Anda di halaman 1dari 19

EVALUASI

PAKAN
UJI KUALITAS
SIFAT FISIK DAN
KIMIA PADA
TERNAK
RUMINASIA
BESAR
DOSEN PEMBIMBING : DUTA
SETIAWAN, S.PT, M.SI
UJI KUALITAS SIFAT
FISIK DAN KIMIA PADA
TERNAK RUMINASIA
BESAR
Oleh:
DARMAWAN SUSIL0
NIM.C1071161038

ANDRE HARDANTA HAFIZ


NIM. C1071141039
UJI FISIK UJI KIMIA
 Uji Fisik adalah uji dimana kualitas Uji Kimia adalah uji dimana
produk diukur secara objektif kualitas produk diukur secara
berdasarkan hal-hal fisik yang nampak
objektif berdasarkan kandungan
dari suatu produk. Prinsip uji fisik yaitu
Pengujian dilakukan dengan cara kasat kimia yang terdapat dalam suatu
mata, penciuman, perabaan dan produk.
pengecapan dan alat-alat tertentu yang
sudah di akui secara akademis. Ada dua
Dalam metode kimia kita
cara yang bisa dilakukan untuk menguji menggunakan beberapa metode di
sifat fisik bahan pangan. antaranya:
 Pertama, menggunakan indera manusia, dengan cara  Gravimetri
menyentuh, memijit, menggigit, mengunyah, dan
sebagainya, selanjutnya kita sampaikan apa yang kita  Volumetri
rasakan.
 Spektrofotometri
 Kedua, pendekatan fisik menggunakan instrument
atau peralatan tertentu hasilnya dinyatakan dengan  Kromatografi
unit satuan meter (m), kilogram (kg) dan detik (dt).

3
Latar Belakang
Sifat fisik tanaman hijauan dapat ditinjau dari sifat kelembapan (bulkiness),
sifat daya serap air (water regain capacity), maupun sifat kelarutannya dalam
air (water solubility). Sifat fisik tersebut erat kaitannya dengan tingkat
degradabilitas dan fermentabilitas di dalam rumen (Suhartati et al., 2004).
Semakin jelek sifat fisik hijauan, maka semakin rendah kualitasnya karena
kecernaannya di dalam rumen rendah.

Tujuan
Tujuan dari makalah ini yaitu untuk mengetahui pengaruh komposisi dan jenis
hijauan beragam terhadap sifat fisik dan kecernaan ransum pada ruminansia
besar.

4
DENSITAS Sifat Fisik Ransum
densitas adalah suatu besaran kerapatan massa benda
yang dinyatakan dalam berat benda per satuan volume yang Diukur
benda tersebut. Besaran massa jenis dapat membantu
menerangkan mengapa benda yang berukuran sama  Densitas
memiliki berat yang berbeda.

DAYA SERAP AIR

Daya serap air adalah kemampuan partikel bahan  Daya Serap Air
pangan untuk mengikat air.

DAYA LARUT AIR

Kelarutan atau solubilitas adalah kemampuan suatu zat


kimia tertentu, zat terlarut (solute), untuk larut dalam
 Daya Larut Air
suatu pelarut (solvent). Kelarutan dinyatakan dalam
jumlah maksimum zat terlarut yang larut dalam suatu
pelarut pada kesetimbangan. Larutan hasil
disebut larutan jenuh. Zat-zat tertentu dapat larut
5
dengan perbandingan apapun terhadap suatu pelarut.
Tabel 1. Komposisi Ransum Dalam Bahan Kering
Ransum Perlakuan
KOMPOSISI DAN
Bahan Penyusun Ransum
A

45,00
B

30,00
C

15,00
D

0,00
KANDUNGAN
DALAM BAHAN
Jerami Padi (%)

Gamal (%) 15,00 20,00 25,00 30,00

KERING
Kaliandra (%) 10,00 10,00 10,00 10,00

30,00 First30,00
to Market 30,00 30,00
Konsentrat (%)
100,00 100,00 100,00 100,00
Total
Keterangan: Analisa
Tabel 2. Kandungan Nutrient Ransum Dalam Bahan Kering dilakukan di Laboratorium
Ransum Perlakuan
Nutrisi Lokal Penelitian
Kandungan Nutrien Ransum
A B C D Sapi Potong Grati (2011)
Energi (kkal/kg) 3346 3307 3297 3109
Densitas dapat dihitung
Protein Kasar (%) 11,71 11,51 11,54 12,05

Lemak Kasar (%) 1,63 1,83 1,65 2,29


dengan rumus:
Serat Kasar (%) 25,36 25,94 25,53 21,59 𝐷𝑒𝑛𝑠𝑖𝑡𝑎𝑠
TDN 60,98 59,65 58,65 60,91 𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙
=
NDF 62,57 58,23 56,23 59,40
𝑣𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑡𝑎𝑏𝑢𝑛𝑔
ADFx 45,48 42,76 38,10 36,95 6

ADL 3,45 4,78 5,23 7,78


Kecernaan
Ransum
Kecernaan ransum didefinisikan
sebagai bagian ransum yang tidak
diekskresikan di dalam feses sehingga
diasumsikan bagian tersebut diserap
oleh tubuh hewan. Kecernaan
dinyatakan dengan dasar bahan
kering (McDonald et al., 2002). Sifat
fisik tanaman hijauan dapat ditinjau
dari sifat keambaan (bulkiness), sifat
daya serap air (water regain
capacity), maupun sifat kelarutannya
dalam air (water solubility).
7
SIFAT FISIK
RANSUM
SIFAT FISIK BAHAN PENYUSUN RANSUM
MERUPAKAN SALAH SATU INDIKATOR
UNTUK MENGETAHUI KUALITAS BAHAN.
DENSITAS RANSUM MENGINDIKASIKAN
KEAMBAAN. SEMAKIN RENDAH
DENSITAS SUATU PAKAN, MAKA MAKIN
AMBA PAKAN TERSEBUT.
TABEL 4. KOEFISIENSI CERNA RANSUM PADA SAPI BALI
Ransum Perlakuan
Perubahan SEM
A B C D

KCBK (%) 57,25a 52,39a 57,30a 67,78b 1,02

KCBO (%) 72,17a 70,12a 71,96a 72,30a 0,86

KCSK (%) 63,34a 61,07a 54,56ab 49,34b 1,39


8

KCPK (%) 66,84ab 65,26b 69,75ac 71,42c 0,51


MOLASES
Molases Merupakan Hasil Dari Proses Penggilingan Tebu Menjadi Gula. Menurut Sutardi
(1981), Molasses Dalam Ransum Komersial Untuk Ternak Digunakan 15%, Domba 8%, Babi
15%, Dan Unggas 5%. Komposisi Molasses Terdiri Dari 82,4% Bahan Kering; 11,8% Abu; 3,24%
Protein Kasar; 0,3% Lemak; 0,4% Serat Kasar; 84,8% Beta-n Dan 70,7% TDN (Sutardi, 1981).
Keuntungan Penggunaan Molases Untuk Makanan Ternak Adalah: Kadar Karbohidratnya Yang
Tinggi (48-60 % Sebagai Gula), Kadar Mineralnya Cukup Dan Disukai Ternak. Molases Juga
Mengandung Vitamin B Kompleks Serta Unsur-unsur Mikro Yang Penting Bagi Ternak, Seperti
Kobalt, Boron, Yodium, Tembaga, Mangan, Seng. Sedangkan Keuntungannya Ialah Kadar
Kaliumnya Yang Tinggi, Dapat Menyebabkan Diare Jika Terlalu Banyak Dikonsumsinya
(Mochtar Et Al., 1983). Molases Kaya Akan Kandungan Berbagai Asam Amino Seperti
Aspartat, Glutamat, Lignin Dan Alanin (Somaatmadja, 1981).
Molases Banyak Dimanfaatkan Dan Dipergunakan Secara Langsung Sebagai Pupuk, Pakan
Ternak Dan Bahan Baku Industri Fermentasi. Ada Beberapa Cara Penggunaan Molases Untuk
Makanan Ternak Antara Lain, Diberikan Komponen Secara Terpisah Dari Komponen Lain,
Diberikan Dengan Campuran Urea Atau Amoniak, Diberikan Bersama-sama Dengan Campuran
Komponen Lainnya Seperti Biji-bijian, Ampas, Tongkol Jagung Dan Sebagainya (Paturau,
1982).
9
RUMPUT LAPANG

Rumput lapang merupakan campuran dari


berbagai jenis rumput lokal yang umumnya
tumbuh secara alami dengan daya produksi dan
kualitas nutrisinya yang rendah. Walaupun
demikian rumput lapang merupakan hijauan yang
mudah didapat dan jumlah pengeluaran untuk
pengolahannya sangat minim (wiradarya, 1989).

10
TABEL 5. KOMPOSISI NUTRISI RUMPUT LAPANG
Kandungan Nutrisi Komposisi
Bahan Kering (%) 24,48
Abu (%) 14,5
Protein Kasar (%) 8,2
Lemak (%) 1,44
Serat Kasar (%) 31,7
BETN (%) 44,2
TDN (%) 51,00
DE (Mkal/kg) 1,82
NEM (Mkal/kg) 1,00
NEG (Mkal/kg) 0,45
HEL (Mkal/kg) 1,13
Selulosa (%) 31,03
Lignin (%) 7,80
ADF (%) 40,32
NDF (%) 63,61
Kalsium (%) 0,366 11

Pospor (%) 0,230


RUMPUT KOMPLIT
Ransum adalah makanan yang terdiri atas beberapa jenis bahan
makanan yang diberikan kepada hewan untuk kebutuhan 24 jam, yang
mengandung semua zat-zat makanan yang diperlukan hewan dalam
keadaan serba cukup dan seimbang (Lubis, 1952).

12
WAFER
Wafer merupakan suatu bahan yang mempunyai dimensi (panjang, lebar, dan
tinggi) dengan komposisi terdiri dari beberapa serat yang sama atau seragam
(ASAE, 1994). Menurut Mc Bride et al. (1997), material serat yang mendapat
tekanan sehingga mempunyai bentuk diagonal yang lebih besar daripada
panjangnya, berdimensi dan mempunyai bulk density.

Bentuk wafer yang padat dan cukup ringkas diharapkan dapat:


 meningkatkan palatabilitas ternak karena bentuknya yang padat,
 memudahkan dalam penanganan, pengawetan, penyimpanan, transportasi, dan
penanganan hijauan lainnya,
 memberikan nilai tambah karena selain memanfaatkan limbah hijauan, juga
dapat memanfaatkan limbah pertanian dan perkebunan, dan
 menggunakan teknologi sederhana dengan energi yang relatif rendah
(Trisyulianti, 1998).
13
WAFER RANSUM KOMPLIT
Wafer ransum komplit adalah suatu produk pengolahan pakan ternak yang terdiri
atas pakan sumber serat yaitu hijauan dan konsentrat dengan komposisi yang
disusun berdasarkan kebutuhan nutrisi ternak dan dalam proses pembuatannya
mengalami pemadatan dengan tekanan 12kg/cm2 dan pemanasan dalam suhu
1200C selama 10menit (Noviagama, 2002).

Keuntungan wafer ransum komplit menurut Tisyulianti (1998) adalah:


 Kualitas nutrisi lengkap,
 Mempunyai bahan baku bukan hanya dari hijauan makanan ternak seperti rumput dan
legum, tapi juga dapat memanfaatkan limbah pertanian, perkebunan, atau limbah
pabrik pangan,
 Tidak mudah rusak oleh faktor biologis karena mempuyai kadar air kurang dari 14%,
 Ketersediaannya berkesinambungan karena sifatnya yang awet dapat bertahan cukup
lama sehingga dapat mengantisipasi ketersediaan pakan pada musim kemarau serta
dapat dibuat pada saat musim hujan dimana hasil-hasil hijauan makanan ternak dan
produk pertanian melimpah,
14
 Memudahkan dalam penanganan karena bentuknya padat kompak sehingga
memudahkan dalam penyimpanan dan transpotasi.
KONDISI TERNAK
Selama penelitian kondisi ternak secara umum mengalami
peningkatan bobot badan seperti yang tercantum pada Tabel
6. Bobot awal ternak percobaan 72 – 96 kg sedangkan bobot
akhir adalah 96 – 120 kg. Hal ini menunjukkan bahwa pada
kisaran bobot awal tersebut adaptasi rumen lebih siap
sehingga terjadi peningkatan bobot badan (selama 10 hari
penelitian) sekitar 17 – 24 kg atau 1,70 – 2,40 kg/e/h.

PBB yang terjadi jauh lebih tinggi dari rekomendasi NRC


(1989) PBB 1,1 – 1,3 kg/hari. PBB yang tinggi kemungkinan
disebabkan adanya pertumbuhan kompensasi dan kelebihan
konsumsi PK dan TDN yang melebihi standar NRC (1989).
15
Tabel 6. Rataan Bobot Badan Pedet
Selama Penelitian
Pedet
Hal yang Diamati
A B C D

Bobot awal (hari ke-1), 92,00 93,00 96,00 72,00

(kg)

Bobot awal (hari ke-1), 112,00 120,00 114,00 96,00

(kg)

PBB Total (kg) 20,00 17,00 18,00 24,00

PBB (kg/hari) 2,00 1,70 1,80 2,40

16
PERTUMBUHAN KOMPENSASI DISEBABKAN OLEH DUA
HAL DIANTARANYA:

 Penurunan kebutuhan hidup pokok. Ternak yang diberi pakan yang kurang
dari kebutuhan akan mempunyai bobot badan yang lebih rendah sehingga
kebutuhan untuk hidup pokoknya akan lebih kecil pada waktu realimentasi,
sehingga banyak energi yang dapat digunakan untuk produk atau
pertumbuhan pada tingkat konsumsi yang sama.
 Peningkatan konsumsi makanan, sehingga isi saluran pencernaan
bertambah dan pertumbuhan jaringan yang lebih cepat. Ternak yang
memiliki bobot badan yang sama, ternak yang sebelumnya mengalami
kekurangan makanan akan makan lebih banyak selama proses realimentasi,
pada periode sebelumnya pedet tersebut mengalami sedikit kekurangan
konsumsi/zat makanan, karena sebelum penelitian ternak dipakai untuk
praktikum yang pemberian makanannya kurang terkontrol dengan baik.
17
KESIMPULAN
Uji fisik dan kimia
merupakan pengujian
yang dilakukan untuk
mengetahui lebih jelas
mengenai pemberian
pakan baik berupa
wafer, crumble, oval,
dll.
Pemberian yang baik
dapat menghasilkan
ternak yang baik pula
tergantung terhadap
pemberian yang
diberikan.

18
THANK YOU

19

Anda mungkin juga menyukai