BAB III
DESKRIPSI RONA LINGKUNGAN HIDUP RINCI
3.1.1.2. Iklim
Iklim merupakan rata-rata cuaca dalam jangka waktu tertentu dan kondisi
iklim erat kaitannya dengan udara, kelembaban, curah hujan dan durasi penyinaran
matahari. Analisis mengenai iklim sangat penting untuk dibahas kaitannya dengan
kajian Amdal ini adalah kondisi curah hujan rerata bulanan selama >10 tahun, curah
hujan sebagai input utama untuk menganalisis sebaran musim hujan dan musim
kemarau yang berkaitan dengan kegiatan konstruksi nantinya. Kondisi curah hujan
rerata bulanan selama >10 tahun untuk mengetahui rerata bulan basah dan bulan
kering selama setahun untuk penentuan pola iklim di wilayah studi. Selain itu, untuk
mengetahui persebaran dampak penurunan udara ambien melalui pendekatan arah
dan kelembaban udara khususnya di lokasi tapak proyek. Pengertian curah hujan 1
(satu) millimeter adalah dalam luasan 1 m 2 pada tempat yang datar tertampung air
setinggi 1 mm atau tertampung air sebanyak 1 (satu) liter ketinggian air hujan yang
terkumpul dalam tempat yang datar, tidak menguap, tidak meresap, dan tidak
mengalir (Aldrian E et al, 2011) Dalam kriteria presipitasi dimana curah hujan
dengan intensitas > 50 mm/hari menjadi parameter terjadinya hujan dengan
intensitas lebat, sedangkan kriteria curah hujan ekstrim memiliki curah hujan
dengan intensitas > 100 mm/hari. Sehingga intensitas hujan sangat menentukan
kelembaban kondisi tanah. Dalam penentuan pola musim di daerah penelitian,
dianalogikan dengan kriteria hujan menurut Mohr (1933) dalam Santosa (2010),
yaitu:
a. bulan basah yang dianalogikan dengan musim penghujan, apabila curah hujan >
100 mm
b. bulan lembab yang dianalogikan dengan transisi musim dari penghujan ke
kemarau atau sebaliknya, apabila curah hujan 60 hingga 100 mm, dimana
besarnya curah hujan sebanding dengan penguapan; dan
c. bulan kering yang dianalogikan dengan musim kemarau apabila curah hujan <
60 mm, dengan curah hujan lebih kecil dari pengupan. > 100 mm, dengan curah
hujan lebih besar dari penguapan.
hujan >100 mm), sedangkan untuk bulan lembab (curah hujan 60 mm-100 mm),
persamaan seperti disajikan sebagai berikut :
Jumlah rata-rata bulan kering
Berikut tabel jumlah curah hujan bulanan selama 10 tahun di Kota Tegal
tahun 2010-2019.
Jumlah hari hujan menurut bulan selama 10 tahun di Kota Tegal tahun
2010-2019 dapat dilihat pada tabel berikut ini.
Dari data jumlah curah hujan dan hari hujan didapatkan data curah hujan
maksimum yang disajikan pada tabel berikut ini.
Tabel III.4. Data Curah Hujan Maksimum (mm/hari) Periode Tahun 2010 –
2019 di Kota Tegal
Curah Hujan Maksimum (mm)
Bulan 201 201 201 201 201
2010 2011 2013 2016 2019
2 4 5 7 8
Januari 11,82 6,75 13,44 17,12 19,56 19,04 15,6 26,4 7,58 32,83
Februari 15,94 25,22 16,94 11,44 13,93 20,68 17,04 26,4 25,06 22,82
Maret 19,2 13,67 23,71 10 13,37 14,06 7,5 8,88 19,61 23,27
April 17,42 8,08 7,86 6,83 12,9 7,12 4,78 13,5 14,03 18,36
Mei 9,74 11,5 16,33 24 18,87 9 9,42 21,75 8,87 2,7
Juni 15,07 4 4 27,82 9,67 0 7,78 12,25 6,08 0
Juli 6,13 11,33 1 11 7,28 2,75 8 6,8 0 2,33
Agustus 17,14 0 0 1,67 1,67 16 3,86 4 0 0
September 10,28 2 0 0 1,67 0 22,07 8,33 7,2 0
Oktober 10 6,83 3,6 1,67 1 2 16 3,14 7,4 89,1
November 15,31 13,7 7,85 15,87 10,7 7 7 11,43 8,75 10,1
Desember 11,45 16 16,53 17,17 10,37 13,41 23,3 13 21,48 29,62
Sumber: Kota Tegal dalam Angka, 2011-2020
LS; 109,09 BT. Berikut ini disajikan perhitungan data arah angin dan kecepatan
angina dari stasiun meteorologi Tegal dari tahun 2006 – 2019.
Kondisi angin dapat terlihat pada windrose pada gambar di atas menunjukan
arah angin dominan adalah dari arah Selatan yaitu sebanyak 29,6%, arah
dominan kedua dari Utara sebanyak 19,6%. Kecepatan paling dominan adalah
sebesar 3.60-5.70 m/s sebanyak 42,8% dan kecepatan angin rata-rata sebesar
3,74 m/s.
bakar dan juga dari kondisi jalan yang ada. Pembakaran bahan bakar akan
menghasilkan polutan karbon dioksida, belerang dioksida, karbon monoksida,
nitrogen dioksida, oksidan dan debu. Khusus debu sumbernya juga bisa berasal dari
tanah halus yang ada di jalan, jika kecepatan alat-alat transportasi cukup tinggi
maka tanah-tanah halus di jalan akan terfluidakan sehingga terdispersi ke dalam
udara sebagai debu.
Perhitungan-perhitungan yang dilakukan dengan menghitung
jumlah polutan sesuai dengan faktor emisi bahan bakar yang digunakan
maka polutan-polutan yang berasal dari pembakaran bahan bakar seperti
belerang dioksida, nitrogen dioksida, karbon monoksida, oksidan dan debu
nilainya kecil dan jauh di bawah nilai ambang batas. Hanya parameter debu
saja sebagai partikulat yang tidak saja berasal dari hasil pembakaran bahan
bakar tetapi juga dari tanah yang terfluidisasi. Tanah yang halus dan kering
dengan adanya gesekan dengan ban atau gerakan karena angin bisa
menyebabkan tersebar atau terdispersi ke dalam atmosfer. Oleh karena itu,
potensi parameter debu yang patut diperhitungkan akan tinggi saat lalu
lintas padat.
Pengambilan sampel yang dilakukan untuk Rencana Pembangunan
Politeknik Kelautan dan Perikanan Tegal untuk mengetahui kondisi rona
lingkungan hidup. Lokasi pengambilan sampel untuk kualitas udara ambien
ini dipilih yang mewakili kondisi lingkungan saat ini sebelum adanya
rencana kegiatan. Tiga lokasi pengambilan sampel kualitas udara adalah :
lokasi Pembangunan Politeknik Kelautan dan Perikanan Tegal, Pantai Pulo
Kodok dan permukiman yang terletak di sisi selatan lokasi Pembangunan
Politeknik Kelautan dan Perikanan Tegal. Hasil pengukuran kualitas udara
ambien dapat dilihat pada Tabel III.5.
Tabel III.5. Hasil Pengukuran Kualitas Udara Ambien di Lokasi Kegiatan dan
Sekitarnya
Baku Spesifikasi
Hasil Uji
No Parameter Satuan Mutu Metode
UA-1 UA-2 UA-3
1 Sulfur Dioksida µg/Nm3 1 2 2 75 SNI 7119-7-2017
(SO2) 8 0 2
, , ,
7 1 8
2 Carbon µg/Nm3 1.032, 1.132, 1.098,4 4.000 GSP.W-LAB-
Monoksida (CO) 5 8 TL.031
3 Nitrogen µg/Nm3 2 2 2 65 SNI 7119-2-2017
Dioksida (NO2) 3 8 6
Baku Spesifikasi
Hasil Uji
No Parameter Satuan Mutu Metode
UA-1 UA-2 UA-3
, , ,
5 6 8
4 Oksidan (O3) µg/Nm3 18,9 19,6 17,8 10 SNI 7119-8-2017
5 Hidrocarbon µg/Nm3 2 2 1 160 GSP.W-LAB-
(HC) 1 0 8 TL.094
, , ,
3 3 2
6 Debu (TSP) µg/Nm3 8 8 9 230 SNI 7119-3-2017
, , ,
7 9 1
Sumber : Data Primer, 2021
Keterangan :
Baku mutu berdasarkan PP No. 22 Tahun 2021 tentang Penyelenggaraan Perlindungan dan Pengelolaan
Lingkungan Hidup, Lampiran VII tentang Baku Mutu Udara Ambien
UA-1 : Tapak Proyek
UA-2 : Permukiman Sisi Selatan Lokasi
UA-3 : Pantai Pulo Kodok
Dari 6 parameter tersebut, 3 diantaranya merupakan DPH pada
tahap konstruksi, yaitu TSP pada kegiatan pengurugan tanah dan penyiapan
lahan serta CO dan NO2 pada kegiatan pembangunan fisik.
3.1.1.5. Kebisingan
Kebisingan merupakan suatu situasi yang multidimensial yang
terkait dengan manusia. Dalam rona lingkungan hidup awal mengenai
kondisi tingkat kebisingan dimana pengertian dari kebisingan itu sendiri
adalah bunyi yang tidak diinginkan dari usaha atau kegiatan dalam tingkat
dan waktu tertentu yang dapat menimbulkan gangguan kenyamanan
maupun kesehatan bagi manusia. Kegiatan mobilisasi peralatan dan material
akan melibatkan berbagai peralatan bermesin berupa truk seperti yang
sudah dijelaskan sebelumnya, disamping suara dari tenaga manusia,
sehingga akan meningkatkan kebisingan dari lokasi tapak proyek.
Peningkatan kebisingan dapat mengganggu kenyamanan masyarakat
terdekat ke lokasi tapak proyek. Kebisingan akan berdampak lanjut
terhadap kenyamanan, kesehatan dan persepsi masyarakat.
Penentuan tingkat kebisingan hasil dari pengukuran energi bunyi
yang dinyatakan dalam satuan Desibel (dB), dimana tingkat kebisingan
sinambung (Leq) didefinisikan sebagai tingkat kebisingan dari kebisingan
yang berubah-ubah (fluktuaktif) selama waktu tertentu, yang setara dengan
tingkat kebisingan dari kebisingan yang konstan (steady) pada selang waktu
yang sama. Oleh karena itu, baku tingkat kebisingan merupakan batas
maksimal kebisingan yang diperbolehkan atau ditolerir untuk menjamin
kenyamanan dan kesehatan manusia khususnya untuk lingkungan kawasan
permukiman dan perumahan sesuai dengan rencana kegiatan.
Kondisi kebisingan yang secara fisik maupun psikologis
membahayakan adalah intensitas di atas 100 dB(A). Maka kebisingan harus
dikendalikan agar tidak menimbulkan gangguan pada lingkungan
sekitarnya. Kebisingan adalah bunyi yang tidak diinginkan dari suatu
kegiatan dalam tingkat dan waktu tertentu yang dapat menimbulkan
gangguan pada kesehatan manusia dan kenyamanan lingkungan. Tingkat
kebisingan suatu lokasi menunjukkan ukuran energi bunyi yang dinyatakan
dalam satuan desibel atau disingkat dengan notasi dB(A). Begitu juga dengan
tingkat kebisingan.
Kebisingan merupakan DPH pada tahap operasional yang
bersumber dari operasional Polteknik Kelautan dan Perikanan. Pada lokasi
rencana kegiatan belum ada kegiatan yang dapat menimbulkan tingkat
Lokasi pengambilan sampel untuk data kebisingan ini dipilih yang mewakili
kondisi lingkungan saat ini sebelum adanya rencana kegiatan. Tiga lokasi
pengambilan sampel tingkat kebisingan adalah lokasi Pembangunan Politeknik
Kelautan dan Perikanan Tegal, Pantai Pulo Kodok dan permukiman yang terletak di
sisi selatan lokasi Pembangunan Politeknik Kelautan dan Perikanan Tegal. Berikut
adalah data hasil pengukuran data primer terkait kebisingan di wilayah studi
disajikan pada Tabel III.13. berikut ini.
3.1.1.6. Getaran
Dalam rona lingkungan hidup eksisting mengenai kondisi tingkat
getaran sebagai dampak pada tahap kontruksi pada kegiatan pembangunan
fisik. Informasi rona lingkungan baku tingkat getaran sebagai gambaran
umum dimana dalam pengertiannya getaran merupakan gerak bolak-balik
secara berkala melalui suatu titik keseimbangan. Suatu benda dikatakan
bergetar bila benda itu bergerak bolak-balik secara berkala melalui titik
keseimbangan.
Terdapat dua jenis dampak getaran, yaitu dampak terhadap
kenyamanan dan kesehatan serta dampak terhadap struktur bangunan.
Pemasangan tiang pancang pada kegiatan pembangunan fisik menggunakan
hydraulic hammer sehingga dapat dikatakan tidak menimbulkan dampak
terhadap struktur bangunan yang ada di sekitarnya. Oleh karena itu, dalam
pembahasan dampak getaran hanya dikaji dampak terhadap kenyamanan
dan kesehatan.
Baku tingkat getaran berhubungan dengan tingkat kenyamanan
dan kesehatan hal ini dipengaruhi oleh tingkat harkat dan rentangan.
Besarnya tingkat getaran jika dibandingkan terhadap batas baku tingkat
getaran dimana getaran disebut melampaui baku tingkat getaran apabila
getaran pada salah satu frekuensi sudah melampaui nilai baku getaran yang
ditetapkan.
Lokasi Rencana Pembangunan Politeknik Kelautan dan Perikanan
Kota Tegal berada di Jl. Timor Timur, Kelurahan Panggung, Kecamatan Tegal
Timur, Kota Tegal, Provinsi Jawa Tengah. Di sekitar lokasi Rencana
Pembangunan Politeknik Kelautan dan Perikanan Kota Tegal merupakan
kawasan permukiman, tambak dan Pantai Pulo Kodok. Transportasi yang
ada didominasi oleh sepeda motor, mobil pribadi dan mobil pick-up
pengangkut udang. Perhitungan tingkat getaran diperlukan untuk
mengetahui kondisi tingkat getaran di lokasi wilayah studi. Data primer yang
dibutuhkan tingkat getaran.
Analisis tingkat getaran berdasarkan tingkat kenyamanan dan
kesehatan terhadap manusia berdasarkan acuan nilai yang tertuang dalam
Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor Kep-
49/MENLH/II/1996 tentang Baku Tingkat Getaran. Hasil pengukuran
tingkat getaran dikatakan melampaui baku tingkat getaran apabila getaran
pada salah satu frekuensi telah melampaui nilai baku getaran yang
ditetapkan seperti disajikan pada Tabel III.15. berikut di bawah ini.
Lokasi pengambilan sampel untuk data getaran ini dipilih yang mewakili
kondisi lingkungan saat ini sebelum adanya rencana kegiatan. Lokasi pengambilan
sampel tingkat getaran adalah lokasi permukiman terdekat, yaitu 6o50’55.96” LS -
109o9’29.74” BT dan 6o51’03.51” LS - 109o9’22.61” BT. Pada kondisi saat ini tidak
ada kegiatan yang mengakibatkan getaran dilokasi kegiatan sehingga dampak
terhadap getaran dapat dikategorikan sangat baik (skala 5) masuk dalam kategori
baik (nyaman).
Berdasarkan Peta Jenis Tanah, bahwa jenis tanah yang terdapat di wilayah
studi termasuk jenis tanah Alluvial. Jenis tanah Alluvial hidromorf mempunyai ciri-
ciri fisik warna kelabu, bertekstur liat, dan memiliki permiabilitas (water run off)
lambat. Jenis tanah ini biasanya banyak digenangi oleh air sehingga warnanya tua
kelabu sampai kehitaman. Daerah penyebarannya terdapat di berbagai ketinggian
tetapi umumnya di dataran rendah dengan daerah relative datar sampai
bergelombang. Untuk menggambarkan secara lebih komprehensif mengenai jenis
tanah pada lokasi rencana kegiatan dapat dilihat pada Peta Jenis Tanah.
3.1.1.8. Hidrologi
Kondisi hidrologi di rencana tapak kegiatan pembangunan Politeknik
Kelautan dan Perikanan Tegal merupakan kawasan ekologi dataran pantai yang
merupakan dataran pantai utara Jawa. Dataran ini dengan banyak pola penyaluran
air baik berupa drainase maupun sungai. Sungai utama yang terdapat di dekat
kawasan rencana pembangunan Politeknik Kelautan dan Perikanan Tegal
merupakan Sungai Ketiwon.
Sungai Ketiwon berada di perbatasan Kota Tegal dan Kabupaten Tegal
yang mewakili badan perairan yang menerima buangan limbah dari aktivitas
pertanian, home industry, dan permukiman padat penduduk. Sungai Ketiwon
memiliki panjang alur 54 km, debit 7–26 m³/det, dan luas DAS 190,35 km². Pada
musim hujan air sungai sangat keruh sebagai akibat tingginya kandungan sedimen
dan hasil erosi di daerah aliran sungai.
Hasil
N Baku Drainase di
Parameter Satuan Hulu Sungai Hilir Sungai
o Mutu Sisi Selatan
Ketiwon Ketiwon
Lokasi
5 BOD mg/L 3 11,9 6,0 6,0
6 COD mg/L 25 196,0 156,8 196,0
7 DO mg/L 4 5,98 5,94 1,16
Phosphat
8 mg/L 0,2 1,05 2,60 2,10
sebagai P
9 Nitrat mg/L 10 30,3 25,5 21,4
10 Cadmium mg/L 0,01 <0,006 <0,006 <0,006
11 Krom IV mg/L 0,05 <0,1 <0,1 <0,1
12 Tembaga mg/L 0,02 <0,1 <0,1 <0,1
13 Timbal mg/L 0,03 <0,118 <0,118 <0,118
14 Seng mg/L 0,05 0,019 0,007 0,002
15 Fluorida mg/L 1,5 2,04 <1,5 <1,5
16 Nitrit mg/L 0,06 0,620 1,116 1,240
17 Khlorin Bebas mg/L 0,03 0,410 21,50 15,00
KIMIA ORGANIK
18 Phenol mg/L 0,005 6,8 38,0 37,5
19 Minyak Lemak mg/L 1 1.208,8 319,1 212,8
MIKROBIOLOGI
20 Fecal Coliform Jml/100ml 1.000 34.600,0 9.600,0 14.200,0
21 Total Coliform Jml/100ml 5.000 58.000,0 29.600,0 37.400,0
Sumber : Data Primer, Hasil Uji Laboratorium, 2021
mutu air bawah tanah turun sampai ke tingkat tertentu sehingga tidak lagi sesuai
dengan peruntukannya (SNI 19-6728.1-2002).
Banyaknya parameter yang melebihi baku mutu diakibatkan karena lokasi
pengambilan sampel air permukaan merupakan titik akhir sungai (dekat laut)
sehingga menjadi tempat buangan limbah yang berasal dari Kabupaten Tegal
sampai ke Kota Tegal karena lokasi Sungai Ketiwon terletak di perbatasan Kota
Tegal dan Kabupaten Tegal. Pembuangan limbah ini meliputi aktivitas pertanian,
home industry, dan permukiman padat penduduk. Selain itu, perilaku masyarakat
sekitar lokasi studi yang melakukan pembuangan sampah dan air limbah domestik
di daerah aliran Sungai Ketiwon dan Drainase di Sisi Selatan Lokasi.
Berdasarkan hasil analisis laboratorium yang didapat dapat memberikan
gambaran bahwa di wilayah studi sekitar tapak kegiatan rencana kegiatan memiliki
kualitas air sungai yang masuk dalam kategori sangat buruk yaitu kategori skala 1
(Sangat Buruk). Oleh karena itu, data dan informasi ini nantinya digunakan oleh
pemrakarsa untuk mempertimbangkan segala aspek dari kegiatan operasional
Pembangunan Politeknik Kelautan dan Perikanan Tegal nantinya.
3.1.1.10. Transportasi
Gangguan Kelancaran Lalu Lintas
Politeknik Kelautan dan Perikanan Tegal ini adalah 9.127,14 m 2
dengan luas lantai bangunan sebesar 16.272,15 m2. Jaringan jalan yang
terkena dampak dari kegiatan pada tahap konstruksi yang berasal dari
kegiatan mobilisasi kendaraan berat dan material. Terdapat 3 buah
persimpangan yang terdampak dengan adanya mobilisasi kendaraan berat
dan material ini, yaitu:
1) Persimpangan Jalan Irian dan Jalan Pantura
Jalan Pantura merupakan jalan nasional, permukaan jalan berjenis perkerasan
aspal. Badan jalan terdiri dari 2 (dua) lajur 2 (dua) arah yang memiliki pembatas
jalan dengan lebar jalan tiap lajur adalah 3,5 meter dan lebar bahu jalan 2 meter.
Sedangkan Jalan Irian merupakan jalan lingkungan, permukaan jalan berjenis
perkerasan aspal. Badan jalan terdiri dari 1 (satu) lajur 2 (dua) arah dengan
lebar jalan tiap lajur adalah 3 meter dan lebar bahu jalan 0,5 meter.
Pengambilan sampel dilakukan di sekitar tapak proyek pada ruas jalan dan
simpang yang terdampak. Rencana lokasi pengambilan titik sampling disajikan pada
tabel berikut.
Berdasarkan hasil survei lalu lintas pada kondisi eksisting saat ini menunjukkan
tingkat pelayanan jalan di ruas Jalan Pantura berada pada tingkat pelayanan B,
dimana arus stabil, tetapi kecepatan operasi mulai dibatasi oleh kondisi lalu
lintas. Sedangkan tingkat pelayanan jalan di ruas Jalan Irian, Jalan Pulo Rote,
Jalan Pulo Rote, Jalan Timor-Timur dan Gang Pantura berada pada tingkat
pelayanan A, yaitu kondisi arus bebas dengan kecepatan tinggi, pengemudi dapat
memilih kecepatan yang diinginkan tanpa hambatan.
Kerusakan Jalan
Pengukuran terhadap kerusakan jalan mempertimbangkan kajian
kepadatan lalu lintas volume dan komposisi kendaraan, baik di bagian ruas
jalan maupun di persimpangan di sekitar jalan rencana kegiatan, kondisi
fisik jalan yaitu jumlah jalur dan lajur, lebar lajur serta lebar bahu jalan,
serta kondisi hambatan samping di sepanjang ruas jalan pengangkutan
peralatan berat dan material menuju ke lokasi tapak kegiatan. Pengumpulan
data dilakukan pada ruas jalan yang dilalui oleh kendaraan pengangkut
peralatan berat dan material, yaitu dari Jalan Irian – Jalan Pulo Rote – Jalan
Timor Timur.
Kegiatan mobilisasi kendaraan berat dan material menggunakan
kendaraan angkut dengan kapasitas dan tonase ijin (MST dn JBI) sesuai
untuk angkutan jalan kelas III. Pergerakan jalan ini memiliki beban tonase
maksimal 8 ton. Adanya kegiatan mobilisasi kendaraan berat dan material
ini secara teori tidak memberikan tingkat kerusakan jalan yang signifikan
bergantung kondisi fisik jalan yang dilintasinya serta faktor lainnya yang
mempengaruhi. Akan tetapi, pada saat pengangkutan beberapa jenis
material harus menggunakan kendaraan dengan kapasitas dan tonase ijin
(MTS dan JBI) yang melebihi kapasitas angkutan jalan kelas III. Sehingga
apabila terjadi kerusakan jalan yang diakibatkan oleh mobilisasi alat berat
dan material konstruksi maka akan menjadi tanggung jawab Sekolah Usaha
Perikanan Menengah Tegal.
Analisis terhadap kerusakan jalan adalah menghitung muatan sumbu
terberat dari kendaraan pengangkut pasir dan batu yang rawan
mengakibatkan kerusakan jalan karena tidak sesuai dengan daya dukung
jalan (tidak sesuai dengan kelas jalan). Pendekatan untuk menganalisis skala
kualitas lingkungan untuk kerusakan fasilitas jalan dari kegiatan rencana
kegiatan ini berdasarkan rasio presentasi kerusakan fasilitas jalan seperti
disajikan tabel di bawah ini.
Konversi Skala
No Interpretasi kerusakan fasilitas jalan Kualitas Keterangan
Lingkungan
Persentase nilai kerusakan (NP) dalam selang
2 Skala 4 Baik
10%-20%
Persentase nilai kerusakan (NP) dalam selang
3 Skala 3 Sedang
20%-40%
Persentase nilai kerusakan (NP) dalam selang
4 Skala 2 Buruk
40%-50%
Persentase nilai kerusakan (NP) dalam selang Sangat
5 Skala 1
>50% Buruk
Sumber : SUPM Tegal(2021); Adopsi MKJI (1997); Adopsi SNI-1732-1989-F
Mobilisasi kendaraan berat dan material akan melalui Jalan Pantura
– Jalan Irian – Jalan Pulo Rote – Jalan Timor-Timur. Berikut adalah kondisi
dan jenis struktur jalannya.
Kondisi lokasi saat ini berupa tambak, hanya sebagian kecil area
yang sudah terbangun. Luas tambak adalah 99.063 m2 dan luas bangunan
eksisting sebesar 266 m2. Sisanya seluas 2.321 m2 merupakan lahan kosong
yang ditumbuhi semak. Dalam perencaannya akan dilakukan pengurugan
tanah sehingga akan terjadi perubahan tata guna lahan yang menyebabkan
peningkatan koefisien run off.
Panggung seluas kurang lebih 3,54 Ha. Ekosistem pantai ditemukan di lokasi
kegiatan yaitu di Kelurahan Panggung tersebut. Ekosistem pantai yang
ditemukan adalah berupa tanaman yang bergerombol pada kawasan-kawasan
pesisir dan tambak pantai.
Dari sekian jenis vegetasi yang terdapat di wilayah studi, tidak ada
jenis vegetasi yang dilindungi berdasarkan Lampiran Permen LHK No.
P.106/MenLHK/Setjen/Kum.1/12/2018 tentang Jenis Tumbuhan dan Satwa
yang dilindungi. Peraturan ini merupakan perubahan kedua atas Permen LHK
No. P.20/MenLHK/Setjen/Kum.1/6/2018 Pada Tanggal 28 Desember 2018.
Selain itu, tidak terdapat spesies yang berada pada lampiran The IUCN Red List
of Threatened Species.
Keberadaan vegetasi, dalam hal ini Pohon merupakan komponen yang
penting dalam menarik perhatian burung-burung untuk berinteraksi.
B. Fauna
Di lokasi pengamatan fauna darat di lokasi dan sekitarnya, jenis fauna
darat yang dijumpai adalah:
C. Sosial Ekonomi
Data sosial ekonomi dilakukan guna menganalisis kondisi
perekonomian dan pendapatan daerah yang diolah dengan memanfaatkan data
makro yang tersedia. Sedangkan pada lingkup mikro akan dilakukan analisis
terhadap kondisi ekonomi rumah tangga penduduk yang terdiri dari pola
pendapatan dan pengeluaran rumah tangga penduduk. Pendapatan masyarakat
dibedakan menjadi pendapatan bersih dan pendapatan dari luar usaha.
Pendapatan bersih dihitung dengan cara mengurangi pendapatan kotor dengan
seluruh biaya yang dikeluarkan.
1. Ketenagakerjaan
2. Pendidikan
Berdasarkan data Monografi Kelurahan Panggung Desember 2020
penduduk menurut pendidikan bagi umur 5 tahun keatas dapat dilihat pada
Tabel III.31..
B. PENGERINGAN
C. PENGISIAN AIR
D. TREATMENT AIR
E. KULTUR PLANTON
Keluarga (KK). Akan tetapi, area yang diperkirakan akan menerima dampak
langsung maupun tidak langsung terhadap kegiatan tersebut adalah 3 (tiga)
RW, yaitu RW 9, RW 10 dan RW 13 dengan jumlah KK di ketiga RW tersebut
sebanyak 2.362 KK sehingga lokasi administrasi survei lapangan komponen
sosial, ekonomi, dan sosial budaya di RW 9, RW 10 dan RW 13.
Metode yang digunakan dalam pengambilan sampel adalah metode
purposive sampling untuk dijadikan sampel atau responden secara
keseluruhan berjumlah 125 orang responden. Jumlah responden tersebut
dirinci sebagai berikut: Petugas Kelurahan, Ketua RW, Ketua RT, Tokoh
Agama, Karang Taruna dan masyarakat yang berada di sekitar lokasi
rencana Pembangunan Politeknik Kelautan dan Perikanan Tegal untuk
dilakukan wawancara langsung dengan menggunakan kuesioner atau daftar
pertanyaan. Survei lapangan komponen sosial, ekonomi, dan sosial budaya
ini dilaksanakan pada tanggal 28-30 Juni 2021.
Distribusi Responden dapat dilihat pada tabel berikut :
D. Sosial Budaya
Kelurahan Panggung memiliki penduduk yang sebagian besar
merupakan penduduk asli, dengan sistem kekerabatan yang masih terjalin
dengan baik, sehingga rasa persatuan serta kebersamaan masih kental terasa.
Hal ini ditunjukkan dengan masih adanya kegiatan kegiatan sosial seperti
arisan, siskamling, gotong royong, upacara adat sedekah bumi dan berbagai
kegiatan berbasis agama Islam. Hal ini akan mempengaruhi keserasian sosial
dan konflik sosial dalam masyarakat. Semakin banyak persamaan sosial,
ekonomi, budaya, agama dalam suatu wilayah permukiman akan semakin
membuka peluang hubungan harmonis. Sebaliknya, semakin banyak
perbedaannya akan menjadi potensi untuk konflik sosial.
Kegiatan sosial khususnya yang berada di lokasi kegiatan yang
menyebabkan terjadinya kerumunan masyarakat biasanya kegiatan upacara
adat sedekah bumi yang diselenggarakan pada 1 suro setiap tahunnya. Lokasi
penyelenggaraan upacara adat sedekah bumi adalah di sungai kecil yang berada
di sebelah selatan lokasi kegiatan. Selain itu, kegiatan maulud nabi pada bulan
rajab dan hajatan.
Kondisi sosial ini merupakan potensi dan sumber kekuatan yang
dihasilkan oleh manusia dalam kehidupan bermasyarakat. Dalam perspektif
demikian, individu dan masyarakat tidak lagi ditempatkan sebagai kekuatan
yang berdiri sendiri dan masing-masing saling terpisah, melainkan sebagai
kekuatan kolektif yang saling menyatu secara terpadu dan sinergis.
Sumberdaya sosial pada masyarakat majemuk dapat menghasilkan
energi sosial yang mampu menggerakkan proses pertumbuhan pembangunan.
Energi sosial ini meliputi seluruh elemen sosial, potensi kreatif masyarakat,
prakarsa dan gagasan-gagasan yang berkembang di masyarakat, yang semua
bidang digalang untuk dijadikan kekuatan pembangunan. Energi sosial dapat
berasal dari kegiatan individu, dalam masyarakat, keluarga, kelompok,
himpunan, kelembagaan sosial masyarakat atau golongan masyarakat (etnis
dan agama). Meskipun energi sosial itu dapat merupakan kekuatan konstruktif
atau destruktif, karenanya amat tergantung pada sistem sosial yang
mengaturnya. Dengan sistem sosial yang kenyal dan berdaya inovasi tinggi.
Sehingga merupakan sumberdaya sosial atau modal bagi pembangunan
masyarakatnya.
1. Agama
Berdasarkan data Monografi Kelurahan Panggung Desember 2020
banyaknya pemeluk agama di Kelurahan Panggung adalah 27.356 orang
(88,79%) beragama Islam, 1.023 orang (3,32%) beragama Kristen Katholik,
935 orang (3,03%) beragama Kristen Protestan, 801 orang (2,59%)
beragama Budha dan 695 orang (2,26%) beragama Hindu. Sedangkan
jumlah tempat peribadatan adalah 22 Masjid dan 37 Musholla.
2. Bahasa
Bahasa Tegal adalah alut tutur dan sarana komunikasi yang berakar dari
entitas masyarakat Kabupaten/Kota Tegal serta sebagian masyarakat
Kabupaten Brebes dan Kabupaten Pemalang. Bahasa ini hidup dan
berkembang selama berabad-abad sebagai turunan dari Bahasa Jawa Kuno,
sebagaimana bahasa-bahasa Jawa yang lain yang berada di wilayah
Tradisi Labuhan
Tradisi Labuhan merupakan ritual melarung atau menghanyutkan sesaji
ke laut yang dilaksanakan oleh masyarakat di Kelurahan Tegalsari, Tegal.
Tradisi ini dilaksanankan setiap tahun pada tanggal satu Sura.
Masyarakat nelayan Kelurahan Tegalsari meyakini bahwa tangal satu
Sura adalah hari yang tepat untuk melakukan ritual suci. Mereka percaya
pada pergantian tahun dalam penanggalan Jawa bersamaan dengan hari
meninggalnya Ki Budug Basuh, tetapi menurut legenda, Ki Budug Basuh
kalah dalam perang merebutkan Dewi Sri kemudian kembali lai ke laut
dan kemudian menjadi penguasa laut. Hal inilah yang mendasari tiap
tahun pada tanggal satu Sura masyarakat nelayan di Kelurahan Tegalsari
menyelenggarakan Tradisi Labuhan atau sedekah laut untuk
menghormati dan memohon perlingungan dari penguasa laut. Tempat
Tradisi Labuhan tepatnya di Pelabuhan Kelurahan Tegalsari.
Kentrung
Kentrung adalah salah satu kesenian tradisional khas Tegal. Kentrung
dimainkan oleh satu orang sambil memukul kendang/terbang Jawa.
Konon, ada juga yang ditambah dengan iringan siter. Kentrung
merupakan salah satu bentuk tradisi lisan, yakni memberikan petuah dan
nasehat melalui syair-syair yang dilantunkan sambil diiringi tabuhan
terbang Jawa (kentrung). Dahulu, kentrung biasa dimainkan oleh orang-
orang tua di Tegal untuk menasehati anaknya tentang budi pekerti hidup,
sopan santun kepada orang tua, tetangga dan orang lain.
Seiring dengan perkembangan zaman, kini keberadaan Kentrung sangat
memprihatinkan, bahkan hampir punah. Dahulu, hampir di setiap
kelurahan di Kota Tegal ada Kentrung, kini pentas dan senimannya tak
lagi dijumpai. Tak ada lagi orang yang mau mempelajatinya. Generasi
muda tak lagi suka karena Kentrung dianggap kuno. Generasi muda
sekarang lebih menyukai musik pop dan musik barat.
Batik Tegalan
Kota Tegal merupakan salah satu daerah di Jawa Tengah dimana letaknya
dianggap strategi karena berada di jalur pantura dan terletak di antara
jalur Jakarta-Surabaya maupun Jakarta-Solo. Letaknya yang strategis
membuat Kota Tegal memiliki beraneka ragam budaya, baik budaya asli
maupun budaya serapan yang dibawa oleh para musafir.
Salah satu budaya yang hingga kini masih bertahan yaitu batik tulis Tegal.
Batik tulis Tegal dapat dibagi ke dalam dua macam, yakni batik kidul dan
batik lor. Batik kidul meliputi batik dukuh salam, batik pangkah, batik
tegal wangi dan batik pagianten. Sedangkan batik lor yakni meliputi batik
bengle, batik pasangan, serta batik pesisiran.
Tabel III.41. Mengganggu atau Tidaknya ISPA dari Debu pada saat
Pembangunan
a. Permukiman
Permukiman yang berada di sekitar lokasi kegiatan pembangunan Politeknik
Kelautan dan Perikanan Tegal adalah RW 10 yang terdiri dari 11 RT dan 655 KK.
b. Tambak
Tambak yang berada di sekitar lokasi kegiatan pembangunan Politeknik Kelautan
dan Perikanan Tegal adalah Tambak Busmetik.
c. Lapangan
Lapangan yang berada di sekitar dimanfaatkan warga buat bermain bola dan
main burung dara.
d. Tempat Wisata
Tempat wisata yang berada dilokasi kegiatan pembangunan Politeknik Kelautan
dan Perikanan Tegal adalah Pantai Pulo Kodok. Pantai Pulo Kodok ini di kelola
oleh Kelompok Sadar Wisata Pulo Kodok. Semua pengurus Kelompok Sadar
Wisata Pulo Kodok beralamat di RW 10 Kelurahan Panggung, Kecamatan Tegal
Timur, Kota Tegal. Susunan kepengurusan Kelompok Sadar Wisata Pulo Kodok
adalah sebagai berikut:
1) Pengawasan : Mukhotib
2) Ketua : Kasiran
3) Sekretaris : Budiyono
4) Bendara : Ety Sumarni
5) Koordinator Pariwisata dan SDM : Nino AP
6) Koordinator Keamanan : Susmoro
7) Sie Sosial dan Humas : Bowo Laksono
8) Sie Kebersihan : Muchidin dan Toniran
9) Anggota : Priyanto, Edy Purnomo, Pi’an, Rasmali,
Basiran, Andrian, Solikhin, Teguh
Susanto, Sugimasto, Darmono dan
Karyoto.
Selain itu, ada juga anggota biasa yaitu anggota yang mempunyai warung di
lokasi Pantai Pulo Kodok dan anggota luar biasa yaitu anggota di luar wilayah
yang ingin bergabung bertujuan untuk usaha dagang (PKL) di Obyek Wisata
Pantai Pulo Kodok. Jenis usaha yang berada di lokasi Pantai Pulo Kodok adalah
Tabel III.46. Jumlah Kunjungan Pantai Pulo Kodok Tahun 2019 dan 2020
Jumlah Jumlah
No Bulan Pengunjun Ket. Pengunjung Ket.
g 2019 2020