Anda di halaman 1dari 34

Laporan Akhir

VI. MASTERPLAN DAN SITEPLAN KAWASAN


AGROPOLITAN TERPADU BOMBERAY

6.1. Masterplan Kawasan Agropolitan Terpadu Bomberay

6.1.1. Kesesuaian Lahan

Penilaian kualitas/karakteristik lahan terhadap persyaratan tumbuh


tanaman yang dinilai dipisahkan dalam tiga kelompok yaitu:
(1) persyaratan tumbuh tanaman (crop requirements) yang merupakan
karakteristik lahan; (2) persyaratan pengelolaan [management
pengelolaan (management requirements)] yang merupakan grup
manajemen atau grup perbaikan lahan; (3) persyaratan pengawetan
(conservation requirements) yang merupakan grup konservasi dan
lingkungan. Khusus bagi peruntukan pengembangan peternakan terdapat
satu kriteria lainnya, yakni (4) persyaratan faktor kenyamanan (freshness)
bagi kehidupan ternak.
Dalam penilaian kesesuaian lahan perlu ditentukan komoditas apa
yang akan dinilai disesuaikan dengan tujuan penelitian, yaitu untuk
pengembangan peternakan. Penentuan komoditas tersebut
mempertimbangkan kondisi biofisik. Kondisi biofisik tersebut dipakai
sebagai dasar penentuan kualitas dan karakteristik lahan dalam evaluasi
lahan. Komoditas yang dinilai adalah tanaman pangan (padi sawah,
jagung, dan kedelai), pakan ternak, dan tanaman tahunan (pala, tanaman
hutan, dan kelapa sawit).

6.1.1.1. Hasil Kesesuaian Lahan

Kesesuaian fisik merupakan evaluasi lahan yang didasarkan sifat


biofisik. Kualitas tanah (karakteristik tanah dan lingkungan) yang terdapat
pada unit lahan dibandingan dengan persyaratan tumbuh tanaman pada
masing-masing komoditas tanaman.

Penyusunan Masterplan dan Siteplan Kawasan Agropolitan Terpadu Bomberay VI - 1


Laporan Akhir

Kelas kesesuaian lahan fisik masing-masing komoditas pada setiap


unit lahan dikelompokan berdasarkan kelas dan subkelas. Klasifikasi
kesesuaian lahan dibedakan menjadi 4 kelas, yaitu: sangat sesuai (S1),
cukup sesuai (S2), sesuai marginal (S3), tidak sesuai (N). Pada tingkat
subkelas dicantumkan faktor pembatas/penghambat bagi pertumbuhan
tanaman, ditulis dengan simbol yang diletakkan setelah simbol kelas
kesesuaian lahannya. Sebagai contoh: S2oa, yaitu lahan cukup sesuai
dengan faktor pembatas/penghambat ketersediaan oksigen.
Dari hasil evaluasi kesesuaian lahan beberapa komoditas
menunjukkan bahwa lahan yang dapat dikembangkan untuk komoditas
pertanian di kawasan Bomberay seluas 164,411 Ha (84,75%) sedangkan
sisanya seluas 29.581 Ha (15,25%) tidak dapat dikembangkan untuk
pertanian dikarenakan kondisi biofisik lahan tidak memungkinkan. Apabila
lahan-lahan tersebut dipaksakan untuk dikelola/dikembangkan, maka
kemungkinan akan terjadi degradasi lahan dan kerusakan lingkungan.
Lahan-lahan tersebut diarahkan sebagai kawasan konservasi. Peta arahan
pengembangan komoditas pertanian dan peta relief Kawasan Agropolitan
Pertanian Terpadu Bomberay dapat di lihat pada Tabel 6.1 dan 6.2.

6.1.1.1.1. Tanaman pangan dan pakan ternak

Lahan Tanaman pangan dapat dikembangkan di kawasan


Bomberay seluas 116.136 Ha (59,87%). Rincian kelas kesesuaian lahan
tanaman pangan disajikan pada Tabel 6.1 dan sebaran kesesuaian lahan
tanaman padi sawah, jagung, dan pakan ternak disajikan pada Lampiran
6.3, 6.4 dan 6.5.
Pengembangan padi sawah dapat dilakukan di lahan basah, lahan
tersebut berpotensi untuk persawahan seluas 58.703 Ha (30,26%). Lahan
sesuai tersebut yang tergolong lahan cukup sesuai (S2) seluas 32.973 Ha
(17,00%) dan tergolong lahan sesuai marjinal (S3) seluas 25.730 Ha
(13,26%). Kondisi lahan yang sesuai untuk pengembangan sawah saat ini

Penyusunan Masterplan dan Siteplan Kawasan Agropolitan Terpadu Bomberay VI - 2


Laporan Akhir

umumnya masih berupa semak belukar dan hutan dengan tanah kondisi
akuik. Lahan cukup sesuai dengan pembatas berupa retensi hara, yaitu pH
tanah kurang optimal bagi pertumbahan padi (5,0) dan kandungan hara P
dan K rendah, sehingga perlu pemupukan, sedangkan lahan sesuai
marjinal mempunyai kendala cukup berat, yaitu bahaya erosi seluas 8.930
Ha (4,60%) dan ketersediaan air seluas 16.800 Ha (8,66%).
Pengembangan padi sawah di kawasan ini dapat dilakukan 2 x setahun
pada sawah irigasi, bahkan ada yang 3 x setahun.

Tabel 6.1.
Kelas kesesuian lahan komoditas tanaman pangan dan pakan ternak
Komoditas
Simbol Kelas Kesesuaian Faktor Pembatas Padi sawah Jagung Kedelai Pakan
Lahan Ha % Ha % Ha % Ha %
Lahan Sesuai (S)
S2eh Cukup Sesuai Bahaya erosi - - - - - - 24.515 12,64
S2nr Cukup Sesuai Retensi hara 32.973 17,00 26.904 13,87 - - 16.800 8,66
S2nr,eh Cukup Sesuai Retensi hara, bahaya erosi - - 24.515 12,64 - - - -
S2nr,rc Cukup Sesuai Retensi hara, media perakaran - - - - - - 47.172 24,32
S2oa Cukup Sesuai Ketersediaan oksigen - - 23.347 12,03 - - - -
S3eh Sesuai marjinal Bahaya erosi - - 32.440 16,72 - - 32.440 16,72
S3fh Sesuai marjinal Bahaya banjir 8.930 4,60 8.930 4,60 8.930 4,60 - -
S3oa Sesuai marjinal Ketersediaan oksigen - - - - - - 9.626 4,96
S3wa Sesuai marjinal Ketersediaan air 16.800 8,66 - - - - - -
S3nr Sesuai marjinal Retensi hara - - - - 49.773 25,66 - -
Subjumlah 58.703 30,26 116.136 59,87 58.703 30,26 130.553 67,30
Lahan Tidak Sesuai (N)
Neh Tidak sesuai Bahaya erosi 84.978 43,80 28.022 14,45 84.978 43,80 28.022 14,45
Nfh Tidak sesuai Bahaya banjir - - - - - - 8.930 4,60
Noa Tidak sesuai Ketersediaan oksigen - - - - - - 23.347 12,03
Nrc Tidak sesuai Media perakaran 1.626 0,84 48.320 24,91 48.798 25,15 1.626 0,84
Nwa Tidak sesuai Ketersediaan air 47.172 24,32 - - - - - -
Nxc Tidak sesuai Toksisitas 1.513 0,78 1.513 0,78 1.513 0,78 1.513 0,78
Subjumlah 135.289 69,74 77.856 40,13 135.289 69,74 63.439 32,70
Jumlah 193.992 100,00 193.992 100,00 193.992 100,00 193.992 100,00
Keterengan : S1: sangat sesuai, S2: cukup sesuai, S3: sesuai marginal, N: tidak sesuai

Pengembangan jagung dapat dilakukan pada lahan kering dan


lahan basah, seluas 116.136 Ha (59,87%). Sebagian besar lahan yang
sesuai untuk pengembangan jagung (38,54%) tergolong cukup sesuai
(S2) dan sisanya seluas 41.370 Ha (21,33%) tergolong sesuai marjinal.
Lahan cukup sesuai mempunyai pembatas berupa retensi hara, yaitu: (1)
pH tanah kurang optimal bagi pertumbahan jagung (5,0), (2) kandungan

Penyusunan Masterplan dan Siteplan Kawasan Agropolitan Terpadu Bomberay VI - 3


Laporan Akhir

hara P dan K rendah, (3) drainase tanah yang terhambat, dan kelerengan
lahan agak landai (3-8%), sedangkan pada lahan sesuai majinal berupa
bahaya banjir dan genangan. Pengembangan jagung di lahan kering dapat
dilakukan pada musim hujan dan dapat dilakukan 1 x setahun, sedangkan
pengembangan di lahan basah (sawah) dapat dilakukan pada musim
kemarau.
Pengembangan kedelai dapat dilakukan pada lahan kering dan
lahan basah, seluas 58,703 ha (30,26%). Kedelai dapat dikembangkan di
kawasan Bomberay dengan kelas sesuai majinal (S3) dengan kendala
halan berupa bahaya banjir dan retensi hara. Mengingat lahan di kawasan
Bomberay mempunyai pH tanah umumnya masam (<5,0), maka
pertumbuhan dan perkembangan kedelai tidak akan optimal dan apabila
dipaksakan akan membutuhkan biaya tinggi, tetapi apabila bahan organik
dari kotoran sapi sudah produksi, maka tanaman kedelai dapat
dikembangkan di kawasan Bomberay. Pengembangan kedelai di lahan
kering dilakukan pada musim hujan dan dapat dilakukan 1 x setahun,
sedangkan di lahan basah dapat dilakukan pada musim kemarau.
Pengembangan kedelai dapat dilakukan secara tumpangsari dengan
jagung.
Pengembangan pakan ternak (rumput) dapat dilakukan pada lahan
kering dan basah, seluas 130.553 Ha (67,30%). Pakan ternak dapat
dikembangkan di kawasan Bomberay dengan kelas cukup sesuai (S2)
dengan kendala halan berupa retensi hara, media perakaran, dan bahaya
erosi, seluas 88.487 Ha (45,61%). Sedangkan lahan kelas sesuai marjinal
(S3) dengan kendala lahan berupa bahaya erosi dan ketersediaan oksigen,
seluas 42.066 Ha (21,68%). Pengembangan pakan ternak pada lahan,
sebelum pengembangan pakan ternak, lahan harus direhabilitasi dahulu
dengan penanaman cover crop dan penambahan bahan organik dan
pupuk terutama posfat, hal ini mengingat kondisi tanah yang yang kurang
mendukung untuk pengembangan rumput.

Penyusunan Masterplan dan Siteplan Kawasan Agropolitan Terpadu Bomberay VI - 4


Laporan Akhir

6.1.1.1.2. Tanaman Tahunan/Perkebunan

Tanaman tahunan/perkebunan dapat dikembangkan pada areal


seluas 164.411 ha (84,75%). Pengembangan tahunan/perkebunan dapat
dilakukan lahan kering. Rincian kelas kesesuaian lahan tanaman
tahunan/perkebunan disajikan pada Tabel 6.2 dan sebaran kesesuaian
lahan untuk tanaman pala disajikan pada Lampiran. 6.6.

Tabel 6.2.
Kelas kesesuaian lahan tanaman tahunan/perkebunan
Kelas Kesuaian Komoditas
Simbol Lahan Faktor pembatas Pala Tan. Hutan Kelapa sawit
Ha % Ha % Ha %
Lahan Sesuai (S)
S1 Sangat sesuai - 24.515 12,64 41.315 21,30 - -
S2eh Cukup sesuai Bahaya erosi 57.574 29,68 57.574 29,68 32.440 16,72
S2rc Cukup sesuai Media perakaran 16.297 8,40 - - - -
S2fh Cukup sesuai Bahaya banjir - - 8.724 4,50 - -
S2oa Cukup sesuai Ketersediaan oksigen - - - - 9.626 4,96
S2nr Cukup sesuai Retensi hara - - - - 41.315 21,30
S3fh Sesuai marjinal Bahaya banjir - - - - 8.930 4,60
S3oa Sesuai marjinal Ketersediaan oksigen 9.626 4,96 9.626 4,96 10.008 5,16
S3rc Sesuai marjinal Media perakaran 47.675 24,58 47.172 24,32 47.172 24,32
Subjumlah 155.687 80,25 164.411 84,75 149.492 77,06
Lahan Tidak Sesuai (N)
Neh Tidak sesuai Bahaya erosi 2.888 1,49 2.888 1,49 28.022 14,45
Nfh Tidak sesuai Bahaya banjir 8.930 4,60 206 0,11 - -
Noa Tidak sesuai Ketersediaan oksigen 23.347 12,03 23.347 12,03 13.338 6,88
Nrc Tidak sesuai Media perakaran 1.626 0,84 1.626 0,84 1.626 0,84
Nxc Tidak sesuai Bahaya toksisitas 1.513 0,78 1.513 0,78 1.513 0,78
Subjumlah 38.305 19,75 29.581 15,25 44.500 22,94
Jumlah 193.992 100,00 193.992 100,00 193.992 100,00
Keterengan : S1: sangat sesuai, S2: cukup sesuai, S3: sesuai marginal, N: tidak sesuai

Pengembangan pala dilakukan di lahan kering seluas 155.687 Ha


(80,25%) dengan lahan sangat sesuai (S1) seluas 24.515 Ha (12,64%),
lahan cukup sesuai (S2) seluas 73.870 Ha (38,08%), lahan sesuai marjinal
(S3) seluas 57.301 Ha (29,54%). Pengembangan pala pada lahan cukup
sesuai dengan kendala lahan berupa kelerengan >15% dan kedalaman
tanah tergolong sedang (50-100 cm), sedangkan untuk lahan sesuai

Penyusunan Masterplan dan Siteplan Kawasan Agropolitan Terpadu Bomberay VI - 5


Laporan Akhir

marjinal dengan kendala lahan berupa drainase agak terhambat dan


kedalaman tanah dangkal <50 cm.
Pengembangan tanaman hutan (akasia, benuang, dan nyatoh)
dapat dilakukan di lahan kering seluas 164.411 Ha (84,75%) dengan
lahan sangat sesuai (S1) seluas 41.315 Ha (21,30%), lahan cukup sesuai
(S2) seluas 66.298 Ha (34,18%), lahan sesuai marjinal (S3) seluas 56.798
Ha (29,28%). Pengembangan tanaman hutan pada lahan cukup sesuai
dengan kendala lahan berupa kelerengan >25% dan bahaya banjir,
sedangkan untuk lahan sesuai marjinal dengan kendala lahan berupa
drainase agak terhambat dan kedalaman tanah dangkal <50 cm.
Pengembangan tanaman kelapa sawit dilakukan di lahan kering
seluas 149.492 Ha (77,06%) dengan lahan cukup sesuai (S2) seluas
83,381 Ha (42,98%), lahan sesuai marjinal (S3) seluas 66,111 Ha
(34,08%). Mengingat lahan di kawasan Bomberay mempunyai pH tanah
umumnya masam (<5,0), maka pertumbuhan dan perkembangan kelapa
sawit tidak akan optimal sehingga pH perlu dinaikan menjadi pH 5,3
dengan pengapuran mengunakan kapur atau dolomit. Pengembangan
tanaman kelapa sawit pada lahan cukup sesuai dengan kendala lahan
berupa kelerengan 8-15%, drainase agak terhambat, retensi hara,
sedangkan untuk lahan sesuai marjinal dengan kendala lahan berupa
drainase terhambat dan kedalaman tanah dangkal <50 cm.

6.1.2. Zonasi Pewilayahan Komoditas Pertanian dan Kegiatan

6.1.2.1. Pewilayahan Komoditas Pertanian

Dalam konsep perencanaan pengembangan suatu kawasan


diperlukan pedoman pembagian kawasan ke dalam berbagai zonasi yang
mengacu pada kemampuan sumberdaya lahan dan peruntukkannya.
Penataan ruang merupakan konsep pembagian wilayah untuk tujuan
tertentu dengan mempertimbangkan aspek kemampuan sumberdaya
lahan/daya dukung lahan yang sesuai dengan peruntukannya, sehingga

Penyusunan Masterplan dan Siteplan Kawasan Agropolitan Terpadu Bomberay VI - 6


Laporan Akhir

penggunaan lahan pada wilayah tersebut bisa berkelanjutan/lestari.


Penyusunan suatu kawasan pada hakekatnya merupakan usaha penataan
ruang yang berwawasan lingkungan dengan tujuan untuk mewujudkan
manfaat ruang secara optimal, seimbang, dan lestari agar dapat dihindari
terjadinya kerusakan/degradasi lingkungan sebagai akibat dari pengaruh
penggunaan lahan yang tidak terkendali.
Penyusunan pewilayahan komoditas pertanian merupakan
penjabaran lebih lanjut kesesuaian lahan. Sebagai wadah penilaian hasil
kesesuaian lahan diperlukan Tipe Penggunaan Lahan (Land Utilization
Types-LUTs). Penentuan LUTs mempertimbangkan kondisi bio-fisik. LUTs
yang digunakan dalam penelitian ini adalah sistem usahatani berbasis
tanaman pangan, pakan ternak, dan tanaman tahunan/perkebunan.
Tanaman pangan terdiri dari: padi sawah, jagung, kedelai, singkong, dan
ubi jalar. Pakan ternak merupakan rumput untuk peternakan sapi.
Tanaman tahunan/perkebunan berupa pala, tanaman hutan (akasia,
benuang, nyatoh), dan kelapa sawit.
Pewilayahan komoditas pertanian diperoleh dari hasil evaluasi lahan
dan prioritas komoditas unggulan daerah. Rincian pewilayahan komoditas
pertanian tersebut disajikan pada Tabel 6.3 dan sebarannya disajikan
pada Peta Terpisah.
Dalam pewilayahan komoditas pertanian, lahan dibagi menjadi
beberapa zona pengembangan pertanian yang didasarkan pada kondisi
biofisik lahan dengan mempertimbangkan kelestarian sumberdaya lahan/
lingkungan, nilai kompetitif dan komperatif suatu tanaman. Zona IV
dengan kelerengan 0-8%, diprioritaskan untuk pengembangan pertanian
berbasis tanaman pangan. Zona III dengan kelerengan 8-15%,
merupakan sistem pengembangan wanatani dengan mengkombinasikan
antara tanaman tahunan dengan tanaman pangan. Zona II dengan
kelerengan 15-40%, diprioritaskan untuk pengembangan pertanian
berbasis tanaman tahunan/perkebunan. Zona I dan VI, VII merupakan
zona yang diperuntukan sebagai kawasan konservasi, mengingat kondisi

Penyusunan Masterplan dan Siteplan Kawasan Agropolitan Terpadu Bomberay VI - 7


Laporan Akhir

biofisik lahan kurang mendukung, apabila dipaksakan maka akan terjadi


degradasi lahan dan menggangu kelestarian sumberdaya lahan.
Dalam legenda pewilayahan komoditas pertanian tercantum
beberapa komoditas yang disarankan. Prioritas pengembangan komoditas
pertanian yang disarankan sesuai dengan urutan komoditas yang tertulis
pada masing-masing subzona pewilayahan.

Tabel 6.3.
Rincian Pewilayahan Komoditas Pertanian di Kawasan Bomberay

Luas
Zona Sistem Pertanian/Alternatif Komoditas
Ha %
Pertanian lahan basah
IV/Wr padi sawah 13.338 6,88
IV/Wrf padi sawah, jagung 9.626 4,96
IV/Wrfh padi sawah, jagung, sayuran 10.008 5,16
Pertanian lahan kering, tanaman pangan
IV/Df jagung, padi gogo 16.800 8,66
Pertanian lahan kering, tanaman pangan/tanaman
tahunan/perkebunan
IV/Dfe jagung, pala, sawit 24.993 12,88
Pertanian lahan kering, tanaman tahunan/perkebunan
III/De pala, kelapa sawit 32.440 16,72
Tanaman pakan ternak
IV/Dp rumput pakan ternak 46.694 24,07
Tanaman hutan
II/Dk akasia, benuang, nyatoh, matoa 25.134 12,96
Hutan lahan basah
IV/Wj kawasan konservasi 8.930 4,60
VI/Wj kawasan konservasi 1.513 0,78
Hutan lahan kering
I/Dj kawasan konservasi 2.888 1,49
VII/Dj kawasan konservasi 1.626 0,84
Jumlah 193.992 100,00
Keterangan:
I = zona I (lereng 25-40%); II = zona II (lereng 15-25%); III = zona III (lereng 8-15%);
IV = zona IV (lereng <8%); VI = zona VI (tepi pantai); W = lahan basah; D = lahan kering;
e = tahunan/perkebunan; j = hutan; r = padi sawah; h = hortikultura; f = tanaman pangan;
p = pakan ternak; k = tanaman hutan.

Penyusunan Masterplan dan Siteplan Kawasan Agropolitan Terpadu Bomberay VI - 8


Laporan Akhir

6.1.2.2. Pertanian lahan basah

Sistem pertanian lahan basah yang disarankan mencakup luas


32.973 Ha (17,00%), termasuk dalam zona IV. Lahan tersebut disarankan
untuk persawahan yang sesuai untuk pengembangan padi sawah, jagung,
dan sayuran. Sistem pertanian lahan basah pada zona IV adalah lahan
berlereng <3%, menurunkan subzona IV/Wr, IV/Wrf, dan IV/Wrfh.
Subzona IV/Wr merupakan pewilayahan komoditas untuk tanaman
pangan lahan basah, berupa: padi sawah, seluas 13,338 Ha (6,88%).
Pembudidayaan padi sawah dapat dilakukan 2x setahun, mengingat
jumlah air mencukupi untuk dua/tiga kali tanam padi. Produksi padi dapat
mencapai 3,5-4,0 ton/ha.
Subzona IV/Wrf merupakan pewilayahan komoditas untuk tanaman
pangan lahan basah, berupa: padi sawah dan jagung, seluas 9.626 Ha
(4,96%). Pembudidayaan padi sawah dapat dilakukan 2x setahun,
mengingat jumlah air mencukupi untuk dua kali tanam padi, dan jagung
dapat ditanam pada musim tanam ke-3. Produksi padi dapat mencapai
3,5-4,0 ton/ha dan jagung mencapai 2,5-3,0 ton/ha.
Subzona IV/Wrfh merupakan pewilayahan komoditas untuk
tanaman pangan lahan basah, berupa: padi sawah, jagung, dan sayuran,
seluas 10.008 Ha (5,16%). Pembudidayaan padi sawah dapat dilakukan
1x setahun, mengingat jumlah air tidak mencukupi untuk dua kali tanam
padi, dan jagung atau sayuran dapat ditanam pada musim tanam ke-2/3.

6.1.2.3. Pertanian Lahan Kering

Sistem pertanian lahan kering, mencakup areal seluas 146.061 Ha


(75,29%), termasuk dalam zona IV, III, dan II. Komoditas pertanian yang
disarankan berupa komoditas tanaman pangan, pakan ternak, tanaman
tahunan/perkebunan, dan kehutanan. Pembudidayaan komoditas dapat
secara tumpangsari atau monokultur. Pertanian lahan kering terinci
menjadi :

Penyusunan Masterplan dan Siteplan Kawasan Agropolitan Terpadu Bomberay VI - 9


Laporan Akhir

6.1.2.4. Tanaman Pangan

Sistem pertanian lahan kering, tanaman pangan mencakup luas


16.800 Ha (8,66%), termasuk dalam zona IV subzona IV/Df dengan
kelerengan lahan <3%. Komoditas yang disarankan berupa jagung dan
padi gogo. Untuk meningkatkan produktivitas lahan perlu pemupukan hara
P dan K supaya produksi jagung mencapai 2,5-3,0 ton/ha dan padi gogo
2,5 ton/ha. Pola tanam yang disarankan monokultur atau tumpang sari.

6.1.2.5. Tanaman Pangan dan Tanaman Tahunan/Perkebunan

Sistem pertanian lahan kering, tanaman pangan dan tanaman


tahunan/perkebunan mencakup areal seluas 24.993 Ha (12,88%),
termasuk dalam zona IV dengan kelerengan lahan 3-8%. Komoditas yang
disarankan untuk tanaman pangan berupa jagung; dan tanaman tahunan
berupa pala dan kelapa sawit. Pembudidayaan komoditas dapat secara
tumpangsari atau monokultur.

6.1.2.6. Tanaman Tahunan/Perkebunan

Sistem pertanian lahan kering, tanaman tahunan/perkebunan,


mencakup areal seluas 32.440 Ha (16,72%), termasuk dalam zona III
dengan kelerengan lahan 8-15%. Komoditas tanaman perkebunan yang
disarankan berupa pala dan kelapa sawit.

6.1.2.7. Tanaman Pakan Ternak

Sistem pertanian lahan kering, rumput pakan ternak, mencakup


areal seluas 46.694 Ha (24,07%), termasuk dalam zona IV dengan
kelerengan lahan <8%.

Penyusunan Masterplan dan Siteplan Kawasan Agropolitan Terpadu Bomberay VI - 10


Laporan Akhir

6.1.2.8. Tanaman Kehutanan

Sistem pertanian lahan kering, tanaman kehutanan, mencakup


areal seluas 25.134 Ha (12,96%), termasuk dalam zona II dengan
kelerengan lahan 15-40%. Tanaman kehutanan antara lain: akasia,
benuang dan nyatoh.

6.1.2.9. Hutan Lahan Basah

Lahan-lahan yang disarankan sebagai hutan lahan basah, terdiri


dari lahan yang secara fisik harus dijadikan sebagai kawasan konservasi
yang diperuntukan sebagai kawasan penyangga pantai. Penyebaran
kawasan ini pada zone IV dan VI mencakup areal seluas 10.444 Ha
(5,38%).

6.1.2.10. Hutan Lahan Kering

Lahan-lahan yang disarankan sebagai hutan lahan kering, terdiri


dari lahan yang secara fisik harus dijadikan sebagai kawasan konservasi
yang diperuntukan sebagai kawasan penyangga daerah bawahnya.
Penyebaran kawasan ini pada zone I dan VII, seluas 4.515 Ha (2,33%).

6.1.3. Clustering pada Kawasan Agropolitan Terpadu

Clustering pada kawasan Agropolitan Terpadu dilakukan dengan


mempertimbangkan kesesuaian lahan dan zonasi kegiatan. Pada Kawasan
Agropolitan terpadu akan dibagi menjadi 5 cluster dapat dilihat pada
Lampiran 6.7. Luasan lahan berdasarkan kesesuaian komoditas pada
setiap cluster dapat di lihat pada Lampiran 6.8-6.12. Didalam setiap
cluster akan dilakukan kegiatan VBC (Village Breeding Center), VFC
(Village Farming Center) dan CCO (Cow Calf Operation). Luas lahan,

Penyusunan Masterplan dan Siteplan Kawasan Agropolitan Terpadu Bomberay VI - 11


Laporan Akhir

jumlah populasi dan produksi setiap komoditas pada setiap cluster dapat
dilihat pada Tabel 6.4. dan 6.5.

Tabel 6.4.
Prediksi Populasi Ternak dari VBC,VFC dan CCO

VBC VFC CCO


Kawasan Bomberay
(ST) (ST) (ST)
Cluster 1 1453 3391 18349
Cluster 2 3132 7309 5725
Cluster 3 174 406 11224
Cluster 4 2193 5116 14167
Cluster 5 859 2004 1850
Total 7811 18226 51315
Total Populasi 77352

Prediksi dari populasi ternak di VBC, VFC dan CCO (Tabel 6.4)
berdasarkan ketersedian dari bahan baku pakan dan produktivitas yang
dihasilkan oleh setiap komoditas. Untuk kegiatan di VBC dan VFC
memerlukan bahan baku untuk pakan konsentrat berasal dari jagung pipil,
dedak halus, daun singkong, onggok dan silase jagung (Tabel 6.5) yang
akan disusun formula ransum dengan kandungan Protein 8.5 % dan TDN
sebesar 61.5 %. Untuk kegiatan di CCO memerlukan bahan baku pakan
hijauan berasal dari padang rumput, jerami padi dan jerami jagung (Tabel
6.5). Luasan lahan dan prediksi produksi tiap komoditas dan tiap cluster
dapat di lihat pada Lampiran 6.13.

Penyusunan Masterplan dan Siteplan Kawasan Agropolitan Terpadu Bomberay VI - 12


Laporan Akhir

Tabel 6.5.
Produksi dan Luasan Lahan tiap Komoditas

Jenis Komoditas Produksi (ton BK) luas (ha)


Jagung pipil 29373 8639
Dedak padi 34622 32973
Daun singkong 10000 2000
Onggok 17160 2000
Silase Jagung 221300 6639
Padang Rumput 174423 46217
Jerami Padi 164865 32973
Jerami Jagung 57593 8639

6.1.4. Rencana Pengembangan Infrasruktur

Infrastruktur yang akan dikembangkan adalah jalan raya menuju


kawasan Bomberay yang belum menembus keseluruh wilayah. Jalan raya
yang diperlukan untuk transportasi ternak dan hasil komoditi pertanian.
Listrik sangat diperlukan untuk usaha peternakan, terutama untuk pabrik
pakan mini, rumah pemotongan hewan, dan usaha produksi hasil ternak
sepeerti bakso, naget , dendeng, kornet dan sosis. Sumber air diperlukan
dalam budidaya ternak dan pertanian pangan organik. Apabila sudah ada
sumber air alami maka perlu diketahui debit airnya. Air sangat diperlukan
dalam budidaya ternak dan harus memenuhi kriteria tidak tercemar dan
tidak mengandung logam berat.
Contoh siteplan pada Cluster 1 dengan luasan kawasan 1000 ha
dapat di lihat pada Gambar 6.1, Lampiran 6.14 dan luasan 7500 ha dapat
di lihat pada Lampiran 6.15. Pada siteplan terdapat : area penanaman
padi sawah, area penanaman jagung, area penanaman singkong, area
penanaman pala, area penggemukan sapi, area perumahan transmigran
baru, area emplacement, area penerimaan dan pelayanan dan area
padang penggembalaan. Lokasi tersebut berdekatan dengan area
transmigrasi SP3.

Penyusunan Masterplan dan Siteplan Kawasan Agropolitan Terpadu Bomberay VI - 13


Laporan Akhir

Gambar 6.1. Contoh Siteplan pada Cluster 1 dengan luasan 1000 ha

6.1.4.1. Kebutuhan Tata Letak Fasilitas dan Sarana Produksi


Peternakan

Fasilitas dan sarana yang diperlukan dalam usaha peternakan


adalah :
1. Kandang berikut perlengkapannya (kandang induk dan anak,
kandang pejantan, dan kandang isolasi);
2. Pabrik dan Gudang Pakan;

Penyusunan Masterplan dan Siteplan Kawasan Agropolitan Terpadu Bomberay VI - 14


Laporan Akhir

3. Koral untuk penanganan ternak;


4. Pos pelayanan Inseminasi Buatan;
5. Kantor;
6. Gedung Pertemuan/Pelatihan;;
7. Mess Karyawan;
8. Biogas dan Unit Pengolahan Limbah;
9. Dam;
10. Padang rumput untuk penggembalaan;
11. Kebun rumput potongan;
12. Silo;
13. Rumah potong hewan;
14. Pagar.

6.1.5. Pertanian Pangan Organik

Fasilitas dan sarana yang diperlukan dalam usaha pertanian organik


adalah :
1. Traktor dan perlengkapannya;
2. Gudang Pupuk;
3. Kantor;
4. Gedung Pertemuan;
5. Mess karyawan;
6. Rumah Plastik untuk nursery.

6.1.6. Desain Fasilitas

6.1.6.1. Jenis Ternak dan Kapasitas Tampung Kawasan

Jenis ternak yang disarankan untuk dikembangkan pada kawasan


ini adalah sapi karena permintaan terhadap daging sapi di Kabupaten
Fakfak dan sekitar sangat tinggi. Bangsa sapi disarankan adalah sapi lokal
Indonesia (sapi Bali). Bangsa sapi impor seperti turunan Brahman
disarankan untuk skala industry. Kesesuaian lahan untuk padang

Penyusunan Masterplan dan Siteplan Kawasan Agropolitan Terpadu Bomberay VI - 15


Laporan Akhir

penggembalaan yang terhampar sebagai savanna, akan ditentukan


holding ground dari usaha peternakan untuk setiap cluster. Rencana
penempatan fasilitas disesuaikan dengan potensi sumber daya pada setiap
Cluster.

6.1.6.2. Tata Letak Fasilitas Usaha Pembibitan Sapi

Peternakan sapi potong dengan sistem ranch (padang rumput)


memerlukan fasilitas yang meliputi kandang terbuka yang dilengkapi
dengan peneduh (sheds), kandang beranak, kandang isolasi, pagar,
tempat penangan limbah dan areal pemanfaat limbah; kandang
penanganan (handling yard) yang dilengkapi dengan tempat bongkar
muat sapi (loading ramp), tempat penampungan sapi (holding pen)
tempat penangan sapi (working chute) dan timbangan (jika
memungkinkan); instalasi air, gudang pakan dan gudang peralatan.
Fasilitas penunjang yang dibutuhkan diantaranya adalah mess untuk
peserta pelatihan, ruang pertemuan (gazebo) dan kebun percontohan.
Fasilitas bangunan tersebut harus memiliki tata letak sedemikian rupa dan
terintegrasi dengan baik sehingga proses produksi dapat berjalan secara
efektif dan efisien serta tidak menimbulkan dampak negatif terhadap
lingkungan sekitar (biosecurity).
Beberapa faktor yang perlu diperhatikan dalam perletakan fasilitas
bangunan adalah sebagai berikut :
• Fasilitas mess, tempat pertemuan dan gudang pakan dibangun pada
lokasi yang lebih tinggi dari pada fasilitas kandang dan penanganan
limbah dengan sistem drainase yang baik. Fasilitas tersebut perlu
juga diposisikan dekat denga jalan masuk dan pepohonan yang
berfungsi sebagai penahan angin (wind break);
• Fasilitas perkandangan sebaiknya diletakan dekat dengan pepohonan
yang berfungsi sebagai penahan angin (wind break) dan pada
tempat yang kompak, stabil, datar dengan drainase yang baik. Area

Penyusunan Masterplan dan Siteplan Kawasan Agropolitan Terpadu Bomberay VI - 16


Laporan Akhir

kandang lebih disukai bila memiliki kemiringan 2 – 4 %; kemiringan


lantai kandang lebih dari 6 % kurang sesuai karena pergerakan
manure yang berlebihan pada waktu hujan. Kandangan penangan
(handling yard) sebaiknya tidak terlalu jauh dari pintu masuk utama
ranch, kecuali pembangunan fasilitas jalan dari pintu masuk utama
ke handling yard bukan merupakan kendala. Kandang isolasi
diletakan agak jauh dari kandang terbuka ± 25 m untuk
meminimisasi terjadinya penularan penyakit dari hewan yang sakit
dengan hewan yang sehat;
• Tempat penampungan limbah terletak lebih rendah dari pada
kandang sehingga pergerakan limbah kandang terjadi secara alami
(natural drainage);
• Topografi areal pemanfaatan limbah disesuaikan agar perkembangan
tanaman dan atau pastura serta pergerakan/ akses untuk
penyebaran limbah cair dan padat (manur) tidak terhambat. Areal
yang curam tidak dikehendaki tetapi areal yang datar lebih sesuai
asalkan akses ke lokasi tersebut tidak terhambat dan tidak terjadi
banjir pada waktu musim hujan. Areal pemanfaatan limbah cair
sebaiknya dekat dengan tempat penampungan limbah cair;
• Untuk menghindari pencemaran sumber air, kandang (pen), tempat
penampungan limbah padat dan cair tidak boleh terletak pada lokasi
yang rawan banjir;
• Areal pembuangan limbah cair dan padat harus dijauhkan dari
sumber air (embung) atau sumur bor pensuplai air konsumsi. Jarak
minimal sebaiknya 50 m antara kedua tempat tersebut dan posisi
sumur harus lebih tinggi dari areal pembuangan limbah;
• Perkandangan harus ditempatkan, dirancang dan dikelola sedemikian
rupa sehingga air permukaan dan air tanah tidak mengalami
penurunan kualitas oleh polusi limbah peternakan dan
mikriorganisme pathogen. Untuk itu, diperlukan buffer zone berupa
tanaman (kebun rumput atau tanaman hortikultura) antara kompleks

Penyusunan Masterplan dan Siteplan Kawasan Agropolitan Terpadu Bomberay VI - 17


Laporan Akhir

perkandangan (kandang, tempat penampungan limbah dan areal


pemanfatan limbah) dengan sumber air tanah;

Berdasarkan faktor-faktor tersebut diatas diusulkan disain tataletak


fasilitas peternakan dengan sistem ranch seperti disajikan pada Gambar
6.2.

6.1.6.3. Disain Fasilitas Bangunan

Disain fasilitas perkandangan disesuaikan dengan pola


pemeliharaan dengan sistem ranch, yaitu perkandangan dengan sistem
terbuka atau semi terbuka. Konstruksi kandang dapat menggunakan
bahan dasar besi atau kayu yang banyak terdapat di wilayah Fakfak.
Persyaratan utama untuk bahan kayu untuk konstruksi kandang dan pagar
adalah bahan kayu tersebut harus anti rayap dan tahan air (pelapukan)
sehingga dapat digunakan dalam jangka waktu lama.
Beberapa faktor yang perlu diperhatikan dalam membangun
perkandangan adalah :
• Dapat melindungi ternak dari hujan dan sengatan matahari (ada
peneduh);
• Memudahkan penangan ternak;
• Memiliki drainase yang baik;
• Konstruksi kandang harus kuat;
• Tidak terdapat benda tajam pada konstruksi kandang yang dapat
melukai ternak.

Secara garis besar, gambar sketsa fasilitas perkandangan dapat


dilihat pada Gambar 6.3 – Gambar 6.13.

Penyusunan Masterplan dan Siteplan Kawasan Agropolitan Terpadu Bomberay VI - 18


Laporan Akhir

6.1.6.3.1. Holding Ground

Holding ground merupakan areal dalam kawasan yang digunakan


sebagai pusat kegiatan pemeliharaan ternak. Holding ground yang akan
dibangun seluas 20 000 m2 (2 ha), untuk total luasan kawasan
peternakan 100 ha, dapat di lihat pada Gambar 6.2. Luasan holding
ground disesuaikan dengan kapasitas tampung ternak. Holding ground
akan dibuat persis berada ditengah-tengah kawasan untuk memudahkan
akses. Holding ground akan dibatasi oleh pagar yang melingkarinya, dan
diberi pintu untuk akses ternak dari pedok.
Fasilitas yang perlu dibangun dalam holding ground adalah
kandang sapi dewasa, kandang isolasi, unit pengelolaan pupuk kandang
dan handling yard, serta bangunan untuk gudang pakan, gudang hijauan
pakan, kantor, pertemuan anggota dan asrama karyawan. Pada setiap
holding ground akan dibuat pintu yang menghubungkan dengan sub
pedok.

Penyusunan Masterplan dan Siteplan Kawasan Agropolitan Terpadu Bomberay VI - 19


Laporan Akhir

Gambar 6.2.
Tataletak Bangunan dan Perkandangan Sapi Potong di Holding
Ground Sistem Ranch

Penyusunan Masterplan dan Siteplan Kawasan Agropolitan Terpadu Bomberay VI - 20


Laporan Akhir

6.1.6.3.2. Handling Yard atau Corral

Handling yard dibuat untuk penanganan ternak sebelum masuk


dan keluar kawasan peternakan, agar tidak terjadi penularan penyakit.
Dalam handling yard beberapa perlakuan seperti penyemprotan ternak,
pemberian vaksin, obat dan vitamin akan dilakukan. Selain itu, tata
laksana pemeliharaan lainnya seperti pembersihan kuku atau kulit jika ada
luka juga dilakukan di kandang jepit pada handling yard.
Fasilitas yang perlu disediakan dalam handling yard antara lain;
kandang jepit dan pintu multi arah serta lorong ternak (gang way).
Handling yard dibangun berdekatan dengan kandang. Luas handling yard
250 m2, dengan lebar gang way 1 m, letaknya berjejer seri dengan
kandang jepit. Sapi yang diberi perlakuan akan diperlakukan di kandang
jepit yang berada dalam handling yard. Pada kawasan ini akan dibangun
1 unit handling yard, yang dapat menangani 100 ST. Detail handling yard
dapat di lihat pada Gambar 6.3. Detail loading chute, pintu pagar dan
kandang jepit dapat di lihat pada Gambar 6.4, 6.5 dan 6.6.

6.1.6.3.3. Kandang

Kandang yang diperlukan dalam kawasan ini adalah kandang sapi


dewasa dan kandang isolasi. Kandang sapi dewasa terdiri dari kandang
sapi bunting dan kandang sapi yang tidak bunting, termasuk untuk
pejantan, detail kandang sapi dewasa dapat di lihat pada Gambar 6.7.
Kandang di kawasan terdiri dari kandang sapi dewasa dan kandang isolasi.
Kandang sapi dewasa dirancang untuk menampung ternak betina dan
jantan. Luas tiap unit kandang 112 m2 dengan ukuran 14 x 8 m dengan
kapasitas 11 ST, Luas kandang isolasi sekitar 112 m2 (14 x 8 meter)
dengan asumsi sapi sakit yang diisolasi mencapai 5 %, yaitu 5-10 ekor
untuk kapasitas 100 ST. Detail kandang isolasi dapat dilihat pada Gambar
6.8. Kandang isolasi sebagai tempat khusus penyembuhan sapi yang
sedang terserang penyakit.

Penyusunan Masterplan dan Siteplan Kawasan Agropolitan Terpadu Bomberay VI - 21


Laporan Akhir

Kandang dirancang dengan terbuka agar sirkulasi udara baik dan


kandang bebas (free stall). Tiang kandang terbuat dari batang kayu
dengan atap asbes atau seng. Kandang dibuat untuk pemeliharaan
komunal, dimana setiap peternak dapat memelihara ternaknya dalam
kandang secara bersamaan. Keuntungan dengan sistem ini pengumpulan
bahan untuk pupuk akan lebih mudah. Ukuran setiap ekor ternak dewasa
memerlukan 3 m . Disain tempat makan secara detail dapat dilihat pada
Gambar 6.9.
Kandang akan dibangun di dalam area Holding Ground berdekatan
dengan handling yard dan unit pengelolaan limbah.

6.2. Kawasan dan Pagar Pedok

Pembagian area berdasarkan fungsi (peruntukan) areal dalam


menunjang produktivitas sebuah kawasan peternakan. Lokasi kawasan
Holding Ground akan dibagi menjadi beberapa fungsi area, yaitu: area
lahan padang rumput (Pedok) dan kebun rumput, area untuk kandang,
area untuk Handling yard, dan area untuk pengolahan limbah ternak
untuk pupuk. Lokasi kawasan secara fisik dibatasi oleh pagar yang
tersusun atas tiang pagar dan kawat berduri. Pagar terdiri dari pagar
dalam dan pagar luar. Pagar terbuat dari kawat berduri yang dipasang
paralel pada tiang pagar yang berjarak 5 meter. Jumlah kawat terbentang
sebanyak 4 buah dan diperkuat dengan kawat yang melintang diagonal
antara ujung tiang pagar. Tiang pagar disarankan terbuat dari kayu ulin
yang banyak tersedia di sekitar kawasan. Tinggi tiang kawat adalah 155
cm, dengan kedalaman tancap 30 cm di dalam tanah. Untuk
memperkokoh pagar, tanaman gamal (Glyricidia sepium) atau angsana
disarankan untuk ditanam antar tiang pagar dengan interval satu meter,
sehingga diantara dua tiang pagar terdapat 5 tegakan pohon gamal.
Keuntungan pemanfaatan tanaman gamal sebagai pagar adalah daunnya
dapat dimanfaatkan sebagai sumber hijauan. pakan berkualitas tinggi.

Penyusunan Masterplan dan Siteplan Kawasan Agropolitan Terpadu Bomberay VI - 22


Laporan Akhir

Detail Pagar keliling dan pagar pedok dapat di Lihat pada Gambar 6.10
dan 6.11.

Gambar 6.3.
Handling Yard/Corral

Gambar 6.4.
Disain Loading Chute

Penyusunan Masterplan dan Siteplan Kawasan Agropolitan Terpadu Bomberay VI - 23


Laporan Akhir

Gambar 6.5.
Disain Pintu Pagar

Gambar 6.6.
Disain Kandang Jepit

Penyusunan Masterplan dan Siteplan Kawasan Agropolitan Terpadu Bomberay VI - 24


Laporan Akhir

Gambar 6.7.
Kandang Induk/Pejantan/Pembesaran

Gambar 6.8.
Kandang Isolasi

Penyusunan Masterplan dan Siteplan Kawasan Agropolitan Terpadu Bomberay VI - 25


Laporan Akhir

Gambar 6.9.
Disain Tempat Makan

6.3. Pedok

Pedok merupakan unit lahan terkecil dalam kawasan peternakan


yang berfungsi sebagai tempat penggembalaan ternak. Jumlah pedok
disesuaikan dengan jumlah ternak yang dipelihara, luasan lahan kawasan,
lamanya periode penggembalaan (stay period) dan jenis tanaman pakan
yang dibudidayakan sebagai sumber hijauan pakan. Setiap pedok dibatasi
oleh pagar luar yang membatasi dengan areal bukan kawasan, sedangkan
antar pedok dibatasi oleh pagar dalam (internal fences) yang
menghubungkan antar pedok dan holding ground. Pagar antar pedok
yang berfungsi sebagai sekat diberi pintu untuk memudahkan pergiliran
ternak pada saat penggembalaan.
Pada kawasan yang direncanakan harus memiliki pedok. Selain itu
kawasan yang direncanakan mempunyai kebun rumput yang berfungsi
menyediakan hijauan pakan.
Untuk produksi hijauan pakan, jenis rumput yang perlu
dikembangkan adalah rumput yang dapat menghasilkan hijauan yang

Penyusunan Masterplan dan Siteplan Kawasan Agropolitan Terpadu Bomberay VI - 26


Laporan Akhir

berkualitas. Sistem penggembalaan yang dianjurkan adalah sistem


penggembalaan bergilir.
Kebun rumput akan ditanami rumput raja dan rumput gajah dengan
minimal produksi sebanyak 110 ton/ha/tahun, sehingga mampu
memberikan pakan hijauan kepada ternak. Setelah pagi hari digembalakan
selama 6 jam, kemudian ternak akan masuk kandang. Hijauan pakan akan
diberikan di kandang berasal dari kebun rumput tersebut.
Keragaman jenis tanaman pakan sangat penting dilakukan dalam
kawasan, karena selain dapat saling memenuhi kebutuhan nutrisi, juga
merupakan pencegahan terhadap adanya gangguan alam yang dapat
menyerang spesies tanaman pakan tertentu. Konsep tiga strata yang
terdiri dari tanaman pakan berupa pohon seperti gamal, lamtoro dan jenis
lainnya, dikombinasi dengan tanaman pakan perdu dan tanaman rumput-
rumputan yang merambat (creeping grasses) merupakan salah satu cara
untuk mengatasi kekurangan hijauan pakan akibat musim kemarau.
Di tengah pedok dan kebun rumput akan dibangun holding ground.
Pada batas luar pedok, dan untuk menyekat tiap sub pedok dan holding
ground akan digunakan pagar kawat berduri dan tanaman Gliricidia
sepium.
Pada kawasan akan dibangun reservoar alami yang dapat
menampung air dan dapat digunakan untuk kebutuhan ternak maupun
tanaman pada kawasan tersebut. Agar reservoar tersebut terjaga
kelestariaannya maka dilakukan konservasi dengan memelihara pohon-
pohon disekitar area reservoar.

6.4. Unit Pengolahan Limbah

Unit pengolahan limbah akan dibuat berdekatan dengan kandang.


Unit ini terdiri dari 3 kompartmen (Gambar 6.13), yaitu untuk
penampungan feses segar, pengolahan (dekomposisi) feses melalui
perlakuan biokomposer, dan penampungan pupuk jadi. Unit pengolahan

Penyusunan Masterplan dan Siteplan Kawasan Agropolitan Terpadu Bomberay VI - 27


Laporan Akhir

dikelilingi oleh tembok setinggi 70 - 80 cm. Unit pengolahan limbah terdiri


dari tiga kompartment, yaitu kompartmen I untuk pengolahan kotoran
segar, kompartmen II untuk pengolahan kotoran setengah jadi, dan
kompartmen III untuk pupuk matang yang tersusun secara berurutan
sehingga instalasi ini merupakan conveying system mulai dari kompartmen
pengolahan kotoran segar hingga kompartmen pupuk jadi. Ketiga
kompartmen ini berada dalam satu bangunan fisik yang berukuran netto
10 m x 30.6 m. Kompartmen I berukuran netto 10 m x 8.6 m,
kompartmen II berukuran 10 m x 18 m, dan kompartmen III berukuran
10 m x 4 m. Masing-masing kompartmen dipisahkan dengan sekat tembok
setinggi 70 - 80 cm. Lantai dasar bangunan tidak ditembok melainkan
langsung kontak dengan tanah.
Atap terbuat dari seng atau asbes yang memungkinkan terjadinya
pemanasan, sehingga suhu disekitar bahan berkisar antara 27 - 30oC pada
siang hari. Untuk kompartmen pengolahan kotoran segar, lantai tersusun
berturut turut dari bawah sampai permukaan atas lapisan batu atau ijuk,
kerikil, pasir dan tanah, yang bertujuan untuk mempercepat proses
penyerapan cairan feses. Dengan konstruksi seperti ini cairan kotoran
tidak akan tercecer kemana-mana, tetapi meresap ke dalam tanah.
Tujuan utama kompartmen ini adalah untuk mengurangi kadar air
dan meningkatkan aerasi permukaan kotoran yang sudah ditumpuk.
Kompartmen setengah jadi terletak diantara kompartment I dan
kompartmen III. Kompartmen ini merupakan tempat pengolahan lanjutan
feses yang kadar airnya mencapai 30 - 40%. Waktu yang diperlukan
untuk pengolahan dalam kompartmen ini lebih lama dibandingkan kedua
kompartmen lainnya, sehingga luasan kompartmen II lebih besar
dibandingkan dengan yang lainnya. Kompartmen III merupakan tempat
akhir dari proses pengolahan, sehingga diperlukan hanya dalam waktu
yang singkat, sebelum kemudian pupuk yang sudah jadi dikemas. Unit
pengemasan diperlukan untuk pengemasan pupuk organik yang sudah
siap digunakan. Unit ini sifatnya opsional bagi manajemen kawasan. Jika

Penyusunan Masterplan dan Siteplan Kawasan Agropolitan Terpadu Bomberay VI - 28


Laporan Akhir

akan digunakan sebagai pupuk komersial maka unit ini diperlukan. Tetapi
seandainya manajemen kawasan merasa berat dengan adanya unit ini,
maka pupuk jadi dapat langsung didistribusikan kepada masyarakat yang
memerlukan tanpa harus dikemas terlebih dahulu

6.5. Gudang Pakan dan Gudang Hijauan Pakan

Bangunan untuk gudang pakan dan gudang hijauan pakan akan


dibuat di dalam kawasan letaknya berdekatan dengan kandang.
Bangunan ini berfungsi untuk penyimpanan bahan baku pakan dan untuk
tempat pencacahan hijauan pakan.

6.6. Gedung Pelatihan, Kantor dan Mess

Gedung pelatihan akan dibuat di dalam kawasan terdiri dari asrama


dan ruang kelas. Bangunan ini berfungsi untuk pelatihan dan diskusi antar
peternak dan petugas penyuluh lapang. Bangunan kantor dan garasi.
Seluruh fasilitas yang terdapat di holding ground dapat di lihat pada
Tabel 6.6.

Penyusunan Masterplan dan Siteplan Kawasan Agropolitan Terpadu Bomberay VI - 29


Laporan Akhir

Tabel 6.6.
Fasilitas Peternakan

No Jenis Fasilitas
1 Holding ground
- Kandang sapi dewasa
- Kandang jantan
- Kandang isolasi
- Pengolahan limbah
2 Handling yard
- Kandang jepit
- Loading cute
3 Kebun rumput
4 Pedok (Pastura)
5 Kantor dan garasi
6 Gudang pakan
7 Gudang hijauan pakan
8 Gedung pelatihan/mess
9 Tower Air

Penyusunan Masterplan dan Siteplan Kawasan Agropolitan Terpadu Bomberay VI - 30


Laporan Akhir

Gambar 6.10.
Pagar Keliling

Penyusunan Masterplan dan Siteplan Kawasan Agropolitan Terpadu Bomberay VI - 31


Laporan Akhir

Gambar 6.11.
Pagar Pedok

Penyusunan Masterplan dan Siteplan Kawasan Agropolitan Terpadu Bomberay VI - 32


Laporan Akhir

Gambar 6.12.
Disain Sheds (Peneduh)

Penyusunan Masterplan dan Siteplan Kawasan Agropolitan Terpadu Bomberay VI - 33


Laporan Akhir

Gambar 6.13.
Pengolahan Limbah dan Biogas

Penyusunan Masterplan dan Siteplan Kawasan Agropolitan Terpadu Bomberay VI - 34

Anda mungkin juga menyukai