Anda di halaman 1dari 118

Buku Putih Sanitasi Kabupaten Aceh Besar Tahun 2011

Bab II

Gambaran Umum Kabupaten Aceh Besar

2.1.Kondisi Wilayah
Kabupaten Aceh Besar yang juga dikenal dengan sebutan Aceh Besar Makmue Beu
Saree , dengan ibukotanya Kota Jantho secara legal-formal didirikan pada tahun
1984 Dalam perkembangannya kemudian momentum tersebut ditetapkan sebagai
Hari Jadi Kota Jantho. Walaupun status pemerintahannya adalah pemerintah
kabupaten, tidak serta-merta menjadikan kehidupan masyarakatnya seperti yang
terjadi di kota-kota besar karena ukurannya pun tidak mencerminkan sebuah kota
yang cukup luas. Level yang dicapai Kabupaten Aceh Besar adalah sebuah kota yang
masih tergolong klasifikasi kota kecil.

2.1.1. Geografis
Kabupaten Aceh Besar terdiri dari 23 Kecamatan. Secara geografis Kabupaten Aceh
Besar terletak pada posisi 5,2 - 5,8 LU dan 95,0 95,8 BT. Panjang Pantai 195
Km, dengan luas wilayah 2.974, 12 km.

2.1.2. Topografi
Kabupaten Aceh Besar memiliki topografi yang beragam yang terdiri dari
4 kelas yakni terdiri atas dataran rendah (0-2%), berombak (3-15 %), berbukit-
bukit (16-40 %), dan bergunung (>40 %), dan sebagiannya merupakan wilayah
kepulauan. Yang merupakan daerah dataran umumnya terdapat di wilayah
Pesisir Timur dan Utara serta Pesisir Barat. Keadaan Lereng sangat bervariasi,
dari bentuk dataran sampai curam. Berdasarkan persen lereng (slope), proporsi
luas lahan yang paling besar adalah kemiringan lebih dari 40 %, yaitu 1.313 km 2
atau 44.17 % dari luas wilayah. Khusus untuk wilayah eksplorasi untuk
penambangan besi merupakan daerah berbukit yang memiliki kelerengan 15 -
40% sebagaimana tabel berikut:

1
Pokja AMPL Kabupaten Aceh Besar
Buku Putih Sanitasi Kabupaten Aceh Besar Tahun 2011

Tabel 1.
Kelas Kemiringan Lereng di Kabupaten Aceh Besar

No. Kemiringan Meliputi ( % )


1. 02% 14.26
2. 3 15 % 17.99
3. 16 40 % 23.58
4. 40 % lebih 44.17
Sumber :
Buku Aceh Besar Dalam Angka 2010

2.1.3 Geohidrologi
1. Iklim
Iklim merupakan salah satu faktor yang berperan penting untuk pertumbuhan
tanaman. Sebagaimana halnya daerah-daerah lain di Provinsi Nanggroe Aceh
Darussalam, Kabupaten Aceh Besar pada umumnya beriklim tropis dengan dua
musim, yaitu musim kemarau dan musim penghujan. Musim kemarau berkisar
antara bulan Januari -Juni. Musim hujan, biasanya berkisar antara bulan Juli
sampai Desember, dengan curah hujan rata rata per tahun 270 mm. Tentang
keadaan curah hujan di Kabupaten Aceh Besar dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 2.
Keadaan Hujan di Kabupaten Aceh Besar Tahun 2007 - 2009
Keadaan Hujan
Bulan
Curah Hujan Hari Hujan

2007 2008 2009 2007 2008 2009

Januari 195,9 160,9 276,5 15 17 21

Februari 7,7 23,7 113 5 6 7

Maret 144,7 162,1 114,6 9 15 15

April 118,8 86,4 191 9 17 11

Mei 80,1 62,3 178,1 13 13 15

Juni 100,1 18,4 21,9 15 8 1

Juli 75,5 49,1 6,2 9 11 9

Agustus 21 53,2 118,3 8 14 18

September 81,5 60,3 126,8 14 9 12

Oktober 125,5 62,3 43,5 17 16 7

November 179,7 302 316,5 18 21 21

2
Pokja AMPL Kabupaten Aceh Besar
Buku Putih Sanitasi Kabupaten Aceh Besar Tahun 2011

Desember 197,8 166,7 254 15 18 17

Sumber: Buku Aceh Besar Dalam Angka tahun 2010

Gambar 1

2. Cuaca
Kabupaten Aceh Besar terletak dekat dengan garis khatulistiwa, sehingga wilayah
ini tergolong beriklim tropis. Suhu udara rata-rata berkisar antara 25C - 28C.
Kabupaten Aceh Besar juga mengalami musim kemarau dan hujan. Musim
kemarau biasanya terjadi pada bulan April sampai dengan September. Pada
tahun 2009, Suhu rata-rata pada periode tersebut memang relatif lebih tinggi
dibandingkan periode Oktober sampai dengan Maret. Adapun suhu maksimum
adalah sebesar 34,3C pada bulan Juni dan Juli, sedangkan suhu minimum
adalah sebesar 22,2C pada bulan Februari.
Tabel 3.
Keadaan Udara di kabupaten Aceh Besar Tahun 2007 - 2009
Bulan Suhu Udara ( 0C ) Tekanan Udara Kelembaban Udara (%)

2007 2008 2009 2007 2008 2009 2007 2008 2009

Januari 26,2 26,6 25,4 1010,9 1009,4 1010,9 80 81 84,5

Februari 26,8 26,8 26,1 1010 1009,4 1009,8 78 78 81,1

Maret 26,6 26,4 26,3 1009,4 1008,3 1009,7 79 84 83,5

April 27,3 27 27,5 1008,9 1007,9 1009,1 81 83 79,7

Mei 27,5 27,7 27,5 1008,4 1008,5 1008,2 78 74 78,4

3
Pokja AMPL Kabupaten Aceh Besar
Buku Putih Sanitasi Kabupaten Aceh Besar Tahun 2011

Juni 27,6 27,8 28,2 1007,1 1008,9 1009,1 75 74 69,3

Juli 27,7 27,3 28,3 1008,3 1008,8 1009,1 72 75 68,8

Agustus 27,6 27,4 27,2 1008,3 1009 1009,4 70 75 76,2

September 27,5 27,7 27,3 1008,6 1009,7 1009,8 70 70 74,2

Oktober 26,4 26,9 26,8 1009 1010,1 1010,1 78 79 77,6

November 26,4 26,4 26,2 1009,2 1009,2 1009,6 82 84 85,2

Desember 26 26 26,4 1008,6 1009,8 1010,3 81 85 85,6

Sumber: Buku Aceh Besar Dalam Angka tahun 2010

Gambar 2

2.2.Administratif
Batas-batas administrasi wilayah Kabupaten Aceh Besar adalah sebagai berikut:

Sebelah Utara : Selat Malaka dan Kabupaten aceh Besar


Sebelah Timur : Kabupaten Aceh Jaya
Sebelah Selatan : Samudera Indonesia
Sebelah Barat : Kabupaten Pidie
Adapun luas wilayah Kabupaten Aceh Besar seluruhnya sekitar 2.974,12 km
.Secara administrasi Kabupaten Aceh Besar terbagi menjadi 23 Kecamatan yang
tersebar dari 68 Kemukiman, 608 Desa, dan 5 Kelurahan.

Gambar 3.
Peta Kabupaten Aceh Besar
4
Pokja AMPL Kabupaten Aceh Besar
Buku Putih Sanitasi Kabupaten Aceh Besar Tahun 2011

Sumber : Bappeda Aceh Besar

Gambar 4
Peta Daerah Aliran Sungai (DAS)

Sumber : Bappeda Aceh Besar

Adapun pembagian wilayah administrasi Kabupaten Aceh Besar berikut luasnya


dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 4.
Luas Daerah, Jumlah Desa / Kelurahan, Mukim,
menurut Kecamatan di Kabupaten Aceh Besar
No. Kecamatan Luas Area (Km) Desa Mukim
1. Lhoong 125,00 28 4
2. Lhoknga 98,95 28 4
3. Leupung 76,00 6 1
4. Indra Puri 285,25 52 3
5. Kuta Cot Glie 230,25 32 2

5
Pokja AMPL Kabupaten Aceh Besar
Buku Putih Sanitasi Kabupaten Aceh Besar Tahun 2011

6. Seulimeum 487,26 47 5
7. Kota Jantho 274,04 13 1
8. Lembah Seulawah 322,85 12 2
9. Mesjid Raya 110,38 13 2
10. Darusalam 76,42 29 3
11. Baitussalam 37,76 13 2
12. Kuta Baro 83,81 47 5
13. Montasik 94,10 39 3
14. Blang Bintang 70,51 26 3
15. Ingin Jaya 73,68 50 6
16. Krueng Barona Jaya 9,06 12 3
17. Sukamakmur 106,00 35 4
18. Kuta Malaka 36,00 15 1
19. Simpang Tiga 55,00 18 2
20. Darul Imarah 32,95 32 4
21. Darul Kamal 16,20 14 1
22. Peukan Bada 31,90 26 4
23. Pulo Aceh 240,75 17 3
Jumlah 2.974,12 601 68
Sumber : Kabupaten Aceh Besar Dalam Angka 2010.

Luas Kabupaten Aceh Besar adalah sekitar 2.974,12 km, dengan wilayah terluas
adalah Kecamatan Seulimeum dengan luas 487,26 km (16,38%) dan wilayah
terkecil adalah Kecamatan 9,06 km yaitu seluas (0,30%).

2.3.Kependudukan
Perkembangan kepedudukan di Kabupaten Aceh Besar dapat dilihat dari jumlah,
perkembangan dan penyebaran penduduk, serta kepadatan penduduk. Jumlah
penduduk Kabupaten Aceh Besar dari tahun ke tahun nampak terus bertambah. Dari
data kependudukan jumlah dan kepadatan penduduk di Kabupaten Aceh Besar pada
tahun 2009 memiliki kepadatan rata-rata sebesar 283 jiwa/km 2. Sedangkan
kepadatan yang tertinggi yaitu di Kecamatan Krueng Barona jaya sebesar 1.500 jiwa/
km2, kemudian di Kecamatan Darul Imarah yaitu 1.387 jiwa/km 2, kemudian
kepadatan yang terendah yaitu di Kecamatan Pulo Aceh dengan tingkat kepadatan
15 jiwa/ km2. Kemudian Kecamatan Kota Jantho yaitu 29 jiwa/ km 2. Secara
keseluruhan kepadatan penduduk dan penyebaranya dapat dilihat pada tabel
berikut.
Tabel 5.
Jumlah dan Kepadatan Penduduk Diperinci
Tiap Kecamatan Di Kabupaten Aceh Besar Tahun 2008 2009
No Kecamatan Luas Jumlah Kepadatan
Penduduk

6
Pokja AMPL Kabupaten Aceh Besar
Buku Putih Sanitasi Kabupaten Aceh Besar Tahun 2011

Wilayah Penduduk (Jiwa/Km2)


(Km2) (Jiwa) 2008 2009
1 Lhoong 125 8.897 76,09 71,18
2 Lhoknga 98,95 14.561 128,66 147,16
3 Leupung 76 2.497 53,07 32,86
4 Indrapuri 285,25 19.231 61,05 67,42
5 Kuta Cot Glie 230,25 12.047 50,39 52,32
6 Seulimeum 487,26 21.163 41,66 43,43
7 Kota Jantho 274,04 8.066 29,69 29,43
8 Lembah Seulawah 322,85 10.170 27,52 31,50
9 Mesjid Raya 110,38 20.307 190,95 183,97
10 Darussalam 76,42 22.266 281,65 291,36
11 Baitussalam 37,76 16.176 432,65 428,39
12 Kuta Baro 83,81 23.018 242,14 274,65
13 Montasik 94,1 17.382 189,69 184,72
14 Ingin Jaya 73,68 27.027 329,97 366,82
15 Krueng Barona Jaya 9,06 13.594 1523,62 1500,44
16 Suka Makmur 106 13.569 127,93 128,01
17 Kuta Malaka 36 5.827 150,17 161,86
18 Simpang Tiga 55 5.241 99,31 95,29
19 Darul Imarah 32,95 45.725 1277,69 1387,71
20 Darul Kamal 16,2 6.586 414,26 406,54
21 Peukan Bada 31,9 14.904 372,76 467,21
22 Pulo Aceh 240,75 3.793 19,50 15,75
23 Blang Bintang 70,51 10.488 137,78 148,74
Sumber : Aceh Besar Dalam Angka, 2010

Gambar 5 :
Peta Populasi Penduduk Kabupaten Aceh Besar

7
Pokja AMPL Kabupaten Aceh Besar
Buku Putih Sanitasi Kabupaten Aceh Besar Tahun 2011

Sumber : Bappeda Aceh Besar

Dengan melihat dan memperhatikan besarnya jumlah maupun kepadatan


penduduk suatu wilayah dapat diperkirakan bahwa pada wilayah tersebut akan menjadi
pusat kegiatan yang mempunyai karakteristik tertentu, sesuai dengan tipologi maupun
posisi strategis dari wilayah tersebut.

Tabel di atas menjelaskan bahwa Kecamatan Krueng Barona Jaya memiliki kepadatan
yang sangat tinggi bila dibandingkan dengan kecamatan lainnya. Hal ini dikarenakan
kecamatan ini terletak pada perbatasan dengan Kota Banda Aceh khususnya dengan
Kecamatan Ulee Kareng yang merupakan salah satu pusat kegiatan ekonomi di Kota
banda Aceh. Selain itu Kecamatan ini juga berdekatan dengan Universitas Syiah Kuala
sehingga banyak mahasiswa yang menetap di kecamatan tersebut. Kondisi tersebut
sangat mendukung dalam aktivitas penduduk mengingat kecamatan ini memiliki jalur
mobilitas yang bagus sehingga meskipun luasan daerahnya kecil tetapi tetap menjadi
alternatif singgah bagi penduduk yang memiliki tingkat mobilitas tinggi.

2.4.Pendidikan
Jumlah sekolah Sekolah Dasar (SD) di Kabupaten Aceh Besar pada tahun 2009 ada
sebanyak 207 sekolah, dimana sebanyak 8 sekolah dikelola oleh pihak swasta dan sisanya
berstatus negeri. Jumlah guru yang ada sebanyak 2.616 orang dan jumlah murid yang
terdaftar sejumlah 26.568 orang, dengan kondisi ruang kelas terdapat 50 kelas yang
ternyata rusak berat, 209 kelas rusak dan sisanya sebanyak 1.053 kelas dalam kondisi
baik.

Pada tahun ini tercatat pula jumlah Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP)
sebanyak 63 sekolah dengan jumlah guru sebanyak 1.551 orang dan 9.368 orang murid.
Sedangkan untuk tingkat Sekolah Lanjutan Tingkat Atas (SLTA) jumlahnya ada sebanyak
31 sekolah dan 10 diantaranya merupakan sekolah swasta. Jumlah tenaga pendidik

8
Pokja AMPL Kabupaten Aceh Besar
Buku Putih Sanitasi Kabupaten Aceh Besar Tahun 2011

untuk tingkat SMU sebanyak 1.124 orang dan murid yang terdaftar sebanyak 8.998
orang. Dari seluruh kecamatan hanya 5 kecamatan yang belum memiliki SLTA yaitu
Kecamatan Darussalam, Blang Bintang, Kuta Malaka, Simpang Tiga dan Darul Kamal.

Pendidikan merupakan salah satu kunci sukses utama dalam proses pelaksanaan
pembangunan daerah, karena dengan pendidikan maka akan dicapai sumber daya
manusia yang berkualitas. Keberhasilan dalam pendidikan tidak lepas dari tersedianya
sarana dan prasarana yang memadai, sehingga proses belajar mengajar dapat berjalan
baik dan lancar, yang diharapkan dapat menghasilkan output yang memuaskan. Berikut
ini merupakan tabel sarana dan prasarana pendidikan di Kabupaten Aceh Besar.

Tabel 6
Banyaknya Sekolah, Kelas, Murid, dan Guru Pada Taman Kanak kanak Negeri dan
Swasta per Kecamatan Dalam Kabupaten Aceh Besar Tahun 2009
Sekolah Kelas Murid Guru
Kecamatan
Negeri Swasta Negeri Swasta Negeri Swasta Negeri Swasta/
01. Lhoong 0 0 0 0 0 0 0 0
02. Lhoknga 0 0 0 0 0 0 0 0
03. Leupung 0 0 0 0 0 0 0 0
04. Indrapuri 0 20 0 38 0 464 0 95
05. Kuta Cot Glie 0 8 0 7 0 98 0 24
06. Seulimeum 0 9 0 9 0 188 0 24
07. Kota Jantho 1 3 2 6 24 141 5 9
08. Lembah Seulawah 0 5 0 6 0 143 0 13
09. Mesjid Raya 0 12 0 23 0 508 0 54
10. Darussalam 0 5 0 10 0 284 0 25
11. Baitussalam 0 3 0 4 0 104 0 13
12. Kuta Baro 0 7 0 14 0 425 0 38
13. Montasik 0 6 0 14 0 301 0 39
14. Blang Bintang 0 5 0 10 0 235 0 15
15. Ingin Jaya 0 14 0 29 0 785 0 38
16. Krueng Barona Jaya 0 3 0 6 0 142 0 18
17. Sukamakmur 1 9 2 15 41 313 10 61
18. Kuta Malaka 0 6 0 12 0 231 0 38
19. Simpang Tiga 0 3 0 4 0 96 0 18
20. Darul Imarah 0 15 0 24 0 750 0 31
21. Darul Kamal 0 1 0 2 0 52 0 4
22. Peukan Bada 0 0 0 0 0 0 0 0
23. Pulo Aceh 0 0 0 0 0 0 0 0
2009 2 134 4 233 65 5260 15 557
Jumlah 2008 2 137 4 274 79 2.729 194 389
2007 2 140 4 12 92 5.136 194 328
Sumber : Aceh Besar Dalam Angka, 2010

Tabel 7

9
Pokja AMPL Kabupaten Aceh Besar
Buku Putih Sanitasi Kabupaten Aceh Besar Tahun 2011

Banyaknya Sekolah, Kelas, Murid, Guru, dan Kondisi ruang Kelas Pada SD Negeri dan
Swasta Per Kecamatan Dalam kabupaten Aceh Besar Tahun 2009

Kecamatan Sekolah Kelas Murid Guru Kondisi Ruang Kelas


Rusa
Swast Rusa k
Negeri a Negeri Swasta Negeri Swasta Negeri Swasta Baik k Berat
01 Lhoong 13 0 75 0 769 0 84 0
. 67 8 0
02 Lhoknga 11 0 48 0Kelas 782 0 93 0
. Kecamatan Jumlah 27 21 0
I II III IV V VI
03 Leupung 4 0 13 0 144 0 25 0
. 01. L h o o n g 123 136 161 137 111 101 769 13 0 0
04 Indrapuri
02. Lhoknga 11 1
126 68
151 1415 1381457 120 45 106 155 782 9
. 57 7 9
05 Kuta 03. Leupung
Cot Glie 11 022 34
67 280 141550 18 0 28 141 144 0
. 04. Indrapuri 260 274 257 242 222 247 1.502 50 12 5
06 Seulimeum
05. Kuta Cot Glie 12 0 79 0 2351 0 132 0
. 297 273 270 258 223 229 1.550 72 4 3
07 Kota 06.
JanthoSeulimeum 9 446
1 422
57 43115 407 915 347 15 298 802.351 11
. 07. Kota Jantho 182 170 163 144 130 141 930 47 24 1
08 Lembah 12 0 74 0 1693 0 123 0
08. Lembah Seulawah 365 278 315 258 250 227 1.693
. Seulawah 63 8 3
09 09.RayaMesjid Raya 9
Mesjid 2
378 66
395 35927 3701799 312 308 293 1232.107 25
. 10. Darussalam 75 11 7
230 184 210 212 165 143 1.144
10 Darussalam 9 0 56 0 1144 0 116 0
. 11. Baitussalam 185 149 132 137 120 86 809 52 4 0
11 Baitussalam
12. Kuta Baro 8 0
313 47
317 2570 249 809 231 0 244 801.611 0
. 45 2 0
13. Montasik 193 222 1856 1901541 171
12 Kuta Baro 11 1 82 70 171 1741.132 14
. 14. Blang Bintang 222 189 164 180 173 146 1.074 64 17 7
13 Montasik 9 0 63 3630 347 1132
15. Ingin Jaya 0 275 1432.019 0
399 346 289
. 49 11 3
Krueng Barona
14 Blang16.
Bintang 6 1 52 986 971043 31 98 582 10
Jaya 117 101 80 89
. 48 4 6
15 17.
Ingin Jaya Sukamakmur 14 181 90
80 1126 871905 85 114 103 219 558 16
. 18. Kuta Malaka 74 89 86 89 74 71 483 67 19 0
16 Krueng
19. Simpang Tiga 4 0 30 0 582 0 68 0
. Barona Jaya 79 78 68 79 79 77 460 30 0 0
17 20. Darul Imarah 4
Sukamakmur 667
0 583
30 6210 588 558 512 0 449 823.420 0
. 21. Darul Kamal 84 70 85 50 64 69 422 21 6 3
18 Kuta Malaka 4 0 21 0 483 0 72 0
22. Peukan Bada 104 114 99 91 109 68 585
. 12 6 3
19 23. Tiga
Simpang Pulo Aceh 3 0
115 20
81 710 52 460 64 0 58 60 441 0
. 2009 5.062 4.746 4.676 4.416 3.949 3.719 26.568 10 10 0
20 Darul Imarah
Jumlah 15
2008 1
4.840 101
4.741 4.47015 3.9853.073 4.011 3473.728 235
25.775 26
. 2007 5.253 4.643 4.417 4.222 4.517 3.459 26.511 106 10 0
21 Darul Kamal 3 0 26 0 422 0 58 0
. 22 4 0
22
. Peukan Bada 10 0 55 0 585 0 77 0 40 15 0
23
. Pulo Aceh 7 0 42 0 441 0 67 0 36 6 0
200 19
9 9 8 1.252 80 25.638 930 2.505 111 1073 209 50
200 19 1.27 25.77 76 1.77 1.08
8 6 6 1 42 5 9 9 27 2 138 51
200 19 1.17 25.87 71 1.70
Jumlah 7 9 6 0 30 9 8 0 0 740 614 0
Sumber : Aceh Besar Dalam Angka, 2010

Tabel 8
Banyaknya Murid SD dirinci Menurut Kelas
Per Kecamatan Dalam kabupaten Aceh Besar Tahun 2009

10
Pokja AMPL Kabupaten Aceh Besar
Buku Putih Sanitasi Kabupaten Aceh Besar Tahun 2011

Sumber : Aceh Besar Dalam Angka, 2010

Tabel 9
Banyaknya Sekolah, Kelas, Murid dan Guru Pada SLTP Negeri
dan Swasta Per Kecamatan Dalam kabupaten Aceh Besar Tahun 2009

11
Pokja AMPL Kabupaten Aceh Besar
Buku Putih Sanitasi Kabupaten Aceh Besar Tahun 2011

Sekolah Kelas Murid Guru

Kecamatan Negeri Swasta Negeri Swasta Negeri Swasta Negeri Swasta


01. Lhoong 3 0 11 0 300 0 50 0
02. Lhoknga 3 0 18 0 294 0 62 0
03. Leupung 1 0 3 0 100 0 19 0
04. Indrapuri 3 1 23 6 484 32 78 22
05. Kuta Cot Glie 3 0 25 0 481 0 74 0
06. Seulimeum 5 0 26 0 958 0 106 0
07. Kota Jantho 2 1 18 15 447 162 46 17
Lembah
08. Seulawah 3 1 30 7 485 87 60 15
09. Mesjid Raya 2 1 29 6 652 72 63 13
10. Darussalam 1 0 11 0 195 0 44 0
11. Baitussalam 1 0 4 0 139 0 29 0
12. Kuta Baro 2 3 22 26 301 288 60 58
13. Montasik 4 1 43 5 653 178 128 12
14. Blang Bintang 2 1 19 13 474 169 56 25
15. Ingin Jaya 2 2 36 25 679 549 77 70
Krueng
16. Barona Jaya 0 0 0 0 0 0 0 0
17. Sukamakmur 1 1 14 3 494 96 56 17
18. Kuta Malaka 1 2 10 3 86 149 24 26
19. Simpang Tiga 1 0 18 5 104 0 27 0
20. Darul Imarah 2 1 14 18 859 63 87 9
21. Darul Kamal 1 1 7 0 195 75 29 13
22. Peukan Bada 2 0 18 0 446 0 55 0
23. Pulo Aceh 2 0 9 0 148 0 24 0
2009 47 16 408 132 8.380 988 1.254 297
Jumla
h 2008 45 16 324 32 8.794 1.797 982 19
2007 46 11 287 0 8.760 1.550 949 252

Sumber : Aceh Besar Dalam Angka, 2010

Tabel 10
Banyaknya Sekolah, Kelas, Murid dan Guru Pada SLTA Negeri
dan Swasta Per Kecamatan Dalam kabupaten Aceh Besar Tahun 2009

12
Pokja AMPL Kabupaten Aceh Besar
Buku Putih Sanitasi Kabupaten Aceh Besar Tahun 2011

Sekolah Kelas Murid Guru


Kecamatan
Negeri Swasta Negeri Swasta Negeri Swasta Negeri Swasta

01. Lhoong 1 0 8 0 344 0 29 20


02. Lhoknga 1 1 9 3 207 107 36 0
03. Leupung 1 0 4 0 102 0 25 0
04. Indrapuri 1 0 16 0 450 0 52 0
05. Kuta Cot Glie 1 0 6 0 247 0 32 16
06. Seulimeum 2 1 24 4 646 54 59 0
07. Kota Jantho 2 0 23 0 649 0 78 0
Lembah
08. Seula 1 0 4 0 168 0 34 0
wah
09. Mesjid Raya 2 0 22 0 549 0 61 0
10. Darussalam 0 0 0 0 0 0 0 0
11. Baitussalam 1 0 12 0 344 0 48 42
12. Kuta Baro 1 2 6 9 155 283 27 10
13. Montasik 1 1 16 3 576 27 45 23
14. Blang Bintang 0 1 0 8 0 138 0 76
15. Ingin Jaya 1 3 27 26 645 366 60 0
Krueng Barona
16. 1 0 22 0 635 0 82 0
Jaya
17. Sukamakmur 1 0 19 0 581 0 69 21
18. Kuta Malaka 0 1 0 3 0 78 0 0
19. Simpang Tiga 0 0 0 0 0 0 0 35
20. Darul Imarah 1 3 19 6 758 300 72 0
21. Darul Kamal 0 0 0 0 0 0 0 0
22. Peukan Bada 1 0 13 0 410 0 50 9
23. Pulo Aceh 1 1 3 6 80 99 13 0
2009 21 10 253 68 7.546 1.452 872 252
Jumlah 2008 20 12 238 39 7.511 1.318 832 170
2007 16 12 199 21 6.646 1.479 567 173

Sumber : Aceh Besar Dalam Angka, 2010

Tabel 11
Jumlah Sekolah di bawah Departemen Agama Kabupaten Aceh Besar
13
Pokja AMPL Kabupaten Aceh Besar
Buku Putih Sanitasi Kabupaten Aceh Besar Tahun 2011

Dirinci Menurut Jenis Sekolah Per Kecamatan Tahun 2009

MIN MIS MTsN MTsS M AN MAS


(Madrasah (Madrasah (Madrasah (Madrasah (Madrasah (Madrasah
Kecamatan Ibtidayah Ibtidayah Tsanawiyah Tsanawiyah Aliyah Aliyah
Negeri) Swasta) Negeri) Swasta) Negeri) Negeri)
01. Lhoong 2 - 1 - - -
02. Lhoknga 3 1 1 - 1 3
03. Leupung 1 - - - - -
04. Indrapuri 5 - 1 1 2 1
05. Kuta Cot Glie 1 - - - - 1
06. Seulimeum 5 - - - 1 2
07. Kota Jantho 1 - - - 1 1
08. Lembah Seulawah 1 - - - - -
09. Mesjid Raya 2 - - - - 1
10. Darussalam 2 - 1 1 2 2
11. Baitussalam - - - - - 1
12. Kuta Baro 2 - 1 1 1 1
13. Montasik 3 1 1 1 - -
14. Blang Bintang 1 - - - - -
15. Ingin Jaya 4 1 - - - 1
16. Krueng Barona Jaya - 1 - - 1 2
17. Sukamakmur 4 - 1 - - -
18. Kuta Malaka 1 - - 1 1 2
19. Simpang Tiga - - - - - -
20. Darul Imarah 4 - 1 1 1 1
21. Darul Kamal 1 - - - - -
22. Peukan Bada 3 - - - - 1
23. Pulo Aceh 1 - - - - -
2009 47 4 8 6 11 20
Jumlah 2008 47 4 8 6 11 20
2007 48 4 7 6 12 18

Sumber : Aceh Besar Dalam Angka, 2010

14
Pokja AMPL Kabupaten Aceh Besar
Buku Putih Sanitasi Kabupaten Aceh Besar Tahun 2011

Tabel 12
Jumlah Murid Sekolah Yang Berada di bawah Departemen Agama Kabupaten Aceh Besar
Dirinci Menurut Sekolah Per Kecamatan Tahun 2009
MIN MIS MTsN MTsS MAN MAS
(Madrasah (Madrasah (Madrasah (Madrasah Madrasah Madrasah
Kecamatan Ibtidayah Ibtidayah Tsanawiyah Tsanawiyah Aliyah Aliyah
Negeri) Swasta) Negeri) Swasta) Negeri Swasta
L P L P L P L P L P L P
01. Lhoong 126 160 - - 75 57 - - - - - -
02. Lhoknga 284 258 49 40 72 81 53 - - - 22 8
03. Leupung 37 49 - - - - - - - - - -
04. Indrapuri 546 508 - - 136 191 263 269 94 143 92 182
05. Kuta Cot Glie 109 81 - - - - 128 71 - - - -
06. Seulimeum 375 330 - - - - 42 64 - - - -
07. Kota Jantho 130 102 - - - - 147 174 - - 32 62
Lembah
08. Seulawah 117 105 - - - - - - - - - -
09. Mesjid Raya 152 135 - - - - 39 49 - - - -
10. Darussalam 625 621 - - 317 357 150 127 112 246 59 79
11. Baitussalam - - - - - - 24 8 - - - -
12. Kuta Baro 447 425 - - 184 191 23 11 67 72 52 51
13. Montasik 450 413 63 57 194 207 - - 94 92 - -
Blang
14. Bintang 501 485 89 72 - - 99 81 - - - -
15. Ingin Jaya - - 45 53 - - 420 139 - - - -
Krueng
16. Barona Jaya 557 561 - - 144 176 - - - - 70 -
17. Sukamakmur 143 149 - - - - 168 144 - - - -
18. Kuta Malaka - - - - - - - - 106 181 62 31
Simpang
19. Tiga 478 414 - - 125 182 151 134 - - - -
20. Darul Imarah 142 127 - - - - - - 74 136 122 174
21. Darul Kamal 149 109 - - - - - - - - - -
22. Peukan Bada 18 10 - - - - - - - - - -
23. Pulo Aceh 70 68 - - - - - - - - - -
2009 5.456 5.110 246 222 1.247 1.442 1.707 1.271 547 870 511 587
Jumlah 2008 5.447 5.176 238 211 1.241 1.478 1.810 1.443 542 824 462 547
2007 5.397 5.403 248 219 1.112 1.246 1.789 1.397 627 834 582 408
Sumber : Aceh Besar Dalam Angka, 2010

15
Pokja AMPL Kabupaten Aceh Besar
Buku Putih Sanitasi Kabupaten Aceh Besar Tahun 2011

Tabel 13
Jumlah Guru Sekolah Yang Berada di bawah Departemen Agama Kabupaten Aceh Besar
Dirinci Menurut Jenis Sekolah Per Kecamatan Tahun 2009
MIN MIS MTsN MTsS MAN MAS
(Madrasah (Madrasah (Madrasah (Madrasah (Madrasah (Madrasah
Ibtidayah Ibtidayah Tsanawiyah Tsanawiyah Aliyah Aliyah
Kecamatan Negeri) Swasta) Negeri) Swasta) Negeri) Negeri)
01. Lhoong 13 - 4 - - -
02. Lhoknga 34 6 14 31 - -
03. Leupung 5 - - - - -
04. Indrapuri 42 - 29 37 42 -
05. Kuta Cot Glie 14 - - 19 - -
06. Seulimeum 34 - - 29 - -
07. Kota Jantho 11 - - 21 - -
Lembah
08. Seulawah 9 - - - - -
09. Mesjid Raya 16 - - 11 - -
10. Darussalam 50 - 37 - 24 -
11. Baitussalam - - - - - -
12. Kuta Baro 37 - 25 - 22 -
13. Montasik 39 17 25 - 19 -
14. Blang Bintang - - - 7 - -
15. Ingin Jaya 50 14 - 7 - -
Krueng Barona
16. Jaya - 14 - - - -
17. Sukamakmur 74 - 34 - - -
18. Kuta Malaka 18 - - 10 24 -
19. Simpang Tiga - - - - - -
20. Darul Imarah 78 - 21 12 27 5
21. Darul Kamal 14 - - - - -
22. Peukan Bada 27 - - 12 - -
23. Pulo Aceh 3 - - - - -
2009 568 51 189 196 158 5
2008 851 59 262 442 205 215
Jumlah 2007 1.008 67 247 390 143 254
Sumber : Aceh Besar Dalam Angka, 2010

Tabel 14
Banyaknya Pondok Pesantren Tradisional dan Modern/Terpadu
Dirinci Menurut Kecamatan di Kabupaten Aceh Besar Tahun 2009

16
Pokja AMPL Kabupaten Aceh Besar
Buku Putih Sanitasi Kabupaten Aceh Besar Tahun 2011

Kecamatan Ponpes Tradisional Ponpes Modern/Terpadu

01. Lhoong 5 0
02. Lhoknga 2 2
03. Leupung 2 0
04. Indrapuri 3 2
05. Kuta Cot Glie 6 0
06. Seulimeum 8 2
07. Kota Jantho 0 1
08. Lembah Seulawah 1 0
09. Mesjid Raya 2 1
10. Darussalam 2 3
11. Baitussalam 1 0
12. Kuta Baro 7 2
13. Montasik 4 1
14. Blang Bintang 6 0
15. Ingin Jaya 5 3
16. Krueng Barona Jaya 4 1
17. Sukamakmur 3 1
18. Kuta Malaka 1 4
19. Simpang Tiga 2 0
20. Darul Imarah 6 2
21. Darul Kamal 1 0
22. Peukan Bada 4 1
23. Pulo Aceh 1 0
2009 76 26
Jumlah 2008 111 21
2007 64 19
Sumber : Aceh Besar Dalam Angka, 2010

Tabel 15
Banyaknya Santri dan Teungku Dayah
Dirinci Menurut Kecamatan di Kabupaten Aceh Besar Tahun 2009
Ponpes Ponpes
Tradisional Modern/Terpadu

Tengku Tengku
Kecamatan Santri Dayah Santri Dayah
01. Lhoong 594 0 - -
02. Lhoknga 138 123 321 19
03. Leupung 127 0 - -
04. Indrapuri 209 842 616 74
05. Kuta Cot Glie 407 0 - -
06. Seulimeum 1956 267 448 65
07. Kota Jantho 0 431 242 32
Lembah
08. Seulawah 0 0 434 15
09. Mesjid Raya 325 313 - -
10. Darussalam 142 1037 306 71
11. Baitussalam 25 0 81 3

17
Pokja AMPL Kabupaten Aceh Besar
Buku Putih Sanitasi Kabupaten Aceh Besar Tahun 2011

12. Kuta Baro 985 462 674 73


13. Montasik 275 111 169 14
14. Blang Bintang 1196 0 - -
15. Ingin Jaya 1730 696 810 97
Krueng
16. Barona Jaya 367 331 384 38
17. Sukamakmur 246 107 51 6
18. Kuta Malaka 80 559 486 75
19. Simpang Tiga 258 0 - -
20. Darul Imarah 1431 422 238 63
21. Darul Kamal 0 0 - -
22. Peukan Bada 340 32 - -
23. Pulo Aceh 34 0 - -
2009 10.865 5.733 5.260 645
Jumla
h 2008 22.200 1.388 5.260 645
2007 13.483 1.407 5.564 622
Sumber : Aceh Besar Dalam Angka, 2010

2.5.Kesehatan
Ketersediaan sarana dan kesehatan berupa Rumah Sakit, Puskesmas, dan lainnya
merupakan faktor utama untuk menunjang kualitas kehidupan masyarakat menjadi lebih
baik. Untuk itu sarana kesehatan yang ada di Kabupaten Aceh Besar pada tahun 2009
telah tersebar di seluruh kecamatan, dengan jumlah puskesmas sebanyak 25 buah,
PUSTU sebanyak 73 buah, Poskesdes 169 buah dan Posyandu berjumlah 648 buah.

Tenaga kesehatan baik dokter, perawat dan bidan maupun tenaga medis juga telah
menempati seluruh kecamatan di Kabupaten Aceh Besar. Tenaga dokter ada sebanyak 61
orang, dengan rincian: dokter spesialis 2 orang, dokter umum sebanyak 48 orang dan
dokter gigi 11 orang. Jumlah perawat sebanyak 259 orang dan bidan ada sebanyak 826
orang serta tenaga medis berjumlah 105 orang.

Jumlah penduduk yang mendapat imunisasi BCG adalah sebanyak 6.574 orang, DPT
I, II, dan III masing-masing 6.448 orang, 5.664 orang dan 6.051 orang. Untuk imunisasi
polio sebanyak 6.051 dan Hepatitis B berjumlah 3.369 orang.

Kasus penyakit menular di Kabupaten Aceh Besar tahun 2009 yang paling banyak
terjadi adalah kasus penyakit Diare sebanyak 6.048 kasus, kemudian disusul dengan TB
Paru sebanyak 1.609 kasus, Disentri 620 kasus, Malaria 486 kasus dan DBD 269 kasus.
Sedangkan yang paling sedikit terjadi adalah kasus penyakit kusta yaitu sekitar 14 kasus.

18
Pokja AMPL Kabupaten Aceh Besar
Buku Putih Sanitasi Kabupaten Aceh Besar Tahun 2011

Adapun jumlah kematian ibu maternal baik saat hamil, bersalin maupun masa nifas
seluruhnya berjumlah 8 kematian. Sedangkan kematian bayi sebanyak 44 kematian dari
6.331 jumlah kelahiran bayi.

Terkait dengan Keluarga Berencana (KB),Banyaknya pos KB di kecamatan-kecamatan


dalam Kabupaten Aceh Besar seluruhnya berjumlah 604 pos KB, dimana setiap desa/
gampong memiliki masing-masing satu pos KB. Pencapaian peserta KB aktif tahun 2009
berjumlah 44.872 peserta dari jumlah yang ditargetkan sebanyak 23.141 peserta, bisa
dikatakan pencapaiannya hampir dua kali lipat dari yang ditargetkan atau mencapai
193,91 persen.

Jumlah pasangan usia subur (PUS) yang tercatat di Kabupaten Aceh Besar sebanyak
58.506 pasang. Umumnya jenis metode kontrasepsi yang banyak digunakan adalah
suntik dan pil. Peserta yang memakai suntik sebanyak 21.262 peserta dan yang memakai
pil sebanyak 14.654 peserta. Sedangkan yang paling sedikit adalah jenis metode MOP
yaitu hanya ada 5 peserta.

Jika dilihat dari perkembangannya Klinik Keluarga Berencana (KKB) dari tahun ke
tahun mengalami peningkatan jumlah. Pada tahun 2007 dan 2008 jumlah klinik sebanyak
48 klinik sedangkan pada tahun 2009 telah bertambah menjadi 58 klinik. Klinik Keluarga
Berencana ini berada di bawah pengelolaan Badan Koordinasi Keluarga Berencana,
Perlindungan Perempuan, dan Perlindungan Anak (BKKS, PP dan PA). Adapun jumlah
Keluarga Pra Sejahtera di Kabupaten Aceh Besar tahun 2009 adalah sebanyak 14.378
keluarga.

Tabel 16
Jumlah Sarana Kesehatan Dirinci Menurut Kecamatan
Di Kabupaten Aceh Besar, Tahun 2009

Kecamatan Puskesmas PUSTU Poskesdes Posyandu

01. Lhoong 1 2 11 28
02. Lhoknga 1 3 3 28
03. Leupung 1 1 2 7
04. Indrapuri 1 2 15 52
05. Kuta Cot Glie 1 3 5 34
06. Seulimeum 2 3 2 49
07. Kota Jantho 1 2 3 22
08. Lembah Seulawah 1 3 6 16
09. Mesjid Raya 1 3 2 16
10. Darussalam 1 2 14 29

19
Pokja AMPL Kabupaten Aceh Besar
Buku Putih Sanitasi Kabupaten Aceh Besar Tahun 2011

11. Baitussalam 1 4 4 16
12. Kuta Baro 1 5 17 51
13. Montasik 1 8 16 40
14. Blang Bintang 1 4 9 28
15. Ingin Jaya 1 4 13 50
16. Krueng Barona Jaya 1 2 5 13
17. Sukamakmur 1 3 15 35
18. Kuta Malaka 1 - 4 15
19. Simpang Tiga 1 3 5 18
20. Darul Imarah 1 6 10 42
21. Darul Kamal 1 - 4 14
22. Peukan Bada 2 4 3 28
23. Pulo Aceh 1 6 1 17

Jumlah 25 73 169 648

Sumber : Aceh Besar Dalam Angka, 2010

Tabel 17
Jumlah Tenaga Dokter Dirinci Menurut Lokasi
Di Kabupaten Aceh Besar, Tahun 2009
Dokter Dokter Dokter
Kecamatan Spesialis Umum
Dokter Gigi
Keluarga
Jumlah

01. Lhoong 0 0 0 0 0
02. Lhoknga 0 1 1 0 2
03. Leupung 0 1 0 0 1
04. Indrapuri 0 1 0 0 1
05. Kuta Cot Glie 0 1 0 0 1
06. Seulimeum 0 2 1 0 3
07. Kota Jantho 0 4 0 0 4
08. Lembah Seulawah 0 1 0 0 1
09. Mesjid Raya 0 2 0 0 2
10. Darussalam 0 2 0 0 2
11. Baitussalam 0 1 0 0 1
12. Kuta Baro 0 0 0 0 0
13. Montasik 0 3 0 0 3
14. Blang Bintang 0 3 1 0 4
15. Ingin Jaya 0 4 1 0 5
16. Krueng Barona Jaya 0 2 0 0 2
17. Sukamakmur 0 4 1 0 5
18. Kuta Malaka 0 3 0 0 3
19. Simpang Tiga 0 1 0 0 1
20. Darul Imarah 0 2 1 0 3
21. Darul Kamal 0 1 2 0 3
22. Peukan Bada 0 2 1 0 3
23. Pulo Aceh 0 1 0 0 1
24. RSU Kota Jantho 2 5 2 0 9
25. Dinas Kesehatan 0 1 0 0 1

20
Pokja AMPL Kabupaten Aceh Besar
Buku Putih Sanitasi Kabupaten Aceh Besar Tahun 2011

Jumlah 2 48 11 0 61

Sumber : Aceh Besar Dalam Angka, 2010

Tabel 18
Jumlah Personil Kesehatan Menurut Unit Kerja (Termasuk Pustu dan Polindes)
Di Kabupaten Aceh Besar, Tahun 2009
Perawat & Teknisi
Kecamatan Bidan
Farmasi Sanitasi Gizi Kesmas Medis
Medis
Jumlah

01. Lhoong 49 2 2 2 0 0 0 2
02. Lhoknga 44 1 3 4 2 0 1 0
03. Leupung 16 1 1 3 0 0 2 4
04. Indrapuri 49 0 2 4 4 1 2 2
05. Kuta Cot Glie 34 1 3 1 2 1 2 1
06. Seulimeum 58 2 3 2 1 2 4 1
07. Kota Jantho 29 1 1 2 1 0 4 2
08. Lembah Seulawah 22 0 4 2 2 0 1 0
09. Mesjid Raya 35 1 1 2 0 2 5 6
10. Darussalam 56 3 4 4 6 3 6 6
11. Baitussalam 37 2 4 2 6 2 4 2
12. Kuta Baro 73 2 3 2 2 3 4 3
13. Montasik 60 1 5 2 3 1 5 1
14. Blang Bintang 48 2 3 2 1 2 5 1
15. Ingin Jaya 73 4 3 1 1 4 9 4
16. Krueng Barona Jaya 51 2 2 2 4 2 4 4
17. Sukamakmur 57 1 3 2 4 2 5 2
18. Kuta Malaka 30 0 2 2 2 2 5 3
19. Simpang Tiga 34 2 1 2 3 2 3 5
20. Darul Imarah 80 2 5 2 5 3 6 4
21. Darul Kamal 37 1 4 2 4 1 2 3
22. Peukan Bada 60 3 5 5 3 3 7 0
23. Pulo Aceh 28 0 1 1 0 1 2 3
24. RSU Kota Jantho 13 0 0 1 3 6 15 35
25. Dinas Kesehatan 12 4 6 4 35 1 1 2

Jumlah 1.085 38 71 58 94 61 44 105

Sumber : Aceh Besar Dalam Angka, 2010

Tabel 19
Jumlah Tenaga Farmasi Menurut Unit Kerja
Di Kabupaten Aceh Besar, Tahun 2009

Kecamatan Apoteker Ass. Apoteker D III Farmasi S1 Farmasi

01. Lhoong 0 0 2 0
02. Lhoknga 0 1 0 0

21
Pokja AMPL Kabupaten Aceh Besar
Buku Putih Sanitasi Kabupaten Aceh Besar Tahun 2011

03. Leupung 0 1 0 0
04. Indrapuri 0 0 0 0
05. Kuta Cot Glie 0 1 0 0
06. Seulimeum 0 1 1 0
07. Kota Jantho 0 1 0 0
08. Lembah Seulawah 0 0 0 0
09. Mesjid Raya 0 1 0 0
10. Darussalam 0 3 0 0
11. Baitussalam 0 1 1 0
12. Kuta Baro 0 1 1 0
13. Montasik 0 1 0 0
14. Blang Bintang 0 2 0 0
15. Ingin Jaya 0 3 1 0
16. Krueng Barona Jaya 0 2 0 0
17. Sukamakmur 0 1 0 0
18. Kuta Malaka 0 0 0 0
19. Simpang Tiga 0 2 0 0
20. Darul Imarah 0 2 0 0
21. Darul Kamal 0 1 0 0
22. Peukan Bada 0 2 1 0
23. Pulo Aceh 0 0 0 0
24. RSU Kota Jantho 0 0 0 0
25. Dinas Kesehatan 0 1 3 0

Jumlah 0 28 10 0

Sumber : Aceh Besar Dalam Angka, 2010

Tabel 20
Jumlah Tenaga Gizi Menurut Unit Kerja
Di Kabupaten Aceh Besar, Tahun 2009

Kecamatan D-IV/S1 Gizi D III Gizi D I Gizi

01. Lhoong 0 2 0
02. Lhoknga 0 4 0
03. Leupung 0 3 0
04. Indrapuri 0 1 3
05. Kuta Cot Glie 0 1 0
06. Seulimeum 0 1 1
07. Kota Jantho 0 2 0
08. Lembah Seulawah 0 2 0
09. Mesjid Raya 0 1 1
10. Darussalam 0 4 0
11. Baitussalam 2 0 0
12. Kuta Baro 0 2 0
13. Montasik 1 0 1
14. Blang Bintang 0 2 0
15. Ingin Jaya 0 1 0
16. Krueng Barona Jaya 0 2 0
17. Sukamakmur 0 0 2
18. Kuta Malaka 0 0 2

22
Pokja AMPL Kabupaten Aceh Besar
Buku Putih Sanitasi Kabupaten Aceh Besar Tahun 2011

19. Simpang Tiga 1 0 1


20. Darul Imarah 0 2 0
21. Darul Kamal 0 2 0
22. Peukan Bada 0 4 1
23. Pulo Aceh 0 1 0
24. RSU Kota Jantho 0 1 0
25. Dinas Kesehatan 0 3 1

Jumlah 4 41 13

Sumber : Aceh Besar Dalam Angka, 2010


Tabel 21
Jumlah Tenaga Perawat Menurut Unit Kerja
Di Kabupaten Aceh Besar, Tahun 2009

Kecamatan Perawat Bidan

01. Lhoong 20 29
02. Lhoknga 9 35
03. Leupung 5 11
04. Indrapuri 7 42
05. Kuta Cot Glie 10 24
06. Seulimeum 11 47
07. Kota Jantho 11 18
08. Lembah Seulawah 7 15
09. Mesjid Raya 8 27
10. Darussalam 5 51
11. Baitussalam 8 29
12. Kuta Baro 11 62
13. Montasik 9 51
14. Blang Bintang 14 34
15. Ingin Jaya 7 66
16. Krueng Barona Jaya 8 43
17. Sukamakmur 13 44
18. Kuta Malaka 12 18
19. Simpang Tiga 10 24
20. Darul Imarah 16 64
21. Darul Kamal 14 23
22. Peukan Bada 14 46
23. Pulo Aceh 11 17
24. RSU Kota Jantho 11 2
25. Dinas Kesehatan 8 4

Jumlah 259 826

Sumber : Aceh Besar Dalam Angka, 2010

Tabel 22
Jumlah Tenaga Teknisi Medis Menurut Unit Kerja
Di Kabupaten Aceh Besar, Tahun 2009
TEM & P
Kecamatan Analis LAB
RONTG
P Anestesi Fisioterapi

01. Lhoong 0 0 0 0
02. Lhoknga 0 0 0 0

23
Pokja AMPL Kabupaten Aceh Besar
Buku Putih Sanitasi Kabupaten Aceh Besar Tahun 2011

03. Leupung 0 0 0 0
04. Indrapuri 1 0 0 0
05. Kuta Cot Glie 1 0 0 0
06. Seulimeum 2 0 0 0
07. Kota Jantho 0 0 0 0
08. Lembah Seulawah 0 0 0 0
09. Mesjid Raya 2 0 0 0
10. Darussalam 3 0 0 0
11. Baitussalam 2 0 0 0
12. Kuta Baro 2 0 0 1
13. Montasik 1 0 0 0
14. Blang Bintang 2 0 0 0
15. Ingin Jaya 4 0 0 0
16. Krueng Barona Jaya 2 0 0 0
17. Sukamakmur 2 0 0 0
18. Kuta Malaka 2 0 0 0
19. Simpang Tiga 2 0 0 0
20. Darul Imarah 3 0 0 0
21. Darul Kamal 1 0 0 0
22. Peukan Bada 3 0 0 0
23. Pulo Aceh 1 0 0 0
24. RSU Kota Jantho 3 2 0 0
25. Dinas Kesehatan 0 1 0 0

Jumlah 39 3 0 1

Sumber : Aceh Besar Dalam Angka, 2010

Tabel 23
Jumlah Penduduk Yang Mendapat Imunisasi Menurut Jenis Imunisasi
Pada Puskesmas Di Kabupaten Aceh Besar, Tahun 2009
DPT
Kecamatan BCG Polio Campak Hepatitis B
I III
01. Lhoong 264 236 248 246 - 224
02. Lhoknga 288 287 253 263 - 228
03. Leupung 46 56 38 42 - 25
04. Indrapuri 516 328 250 273 - 131
05. Kuta Cot Glie 257 250 219 233 - 180
06. Seulimeum 391 367 339 422 - 99
07. Kota Jantho 166 183 168 139 - 111
08. Lembah Seulawah 181 185 168 162 - 38
09. Mesjid Raya 297 329 261 300 - 147
10. Darussalam 253 240 220 199 - 101
11. Baitussalam 294 350 322 351 - 153
12. Kuta Baro 394 376 303 364 - 78
13. Montasik 350 370 343 324 - 207
14. Blang Bintang 196 204 96 183 - 107
15. Ingin Jaya 510 478 464 497 - 330
16. Krueng Barona Jaya 220 240 214 256 - 154
17. Sukamakmur 304 282 257 244 - 130

24
Pokja AMPL Kabupaten Aceh Besar
Buku Putih Sanitasi Kabupaten Aceh Besar Tahun 2011

18. Kuta Malaka 144 139 126 114 - 30


19. Simpang Tiga 101 95 83 85 - 56
20. Darul Imarah 893 929 817 797 - 604
21. Darul Kamal 147 144 137 135 - 143
22. Peukan Bada 317 305 284 326 - 75
23. Pulo Aceh 45 75 54 96 - 18

Jumlah 6.574 6.448 5.664 6.051 - 3.369

Sumber : Aceh Besar Dalam Angka, 2010

Tabel 24
Kasus Penyakit Menular Yang Diamati Menurut Lokasi Puskesmas
Di Kabupaten Aceh Besar, Tahun 2009
TB Paru
Kecamatan DB Malaria Kholera Disentri Kusta Pneumonia
D (+) (+) Klinis Diare
01. Lhoong 0 57 0 0 0 0 0 0 0
02. Lhoknga 20 5 0 0 154 0 24 0 5
03. Leupung 0 0 0 0 101 0 18 0 0
04. Indrapuri 7 99 4 0 660 0 80 0 3
Kuta Cot
05. Glie 0 38 4 15 70 0 22 0 0
06. Seulimeum 16 95 25 347 458 0 0 1 0
07. Kota Jantho 4 1 0 0 36 0 0 0 0
Lembah
08. Seulawah 3 66 7 183 164 0 24 0 0
09. Mesjid Raya 0 11 5 22 0 0 41 0 0
10. Darussalam 31 5 1 8 182 0 37 0 1
11. Baitussalam 9 0 9 0 290 0 0 0 0
12. Kuta Baro 13 2 12 36 503 0 56 2 2
13. Montasik 6 11 11 117 333 0 0 2 5
Blang
14. Bintang 10 21 0 23 0 0 36 2 73
15. Ingin Jaya 32 6 12 51 406 0 33 0 0
Krueng
16. Barona Jaya 14 8 5 85 481 0 133 0 17
Sukamakmu
17. r 15 10 9 152 430 0 29 1 0
18. Kuta Malaka 0 6 5 118 287 0 16 0 0
Simpang
19. Tiga 6 5 9 68 188 0 24 2 9
20. Darul Imarah 71 2 33 173 484 0 0 0 0
21. Darul Kamal 4 0 2 19 301 0 47 3 32
Peukan
22. Bada 8 2 7 5 400 0 0 0 0
23. Pulo Aceh 0 36 1 26 120 0 0 1 4
Jumlah 269 486 161 1.448 6.048 0 620 14 151
Sumber : Aceh Besar Dalam Angka, 2010

2.6. Sosial Kemasyarakatan

25
Pokja AMPL Kabupaten Aceh Besar
Buku Putih Sanitasi Kabupaten Aceh Besar Tahun 2011

Persoalan sosial kemasyarakatan tidak hanya terjadi di wilayah Kabupaten Aceh


Besar, tapi di setiap sudut suatu daerah pasti terjadi permasalahan sosial
kemasyarakatan baik berupa hal yang kecil maupun permasalahan kompleks sekalipun.
Permasalahan ini bisa terjadi dimana saja bahkan keberadaannya seperti tidak ada
habisnya hingga sepanjang perjalanan sejarah manusia.

Permasalahan sosial yang terjadi di Kabupaten Aceh Besar pada tahun 2009
didominasi oleh masalah lansia/jompo yaitu sebanyak 3.780 kasus, kemudian disusul
dengan permasalahan fakir miskin sebanyak 880 kasus dan masalah anak nakal ada
sejumlah 499 kasus.

Perkara yang paling banyak diputuskan pada Mahkamah Syariyah Jantho tahun
2009 yaitu masalah Cerai Gugat hingga mencapai 93 kasus, kemudian masalah Isbat
Nikah sebanyak 68 kasus, serta masalah penetapan ahli waris 60 kasus. Faktor penyebab
perceraian yang paling banyak terjadi disebabkan karena faktor meninggalkan kewajiban
sebagai suami/istri dan perselisihan yang terus menerus terjadi. Kedua faktor penyebab
perceraian tersebut paling sering muncul di setiap bulan, sedangkan faktor lain seperti
perkawinan di bawah umur dan cacat biologis tidak pernah muncul sebagai penyebab
perceraian pada tahun 2009.

Kasus bencana alam yang terjadi pada tahun 2009 paling banyak adalah bencana
kebakaran yang terjadi sebanyak 21 kejadian. Selain itu bencana alam banjir juga terjadi
di beberapa kecamatan yaitu sebanyak 3 kejadian serta angin topan sebanyak 5 kejadian.

Kerugian yang ditimbulkan akibat bencana alam tersebut menyebabkan


terjadinya kerusakan rumah sebanyak 17 rumah rusak berat, 4 rumah rusak ringan dan
tidak memakan korban jiwa dengan taksiran kerugian secara keseluruhan berjumlah
sekitar 246.500.000 rupiah. Kemudian Panti Asuhan yang terdapat di Kabupaten Aceh
Besar baik yang dikelola oleh pemerintah maupun swasta berjumlah 28 panti asuhan,
yang memiliki kapasitas seluruhnya 1.925 orang dengan jumlah anak asuh sebanyak
1.320 orang.

Tabel 25
Banyaknya Tempat Peribadatan Agama Islam
Dirinci Menurut Kecamatan Di Kabupaten Aceh Besar, Tahun 2009

26
Pokja AMPL Kabupaten Aceh Besar
Buku Putih Sanitasi Kabupaten Aceh Besar Tahun 2011

Kecamatan Masjid Meunasah Jumlah

01. Lhoong 11 28 39
02. Lhoknga 5 28 33
03. Leupung 4 6 10
04. Indrapuri 13 52 65
05. Kuta Cot Glie 3 32 35
06. Seulimeum 9 47 56
07. Kota Jantho 5 13 18
08. Lembah Seulawah 6 12 18
09. Mesjid Raya 11 13 24
10. Darussalam 6 29 35
11. Baitussalam 5 13 18
12. Kuta Baro 6 47 53
13. Montasik 5 39 44
14. Blang Bintang 3 26 29
15. Ingin Jaya 9 50 59
16. Krueng Barona Jaya 3 12 15
17. Sukamakmur 5 35 40
18. Kuta Malaka 3 15 18
19. Simpang Tiga 4 18 22
20. Darul Imarah 14 32 46
21. Darul Kamal 3 14 17
22. Peukan Bada 8 26 34
23. Pulo Aceh 10 17 27
2009 151 604 755
Jumlah 2008 150 604 753
2007 149 604 747
Sumber : Aceh Besar Dalam Angka, 2010

Tabel 26
Banyaknya Nikah, Talak, Cerai dan Rujuk
Dirinci Menurut Kecamatan Di Kabupaten Aceh Besar, Tahun 2009
Kecamatan Nikah Talak Cerai Rujuk

01. Lhoong 63 3 1 0
02. Lhoknga 129 2 6 0
03. Leupung 11 1 1 0
04. Indrapuri 155 1 8 0
05. Kuta Cot Glie 87 0 4 0
06. Seulimeum 189 4 2 0
07. Kota Jantho 53 2 4 0
08. Lembah Seulawah 63 2 3 0
09. Mesjid Raya 131 0 4 0
10. Darussalam 135 4 5 0
11. Baitussalam 98 2 8 0
12. Kuta Baro 179 0 7 0
13. Montasik 205 2 9 0

27
Pokja AMPL Kabupaten Aceh Besar
Buku Putih Sanitasi Kabupaten Aceh Besar Tahun 2011

14. Blang Bintang 0 0 0 0


15. Ingin Jaya 219 0 13 0
16. Krueng Barona Jaya 112 0 6 0
17. Sukamakmur 156 3 6 0
18. Kuta Malaka 38 0 2 0
19. Simpang Tiga 54 1 3 0
20. Darul Imarah 334 9 18 0
21. Darul Kamal 55 1 3 0
22. Peukan Bada 90 0 4 0
23. Pulo Aceh 32 1 1 0
2009 2.588 38 118 0
Jumlah 2008 2.812 42 103 0
2007 3.513 17 58 0
Sumber : Aceh Besar Dalam Angka, 2010

Tabel 27
Banyaknya Penderita Cacat Dirinci Menurut Jenis cacat
Per Kecamatan Di Kabupaten Aceh Besar, Tahun 2009

Kecamatan Jumlah Keterangan Cacat

01. Lhoong 138 Cacat tubuh/Mental/Tuna Netra/Bisu/Tuli/Peny. Kronis


02. Lhoknga 65 Cacat tubuh/Mental//Bisu/Tuli/Peny. Kronis
03. Leupung 12 Cacat tubuh/Mental/Tuna Netra
04. Indrapuri 41 Cacat tubuh/Mental/Tuna Netra/Bisu/Tuli/Peny. Kronis
05. Kuta Cot Glie 14 Cacat tubuh/Mental/Tuna Netra/Bisu/Tuli/Peny. Kronis
06. Seulimeum 19 Cacat tubuh/Mental/Tuna Netra/Bisu/Tuli/Peny. Kronis
07. Kota Jantho 15 Cacat tubuh/Mental/Tuna Netra/Bisu/Tuli/Peny. Kronis
08. Lembah Seulawah 17 Cacat tubuh/Mental/Tuna Netra/Bisu/Tuli/Peny. Kronis
09. Mesjid Raya 51 Cacat tubuh/Mental/Tuna Netra/Bisu/Tuli/Peny. Kronis
10. Darussalam 33 Cacat tubuh/Mental/Tuna Netra/Bisu/Tuli/Peny. Kronis
11. Baitussalam 27 Cacat tubuh/Mental/Tuna Netra/Bisu/Tuli
12. Kuta Baro 55 Cacat tubuh/Mental/Tuna Netra/Bisu/Tuli/Peny. Kronis
13. Montasik 32 Cacat tubuh/Mental/Tuna Netra/Bisu/Tuli/Peny. Kronis
14. Ingin Jaya 32 Cacat tubuh/Mental/Tuna Netra/Bisu/Tuli/Peny. Kronis
15. Krueng Barona Jaya 50 Cacat tubuh/Mental/Tuna Netra/Bisu/Tuli/Peny. Kronis
16. Sukamakmur 0 -
17. Kuta Malaka 14 Cacat tubuh/Mental/Tuna Netra/Bisu/Tuli/Peny. Kronis
18. Simpang Tiga 0 -
19. Darul Imarah 31 Cacat tubuh/Mental/Tuna Netra/Bisu/Tuli/Peny. Kronis
20. Darul Kamal 0 -
21. Peukan Bada 40 Cacat tubuh/Mental/ Bisu/Tuli/Peny. Kronis
22. Pulo Aceh 16 Cacat tubuh/Mental/Tuna Netra
23. Blang Bintang 26 Cacat tubuh/Mental/Tuna Netra/Bisu/Tuli/Peny. Kronis

Jumlah 728

Sumber : Aceh Besar Dalam Angka, 2010

28
Pokja AMPL Kabupaten Aceh Besar
Buku Putih Sanitasi Kabupaten Aceh Besar Tahun 2011

Tabel 28
Banyaknya Kelompok Karang Taruna Dirinci
Menurut Kecamatan Di Kabupaten Aceh Besar, Tahun 2009
Kecamatan Jumlah Kelompok
01. Lhoong 11
02. Lhoknga 5
03. Leupung 6
04. Indrapuri 13
05. Kuta Cot Glie 7
06. Seulimeum 13
07. Kota Jantho 4
08. Lembah Seulawah 13
09. Mesjid Raya 5
10. Darussalam 13
11. Baitussalam 7
12. Kuta Baro 6
13. Montasik 11
14. Blang Bintang 4
15. Ingin Jaya 13
16. Krueng Barona Jaya 6
17. Sukamakmur 9
18. Kuta Malaka 7
19. Simpang Tiga 8
20. Darul Imarah 17
21. Darul Kamal 11
22. Peukan Bada 14
23. Pulo Aceh 7
2009 210
Jumlah 2008 225
2007 371

Sumber : Aceh Besar Dalam Angka, 2010

Tabel 29
Banyaknya panti Asuhan Pemerintah/Swasta Dirinci
Menurut Kapasitas Dan Anak Asuh Di Kabupaten Aceh Besar, Tahun 2003 - 2009
Banyaknya Penerima
T a h u n Kapasitas Anak Asuh
Panti Asuhan Subsidi

01. 2003 11 600 516 320

29
Pokja AMPL Kabupaten Aceh Besar
Buku Putih Sanitasi Kabupaten Aceh Besar Tahun 2011

02. 2004 12 720 680 580

03. 2005 14 850 730 634

04. 2006 24 1.763 1.687 760

05. 2007 27 1.815 1.711 793

06. 2008 26 1.850 1.250 550

07. 2009 28 1.925 1.320 665

Sumber : Aceh Besar Dalam Angka, 2010

Tabel 30
Jumlah Penderita Cacat Yang Telah Mendapat Pelayanan / Santunan Sistem
Di Luar Panti Asuhan Di Kabupaten Aceh Besar Tahun 2001 2009
T a h u n Jumlah

01. 2001 0

02. 2002 0

03. 2003 -

04. 2004 35

05. 2005 105

06. 2006 205

07. 2007 na

08. 2008 0

09. 2009 0

Sumber : Aceh Besar Dalam Angka, 2010

Tabel 31
Banyaknya Penderita Cacat Dirinci Menurut Jenis Cacat
Per Kecamatan Di Kabupaten Aceh Besar Tahun 2009

30
Pokja AMPL Kabupaten Aceh Besar
Buku Putih Sanitasi Kabupaten Aceh Besar Tahun 2011

Cacat Cacat Tuna Penyakit


Kecamatan Tubuh Mental Netra
Bisu/Tuli
Kronis
Jumlah

01. Lhoong 81 20 4 30 3 138


02. Lhoknga 37 15 - 12 1 65
03. Leupung 5 6 1 - - 12
04. Indrapuri 18 7 8 6 2 41
05. Kuta Cot Glie 6 3 1 2 2 14
06. Seulimeum 5 6 3 4 1 19
07. Kota Jantho 6 4 1 2 2 15
08. Lembah Seulawah 4 7 3 2 1 17
09. Mesjid Raya 10 13 15 7 6 51
10. Darussalam 7 11 5 6 4 33
11. Baitussalam 10 9 3 5 - 27
12. Kuta Baro 25 7 10 12 1 55
13. Montasik 12 9 4 5 2 32
14. Ingin Jaya 7 10 5 4 6 32
15. Krueng Barona Jaya 21 6 9 12 2 50
16. Sukamakmur - - - - - 0
17. Kuta Malaka 5 4 2 1 2 14
18. Simpang Tiga - - - - - 0
19. Darul Imarah 7 8 4 5 7 31
20. Darul Kamal - - - - - 0
21. Peukan Bada 25 11 - 2 2 40
22. Pulo Aceh 8 7 1 - - 16
23. Blang Bintang 7 9 2 3 5 26
2009 306 172 81 120 49 728
Jumlah 2008 306 172 81 120 49 728
2007 447 293 83 154 204 1.181
Sumber : Aceh Besar Dalam Angka, 2010

Tabel 32
Jumlah Permasalahan Sosial Dirinci Menurut Jenis Permasalahan Per Kecamatan Di
Kabupaten Aceh Besar Tahun 2009

Wanita Keluarga Masyarakat


Gelandang Rawan Berumah yang Tinggal
Anak Anak Korban Penyandan &Pengemi Tuna Sosial Tidak Layak di Daerah
Kecamatan/ Terlantar Lansia Nakal Narkoba g Cacat s Susila Fakir Miskin Ekonomi Huni Rawan Banjir
01. Lhoong - 3 3 - 14 - - - 1 - -
02. Lhoknga - 45 10 - 15 - - - - - -
03. Leupung - 35 5 - 10 - - - - - -
04. Indrapuri - 225 19 - 15 - - - - - -
05. Kuta Cot Glie - 75 4 - 10 - - 150 2 - -
06. Seulimeum - 25 7 - - - - - - - -
07. Kota Jantho - 27 - - - - - - - - -
Lembah
08. Seulawah - 30 4 - - - - 150 1 - -
09. Mesjid Raya - 107 7 - - - - - 5 - -
10. Darussalam - 211 12 - - - - 150 - - -
11. Baitussalam - 45 20 - - - - - - - -
12. Kuta Baro - 2.343 120 - - - - - 1 - -
13. Montasik - 212 75 - 104 - - - 1 - -
14. Blang Bintang - - - - - - - 120 23 - -

31
Pokja AMPL Kabupaten Aceh Besar
Buku Putih Sanitasi Kabupaten Aceh Besar Tahun 2011

15. Ingin Jaya - 225 112 - - - - 150 1 - -


Krueng
16. Barona Jaya - 175 101 - - - - - 1 - -
17. Sukamakmur - - - - - - - - - - -
18. Kuta Malaka - - - - - - - - 1 - -
19. Simpang Tiga - - - - - - - - - - -
20. Darul Imarah - - - - - - - 160 2 - -
21. Darul Kamal - - - - - - - - - - -
22. Peukan Bada - - - - 26 - - - 1 - -
23. Pulo Aceh - - - - - - - - - - -
2009 - 3.783 499 - 194 - - 880 40 - -
2008 - - - - - - - 28.289 - - -
Jumlah 2007 3.244 2.304 - - - - - 55.180 3.133 5.629 -
Sumber : Aceh Besar Dalam Angka, 2010

2.7. Perekonomian

2.7.1. Industri

Nilai investasi pada sektor Industri Kecil Formal di Kabupaten Aceh Besar Tahun
2009 memiliki jumlah yang cukup besar pada Industri Kimia dan Bahan Bangunan yaitu
sebesar 40.499,83 juta rupiah, kemudian disusul dengan Industri Pangan senilai
4.934,111 juta rupiah. Sedangkan Industri Logam dan Elektronika memiliki nilai investasi
yang paling sedikit untuk sektor Industri Kecil Formal yaitu senilai 50 juta rupiah.

Untuk sektor Industri Kecil Non Formal, nilai investasinya juga didominasi oleh
Industri Kimia dan Bahan Bangunan yaitu sebesar 40.450 juta rupiah. Sedangkan nilai
investasi terkecil yaitu Industri Sandang senilai 3.060 juta rupiah.

Unit usaha terbanyak pada sektor Industri Formal berada pada Industri Kimia
dan Bahan Bangunan yaitu 547 unit usaha dengan tenaga kerja yang diserap sebanyak
3.958 orang atau sebesar 56,27 persen dari seluruh tenaga kerja Formal.

Sedangkan untuk sektor Industri Non Formal unit usaha terbanyak adalah
Industri Kerajinan sebanyak 865 unit usaha yang mampu menampung tenaga kerja
sebanyak 2.168 orang. Akan tetapi untuk jumlah tenaga kerja yang paling banyak diserap
juga ada pada Industri Kimia dan Bahan Bangunan sebesar 4.988 orang.

2.7.2. Perdagangan

32
Pokja AMPL Kabupaten Aceh Besar
Buku Putih Sanitasi Kabupaten Aceh Besar Tahun 2011

Produksi Semen pada PT. Lafarge Cement Indonesia Kabupaten Aceh Besar
tahun 2009 berjumlah 24.305 ton. Untuk Pemasaran di Provinsi NAD berjumlah 626.484
ton sedangkan pemasaran di luar NAD sejumlah 922.978 ton.

Jika dibandingkan, Pemasaran Semen di Provinsi NAD pada tahun 2009 dengan
tahun 2008 yang berjumlah 680.741 ton, terlihat adanya penurunan sebesar kurang
lebih 54 ribu ton. Akan tetapi lain halnya dengan pemasaran di Luar NAD, jika
dbandingkan dengan tahun 2008, mengalami peningkatan sekitar 50 ribu ton lebih.

Tabel 33
Banyaknya Unit Usaha, Tenaga Kerja, Dan Nilai Investasi Pada Industri Kecil Menurut
Klasifikasi Industri Di Kabupaten Aceh Besar Tahun 2008
Klasifikasi Industri Kecil

Uraian Formal Non Formal


Nilai Investasi Nilai Investasi
Unit Usaha Tenaga Kerja Unit Usaha Tenaga Kerja
( 000 Rp ) ( 000 Rp )

Industri
1. 505 1.802 4.934.111 655 1.958 13.713.334
Pangan
Industri
2. 333 625 1.222.900 166 336 3.060.000
Sandang
Industri Kimia
3. dan Bahan 547 3.958 40.499.830 600 4.988 40.450.000
Bangunan
Industri
4. Logam dan 2 10 50.000 415 1.247 7.370.000
Elektronika
Industri
5. 244 639 2.296.150 865 2.168 3.805.250
Kerajinan
Sumber : Aceh Besar Dalam Angka, 2010

Tabel 34
Banyaknya Unit Usaha Dan Tenaga Kerja Industri Kecil
Menurut Jenis Di Kabupaten Aceh Besar Tahun 2009
Formal Non Formal
Uraian
Unit Usaha Tenaga Kerja Unit Usaha Tenaga Kerja

Industri Pangan 505 1.802 655 1.958

Industri Sandang 333 625 166 336


Industri Kimia dan Bahan
547 3.958 600 4.988
Bangunan
Industri Logam dan Elektronika 2 10 415 1.247

Industri Kerajinan 244 639 865 2.168

Jumlah 1.631 7.034 2.701 10.697

33
Pokja AMPL Kabupaten Aceh Besar
Buku Putih Sanitasi Kabupaten Aceh Besar Tahun 2011

Sumber : Aceh Besar Dalam Angka, 2010

Tabel 35
Produksi dan Pemasaran Semen Per Bulan
pada PT. Lafarge Cement Indonesia Kabupaten Aceh Besar Tahun 2009
Pemasaran
(Ton)
Bulan Produksi
Prov. Aceh Luar Prov. Aceh

01. Januari - 72.112 73.323

02. Pebruari - 60.842 70.040

03. Maret - 48.329 71.958


04. April - 37.500 67.747
05. Mei - 41.054 71.784
06. Juni - 47.924 79.466
07. Juli - 49.950 74.319
08. Agustus - 44.787 73.352
09. September - 32.690 61.591
10. Oktober - 63.604 92.907
11. Nopember 9.480 54.044 75.711
12. Desember 14.825 73.648 110.780

Jumlah 24.305 626.484 922.978

Sumber : Aceh Besar Dalam Angka, 2010

Tabel 36
Produksi dan Pemasaran Semen Per Tahun pada
PT. Lafarge Cement Indonesia Kabupaten Aceh Besar Tahun 2004 - 2009
Pemasaran
(Ton)
Tahun Produksi
(Ton) Prov. Aceh Luar Prov. Aceh

01. 2004 1.171.640 384.074 787.566

02. 2005 - 323.876 801.509

03. 2006 - 494.593 779.403

04. 2007 - 614.614 785.246

05. 2008 - 680.741 872.388

06. 2009 24.305 626.484 922.978

Sumber : Aceh Besar Dalam Angka, 2010

34
Pokja AMPL Kabupaten Aceh Besar
Buku Putih Sanitasi Kabupaten Aceh Besar Tahun 2011

Tabel 37
Jumlah Koperasi Unit Desa (KUD) Menurut Kecamatan
Di Kabupaten Aceh Besar Tahun 2007 - 2009

Tahun
Kecamatan
2007 2008 2009
01. Lhoong 3 3 3
02. Lhoknga 2 2 2
03. Leupung 1 1 1
04. Indrapuri 1 1 1
05. Kuta Cot Glie 0 0 0
06. Seulimeum 2 2 2
07. Kota Jantho 2 2 2
08. Lembah Seulawah 2 2 2
09. Mesjid Raya 1 1 1
10. Darussalam 2 2 2
11. Baitussalam 0 0 0
12. Kuta Baro 2 2 2
13. Montasik 2 2 2
14. Blang Bintang 1 1 1
15. Ingin Jaya 4 4 4
16. Krueng Barona Jaya 0 0 0
17. Sukamakmur 1 1 1
18. Kuta Malaka 0 0 0
19. Simpang Tiga 0 0 0
20. Darul Imarah 2 2 2
21. Darul Kamal 1 1 1
22. Peukan Bada 3 3 3
23. Pulo Aceh 1 1 1

Jumlah 33 33 33

Sumber : Aceh Besar Dalam Angka, 2010

Tabel 38
Jumlah Koperasi Non KUD Menurut Kecamatan
DI KABUPATEN ACEH BESAR TAHUN 2007 - 2009

T a h u n
Kecamatan
2007 2008 2009
01. Lhoong 37 41 42
02. Lhoknga 49 49 53
03. Leupung 18 18 18

35
Pokja AMPL Kabupaten Aceh Besar
Buku Putih Sanitasi Kabupaten Aceh Besar Tahun 2011

04. Indrapuri 24 24 28
05. Kuta Cot Glie 8 9 9
06. Seulimeum 28 30 31
07. Kota Jantho 46 47 47
08. Lembah Seulawah 14 14 14
09. Mesjid Raya 23 25 27
10. Darussalam 19 20 22
11. Baitussalam 23 23 24
12. Kuta Baro 37 39 40
13. Montasik 25 26 26
14. Blang Bintang 6 9 6
15. Ingin Jaya 67 70 74
Krueng Barona
16. 13 14 15
Jaya
17. Sukamakmur 27 28 28
18. Kuta Malaka 10 10 10
19. Simpang Tiga 8 9 9
20. Darul Imarah 41 46 50
21. Darul Kamal 7 8 8
22. Peukan Bada 29 31 33
23. Pulo Aceh 10 10 10
62
Jumlah 602 600
4
Sumber : Aceh Besar Dalam Angka, 2010

Tabel 39
Perkembangan Koperasi Unit Desa (KUD) Dan Non KUD
DI KABUPATEN ACEH BESAR TAHUN 1995 - 2009
Banyaknya (buah)
Tahun
KUD NON KUD

1 1995 33 134

2 1996 33 145

3 1997 33 159
4 1998 33 182
5 1999 33 243

6 2000 33 351

7 2001 33 351
8 2002 33 378
9 2003 33 443

10 2004 33 446

11 2005 33 470
12 2006 33 518
13 2007 33 602

36
Pokja AMPL Kabupaten Aceh Besar
Buku Putih Sanitasi Kabupaten Aceh Besar Tahun 2011

14 2008 33 600

15 2009 33 624
Sumber : Aceh Besar Dalam Angka, 2010

Tabel 40
Jumlah Pencari Kerja Yang Terdaftar Menurut Kelompok Umur
dan Jenis Kelamin Di Kabupaten Aceh Besar Tahun 2009
Belum
Kelompok Terdaftar Ditempatkan Dihapus
Ditempatkan
Umur
LK PR LK PR LK PR LK PR

10 14 0 0 0 0 0 0 0 0

15 19 122 196 12 27 0 0 110 169

20 29 446 784 43 74 0 0 403 710

30 34 318 415 57 45 0 0 261 370

35 44 146 171 24 14 0 0 122 157

45 54 0 0 0 0 0 0 0 0

55 + 0 0 0 0 0 0 0 0

2009 1.032 1.566 136 160 0 0 896 1.406


Jumlah 2008 119 135 - - - - - -
2007 1.672 2.876 52 88 - - 1.620 2.788
Sumber : Aceh Besar Dalam Angka, 2010

Tabel 41
Jumlah Pencari Kerja Yang Terdaftar Menurut Pendidikan
dan Jenis Kelamin Di Kabupaten Aceh Besar Tahun 2009

37
Pokja AMPL Kabupaten Aceh Besar
Buku Putih Sanitasi Kabupaten Aceh Besar Tahun 2011

Belum
Terdaftar Ditempatkan Dihapus
Pendidikan Ditempatkan
LK PR LK PR LK PR LK PR
S D / Sederajat 0 0 0 0 0 0 0 0
S M P/ Sederajat 17 3 0 0 0 0 17 3
S M U/ Sederajat 521 488 34 26 0 0 487 462
D1/D3 149 680 22 69 0 0 127 611
S1/D4 289 447 57 88 0 0 232 359
S2 4 0 0 0 0 0 4 0
S3 0 0 0 0 0 0 0 0
2009 980 1.618 113 183 0 0 867 1.435
Jumlah 2008 145 89 204 0 0 0 0 0
2007 1.672 2.876 52 88 0 0 1.620 2.788
Sumber : Aceh Besar Dalam Angka, 2010
Tabel 42
Jumlah Pencari Kerja Di Rinci Per Kecamatan
Di Kabupaten Aceh Besar Tahun 2009

Kecamatan Pencari Kerja

01. Lhoong 8
02. Lhoknga 105
03. Leupung 12
04. Indrapuri 145
05. Kuta Cot Glie 52
06. Seulimeum 122
07. Kota Jantho 38
08. Lembah Seulawah 18
09. Mesjid Raya 37
10. Darussalam 232
11. Baitussalam 78
12. Kuta Baro 221
13. Montasik 182
14. Ingin Jaya 239
15. Krueng Barona Jaya 103
16. Sukamakmur 254
17. Kuta Malaka 128
18. Simpang Tiga 91
19. Darul Imarah 247
20. Darul Kamal 47
21. Peukan Bada 124
22. Pulo Aceh 7
23. Blang Bintang 108
2009 2.598
Jumlah 2008 226
2007 4.548
Sumber :
Aceh Besar Dalam Angka, 2010

2.7.3..Penerimaan Asli Daerah (PAD)


38
Pokja AMPL Kabupaten Aceh Besar
Buku Putih Sanitasi Kabupaten Aceh Besar Tahun 2011

Penerimaan Asli Daerah (PAD) merupakan urat nadi dari suatu daerah untuk
mempertahankan kelangsungan pembangunan serta untuk mensejahterakan masyarakat
yang ada di daerah tersebut. Adapun realisasi Penerimaan Asli Daerah di Kabupaten
Aceh Besar pada tahun 2009 adalah sebesar 61,01 milyar rupiah.

Total realisasi penerimaan asli daerah tersebut terdiri dari beberapa jenis penerimaan
yaitu Pajak Daerah sebesar 10,13 milyar rupiah, Pos Retribusi Daerah sebesar 3,49 milyar
rupiah, kemudian Pos Bagian Laba Usaha Daerah berjumlah 1,71 milyar rupiah, Pos Lain-
lain PAD yang sah sebesar 11,81 milyar rupiah serta Pos Bagi Hasil Pajak dan Bukan Pajak
senilai 33,86 milyar rupiah.

Untuk realisasi Pengeluaran Daerah Kabupaten Aceh Besar tahun 2009


dikategorikan berdasarkan jenis pengeluaran Belanja Tidak Langsung dan Belanja
Langsung dengan nominal sebesar 564,40 milyar rupiah. Sedangkan untuk Pembiayaan
Daerah memiliki jumlah pembiayaan bersih senilai 57,19 milyar rupiah.

2.7.4. Sarana Perekonomian dan Harga-harga

Pasar merupakan tempat transaksi jual beli masyarakat setiap hari, dan sarana
ini dapat meningkatkan pendapatan daerah jika dikelola dengan baik secara professional
serta merupakan tempat perputaran roda perekonomian.

Jika dilihat dari sarana pasar di Kabupaten Aceh Besar tahun 2009 lokasinya
sudah tersebar merata di seluruh kecamatan, dimana status pengelolaannya ada yang
dikelola oleh Pemerintah Daerah (Pemda), Pemda Tk.II dan ada pula yang status
pengelolaannya tumbuh sendiri.

Jumlah pasar secara keseluruhan di Kabupaten ini adalah sebanyak 65 pasar,


dimana sebanyak 20 pasar dikelola oleh Pemda, sedangkan Pemda Tk.II mengelola
sebanyak 2 pasar serta pasar yang pengelolaannya tumbuh sendiri ada sejumlah 43
pasar. Di semua kecamatan hari buka pasar adalah tiap hari, sementara itu ada beberapa
kecamatan yang juga buka secara mingguan.

Harga eceran bahan bangunan/konstruksi di Kabupaten Aceh Besar yang


diantaranya terdiri dari barang galian (pasir) memiliki harga rata-rata sebesar 88 ribu
rupiah/m3, batu pondasi senilai 115 ribu rupiah/m 3. Sedangkan kayu lapis harganya lebih
bervariatif berkisar antara 65 ribu hingga 80 ribu rupiah per lembarnya.

39
Pokja AMPL Kabupaten Aceh Besar
Buku Putih Sanitasi Kabupaten Aceh Besar Tahun 2011

Sementara untuk bata merah biasa memiliki kisaran harrga rata-rata 50 ribu
rupiah per 100 buah. Untuk semen yang dipasarkan memiliki rata-rata harga 43 ribu/zak.

Tabel 43
Realisasi Penerimaan Daerah
Di Kabupaten Aceh Besar tahun 2005 2009
Jenis Penerimaan 2005 2006 2007 2008 2009
1.113.243 3.375.628 4.137.578 6.984.128 10.133.617
1. Pajak Daerah

1.096.019 1.337.718 1.757.531 2.895.536 3.495.849


2. Pos Retribusi Daerah

Pos Bagian Laba Usaha


3. 175.000 527.234 1.262.589 1.591.254 1.709.747
Daearah

Pos Lain-lain PAD yang


4. 6.402.529 12.627.613 7.446.113 9.696.101 11.811.324
sah

Pos Bagi Hasil Pajak &


5. 0 0 49.788.877 53.384.964 33.860.969
Bukan Pajak

Jumlah 8.786.792 17.868.193 12.453.225 74.551.983 61.011.506

Sumber : Aceh Besar Dalam Angka, 2010

Tabel 44
Realisasi Penerimaan Daerah
Di Kabupaten Aceh Besar Tahun 2009
Jenis Penerimaan Jumlah

Penerimaan Daerah

I. Pendapatan asli daerah ;


1. Pajak daerah 10.133.617

40
Pokja AMPL Kabupaten Aceh Besar
Buku Putih Sanitasi Kabupaten Aceh Besar Tahun 2011

2. Retribusi daerah 3.495.849


3. Laba Usaha Milik Daerah 1.709.747
4. Lain-lain PAD yang sah 11.811.324
II. Bagian Dana Perimbangan;
1. Dana Bagi Hasil Pajak dan Bukan Pajak 33.860.969
2. Dana Alokasi Umum 398.132.666
3. Dana Alokasi Khusus 48.972.000
III. Lain-lain Pendapatan Yang Sah;
1. Pendapatan Hibah -
2. Dana Bagi Hasil Pajak dari Provinsi dan Pemerintah Daerah
11.567.583
Lainnya
3. Dana Penyesuaian dan Otonomi Khusus 14.059.521
4. Bantuan Keuangan dari Provinsi atau Pemerintah Daerah
5.000.000
Lainnya
2009 538.743.278
Jumlah 2008 556.253.791
2007 476.283.649
Sumber : Aceh Besar Dalam Angka, 2010

Tabel 45
Realisasi Pengeluaran Daerah
Di Kabupaten Aceh Besar Tahun 2009
Jenis Pengeluaran Jumlah

A. Belanja Tidak Langsung


1. Belanja Pegawai 335.030.658
2. Belanja Hibah 20.216.437
3. Belanja Bantuan Sosial 14.940.106
4. Belanja Bagi Hasil kepada Provinsi/Kabupaten/ Kota dan
50.000
Pemerintah Desa
5. Belanja Bantuan Keuangan kepada
36.598.600
Provinsi/Kabupaten/Kota dan Pemerintahan Desa
6. Belanja Tidak Terduga 80.000
B. Belanja Langsung
1. Belanja Pegawai 21.446.362
2. Belanja Barang Jasa 66.466.918
3. Belanja Modal 69.574.228
2009 564.403.311
Jumlah 2008 565.432.105
2007 497.560.338
Sumber : Aceh Besar Dalam Angka, 2010

Tabel 46
Realisasi Pembiayaan Daerah
Di Kabupaten Aceh Besar Tahun 2009
Jenis Pengeluaran Jumlah

A. Penerimaan Pembiayaan Daerah

1. Sisa Lebih Perhitungan Anggaran Tahun Anggaran


58.039.633
Sebelumnya

41
Pokja AMPL Kabupaten Aceh Besar
Buku Putih Sanitasi Kabupaten Aceh Besar Tahun 2011

2. Penerimaan Kembali Pemberian Pinjaman 155.000

B. Pengeluaran Pembiayaan Daerah

1. Penyertaan Modal (Investasi) Pemerintah daerah 1.000.000

Jumlah Pembiayaan Bersih 57.194.633


Sisa Lebih Pembiayaan Anggaran 31.534.600
Sumber : Aceh Besar Dalam Angka, 2010

2.7.5. PDRB Kabupaten Aceh Besar

Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) merupakan salah satu indikator untuk
melihat tingkat kesejahteraan suatu daerah. Perhitungan PDRB Kabupaten Aceh Besar
dan seluruh Indonesia umumnya setiap tahun mengalami perbaikan. Saat ini tahun dasar
perhitungan BPS adalah tahun 2000.

PDRB Kabupaten Aceh Besar disajikan dalam 2 bentuk yaitu atas dasar harga
berlaku (ADHB) dan atas dasar harga konstan (ADHK) agar pengaruh harga dapat diikuti
sacara berkala dan dapat pula di eliminir.

Berdasarkan harga berlaku, nilai PDRB Kabupaten Aceh Besar tahun 2009
sebesar 4,93 triliun rupiah. Sedangkan berdasarkan harga konstan pada tahun yang sama
tercatat sebesar 2,41 triliun rupiah.

Adapun sumbangan PDRB terbesar atas dasar harga berlaku (HB) adalah dari
lapangan usaha pertanian sebesar 1,51 triliun rupiah. Sementara atas dasar harga
konstan (HK) yaitu pada lapangan usaha pertanian sebesar 634,75 milyar rupiah.

2.7.6. Peranan PDRB secara Sektoral

Pada tahun 2009 kontribusi PDRB Kabupaten Aceh Besar berdasarkan atas harga
berlaku, sektor Pertanian masih merupakan penyumbang terbesar dengan persentase
30,74 persen, diikuti oleh sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran sebesar 18,20 persen,
kemudian sektor Jasa-jasa sebesar 14,64 persen.

Jika kita lihat berdasarkan atas harga konstan 2000, pada tahun 2009 sektor
Pertanian juga mendominasi dalam pembentukan PDRB yaitu sebesar 26,39 persen,

42
Pokja AMPL Kabupaten Aceh Besar
Buku Putih Sanitasi Kabupaten Aceh Besar Tahun 2011

kemudian disusul oleh sektor Jasa-jasa 21,31 persen dan sektor Bangunan dan
Konstruksi/ Perdagangan, Hotel dan Restoran sebesar 15,51 persen.

2.7.7. Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Aceh Besar

Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Aceh Besar tahun 2009 sebesar 6,50 persen.
Angka ini sudah lebih baik jika dibandingkan dengan tahun 2008 yaitu sebesar 5,77
persen.

Walaupun angka pertumbuhan ekonomi Kabupaten Aceh Besar pada tahun 2009 sudah
lebih baik dari tahun 2008, akan tetapi jika dibandingkan dengan tahun 2007 angka ini
jauh merosot tajam dari 13,87 persen menjadi 6,50 persen saja. Oleh karena itu,
pertumbuhan ekonomi ini patut lebih diperhatikan agar tidak berdampak buruk
terhadap lapangan kerja yang secara otomatis akan berpengaruh pada tingkat
kesejahteraan hidup masyarakat Aceh Besar.

2.7.8. PDRB Perkapita dan Pendapatan Regional Perkapita

Pada tahun 2009 PDRB Perkapita atas dasar harga berlaku memiliki tingkat
pertumbuhan 13,38 persen dengan nilai nominal sebesar 15,76 juta rupiah. Sedangkan
atas dasar harga konstan pada tahun yang sama memiliki tingkat pertumbuhan sebesar
5,59 persen dengan nilainya sebesar 7,69 juta rupiah.

Sementara Pendapatan Regional Perkapita di Kabupaten Aceh Besar atas dasar harga
berlaku tahun 2009 tercatat sebesar 13,90 juta rupiah dengan tingkat pertumbuhannya
juga sebesar 13,38 persen. Sedangkan untuk Pendapatan Regional Perkapita atas dasar
harga konstan memiliki nilai nominal sebesar 7,28 juta rupiah.

Tabel 47
Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Aceh Besar
Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar harga Berlaku tahun
2006 - 2009
Lapangan Usaha 2006 2007 2008 2009

1. Pertanian 1.187.027,97 1.312.335,39 1.411.110,02 1.514.899,15


2. Pertambangan Dan Penggalian 96.073,94 100.176,56 104.740,92 110.740,85

3. Industri Pengolahan 114.566,92 125.434,21 134.892,91 146.693,00

43
Pokja AMPL Kabupaten Aceh Besar
Buku Putih Sanitasi Kabupaten Aceh Besar Tahun 2011

4. Listrik Dan Air Minum 6.507,73 9.331,29 13.147,78 17.145,05

5. Bangunan dan Kontruksi 330.820,59 431.887,24 561.508,51 687.508,52

6. Perdagangan, Hotel Dan Restoran 641.410,79 723.344,79 777.461,87 896.705,08

7. Pengangkutan Dan Komunikasi 385.827,70 431.523,80 512.363,70 636.501,30


8. Keuangan,Persewaan Dan Js. Prsh 120.824,70 148.500,54 169.447,24 196.588,92
Perusahaan
9. Jasa-Jasa 454.682,92 561.320,97 624.988,44 721.324,81
P D R B Berlaku 3.337.743,27 3.843.854,77 4.309.661,40 4.928.106,68
Sumber : Aceh Besar Dalam Angka, 2010

Tabel 48
Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Aceh Besar
Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Konstan 2000,
Tahun 2006 - 2009
Lapangan Usaha / Industrial Origin 2006 2007 2008 2009
1. Pertanian 614.745,13 621.981,56 624.260,63 634.749,76
2. Pertambangan Dan Penggalian 57.827,47 60.289,85 63.036,25 64.036,18
3. Industri Pengolahan 61.008,95 62.847,77 67.529,34 73.021,34
4. Listrik Dan Air Minum 4.268,40 4.367,59 4.486,91 4.593,18

5. Bangunan dan Kontruksi 195.390,75 313.275,68 345.986,19 373.022,19


6. Perdagangan, Hotel Dan Restoran 366.077,86 313.275,68 345.986,19 373.022,19
7. Pengangkutan Dan Komunikasi 157.259,29 161.132,58 163.209,34 165.084,94
8. Keuangan,Persewaan Dan Js. Prsh 40.287,77 43.517,89 46.084,40 49.884,08
Perusahaan
9. Jasa-Jasa 378.132,37 466.626,18 483.972,65 512.579,02
P D R B Konstan 1.874.997,98 2.135.114,35 2.258.276,06 2.405.000,25

Sumber : Aceh Besar Dalam Angka, 2010

Tabel 49
Tingkat Pertumbuhan Ekonomi Aceh Besar
Tahun 2006 2009 (tahun Dasar 2000)
Rincian 2006 2007 2008 2009

I. ATAS DASAR HARGA BERLAKU


1. P D R B 15,78 15,16 12,12 14,35
2. PENDAPATAN REGIONAL 14,60 15,16 12,12 14,35
3. PDRB PER KAPITA 12,83 14,02 11,13 13,38
4. PENDAPATAN REGIONAL PER KAPITA 11,68 14,02 11,13 13,38
II. ATAS DASAR HARGA KONSTAN 2000

44
Pokja AMPL Kabupaten Aceh Besar
Buku Putih Sanitasi Kabupaten Aceh Besar Tahun 2011

1. P D R B 4,27 13,87 5,77 6,50


2. PENDAPATAN REGIONAL 4,27 13,87 5,77 6,50
3. PDRB PER KAPITA 1,61 12,74 4,83 5,59
4. PENDAPATAN REGIONAL PER KAPITA 1,61, 12,74 4,83 5,59
Sumber : Aceh Besar Dalam Angka, 2010

2.8. Visi Dan Misi

2.8.1. Visi Kabupaten Aceh Besar

Visi merupakan gambaran atau kondisi yang ingin dicapai dalam masa
mendatang, baik jangka panjang, jangka menengah, maupun jangka pendek. Visi
tersebut dapat pula diartikan sebagai suatu harapan yang gemilang yang ingin diraih
pada masa depan. Harapan tersebut tidak lain adalah terwujudnya masyarakat yang
damai, maju, dan makmur dalam kehidupan yang islami. Bentuk harapan ini dijabarkan
ke dalam satu kalimat yang mengandung makna yang dalam dan luas, dengan
mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut :

(1) Potensi sumber daya alam (SDA) dan sumber daya manusia (SDM) yang
tersedia di daerah ini;
(2) Implementasi syariat Islam yang telah menjadi konsensus bagi semua unsur
masyarakat, termasuk seluruh unsur aparatur pemerintahan daerah di
kabupaten ini;
(3) Dinamika masyarakat yang menghendaki adanya perubahan perkembangan
dan perbaikan dalam seluruh sendi kehidupan di daerah ini;
(4) Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) dan era globalisasi; dan
(5) Kewenangan daerah yang semakin besar pasca UU No. 11 Tahun 2006 tentang
Pemerintahan Aceh yang akan diimplementasikan mulai tahun 2008 yang akan
datang.
Atas pertimbangan di atas, maka visi pembangunan Kabupaten Aceh Besar
Periode 2007-2012 adalah : Terwujudnya Masyarakat Aceh Besar yang Damai, Maju,
dan Makmur Dalam Syariat Islam. Visi ini pula yang diusung oleh Bupati dan Wakil
Bupati Aceh Besar yang terpilih dalam Pemilihan Kepala Daerah (PILKADA) pada tanggal
11 Desember 2006 lalu, yaitu Dr. Tgk. Bukhari Daud, M.Ed dan Anwar Ahmad, SE, Ak.

45
Pokja AMPL Kabupaten Aceh Besar
Buku Putih Sanitasi Kabupaten Aceh Besar Tahun 2011

Visi tersebut di atas mengandung makna yang luas dilihat dari beberapa
terminologi kunci, yaitu damai, maju, makmur, dan syariat Islam.

Damai, dimaksudkan bahwa masyarakat Aceh Besar merupakan komitmen yang


hidup rukun, memiliki kebersamaan yang tinggi, saling hormat-menghormati, harga-
menghargai, bebas dari rasa takut, bebas dari berbagai bentuk ancaman, intimidasi dan
tindak kekerasan, serta bebas beraktivitas dalam menjalani rutinitas kehidupannya.

Maju, dimaksudkan bahwa masyarakat Aceh Besar merupakan komunitas yang


berkualitas, menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi, cerdas, terampil, sehat (baik
jasmani maupun rohani), tekun, rajin, kreatif, inovatif, serta produktif dan berwawasan
luas.

Makmur, dimaksudkan bahwa masyarakat Aceh Besar merupakan suatu


masyarakat yang hidup layak, mampu memenuhi kebutuhan dasar, bebas dari
kemiskinan, tanpa kesengsaraan, serta sejahtera, dan bebas dari pengangguran.

Syariat Islam, dimaksudkan bahwa masyarakat Aceh Besar yang patuh, dan taat
pada aturan-aturan, ketentuan-ketentuan, norma dan kaedah-kaedah, serta nilai-nilai
yang terkandung dalam syariat Islam, dan menjadikan syariat Islam sebagai pedoman
utama dalam menjalankan kehidupan kesehariannya. Dalam makna yang lain, bahwa
masyarakat Aceh Besar merupakan sebuah komunitas yang beriman dan bertaqwa
kepada Allah Swt yang tercermin dari kesungguhan dan kesadaran dalam menegakkan
amar makruf dan mencegah nahi mungkar, sebagai bentuk pribadi muslim dan muslimat,
dengan budi pekerti yang luhur, berakhlak mulia, disiplin, jujur, amanah, dan senantiasa
menegakkan hablum minallah, hablum minannas serta hubungan dengan alam sekitar.

2.8.2. Misi Kabupaten Aceh Besar

Misi merupakan suatu panggilan tugas yang agung dan mulia dari segenap unsur
yang ada untuk mewujudkan visi yang telah disepakati bersama. Keberhasilan
implementasi misi-misi ini tidak terlepas dari dukungan faktor-faktor berikut ini, yaitu :

1) Terpeliharanya perdamaian yang abadi sebagai hasil dari kesepakatan damai


antara Pemerintah Republik Indonesia dan Gerakan Aceh Merdeka pada tanggal
15 Agustus 2005 yang lalu;

46
Pokja AMPL Kabupaten Aceh Besar
Buku Putih Sanitasi Kabupaten Aceh Besar Tahun 2011

2) Tersedia dan meningkatnya kemampuan keuangan daerah yang dialokasikan


untuk membiayai seluruh sektor pembangunan setiap tahunnya;
3) Terlaksananya syariat Islam yang benar dan kaffah;
4) Terwujudnya pemerintahan yang bersih dan berwibawa;
5) Terwujudnya kualitas dan disiplin aparatur dalam menjalankan tugas sehari-hari;
dan
6) Adanya dukungan masyarakat yang menyeluruh serta terciptanya rasa memiliki
yang tinggi dari seluruh masyarakat terhadap seluruh program dan kegiatan
pembangunan yang dilaksanakan.

Adapun misi-misi pembangunan Kabupaten Aceh Besar sebagai berikut :

1) Meningkatkan pelaksanan syariat Islam;

2) Mengembangkan dan meningkatkan sumberdaya manusia;

3) Meningkatkan pembangunan ekonomi rakyat;

4) Mewujudkan pemerintahan yang bersih dan berwibawa (Good Governance and


Clean Government);

5) Mempercepat pembangunan kawasan pesisir dan terisolir;

6) Mendorong percepatan proses Rehabilitasi dan Rekonstruksi; dan

7) Memelihara perdamaian.

Selanjutnya misi-misi pembangunan Kabupaten Aceh Besar tersebut dijabarkan


lagi kedalam 7 (tujuh) bidang pembangunan yang akan diimplementasikan selama kurun
waktu lima tahun ke depan adalah sebagai berikut:

1) Bidang Agama
a. Meningkatkan pelaksanaan syariat Islam;
b. Meningkatkan kesadaran dan pemahaman pelaksanaan syariat Islam;
c. Meningkatkan upaya-upaya pemberantasan berbagai bentuk kemaksiatan dan
perbuatan asusila; dan

47
Pokja AMPL Kabupaten Aceh Besar
Buku Putih Sanitasi Kabupaten Aceh Besar Tahun 2011

d. Meningkatkan pengembangan syiar agama Islam dalam segala aspek kehidupan


masyarakat.
e. Membangun dan memelihara sarana-sarana ibadah.
2) Bidang Ekonomi
a. Merevitalisasi usaha-usaha pertanian berdasarkan peta kawasan komoditi;
b. Mengembangkan sektor agrobisnis yang berorientasi pada pengembangan
agroindustri;
c. Mengembangkan sistem pengembangan pertanian pangan, perkebunan,
peternakan, dan perikanan yang intensif, fokus, berkelanjutan, tuntas
berdasarkan komoditi spesifik kawasan dan dibangun berdasarkan partisipasi
masyarakat;
d. Membangun dan mengembangnkan infrastruktur yang terintegrasi secara
ekonomi untuk meningkatkan produksi dan produktivitas sektor pertanian
secara berkelanjutan;
e. Melakukan intensifikasi dalam upaya-upaya pemanfaatan sumber daya laut;
f. Meningkatkan ekploitasi sumber daya alam dengan tetap menjaga kelestarian
lingkungan;
g. Meningkatkan kapasitas pelaku usaha mikro, menengah, dan makro;
h. Menguatkan kapasitas dan kualitas kelembagaan ekonomi;
i. Mengembangkan dan menguatkan pusat-pusat perdagangan dan sistem
pemasaran; dan
j. Mengintensifkan pendayagunaan potensi ekonomi.
k. Mengembangkan pusat-pusat pertumbuhan ekonomi berdasarkan potensi dan
spesifikasi ekonomi unggulan daerah.
3) Bidang Sosial Budaya
a. Mengembangkan dan meningkatkan pelayanan pendidikan yang bermutu dan
merata;
b. Membuka pusat-pusat pendidikan kejuruan/keterampilan (vocational
education);
c. Meningkatkan alokasi anggaran pendidikan;
d. Meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan masyarakat;
e. Membina SDM pemuda yang profesional dan berkualitas;
f. Meningkatkan kualitas dunia olahraga;

48
Pokja AMPL Kabupaten Aceh Besar
Buku Putih Sanitasi Kabupaten Aceh Besar Tahun 2011

g. Mempercepat kemajuan budaya dan adat Aceh;


h. Meningkatkan upaya pemberdayaan perempuan serta meningkatkan peranan
perempuan dalam pembangunan; dan
i. Meningkatkan upaya pemberdayaan masyarakat miskin.
4) Bidang Prasarana dan Sarana
a. Mempercepat pembangunan infrastruktur;
b. Mempercepat pembangunan kawasan pesisir dan terisolir;
c. Pemeliharaan dan fungsionalisasi aset hasil rehabilitasi dan rekonstruksi;
d. Perencanaan dan pembangunan akses infrastruktur dalam wilayah kerjasama
BASAJAN secara terpadu dna terintegrasi;
e. Pembangunan dan peningkatan jalan antar kabupaten dengan melakukan
pembangunan dan peningkatan jalan terutama untuk menghubungkan jalan
Jantho Lamno dan Jantho Keumala;
f. Memperlancar hubungan antar kecamatan dan antar desa dengan
pembangunan dan peningkatan jalan dan jembatan yang rusak;
g. Memperlancar arus bongkar muat Pelabuhan Malahayati dengan
pengembangan kapasitas pelabuhan serta meningkatkan jalan yang menuju
pelabuhan dengan pelebaran jalan;
h. Revitalisasi dan fungsionalisasi pelabuhan pelabuhan nelayan dengan melakukan
rehabilitasi dan rekonstruksi terutama untuk pelabuhan nelayan Lampuyang,
Gugob, Ujung Pancu dan Lam Teungoh;
i. Mendorong peningkatkan fungsi dan penataan kawasan serta pelayanan
Bandara Sultan Iskandarmuda menjara Pusat Penyebaran Primer (Bandara
Internasional);
j. Mendorong percepatan pembangunan kembali rel kereta api yang dan stasiun
stasiun yang pernah ada;
k. Meningkatkan kapasitas sumber air irigasi dengan mengoptimalkan bendungan
baru yang sekarang masih dalam tahap pebangunan seperti bendung Keuliling
serta bendung bendung lainnya yang berpotensi;
5) Bidang Pemerintahan
a. Mewujudkan pemerintahan yang bersih dan berwibawa (good governance and
clean goverment);
b. Menerapkan prinsip-prinsip tata pemerintahan yang baik;

49
Pokja AMPL Kabupaten Aceh Besar
Buku Putih Sanitasi Kabupaten Aceh Besar Tahun 2011

c. Meningkatkan kapasitas kelembagaan, termasuk dalam penyusunan proses


perencanaan;
d. Meningkatkan pelayanan kependudukan;
e. Memperkuat kemampuan dan kapasitas aparatur pemerintahan daerah; dan
f. Meningkatkan kualitas pengelolaan keuangan daerah;
g. Meningkatkan pelayanan perizinan cepat dan profesional;
h. Meningkatkan profesionalisme perencanaan pembangunan daerah
6) Bidang Keamanan dan Ketertiban
a. Memelihara
b. Mengintensifikasi penyuluhan dan sosialisasi berbagai kebijakan pembangunan
bagi masyarakat;
c. Menertibkan administrasi kependudukan; dan
d. Mempercepat proses reintegrasi mantan GAM.
7) Mitigasi Bencana
a. Mensosialisasikan pengurangan resiko bencana;
b. Meningkatkan koordinasi dalam rangka kerjasama Pemerintah, Lembaga Non
Pemerintah dan dalam negeri serta masyarakat dalam rangka kerjasama
pengurangan resiko bencana;
c. Membangun koordinasi yang kuat dalam penanggulangan resiko bencana dan
pasca bencana.

2.9. Institusi Dan Organisasi Pemda

Berdasarkan UU Nomor 32 Tahun 2004, dan dengan pedoman Peraturan


Pemerintah Nomor 41 Tahun 2007 tentang Perangkat Daerah. Untuk melaksanakan
ketentuan tersebut Pemerintah Kabupaten Aceh Besar menerbitkan Peraturan Daerah
(Perda) dimana didalamnya mengatur tentang struktur kelembagaan yang ada pada
Pemerintah Kabupaten Aceh Besar.

Adapun jumlah perangkat daerah Kabupaten Aceh Besar, meliputi :

a. Sekretariat Daerah
b. Sekretariat DPRK
c. Sembilan Bagian - Bagian Sekdakab

50
Pokja AMPL Kabupaten Aceh Besar
Buku Putih Sanitasi Kabupaten Aceh Besar Tahun 2011

d. Inspektorat Kabupaten
e. Badan Perencanaan Pembangunan Daerah
f. Dinas Daerah, yang terdiri dari :
1. Dinas Pertanian TPH
2. Dinas Peternakan
3. Dinas kehutana dan Perkebunan
4. Dinas Perindustrian Perdagangan Koperasi dan UKM
5. Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah
6. Dinas kelautan dan Perikanan
7. Dinas Bina Marga dan Cipta Karya
8. Dinas Pengairan
9. Dinas Pertambangan dan Energi
10. Dinas Perhubungan dan Komintel
11. Dinas Pendidikan
12. Dinas Kesehatan
13. Dinas pariwisata kebudayaan, Pemuda dan Olah Raga
14. Dinas Syariat Islam
15. Dinas Sosial tenaga Kerja, Kependudukan, dan Catatan Sipil
g. Lembaga Teknis Daerah, yang terdiri dari :
1. Badan Penyuluhan dan Ketahanan Pangan
2. Badan Lingkungan Hidup, Pertamanann Kebersihan dan Pemadam Kebakaran
3. Badan Penanggulangan Bencana Daerah
4. Badan Keluarga Berencana PP dan PA
5. Badan Kesbang dan Linmas
6. Badan Penanggulangan Bencana
7. Badan Kepegawaian Pendidikan dan Pelatihan
8. BPM dan Gampong
9. Kantor Pelayanan Terpadu Satu Pintu
10. RSU Daerah
11. Kantor Pembinaan dan Pendidikan Dayah
12. Kantor Arsip dan Perpustakaan
h. Satuan Polisi Pamong Praja (PP) dan Wilayatul Hisbah (WH)
i. Kecamatan, yang terdiri dari :
Lhoong
51
Pokja AMPL Kabupaten Aceh Besar
Buku Putih Sanitasi Kabupaten Aceh Besar Tahun 2011

Lhoknga
Leupung
Indra Puri
Kuta Cot Glie
Seulimeum
Kota Jantho
Lembah Seulawah
Mesjid Raya
Darusalam
Baitussalam
Kuta Baro
Montasik
Blang Bintang
Ingin Jaya
Krueng Barona Jaya
Sukamakmur
Kuta Malaka
Simpang Tiga
Darul Imarah
Darul Kamal
Peukan Bada
Pulo Aceh

2.10. Tata Ruang Wilayah

2.10.1 Kelembagaan Penataan Ruang Daerah

Amanah kelembagaan penataan ruang menurut UU 26/2007 digambarkan dalam tabel


berikut:

Tabel 50
Matriks Amanah Kelembagaan Menurut UU No. 26/2007

Ketentuan
Sumber Mekanisme/At Hukum
No Urusan Instansi Alat Keterangan
Ketentuan uran yang
operasional
1 Wewenang Pasal 11 Wewenang
Kabupaten perencanaan ole
DPRK dan Pemka
dengan Perda
2 Pembinaan Pasal 13 (2) Misal: Diatur Pembinaan meli
Rakor/Rakons dengan PP Koordinasi,
dll sosialisasi,
Konsultasi, supe
Diklat, SIK,

52
Pokja AMPL Kabupaten Aceh Besar
Buku Putih Sanitasi Kabupaten Aceh Besar Tahun 2011

Ketentuan
Sumber Mekanisme/At Hukum
No Urusan Instansi Alat Keterangan
Ketentuan uran yang
operasional
3 Pengendalian: Pasal 26 (f), Instansi Bro-sur Mesti - di Aceh Besar a
a. Zonasi pasal 35, Perijina diatur 18 jenis perijinan
b. Perijinan jo pasal 38 n: dengan - arahan sanksi :
c. Insentif jo pasal 63 Kantor perda pasal 63
d. disinsentif Pelayan
e. Arahan an
Sanksi Terpadu
Satu
Pintu
4. Standard Pasal 34 jo SE Ketentuan lebih
Pelayanan pasal 58 Mendagri lanjut ttg SPM dg
Minimal (SPM) No Permen
100/757/O
TDA TH
2002
5 Insentif dan Pasal 38 Ketentuan insen
Disintensif ayat 2 , disinsenti
ayat 3
6. Pengawasan,Pe Pasal 55 jo Harus melibatka
mantauan, pasal 59 peranserta
Evaluasi, masyarakat
pelaporan
7. Hak Pasal 60 jo Diatur oleh Tahu, menikmati
Masyarakat pasal 66 PP 96/1996 pertambahan ni
ganti rugi (bila
digusur misalnya
ajukan keberatan
tuntutan
pembatalan,
gugatan ganti ru
(via Pengadilan)
8. Kewajiban Pasal 61 Diatur oleh Memanfaatkan,
masyarakat PP 96/1996 Mematuhi,
memberikan aks
9. Jenis-Jenis Pasal 63 Diatur Ada 9 jenis sanks
Sanksi dan 64 dengan PP
10 Peran Serta Pasal 65 Diatur oleh Sejak dari
Masyarakat PP 96/1996 penyusunan RTR
11. Penyidik PNS Pasal 68 Diatur Apakah PPNS su
dengan dibentuk?
peraturan
Per UU an

53
Pokja AMPL Kabupaten Aceh Besar
Buku Putih Sanitasi Kabupaten Aceh Besar Tahun 2011

Ketentuan
Sumber Mekanisme/At Hukum
No Urusan Instansi Alat Keterangan
Ketentuan uran yang
operasional
12. Ketentuan Diatur oleh Pidana merujuk
denda dan KUHP dan KUHP
Kurungan KUH Hukuman Perdat
Perdata merujuk pasal 13
dan 1366 KUH
perdata

Berdasarkan analisis isi, maka beberapa kata-kata kunci yang menyangkut kelembagaan
perlu diinventarisasi, dianalisa dan dirancang NSPK nya. Pada pasal 1 ayat 11 Secara
eksplisit dijelaskan bahwa pelaksanaan penataan ruang ada 3 poin penting dalam rangka
penataan kelembagaan penataan ruang daerah, yakni Perencanaan, Pemanfaatan, dan
Pengendalian Pemanfaatan Ruang. Alur kegiatan Perencanaan, Pemanfaatan,
Pengendalian, Pemanfaatan Ruang dapat digambarkan sebagai berikut:

Gambar 6.
Proses Perencanaan Tata Ruang Sampai Pelaksanaan

Goals I d e n t i f i k a si
Masalah
Koleksi D at a

Analisis Kondisi Saat


Ini

Identifikasi Kebijakan

Estimasi Dampak
Kebijakan

Assessment

Keputusan

Rencana Tindak Pelaksanaan


Kebijakan

54
Pelaksanaan
Pokja AMPL Kabupaten Aceh Besar
Buku Putih Sanitasi Kabupaten Aceh Besar Tahun 2011

Pemanfaatan Ruang Pengendalian


Pemanfaatan Ruang
Gambar 7
Proses Pemanfaatan dan Pengendalian Tata Ruang

Regulasi Zoning
Kebijakan Strategis
Operasionalisasi RTRW

PERIZINAN

Perumusan Program Sektoral


Perwujudan Struktur dan Pola
Ruang Insentif & Disinsentif

Pelaksanaan Pembangunan &


Penganggaran/Pembiayaan Penerapan Sanksi

Penatagunaan Tanah, Udara, PEMANTAUAN


Air, SDA Lainnya

EVALUASI

55
PELAPORAN
RENCANA STRUKTUR RUANG & POLA
Pokja AMPL Kabupaten Aceh Besar
RUANG

(+ ZONING MAP ) Pengawasan


Buku Putih Sanitasi Kabupaten Aceh Besar Tahun 2011

Adapun keterkaitan Perencanaan, Pemanfaatan, Pengendalian Pemanfaatan Ruang


dengan Sektor Publik dan Privat. Keterkaitan itu dapat digambarkan sebagai berikut:

Tabel 51
Indikasi Keterkaitan Manajemen Penataan Ruang
Dengan Sektor Publik Dan Sektor Privat
Menurut Undang Undang No. 26 Tahun 2007

Sektor Private Sektor Publik


Publik/Private
Penduduk Eksekutif Legislatif Yudikatif
Penataan Ruang Badan Usaha
Wilayah (Pem. / Pemda) (DPRD) (Pengadilan)
Perencanaan Tata Ruang
Penyusunan partisipasi partisipasi pemegang partisipasi
Rencana Tata dalam proses dalam proses otoritas dalam dalam proses
Ruang (Struktur perencanaan perencanaan proses perencanaan
Ruang & Pola perencanaan
Ruang)
Penetapan pemegang pemegang
Rencana Tata otoritas dalam otoritas
Ruang (menjadi penetapan dalam
PP, Perda/Qanun) penetapan
Pemanfaatan Ruang (implementasi)
Pemanfaatan menerima menerima - pemb. sarana/ penetapan
Ruang insentif/disinsen insentif/disins prasarana anggaran
(implementasi) tif, kompensasi entif, (APBD) (APBD) yang
oleh sektor publik kompensasi - perizinan berkaitan
(Pemerintah/ pemanfaatan dengan
Pemerintah ruang pemanfaatan
Daerah) - insentif & ruang
disinsentif
Pemanfaatan pemanfaatan pemanfaatan - perizinan
56
Pokja AMPL Kabupaten Aceh Besar
Buku Putih Sanitasi Kabupaten Aceh Besar Tahun 2011

Sektor Private Sektor Publik


Publik/Private
Penduduk Eksekutif Legislatif Yudikatif
Penataan Ruang Badan Usaha
Wilayah (Pem. / Pemda) (DPRD) (Pengadilan)
Ruang ruang: ruang: pemanfaatan
(implementasi) bermukim, berusaha, ruang
oleh sektor bekerja/berusah bergerak - insentif &
private(masyarak a, bergerak, disinsentif
at termasuk amenity
kelompok badan
usaha)
Pengendalian Pemanfaatan Ruang
Pengawasan partisipan partisipan pemengang
Pemanfaatan dalam proses dalam proses otoritas dalam
Ruang pengawasan pengawasan proses
(monitoring) pengawasan
Penertiban pemengang sanksi
(termasuk otoritas dalam pidana,
penindakan dan proses perdata,
pemberian penindakan TUN (Tata
sanksi) Usaha
Negara)
Pembinaan Perencanaan dan Pengendalian Pemanfaatan Ruang
Koordinasi partisipan partisipan pemegang pengawas
dalam proses dalam proses otoritas dalam penggunaan
koordinasi koordinasi proses anggaran
perencanaan pengendalian koordinasi koordinasi
Sosialisasi, diklat, penerima penerima pemegang pengawas
litbang, sosialisasi, dll sosialisasi, dll otoritas dalam penggunaan
diseminasi, proses sosialisasi anggaran
konsultansi, sosialisasi
supervisi

Sesuai dengan matriks amanah kelembagaan yang ada dalam UU No. 26/2007 selain
Perencanaan, Pemanfaatan, Pengendalian, Pengawasan dan Pelaporan, maka amanah
kelembagaan yang perlu dibahas lebih lanjut adalah:

1. Pembinaan (ditekankan pada koordinasi)


2. Pengendalian
3. Perijinan (bagian dari pengendalian)
4. Standard Pelayanan Minimal
5. Monitoring, Evaluasi, dan Penertiban
6. Ketentuan Penyidikan

57
Pokja AMPL Kabupaten Aceh Besar
Buku Putih Sanitasi Kabupaten Aceh Besar Tahun 2011

Pembahasan perijinan dianalisis tersendiri di luar sub bab pengendalian, karena


urusan perijinan ini cukup mendapat perhatian masyarakat dan sudah adanya Kantor
PTSP tersendiri yang merupakan lembaga yang berwenang memproses perijinan.

Amanah kelembagaan penataan ruang di tingkat Kabupaten/kota perlu juga


dikaitkan dengan pembagian urusan bidang penataan ruang sesuai dengan PP 38/2007
yang telah merinci urusan penataan ruang sebagai berikut:

1. Urusan Pengaturan, yang meliputi:


a.Penetapan RTRW;
b.Penetapan Penataan Ruang Perairan sampai 4 mil dari garis pantai;
c. Penetapan kriteria penentuan dan perubahan fungsi ruang kawasan/lahan
wilayah dalam rangka penyelenggaraan penataan ruang;
d.Penetapan kawasan strategis Kabupaten.
2. Pembinaan:
a. Sosialisasi NSPK (Norma Standard Prosedur Kriteria) penataan ruang;
b. Sosialisasi SPM bidang penataan ruang;
c. Diklat;
d. Litbang;
e. Pengembangan SI dan K penataan ruang Kabupaten/kota;
f. Diseminasi penataan ruang kepada masyarakat;
g. Pengembangan kesadaran dan tanggung jawab masyarakat.
3. Pembangunan:
a. Penyusunan dan penetapan RTRW;
b. Penyusunan dan penetapan Rencana tata Ruang kawasan strategis;
c. Penetapan RDTR;
d. Penyusunan program dan anggaran Kabupaten/kota bidang PR;
e. Pemanfaatan kawasan strategis Kabupaten;
f. Pemanfaatan NSPK bidang penataan ruang;
g. Pemanfaatan kawasan andalan sebagai bagian dari RTRWK;
h. Pemanfaatan investasi di kawasan strategis Kabupaten/Kota dan Kawasan
lintas kabupaten/kota bekerjasama dengan pemda, masyarakat dan dunia
usaha;
i. Pemanfatan SPM di bidang penataan ruang;

58
Pokja AMPL Kabupaten Aceh Besar
Buku Putih Sanitasi Kabupaten Aceh Besar Tahun 2011

j. Perumusan kebijakan strategis operasionalisasi RTRWK dan rencana tata


Ruang Kawasan strategis Kabupaten/kota;
k. Perumusan program sektoral dalam rangka perwujudan struktur dan pola
pemanfaatan ruang wilayah kabupaten /kota dan kawasan strategis
Kabupaten/kota;
l. Pelaksanaan pembangunan sesuai program pemanfaatan ruang wilayah
kabupaten/kota dan kawasan strategis kabupaten/kota.
4. Pengendalian:
a. Pengendalian pemanfaatan ruang wilayah kabupaten/kota;
b. Pengendalian pemanfaatan kawasan strategis;
c. Penyusunan peraturan zonasi sebagai pedoman pengendalian pemanfaatan
ruang kabupaten/kota;
d. Pemberian ijin pemanfaatan ruang yang sesuai dengan RTRWK;
e. Pembatalan ijin pemanfaatan yang tidak sesuai dengan RTRWK;
f. Pembentukan lembaga yang bertugas melaksanakan pengendalian
pemanfaatan ruang tingkat Kabupaten/kota.
5. Pengawasan:
Pengawasan terhadap pelaksanaan penataan ruang di wilayah Kabupaten/kota

Adapun struktur Organisasi BKPRD Kabupaten Aceh Besar dapat digambarkan sebagai
berikut:

Gambar 8.
PENANGGUNG JAWAB Aceh Besar
Struktur Organisasi BKPRD Kabupaten
PENANGGUNG JAWAB

KETUA
KETUA

KETUA HARIAN
KETUA HARIAN

SEKRETARIS
SEKRETARIS

ANGGOTA ANGGOTA ANGGOTA


ANGGOTA ANGGOTA ANGGOTA 59
Pokja AMPL Kabupaten Aceh Besar

POKJA PERENCANAAN PR POKJA PENGENDALIAN PR


POKJA PERENCANAAN PR POKJA PENGENDALIAN PR
Buku Putih Sanitasi Kabupaten Aceh Besar Tahun 2011

Keterangan :

1. Penanggung Jawab : Bupati Aceh Besar


2. Ketua : Wakil Bupati Aceh Besar
3. Ketua Harian : Sekda Kabupaten Aceh Besar
4. Sekretaris : Kepala Bappeda
5. Anggota : Pejabat Eselon II Kabupaten Aceh Besar

ARAHAN PEMANFAATAN RUANG

Arahan pemanfaatan ruang merupakan aplikasi bagi perwujudan rencana tata ruang
yang sudah dibuat yang meliputi pola struktur ruang, pola pemanfaatan ruang, dan
penetapan kawasan strategis. Aplikasi ini akan diwujudkan dalam bentuk pola program
penanganan potensi dan masalah yang akan diterapkan dalam bentuk pembangunan,
pengembangan, dan peningkatan potensi pemanfaatan ruang

A. Arahan Pemanfaatan Ruang Untuk Rencana Struktur Ruang Wilayah Kabupaten


Aceh Besar
Rencana struktur ruang wilayah Kabupaten Aceh Besar masih mengadopsi
berdasarkan rencana struktur ruang Aceh, dimana Kota Jantho merupakan Pusat
Kegiatan Lokal (PKL) yang diprediksi masih tetap melayani fungsi-fungsi kegiatan di
seluruh wilayah Kabupaten Aceh Besar. Fungsi ini hanya didukung oleh kedudukan
Kota Jantho sebagai pusat pemerintahan Kabupaten Aceh Besar, sehingga pelayanan
yang dilakukan oleh kota-kota lain di Kabupaten Aceh Besar hanya sebatas fungsi
kegiatan administrasi pemerintahan.

Sedangkan pada Pusat Pelayanan Kecamatan (PPK) di Kabupaten Aceh Besar


yang meliputi Lhoong, Leupung, Indrapuri, Lampakuk, Seulimeum, Lamtamot,
Montasik, Sibreh, Samahani, Krueng Mak, dan Lampuyang diarahkan

60
Pokja AMPL Kabupaten Aceh Besar
Buku Putih Sanitasi Kabupaten Aceh Besar Tahun 2011

pengembangan infrastruktur yang memadai untuk melayani fungsi pelayanan


terhadap wilayah pengembangan yang dicakupi masing-masing kota kecamatan
tersebut.

B. Arahan Pemanfaatan Ruang Untuk Rencana Pola Ruang Wilayah Kabupaten Aceh
Besar
Arahan pemanfaatan ruang bagi perwujudan kawasan lindung di Kabupaten Aceh
Besar meliputi:

1. Pemantapan dan peningkatan kualitas kawasan lindung yang berstatus kawasan


hutan, khususnya di kawasan hutan sekitar Gunung Seulawah.
2. Pengendalian pemanfaatan ruang di kawasan hutan sekitar Gunung Seulawah
dan Kota Jantho sesuai dengan fungsi hutan yang diembannya.
Arahan pemanfaatan ruang bagi kawasan budidaya di Kabupaten Aceh Besar
meliputi:

1. Untuk hutan produksi adalah penataan kembali (redesign) pengusahaan hutan,


sehingga kendati sebagai kawasan budidaya tapi tetap memiliki nilai strategis
dalam menjaga kualitas lingkungan wilayah Aceh.
2. Untuk pertanian pangan lahan basah adalah pemantapan dan pengembangan
yang selaras dengan dukungan prasarana irigasi/pengairan pada masing-masing
daerah irigasi (DI) yang bersangkutan, hal ini berkaitan dengan kebijakan.
C. Arahan Pemanfaatan Ruang Untuk Kawasan Strategis Kabupaten
Arahan pemanfaatan ruang bagi perwujudan kawasan strategis kabupaten meliputi:

1. Penyusunan rencana rinci bagi kawasan strategis kabupaten agar


pemanfaatannya dapat lebih mudah dipahami pihak-pihak penguna ruang yaitu
pemerintah kabupaten dan swasta.
2. Kawasan strategis kabupaten diarahkan pada program pengembangan,
peningkatan, pendayagunaan, dan/atau revitalisasi.
INDIKASI PROGRAM PEMBANGUNAN

Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Aceh Besar merupakan acuan bagi penyusunan
program pembangunan kabupaten. Oleh karena itu arahan yang ditetapkan dalam
rencana tata ruang perlu dilengkapi dengan indikasi program pembangunan dalam skala
besar. Indikasi program yang disusun dalam program pembangunan tahunan diharapkan
61
Pokja AMPL Kabupaten Aceh Besar
Buku Putih Sanitasi Kabupaten Aceh Besar Tahun 2011

dapat mendorong perkembangan sektor-sektor strategis untuk memberikan dampak


positif terhadap kabupaten Aceh Besar secara keseluruhan. Adapun langkah yang
ditempuh dalam penyusunan indikasi program pembangunan Kabupaten Aceh Besar
telah mempertimbangkan aspek:

Mengintegrasikan usaha-usaha pengembangan dan pembangunan;


Mempertimbangkan aspirasi masyarakat serta potensi dan masalah yang
terdapat di Kabupaten Aceh Besar;
Konsisten dengan arahan tata ruang yang ditetapkan.
KETENTUAN UMUM PERATURAN ZONASI
Zonasi, tepatnya Peraturan Zonasi, yang oleh Undang-Undang 26 Tahun 2007 ditegaskan
sebagai ketentuan yang mengatur tentang persyaratan pemanfaatan ruang dan
ketentuan pengendaliannya yang disusun untuk setiap blok/zona peruntukannya,
menjadi salah satu dasar dalam pengendalian pemanfaatan ruang sehingga
pemanfaatan ruang dapat dilakukan sesuai dengan rencana tata ruang.

Klasifikasi Penggunaan Lahan


Klasifikasi penggunaan lahan di Kabupaten Aceh Besar dibagi menjadi 3 klasifikasi besar
yaitu Kawasan Lindung, Kawasan Penyangga dan Kawasan Budidaya.

Lebih jelasnya mengenai Klasifikasi Penggunaan Lahan Wilayah Kabupaten Aceh Besar
dapat dilihat pada tabel 52
Klasifikasi Pemanfaatan Ruang
Pemanfaatan ruang mengacu pada sistem kegiatan yang berkembang dalam sebuah
penggunaan lahan. Pemanfaatan ruang adalah semua aktifitas dan atau fungsi yang
mungkin terjadi dalam sebuah penggunaan lahan hirarki 3. Pemanfaatan ini didapatkan
dari survei lapangan semua penggunaan yang ada di Kabupaten Aceh Besar. Untuk
memudahkan klasifikasi, maka pemanfaatan ruang dibagi menjadi kategori dan sub
kategori yang dapat dilihat pada tabel 52.

Klasifikasi Penggunaan Lahan Wilayah Kabupaten Aceh Besar


Hirarki 1 Hirarki 2 Hirarki 3 Hirarki 4
Kawasan Kawasan perlindungan Sempadan
LS-1
Lindung setempat Pantai/Sungai
LS-2 Kawasan Rawan
Bencana

62
Pokja AMPL Kabupaten Aceh Besar
Buku Putih Sanitasi Kabupaten Aceh Besar Tahun 2011

Hirarki 1 Hirarki 2 Hirarki 3 Hirarki 4


Kawasan yang Kawasan Hutan
memberikan Lindung
HL
perlindungan kawasan
bawahannya
CA Cagar Alam
Kawasan Suaka Alam
HR Hutan Raya
Kawasan
Kawasan Hutan HP Hutan Produksi
Penyangga
Kawasan Pertanian Lahan
LB
Basah
Kawasan Pertanian Kawasan Pertanian Lahan
LK
Kering
IN Perikanan/Tambak
Kawasan Industri ID Industri Pengolahan
Kawasan Kawasan Permukiman Perumahan
PM1
Budidaya Perkotaan Perkotaan
Kawasan Permukiman
Kawasan Permukiman Perumahan
PM2
Perdesaan Perdesaan
BU Bandara Udara
Kawasan Khusus Transportasi
PL Pelabuhan
Kawasan Pertambangan
Pertambangan HL
Golangan A, B dan C
Sumber: Hasil Rencana, 2010
Tabel 53
Pemanfaatan Ruang Kabupaten Aceh Besar
Kategori Sub Kategori
Rumah Tunggal
Rumah Kopel, Rumah Deret
Hunian Rumah Dinas
Wisma Tamu (Guest House), sebagai aksesori
Rumah Usaha sebagai aksesori
Pasokan Bahan Bangunan dan Alat Pertukangan
Alat-alat Rumah Tangga, Perabot, dan Perkakas
Toko Makanan dan Minuman
Komersial Barang Kelontong dan Kebutuhan Sehari-hari
Pakaian dan Perlengkapannya
Pasokan Pertanian
Apotik dan toko obat
Jasa Bangunan
Jasa Pelayanan Bisnis
Jasa Usaha Makanan dan Minuman
Jasa Perawatan/Perbaikan/Reparasi
Jasa Komersial
Jasa Pengiriman Pesanan/Ekspedisi
Jasa Personal
Klinik dan Laboratorium Kesehatan
Salon

63
Pokja AMPL Kabupaten Aceh Besar
Buku Putih Sanitasi Kabupaten Aceh Besar Tahun 2011

Kategori Sub Kategori


Bisnis dan Profesional
Perkantoran Pemerintahan
Praktisi Medis, Dokter Gigi, dan Ahli Kesehatan
Tempat Ibadah
TK, SD/MI, SLTP/MTs, SLTA/MA
Sekolah Tinggi, Universitas
Sekolah Kejuruan
Institusional
Rumah Sakit dan Fasilitas Perawatan
Transmisi Induk, Relay, dan Distribusi Komunikasi
Museum
Lembaga Pelayanan Sosial
Industri Ringan
Industri Industri Manufaktur
Industri Riset dan Pengembangan
Terminal/Pool Truck dan Transportasi
Percetakan/Penerbitan
Industri Penimbunan Rongsokan
Industri Pergudangan
Industri Depo
Bengkel Kendaraan Pribadi/Niaga
Pelayanan dan Jasa
Penjualan/ Persewaan Kendaraan Pribadi/Niaga
Kendaraan
Penjualan/Persewaan Peralatan dan Perlengkapan Kendaraan
Bermotor
Penjualan Bahan Bakar Kendaraan Bermotor
Rekreasi Aktif (Taman Bermain, Theme Park, Kebon Binatang)
Rekreasi Pasif (Taman)
Pemakaman
Ruang terbuka Hijau Danau/ Waduk
Lapangan Olahraga
Preservasi Sumber Daya Alam
Penjualan Tamanan Hias dan Bunga di Ruang Terbuka
Petambangan Golongan A
Pertambngan Petambangan Golongan B
Petambangan Golongan C
Sumber: Hasil Rencana, 2010
Ketentuan Zonasi Untuk Untuk Setiap Penggunaan Lahan
Ketentuan zonasi untuk setiap penggunaan lahan menunjukkan boleh tidaknya sebuah
sistem kegiatan dikembangkan dalam sebuah klasifikasi penggunaan lahan. Jika terdapat
sebuah penggunaan yang belum tercantum dalam kategori maupun sub kategori
pemanfaatan ruang, maka ijin untuk penggunaan tersebut ditentukan menggunakan
ketentuan yang berlaku. Jika penggunaan tersebut diperbolehkan, maka penggunaan
baru tersebut dapat ditambahkan pada kategori dan atau sub kategori melalui ketentuan
yang berlaku. Boleh tidaknya pemanfaatan ruang untuk sebuah hirarki 4 peruntukan
tanah ditunjukkan dengan 4 indikator, seperti yang ditunjukkan pada Tabel 54.

64
Pokja AMPL Kabupaten Aceh Besar
Buku Putih Sanitasi Kabupaten Aceh Besar Tahun 2011

Tabel 54
Indikator Pemanfaatan Ruang

Simbol Deskripsi
Pemanfaatan diizinkan, karena sesuai dengan peruntukan tanahnya, yang
I berarti tidak akan ada peninjauan atau pembahasan atau tindakan lain
dari pemerintah kabupaten.
Pemanfaatan diizinkan secara terbatas atau dibatasi. Pembatasan dapat
dengan standar pembangunan minimum, pembatasan pengoperasian,
T
atau peraturan tambahan lainnya baik yang tercakup dalam ketentuan ini
maupun ditentukan kemudian oleh pemerintah kabupaten.
Pemanfaatan memerlukan izin penggunaan bersyarat. Izin ini diperlukan
untuk penggunaan-penggunaan yang memiliki potensi dampak penting
B
pembangunan di sekitarnya pada area yang luas. Izin penggunaan
bersyarat ini berupa AMDAL, RKL, dan RPL.
- Pemanfaatan yang tidak diizinkan
Sumber: Hasil Rencana, 2010

Pemanfaatan Terbatas

Jika sebuah pemanfaatan ruang memiliki tanda T atau merupakan pemanfaatan yang
terbatas, berarti penggunaan tersebut mendapatkan ijin dengan diberlakukan
pembatasan-pembatasan, seperti:

Pembatasan pengoperasian. Baik dalam bentuk pembatasan waktu beroperasinya


sebuah pemanfaatan ataupun pembatasan jangka waktu pemanfaatan ruang
tersebut untuk kegiatan yang diusulkan.
Pembatasan intensitas ruang. Baik KDB, KLB, KDH, jarak bebas, ataupun ketinggian
bangunan. Pembatasan ini dilakukan oleh pemerintah kabupaten dengan
menurunkan nilai maksimum atau meninggikan nilai minimum dari intensitas ruang.
Pembatasan jumlah pemanfaatan. Jika pemanfaatan yang diusulkan telah ada,
masih mampu melayani, dan belum memerlukan tambahan (contoh, dalam sebuah
kawasan perumahan yang telah cukup jumlah masjidnya, tidak diperkenankan
membangun masjid baru), maka pemanfaatan tersebut tidak boleh diijinkan, atau
diijinkan dengan pertimbangan-pertimbangan khusus.
Pengenaan aturan-aturan tambahan seperti disinsentif, keharusan menyediakan
analisis dampak lalu-lintas, dan sebagainya.
Pemanfaatan Bersyarat
65
Pokja AMPL Kabupaten Aceh Besar
Buku Putih Sanitasi Kabupaten Aceh Besar Tahun 2011

Jika sebuah pemanfaatan ruang memiliki tanda B atau merupakan pemanfaatan


bersyarat, berarti untuk mendapatkan ijin, diperlukan persyaratan-persyaratan tertentu.
Persyaratan ini diperlukan mengingat pemanfaatan tersebut memiliki dampak yang besar
bagi lingkungan sekitarnya. Persyaratan ini antara lain:

Penyusunan dokumen AMDAL,


Penyusunan Upaya Pengelolaan Lingkungan (UKL) dan Upaya Pemantauan
Lingkungan (UPL)
Penyusunan Analisis Dampak Lalu-Lintas (ANDALIN)
Mengenakan biaya dampak pembangunan (development impact fee), dan atau
aturan disinsentif lainya.
Persyaratan ini dapat dikenakan secara bersamaan atau salah satunya saja.
Penentuan persyaratan mana yang dikenakan ditentukan oleh pemerintah
kabupaten dengan mempertimbangkan besarnya dampak bagi lingkungan
sekitarnya.
Ketentuan pemanfaatan ruang kawasan perkotaan terdiri dari ketentuan
pemanfaatan ruang untuk guna lahan perumahan, perdagangan, jasa, fasilitas
pelayanan kota, industri pergudangan, dan ruang terbuka hijau. Ketentuan
pemanfaatan ruang untuk guna lahan perumahan dapat dilihat pada tabel berikut
ini (ketentuan yang ditunjukkan melalui abjad I, T, B dan - dapat dilihat pada tabel di
bawah ini.
Tabel 55
Matriks Pengaturan Zonasi Untuk Guna Lahan
di Kabupaten Aceh Besar

LS-
Pemanfaatan Ruang HL LS-1 HP LB LK IN PM ID BU PL
2
A Hunian
Rumah Tunggal T T T T T T T I T - -
Rumah Kopel, Rumah Deret - - - - T T T I T - -
Rumah Dinas T T T T T T T I T T T
Wisma Tamu (Guest House), - - - - - - - - - - -
sebagai aksesori
Rumah Usaha sebagai aksesori - - - - - - - I - - -
B Komersial
Pasokan Bahan Bangunan dan - - - - - - - - - - -
Alat Pertukangan
Alat-alat Rumah Tangga, - - - - - - - T - - -
Perabot, dan Perkakas

66
Pokja AMPL Kabupaten Aceh Besar
Buku Putih Sanitasi Kabupaten Aceh Besar Tahun 2011

LS-
Pemanfaatan Ruang HL LS-1 HP LB LK IN PM ID BU PL
2
Toko Makanan dan Minuman - - - - - - - T - T T
Barang Kelontong dan - - - - - - - T - - -
Kebutuhan Sehari-hari
Pakaian dan Perlengkapannya - - - - - - - - - - -
Pasokan Pertanian - - - - - - - T - - -
Apotik dan Toko Obat - - - - - - - T - - -
C Jasa Komersial
Jasa Bangunan - - - - - - - - - - -
Jasa Pelayanan Bisnis - - - - - - - - - - -
Jasa Usaha Makanan dan - - - - - - - - - T T
Minuman
Jasa Perawatan/Perbaikan/ - - - - - - - - - I I
Reparasi
Jasa Pengiriman - - - - - - - - - I I
Pesanan/Ekspedisi
Jasa Personal - - - - - - - - - - -
Klinik dan Laboratorium - - - - - - - I - I I
Kesehatan
Salon - - - - - - - - - - -
D Perkantoran
Bisnis dan Profesional - - - - - - - - T - -
Pemerintahan - - - - - - - - - - -
Praktisi Medis, Dokter Gigi, - - - - - - - T - - -
dan Ahli Kesehatan
E Institusi
Tempat Ibadah - - - - T T T T T T T
TK, SD/MI, SLTP/MTs, SLTA/MA - - - - - - - T - - -
Sekolah Tinggi, Universitas - - - - - - - - - - -
Sekolah Kejuruan - - - - - - - T - - -
Rumah Sakit dan Fasilitas - - - - - - - - - - -
Perawatan
Transmisi Induk, Relay, dan - - - B B B B B B B B
Distribusi Komunikasi
Museum - - - - - - - - - - -
Lembaga Pelayanan Sosial - - - - - - - - - - -
F Industri
Industri Ringan - - - - - - - - I - -
Industri Manufaktur - - - - - - - - I - -
Industri Riset dan - - - - - - - - I - -
Pengembangan
Terminal/Pool Truck dan - - - - - - - - - B B
Transportasi
Percetakan/Penerbitan - - - - - - - - - - -
Penimbunan Rongsokan - - - - - - - - - - -
Industri Pergudangan - - - - - - - - I I I
Industri Depo - - - - - - - - I I I

67
Pokja AMPL Kabupaten Aceh Besar
Buku Putih Sanitasi Kabupaten Aceh Besar Tahun 2011

LS-
Pemanfaatan Ruang HL LS-1 HP LB LK IN PM ID BU PL
2
G Pelayanan dan Jasa Kendaraan
Bermotor
Bengkel Kendaraan - - - - - - - - - - -
Pribadi/Niaga
Penjualan/ Persewaan - - - - - - - - - T T
Kendaraan Pribadi/Niaga
Penjualan/Persewaan - - - - - - - - - - -
Peralatan dan Perlengkapan
Kendaraan
Penjualan Bahan Bakar - - - - - - - B - B B
Kendaraan Bermotor
H Ruang Terbuka Hijau
Rekreasi Aktif (Taman - - - - - - - - - - -
Bermain, Theme Park, Kebon
Binatang)
Rekreasi Pasif (Taman) I I I I I I I I I I I
Pemakaman - - - - - - - B - - -
Danau/Waduk - - - - - - - - - - -
Lapangan Olahraga - - - - - - - T T T T
Preservasi Sumber Daya Alam I I I B B B B B B B B
Penjualan Tanaman Hias dan - - - - - - - T - - -
Bunga di Ruang Terbuka
I Pertambangan B B B B B B B B B B B
Sumber: Hasil Rencana, Tahun 2010

Keterangan :

I = Pemanfaatan diizinkan, karena sesuai dengan peruntukan tanahnya, yang


berarti tidak akan ada peninjauan atau pembahasan atau tindakan lain dari
pemerintah kabupaten.

T = Pemanfaatan diizinkan secara terbatas atau dibatasi. Pembatasan dapat


dengan standar pembangunan minimum, pembatasan pengoperasian, atau
peraturan tambahan lainnya baik yang tercakup dalam ketentuan ini
maupun ditentukan kemudian oleh pemerintah kabupaten.

B = Pemanfaatan memerlukan izin penggunaan bersyarat. Izin ini diperlukan


untuk penggunaan-penggunaan yang memiliki potensi dampak penting
pembangunan di sekitarnya pada area yang luas. Izin penggunaan
bersyarat ini berupa AMDAL, RKL dan RPL.

- = Pemanfaatan yang tidak diizinkan.


68
Pokja AMPL Kabupaten Aceh Besar
Buku Putih Sanitasi Kabupaten Aceh Besar Tahun 2011

HL = Hutan Lindung

LS-1 = Lindung Setempat (Sempadan Pantai/Sungai)

LS-2 = Lindung Setempat (Kawasan Rawan Bencana)

HP = Hutan Produksi

LB = Lahan Basah (Sawah)

LK = Lahan Kering (Pangan, Perkebunan)

IN = Perikanan/Tambak

PM = Permukiman

ID = Industri (Pengolahan)

PL = Pelabuhan

KETENTUAN PERIZINAN
Ketentuan tentang perijinan pemanfaatan ruang ini menurut amanah pasal 37 ayat 8, UU
26/2007 akan diatur dengan Peraturan Pemerintah. Sebelum ini peraturan perijinan dan
jenis-jenis perijinan yang ada tercantum pada pasal-pasal dari PP no 20/1997
sebagaimana diubah dengan PP No 48/1998 tentang Retribusi Daerah. Pada PP tersebut
Retribusi dikelompokkan menjadi Retribusi Jasa Umum, Retribusi Jasa Usaha, Retribusi
Perijinan tertentu.

Ijin mendirikan bangunan (IMB) pada PP tersebut masuk dalam kelompok Perijinan
Tertentu, yaitu: Ijin Peruntukan Penggunaan Tanah, Ijin Mendirikan Bangunan, Ijin
Tempat Penjualan Minuman Beralkohol, Ijin Gangguan, Ijin Trayek, Ijin Pengambilan Hasil
Hutan Ikutan. Ketentuan lebih lanjut tentang ruang lingkup masing-masing jenis retribusi
perijinan tertentu secara rinci untuk provinsi, kabupaten/kota ditetapkan dengan
Kepmendagri dengan pertimbangan Menteri keuangan.

Perijinan merupakan upaya mengatur kegiatan-kegiatan yang memiliki peluang


melanggar ketentuan perencanaan dan pembangunan, serta menimbulkan gangguan
bagi kepentingan umum.

69
Pokja AMPL Kabupaten Aceh Besar
Buku Putih Sanitasi Kabupaten Aceh Besar Tahun 2011

Menurut UU26/2007 tentang Penataan Ruang, mekanisme perijinan merupakan


mekanisme terdepan dalam pengendalian pemanfaatan ruang. Selain itu, kinerja
perijinan pada suatu daerah mempunyai peran yang penting dalam menarik atau
menghambat investasi. Penyelenggaraan mekanisme perijinan yang efektif akan
mempermudah pengendalian pembangunan dan penertiban pelanggaran rencana tata
ruang. Bila mekanisme perijinan tidak diselenggarakan dengan baik, maka akan
menimbulkan penyimpangan pemanfaatan ruang secara legal. Penyimpangan semacam
ini akan sulit dikendalikan dan ditertibkan. Mekanisme perijinan juga dapat
dimanfaatkan sebagai perangkat insentif untuk mendorong pembangunan yang sesuai
dengan rencana tata ruang, atau perangkat disinsentif untuk menghambat pemanfaatan
ruang yang tidak sesuai dengan rencana tata ruang.

Ijin pemanfaatan ruang adalah ijin yang berkaitan dengan lokasi, kualitas ruang, dan tata
bangunan yang sesuai dengan peraturan perundang-undangan, hukum adat dan
kebiasaan yang berlaku.

Prinsip dasar penerapan mekanisme perijinan dalam pemanfaatan ruang adalah sebagai
berikut:
Setiap kegiatan pembangunan yang berpeluang menimbulkan gangguan bagi
kepentingan umum, pada dasarnya dilarang kecuali dengan ijin dari Pemerintah
Kota/Kabupaten;
Setiap kegiatan dan pembangunan harus memohon ijin dari pemerintah setempat
yang akan memeriksa kesesuaiannya dengan rencana, serta standar administrasi
legal;
Setiap permohonan pembangunan yang tidak sesuai dengan rencana tata ruang
harus melalui pengkajian mendalam untuk menjamin bahwa manfaatnya jauh lebih
besar dari kerugiannya bagi semua pihak terkait sebelum dapat diberikan ijin.
Pelaksanaan perijinan tersebut di atas didasarkan atas pertimbangan dan tujuan sebagai
berikut:
Melindungi kepentingan umum (public interest);
Menghindari eksternalitas negative;
Menjamin pembangunan sesuai dengan rencana, serta standar dan kualitas
minimum yang ditetapkan Pemerintah Kabupaten.

70
Pokja AMPL Kabupaten Aceh Besar
Buku Putih Sanitasi Kabupaten Aceh Besar Tahun 2011

Perijinan yang dikenakan pada kegiatan dan pembangunan di kabupaten Aceh Besar
terdiri dari 18 jenis dan diperlihatkan pada tabel 56 berikut ini.
Tabel 56
Jenis Perizinan Di Kabupaten Aceh Besar
No. Jenis Ijin Leading Sektor
1. Ijin Sanitasi Dinas Binamarga Cipatakarya
Ijin Mendirikan Bangunan (IMB)
Ijin Usaha Jasa Konstruksi (SIUJK)
Ijin Galian Golongan C
2. Ijin Usaha Perdagangan (SIUP) Dinas Industri dan Perdagangan
Ijin Bengkel
Ijin Tempat Usaha
Tanda Daftar Perusahaan (TDP)
Tanda Daftar Gudang (TDG)
Tanda Daftar Industri (TDI)
3. Ijin Gangguan Dinas Perhubungan Kominfo
4. Ijin Reklame Dinas Pendapatan
5. Ijin Kaca Gelap Dinas Perhubungan
6. Ijin Kapal Penangkap Ikan Dinas Perikanan Kelautan
Ijin Pengangkutan Hasil Laut
Ijin Tambak
7. Ijin Restoran Dinas Pariwisata dan Kebudayaan
8. Ijin Usaha Perkebunan Swasta Dinas Kehutanan dan Perkebunan
Sumber : Kantor PTSP Aceh Besar setelah diolah, Oktober 2008

Keterangan :
Dinas Bina Marga dan Cipta Karya = 4 jenis perijinan
Dinas Perindustrian dan Perdagangan = 6 jenis perijinan
Dinas Perhubungan dan Kominfo = 2 jenis perijinan
Dinas Kelautan dan Perikanan = 3 jenis perijinan
Dinas Pariwisata dan Kebudayaan = 1 jenis perijinan
Dinas Kehutanan = 1 jenis perijinan
Dinas Pendapatan = 1 jenis perijinan
Setiap pemanfaatan ruang harus mendapat ijin sesuai dengan rencana tata ruang dan
peraturan perundang-undangan yang berlaku. Perubahan pemanfaatan lahan harus
melalui prosedur khusus yang berbeda dari prosedur reguler/normal. Dalam masa
transisi tahapan rencana, ijin khusus dapat diberikan apabila dampak kegiatan yang
dimohon negatif dan atau kecil.
Permohonan perubahan pemanfaatan ruang yang disetujui harus dikenakan disinsentif
berupa:

71
Pokja AMPL Kabupaten Aceh Besar
Buku Putih Sanitasi Kabupaten Aceh Besar Tahun 2011

Denda (development charge) sesuai jenis pelanggaran rencana tata ruang;


Pengenaan biaya dampak pembangunan (development impact fee) sesuai
dengan eksternalitas yang harus diatasi dan upaya mengembalikannya ke kualitas
sebelum proyek tersebut dibangun.
Jenis perijinan yang harus dimiliki, ditetapkan dengan Peraturan Daerah. Lembaga/Dinas
yang menerbitkan perijinan harus sesuai dengan pemberian kerja dan kompetensinya,
serta tidak boleh tumpang tindih. Ketentuan lembaga/dinas pemberi ijin adalah sebagai
berikut:
Perijinan kegiatan menjadi kewenangan dinas sektoral yang sesuai dengan kegiatan
yang dimohon;
Perijinan pemanfaatan ruang dan bangunan menjadi kewenangan dinas yang
menangani perencanaan, perancangan, penataan, dan lingkungan kota;
Perijinan konstruksi menjadi kewenangan dinas yang menangani bangunan;
Perijinan lingkungan menjadi kewenangan dinas/badan yang menangani lingkungan
hidup.
Perijinan kegiatan khusus menjadi kewenangan dinas sektoral yang sesuai dengan
kegiatan yang dimohon;
Kegiatan yang memerlukan kombinasi dari ijin di atas dikoordinasikan oleh
walikota/Bupati melalui TKPRD.
Untuk efisiensi perijinan, Pemerintah Kota/Kabupaten perlu mengefektifkan pelayanan
Perijinan Terpadu Satu Atap (PTSP). Adapun alur pengurusan ijin dapat digambarkan
sebagai berikut:

72
Pokja AMPL Kabupaten Aceh Besar
Buku Putih Sanitasi Kabupaten Aceh Besar Tahun 2011

Mulai/Pemohon

Gambar 9
Bagan Alir Prosedur
Pengajuan Pengurusan
Permohonan Izin lengkap Izin
dengan persyaratan

Verifikasi
persyaratan oleh Tidak lengkap
petugas
pelayanan
Pemohon mendapatkan resi penerimaan
berkas. Pemohon membayar retribusi
untuk izin yang tarifnya bisa ditetapkan Lengkap
tanpa peninjauan lapangan dan diberikan
bukti kwitansi

Pembahasan
Perlu survey
Tidak perlu suvey

Tidak sesuai Sesuai

Surat penolakan pemrosesan izin yang


Tinjau
disampaikan kepada pemohon
Lapangan

Tanda
tangan
BAP
Pengetikan
Naskah izin &
paraf Kepala Sub
Bid. Pemrosesan
Izin

Penandatangan Sertifikat Izin


oleh Kepala PTSP

73
Penyerahan setifikat izin kepada pemohon
Pokja AMPL Kabupaten Aceh Besar
setelah pemohon mambayar retribusi

Selesai
Buku Putih Sanitasi Kabupaten Aceh Besar Tahun 2011

Untuk Izin Mendirikan Bangunan (IMB), waktu pengurusan telah ditentukan oleh kantor
PTSP yaitu selama 10 hari dengan persyaratan yang harus dipenuhi:

1. Rekomendasi dari Dinas Kimpraswil;


2. Permohonan ijin yang diketahui oleh Kepala Desa dan Camat setempat;
3. Gambar bangunan 3 rangkap;
4. FC surat keterangan tanah;
5. FC surat ukur tanah;
6. FC surat tanda lunas PBB pada tahun berjalan.
Syarat-syarat pengurusan dan prosedur sudah jelas, tetapi sayangnya tarif tidak
dicantumkan secara resmi. Mestinya tarif dicantumkan di mana untuk menjaga
transparansi.

Hal-hal yang perlu diperhatikan, bahwa pelayanan perijinan adalah salah satu pelayanan
publik yang mestinya mengikuti norma-norma pelayanan, dimana Kepmenpan No.
25/M/PAN/2/2004 yang terdiri dari 14 indikator dan SE mendagri No. 100/757/OTDA
tahun 2002 mungkin dapat dijadikan acuan, meskipun harus disesuaikan dengan
keadaan instansi setempat. Paling tidak, 6 indikator ini secara minimal dapat dijadikan
acuan.

1. Prosedur Layanan
2. Waktu Penyelesaian
3. Biaya Pelayanan
4. Produk Layanan
5. Sarana dan Prasarana
6. Kompetensi Petugas Pemberi Layanan

74
Pokja AMPL Kabupaten Aceh Besar
Buku Putih Sanitasi Kabupaten Aceh Besar Tahun 2011

Pada kantor PTSP kabupaten Aceh Besar, berdasarkan wawancara, observasi, serta data
sekunder yang didapat, prosedur, waktu, biaya, produk layanan sudah cukup transparan.
Namun ada 2 hal yang menjadi kendala Kantor PTSP dalam meningkatkan kualitas
layanan:

1. Dasar Hukum masih dengan SK Bupati tahun 2007, belum menjadi SKPD. Karena
belum menjadi SKPD maka belum mempunyai kewenangan otonomi anggaran.
Anggaran masih menginduk pada bagian perekonomian SETDA.
2. Sarana dan prasarana yang belum memadai. Di kantor PTSP hanya ada 2 komputer
dan belum berbasis Local Area Network (LAN). Hal ini dirasa kurang memadai,
sehingga menghambat tugas sehari-hari.
Struktur organisasi kantor PTSP dapat digambarkan sebagai berikut:

Gambar 10

Struktur Organisasi Kantor PTSP

Kepala
Kepala

Sub
Sub Bagian
Bagian TU
TU

Seksi Seksi
Seksi Pemrosesan
Pemrosesan Perizinan
Perizinan
Seksi Pelayanan
Pelayanan Seksi
Seksi Penyuluhan
Penyuluhan dan
dan Data
Data
Perizinan
Perizinan

UPT
UPT -- KECAMATAN
KECAMATAN

Izin Mendirikan Bangunan (IMB)


Mengenai perijinan, IMB dapat dijadikan contoh analisis dalam mendiskripsikan aturan
dan NSPK keseluruhan perijinan. Berdasarkan data sekunder, dengan mengambil contoh

75
Pokja AMPL Kabupaten Aceh Besar
Buku Putih Sanitasi Kabupaten Aceh Besar Tahun 2011

dokumen perda di 3 kabupaten, maka dalam merancang Qanun tentang IMB, hal-hal
yang perlu diperhatikan adalah:

1. Pengertian mendirikan bangunan/pengertian umum;


2. Klasifikasi bangunan;
3. Obyek dan subyek retribusi;
4. Tatacara pembayaran dan penagihan;
5. Ketentuan perijinan;
6. Ketentuan besar kecilnya tarif retribusi;
7. Ketentuan tentang Pembebasan Biaya IMB;
8. Pembinaan dan Pengawasan;
9. Ketentuan Pidana;
10. Ketentuan Penyelidikan.
Di Aceh Besar sudah terdapat Qanun IMB nomor 12/2003, namun ada beberapa hal
yang perlu disesuaikan dengan UU/dasar hukum dan dinamika perkembangan yang
baru:

1. Konsiderans;
Menimbang

Dasar pertimbangan qanun IMB mestinya RTRW dan RDTR. Sedangkan qanun No.
12/2003 di atas bukan Qanun IMB tetapi Qanun Retribusi. Sehingga dasar
pertimbangannya adalah UU 34/2000 tentang Retribusi Daerah dan Pajak Daerah.

Mengingat

Dalam konsiderans mengingat, yakni dasar hukum, tidak mencantumkan:

UU No 11/2006 tentang pemerintahan Aceh;


UU 26/2007 tentang tata Ruang;
PP 26/2008 tentang RTRWN;
Masih didasarkan pada Qanun No. 2/1993 tentang RTRWK (artinya masih
mengacu pada tata Ruang yang lama yaitu UU 24/1992). Oleh karena itu perlu
disesuaikan dengan UU tata Ruang yang baru dan namanya mesti dirubah
menjadi Qanun IMB.
2. Isi

76
Pokja AMPL Kabupaten Aceh Besar
Buku Putih Sanitasi Kabupaten Aceh Besar Tahun 2011

Isi Qanun retribusi IMB Aceh besar terdiri dari 22 bab, 30 pasal, yang susunan isinya
adalah:

Bab I : Ketentuan Umum;


Bab II : Pengertian Mendirikan Bangunan;
Bab III : Perijinan;
Bab IV : Nama, Objek dan Subjek Retribusi;
Bab V : Golongan Retribusi;
Bab VI : Cara Mengukur Tingkat Penggunaan Jasa;
Bab VII : Prinsip dan Sasaran dalam Penetapan Struktur dan Besarnya
Tarif;
Bab VIII : Struktur dan Besarnya Tarif Retribusi;
Bab IX : Pencabutan, Penolakan, Peralihan dan Batalnya Ijin;
Bab X : Legalitas;
Bab XI : Tata Cara Pembayaran Retribusi;
Bab XII : Pengurangan, Keringanan dan Pembebasan Retribusi;
Bab XIII : Ketentuan Pidana;
Bab XIV : Ketentuan Penutup.
Dari isi Qanun retribusi IMB di atas, pasal tentang legalitas belum dicantumkan, dimana
legalitas merupakan denda biaya retribusi yang dikenakan sebagai akibat kelalaian
pemohon yang sedang dan atau telah membangun tanpa memiliki IMB terlebih dahulu.
Pada Qanun Retribusi IMB Aceh Besar belum dilampiri dengan klasifikasi bangunan
karena memang bukan Qanun IMB tetapi Qanun retribusi.

KETENTUAN INSENTIF DAN DISINSENTIF

Insentif diberikan untuk mendorong perkembangan zona sesuai dengan rencana tata
ruang wilayah dan disinsentif diberikan untuk menghambat perkembangan zona sesuai
dengan rencana tata ruang wilayah.

Insentif

Pemberian insentif diberlakukan pada pemanfaatan ruang yang sesuai dengan arahan
dalam RTRW dengan cara:

77
Pokja AMPL Kabupaten Aceh Besar
Buku Putih Sanitasi Kabupaten Aceh Besar Tahun 2011

Memberikan kemudahan-kemudahan dalam pengurusan ijin dan pengurusan


administrasi lainnya untuk pemanfaatan ruang yang sesuai dengan arahan-arahan
dalam RTRWK.
Memberikan bantuan pada pemanfaatan lahan yang sifatnya mengkonservasi lahan
pada kawasan-kawasan lindung.
Untuk insentif diberlakukan sebagai upaya untuk memberikan imbalan terhadap
pelaksanaan kegiatan yang sejalan dengan Rencana Tata Ruang, baik yang dilakukan oleh
pemerintah maupun masyarakat. Bentuk Insentif antara lain berupa keringanan pajak,
pembangunan sarana dan prasarana, pemberian kompensasi, kemudahan prosedur
perijinan, dan pemberian penghargaan. Bentuk Insentif di bidang perpajakan diatur
dalam UU No 17/2000 tentang Pajak Penghasilan pada pasal 31 A ayat 1 UU No 17/2000.
Kepada Wajib Pajak yang melakukan penanaman modal di bidang usaha tertentu dan
atau di daerah tertentu dapat diberikan fasilitas perpajakan:

Pengurangan penghasilan netto paling tinggi 30 % dari penanaman yang dilakukan;


Penyusutan dan amortisasi yang dipercepat;
Konpensasi kerugian yang lebih lama, tetapi tidak lebih dari 10 tahun;
Pengenaan Pajak Penghasilan (PPh) atas deviden sebagaimana dimaksud dalam
pasal 26 sebesar 10 %, kecuali apabila tarif menurut peraturan perpajakan
menentukan lebih rendah. Sedangkan ayat 2 menyatakan bahwa pemberian
fasilitas perpajakan tersebut ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah.
Disinsentif

Disinsentif adalah sebagai upaya mencegah, membatasi pertumbuhan, dan atau


mengurangi kegiatan yang tidak sejalan dengan rencana tata ruang yang antara lain
dapat berupa pengenaan pajak yang tinggi, pembatasan penyediaan sarana dan
prasarana, serta pengenaan kompensasi dan penalti. Sedangkan sanksi dimaksudkan
sebagai perangkat tindakan penertiban atas ruang yang tidak sesuai dengan rencana tata
ruang dan peraturan Zonasi.

Pemberian disinsentif diberlakukan pada penyimpangan-penyimpangan pemanfaatan


ruang yang tidak sesuai dengan arahan-arahan dalam RTRWK, yaitu dengan cara:
Pemberian sanksi dan bahkan pengenaan denda kepada pelanggar aturan-aturan
dan arahan dalam RTRW;

78
Pokja AMPL Kabupaten Aceh Besar
Buku Putih Sanitasi Kabupaten Aceh Besar Tahun 2011

Mempersulit pengurusan administrasi dan bahkan penolakan usulan pemanfaatan


ruang yang tidak sesuai dengan arahan dalam RTRW.
Pada kawasan-kawasan terbangun yang tidak sesuai dengan arahan dalam RTRW
diberlakukan pengawasan dan pengendalian yang ketat.

ARAHAN SANKSI

Merupakan arahan sanksi yang perlu diberikan untuk pemanfaatan ruang yang tidak
sesuai dengan rencana tata ruang wilayah. Monitoring, evaluasi dan penertiban
merupakan bagian dari kegiatan pengawasan terhadap pemanfaatan ruang, baik oleh
Public maupun privat. Kegiatan monitoring, evaluasi hingga penertiban pemanfaatan
ruang dilakukan dari penyusunan kegiatan, keluaran hingga pelaksanaan dan hasil
pelaksanaan disusun dalam tabel - tabel berikut:

Tabel 57
Kegiatan Pemantauan Pelanggaran Pemanfaatan Ruang
Kegiatan Keluaran Pelaksanaan Periode Keterangan
Pelaksanaan
a. Penyusunan Tabel tipologi Bappeda/Lembaga Minimum sekali Daftar ini hanya
daftar penyimpangan yang Terkait/BKPRD dalam 6 bulan untuk
penyimpangan/ pemanfaatan Kabupaten Aceh penyimpangan
pelanggaran ruang. Besar persil atau kawasan
pemanfaatan Peta sebaran yang dikuasai oleh
ruang persil penyimpangan satu kepemilikan
(individual ataupun
badan hukum)
b. Menyiapkan Kerangka acuan Bappeda/Lembaga Jika terjadi Penyiapan kerangka
kerangka acuan pelaksanaan yang Terkait/BKPRD pelanggaran acuan dengan
pekerjaan pekerjaan Kabupaten Aceh memanfaatkan
pemantauan pemantauan Besar hasil rekapitulasi
pelaporan
perubahan
pemanfaatan
ruang.
c. Pembentukan tim Keputusaan Bappeda, Lembaga Jika terjadi Tim pemantauan
penyidik Ketua /BKPRD yang Terkait/ BKPRD pelanggaran lapangan dapat
penyimpangan tentang kabupaten Aceh dilakukan secara
pemanfaatan pembentukan Besar swakelola atau oleh
ruang Tim Kecil terdiri konsultan.
dari berbagai
instansi terkait
pelaksanaan

79
Pokja AMPL Kabupaten Aceh Besar
Buku Putih Sanitasi Kabupaten Aceh Besar Tahun 2011

Kegiatan Keluaran Pelaksanaan Periode Keterangan


Pelaksanaan
pemantauan

d. Memeriksa dan Bukti Tim Penyidik Jika terjadi Pengumpulan bukti


membuktikan pelanggaran pelanggaran diperoleh dari
pelanggaran persil lapangan
penguasaan lahan,
instansi pemberi
ijin dan instansi
terkait.
e. Merumuskan Rumusan awal Tim Penyidik Jika terjadi Disajikan secara
temuan pelanggaran pelanggaran tipologi, besaran
penyimpangan pemanfaatan dan faktor
ruang penyebabnya.
f. Membahas Rumusan final Bappeda/Lembaga Jika terjadi Temuan
temuan pelanggaran yang Terkait/BKPRD pelanggaran penyimpangan
penyimpangan pemanfaatan Kabupaten Aceh dibahas dalam
dan rekomendasi ruang dan Besar forum BKPRD
tindak lanjut rekomendasi dengan
dalam forum penyelesaian mengundang pihak-
TKPR Daerah masalah pihak terkait.
g. Laporan hasil Surat Ketua Bappeda/Lembaga Jika terjadi Surat Ketua DPRD
pemantauan Dinas Tata yang Terkait/BKPRD pelanggaran dilampirkan buku
kepada Bupati Ruang/BKPRD Kabupaten Aceh laporan hasil
kepada Bupati Besar pemantauan.
tentang laporan
hasil
pemantauan.
h. Pemberitahuan Surat Ketua Bappeda/Lembaga Jika terjadi Surat Ketua DPRD
hasil pemantauan Dinas Tata yang Terkait/BKPRD pelanggaran berisikan
kepada instansi Ruang/BKPR Kabupaten Aceh penyampaian
tingkat kepada instansi Besar temuan
kota/kabupaten terkait dan penyimpangan
terkait dan camat camat tentang RTRWK yang perlu
laporan hasil diketahui oleh
pemantauan. instansi terkait.
i. Pemberitahuan Surat Ketua Bappeda/Lembaga Jika terjadi Berisikan tipologi
laporan hasil Dinas Tata yang Terkait/BKPRD pelanggaran pelanggaran persil
pemantauan Ruang/BKPRD Kabupaten Aceh yang bersangkutan.
kepada pelanggar kepada Besar
pelanggar.
Sumber: Hasil Rencana, 2010

Tabel 58
Kegiatan Evaluasi Pelanggaran Pemanfaatan Ruang

80
Pokja AMPL Kabupaten Aceh Besar
Buku Putih Sanitasi Kabupaten Aceh Besar Tahun 2011

Kegiatan Keluaran Pelaksanan Periode Keterangan


Pelaksanaan
Evaluasi temuan Rumusan tingkat Bappeda dan Minimum sekali -
penyimpangan penyimpangan instansi terkait dalam 5 tahun
RTRW Kabupaten
Evaluasi kinerja Rumusan tingkat Bappeda dan Minimum sekali -
instansi pemberi penyimpangan instansi terkait dalam 5 tahun
perijinan mekanisme
pemberian perijinan
pemanfaatan ruang.
Masukan/umpan Rumusan materi Bappeda dan Minimum sekali -
balik untuk evaluasi bagi evaluasi RTRW. instansi terkait dalam 5 tahun
RTRWN/RTRW
Propinsi/kota/
kabupaten.
Sumber: Hasil Rencana, 2010

Tabel 59
Kegiatan Penertiban Pelanggaran Pemanfaatan Ruang
(Sanksi Administratif)
Kegiatan Keluaran Pelaksanaan Periode Keterangan
Pelaksanaan
Menyiapkan Rumusan awal Bappeda Sesuai kebutuhan Berdasarkan hasil
langkah-langkah langkah- kabupaten pemantauan (bagian
penertiban langkah dari tahap
pelanggaran penertiban pengawasan
pemanfaatan ruang pemanfaatan ruang)
Membahas langkah Rumusan final Bappeda atau Sesuai kebutuhan -
penertiban dalam langkah- BKPRD
forum TKPR langkah kabupaten
propinsi penertiban
Melaporkan Surat Ketua BKPRD Sesuai kebutuhan Berisi rencana
kepada Bupati TLPRD kota kabupaten. tindakan penertiban.
tentang rencana kepada Bupati.
tindakan
penertiban.
Pembentukan tim Keputusan Bupati. Sesuai kebutuhan Bupati membentk
khusus pelaksana Bupati tentang tim khusus untuk
koordinasi tindakan pembentukan melakukan
penertiban tim khusus koordinasi tindakan
penertiban penertiban yang
81
Pokja AMPL Kabupaten Aceh Besar
Buku Putih Sanitasi Kabupaten Aceh Besar Tahun 2011

Kegiatan Keluaran Pelaksanaan Periode Keterangan


Pelaksanaan
pelanggaran melibatkan bagian
pemanfaatan penertiban, satpol
ruang. pamong praja dan
instansi terkait.
Koordinasi tindakan Pemberian Tim khusus Sesuai kebutuhan Tim khusus dapat
penertiban sanksi penertiban. menugaskan
pelanggaran adminitratif anggotanya untuk
pemanfaatan ruang kepada aparat melaksanakan
pemerintah tindakan
atau sanksi penertiban sesuai
administratif dengan
kepada perundang-
masyarakat. undangan.
Tim khusus dapat
bekerja sama
dengan Polisi,
Kodim dll, untuk
melaksanakan
penertiban
langsung.
Pengawasan Daftar Tim khusus Sesuai kebutuhan Apabila pelanggar
pelaksanaan sanksi pelanggar yang penertiban/ tidak menjalankan
tidak tim wibawapraja sanksinya maka tim
melaksana- khusus wajib
kan sanksi. mengajukan ke
pengadilan untuk
diproses secara
hukum.
Pengajuan atau Berkas Tim khusus. Sesuai kebutuhan Pengajuan ke
pengaduan ke pengajuan ke Masyarakat lembaga peradilan
lembaga peradilan pengadilan. atau badan dapat dilakukan oleh
hukum. masyarakat atau
badan hukum
tertentu apabila
merasa dirugikan
oleh pelanggar.
Pengenaan sanksi Sanksi pidana Lembaga Sesuai kebutuhan Sanksi dikenakan
dan atau sanksi peradilan. apabila terbukti
perdata. bersalah secara
hukum oleh
pengadilan.
Sumber: Hasil Rencana, 2010

Tabel 60
Alternatif Bentuk Penertiban

82
Pokja AMPL Kabupaten Aceh Besar
Buku Putih Sanitasi Kabupaten Aceh Besar Tahun 2011

Bentuk pelanggaran Alternatif bentuk penertiban


Setelah rtr diundangkan
Pemanfaatan ruang tidak sesuai Kegiatan/pembangunan dihentikan.
dengan fungsi ruang/penggunaan Pencabutan ijin.
lahan yang telah ditetapkan dalam
RTR.
Pemanfaatan sesuai dengan fungsi Kegiatan/pembangunan dihentikan.
ruang, tetapi luasan tidak sesuai Kegiatan dibatasi pada luasan yang ditetapkan.
dengan ketentuan dalam RTRW. Denda.
Kurungan.
Pemanfaatan ruang sesuai dengan Kegiatan dihentikan.
fungsi ruang, tetapi kondisi teknis Memenuhi persyaratan teknis.
pemanfaatan ruang (bangunan,
proporsi pemanfaatan, dll) tidak
sesuai dengan persyaratan teknis yang
ditetapkan dalam RTR.
Pemanfaatan ruang sesuai dengan Kegiatan dihentikan.
fungsi ruang, tetapi bentuk atau pola Menyesuaikan bentuk pemanfaatan ruang.
pemanfaatan ruang tidak sesuai Denda. dan Kurungan.
dengan yang telah ditetapkan dalam
RTR.
SEBELUM RTR DIUNDANGKAN
Pemanfaatan ruang tidak sesuai a. Pemulihan fungsi ruang secara bertahap, melalui;
dengan fungsi ruang. Contoh terjadi Pembatasan masa perijinan.
alih fungsi sawah irigasi teknis Pemindahan/relokasi/resetllement.
menjadi bangunan pertokoan, Penggantian yang layak.
perumahan maupun bangunan b. Pengendalian pemanfaatan ruang, melalui;
lainnya yang terjadi di sekitar jalan Pembatasan luas areal pemanfaatan ruang.
jalan utama seperti di Jalan Banda Pembatasan perluasan bangunan.
Aceh Medan. Pembatasan jenis dan skala kegiatan.
Penyesuaian persyaratan teknik.
Penyesuaian bentuk pemanfaatan ruang.
c. Pembinaan melalui penyuluhan.
Pemanfaatan sesuai dengan fungsi a. Pengendalian pemanfaatan ruang, melalui;
ruang, tetapi luasan menyimpang. Pembatasan luas areal pemanfaatan ruang.
Contoh pembangunan rumah yang Pembatasan perluasan bangunan.
sesuai dengan fungsinya, tetapi Pembatasan jenis dan skala kegiatan.
luasannnya tidak sesuai dengan izin b. Pembinaan melalui penyuluhan.
yang diterima
Pemanfaatan ruang sesuai dengan a. Pengendalian pemanfaatan ruang, melalui;
fungsi ruang, tetapi persyaratan Penyesuaian persyaratan teknis.
teknis menyimpang. Contoh Pembatasan perluasan bangunan.
bangunan bangunan yang tidak Pembatasan jenis dan skala kegiatan.
sesuai dengan aturan sempadan b. Pembinaan melalui penyuluhan.
bangunan.
Pemanfaatan ruang sesuai dengan a. Pengendalian pemanfaatan ruang, melalui;
fungsi ruang, tetapi bentuk Penyesuaian bentuk pemanfaatan ruang.
pemanfaatan ruang menyimpang. Pembatasan perluasan bangunan.
Pembatasan jenis dan skala kegiatan.
83
Pokja AMPL Kabupaten Aceh Besar
Buku Putih Sanitasi Kabupaten Aceh Besar Tahun 2011

Bentuk pelanggaran Alternatif bentuk penertiban


Setelah rtr diundangkan
Penyesuaian persyaratan teknis.
b. Pembinaan melalui penyuluhan.

Sumber: Hasil Rencana, 2010

KETENTUAN PENYIDIKAN

Ketentuan penyidikan terhadap indikasi penyimpangan pemanfaatan ruang tercantum


dalam pasal 68 UU 26/2008 tentang Penataan Ruang. Dalam lingkup Pemerintah
Kabupaten/Kota dimungkinkan adanya PPNS (Penyelidik Pegawai negeri sipil) yang
membantu kepolisian dalam melakukan penyidikan terhadap penyimpangan
pemanfaatan ruang. PPNS berwenang:

a. melakukan pemeriksaan atas kebenaran laporan atau keterangan yang berkenaan


dengan tindak pidana dalam bidang penataan ruang
b. melakukan pemeriksaan terhadap orang yang di duga melakukan tindak pidana
dalam bidang penataan ruang
c. meminta keterangan dan bahan bukti dari orang sehubungan dengan peristiwa
tindak pidana dalam bidang penataan ruang
d. melakukan pemeriksaan atas dokumen-dokumen yang berkenaan dengan tindak
pidana dalam bidang penataan ruang
e. melakukan pemeriksaan di tempat tertentu yang di duga terdapat bahan bukti dan
dokumen lain serta melakukan penyitaan dan penyegelan terhadap bahan dan
barang hasil pelanggaran yang dapat di jadikan dalam perkara tindak pidana dalam
bidang penataan ruang, dan
f. meminta bantuan tenaga ahli dalam rangka pelaksanaan tugas penyidikan tindak
pidana dalam bidang penataan ruang.
Ketentuan pengendalian pemanfaatan ruang wilayah kabupaten Aceh Besar
akan menjadi acuan dalam pengendalian pemanfaatan ruang, yang meliputi:
- Ketentuan umum peraturan zonasi;
- Ketentuan perizinan;
- Ketentuan insentif dan disinsentif; dan
- Arahan sanksi.
dengan demikian ketentuan pengendalian pemanfaatan ruang wilayah
kabupaten Aceh Besar ini akan berfungsi:

84
Pokja AMPL Kabupaten Aceh Besar
Buku Putih Sanitasi Kabupaten Aceh Besar Tahun 2011

- Menjaga kesesuaian pemanfaatan ruang dengan RTRW Kabupaten Aceh


Besar;
- Menghindari penggunaan lahan yang tidak sesuai dengan RTRW
Kabupaten aceh Besar;
- Menjaga keseimbangan dan keserasian peruntukan ruang;
- Sebagai alat pengendali pengembangan kawasan;
- Mencegah dampak pembangunan yang merugikan; dan
- Melindungi kepentingan umum.
KETENTUAN UMUM PERATURAN ZONASI
Ketentuan umum peraturan zonasi ini merupakan acuan bagi penetapan
peraturan zonasi (zoning regulation) pada rencana yang lebih rinci/detail, yaitu rencana
rinci/detail kawasan yang direncanakan pada peta skala 1 : 5.000, terutama pada tingkat
kawasan. Dikaitkan dengan substansi rencana tata ruang, peraturan zonasi mengatur
kegiatan pada pola ruang atau peruntukan ruang, oleh karena itu indikasi arahan
peraturan zonasi ini pada dasarnya akan mengatur kawasan lindung dan kawasan
budidaya yang ditetapkan dalam rencana. Dalam kenyataan prakteknya, keberadaan
jaringan prasarana wilayah yang melintasi kawasan lindung dan kawasan budidaya
tersebut akan saling berpengaruh atau berdampak. Jaringan prasarana wilayah akan
berpengaruh terhadap kawasan lindung dan kawasan budidaya yang dilintasinya,
sebaliknya kawasan lindung dan kawasan budidaya akan berpengaruh terhadap kinerja
jaringan prasarana wilayah tersebut. Oleh karena itu, ketentuan umum peraturan zonasi
ini akan meliputi:

- pola ruang wilayah Kabupaten Aceh Besar (kawasan lindung dan kawasan
budidaya);
- ruang di sekitar sistem jaringan prasarana wilayah di Kabupaten Aceh Besar.
Dalam ketentuan umum peraturan zonasi muatannya akan meliputi:

- arahan pemanfaatan ruang, dan kegiatan yang diperbolehkan, sesuai dengan


penetapannya sebagai kawasan lindung dan kawasan budidaya;
- kegiatan yang diperbolehkan bersyarat atau terbatas;
- kegiatan yang tidak diperbolehkan.
Dari ketentuan umum peraturan zonasi ini dapat diindikasikan pula acuan untuk
perizinan terhadap kegiatan yang akan dikembangkan pada ruang.

Ketentuan Umum Peraturan Zonasi (KUPZ) Pola Ruang

85
Pokja AMPL Kabupaten Aceh Besar
Buku Putih Sanitasi Kabupaten Aceh Besar Tahun 2011

Ketentuan Umum Peraturan Zonasi (KUPZ) Kawasan Lindung

A. KUPZ Kawasan Yang Memberikan Perlindungan Kawasan Bawahannya

1. KUPZ Kawasan Hutan Lindung

a. Pemanfaatan ruang untuk wisata alam dengan tanpa mengubah bentang alam.

b. Pemanfaatan ruang secara terbatas hanya diizinkan bagi penduduk asli dengan
luasan tetap, tidak mengurangi fungsi lindung kawasan, dan di bawah
pengawasan ketat.

c. Pelarangan terhadap kegiatan yang berpotensi mengurangi luas kawasan hutan


dan tutupan vegetasi.

d. Kawasan hutan lindung adalah kawasan dengan status hutan.

B. KUPZ Kawasan Perlindungan Setempat

1. KUPZ Sempadan Sungai

a. Pemanfaatan ruang untuk ruang terbuka hijau (RTH).

b. Penetapan lebar sempadan sungai sesuai ketentuan peraturan perundang-


undangan yaitu dengan lebar 100 meter untuk sungai besar dan 50 meter untuk
anak sungai/sungai kecil yang berada di luar kawasan permukiman, sementara
untuk di kawasan permukiman disesuaikan dengan ketentuan pengamanan
sempadan sungai dengan jarak 15 meter dan/atau dibatasi dengan
pengembangan jalan inspeksi, dengan catatan bangunan menghadap sungai di
belakang jalan inspeksi tersebut

c. Pengembangan struktur alami dan struktur buatan untuk mencegah abrasi


dan/atau mempertahankan bentuk badan sungai dan aliran sungai.

d. Pelarangan pendirian bangunan selain untuk pengelolaan badan air dan/atau


pemanfaatan air sungai.

e. Bila sempadan sungai juga berfungsi sebagai taman rekreasi, dapat didirikan
bangunan yang terbatas untuk menunjang fungsi rekreasi.

86
Pokja AMPL Kabupaten Aceh Besar
Buku Putih Sanitasi Kabupaten Aceh Besar Tahun 2011

2. KUPZ Kawasan Sekitar Danau/Waduk

a. Pemanfaatan ruang untuk ruang terbuka hijau (RTH).

b. Penetapan lebar kawasan sekitar danau/waduk sesuai ketentuan peraturan


perundang-undangan.

c. Pengembangan struktur alami dan struktur buatan untuk mencegah abrasi


dan/atau mempertahankan bentuk badan air danau/waduk.

d. Pelarangan pendirian bangunan selain untuk pengelolaan badan air dan/atau


pemanfaatan air danau/waduk.

e. Bila kawasan sekitar danau/waduk juga berfungsi sebagai taman rekreasi, dapat
didirikan bangunan yang terbatas untuk menunjang fungsi rekreasi.

3. KUPZ Ruang Terbuka Hijau (RTH) Kota

a. Pemanfaatan RTH untuk kegiatan rekreasi, perbaikan iklim mikro, estetika, dan
edukasi/pendidikan.

b. Penetapan luas RTH kawasan perkotaan sesuai ketentuan peraturan perundang-


undangan.

c. Pembatasan pendirian bangunan hanya untuk menunjang kegiatan rekreasi dan


fasilitas umum lainnya.

d. Pelarangan pendirian bangunan permanen selain yang dimaksud huruf c.

C. KUPZ Kawasan Suaka Alam, Pelestarian Alam, dan Cagar Budaya

1. KUPZ Taman Buru (TM)

a. Pemanfaatan ruang suaka margasatwa untuk penelitian, pendidikan, dan wisata


alam.

b. Pelarangan kegiatan selain yang dimaksud pada huruf a.

c. Pembatasan pendirian bangunan hanya untuk menunjang kegiatan sebagaimana


dimaksud pada huruf a.

87
Pokja AMPL Kabupaten Aceh Besar
Buku Putih Sanitasi Kabupaten Aceh Besar Tahun 2011

d. Pelarangan pendirian bangunan selain yang dimaksud pada huruf c.

e. Suaka margasatwa adalah kawasan dengan status hutan.

D. KUPZ Kawasan Rawan Bencana Alam

1. KUPZ Kawasan Rawan Tanah Longsor

a. Pemanfaatan ruang kawasan rawan tanah longsor mempertimbangkan


karakteristik, jenis, dan ancaman bencana.

b. Pemanfaatan ruang kawasan rawan longsor secara terbatas dan/atau bersyarat


untuk kegiatan pertanian, perkebunan, perikanan, dan hutan, dengan jenis
vegetasi yang sesuai, teknologi pengolahan tanah yang sesuai, dan drainase yang
lancar.

c. Pembatasan pendirian bangunan kecuali untuk kepentingan pemantauan


ancaman bencana dan kepentingan umum.

d. Pelarangan pendirian bangunan penting seperti industri atau pabrik, fasilitas


umum dan fasilitas sosial.

2. KUPZ Kawasan Rawan Kebakaran Hutan.

a. Pemanfaatan ruang kawasan rawan kebakaran hutan mempertimbangkan


karakteristik, jenis, dan ancaman bencana kebakaran hutan/lahan gambut.

b. Pemanfaatan ruang untuk bangunan dan permukiman dengan jarak aman


terhadap hutan/lahan gambut yang rawan terbakar.

c. Pelarangan membuang bahan yang dapat menyebabkan kebakaran hutan ke


dalam kawasan hutan dan/atau sekitarnya.

d. Pelarangan kegiatan di sekitar hutan yang dapat menimbulkan kebakaran hutan.

E. KUPZ Kawasan Lindung Geologi

1. KUPZ Kawasan Cagar Alam Geologi:

Di Kabupaten Aceh Besar tidak atau belum teridentifikasi kawasan cagar alam geologi.

88
Pokja AMPL Kabupaten Aceh Besar
Buku Putih Sanitasi Kabupaten Aceh Besar Tahun 2011

2. KUPZ Kawasan Rawan Bencana Geologi

2a. KUPZ Kawasan Rawan Gempa Bumi

a. Pemanfaatan ruang dengan mempertimbangkan karakteristik, jenis, dan


ancaman bencana gempa bumi.
b. Bangunan didirikan dengan konstruksi tanah gempa.
2b. KUPZ Kawasan Rawan Gerakan Tanah

a. Pemanfaatan ruang dengan mempertimbangkan karakteristik, jenis, dan


ancaman bencana gerakan tanah.
b. Pemanfaatan ruang kawasan rawan rawan gerakan tanah secara terbatas
dan/atau bersyarat untuk kegiatan pertanian, perkebunan, perikanan, hutan
rakyat, dan/atau hutan produksi.
c. Pembatasan bangunan hanya untuk pemantauan ancaman bencana dan
kepentingan umum.
3. KUPZ Kawasan Yang Memberikan Perlindungan Terhadap Air Tanah

3a. KUPZ Kawasan Imbuhan Air Tanah

a. Pemanfaatan ruang secara terbatas untuk kegiatan budidaya tidak terbangun


yang memiliki kemampuan tinggi dalam menahan limpasan air hujan.
b. Penyediaan sumur resapan dan/atau waduk/kolam pada lahan terbangun yang
sudah ada.
c. Penerapan prinsip zero delta Q policy terhadap setiap kegiatan budidaya
terbangun yang diajukan izinnya.
3b. KUPZ Kawasan Sempadan Mata Air

a. Pemanfaatan ruang untuk ruang terbuka hijau (RTH).


b. Penetapan lebar kawasan sempadan mata air sesuai ketentuan peraturan
perundang-undangan, yaitu minimal dengan radius 200 meter di sekitar mata air.
c. Pelarangan terhadap kegiatan yang dapat menimbulkan pencemaran terhadap
mata air.
F. KUPZ Kawasan Lindung Lainnya

Di Kabupaten Aceh Besar tidak atau belum teridentifikasi kawasan lindung lainnya.

89
Pokja AMPL Kabupaten Aceh Besar
Buku Putih Sanitasi Kabupaten Aceh Besar Tahun 2011

Ketentuan Umum Peraturan Zonasi (KUPZ) Kawasan Budidaya

1. KUPZ Kawasan Hutan Produksi (HP)

a. Pembatasan pemanfaatan hasil hutan melalui pengendalian pemanfaatan hasil


hutan untuk menjaga kestabilan neraca sumber daya kehutanan.

b. Pemanfaatan ruang kawasan hutan produksi untuk pengambilan hasil hutan


bukan kayu secara selektif, dan pemanfaatan jasa lingkungan (penelitian,
pendidikan dan ilmu pengetahuan, dan wisata).

c. Pembatasan pendirian bangunan hanya untuk menunjang kegiatan pemanfaatan


hasil hutan sebagaimana pada huruf a dan b.

d. Pelarangan pendirian bangunan yang bukan untuk menunjang kegiatan


pemanfaatan hasil hutan sebagaimana pada huruf a dan b.

e. Kawasan hutan produksi adalah kawasan dengan status hutan.

2. KUPZ Kawasan Pertanian Pangan Lahan Basah (Sawah)

a. Pemanfaatan ruang sebagai kawasan pertanian pangan lahan basah (sawah)


yang didukung oleh prasarana irigasi dan/atau tadah hujan.

b. Pemanfaatan ruang secara terbatas untuk permukiman petani dengan


kepadatan rendah.

c. Pelarangan konversi atau alih fungsi lahan pertanian pangan lahan basah (sawah)
beririgasi teknis, sebagai bagian dari lahan pertanian pangan berkelanjutan.

d. Pengendalian secara ketat konversi atau alih fungsi lahan pertanian pangan
lahan basah (sawah) tidak beririgasi untuk keperluan prasarana strategis.

3. KUPZ Kawasan Pertanian Lahan Kering

a. Pemanfaatan untuk pertanian pangan lahan kering dan hortikultura.

b. Pemanfaatan ruang secara terbatas untuk permukiman petani dengan


kepadatan rendah.

90
Pokja AMPL Kabupaten Aceh Besar
Buku Putih Sanitasi Kabupaten Aceh Besar Tahun 2011

c. Pemanfaatan secara terbatas untuk sistem pertanian campuran (mix farming)


sesuai dengan potensi yang ada, misalnya campuran dengan peternakan.

d. Pelarangan terhadap kegiatan yang dapat mengganggu dan/atau merusak


pertanian pangan lahan kering dan hortikultura.

4. KUPZ Kawasan Perkebunan

a. Pemanfaatan ruang dengan tanaman sejenis atau campuran oleh orang pada
lahan yang dibebani hak milik dengan skala usaha rakyat.

b. Pemanfaatan ruang secara terbatas untuk permukiman petani pekebun dengan


kepadatan rendah, yang didukung oleh kelengkapan prasarana dan fasilitas
penunjangnya.

c. Pemanfaatan secara terbatas untuk sistem pertanian campuran (mix farming)


sesuai dengan potensi yang ada, misalnya campuran dengan peternakan dan
budidaya pertanian lainnya.

d. Pelarangan terhadap kegiatan yang dapat merusak kualitas lingkungan.

5. KUPZ Kawasan Perikanan (Budidaya)

a. Pemanfaatan ruang untuk kegiatan perikanan budidaya (tambak, kolam,


kerambah, jaring apung, dan sebagainya).

b. Pemanfaatan secara terbatas untuk permukiman petani petambak (masyarakat


pembudidaya perikanan) dengan kepadatan rendah, yang didukung oleh
kelengkapan prasarana dan fasilitas penunjangnya.

c. Pelarangan terhadap kegiatan yang dapat mengganggu dan/atau merusak


kegiatan perikanan budidaya.

6. KUPZ Kawasan Perikanan (Tangkap)

a. Pemanfaatan ruang untuk kegiatan perikanan tangkap di perairan laut dan


perairan air tawar (sungai, danau/waduk).

91
Pokja AMPL Kabupaten Aceh Besar
Buku Putih Sanitasi Kabupaten Aceh Besar Tahun 2011

b. Pemanfaatan ruang secara terbatas di daratan sekitar perairan perikanan


tangkap untuk permukiman nelayan dengan kepadatan rendah yang didukung
oleh prasarana dan fasilitas penunjangnya.

c. Pengendalian pemanfaatan sumber daya perikanan agar tidak melebihi potensi


lestari.

d. Pemanfaatan ruang perairan untuk kawasan pemijahan dan/atau kawasan sabuk


hijau.

7. KUPZ Kawasan Pariwisata

a. Kegiatan pariwisata/wisata yang memanfaatkan potensi alam dan budaya


masyarakat sesuai dengan daya dukung dan daya tamping lingkungan.

b. Pemeliharaan dan perlindungan terhadap bangunan atau situs peninggalan


kebudayaan masa lampau.

c. Pembatasan pendirian bangunan hanya untuk menunjang kegiatan pariwisata.

d. Pelarangan pendirian bangunan selain yang dimaksud pada huruf c.

8. KUPZ Kawasan Permukiman Perkotaan

a. Kawasan permukiman perkotaan adalah kawasan permukiman dengan kegiatan


utama bukan pertanian, dengan kegiatan yang melayani wilayah, yang didukung
oleh kelengkapan prasarana dan sarana atau fasilitas pelayanan pada tingkat
perkotaan.

b. Pengembangan kawasan ruang terbuka hijau (RTH) minimal 30 % dari luas


kawasan perkotaan.

c. Pengembangan lingkungan permukiman dengan mempertimbangkan upaya


mitigasi bencana yang meliputi: tata letak bangunan dan fasilitas, jaringan
prasarana, konstruksi bangunan, serta antisipasi jalur ungsi (escape route) dan
lokasi ungsi (escape building/ hill/area).

d. Penataan bangunan kawasan perkotaan dengan penetapan amplop bangunan


yang mencakup: KDB (koefisien dasar bangunan), KLB (Koefisien Lantai

92
Pokja AMPL Kabupaten Aceh Besar
Buku Putih Sanitasi Kabupaten Aceh Besar Tahun 2011

Bangunan), ketinggian bangunan, KDH (Koefisien Dasar Hijau), sempadan


bangunan (depan, samping, belakang).

e. Pembatasan melalui pengendalian terhadap kegiatan yang dapat mengganggu


atau menurunkan kualitas lingkungan kawasan perkotaan.

9. KUPZ Kawasan Permukiman Perdesaan

a. Kawasan permukiman perdesaan adalah kawasan permukiman dengan kegiatan


utama pertanian, yang didukung oleh kelengkapan prasarana dan sarana atau
fasilitas pelayanan pada tingkat perdesaan.

b. Pengembangan lingkungan permukiman dengan mempertimbangkan upaya


mitigasi bencana yang meliputi: tata letak bangunan dan fasilitas, jaringan
prasarana, konstruksi bangunan, serta antisipasi jalur ungsi (escape route) dan
lokasi ungsi (escape building/ hill/area).

Ketentuan Umum Peraturan Zonasi (KUPZ) Ruang Di Sekitar Jaringan Prasarana

KUPZ Ruang Di Sekitar Jaringan Prasarana Transportasi

1. KUPZ Ruang Di Sekitar Jalan Raya (Jalan Arteri Primer, Jalan Kolektor Primer, dan
Jalan Lokal Primer)

a. Pembatasan terhadap bangunan di tepi jalan dengan penetapan sempadan


bangunan.
b. Pembatasan perkembangan ruang di sekitar jalan melalui pengendalian alih
fungsi lahan berfungsi budidaya agar tidak mengganggu fungsi pelayanan jalan.
c. Pelarangan alih fungsi lahan berfungsi lindung di sekitar jalan.
2. KUPZ Ruang Di Sekitar Prasarana Angkutan Perairan Danau

2a. KUPZ Ruang Di Sekitar Pelabuhan Danau

a. Pembatasan terhadap pemanfaatan ruang atau kegiatan di dalam Daerah


Lingkungan Kerja Pelabuhan dan Daerah Lingkungan Kepentingan Pelabuhan,
yang harus mendapat izin sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.

93
Pokja AMPL Kabupaten Aceh Besar
Buku Putih Sanitasi Kabupaten Aceh Besar Tahun 2011

b. Pembatasan melalui pengendalian pemanfaatan ruang di dalam dan di sekitar


pelabuhan yang harus memperhatikan kebutuhan ruang untuk operasional dan
pengembangan kawasan pelabuhan.
c. Pelarangan terhadap pemanfaatan ruang atau kegiatan di dalam Daerah
Lingkungan Kerja Pelabuhan dan Daerah Lingkungan Kepentingan Pelabuhan
yang dapat mengganggu kegiatan pelabuhan.
2b. KUPZ Ruang Alur Pelayaran Danau

a. Pembatasan terhadap pemanfaatan ruang pada alur pelayaran sesuai ketentuan


peraturan perundang-undangan.
b. Pelarangan terhadap kegiatan di ruang udara bebas di atas perairan yang
berdampak pada keberadaan alur pelayaran.
c. Pelarangan terhadap kegiatan di bawah perairan yang berdampak pada
keberadaan alur pelayaran.

KUPZ Ruang Di Sekitar Prasarana Energi

1. KUPZ Ruang Di Sekitar Pembangkit Tenaga Listrik

a. Pembatasan terhadap pemanfatan ruang di sekitar pembangkit tenaga listrik


yaitu harus memperhatikan jarak aman.

b. Pelarangan terhadap pemanfaatan ruang di sekitar pembangkit tenaga listrik


yang saling membahayakan.

2. KUPZ Ruang Di Sekitar Transmisi Tenaga Listrik

a. Pembatasan terhadap kegiatan pada kawasan budidaya yang terletak di bawah


jaringan transmisi listrik.

b. Pelarangan terhadap pemanfaatan ruang bebas di sepanjang jalur transmisi


sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan.

3. KUPZ Ruang Di Sekitar Gardu Induk (GI) listrik

94
Pokja AMPL Kabupaten Aceh Besar
Buku Putih Sanitasi Kabupaten Aceh Besar Tahun 2011

a. Pembatasan terhadap pemanfaatan ruang di sekitar Gardu Induk, yaitu harus


memperhatikan jarak aman.

b. Pelarangan terhadap pemanfaatan ruang di sekitar Gardu Induk yang saling


membahayakan.

KUPZ Ruang Di Sekitar Prasarana Telekomunikasi

- Pembatasan pemanfatan ruang untuk menara pemancar telekomunikasi (BTS


Base Tranciever Station) dengan memperhitungkan aspek keamanan dan
keselamatan aktivitas kawasan di sekitarnya.

KUPZ Ruang Di Sekitar Prasarana Sumber Daya Air

1. KUPZ Ruang Di Sekitar Wilayah Sungai

a. Pemanfaatan ruang di sekitar sungai sebagai kawasan sempadan sungai sesuai


ketentuan peraturan perundang-undangan, sebagaimana yang ditetapkan dalam
ketentuan mengenai sempadan sungai.

b. Pembatasan terhadap kegiatan yang dapat menurunkan kualitas konservasi


sumber daya air, pendayagunaan sumber daya air yang melampaui daya dukung
dan daya tamping, serta yang mengakibatkan peningkatan daya rusak air.

c. Pelarangan terhadap kegiatan di dalam wilayah sungai yang akan merusak


kualitas sumber daya air dalam wilayah sungai.

2. KUPZ Ruang Di Sekitar Jaringan Irigasi

a. Pemanfaatan ruang di sekitar saluran irigasi sebagai kawasan sempadan saluran


irigasi.

b. Pembatasan terhadap kegiatan yang dapat menurunkan kuantitas dan kualitas


air pada jaringan irigasi.

c. Pelarangan terhadap kegiatan di sekitar jaringan irigasi yang merusak jaringan


prasarana irigasi.

3. KUPZ Ruang Di Sekitar Bendungan

95
Pokja AMPL Kabupaten Aceh Besar
Buku Putih Sanitasi Kabupaten Aceh Besar Tahun 2011

a. Pemanfaatan ruang untuk ruang terbuka hijau (RTH);

b. Penetapan lebar kawasan sekitar bendungan sesuai ketentuan peraturan


perundang-undangan;

c. Pengembangan struktur alami dan struktur buatan untuk mencegah abrasi


dan/atau mempertahankan bentuk badan air bendungan;

d. Pelarangan pendirian bangunan selain untuk pengelolaan badan air dan/atau


pemanfaatan air bendungan;

e. Bila kawasan sekitar bendungan juga berfungsi sebagai taman rekreasi, dapat
didirikan bangunan yang terbatas untuk menunjang fungsi rekreasi.

KUPZ Ruang Di Sekitar Prasarana Permukiman Perkotaan

1. KUPZ Ruang Di Sekitar Prasarana Jaringan Air Bersih Perpipaan

a. Pembatasan terhadap kegiatan di sekitar prasarana jaringan air bersih (meliputi


pengambilan air baku, instalasi pengolahan, jaringan pipa ransmisi dan distribusi,
dan bangunan pelengkap lainnya) yang dapat menurunkan kualitas air bersih
dan mengganggu jaringan air bersih perpipaan.

b. Pelarangan terhadap kegiatan di sekitar prasarana jaringan air bersih yang dapat
merusak jaringan air bersih perpipaan.

2. KUPZ Ruang Di Sekitar Prasarana Pengolahan Sampah

a. Pembatasan terhadap kegiatan pada jarak minimal 400 meter di sekitar


prasarana pengolahan sampah agar tidak saling mengganggu.

b. Pelarangan terhadap kegiatan di sekitar prasarana pengolahan sampah yang


saling membahayakan.

3. KUPZ Ruang Di Sekitar Prasarana Pengolahan Air Limbah

a. Pembatasan terhadap kegiatan pada jarak tertentu di sekitar prasarana


pengolahan air limbah agar tidak saling mengganggu.

96
Pokja AMPL Kabupaten Aceh Besar
Buku Putih Sanitasi Kabupaten Aceh Besar Tahun 2011

b. Pelarangan terhadap kegiatan di sekitar prasarana pengolahan air limbah yang


saling membahayakan.

4. KUPZ Ruang Di Sekitar Prasarana Drainase

a. Pembatasan terhadap kegiatan pada jarak tertentu di sekitar prasarana drainase


agar tidak saling mengganggu.

b. Pelarangan terhadap kegiatan yang dapat menghambat aliran air pada prasarana
drainase.

KETENTUAN PERIZINAN
Ketentuan tentang perijinan pemanfaatan ruang ini menurut amanah pasal 37
ayat 8, UU 26/2007 akan diatur dengan Peraturan Pemerintah. Sebelum ini peraturan
perijinan dan jenis-jenis perijinan yang ada tercantum pada pasal-pasal dari PP no
20/1997 sebagaimana diubah dengan PP No 48/1998 tentang Retribusi Daerah. Pada PP
tersebut Retribusi dikelompokkan menjadi Retribusi Jasa Umum, Retribusi Jasa Usaha,
Retribusi Perijinan tertentu.

Ijin mendirikan bangunan (IMB) pada PP tersebut masuk dalam kelompok


Perijinan Tertentu, yaitu: Ijin Peruntukan Penggunaan Tanah, Ijin Mendirikan Bangunan,
Ijin Tempat Penjualan Minuman Beralkohol, Ijin Gangguan, Ijin Trayek, Ijin Pengambilan
Hasil Hutan Ikutan. Ketentuan lebih lanjut tentang ruang lingkup masing-masing jenis
retribusi perijinan tertentu secara rinci untuk provinsi, kabupaten/kota ditetapkan
dengan Kepmendagri dengan pertimbangan Menteri keuangan.

Perijinan merupakan upaya mengatur kegiatan-kegiatan yang memiliki peluang


melanggar ketentuan perencanaan dan pembangunan, serta menimbulkan gangguan
bagi kepentingan umum.

Menurut UU26/2007 tentang Penataan Ruang, mekanisme perijinan merupakan


mekanisme terdepan dalam pengendalian pemanfaatan ruang. Selain itu, kinerja
perijinan pada suatu daerah mempunyai peran yang penting dalam menarik atau
menghambat investasi. Penyelenggaraan mekanisme perijinan yang efektif akan
mempermudah pengendalian pembangunan dan penertiban pelanggaran rencana tata
ruang. Bila mekanisme perijinan tidak diselenggarakan dengan baik, maka akan
menimbulkan penyimpangan pemanfaatan ruang secara legal. Penyimpangan semacam

97
Pokja AMPL Kabupaten Aceh Besar
Buku Putih Sanitasi Kabupaten Aceh Besar Tahun 2011

ini akan sulit dikendalikan dan ditertibkan. Mekanisme perijinan juga dapat
dimanfaatkan sebagai perangkat insentif untuk mendorong pembangunan yang sesuai
dengan rencana tata ruang, atau perangkat disinsentif untuk menghambat pemanfaatan
ruang yang tidak sesuai dengan rencana tata ruang.

Ijin pemanfaatan ruang adalah ijin yang berkaitan dengan lokasi, kualitas ruang,
dan tata bangunan yang sesuai dengan peraturan perundang-undangan, hukum adat dan
kebiasaan yang berlaku.

Prinsip dasar penerapan mekanisme perijinan dalam pemanfaatan ruang adalah sebagai
berikut:
Setiap kegiatan pembangunan yang berpeluang menimbulkan gangguan bagi
kepentingan umum, pada dasarnya dilarang kecuali dengan ijin dari Pemerintah
Kota/Kabupaten;
Setiap kegiatan dan pembangunan harus memohon ijin dari pemerintah setempat
yang akan memeriksa kesesuaiannya dengan rencana, serta standar administrasi
legal;
Setiap permohonan pembangunan yang tidak sesuai dengan rencana tata ruang
harus melalui pengkajian mendalam untuk menjamin bahwa manfaatnya jauh lebih
besar dari kerugiannya bagi semua pihak terkait sebelum dapat diberikan ijin.
Pelaksanaan perijinan tersebut di atas didasarkan atas pertimbangan dan tujuan sebagai
berikut:
Melindungi kepentingan umum (public interest);
Menghindari eksternalitas negative;
Menjamin pembangunan sesuai dengan rencana, serta standar dan kualitas
minimum yang ditetapkan Pemerintah Kabupaten.
Perijinan yang dikenakan pada kegiatan dan pembangunan di kabupaten Aceh Besar
terdiri dari 18 jenis dan diperlihatkan pada tabel 61 berikut ini.

Tabel 61
Jenis Perizinan Di Kabupaten Aceh Besar
No. Jenis Ijin Leading Sektor
1. Ijin Sanitasi Dinas Binamarga Cipatakarya
Ijin Mendirikan Bangunan (IMB)
Ijin Usaha Jasa Konstruksi (SIUJK)

98
Pokja AMPL Kabupaten Aceh Besar
Buku Putih Sanitasi Kabupaten Aceh Besar Tahun 2011

Ijin Galian Golongan C


2. Ijin Usaha Perdagangan (SIUP) Dinas Industri dan Perdagangan
Ijin Bengkel
Ijin Tempat Usaha
Tanda Daftar Perusahaan (TDP)
Tanda Daftar Gudang (TDG)
Tanda Daftar Industri (TDI)
3. Ijin Gangguan Dinas Perhubungan Kominfo
4. Ijin Reklame Dinas Pendapatan
5. Ijin Kaca Gelap Dinas Perhubungan
6. Ijin Kapal Penangkap Ikan Dinas Perikanan Kelautan
Ijin Pengangkutan Hasil Laut
Ijin Tambak
7. Ijin Restoran Dinas Pariwisata dan Kebudayaan
8. Ijin Usaha Perkebunan Swasta Dinas Kehutanan dan Perkebunan
Sumber : Kantor PTSP Aceh Besar setelah diolah, Oktober 2008

Keterangan :
Dinas Bina Marga dan Cipta Karya = 4 jenis perijinan
Dinas Perindustrian dan Perdagangan = 6 jenis perijinan
Dinas Perhubungan dan Kominfo = 2 jenis perijinan
Dinas Kelautan dan Perikanan = 3 jenis perijinan
Dinas Pariwisata dan Kebudayaan = 1 jenis perijinan
Dinas Kehutanan = 1 jenis perijinan
Dinas Pendapatan = 1 jenis perijinan
Setiap pemanfaatan ruang harus mendapat ijin sesuai dengan rencana tata ruang dan
peraturan perundang-undangan yang berlaku. Perubahan pemanfaatan lahan harus
melalui prosedur khusus yang berbeda dari prosedur reguler/normal. Dalam masa
transisi tahapan rencana, ijin khusus dapat diberikan apabila dampak kegiatan yang
dimohon negatif dan atau kecil.
Permohonan perubahan pemanfaatan ruang yang disetujui harus dikenakan disinsentif
berupa:
Denda (development charge) sesuai jenis pelanggaran rencana tata ruang;
Pengenaan biaya dampak pembangunan (development impact fee) sesuai
dengan eksternalitas yang harus diatasi dan upaya mengembalikannya ke kualitas
sebelum proyek tersebut dibangun.
Jenis perijinan yang harus dimiliki, ditetapkan dengan Peraturan Daerah. Lembaga/Dinas
yang menerbitkan perijinan harus sesuai dengan pemberian kerja dan kompetensinya,

99
Pokja AMPL Kabupaten Aceh Besar
Buku Putih Sanitasi Kabupaten Aceh Besar Tahun 2011

serta tidak boleh tumpang tindih. Ketentuan lembaga/dinas pemberi ijin adalah sebagai
berikut:
Perijinan kegiatan menjadi kewenangan dinas sektoral yang sesuai dengan kegiatan
yang dimohon;
Perijinan pemanfaatan ruang dan bangunan menjadi kewenangan dinas yang
menangani perencanaan, perancangan, penataan, dan lingkungan kota;
Perijinan konstruksi menjadi kewenangan dinas yang menangani bangunan;
Perijinan lingkungan menjadi kewenangan dinas/badan yang menangani lingkungan
hidup.
Perijinan kegiatan khusus menjadi kewenangan dinas sektoral yang sesuai dengan
kegiatan yang dimohon;
Kegiatan yang memerlukan kombinasi dari ijin di atas dikoordinasikan oleh
Mulai/Pemohon

walikota/Bupati melalui TKPRD.


Pengajuan Permohonan Izin lengkap
Untuk efisiensi perijinan, Pemerintah Kota/Kabupaten
dengan persyaratan perlu mengefektifkan pelayanan
Perijinan Terpadu Satu Atap (PTSP). Adapun alur pengurusan ijin dapat digambarkan
sebagai berikut: Verifikasi
persyaratan oleh Tidak lengkap
petugas
Gambar 11
pelayanan
Pemohon mendapatkan resi penerimaan Bagan Alir Prosedur Pengurusan Izin
berkas. Pemohon membayar retribusi
untuk izin yang tarifnya bisa ditetapkan Lengkap
tanpa peninjauan lapangan dan diberikan
bukti kwitansi

Pembahasan
Perlu survey
Tidak perlu suvey

Tidak sesuai Sesuai

Surat penolakan pemrosesan izin yang


Tinjau
disampaikan kepada pemohon
Lapangan

Tanda
tangan
BAP
Pengetikan
Naskah izin &
paraf Kepala Sub
Bid. Pemrosesan
Izin

Penandatangan Sertifikat Izin


oleh Kepala PTSP

100
Penyerahan setifikat izin kepada pemohon
Pokja AMPL Kabupaten Aceh Besar
setelah pemohon mambayar retribusi

Selesai
Buku Putih Sanitasi Kabupaten Aceh Besar Tahun 2011

Untuk Izin Mendirikan Bangunan (IMB), waktu pengurusan telah ditentukan oleh kantor
PTSP yaitu selama 10 hari dengan persyaratan yang harus dipenuhi:

1. Rekomendasi dari Dinas Kimpraswil;


2. Permohonan ijin yang diketahui oleh Kepala Desa dan Camat setempat;
3. Gambar bangunan 3 rangkap;
4. FC surat keterangan tanah;
5. FC surat ukur tanah;
6. FC surat tanda lunas PBB pada tahun berjalan.
Syarat-syarat pengurusan dan prosedur sudah jelas, tetapi sayangnya tarif tidak
dicantumkan secara resmi. Mestinya tarif dicantumkan di mana untuk menjaga
transparansi.

Hal-hal yang perlu diperhatikan, bahwa pelayanan perijinan adalah salah satu pelayanan
publik yang mestinya mengikuti norma-norma pelayanan, dimana Kepmenpan No.
25/M/PAN/2/2004 yang terdiri dari 14 indikator dan SE mendagri No. 100/757/OTDA
tahun 2002 mungkin dapat dijadikan acuan, meskipun harus disesuaikan dengan
keadaan instansi setempat. Paling tidak, 6 indikator ini secara minimal dapat dijadikan
acuan.

7. Prosedur Layanan

101
Pokja AMPL Kabupaten Aceh Besar
Buku Putih Sanitasi Kabupaten Aceh Besar Tahun 2011

8. Waktu Penyelesaian
9. Biaya Pelayanan
10. Produk Layanan
11. Sarana dan Prasarana
12. Kompetensi Petugas Pemberi Layanan
Pada kantor PTSP kabupaten Aceh Besar, berdasarkan wawancara, observasi, serta data
sekunder yang didapat, prosedur, waktu, biaya, produk layanan sudah cukup transparan.
Namun ada 2 hal yang menjadi kendala Kantor PTSP dalam meningkatkan kualitas
layanan:

3. Dasar Hukum masih dengan SK Bupati tahun 2007, belum menjadi SKPD. Karena
belum menjadi SKPD maka belum mempunyai kewenangan otonomi anggaran.
Anggaran masih menginduk pada bagian perekonomian SETDA.
4. Sarana dan prasarana yang belum memadai. Di kantor PTSP hanya ada 2 komputer
dan belum berbasis Local Area Network (LAN). Hal ini dirasa kurang memadai,
sehingga menghambat tugas sehari-hari.
Struktur organisasi kantor PTSP dapat digambarkan sebagai berikut:

Gambar 12

Struktur Organisasi Kantor PTSP

Kepala
Kepala

Sub
Sub Bagian
Bagian TU
TU

Seksi
Seksi Pelayanan
Pelayanan Seksi
Seksi Pemrosesan
Pemrosesan Perizinan
Perizinan Seksi
Seksi Penyuluhan
Penyuluhan dan
dan Data
Data
Perizinan
Perizinan

UPT
UPT -- KECAMATAN
KECAMATAN

102
Pokja AMPL Kabupaten Aceh Besar
Buku Putih Sanitasi Kabupaten Aceh Besar Tahun 2011

Izin Mendirikan Bangunan (IMB)


Mengenai perijinan, IMB dapat dijadikan contoh analisis dalam mendiskripsikan aturan
dan NSPK keseluruhan perijinan. Berdasarkan data sekunder, dengan mengambil contoh
dokumen perda di 3 kabupaten, maka dalam merancang Qanun tentang IMB, hal-hal
yang perlu diperhatikan adalah:

11. Pengertian mendirikan bangunan/pengertian umum;


12. Klasifikasi bangunan;
13. Obyek dan subyek retribusi;
14. Tatacara pembayaran dan penagihan;
15. Ketentuan perijinan;
16. Ketentuan besar kecilnya tarif retribusi;
17. Ketentuan tentang Pembebasan Biaya IMB;
18. Pembinaan dan Pengawasan;
19. Ketentuan Pidana;
20. Ketentuan Penyelidikan.
Di Aceh Besar sudah terdapat Qanun IMB nomor 12/2003, namun ada beberapa hal
yang perlu disesuaikan dengan UU/dasar hukum dan dinamika perkembangan yang
baru:

3. Konsiderans;
Menimbang

Dasar pertimbangan qanun IMB mestinya RTRW dan RDTR. Sedangkan qanun No.
12/2003 di atas bukan Qanun IMB tetapi Qanun Retribusi. Sehingga dasar
pertimbangannya adalah UU 34/2000 tentang Retribusi Daerah dan Pajak Daerah.

Mengingat

Dalam konsiderans mengingat, yakni dasar hukum, tidak mencantumkan:

UU No 11/2006 tentang pemerintahan Aceh;


UU 26/2007 tentang tata Ruang;
PP 26/2008 tentang RTRWN;

103
Pokja AMPL Kabupaten Aceh Besar
Buku Putih Sanitasi Kabupaten Aceh Besar Tahun 2011

Masih didasarkan pada Qanun No. 2/1993 tentang RTRWK (artinya masih
mengacu pada tata Ruang yang lama yaitu UU 24/1992). Oleh karena itu perlu
disesuaikan dengan UU tata Ruang yang baru dan namanya mesti dirubah
menjadi Qanun IMB.
4. Isi
Isi Qanun retribusi IMB Aceh besar terdiri dari 22 bab, 30 pasal, yang susunan isinya
adalah:

Bab I : Ketentuan Umum;


Bab II : Pengertian Mendirikan Bangunan;
Bab III : Perijinan;
Bab IV : Nama, Objek dan Subjek Retribusi;
Bab V : Golongan Retribusi;
Bab VI : Cara Mengukur Tingkat Penggunaan Jasa;
Bab VII : Prinsip dan Sasaran dalam Penetapan Struktur dan Besarnya
Tarif;
Bab VIII : Struktur dan Besarnya Tarif Retribusi;
Bab IX : Pencabutan, Penolakan, Peralihan dan Batalnya Ijin;
Bab X : Legalitas;
Bab XI : Tata Cara Pembayaran Retribusi;
Bab XII : Pengurangan, Keringanan dan Pembebasan Retribusi;
Bab XIII : Ketentuan Pidana;
Bab XIV : Ketentuan Penutup.
Dari isi Qanun retribusi IMB di atas, pasal tentang legalitas belum dicantumkan, dimana
legalitas merupakan denda biaya retribusi yang dikenakan sebagai akibat kelalaian
pemohon yang sedang dan atau telah membangun tanpa memiliki IMB terlebih dahulu.
Pada Qanun Retribusi IMB Aceh Besar belum dilampiri dengan klasifikasi bangunan
karena memang bukan Qanun IMB tetapi Qanun retribusi.

KETENTUAN INSENTIF DAN DISINSENTIF

Insentif diberikan untuk mendorong perkembangan zona sesuai dengan rencana tata
ruang wilayah dan disinsentif diberikan untuk menghambat perkembangan zona sesuai
dengan rencana tata ruang wilayah.

104
Pokja AMPL Kabupaten Aceh Besar
Buku Putih Sanitasi Kabupaten Aceh Besar Tahun 2011

Insentif

Ketentuan insentif adalah perangkat atau upaya untuk memberikan imbalan


terhadap pelaksanaan kegiatan yang sesuai dengan kegiatan yang didorong
perwujudannya dalam rencana tata ruang. Ketentuan insentif dalam RTRW Kabupaten
Aceh Besar ini disusun berdasarkan:

- rencana struktur ruang dan rencana pola ruang wilayah Kabupaten Aceh Besar
dan/atau rencana tata ruang kawasan strategis kabupaten (KSK) sebagai
turunannya;
- ketentuan umum peraturan zonasi wilayah Kabupaten Aceh Besar;
- peraturan perundang-undangan sektor yang terkait.
Ketentuan insentif oleh Pemerintah Kabupaten Aceh Besar dapat ditujukan kepada 3
pihak, yaitu:

- Daerah tetangga, yaitu Pemerintah Kabupaten lainnya, terutama Kabupaten


tetangga;
- Pemerintah Desa dalam wilayah Kabupaten;
- Masyarakat umum, yang terdiri dari: investor/dunia usaha, lembaga komersial,
perorangan, dan sebagainya.
Bentuk pemanfaatan ruang yang berkaitan dengan kabupaten tetangga yang
diindikasikan perlu diberikan insentif, antara lain adalah:

- pengembangan prasarana, seperti jaringan jalan dan jembatan, pengolahan


sampah, sumber dan jaringan air bersih pada kawasan permukiman (perkotaan
dan perdesaan) dan lainnya pada bagiaan wilayah yang berdekatan atau
berbatasan;
- pemanfaatan ruang pada kawasan lindung dan kawasan budidaya yang menerus
(contiguous) di antara wilayah kabupaten yang berbatasan guna menjaga
kualitas kawasan lindung dan efektifnya pemanfaatan kawasan budidaya yang
berbatasan.
Bentuk pemanfaatan ruang yang berkaitan dengan Pemerintah Desa dalam wilayah
Kabupaten yang diindikasikan perlu diberikan insentif, antara lain adalah:

105
Pokja AMPL Kabupaten Aceh Besar
Buku Putih Sanitasi Kabupaten Aceh Besar Tahun 2011

- inisiatif pengembangan prasarana dan sarana oleh Pemerintah Desa yang


mengisi rencana struktur ruang dan rencana pola ruang yang ditetapkan dalam
RTRW Kabupaten;
- pengembangan kelembagaan (badan dan/atau aturan) di tingkat desa yang
berperan dalam upaya pengendalian pemanfaatan ruang di desa yang
bersangkutan.
Bentuk pemanfaatan ruang yang berkaitan dengan masyarakat yang diindikasikan perlu
diberikan insentif, antara lain adalah:

- inisiatif pengembangan prasarana dan sarana secara komunal kawasan


permukiman yang selaras atau sesuai dengan penetapan atau ketentuan dalam
RTRW Kabupaten;
- inisiatif pengembangan bangunan dan lingkungan permukiman yang
menerapkan prinsip mitigasi bencana, seperti pemakaian bahan bengunan dan
penerapan konstruksi bangunan, penataan bangunan dan lingkungan yang
menyediakan jalur ungsi (escape route) dan tempat ungsi (escape area/building);
- inisiatif peningkatan kualitas lingkungan pada kawasan permukiman , seperti
pergeseran atau perpindahan bangunan yang terkena dengan sempadan sungai
sehingga sesuai dengan tata ruang yang baik atau ditetapkan, pengembangan
ruang terbuka hijau privat dengan vegetasi yang sesuai, dan sebagainya.
Selanjutnya ketentuan insentif untuk masing-masing kelompok tersebut di atas dapat
diidentifikasikan sebagai berikut ini.

1. Ketentuan insentif kepada Pemerintah Kabupaten lainnya antara lain adalah:


a. pemberian kompensasi;
b. urun saham.
2. Ketentuan insentif kepada Pemerintah Desa dalam wilayah Kabupaten antara lain
adalah:
a. pemberian kompensasi;
b. subsidi silang;
c. penyediaan sarana dan prasarana; dan/atau
d. publisitas atau promosi.
3. Ketentuan insentif kepada masyarakat umum antara lain adalah:
a. pemberian kompensasi;

106
Pokja AMPL Kabupaten Aceh Besar
Buku Putih Sanitasi Kabupaten Aceh Besar Tahun 2011

b. pengurangan retribusi;
c. imbalan;
d. sewa ruang;
e. urun saham;
f. penyediaan prasarana dan sarana;
g. penghargaan; dan/atau
h. kemudahan perizinan.
Disinsentif

Ketentuan disinsentif adalah perangkat atau upaya untuk mencegah, membatasi


atau mengurangi pertumbuhan/perkembangan, agar tidak terjadi kegiatan pemanfaatan
ruang yang tidak sesuai dengan rencana tata ruang. Ketentuan disinsentif dalam RTRW
Kabupaten Aceh Besar ini disusun berdasarkan:

- rencana struktur ruang dan rencana pola ruang wilayah Kabupaten Aceh Besar
dan/atau rencana tata ruang kawasan strategis kabupaten (KSK) dan kawasan
lainnya sebagai turunannya;
- ketentuan umum peraturan zonasi wilayah Kabupaten Aceh Besar;
- peraturan perundang-undangan sektor yang terkait.
Ketentuan disinsentif oleh Pemerintah Kabupaten Aceh Besar ditujukan kepada
Pemerintah Desa dalam wilayah Kabupaten Aceh Besar, dan masyarakat umum, yang
terdiri dari: investor/dunia usaha, lembaga komersial, perorangan, dan sebagainya.

Bentuk pemanfaatan ruang yang berkaitan dengan Pemerintah Desa dalam wilayah
Kabupaten Aceh Besar yang diindikasikan perlu penerapan disinsentif berupa:

- bangunan sarana pelayanan umum yang dibangun Pemerintah Desa yang


terletak di sempadan sungai dan atau badan air yang tidak sesuai dengan
penetapan dalam RTRW ini;
- bangunan sarana pelayanan umum yang dibangun Pemerintah Desa yang
pemanfaatannya tidak sesuai dengan peruntukannya secara ruang (terutama
dapat diidentifikasi pada tingkat rencana rinci/detail kawasan dengan peraturan
zonasi yang lebih rinci).
Bentuk pemanfaatan ruang yang berkaitan dengan masyarakat yang diindikasikan perlu
penerapan disinsentif berupa pemanfaatan ruang yang telah ada sebelum RTRW

107
Pokja AMPL Kabupaten Aceh Besar
Buku Putih Sanitasi Kabupaten Aceh Besar Tahun 2011

Kabupaten ini ditetapkan, yang tidak sesuai dengan penetapan dalam RTRW Kabupaten
ini, yang antara lain adalah:

- permukiman atau bangunan yang tidak sesuai perletakannya, yang terletak di


sempadan sungai dan atau badan air yang tidak sesuai dengan penetapan dalam
RTRW ini;
- bangunan atau sarana kegiatan swasta/masyarakat yang pemanfaatannya
tidak sesuai dengan peruntukannya secara ruang (terutama dapat diidentifikasi
pada tingkat rencana rinci/detail kawasan dengan peraturan zonasi yang lebih
rinci).
Ketentuan disinsentif kepada Pemerintah Desa dalam wilayah Kabupaten Aceh Besar
antara lain adalah:

a. pengenaan retribusi yang tinggi; dan/atau


b. pembatasan penyediaan sarana dan prasarana.
Ketentuan disinsentif kepada masyarakat umum tersebut antara lain adalah:

a. pengenaan pajak atau retribusi daerah yang tinggi;


b. pembatasan penyediaan infrastruktur; dan/atau
c. pemberian persyaratan khusus dalam proses perizinan.
A. Penerapan Perangkat Insentif

1. Insentif khusus diberikan untuk pengembangan Kota Takengon sebagai ibukota


Kabupaten Aceh Besar yang merupakan simpul pelayanan kawasan skala
wilayah/regional, pengembangan kawasan perkotaan Isaq dan Angkup sebagai
simpul pelayanan/pusat kegiatan skala lokal pada bagian timur dan barat wilayah
kabupaten, pengembangan kawasan strategis agropolitan di Jagong Jeget-Atu
Lintang dan sekitarnya, pengembangan kawasan strategis peternakan Ketapang
(Kec.Linge), pengembangan perkebunan tebu di wilayah Kec.Ketol, pengembangan
kawasan pertanian lahan basah (untuk ketahanan pangan), pengembangan kawasan
permukiman, pengembangan sarana dan prasarana pelayanan umum dan sosial

2. Insentif untuk mendorong pengembangan wilayah meliputi:

a. Pembangunan Jalan Lintas Tengah Sumatera atau jalan akses


Lintas Tengah Sumatera.

108
Pokja AMPL Kabupaten Aceh Besar
Buku Putih Sanitasi Kabupaten Aceh Besar Tahun 2011

b. Pembangunan sarana pemerintahan, perdagangan dan jasa


serta fasilitas umum dan sosial lainnya ;
c. Kemudahan perijinan perubahan rencana tapak bagi
pengembang yang telah memiliki ijin sebelumnya.
3. Insentif untuk mendorong pengembangan Kawasan Agropolitan dan Peternakan
terpadu adalah:

1. Kemudahan perijinan.
2. Penyediaan pelayanan jaringan infrastruktur jalan, irigasi dan penunjang
kawasan pertanian lahan basah
3. Pembangunan sarana pertanian, peternakan, perdagangan dan jasa serta
fasilitas umum dan sosial lainnya yang terkait dengan pengembangan pertanian,
peternakan;
4. Insentif untuk mendorong pengembangan Kawasan pertanian lahan basah adalah:

a. Kemudahan perijinan pengembangan kawasan pertanian lahan basah.


b. Penyediaan pelayanan jaringan infrastruktur
c. Kompensasi pajak tanah dan bangunan yang lebih ringan
d. Pembangunan sarana pertanian yang terkait dengan pengembangan pertanian,
lahan basah;
B. Penerapan Perangkat Disinsentif

1. Disinsentif akan dikenakan untuk mengarahkan dan atau mengendalikan


pembangunan di wilayah/kawasan yang mempunyai fungsi perlindungan (kawasan
lindung) pada bagian utara dan selatan, timur dan barat wilayah.

2. Disinsentif yang dikenakan untuk pembangunan di wilayah selatan dan timur


(kawasan lindung) adalah:

a. Ijin lokasi baru untuk permukiman dengan kepadatan rendah,


berdasarkan kajian geologi dan geohidrologi serta berdasarkan ketentuan
perundang - undangan lainnya;
b. Pembangunan jaringan prasarana baru disesuaikan dengan
karakteristik wilayah berdasarkan kajian kelayakan teknis, lingkungan dan
kelayakan sosial.

109
Pokja AMPL Kabupaten Aceh Besar
Buku Putih Sanitasi Kabupaten Aceh Besar Tahun 2011

3. Disinsentif yang dikenakan untuk mengendalikan pembangunan dan


perkembangan di wilayah timur dan barat wilayah Kabupaten Aceh Besar dengan
pengenaan denda terhadap kegiatan yang menimbulkan dampak negatif bagi
kepentingan umum.
4. Disinsentif yang dikenakan untuk mengendalikan perkembangan kawasan
pertanian lahan basah dengan pembatasan infrastruktur permukiman (listrik, air
bersih)
5. Disinsentif yang dikenakan untuk mengendalikan perkembangan pada kawasan
pariwisata Danau Lut Tawar dengan pembatasan pembangunan fisik pada lahan yang
secara fisik tidak memungkinkan dibangun bangunan permukiman dan bangunan
lainnya, pembatasan pembangunan infrastruktur permukiman pada bagian kawasan
pariwisata yang tidak sesuai dengan kondisi fisik lahan.
ARAHAN SANKSI

Pengenaan sanksi pidana dan sanksi perdata ditetapkan pada tingkat Undang-
Undang. Sehingga pengenaan sanksi pada tingkat Kabupaten Aceh Besar adalah
pengenaan sanksi administratif.

Arahan pengenaan sanksi administratif adalah dalam rangka penertiban


pemanfaatan ruang yang melanggar rencana tata ruang yang telah ditetapkan. Bentuk
pelanggaran yang dimaksud meliputi:

a. pemanfaatan ruang yang tidak sesuai dengan rencana struktur ruang dan rencana
pola ruang wilayah dalam RTRW Kabupaten Aceh Besar;
b. pelanggaran terhadap ketentuan umum peraturan zonasi Kabupaten Aceh Besar;
c. pemanfaatan ruang yang tidak memiliki izin pemanfaatan ruang;
d. pemanfaatan ruang yang telah memiliki izin pemanfaatan ruang tetapi tidak
sesuai dengan RTRW Kabupaten Aceh Besar;
e. pelanggaran ketentuan yang ditetapkan dalam persyaratan izin pemanfaatan
ruang yang diterbitkan berdasarkan RTRW Kabupaten Aceh Besar;
f. pemanfaatan ruang yang menghalangi akses terhadap kawasan yang oleh
peraturan perundang-undangan dinyatakan sebagai milik umum;
g. pemanfaatan ruang yang diperoleh melalui prosedur yang tidak benar;
h. pemberi izin yang melanggar kaidah dan ketentuan pemanfaatan ruang.

110
Pokja AMPL Kabupaten Aceh Besar
Buku Putih Sanitasi Kabupaten Aceh Besar Tahun 2011

Selanjutnya arahan pengenaan sanksi sehubungan dengan bentuk-bentuk pelanggaran


tersebut dapat dikemukakan sebagai berikut ini.

Terhadap bentuk-bentuk pelanggaran huruf: a, b, d, e, f, dan g di atas arahan pengenaan


sanksi administratifnya adalah:

1. peringatan tertulis;
2. penghentian sementara kegiatan;
3. penghentian sementara pelayanan umum;
4. penutupan lokasi;
5. pembongkaran bangunan;
6. pemulihan fungsi ruang;
7. denda administratif;
8. pencabutan izin;
9. pembatalan izin.
Terhadap bentuk pelanggaran huruf c, arahan pengenaan sanksi administratifnya adalah:

1. peringatan tertulis;
2. penghentian sementara kegiatan;
3. penghentian sementara pelayanan umum;
4. penutupan lokasi;
5. pembongkaran bangunan;
6. pemulihan fungsi ruang;
7. denda administratif.
Terhadap bentuk pelanggaran huruf h, arahan pengenaan sanksi administratifnya sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berkenaan dengan aparat
pemerintahan.

Terkait arahan sanksi yang perlu diberikan untuk pemanfaatan ruang yang tidak sesuai
dengan rencana tata ruang wilayah. Monitoring, evaluasi dan penertiban merupakan
bagian dari kegiatan pengawasan terhadap pemanfaatan ruang, baik oleh Public maupun
privat. Kegiatan monitoring, evaluasi hingga penertiban pemanfaatan ruang dilakukan
dari penyusunan kegiatan, keluaran hingga pelaksanaan dan hasil pelaksanaan disusun
dalam tabel tabel berikut:

Tabel 62
111
Pokja AMPL Kabupaten Aceh Besar
Buku Putih Sanitasi Kabupaten Aceh Besar Tahun 2011

Kegiatan Pemantauan Pelanggaran Pemanfaatan Ruang


Kegiatan Keluaran Pelaksanaan Periode Keterangan
Pelaksanaan
a. Penyusunan Tabel tipologi Bappeda/Lembaga Minimum sekali Daftar ini hanya
daftar penyimpangan yang Terkait/BKPRD dalam 6 bulan untuk
penyimpangan/ pemanfaatan Kabupaten Aceh penyimpangan
pelanggaran ruang. Besar persil atau kawasan
pemanfaatan Peta sebaran yang dikuasai oleh
ruang persil penyimpangan satu kepemilikan
(individual ataupun
badan hukum)
b. Menyiapkan Kerangka acuan Bappeda/Lembaga Jika terjadi Penyiapan kerangka
kerangka acuan pelaksanaan yang Terkait/BKPRD pelanggaran acuan dengan
pekerjaan pekerjaan Kabupaten Aceh memanfaatkan
pemantauan pemantauan Besar hasil rekapitulasi
pelaporan
perubahan
pemanfaatan
ruang.
c. Pembentukan tim Keputusaan Bappeda, Lembaga Jika terjadi Tim pemantauan
penyidik Ketua /BKPRD yang Terkait/ BKPRD pelanggaran lapangan dapat
penyimpangan tentang kabupaten Aceh dilakukan secara
pemanfaatan pembentukan Besar swakelola atau oleh
ruang Tim Kecil terdiri konsultan.
dari berbagai
instansi terkait
pelaksanaan
pemantauan
d. Memeriksa dan Bukti Tim Penyidik Jika terjadi Pengumpulan bukti
membuktikan pelanggaran pelanggaran diperoleh dari
pelanggaran persil lapangan
penguasaan lahan,
instansi pemberi
ijin dan instansi
terkait.
e. Merumuskan Rumusan awal Tim Penyidik Jika terjadi Disajikan secara
temuan pelanggaran pelanggaran tipologi, besaran
penyimpangan pemanfaatan dan faktor
ruang penyebabnya.
f. Membahas Rumusan final Bappeda/Lembaga Jika terjadi Temuan
temuan pelanggaran yang Terkait/BKPRD pelanggaran penyimpangan
penyimpangan pemanfaatan Kabupaten Aceh dibahas dalam
dan rekomendasi ruang dan Besar forum BKPRD
tindak lanjut rekomendasi dengan
dalam forum penyelesaian mengundang pihak-
TKPR Daerah masalah pihak terkait.
g. Laporan hasil Surat Ketua Bappeda/Lembaga Jika terjadi Surat Ketua DPRD
pemantauan Dinas Tata yang Terkait/BKPRD pelanggaran dilampirkan buku
kepada Bupati Ruang/BKPRD Kabupaten Aceh laporan hasil

112
Pokja AMPL Kabupaten Aceh Besar
Buku Putih Sanitasi Kabupaten Aceh Besar Tahun 2011

Kegiatan Keluaran Pelaksanaan Periode Keterangan


Pelaksanaan
kepada Bupati Besar pemantauan.
tentang laporan
hasil
pemantauan.
h. Pemberitahuan Surat Ketua Bappeda/Lembaga Jika terjadi Surat Ketua DPRD
hasil pemantauan Dinas Tata yang Terkait/BKPRD pelanggaran berisikan
kepada instansi Ruang/BKPR Kabupaten Aceh penyampaian
tingkat kepada instansi Besar temuan
kota/kabupaten terkait dan penyimpangan
terkait dan camat camat tentang RTRWK yang perlu
laporan hasil diketahui oleh
pemantauan. instansi terkait.
i. Pemberitahuan Surat Ketua Bappeda/Lembaga Jika terjadi Berisikan tipologi
laporan hasil Dinas Tata yang Terkait/BKPRD pelanggaran pelanggaran persil
pemantauan Ruang/BKPRD Kabupaten Aceh yang bersangkutan.
kepada pelanggar kepada Besar
pelanggar.
Sumber: Hasil Rencana, 2010

Tabel 63
Kegiatan Evaluasi Pelanggaran Pemanfaatan Ruang
Kegiatan Keluaran Pelaksanan Periode Keterangan
Pelaksanaan
Evaluasi temuan Rumusan tingkat Bappeda dan Minimum sekali -
penyimpangan penyimpangan instansi terkait dalam 5 tahun
RTRW Kabupaten
Evaluasi kinerja Rumusan tingkat Bappeda dan Minimum sekali -
instansi pemberi penyimpangan instansi terkait dalam 5 tahun
perijinan mekanisme
pemberian perijinan
pemanfaatan ruang.
Masukan/umpan Rumusan materi Bappeda dan Minimum sekali -
balik untuk evaluasi bagi evaluasi RTRW. instansi terkait dalam 5 tahun
RTRWN/RTRW
Propinsi/kota/
kabupaten.
Sumber: Hasil Rencana, 2010

Tabel 64
Kegiatan Penertiban Pelanggaran Pemanfaatan Ruang
(Sanksi Administratif)
Kegiatan Keluaran Pelaksanaan Periode Keterangan
Pelaksanaan
Menyiapkan Rumusan awal Bappeda Sesuai kebutuhan Berdasarkan hasil
langkah-langkah langkah- kabupaten pemantauan (bagian

113
Pokja AMPL Kabupaten Aceh Besar
Buku Putih Sanitasi Kabupaten Aceh Besar Tahun 2011

Kegiatan Keluaran Pelaksanaan Periode Keterangan


Pelaksanaan
penertiban langkah dari tahap
pelanggaran penertiban pengawasan
pemanfaatan ruang pemanfaatan ruang)
Membahas langkah Rumusan final Bappeda atau Sesuai kebutuhan -
penertiban dalam langkah- BKPRD
forum TKPR langkah kabupaten
propinsi penertiban
Melaporkan Surat Ketua BKPRD Sesuai kebutuhan Berisi rencana
kepada Bupati TLPRD kota kabupaten. tindakan penertiban.
tentang rencana kepada Bupati.
tindakan
penertiban.
Pembentukan tim Keputusan Bupati. Sesuai kebutuhan Bupati membentk
khusus pelaksana Bupati tentang tim khusus untuk
koordinasi tindakan pembentukan melakukan
penertiban tim khusus koordinasi tindakan
penertiban penertiban yang
pelanggaran melibatkan bagian
pemanfaatan penertiban, satpol
ruang. pamong praja dan
instansi terkait.
Koordinasi tindakan Pemberian Tim khusus Sesuai kebutuhan Tim khusus dapat
penertiban sanksi penertiban. menugaskan
pelanggaran adminitratif anggotanya untuk
pemanfaatan ruang kepada aparat melaksanakan
pemerintah tindakan
atau sanksi penertiban sesuai
administratif dengan
kepada perundang-
masyarakat. undangan.
Tim khusus dapat
bekerja sama
dengan Polisi,
Kodim dll, untuk
melaksanakan
penertiban
langsung.
Pengawasan Daftar Tim khusus Sesuai kebutuhan Apabila pelanggar
pelaksanaan sanksi pelanggar yang penertiban/ tidak menjalankan
tidak tim wibawapraja sanksinya maka tim
melaksana- khusus wajib
kan sanksi. mengajukan ke
pengadilan untuk
diproses secara
hukum.

114
Pokja AMPL Kabupaten Aceh Besar
Buku Putih Sanitasi Kabupaten Aceh Besar Tahun 2011

Kegiatan Keluaran Pelaksanaan Periode Keterangan


Pelaksanaan
Pengajuan atau Berkas Tim khusus. Sesuai kebutuhan Pengajuan ke
pengaduan ke pengajuan ke Masyarakat lembaga peradilan
lembaga peradilan pengadilan. atau badan dapat dilakukan oleh
hukum. masyarakat atau
badan hukum
tertentu apabila
merasa dirugikan
oleh pelanggar.
Pengenaan sanksi Sanksi pidana Lembaga Sesuai kebutuhan Sanksi dikenakan
dan atau sanksi peradilan. apabila terbukti
perdata. bersalah secara
hukum oleh
pengadilan.
Sumber: Hasil Rencana, 2010

Tabel 65
Alternatif Bentuk Penertiban

Bentuk pelanggaran Alternatif bentuk penertiban


Setelah rtr diundangkan
Pemanfaatan ruang tidak sesuai Kegiatan/pembangunan dihentikan.
dengan fungsi ruang/penggunaan Pencabutan ijin.
lahan yang telah ditetapkan dalam
RTR.
Pemanfaatan sesuai dengan fungsi Kegiatan/pembangunan dihentikan.
ruang, tetapi luasan tidak sesuai Kegiatan dibatasi pada luasan yang ditetapkan.
dengan ketentuan dalam RTRW. Denda.
Kurungan.
Pemanfaatan ruang sesuai dengan Kegiatan dihentikan.
fungsi ruang, tetapi kondisi teknis Memenuhi persyaratan teknis.
pemanfaatan ruang (bangunan,
proporsi pemanfaatan, dll) tidak
115
Pokja AMPL Kabupaten Aceh Besar
Buku Putih Sanitasi Kabupaten Aceh Besar Tahun 2011

Bentuk pelanggaran Alternatif bentuk penertiban


Setelah rtr diundangkan
sesuai dengan persyaratan teknis yang
ditetapkan dalam RTR.
Pemanfaatan ruang sesuai dengan Kegiatan dihentikan.
fungsi ruang, tetapi bentuk atau pola Menyesuaikan bentuk pemanfaatan ruang.
pemanfaatan ruang tidak sesuai Denda. dan Kurungan.
dengan yang telah ditetapkan dalam
RTR.
SEBELUM RTR DIUNDANGKAN
Pemanfaatan ruang tidak sesuai a. Pemulihan fungsi ruang secara bertahap, melalui;
dengan fungsi ruang. Contoh terjadi Pembatasan masa perijinan.
alih fungsi sawah irigasi teknis Pemindahan/relokasi/resetllement.
menjadi bangunan pertokoan, Penggantian yang layak.
perumahan maupun bangunan b. Pengendalian pemanfaatan ruang, melalui;
lainnya yang terjadi di sekitar jalan Pembatasan luas areal pemanfaatan ruang.
jalan utama seperti di Jalan Banda Pembatasan perluasan bangunan.
Aceh Medan. Pembatasan jenis dan skala kegiatan.
Penyesuaian persyaratan teknik.
Penyesuaian bentuk pemanfaatan ruang.
c. Pembinaan melalui penyuluhan.
Pemanfaatan sesuai dengan fungsi b. Pengendalian pemanfaatan ruang, melalui;
ruang, tetapi luasan menyimpang. Pembatasan luas areal pemanfaatan ruang.
Contoh pembangunan rumah yang Pembatasan perluasan bangunan.
sesuai dengan fungsinya, tetapi Pembatasan jenis dan skala kegiatan.
luasannnya tidak sesuai dengan izin b. Pembinaan melalui penyuluhan.
yang diterima
Pemanfaatan ruang sesuai dengan b. Pengendalian pemanfaatan ruang, melalui;
fungsi ruang, tetapi persyaratan Penyesuaian persyaratan teknis.
teknis menyimpang. Contoh Pembatasan perluasan bangunan.
bangunan bangunan yang tidak Pembatasan jenis dan skala kegiatan.
sesuai dengan aturan sempadan b. Pembinaan melalui penyuluhan.
bangunan.
Pemanfaatan ruang sesuai dengan b. Pengendalian pemanfaatan ruang, melalui;
fungsi ruang, tetapi bentuk Penyesuaian bentuk pemanfaatan ruang.
pemanfaatan ruang menyimpang. Pembatasan perluasan bangunan.
Pembatasan jenis dan skala kegiatan.
Penyesuaian persyaratan teknis.
b. Pembinaan melalui penyuluhan.

Sumber: Hasil Rencana, 2010

KETENTUAN PENYIDIKAN

Ketentuan penyidikan terhadap indikasi penyimpangan pemanfaatan ruang tercantum


dalam pasal 68 UU 26/2008 tentang Penataan Ruang. Dalam lingkup Pemerintah
Kabupaten/Kota dimungkinkan adanya PPNS (Penyelidik Pegawai negeri sipil) yang

116
Pokja AMPL Kabupaten Aceh Besar
Buku Putih Sanitasi Kabupaten Aceh Besar Tahun 2011

membantu kepolisian dalam melakukan penyidikan terhadap penyimpangan


pemanfaatan ruang. PPNS berwenang:

a. melakukan pemeriksaan atas kebenaran laporan atau keterangan yang berkenaan


dengan tindak pidana dalam bidang penataan ruang
b. melakukan pemeriksaan terhadap orang yang di duga melakukan tindak pidana
dalam bidang penataan ruang
c. meminta keterangan dan bahan bukti dari orang sehubungan dengan peristiwa
tindak pidana dalam bidang penataan ruang
d. melakukan pemeriksaan atas dokumen-dokumen yang berkenaan dengan tindak
pidana dalam bidang penataan ruang
e. melakukan pemeriksaan di tempat tertentu yang di duga terdapat bahan bukti dan
dokumen lain serta melakukan penyitaan dan penyegelan terhadap bahan dan
barang hasil pelanggaran yang dapat di jadikan dalam perkara tindak pidana dalam
bidang penataan ruang, dan
f. meminta bantuan tenaga ahli dalam rangka pelaksanaan tugas penyidikan tindak
pidana dalam bidang penataan ruang

Gambar 13
Peta Kesesuaian Lahan RTRW Kabupaten Aceh Besar

117
Pokja AMPL Kabupaten Aceh Besar
Buku Putih Sanitasi Kabupaten Aceh Besar Tahun 2011

Peta 14
Peta Penggunaan Lahan Kabupaten Aceh Besar

118
Pokja AMPL Kabupaten Aceh Besar

Anda mungkin juga menyukai