten (Km) Provinsi (Km)
1 Bandar Baru 25 132
2 Panteraja 15 142
3 Trienggadeng 10 147
4 Meureudu 0 155
5 Meurah Dua 3 157
6 Ulim 5 159
7 Bandar Dua 9 164
8 Jangka Buya 11 166
Sumber : BAPPEDA Kabupaten Pidie Jaya (2009)
Kajian Pengembangan Perkebunan Kakao
Kabupaten Pidie Jaya, 2010 | 15
350
300
250
Hujan, mm
200
150
100
50
0
Jan Feb Nar Apr Mei Jun Jul Agt Sep Okt Nov Des
Hidrologi
< 8%
Tabel 4.2. Luas areal potensial untuk kakao di Pidie Jaya (ha)
Dua
Hara Hara
NO KECAMATAN makro pH mikro Tekstur
1 Bandar Dua S3 S3 S3 S1
2 Ulim S3 S3 S3 S1
3 Meurah Dua S3 S3 S3 S1
4 Meureudu S3 S3 S3 S2
5 Trenggadeng S3 S3 S3 S2
6 Panteraja S3 S3 S3 S1
7 Bandar Baru S3 S3 S3 S1
Semester 1 Semester 2
KECAMATAN SP
Urea SP 36 KCl Kapur Urea KCl Kapur
36
Bandar Dua 300 120 75 500 300 120 75 500
Ulim 300 105 75 500 300 105 75 500
Meurah Dua 300 120 200 500 300 120 200 500
Meureudu 300 105 75 500 300 105 75 500
Trenggadeng 300 105 75 500 300 105 75 500
Panteraja 300 120 75 500 300 120 75 500
Bandar Baru 300 110 200 500 300 110 200 500
Ekst
NH4-
Tekstur C N C/N Ekstrak NH4-OAc. 1 M pH 7 P2O5 OAc Ekst. HCl pH (1:2,5)
Lokasi Nilai Ekst. Mn 0,1 N H2O KCl
Pasir Debu Liat Na K Ca Mg Kation KTK KB Bray I Fe Total Cu Zn 1N
gram me %
Bandar Dua 23 45 32 1,63 0,18 9 0,23 5,30 3,58 1,87 10,98 14,97 73 3 5 192 2 1 5,2 4,9
Ulim 21 51 28 3,10 0,28 11 0,20 4,98 2,30 2,64 10,12 15,90 64 13 3 254 2 2 5,7 5,5
Meurah Dua 29 36 35 1,04 0,09 12 0,23 3,57 2,87 2,62 9,29 13,51 69 3 5 159 1 1 5,0 4,7
Meurah Dua 26 43 31 2,00 0,19 11 0,26 1,97 2,80 2,56 7,59 8,96 85 7 14 268 1 5 4,8 4,5
Meurah Dua 4 55 41 0,68 0,06 11 0,55 1,28 0,83 2,23 4,89 5,81 84 2 8 867 1 1 4,9 4,6
Meurah Dua 5 37 58 2,10 0,16 13 0,96 2,24 0,53 0,99 4,72 10,92 43 3 2 170 1 1 4,5 4,2
Meureudu 15 54 31 1,52 0,16 10 0,19 0,89 10,18 4,27 15,53 16,27 95 6 9 92 2 4 5,0 4,7
Meureudu 11 48 41 0,96 0,13 7 0,12 0,84 4,88 3,11 8,95 18,37 49 2 7 97 2 1 5,0 4,6
Trenggadeng 4 42 54 0,86 0,07 12 0,12 0,37 0,95 0,56 2,00 10,14 20 3 1 25 1 1 4,6 4,2
Trenggadeng 2 43 55 0,24 0,04 6 0,67 2,67 1,21 0,47 5,02 11,57 43 3 4 15 5 2 4,5 4,2
Trenggadeng 6 51 43 1,39 0,14 10 0,24 0,75 17,80 7,59 26,38 28,16 94 4 4 82 2 3 5,8 5,1
Panteraja 29 44 27 0,67 0,08 8 0,19 0,47 9,27 4,72 14,65 17,02 86 3 10 110 1 1 5,0 4,3
Panteraja 8 43 49 0,27 0,05 5 0,29 0,34 10,02 6,11 16,76 23,27 72 4 4 81 5 1 5,1 4,1
Kajian Pengembangan Perkebunan Kakao
Kabupaten Pidie Jaya, 2010 | 41
Tabel 4.5. Lanjutan
Bandar Baru 3 61 36 1,12 0,10 11 0,20 0,74 14,00 2,28 17,22 18,69 92 3 16 148 3 4 6,2 6,1
Bandar Baru 30 33 37 1,86 0,19 10 0,22 0,86 6,43 3,62 11,13 29,88 37 7 3 177 2 4 5,6 5,2
Bandar Baru 0 49 51 1,43 0,18 8 0,11 0,51 18,04 7,76 26,42 28,88 91 5 6 143 3 2 5,4 4,7
Bandar Baru 0 67 33 0,92 0,12 8 0,16 0,70 17,22 7,47 25,55 27,62 93 2 12 176 3 1 5,1 4,1
Bandar Baru 7 41 52 1,13 0,15 8 0,24 1,00 15,58 6,54 23,36 29,40 79 6 6 166 3 2 5,4 4,9
Bandar Baru 6 40 54 0,48 0,08 6 0,19 0,30 9,74 3,25 13,48 32,75 41 3 11 148 2 1 5,3 4,6
Bandar Baru 3 44 53 0,36 0,05 7 0,16 1,05 13,08 5,21 19,50 34,26 57 3 6 88 8 1 5,5 4,5
Kajian Pengembangan Perkebunan Kakao
Kabupaten Pidie Jaya, 2010 | 42
Persentase
58 45 27 69 92 63 95 58
Swadaya
(ha) 2.153 1.186 1.131 355 109 379 19 5.332
Persentase
42 55 73 31 8 37 5 42
Jumlah
(ha) 5.121 2.151 1.555 1.145 1.287 1.032 409 12.700
Variabel Kecamatan
Bandar Baru Panteraja Trienggadeng Meureudu Meurah Dua Ulim Bandar Dua
Rerata luas, Ha 1,0 1 1,5 1,5 ha 1,0 1-3 ha 1,0
Populasi, pohon/ha 900 900 900 900 pph 900 800 pph 900
Tahun Tanam 2007 2008 2008 2007 2008 2008 2007
Jarak Tanam, m 3,5 x 3m 3x3 3x3m 3 x 4m 3x3m 3x3, 4x3m 3,5 x 3m
Asal Bahan Tanam Dinas Dinas Dinas Dinas dinas Dinas Dinas
Kondisi Tanaman sedang Sedang, kurus-subur sedang kurus Sedang Sedang
Kahat N ringan-sedang ringan berat-sedang 20% populasi berat sedang ringan-sedang
Tanaman Penaung
Jenis Gamal, pinang Gamal, kelapa, Gamal, pisang Gamal, pinang Gamal Gamal, Gamal, pinang
Pisang campuran
Jarak Tanam Gamal 6 x 6m Gamal 6 x 6 6x6m 3x6m, tidak teratur 6x6m 6x6m, tidak Gamal 6 x 6
teratur
Fungsi penaungan Cukup - kurang Cukup Kurang Cukup Kurang Lebih - kurang Cukup - kurang
Pemeliharaan Tidak Tidak Ada Tidak Kurang-tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak
Kajian Pengembangan Perkebunan Kakao
Kabupaten Pidie Jaya, 2010 | 53
Variabel Kecamatan
Bandar Baru Panteraja Trienggadeng Meureudu Meurah Dua Ulim Bandar Dua
Pangkasan Kakao
Pangkas ben tuk Dilakukan Dilakukan Dilakukan Dilakukan Dilakukan Dilakukan Dilakukan
Pangkas Dilakukan Belum Belum Belum Belum Tidak, rimbun Tidak teratur
pemeliharaan
Frekuensi mewiwil Tidak teratur Tidak 1-2 minggu sekali 1-2 minggu sekali 1 minggu 1 minggu Tidak teratur
Tinggi Tanaman, m 1-4m 1-2m 1-2 m 1-2m 1-1,5m <4 m 1-4m
Cabang Overlaping Sedikit Tidak Ada Kurang Tidak ada Tidak ada Banyak Sedikit
Pemupukan
Frekuensi Tidak 2 x sejak tanam Tidak Sekali Tidak Awal proyek Tidak
Waktu -- Desember -- Mar-10 -- - --
Jenis -- Urea/Organik -- NPK -- Urea, organik --
Dosis -- Tidak ada -- 150 g/pohon -- Sapi/itik --
Cara -- Sebar dl parit -- Sebar dl parit -- --
keliling tanaman keliling tanaman
Kajian Pengembangan Perkebunan Kakao
Kabupaten Pidie Jaya, 2010 | 54
Kecamatan
Variabel
Bandar Baru Panteraja Trienggadeng Meureudu Meurah Dua Ulim Bandar Dua
Pembuahan
Kondisi Pembuahan bunga-pentil Belajar berbuah belajar berbuah Bunga, pentil kosong Kosong - pentil belajar berbunga
Tanaman Berbuah 30% 10% 10% 30% -- 30-50% 30%
Frekuensi Panen 1-3 kali/bln -- -- 1 minggu -- 1-3 kali/bln --
Hasil/panen -- -- -- 5-10 buah -- -- --
Produksi, kg/ha/th 15 -- 10 15 0 10 --
Bulan Penen Besar Jan-Feb, Mei, Juni -- Jan-Feb, Mei, Juni Jan-Feb, Mei, Juni -- Jan-Feb, Mei, --
Juni
Bulan Panen Kecil Juli-Sept -- Juli-Sept Juli-Sept -- Juli-Sept --
Kulit Buah Dikumpul di kebun -- Ditumpuk Tersebar di kebun -- Ditumpuk --
Fermentasi 1 malam -- 1 malam 1 malam dl karung -- Tidak --
Penjemuran,, hari 2 -- 2 3 -- 2 --
Pemasaran Pedagang -- Pedagang Pedagang -- Pedagang --
pengumpul pengumpul pengumpul pengumpul
Harga, Rp/kg 15000 -- 22,000 18,000 -- 16000-20000 --
Kajian Pengembangan Perkebunan Kakao
Kabupaten Pidie Jaya, 2010 | 55
Variabel Kecamatan
Bandar Baru Pantareja Trienggadeng Meureudu Meurah Dua Ulim Bandar
Dua
Hama
1. Babi/Kera Tidak ada Ringan Berat Sedang tidak Tidak ada Tidak
Pengendalian -- tidak Diusir Diburu -- -- -- --
2. PBK 50 % ringan-sedang Tidak Tidak Tidak ada Tidak Tidak ada Tidak
Pengendalian Tidak ada -- -- -- -- -- ---
3. Tikus/Tupai Sedang-Berat Tidak Ringan Sedang Tidak Tidak ada Tidak
Pengendalian Tidak ada --- Tidak Ditembak -- -- ---
4. Penggetrek batang Tidak Tidak Tidak Ringan Tidak Tidak Tidak
Pengendalian -- --- --- Lubang disumbat kayu -- -- -- ---
Penyakit
1. Busuk buah Tidak Tidak Tidak Ringan, 10% buah Tidak Tidak Tidak
terserang
Pengendalian -- -- miring buah busuk -- -- -- --
diturunkan
2. Marasmius sp Tidak Tidak tidak Tidak ada Tidak tidak Tidak
Pengendalian -- -- --- -- -- -- -- -- --
Kajian Pengembangan Perkebunan Kakao
Kabupaten Pidie Jaya, 2010 | 56
Gulma
Jenis Rumputan rumputan Rumputan Rumputan Belukar -- Tidak Ada
Pengendalian manual tidak manual, Ditebas tidak --- Ada
herbisida
Seresah Tidak ada tidak Tidak ada Tipis Tidak ada Tidak ada Ada
Topografi Miring <8% Miring Miring Miring miring >15% Miring Miring
Terasering Tidak Ada tidak tidak Individu tidak tidak Tidak Ada
Kajian Pengembangan Perkebunan Kakao
Kabupaten Pidie Jaya, 2010 | 57
22
32
Berat, %
Sedang, %
Ringan, %
11
Bebas, %
35
450
400
350
Hasil (kg biji kering)
300
250
200
150
100
50
0
Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agt Sep Okt Nov Des
10
100%
90%
80% 40
70% Sejahtera
60% Sedang
50% Miskin
40% 50
30%
20%
10%
0%
1
Tabel 5.8. Peran pendapatan petani dari kakao terhadap kesejahteraan keluarga
Keterangan :
Bertahan Hidup :
Pendapatan petani hanya cukup untuk memenuhi kebutuhan dasar
minimum (setara garis kemiskinan), tetapi mereka tidak memiliki
pendapatan untuk memelihara dan menanam ulang kebun
Produksi :
Pendapatan petani hanya cukup untuk memenuhi kebutuhan dasar
minimum (setara garis kemiskinan) dan untuk memelihara kebun tetapi
mereka tidak memiliki pendapatan untuk meremajakan kebun
Reproduksi Ekonomi :
Pendapatan petani hanya cukup untuk memenuhi kebutuhan dasar
minimum (setara garis kemiskinan), memelihara kebun, menanam ulang
kebun, tetapi mereka belum sejahtera
Reproduksi Sosial Ekonomi :
Kajian Pengembangan Perkebunan Kakao
Kabupaten Pidie Jaya, 2010 | 75
Pendapatan petani cukup untuk memenuhi kebutuhan dasar minimum
(setara garis kemiskinan), memelihara kebun, menanam ulang kebun,
dan mereka dapat hidup sejahtera (makanan, rumah, kesehatan, dan
pendidikan anak-anak) atau setara target pemerintah US $
2.500/KK/Tahun
14000 13973.5
12000
Areal cadangan, ha
10000
8000
6000
4471.5
3762
4000 3093
1195 939
2000 459
54
0
Ulim
Total
Panteraja
Meureudeu
Meurah dua
Trienggadeng
Bandar Baru
Bandardua
Gambar 5.4. Potensi areal cadangan untuk kakao.
Catatan: * Terutama tidak dipupuk, tidak dibersihkan, dan hampir tidak dipangkas
KECAMATAN
Mutu
Biji Kakao Contoh biji Potongan
Standar kakao
Kadar Air 10 % 18 % -8%
Kotoran 5% 10 % -5%
Biji berjamur 3% 10 % -7%
Jumah biji 110 120 - 10 %
Total potongan (%) -30%
30000
18252
20000 11841
10000
0
2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008
4200
4000
3800
3600
3400
2008/098 2009/10 2010/11 2011/12 2012/13
Periode
Tabel 7.1. Produksi biji kakao dunia (ribu ton) dan posisi
Indonesia di percaturan kakao dunia
Negara
Penghasil 2007/2008 2008/2009 2009/2010 (Estimasi)
Biji Kakao Dunia
Afrika: 2683 72,2% 248 69,9% 2492 69,3%
8
Kamerun 185 210 200
Pantai Gading 1382 122 1200 33,36%
3
Ghana 729 662 675
Nigeria 220 240 260
Lain-lain 167 153 157
3.5
Harga, US$ per kg
2.5
1.5
0.5
0
60
62
64
66
68
70
72
74
76
78
80
82
84
86
88
90
92
94
96
98
00
02
04
06
08
Jaya meningkat pesat, yaitu dari 127.959 jiwa pada tahun 2006
menjadi 143.957 jiwa pada tahun 2008. Peningkatan penduduk di
Pidie Jaya terjadi hampir di semua kecamatan, kecuali di Bandar
Baru yang keadaannya justru menurun, yaitu dari 42.176 jiwa
pada tahun 2007 menjadi 33.192 jiwa pada tahun 2008.
150,000
143,957
145,000 141,786
140,000
125,000
120,000
115,000
2004 2005 2006 2007 2008
100%
90%
80%
70%
60%
Lain-lain
50%
PNS
40%
Nelayan
30% 24,672 4,742 10,836 10,869 5,657 6,828 4,307 13,859
Petani
20%
10%
0%
ru ja ng u a m a a
Ba Ra da ud Du Uli uy Du
dar an te
gga eure ur ah kaB n dar
Ba
n P en M Me ng Ba
Tri Ja
Jumlah
4.940 805 2.113 426 969 1.364 1.772 12.389
(KK)
Sumber : Data Primer melalui Focus Group Discussion di tingkat desa
Kajian Pengembangan Perkebunan Kakao
Kabupaten Pidie Jaya, 2010 | 108
100%
490 95 155 4,062
90% 1,385 690 609 638
80%
70%
60%
50%
40%
3,555 1,623 710 271 8,327
30% 1,082 360 726
20%
10%
0%
ru ng ua ud
u
Uli
m
Ra
ja
Du
a tal
Ba de rD To
dar gga da eure n te ura
h
Ba
n en Ba
n M Pa Me
Tri
Petani Kakao dalam Desa (KK) Petani Kakao Luar Desa (KK)
Gambar 7.6. Jumlah petani kakao di dalam desa dan dari luar
desa.
1 Bandar Baru 8 43
2 Panteraja 2 10
3 Trienggadeng 5 27
4 Meurah Dua 3 19
5 Meureudu 4 30
6 Ulim 5 30
7 Bandar Dua 5 45
Penguasaan Kebijakan/Program
Modal Finansial Lembaga Keuangan
(Bank/Non Bank)
Gambar 7.7. Pengembangan Kapasitas Petani dalam Program Peningkatan Produktivitas dan Kualitas Kakao.
Kajian Pengembangan Perkebunan Kakao
Kabupaten Pidie Jaya, 2010 | 126
VIII. KESIMPULAN
IX. REKOMENDASI
9.1. Teknis
Sasaran pembangunan perkebunan kakao Kabupaten
Pidie Jaya dapat dibagi dalam tiga tahapan yaitu sasaran
jangka pendek, jangka menengah dan jangka panjang. Pada
masing-masing tahapan tersebut ditetapkan sasaran yang akan
dicapai dari kegiatan pembangunan perkebunan kakao. Pada
tahap awal yang menjadi sasaran utama adalah meningkatkan
produktivitas dan kualitas hasil. Selanjutnya, peningkatan
pendapatan melalui diversifikasi horizontal menjadi sasaran
pokok disamping secara terus menerus melakukan peningkatan
mutu produk dan ekstensifikasi kebun kakao akan mendapat
perhatian yang berimbang. Pada masa 15 20 tahun ke depan
diharapkan bahwa kabupaten Pidie Jaya dengan sumberdaya
alamnya dan sumberdaya manusianya yang potensial akan
menjadi sentra kakao regional (tingkat NAD), dengan
menghasilkan kakao yang bermutu tinggi sesuai dengan SNI
01-2323-2008, mempunyai tingkat produktivitas kakao 1.500
kg/ha/th. Pendapatan per kapita diharapkan dapat mencapai
Rp 30 juta/th/KK. Untuk mencapai sasaran tersebut perlu ada
tahapan pencapaian melalui program jangka pendek,
menengah dan panjang.
Pada saat ini, perluasan kebun yang dilakukan oleh petani
semakin mendekati wilayah hutan dengan kemiringan yang
semakin besar. Realitas tersebut perlu pengawalan yang lebih
intensif dari pemerintah agar pengembangan dan pengelolan
Kajian Pengembangan Perkebunan Kakao
Kabupaten Pidie Jaya, 2010 | 131
9.2. Kebijakan
Kebijakan jangka panjang, diperlukan Gerakan
Peningkatan Produksi dan Kualitas Kakao Secara
Berkelanjutan. Bentuk konkritnya adalah membangun
demoplot-demoplot teknologi terpadu onfarm dan off farm di
tingkat kecamatan selanjutnya di tingkat desa-desa kakao.
Teknologi onfarm antara lain integrasi kakao-ternak,
pengelolaan limbah, teknologi budidaya kakao termasuk
rehabilitasi tanaman, pengendalian hama dan penyakit. SOP
(Standar Operasional Prosedur) pengendalian PBK, rehabilitasi
tanaman, dan teknologi pembuatan pakan dari limbah kakao,
disampaikan dalam lampiran.
Kebijakan teknis jangka pendek yang direkomendasikan
adalah peran langsung dari pemerintah daerah khususnya
dinas yang terkait dengan perkebunan. Setelah memperhatikan
kondisi pertanaman di lapangan dan harapan dari para
pekebun responden, maka ada dua hal yang segera
diharapkan:
a) Diperlukan gerakan pemangkasan kakao guna
meningkatkan produksi dan menekan serangan hama
dan penyakit. Pekebun yang sudah terampil melakukan
pemangkasan, perlu dilibatkan secara aktif dengan
imbalan yang layak. Melalui gerakan ini, efek terhadap
produksi sudah akan kelihatan enam bulan berikutnya.
Kajian Pengembangan Perkebunan Kakao
Kabupaten Pidie Jaya, 2010 | 138
Pola Sentralisasi
Dalam pola sentralisasi, seluruh proses pengolahan kakao biji
dan dilakukan oleh kelompok tani atau KUP secara
tersentralisasi. Dalam hal ini petani hanya menyetor buah
kakao atau biji kakao basah, sedangkan proses selanjutnya
menjadi tanggung jawab Kelompok Tani atau KUP.
Pembayarannya diperhitungkan setelah kakao hasil olahan
terjual.
Pola Desentralisasi
Dalam pola ini sebagian proses pengolahan dilakukan oleh
Kelompok Tani atau KUP dan sebagian proses lainnya
dilakukan oleh masing-masing petani pemilik kakao. Pada tipe
ini petani membawa kakao biji yang sudah difermentasi ke unit
pengolahan milik Kelompok Tani atau KUP untuk dilakukan
Kajian Pengembangan Perkebunan Kakao
Kabupaten Pidie Jaya, 2010 | 149
X. DAFTAR PUSTAKA
Lampiran 1. (Lanjutan)
Aki Abah Dayah Jijiem Sarah Blang Kayee Blang Blang Blang
Neungoh Lueng Langien Panyang Sukon Jatoe Baro Iboh Krueng
3 TBM, Ha 20 110 0 30 5 43 57 20 35 15
APBA,2007 0 0 0 0 0 35 0 0 0 0
APBA,2008 0 110 0 30 0 0 37 0 30 15
OTSUS,2009 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
BANTUAN JEPANG 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Swadaya 20 0 0 0 5 8 20 20 5 0
4 TANAMAN RUSAK, Ha 290 161 39 69 62 17 284 65 60 55
PRPTE,1982 0 0 0 0 0 0 32 0 0 0
PRPTE,1983 0 0 0 0 0 0 24 0 0 0
P2WK,1992 20 20 0 9 5 0 35 0 0 0
P2WK,1994 10 10 8 0 15 0 30 5 10 10
P2RT,1996 10 15 11 0 5 0 30 0 0 10
P2RT,1998 20 0 0 0 10 5 23 10 20 10
PENGHIJAUAN,1995 0 0 0 0 0 2 60 5 0 0
OECF,2000 50 15 0 0 0 0 0 0 15 0
APBA,2007 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
APBA,2008 0 21 0 10 0 5 10 0 10 10
OTSUS,2009 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
BANTUAN JEPANG 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Swadaya 180 80 20 50 27 5 40 45 5 15
5 TOTAL AREAL , ha 720 460 80 279 200 262 559 215 185 130
Kajian Pengembangan Perkebunan Kakao
Kabupaten Pidie Jaya, 2010 | 153
Lmpiran 1. (Lanjutan)
Aki Abah Dayah Jijiem Sarah Blang Kayee Blang Blang Blang
Neungoh Lueng Langien Panyang Sukon Jatoe Baro Iboh Krueng
6 KK DALAM DESA 38 95 92 156 89 314 371 174 126 46
7 KK PETANI KAKAO 38 95 90 146 89 314 340 169 120 44
DALAM DESA
8 KK PETANI KAKAO 567 305 5 90 140 20 25 30 10 15
LUAR DESA
9 LUAS KAKAO 600 320 3 15 230 15 25 40 8 10
LUAR DESA, Ha
Kajian Pengembangan Perkebunan Kakao
Kabupaten Pidie Jaya, 2010 | 154
Lampiran 1. (Lanjutan)
DESA
KLASIFIKASI Tanoh Alue Ujong Tua Sagoe Cot Dayah Bale Teungoh Baroh Paru Paru
Mirah Leubat lada Langien Langien Langien Musa Musa Musa Keude Cot
1 TM <25 TAHUN, Ha 20 52 105 58 140 72 50 137 135 172 120 60
Program,Tahun
P2WK,1992 0 0 15 0 25 15 0 30 0 20 0 0
P2WK,1994 10 12 15 30 20 15 20 20 15 20 0 30
P2RT,1996 0 0 0 0 20 22 0 25 0 30 0 0
P2RT,1998 0 15 0 20 25 10 10 20 20 25 0 20
PENGHIJAUAN,1995 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
OECF,2000 0 0 0 0 10 0 0 25 0 20 0 0
APBA,2007 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
BRR,2007 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
APBA,2008 0 0 5 0 0 5 0 2 0 17 0 0
OTSUS,2009 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
BANTUAN JEPANG 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 20 0
Swadaya 10 25 70 8 40 5 20 15 100 40 100 10
2 TM >25 TAHUN, Ha 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 10 0
Program,Tahun
PRPTE,1982 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 10 0
PRPTE,1983 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Swadaya 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Kajian Pengembangan Perkebunan Kakao
Kabupaten Pidie Jaya, 2010 | 155
Lampiran 1. (Lanjutan)
Tanoh Alue Ujong Tua Sagoe Cot Dayah Bale Teungoh Baroh Paru Paru
Mirah Leubat lada Langien Langien Langien Musa Musa Musa Keude Cot
3 TBM, Ha
APBA,2007 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
APBA,2008 0 0 15 0 0 20 0 19 0 0 0 0
OTSUS,2009 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 12.5 0
BANTUAN JEPANG 0 15 0 0 0 0 0 0 0 0 10 0
Swadaya, 0 0 0 0 15 0 0 0 0 10 15 0
4 TANAMAN RUSAK, Ha 5 18 45 42 105 113 50 59 123 78 80 50
Program,Tahun
PRPTE,1982 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 16 0
PRPTE,1983 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
P2WK,1992 0 0 15 0 15 20 0 15 0 15 0 0
P2WK,1994 5 3 15 20 10 15 20 10 15 10 0 30
P2RT,1996 0 0 0 0 15 28 0 10 0 15 0 0
P2RT,1998 0 5 0 20 20 30 10 5 20 5 0 10
PENGHIJAUAN,1995 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
OECF,2000 0 0 0 0 10 0 0 5 0 10 0 0
APBA,2007 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
APBA,2008 0 0 5 0 0 15 0 4 0 3 0 0
OTSUS,2009 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
BANTUAN JEPANG 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 20 0
Swadaya, Tahun 0 10 10 2 35 5 20 10 88 20 44 10
5 TOTAL AREAL KAKAO, Ha 25 85 165 100 260 205 100 215 258 260 247.5 110
Kajian Pengembangan Perkebunan Kakao
Kabupaten Pidie Jaya, 2010 | 156
Lampiran 1. (Lanjutan)
Tanoh Alue Ujong Tua Sagoe Cot Dayah Bale Teungoh Baroh Paru Paru
Mirah Leubat lada Langien Langien Langien Musa Musa Musa Keude Cot
6 TOTAL KK DALAM DESA 40 120 130 140 269 140 190 220 332 370 620 180
7 KK PETANI KAKAO DALAM DESA 36 100 120 108 208 110 120 170 248 320 465 105
8 KK PETANI KAKAO LUAR DESA 0 5 2 10 10 15 15 29 30 22 20 20
9 LUAS KAKAO DI LUAR DESA, Ha 0 4 1 10 7 10 10 25 20 20 15 20
Kajian Pengembangan Perkebunan Kakao
Kabupaten Pidie Jaya, 2010 | 157
Lampiran 2. Areal Kakao di kecamatan Panteraja
NO KLASIFIKASI DESA
Tunong Teu Lhok Tu Muka Hagu
ngoh Puuk Blang
1 TM<25 TAHUN, Ha 170 50 72 32 255 23
Program,Tahun
P2WK,1992 15 0 0 0 30 0
P2WK,1994 25 10 0 0 35 0
P2RT,1996 35 10 0 14 20 5
P2RT,1998 0 0 0 0 0 0
PENGHIJAUAN,1995 0 0 0 0 0 0
OECF,2000 40 15 0 0 20 3
APBA,2007 30 0 0 0 0 0
BRR,2007 0 0 15 3 10 0
APBA,2008 0 0 17 0 0 0
OTSUS,2009 0 0 0 0 0 0
BANTUAN JEPANG 0 0 0 0 0 0
Swadaya 25 15 40 15 140 15
2 TM> 25 TAHUN, Ha 0 0 7 0 0 0
Program,Tahun
PRPTE,1982 0 0 7 0 0 0
PRPTE,1983 0 0 0 0 0 0
Swadaya 0 0 0 0 0 0
3 TBM, Ha 10 0 0 0 15 10
Program,Tahun
APBA,2007 0 0 0 0 0 0
APBA,2008 10 0 0 0 15 0
OTSUS,2009 0 0 0 0 0 0
BANTUAN JEPANG,2008 0 0 0 0 0 10
Swadaya 0 0 0 0 0 0
Kajian Pengembangan Perkebunan Kakao
Kabupaten Pidie Jaya, 2010 | 158
Lampiran 2. (Lanjutan)
Swadaya, Tahun 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
3 TBM, Ha 311 0 0 0 5 35 35 0 0 0
Program,Tahun
APBA,2007 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
APBA,2008 61 0 0 0 5 35 15 0 0 0 0 30 0
Kajian Pengembangan Perkebunan Kakao
Kabupaten Pidie Jaya, 2010 | 161
5 TOTAL AREAL KAKAO, Ha 411 300 210 110 100 265 197 50 210 73 100 90 35
6 JUMLAH TOTAL KK 278 349 104 196 142 107 196 103 130 320 245 100 243
DALAM DESA
7 JUMLAH KK PETANI 268 255 90 112 50 80 170 72 120 115 150 26 115
KAKAO DALAM DESA
8 JUMLAH KK PETANI 20 30 188 20 5 20 30 8 90 20 25 24 10
KAKAO LUAR DESA
9 LUAS KAKAO LUAR 40 30 100 20 5 20 30 8 90 20 15 12 5
DESA, Ha
Kajian Pengembangan Perkebunan Kakao
Kabupaten Pidie Jaya, 2010 | 163
Lampiran 4. Areal kakao di Kecamatan Meureudu
DESA
NO. KLASIFIKASI Lampoh Blang Glumpang Meunasah
Lada Awe Tutong Mulieng
1 TM < 25 TAHUN, Ha 120 88 185 180
Program,Tahun
P2WK,1992 25 0 0 0
P2WK,1994 0 0 0 0
P2RT,1996 0 0 0 0
P2RT,1998 0 0 0 0
PENGHIJAUAN,1995 0 0 0 0
OECF,2000 0 0 0 0
APBA,2007 0 0 175 0
BRR,2007 0 0 0 0
APBA,2008 75 75 0 0
OTSUS,2009 0 0 0 0
BANTUAN JEPANG 0 0 0 0
Swadaya, Tahun 20 13 10 180
2 TM > 25 TAHUN, Ha 0 25 0 0
Program,Tahun
PRPTE,1982 0 0 0 0
PRPTE,1983 0 25 0 0
Swadaya, 0 0 0 0
3 TBM, Ha 120 130 40 95
Program,Tahun
APBA,2007 0 25 0 0
APBA,2008 90 90 40 45
OTSUS,2009 0 0 0 0
BANTUAN JEPANG 0 0 0 0
Swadaya, 30 25 0 50
Kajian Pengembangan Perkebunan Kakao
Kabupaten Pidie Jaya, 2010 | 164
Lampiran 5. (Lanjutan)
NO KLASIFIKASI DESA
Lancok Seunong Sarah Lok
Mane Sandeng
4 Tanaman Rusak, Ha 24 41 16 48
Program,Tahun
PRPTE,1982 9 0 0 0
PRPTE,1983 0 0 0 0
P2WK,1992 0 0 0 0
P2WK,1994 0 0 0 0
P2RT,1996 0 0 0 0
P2RT,1998 0 0 0 0
PENGHIJAUAN,1995 0 0 0 0
OECF,2000 0 0 0 0
APBA,2007 0 0 0 0
APBA,2008 15 40 14 48
OTSUS,2009 0 0 0 0
BANTUAN JEPANG 0 0 0 0
Swadaya, 0 1 2 0
DESA
No. Pantang Nangroe Meunasah Bidok Cot M. Ulim Blang Alue Blang Nangrhoe Meunasah Balee Lhok Reu-
KLASIFIKASI Cot Timu Mesjid Seutui Tunong Cari Keumiki Rheue Barat Kumbang Ulim Gajah leut
Baloi
1 TM <25 TAHUN, Ha 11 11 89 29 42 7 19 31 36 30 11 23 33 28
Program,Tahun
P2WK,1992 0 0 0 18 0 0 0 23 0 23 0 18 0 0
P2WK,1994 0 0 0 0 19 0 0 0 0 0 0 0 0 0
P2RT,1996 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
P2RT,1998 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
PENGHIJAUAN,1995 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
OECF,2000 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
APBA,2007 0 0 76 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
BRR,2007 0 0 0 0 0 5 0 0 0 0 5 5 0 0
APBA,2008 6 6 13 11 17 0 6 8 23 7 0 0 23 11
OTSUS,2009 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
BANTUAN JEPANG 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Swadaya 5 5 0 0 6 2 13 0 13 0 6 0 10 17
Kajian Pengembangan Perkebunan Kakao
Kabupaten Pidie Jaya, 2010 | 168
Lampiran 6. (lanjutan)
DESA
No KLASIFIKASI Pantang Nangroe Meunasah Bidok Cot M. Ulim Blang Alue Blang Nangrhoe Meunasah Balee Lhok Reu-
Cot Timu Mesjid Seutui Tunong Cari Keumiki Rheue Barat Kumbang Ulim Gajah leut
Baloi
2 TM> 25 TAHUN, Ha 17 0 0 31 0 0 0 0 0 21 0 0 0 0
Program,Tahun
PRPTE,1982 0 0 0 31 0 0 0 0 0 21 0 0 0 0
PRPTE,1983 17 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Swadaya 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
3 TBM, Ha 26 37 27 27 30 1 30 39 110 37 1 0 121 29
Program,Tahun
APBA,2007 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
APBA,2008 26 37 27 27 30 0 30 39 110 37 0 0 118 29
OTSUS,2009 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
BANTUAN JEPANG 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Swadaya 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 1 0 3 0
4 TANAMAN RUSAK, 26 18 34 19 24 0 18 20 31 27 0 7 69 10
Ha
Program,Tahun
PRPTE,1982 0 0 0 10 0 0 0 0 0 9 0 0 0 0
PRPTE,1983 8 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
P2WK,1992 0 0 0 7 0 0 0 7 0 2 0 7 0 0
Kajian Pengembangan Perkebunan Kakao
Kabupaten Pidie Jaya, 2010 | 169
Lampiran 6. (Lanjutan)
Pantang Nangroe Meunasah Bidok Cot M. Blang Alue Blang Nangrhoe Meunasah Balee Lhok Reuleut
Cot Timu Mesjid Seutui Ulim Cari Keumiki Rheue Barat Kumbang Ulim Gajah
Baloi Tunong
P2WK,1994 0 0 0 0 11 0 0 0 0 0 0 0 0 0
P2RT,1996 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
P2RT,1998 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
PENGHIJAUAN,1995 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
OECF,2000 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
APBA,2007 0 0 24 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
APBA,2008 0 17 10 2 13 0 14 13 27 16 0 0 69 10
OTSUS,2009 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
BANTUAN JEPANG 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Swadaya 18 1 0 0 0 0 4 0 4 0 0 0 0 0
5 TOTAL AREAL 80 66 150 106 96 8 67 90 177 115 12 30 223 67
KAKAO, Ha
6 JUMLAH TOTAL KK 117 210 77 84 62 57 46 19 38 212 87 210 22 78
DALAM DESA
7 KK PETANI KAKAO 73 73 77 84 62 22 43 19 38 100 27 43 22 43
DALAM DESA
8 KK PETANI KAKAO 11 0 73 26 45 0 27 78 139 25 0 0 188 26
LUAR DESA
9 LUAS KEBUN KAKAO 11 0 73 26 51 0 27 71 0 25 0 0 188 26
PETANI DI LUAR
DESA, Ha
Kajian Pengembangan Perkebunan Kakao
Kabupaten Pidie Jaya, 2010 | 170
2 TM>25 TAHUN, Ha 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Program,Tahun
PRPTE,1982 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
PRPTE,1983 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Swadaya, 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Kajian Pengembangan Perkebunan Kakao
Kabupaten Pidie Jaya, 2010 | 172
Lampiran 7. (Lanjutan)
Alue Gaharu Lhok Paya Pisang Cot Kumba Jeulanga Blang Cot Krueng Merandeh
Sane Pusong Klat Gereufai Barat Mirou Keng Kiran Alue
3 TBM, Ha 20 189 98 301 0 370 0 35 38 136 0
Program,Tahun
APBA,2007 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
APBA,2008 20 164 0 0 0 0 0 23 38 136 0
OTSUS,2009 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
BANTUAN JEPANG 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Swadaya, 0 25 98 301 0 370 0 12 0 0 0
4 TANAMAN RUSAK, Ha 8 8 9 6 3 11 2 6 19 4 4
Program,Tahun
PRPTE,1982 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
PRPTE,1983 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
P2WK,1992 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
P2WK,1994 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
P2RT,1996 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 4
P2RT,1998 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
PENGHIJAUAN,1995 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
OECF,2000 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Kajian Pengembangan Perkebunan Kakao
Kabupaten Pidie Jaya, 2010 | 173
Lampiran 7. (Lanjutan)
Alue Gaharu Lhok Paya Pisang Cot Kumba Jeulanga Blang Cot Krueng Merandeh
Sane Pusong Klat Gereufai Barat Mirou Keng Kiran Alue
APBA,2007 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
APBA,2008 4 8 0 0 0 0 0 4 12 0 0
OTSUS,2009 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
BANTUAN JEPANG 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Swadaya, 4 0 9 6 3 11 2 2 7 4 0
5 TOTAL AREAL KAKAO,
Ha 36 209 119 330 35 501 15 59 72 156 23
6 TOTAL KK DALAM
DESA 179 133 114 289 73 295 206 122 55 104 362
7 KK PETANI KAKAO
DALAM DESA 56 124 110 203 69 221 25 80 50 98 46
8 KK PETANI KAKAO
LUAR DESA 0 88 22 43 0 403 0 26 43 65 0
9 LUAS KAKAO DI
LUAR DESA, Ha 0 79 24 21 0 199 0 26 48 65 0
Kajian Pengembangan Perkebunan Kakao
Kabupaten Pidie Jaya, 2010 | 174
Lampiran 8. Daftar desa sampel untuk survei kakao existing
KECAMATAN DESA KAKAO DESA SAMPEL
MEUREUDU Meunasah Mulieng Meunasah Mulieng
Lampoh Lada Blang Awe
Glumpang Tutong
Blang Awe
MEURAH DUA Seunong Lhok Sandeng
Lhok Sandeng Srah Mane
Srah Mane Lancok
Lancok
PANTE RAJA Lhok Puuk Teungoh Musa
Teungoh Musa Tunong
Tunong
Muka Blang
Tu
Hagu
TRIENGGADENG Panton Raya Pelandok Teunong
Peulandok Tunong Pelandok Tengah
Peulandok Teungoh Rawasari
Dayah Ujung Baroh Deayah Ujung Baru
Dayah Teumanah Dayah Teumanah
Tampui Tampui
Reusep
Mesjid Peuduek
Cot Makaso
Pelandok Baroh
Mee Peuduk
Dee
Tuha
Kajian Pengembangan Perkebunan Kakao
Kabupaten Pidie Jaya, 2010 | 175
Lampiran 8. (Lanjutan)
Lampiran 9. (Lanjutan)
b. Bahan:
Pupuk urea 250 kg 1.700 425.000
SP36 150 kg 2.140 321.000
Pupuk KCl 150 kg 5.200 780.000
Pestisida 2 liter 45.000 90.000
Herbisida 4 kiter 65.000 260.000
Plastik & karet 11,250 buah 50 562.500
c. Peralatan:
Cangkul 0.5 buah 70.000 35.000
Garpu 0.5 buah 60.000 30.000
Parang 0.25 buah 50.000 12.500
Pisau 0.5 buah 30.000 15.000
Keranjang buah kakao 1 buah 30.000 30.000
Alat penyarungan 1 buah 30.000 30.000
Kajian Pengembangan Perkebunan Kakao
Kabupaten Pidie Jaya, 2010 | 183
Lampiran 12. (lanjutan)
b. Bahan:
Pupuk urea 100 kg 1.700 170.000
Pupuk SP 36 20 kg 2.140 42.800
Pupuk KCl kg 5.200 -
Pestisida 4 liter 45.000 180.000
Plastik & karet -
c. Peralatan:
Cangkul 0.5 buah 70.000 35.000
Garpu 0.5 buah 60.000 30.000
Parang 0.25 buah 50.000 12.500
Pisau 0.5 buah 30.000 15.000
Keranjang buah kakao 1 buah 30.000 30.000
Lainnya (penyarungan) -
Kajian Pengembangan Perkebunan Kakao
Kabupaten Pidie Jaya, 2010 | 185
Lampiran 13. (lanjutan)
d. Biaya lainnya (PBB dll) 1 buah 50.000 50.000
Total biaya 3.165.300
9. Buah yang sudah masak dipanen, kantung plastik dapat dicuci dan digunakan
lagi
10. Ujung pralon dimasukkan ke dalam buah yang disarungi kemudian karet yang
menjepit plastik didorong ke atas sehingga plastik lepas dari pralon dan
menyarungi buah. Karet gelang mempertahankan kantung plastik tetap
menyarungi buah, pada bagian tangkai buah.
Kajian Pengembangan Perkebunan Kakao
Kabupaten Pidie Jaya, 2010 | 188
PELAKSANAAN REHABILITASI
SAMBUNG SAMPING SAMPUNG PUCUK
1. Pada ketinggian 45 60 cm dari permukaan 1. Dilakukan dengan
tanah, kulit batang ditoreh vertikal sepanjang memanfaatkan wiwilan atau
5 cm, jarak antar torehan 1 2 cm atau sama tunas air yang tumbuh pada
dengan diameter entres yang akan disisipkan. bagian pangkal batang
Tebalnya sayatan sampai mencapai bawah.
kambium. 2. Wiwilan atau tunas air
2. Pada ujung torehan dipotong miring ke bawah ditopping dengan
sampai mencapai kambium, selanjutnya kulit menyisakan minimal 4
diungkit untuk mengetahui apakah kulit lembar daun dibawahnya.
mudah dibuka (membukanya lidah kulit 3. Buat sayatan celah seperti
dilakukan bersamaan dengan saat huruf V pada wiwilan atau
menyisipkan entres). tunas air yang telah
3. Sisi sayatan yang berbentuk seperti baji ditopping.
diletakkan menghadap batang bawah 4. Entres disiapkan dengan
kemudian lidah kulit ditutupkan kembali. cara memotongnya
4. yang sudah disiapkan kemudian diikat sepanjang 10 12 cm
dengan tali rafia. Pengikatan harus cukup dengan 2 3 mata tunas
erat sehingga air hujan tidak masuk ke 5. Buat sayatan pada entres
luka sayatan. dua sisi sepanjang 2-3 cm
5. Dapat juga entres ditutup dengan untuk memperlebar bidang
lembaran plastik kemudian diikat erat. sentuh.
Lebar plastik ini minimum setengah 6. Entres perlahan-lahan
lingkaran batang bawah. disisipkan pada batang
6. Sambung samping dapat dilakukan lebih dari bawah.
satu tempat pada setiap pohon. 7. Entres dikerodong dengan
kantong plastik
Kajian Pengembangan Perkebunan Kakao
Kabupaten Pidie Jaya, 2010 | 190
Lampiran 15. Lanjutan
Klon ICCRI 03
SK Mentan 530/Kpts/SR.120/9/2006
Daya hasil (ton/ha) 2,19
Berat biji kering 1,18
(gram)
Kadar lemak (%) 55
Klon ICCRI 04
SK Mentan 529/Kpts/SR.120/9/2006
Daya hasil (ton/ha) 2,16
Berat biji kering 1,12
(gram)
Kadar lemak (%) 55
Klon SULAWESI 1
SK Mentan 1694/Kpts/SR.120/12/2008
Daya hasil (ton/ha) 2,5
Berat biji kering 1,16
(gram)
Kadar lemak (%) 48-50
Klon SULAWESI 2
SK Mentan 1695/Kpts/SR.120/12/2008
Daya hasil (ton/ha) 2,75
Berat biji kering 1,0
(gram)
Kadar lemak (%) 45-47
Kajian Pengembangan Perkebunan Kakao
Kabupaten Pidie Jaya, 2010 | 201
Kajian Pengembangan Perkebunan Kakao
Kabupaten Pidie Jaya, 2010 | 202
Kajian Pengembangan Perkebunan Kakao
Kabupaten Pidie Jaya, 2010 | 203
Kajian Pengembangan Perkebunan Kakao
Kabupaten Pidie Jaya, 2010 | 204
Kajian Pengembangan Perkebunan Kakao
Kabupaten Pidie Jaya, 2010 | 205
Kajian Pengembangan Perkebunan Kakao
Kabupaten Pidie Jaya, 2010 | 206
Kajian Pengembangan Perkebunan Kakao
Kabupaten Pidie Jaya, 2010 | 207
Kajian Pengembangan Perkebunan Kakao
Kabupaten Pidie Jaya, 2010 | 208
Kajian Pengembangan Perkebunan Kakao
Kabupaten Pidie Jaya, 2010 | 209