Anda di halaman 1dari 52

DESKRIPSI RONA LINGKUNGAN HIDUP RINCI

BAB III
DESKRIPSI RONA LINGKUNGAN HIDUP RINCI

3.1. Komponen Rona Lingkungan Terkena Dampak


3.1.1. Komponen Geo-Fisik-Kimia
3.1.1.1. Geografis
Secara geografis, lokasi studi berada di wilayah Kelurahan Panggung,
Kecamatan Tegal Timur, Kota Tegal. Batas-batas wilayah secara administratif di
lokasi studi ini adalah sebagai berikut:
a. Batas Utara : Laut Jawa
b. Batas Timur : Sungai Ketiwon, Desa Mejasem dan Desa Dampyak
c. Batas Selatan : Kelurahan Slerok dan Kelurahan Kejambon
d. Batas Barat : Kelurahan Mintaragen dan Kelurahan Mangkukusuman

ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN HIDUP


PEMBANGUNAN POLITEKNIK KELAUTAN DAN PERIKANAN TEGAL
Hal III-1
DESKRIPSI RONA LINGKUNGAN HIDUP RINCI

Gambar 3.1. Peta Administrasi Lokasi Kegiatan

ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN HIDUP


PEMBANGUNAN POLITEKNIK KELAUTAN DAN PERIKANAN KOTA TEGAL
Hal III-2
DESKRIPSI RONA LINGKUNGAN HIDUP RINCI

3.1.1.2. Iklim
Iklim merupakan rata-rata cuaca dalam jangka waktu tertentu dan kondisi
iklim erat kaitannya dengan udara, kelembaban, curah hujan dan durasi penyinaran
matahari. Analisis mengenai iklim sangat penting untuk dibahas kaitannya dengan
kajian Amdal ini adalah kondisi curah hujan rerata bulanan selama >10 tahun, curah
hujan sebagai input utama untuk menganalisis sebaran musim hujan dan musim
kemarau yang berkaitan dengan kegiatan konstruksi nantinya. Kondisi curah hujan
rerata bulanan selama >10 tahun untuk mengetahui rerata bulan basah dan bulan
kering selama setahun untuk penentuan pola iklim di wilayah studi. Selain itu, untuk
mengetahui persebaran dampak penurunan udara ambien melalui pendekatan arah
dan kelembaban udara khususnya di lokasi tapak proyek. Pengertian curah hujan 1
(satu) millimeter adalah dalam luasan 1 m 2 pada tempat yang datar tertampung air
setinggi 1 mm atau tertampung air sebanyak 1 (satu) liter ketinggian air hujan yang
terkumpul dalam tempat yang datar, tidak menguap, tidak meresap, dan tidak
mengalir (Aldrian E et al, 2011) Dalam kriteria presipitasi dimana curah hujan
dengan intensitas > 50 mm/hari menjadi parameter terjadinya hujan dengan
intensitas lebat, sedangkan kriteria curah hujan ekstrim memiliki curah hujan
dengan intensitas > 100 mm/hari. Sehingga intensitas hujan sangat menentukan
kelembaban kondisi tanah. Dalam penentuan pola musim di daerah penelitian,
dianalogikan dengan kriteria hujan menurut Mohr (1933) dalam Santosa (2010),
yaitu:
a. bulan basah yang dianalogikan dengan musim penghujan, apabila curah hujan >
100 mm
b. bulan lembab yang dianalogikan dengan transisi musim dari penghujan ke
kemarau atau sebaliknya, apabila curah hujan 60 hingga 100 mm, dimana
besarnya curah hujan sebanding dengan penguapan; dan
c. bulan kering yang dianalogikan dengan musim kemarau apabila curah hujan <
60 mm, dengan curah hujan lebih kecil dari pengupan. > 100 mm, dengan curah
hujan lebih besar dari penguapan.

Klasifikasi Schmidt dan Fergusson dimanfaatkan untuk menunjukkan


gambaran komponen utama iklim di wilayah studi. Nilai Q (Quotient) menunjukkan
imbangan rerata jumlah bulan kering (BK) dan rerata jumlah bulan basah (BB)
dalam kurun waktu 10 tahun di suatu wilayah dengan penentuan BK dan BB
menggunakan metode Mohr, yaitu BK (curah hujan <60 mm), sedangkan BB (curah

ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN HIDUP


PEMBANGUNAN POLITEKNIK KELAUTAN DAN PERIKANAN TEGAL
Hal III-3
DESKRIPSI RONA LINGKUNGAN HIDUP RINCI

hujan >100 mm), sedangkan untuk bulan lembab (curah hujan 60 mm-100 mm),
persamaan seperti disajikan sebagai berikut :
Jumlah rata-rata bulan kering

Jumlah rata−rata bulan kering


Q=
Jumlahrata−ratabulan basah

Berdasarkan pada nilai Q (Quotient) di atas maka Schmidt dan Ferguson


menggolongkan tipe hujan seperti disajikan pada

Tabel III.1. Klasifikasi Wilayah Berdasarkan Tipe Curah Hujan


NO GOLONGAN RENTANG NILAI Q KETERANGAN
1 Golongan A 0 ≤ Q < 0,143 Kondisi wilayah Sangat basah
2 Golongan B 0,143 ≤ Q < 0,333 Kondisi wilayah Basah
3 Golongan C 0,333 ≤ Q < 0,600 Kondisi wilayah Agak basah
4 Golongan D 0,600 ≤ Q < 1,000 Kondisi wilayah Sedang
6 Golongan E 1,000 ≤ Q < 1,670 Kondisi wilayah Agak kering
7 Golongan F 1,670 ≤ Q < 3,000 Kondisi wilayah Kering
8 Golongan G 3,000 ≤ Q < 7,000 Kondisi wilayah Sangat kering
9 Golongan H Q ≥ 7,000 Kondisi wilayah Luar biasa kering
Sumber: Schmidt dan Ferguson (1984)

Berikut tabel jumlah curah hujan bulanan selama 10 tahun di Kota Tegal
tahun 2010-2019.

ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN HIDUP


PEMBANGUNAN POLITEKNIK KELAUTAN DAN PERIKANAN TEGAL
Hal III-4
DESKRIPSI RONA LINGKUNGAN HIDUP RINCI

Tabel III.2. Data Curah Hujan Bulanan di Kota Tegal (2010-2019)


Curah Hujan (mm) Jumlah Rata-rata
Bulan 201
2010 2011 2012 2013 2015 2016 2017 2018 2019
4
Januari 260 108 336 428 450 419 234 396 83,4 492,5 3206,9 267,24
Februari 255 454 305 103 209 393 392 396 551,4 365,2 3423,6 285,3
Maret 288 205 332 130 214 225 90 151 255 372,3 2262,3 188,52
April 209 105 110 82 129 121 43 108 154,3 257,1 1318,4 109,87
Mei 185 138 98 264 151 72 113 87 53,2 8,1 1169,3 97,44
Juni 226 16 12 306 58 0 70 49 30,4 0 767,4 63,95
Juli 92 68 1 154 51 11 128 34 0 7 546 45,5
Agustus 120 0 0 5 5 48 27 4 0 0 209 17,42
September 144 4 0 0 5 0 309 50 7,2 0 519,2 43,27
Oktober 120 41 18 5 3 2 176 22 14,8 89,1 490,9 40,91
November 199 137 102 127 107 14 14 160 35 30,3 925,3 77,11
Desember 252 352 281 309 166 228 466 247 193,3 385 2879,3 239,94
Jumlah 2350 1628 1595 1913 1548 1533 2062 1704 1378 2006,6
Rata-rata 195,83 135,67 132,92 159,42 129 127,75 171,83 142 114,83 167,22
Bulan Basah 11 7 6 8 7 5 7 6 5 5 67 5,58
Bulan Kering 0 4 5 3 0 6 3 5 7 6 39 3,25
Sumber: Kota Tegal dalam Angka, 2011-2020

Maka nilai Q (Quotient) menurut Schmidt dan Ferguson adalah :


5,58
Q= = 1,72
3,25
Dari hasil perhitungan tersebut maka tipe curah hujan di lokasi kegiatan adalah Tipe Curah Hujan Golongan B yaitu kondisi wilayah
basah.

ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN HIDUP


PEMBANGUNAN POLITEKNIK KELAUTAN DAN PERIKANAN TEGAL
Hal III-5
DESKRIPSI RONA LINGKUNGAN HIDUP RINCI

Jumlah hari hujan menurut bulan selama 10 tahun di Kota Tegal tahun
2010-2019 dapat dilihat pada tabel berikut ini.

Tabel III.3. Data Hari Hujan Bulanan di Kota Tegal (2010-2019)


Hari Hujan (hari)
Bulan 201 201 201 201 201
2010 2011 2013 2016 2019
2 4 5 7 8
Januari 22 16 25 25 23 22 15 15 11 15
Februari 16 18 18 9 15 19 23 15 22 16
Maret 15 15 14 13 16 16 12 17 13 16
April 12 13 14 12 10 17 9 8 11 14
Mei 19 12 6 11 8 8 12 4 6 3
Juni 15 4 3 11 6 0 9 4 5 0
Juli 15 6 1 14 7 4 16 5 0 3
Agustus 7 0 0 3 3 3 7 1 0 0
September 14 2 0 0 3 0 14 6 1 0
Oktober 12 6 5 3 3 1 11 7 2 1
November 13 10 13 8 10 2 2 14 4 3
Desember 22 22 17 18 16 17 20 19 9 13
Rata-rata 15,17 10,33 9,67 10,58 10 9,08 12,5 9,58 7 7
Sumber: Kota Tegal dalam Angka, 2011-2020

Dari data jumlah curah hujan dan hari hujan didapatkan data curah hujan
maksimum yang disajikan pada tabel berikut ini.

Tabel III.4. Data Curah Hujan Maksimum (mm/hari) Periode Tahun 2010 –
2019 di Kota Tegal
Curah Hujan Maksimum (mm)
Bulan 201 201 201 201 201
2010 2011 2013 2016 2019
2 4 5 7 8
Januari 11,82 6,75 13,44 17,12 19,56 19,04 15,6 26,4 7,58 32,83
Februari 15,94 25,22 16,94 11,44 13,93 20,68 17,04 26,4 25,06 22,82
Maret 19,2 13,67 23,71 10 13,37 14,06 7,5 8,88 19,61 23,27
April 17,42 8,08 7,86 6,83 12,9 7,12 4,78 13,5 14,03 18,36
Mei 9,74 11,5 16,33 24 18,87 9 9,42 21,75 8,87 2,7
Juni 15,07 4 4 27,82 9,67 0 7,78 12,25 6,08 0
Juli 6,13 11,33 1 11 7,28 2,75 8 6,8 0 2,33
Agustus 17,14 0 0 1,67 1,67 16 3,86 4 0 0
September 10,28 2 0 0 1,67 0 22,07 8,33 7,2 0
Oktober 10 6,83 3,6 1,67 1 2 16 3,14 7,4 89,1
November 15,31 13,7 7,85 15,87 10,7 7 7 11,43 8,75 10,1
Desember 11,45 16 16,53 17,17 10,37 13,41 23,3 13 21,48 29,62
Sumber: Kota Tegal dalam Angka, 2011-2020

3.1.1.3. Keadaan Angin


Data arah angin dan kecepatan angin diambil dari titik Stasiun Meteorologi
Tegal dengan kondisi tinggi 3 m di atas permukaan air laut dengan koordinat 06,51

ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN HIDUP


PEMBANGUNAN POLITEKNIK KELAUTAN DAN PERIKANAN TEGAL
Hal III-6
DESKRIPSI RONA LINGKUNGAN HIDUP RINCI

LS; 109,09 BT. Berikut ini disajikan perhitungan data arah angin dan kecepatan
angina dari stasiun meteorologi Tegal dari tahun 2006 – 2019.

Gambar 3.2. Windrose Kota Tegal Tahun 2006-2019


Sumber : Stasiun Meteorologi Tegal, 2019

Kondisi angin dapat terlihat pada windrose pada gambar di atas menunjukan
arah angin dominan adalah dari arah Selatan yaitu sebanyak 29,6%, arah
dominan kedua dari Utara sebanyak 19,6%. Kecepatan paling dominan adalah
sebesar 3.60-5.70 m/s sebanyak 42,8% dan kecepatan angin rata-rata sebesar
3,74 m/s.

3.1.1.4. Kualitas Udara Ambien


Lokasi Rencana Pembangunan Politeknik Kelautan dan Perikanan
Tegal berada di Jl. Timor Timur, Kelurahan Panggung, Kecamatan Tegal
Timur, Kota Tegal, Provinsi Jawa Tengah. Di sekitar lokasi Rencana
Pembangunan Politeknik Kelautan dan Perikanan Tegal merupakan
kawasan permukiman, tambak dan Pantai Pulo Kodok. Transportasi yang
ada didominasi oleh sepeda motor, mobil pribadi, dan mobil pickup
pengangkut udang.
Polutan-polutan utama yang ada berasal dari pembakaran bahan bakar
dari kegiatan transportasi. Polutan-polutan ini berasal dari pembakaran bahan

ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN HIDUP


PEMBANGUNAN POLITEKNIK KELAUTAN DAN PERIKANAN TEGAL
Hal III-7
DESKRIPSI RONA LINGKUNGAN HIDUP RINCI

bakar dan juga dari kondisi jalan yang ada. Pembakaran bahan bakar akan
menghasilkan polutan karbon dioksida, belerang dioksida, karbon monoksida,
nitrogen dioksida, oksidan dan debu. Khusus debu sumbernya juga bisa berasal dari
tanah halus yang ada di jalan, jika kecepatan alat-alat transportasi cukup tinggi
maka tanah-tanah halus di jalan akan terfluidakan sehingga terdispersi ke dalam
udara sebagai debu.
Perhitungan-perhitungan yang dilakukan dengan menghitung
jumlah polutan sesuai dengan faktor emisi bahan bakar yang digunakan
maka polutan-polutan yang berasal dari pembakaran bahan bakar seperti
belerang dioksida, nitrogen dioksida, karbon monoksida, oksidan dan debu
nilainya kecil dan jauh di bawah nilai ambang batas. Hanya parameter debu
saja sebagai partikulat yang tidak saja berasal dari hasil pembakaran bahan
bakar tetapi juga dari tanah yang terfluidisasi. Tanah yang halus dan kering
dengan adanya gesekan dengan ban atau gerakan karena angin bisa
menyebabkan tersebar atau terdispersi ke dalam atmosfer. Oleh karena itu,
potensi parameter debu yang patut diperhitungkan akan tinggi saat lalu
lintas padat.
Pengambilan sampel yang dilakukan untuk Rencana Pembangunan
Politeknik Kelautan dan Perikanan Tegal untuk mengetahui kondisi rona
lingkungan hidup. Lokasi pengambilan sampel untuk kualitas udara ambien
ini dipilih yang mewakili kondisi lingkungan saat ini sebelum adanya
rencana kegiatan. Tiga lokasi pengambilan sampel kualitas udara adalah :
lokasi Pembangunan Politeknik Kelautan dan Perikanan Tegal, Pantai Pulo
Kodok dan permukiman yang terletak di sisi selatan lokasi Pembangunan
Politeknik Kelautan dan Perikanan Tegal. Hasil pengukuran kualitas udara
ambien dapat dilihat pada Tabel III.5.

Tabel III.5. Hasil Pengukuran Kualitas Udara Ambien di Lokasi Kegiatan dan
Sekitarnya
Baku Spesifikasi
Hasil Uji
No Parameter Satuan Mutu Metode
UA-1 UA-2 UA-3
1 Sulfur Dioksida µg/Nm3 1 2 2 75 SNI 7119-7-2017
(SO2) 8 0 2
, , ,
7 1 8
2 Carbon µg/Nm3 1.032, 1.132, 1.098,4 4.000 GSP.W-LAB-
Monoksida (CO) 5 8 TL.031
3 Nitrogen µg/Nm3 2 2 2 65 SNI 7119-2-2017
Dioksida (NO2) 3 8 6

ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN HIDUP


PEMBANGUNAN POLITEKNIK KELAUTAN DAN PERIKANAN TEGAL
Hal III-8
DESKRIPSI RONA LINGKUNGAN HIDUP RINCI

Baku Spesifikasi
Hasil Uji
No Parameter Satuan Mutu Metode
UA-1 UA-2 UA-3
, , ,
5 6 8
4 Oksidan (O3) µg/Nm3 18,9 19,6 17,8 10 SNI 7119-8-2017
5 Hidrocarbon µg/Nm3 2 2 1 160 GSP.W-LAB-
(HC) 1 0 8 TL.094
, , ,
3 3 2
6 Debu (TSP) µg/Nm3 8 8 9 230 SNI 7119-3-2017
, , ,
7 9 1
Sumber : Data Primer, 2021
Keterangan :
Baku mutu berdasarkan PP No. 22 Tahun 2021 tentang Penyelenggaraan Perlindungan dan Pengelolaan
Lingkungan Hidup, Lampiran VII tentang Baku Mutu Udara Ambien
UA-1 : Tapak Proyek
UA-2 : Permukiman Sisi Selatan Lokasi
UA-3 : Pantai Pulo Kodok
Dari 6 parameter tersebut, 3 diantaranya merupakan DPH pada
tahap konstruksi, yaitu TSP pada kegiatan pengurugan tanah dan penyiapan
lahan serta CO dan NO2 pada kegiatan pembangunan fisik.

Tabel III.6. Hasil Pengukuran Kualitas Udara yang Termasuk DPH


N Waktu Hasil Uji Baku Spesifikasi
Parameter Satuan
o Pengukuran UA-1 UA-02 UA-3 Mutu Metode
1 Debu (TSP) 24 jam µg/Nm3 8,7 8,9 9,1 230 SNI 7119-
(08:00-08:00) 3:2017
2 Carbon 8 jam µg/Nm3 1.032,5 1.132,8 1.098, 4.000 GSP.W-LAB-
Monoksida (08:00-16:00) 4 TL.031
(CO)
3 Nitrogen 24 jam µg/Nm3 23,5 28,6 26,8 65 SNI 7119-2-
Dioksida (08:00-08:00) 2017
(NO2)
Sumber : Data Primer, 2021
Keterangan :
Baku mutu berdasarkan PP No. 22 Tahun 2021 tentang Penyelenggaraan Perlindungan dan Pengelolaan
Lingkungan Hidup, Lampiran VII tentang Baku Mutu Udara Ambien
UA-1 : Tapak Proyek
UA-2 : Permukiman Sisi Selatan Lokasi
UA-3 : Pantai Pulo Kodok
Berdasarkan hasil pengukuran kualitas udara di atas nampak
bahwa parameter Debu (TSP), CO dan NO2 masih dalam kondisi yang baik
karena nilainya jauh di bawah nilai ambang batas menurut Peraturan
Pemerintah Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 2021 tentang
Penyelenggaraan Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup,
Lampiran VII tentang Baku Mutu Udara Ambien, sehingga dapat disimpulkan
kualitas lingkungan masuk Skala 5 (Baik). Namun demikian, diperlukan
analisis lanjutan dengan membandingkannya dengan Peraturan Menteri

ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN HIDUP


PEMBANGUNAN POLITEKNIK KELAUTAN DAN PERIKANAN TEGAL
Hal III-9
DESKRIPSI RONA LINGKUNGAN HIDUP RINCI

Lingkungan Hidup dan Kehutanan RI No.


P.14/MENLHK/SETJEN/KUM.1/7/2020 tentang Indeks Standar Pencemar
Udara. Batas ISPU disajikan dalam Tabel III.7. berikut ini.

Tabel III.7. Konservsi Nilai Konsentrasi Parameter ISPU


24 jam
ISPU CO, µg/Nm3 NO2, µg/Nm3
TSP, µg/Nm3
0-50 50 4000 80
51-100 150 8000 200
101-199 350 15000 1130
200-299 420 30000 2260
>300 500 45000 3000
Sumber : Permen LHK No. P.14/MENLHK/SETJEN/KUM.1/7/2020
Ket (0) : tidak ada indeks yang dapat dilaporkan pada konsentrasi rendah dengan jangka
pemaparan pendek
Persamaan yang digunakan untuk mengkonversi hasil pengukuran
parameter untuk udara ambien ke ISPU merujuk pada Peraturan Menteri
Lingkungan Hidup dan Kehutanan RI No.
P.14/MENLHK/SETJEN/KUM.1/7/2020 tentang Indeks Standar Pencemar
Udara sebagai berikut:
I a−I b
I= ( X − Xb)+ I b
X a− X b x
Keterangan:
I = ISPU terhitung
Ia = ISPU batas atas (yang melingkupi hasil pengukuran)
Ib = ISPU batas bawah (yang melingkupi hasil pengukuran)
Xa = Nilai batas atas (yang melingkupi hasil pengukuran)
Xb = Nilai batas bawah (yang melingkupi hasil pengukuran)
Xx = Hasil pengukuran
Berdasarkan pendekatan sumber dampak dan mengacu pada
persamaan yang digunakan serta acuan penetapan pada Tabel III.7. di atas
untuk perhitungan ISPU terhitung pada masing-masing titik sampel seperti
disajikan pada Tabel III.8. berikut ini.

Tabel III.8. Hasil Perhitungan ISPU Pada Masing-Masing Lokasi Pengukuran


Perhitungan ISPU
Sampel
N UA-1 UA-2 UA-3
TSP ISPU 29,35 29,45 29,55
CO ISPU 12,91 14,16 13,73
NO2 ISPU 26,46 28,58 27,83
Sumber : Permen LHK No. P.14/MENLHK/SETJEN/KUM.1/7/2020 dan SUPM, 2021
Ket : N : Notasi
UA-1 : Tapak Proyek

ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN HIDUP


PEMBANGUNAN POLITEKNIK KELAUTAN DAN PERIKANAN TEGAL
Hal III-10
DESKRIPSI RONA LINGKUNGAN HIDUP RINCI

UA-2 : Permukiman Sisi Selatan Lokasi


UA-3 : Pantai Pulo Kodok

Berdasarkan hasil uji laboratorium yang dikonversikan menjadi


standar ISPU (Indeks Standar Pencemar Udara) pada tabel diatas yang
selanjutnya besaran nilai ISPU dikonversi menjadi skala lingkungan hidup
seperti ditunjukkan pada Tabel III.9. berikut ini.

Tabel III.9. Konversi Nilai ISPU Terhitung ke Skala Kualitas Lingkungan


Rentang Pollutan Skala Kualitas
Kategori Kategori
Index Lingkungan
1-50 Baik 5 Sangat Baik
51-100 Sedang 4 Baik
101-199 Tidak Sehat 3 Sedang
201-300 Sangat Tidak Sehat 2 Buruk
>301 Berbahaya 1 Sangat Buruk
Sumber : Permen LHK No. P.14/MENLHK/SETJEN/KUM.1/7/2020 dan Modifikasi, 2021

Berdasarkan hasil konversi ISPU menjadi skala lingkungan hidup


seperti ditunjukkan pada Tabel III.10. berikut ini.

Tabel III.10. Hasil Konversi ISPU Terhitung ke dalam Skala Kualitas


Lingkungan
Skala
Paramete Lokasi ISPU Kategori
Kualitas Keterangan
r Sampling Terhitung ISPU
Lingkungan
Sangat 5 Sangat Baik
TSP UA-1 29,35
Baik
Sangat 5 Sangat Baik
TSP UA-2 29,45
Baik
Sangat 5 Sangat Baik
TSP UA-3 29,55
Baik
Sangat 5 Sangat Baik
CO UA-1 12,91
Baik
Sangat 5 Sangat Baik
CO UA-2 14,16
Baik
Sangat 5 Sangat Baik
CO UA-3 13,73
Baik
Sangat 5 Sangat Baik
NO2 UA-1 26,46
Baik
Sangat 5 Sangat Baik
NO2 UA-2 28,58
Baik
Sangat 5 Sangat Baik
NO2 UA-3 27,83
Baik
Sumber: SUPM, 2021
Mengacu pada konversi ISPU terhitung ke dalam skala kualitas
lingkungan pada Tabel III.10. maka dapat disimpulkan bahwa untuk
paramater kunci kualitas udara ambien di lokasi sampel dengan parameter
TSP, CO dan NO2 pada Skala 5.

ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN HIDUP


PEMBANGUNAN POLITEKNIK KELAUTAN DAN PERIKANAN TEGAL
Hal III-11
DESKRIPSI RONA LINGKUNGAN HIDUP RINCI

3.1.1.5. Kebisingan
Kebisingan merupakan suatu situasi yang multidimensial yang
terkait dengan manusia. Dalam rona lingkungan hidup awal mengenai
kondisi tingkat kebisingan dimana pengertian dari kebisingan itu sendiri
adalah bunyi yang tidak diinginkan dari usaha atau kegiatan dalam tingkat
dan waktu tertentu yang dapat menimbulkan gangguan kenyamanan
maupun kesehatan bagi manusia. Kegiatan mobilisasi peralatan dan material
akan melibatkan berbagai peralatan bermesin berupa truk seperti yang
sudah dijelaskan sebelumnya, disamping suara dari tenaga manusia,
sehingga akan meningkatkan kebisingan dari lokasi tapak proyek.
Peningkatan kebisingan dapat mengganggu kenyamanan masyarakat
terdekat ke lokasi tapak proyek. Kebisingan akan berdampak lanjut
terhadap kenyamanan, kesehatan dan persepsi masyarakat.
Penentuan tingkat kebisingan hasil dari pengukuran energi bunyi
yang dinyatakan dalam satuan Desibel (dB), dimana tingkat kebisingan
sinambung (Leq) didefinisikan sebagai tingkat kebisingan dari kebisingan
yang berubah-ubah (fluktuaktif) selama waktu tertentu, yang setara dengan
tingkat kebisingan dari kebisingan yang konstan (steady) pada selang waktu
yang sama. Oleh karena itu, baku tingkat kebisingan merupakan batas
maksimal kebisingan yang diperbolehkan atau ditolerir untuk menjamin
kenyamanan dan kesehatan manusia khususnya untuk lingkungan kawasan
permukiman dan perumahan sesuai dengan rencana kegiatan.
Kondisi kebisingan yang secara fisik maupun psikologis
membahayakan adalah intensitas di atas 100 dB(A). Maka kebisingan harus
dikendalikan agar tidak menimbulkan gangguan pada lingkungan
sekitarnya. Kebisingan adalah bunyi yang tidak diinginkan dari suatu
kegiatan dalam tingkat dan waktu tertentu yang dapat menimbulkan
gangguan pada kesehatan manusia dan kenyamanan lingkungan. Tingkat
kebisingan suatu lokasi menunjukkan ukuran energi bunyi yang dinyatakan
dalam satuan desibel atau disingkat dengan notasi dB(A). Begitu juga dengan
tingkat kebisingan.
Kebisingan merupakan DPH pada tahap operasional yang
bersumber dari operasional Polteknik Kelautan dan Perikanan. Pada lokasi
rencana kegiatan belum ada kegiatan yang dapat menimbulkan tingkat

ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN HIDUP


PEMBANGUNAN POLITEKNIK KELAUTAN DAN PERIKANAN TEGAL
Hal III-12
DESKRIPSI RONA LINGKUNGAN HIDUP RINCI

kebisingan yang tinggi. Sumber kebisingan dilokasi kegiatan adalah aktivitas


tambak dan aktivitas transportasi. Aktivitas tambak di lokasi kegiatan
bersumber dari suara diesel dan suara kincir sedangkan aktivitas
transportasi mengingat jalan depan lokasi kegiatan merupakan jalan utama
menuju Pantai Pulo Kodok.

Tabel III.11. Baku Tingkat Kebisingan


Leq
No Lingkungan Kegiatan/Kawasan
dB(A)
I Peruntukan Kawasan
Perumahan dan permukiman 55+3
Rekreasi dan tempat hiburan 70
II Peruntukan Lingkungan Kegiatan
Sekolah 55
Sumber: KepmenLH No.48 Tahun 1996 Tentang Baku Tingkat Kebisingan

Berdasarkan kriteria baku mutu lingkungan dapat disimpulkan bahwa


parameter tingkat kebisingan sebesar 55+3 dB(A) untuk perumahan dan
permukiman, rekreasi dan tempat hiburan 70 dB(A) dan sekolah (kampus
perguruan tinggi) sebesar 55 dB(A) dimana pada Tabel III.12. akan digunakan
sebagai pendekatan untuk mengkonversi ke dalam skala kualitas lingkungan.

Tabel III.12. Konversi Baku Tingkat Kebisingan dalam Skala Lingkungan


Interpretasi Baku Tingkat Skala Kualitas
No Kategori
Kebisingan (Dba)* Lingkungan
1 <50 Sangat Baik 5
2 50-55 Baik 4
3 56-60 Sedang 3
4 61-65 Buruk 2
5 > 65 Sangat Buruk 1
Sumber: Fandeli, 2004

Lokasi pengambilan sampel untuk data kebisingan ini dipilih yang mewakili
kondisi lingkungan saat ini sebelum adanya rencana kegiatan. Tiga lokasi
pengambilan sampel tingkat kebisingan adalah lokasi Pembangunan Politeknik
Kelautan dan Perikanan Tegal, Pantai Pulo Kodok dan permukiman yang terletak di
sisi selatan lokasi Pembangunan Politeknik Kelautan dan Perikanan Tegal. Berikut
adalah data hasil pengukuran data primer terkait kebisingan di wilayah studi
disajikan pada Tabel III.13. berikut ini.

Tabel III.13. Hasil Pengukuran Data Primer Terkait Kebisingan di Wilayah


Studi
Hasil Pengukuran dB BML*
Lokasi Lokasi Sampling (A) dB
Ls Lm Lsm (A)

ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN HIDUP


PEMBANGUNAN POLITEKNIK KELAUTAN DAN PERIKANAN TEGAL
Hal III-13
DESKRIPSI RONA LINGKUNGAN HIDUP RINCI

Lokasi (1): Lokasi Tapak Proyek 59,65 60,32 59,89 55


Pengukura
n Lokasi (2): Permukiman di sisi 48,95 56,72 53,20 55+3
Kebisingan selatan
(KB) 60,12 60,43 60,23 70
Lokasi (3): Pantai Pulo Kodok
Sumber: Data Primer, 2021.
*KepmenLH No.48 Tahun 1996 Tentang Baku Tingkat Kebisingan

Berdasarkan acuan konversi tingkat kebisingan menjadi skala kualitas


lingkungan pada tabel di atas, maka kesimpulan kualitas lingkungan tingkat
kebisingan di wilayah studi dapat konversi seperti, disajikan pada Tabel III.14.
berikut ini.

Tabel III.14. Konversi Tingkat Kebisingan menjadi Skala Lingkungan


Hasil Baku
Skala
Lokasi Lokasi Sampling Pengukura Mutu*
Lingkungan
n dB (A) dB (A)
Lokasi (1): Lokasi Tapak Proyek 59,89 55 Skala 3
(6o50’51.70” LS - 109o9’32.43” BT) (Sedang)
Pengukura
Lokasi (2): Permukiman di sisi 53,20 55+3 Skala 4
n
selatan (Baik)
Kebisingan
(6o50’54.08” LS - 109o9’32.32” BT)
(KB)
Lokasi (3): Pantai Pulo Kodok 60,23 70 Skala 3
(6o50’40.28” LS - 109o9’31.85” BT) (Sedang)
Sumber : SUPM,, 2021
Maka dapat disimpulkan bahwa kualitas lingkungan tingkat kebisingan pada
masing-masing lokasi sampling masuk dalam kategori sedang (skala 3) untuk
Lokasi (1) tapak kegiatan (59,89 dBA), kategori baik (skala 4) untuk lokasi (2)
permukiman di sisi selatan (53,20 dBA) dan kategori sedang (skala 3) untuk Lokasi
(3) Pantai Pulo Kodok (60,23 dBA) dan. Apabila dilihat perbandingan baku mutu,
tingkat kebisingan di wilayah studi masih memenuhi baku mutu.

3.1.1.6. Getaran
Dalam rona lingkungan hidup eksisting mengenai kondisi tingkat
getaran sebagai dampak pada tahap kontruksi pada kegiatan pembangunan
fisik. Informasi rona lingkungan baku tingkat getaran sebagai gambaran
umum dimana dalam pengertiannya getaran merupakan gerak bolak-balik
secara berkala melalui suatu titik keseimbangan. Suatu benda dikatakan

ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN HIDUP


PEMBANGUNAN POLITEKNIK KELAUTAN DAN PERIKANAN TEGAL
Hal III-14
DESKRIPSI RONA LINGKUNGAN HIDUP RINCI

bergetar bila benda itu bergerak bolak-balik secara berkala melalui titik
keseimbangan.
Terdapat dua jenis dampak getaran, yaitu dampak terhadap
kenyamanan dan kesehatan serta dampak terhadap struktur bangunan.
Pemasangan tiang pancang pada kegiatan pembangunan fisik menggunakan
hydraulic hammer sehingga dapat dikatakan tidak menimbulkan dampak
terhadap struktur bangunan yang ada di sekitarnya. Oleh karena itu, dalam
pembahasan dampak getaran hanya dikaji dampak terhadap kenyamanan
dan kesehatan.
Baku tingkat getaran berhubungan dengan tingkat kenyamanan
dan kesehatan hal ini dipengaruhi oleh tingkat harkat dan rentangan.
Besarnya tingkat getaran jika dibandingkan terhadap batas baku tingkat
getaran dimana getaran disebut melampaui baku tingkat getaran apabila
getaran pada salah satu frekuensi sudah melampaui nilai baku getaran yang
ditetapkan.
Lokasi Rencana Pembangunan Politeknik Kelautan dan Perikanan
Kota Tegal berada di Jl. Timor Timur, Kelurahan Panggung, Kecamatan Tegal
Timur, Kota Tegal, Provinsi Jawa Tengah. Di sekitar lokasi Rencana
Pembangunan Politeknik Kelautan dan Perikanan Kota Tegal merupakan
kawasan permukiman, tambak dan Pantai Pulo Kodok. Transportasi yang
ada didominasi oleh sepeda motor, mobil pribadi dan mobil pick-up
pengangkut udang. Perhitungan tingkat getaran diperlukan untuk
mengetahui kondisi tingkat getaran di lokasi wilayah studi. Data primer yang
dibutuhkan tingkat getaran.
Analisis tingkat getaran berdasarkan tingkat kenyamanan dan
kesehatan terhadap manusia berdasarkan acuan nilai yang tertuang dalam
Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor Kep-
49/MENLH/II/1996 tentang Baku Tingkat Getaran. Hasil pengukuran
tingkat getaran dikatakan melampaui baku tingkat getaran apabila getaran
pada salah satu frekuensi telah melampaui nilai baku getaran yang
ditetapkan seperti disajikan pada Tabel III.15. berikut di bawah ini.

Tabel III.15. Baku Tingkat Getaran untuk Kenyamanan dan Kesehatan

ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN HIDUP


PEMBANGUNAN POLITEKNIK KELAUTAN DAN PERIKANAN TEGAL
Hal III-15
DESKRIPSI RONA LINGKUNGAN HIDUP RINCI

Harkat dan rentangan dalam micron (10-6)


Frekuens Tidak
No Menyakitka Tidak Menggangg Nyama
i (Hz) Menggangg
n Nyaman u n
u
1 4 >1000 501-1000 101-500 51-100 0-50
2 5 >1000 351-1000 81-350 41-80 0-40
3 6.3 >1000 276-1000 71-275 36-70 0-35
4 8 >500 161-500 51-160 26-50 0-25
5 10 >300 121-300 37.1-120 18,6-37 0-18,5
6 12.5 >220 91-220 33-90 17-32 0-16
7 16 >120 61-120 25-60 12,6-25 0-12,5
8 20 >85 41-85 22-40 11-20 0-10
9 25 >50 31-50 17,1-30 8,6-17 0-8,5
10 31.5 >30 20,1-30 12.1-20 6,1-12 0-6
11 40 >20 15,1-20 9,1-15 4,6-9 0-4,5
12 50 >15 12,1-15 8,1-12 4,1-8 0-4
13 63 >12 9,1-12 6,1-9 3,1-6 0-3
Sumber : Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor Kep-49/MENLH/II/1996 tentang Baku
Tingkat Getaran
Dalam menentukan skala kualitas lingkungan baku tingkat getaran
dimana nilai getaran dibawah frekuensi dan harkat dan rentangan maka
tidak memberikan efek bagi kenyamanan, kerusakan fisik banguan ataupun
terhadap kesehatan manusia. Nilai tingkat getaran ini kemudian dikonversi
menjadi skala kualitas lingkungan untuk memprakirakan besarnya dampak
terhadap lingkungan hidup disekitarnya khususnya bangunan gedung dan
tenaga kerja (manusia). Penetapan konversi baku tingkat getaran seperti
disajikan pada Tabel III.16. berikut di bawah ini.

Tabel III.16. Konversi Baku Mutu Getaran dalam Skala Lingkungan


Tingkat getaran Skala Kualitas
Kategori Kategori
micron (10-6) Lingkungan
<50 Baik Sangat baik 5
51-100 Sedang Baik 4
101-500 Tidak sehat Sedang 3
501-1000 Sangat tidak sehat Buruk 2
> 1000 Berbahaya Sangat buruk 1
Sumber: Fandeli.C., 2007 dimodifikasi

Lokasi pengambilan sampel untuk data getaran ini dipilih yang mewakili
kondisi lingkungan saat ini sebelum adanya rencana kegiatan. Lokasi pengambilan
sampel tingkat getaran adalah lokasi permukiman terdekat, yaitu 6o50’55.96” LS -
109o9’29.74” BT dan 6o51’03.51” LS - 109o9’22.61” BT. Pada kondisi saat ini tidak
ada kegiatan yang mengakibatkan getaran dilokasi kegiatan sehingga dampak

ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN HIDUP


PEMBANGUNAN POLITEKNIK KELAUTAN DAN PERIKANAN TEGAL
Hal III-16
DESKRIPSI RONA LINGKUNGAN HIDUP RINCI

terhadap getaran dapat dikategorikan sangat baik (skala 5) masuk dalam kategori
baik (nyaman).

3.1.1.7. Jenis Tanah


Tekstur tanah merupakan gambaran halus atau kasarnya tanah yang
ditentukan oleh perbandingan butir-butir fraksi pasir, debu dan liat. Berdasarkan
data sekunder dari Laporan Penyelidikan Tanah di lokasi studi tahun 2020 yang
dilakukan oleh CV. Candra Swasa Prabaswara, hasil pengujian laboratorium ini
dibagi menjadi 5 bagian, serta sampel tanah yang dibawa dari lapangan ini ada yang
bersifat terganggu (disturbed sample) dan tidak terganggu (undisturbed sample).
Hasil Pengujian laboratorium dapat dilihat pada tabel berikut ini.

Tabel III.17. Hasil Analisa Volumetri - Gravimetri


Titik Kedalaman (m) Deskripsi Tanah Keterangan
BH-1 0,5 – 1,0 Lapisan Tanah Pasir Berlanau γt = 1,956 t/m3
Warna Abu-abu Kehitaman Wc = 25,11 %
Gs =2,633
2,5 – 3,0 Lapisan Tanah Pasir Berlanau γt = 1,892 t/m3
Warna Abu-abu Kehitaman Wc = 28,11 %
Gs =2,764
4,5 – 5,0 Lapisan Tanah Pasir Berlanau γt = 1,900 t/m3
Warna Abu-abu Kehitaman Wc = 28,45 %
Gs =2,762
BH-2 0,5 – 1,0 Lapisan Tanah Lanau Berpasir γt = 1,841 t/m3
Berlempung Warna Coklat Wc = 33,90 %
Gs =2,756
2,5 – 3,0 Lapisan Tanah Lanau Berpasir γt = 1,848 t/m3
Berlempung Warna Abu-abu Wc = 31,93 %
Kehitaman Gs =2,752
4,5 – 5,0 Lapisan Tanah Lanau Berpasir γt = 1,840 t/m3
Berlempung Warna Coklat Wc = 32,95 %
Gs =2,780
BH-3 0,5 – 1,0 Lapisan Tanah Lempung Berlanau γt = 1,822 t/m3
Berpasir Warna Abu-abu Wc = 28,54 %
Kecoklatan Gs =2,723
2,5 – 3,0 Lapisan Tanah Lanau Berlempung γt = 1,762 t/m3
Warna Abu-abu Kehitaman Wc = 40,21 %
Gs =2,816
4,5 – 5,0 Lapisan Tanah Lanau Berlempung γt = 1,750 t/m3
Warna Coklat Wc = 41,36 %
Gs =2,710
BH-4 0,5 – 1,0 Lapisan Tanah Lempung Berlanau γt = 1,674 t/m3
Warna Abu-abu Wc = 49,79 %
Gs =2,757
2,5 – 3,0 Lapisan Tanah Pasir Berlanau γt = 1,916 t/m3
Warna Hitam Wc = 27,26 %
Gs =2,828
4,5 – 5,0 Lapisan Tanah Pasir Berlanau γt = 1,863 t/m3

ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN HIDUP


PEMBANGUNAN POLITEKNIK KELAUTAN DAN PERIKANAN TEGAL
Hal III-17
DESKRIPSI RONA LINGKUNGAN HIDUP RINCI

Titik Kedalaman (m) Deskripsi Tanah Keterangan


Warna Hitam Wc = 32,78 %
Gs =2,732
BH-5 0,5 – 1,0 Lapisan Tanah Lempung Berlanau γt = 1,785 t/m3
Berpasir Warna Coklat Wc = 40,11 %
Gs =2,691
2,5 – 3,0 Lapisan Tanah Lanau Berlempung γt = 1,749 t/m3
Warna Abu-abu Wc = 46,37 %
Gs =2,696
4,5 – 5,0 Lapisan Tanah Lanau Berlempung γt = 1,708 t/m3
Warna Coklat Wc = 45,98 %
Gs =2,712
Sumber : Laporan Penyelidikan Tanah Lahan Politeknik KP Tegal, 2020

Tabel III.18. Hasil Analisa Strength Test


Bacaan
Titik Kedalaman (m) Test o
Ø C kg/cm2
BH-1 -1,00 Direct Shear 27,6 0,020
-3,00 Direct Shear 23,63 0,020
-5,00 Direct Shear 25,98 0,014
BH-2 -1,00 Direct Shear 25,68 0,028
-3,00 Direct Shear 23,94 0,023
-5,00 Direct Shear 20,95 0,033
BH-3 -1,00 Triaxial UU 0,9 0,075
-3,00 Vane Shear 0,0 0,053
-5,00 Vane Shear 0,0 0,060
BH-4 -1,00 Triaxial UU 0,9 0,079
-3,00 Direct Shear 19,73 0,039
-5,00 Direct Shear 20,95 0,028
BH-5 -1,00 Vane Shear 0,0 0,053
-3,00 Vane Shear 0,0 0,033
-5,00 Vane Shear 0,0 0,037
Sumber : Laporan Penyelidikan Tanah Lahan Politeknik KP Tegal, 2020

Berdasarkan Peta Jenis Tanah, bahwa jenis tanah yang terdapat di wilayah
studi termasuk jenis tanah Alluvial. Jenis tanah Alluvial hidromorf mempunyai ciri-
ciri fisik warna kelabu, bertekstur liat, dan memiliki permiabilitas (water run off)
lambat. Jenis tanah ini biasanya banyak digenangi oleh air sehingga warnanya tua
kelabu sampai kehitaman. Daerah penyebarannya terdapat di berbagai ketinggian
tetapi umumnya di dataran rendah dengan daerah relative datar sampai
bergelombang. Untuk menggambarkan secara lebih komprehensif mengenai jenis
tanah pada lokasi rencana kegiatan dapat dilihat pada Peta Jenis Tanah.

ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN HIDUP


PEMBANGUNAN POLITEKNIK KELAUTAN DAN PERIKANAN TEGAL
Hal III-18
DESKRIPSI RONA LINGKUNGAN HIDUP RINCI

Gambar 3.3. Peta Jenis Tanah di Lokasi Studi

ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN HIDUP


PEMBANGUNAN POLITEKNIK KELAUTAN DAN PERIKANAN KOTA TEGAL
Hal III-19
DESKRIPSI RONA LINGKUNGAN HIDUP RINCI

3.1.1.8. Hidrologi
Kondisi hidrologi di rencana tapak kegiatan pembangunan Politeknik
Kelautan dan Perikanan Tegal merupakan kawasan ekologi dataran pantai yang
merupakan dataran pantai utara Jawa. Dataran ini dengan banyak pola penyaluran
air baik berupa drainase maupun sungai. Sungai utama yang terdapat di dekat
kawasan rencana pembangunan Politeknik Kelautan dan Perikanan Tegal
merupakan Sungai Ketiwon.
Sungai Ketiwon berada di perbatasan Kota Tegal dan Kabupaten Tegal
yang mewakili badan perairan yang menerima buangan limbah dari aktivitas
pertanian, home industry, dan permukiman padat penduduk. Sungai Ketiwon
memiliki panjang alur 54 km, debit 7–26 m³/det, dan luas DAS 190,35 km². Pada
musim hujan air sungai sangat keruh sebagai akibat tingginya kandungan sedimen
dan hasil erosi di daerah aliran sungai.

3.1.1.9. Kualitas Air Permukaan


Air permukaan di wilayah kajian merupakan air Sungai Ketiwon. Sesuai
dengan peruntukannya Sungai Ketiwon termasuk dalam kelas II. Oleh karena itu,
baku mutu yang digunakan dalam analisis kualitas air permukaan di wilayah studi
merujuk pada Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 2021
tentang Penyelenggaraan Perlindungan, Lampiran VI tentang Baku Mutu Air
Nasional (Kelas II). Lokasi pengambilan sampel kualitas air permukaan berdasarkan
lokasi tapak kegiatan. Terdapat tiga titik sampling, yaitu Drainase di Sisi Selatan
Lokasi dengan titik koordinat 06o50’857” LS dan 109o09’651” BT, Hulu Sungai
dengan titik koordinat 06o50’887” LS dan 109o09’628” BT dan Hilir Sungai dengan
titik koordinat 06o50’949” LS dan 109o09’269” BT. Hasil uji kualitas air permukaan
di wilayah studi dapat dilihat pada tabel berikut ini.

Tabel III.19. Mutu Air Permukaan di Sekitar Tapak Kegiatan


Hasil
N Baku Drainase di
Parameter Satuan Hulu Sungai Hilir Sungai
o Mutu Sisi Selatan
Ketiwon Ketiwon
Lokasi
FISIKA
o
1 Suhu C Deviasi 3 27,8 27,7 31,0
2 TDS mg/L 1.000 3.496,0 585,0 720,0
3 TSS mg/L 50 50,0 617,5 350,0
KIMIA
4 pH - 6-9 7,94 7,96 8,24

ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN HIDUP


PEMBANGUNAN POLITEKNIK KELAUTAN DAN PERIKANAN TEGAL
Hal III-20
DESKRIPSI RONA LINGKUNGAN HIDUP RINCI

Hasil
N Baku Drainase di
Parameter Satuan Hulu Sungai Hilir Sungai
o Mutu Sisi Selatan
Ketiwon Ketiwon
Lokasi
5 BOD mg/L 3 11,9 6,0 6,0
6 COD mg/L 25 196,0 156,8 196,0
7 DO mg/L 4 5,98 5,94 1,16
Phosphat
8 mg/L 0,2 1,05 2,60 2,10
sebagai P
9 Nitrat mg/L 10 30,3 25,5 21,4
10 Cadmium mg/L 0,01 <0,006 <0,006 <0,006
11 Krom IV mg/L 0,05 <0,1 <0,1 <0,1
12 Tembaga mg/L 0,02 <0,1 <0,1 <0,1
13 Timbal mg/L 0,03 <0,118 <0,118 <0,118
14 Seng mg/L 0,05 0,019 0,007 0,002
15 Fluorida mg/L 1,5 2,04 <1,5 <1,5
16 Nitrit mg/L 0,06 0,620 1,116 1,240
17 Khlorin Bebas mg/L 0,03 0,410 21,50 15,00
KIMIA ORGANIK
18 Phenol mg/L 0,005 6,8 38,0 37,5
19 Minyak Lemak mg/L 1 1.208,8 319,1 212,8
MIKROBIOLOGI
20 Fecal Coliform Jml/100ml 1.000 34.600,0 9.600,0 14.200,0
21 Total Coliform Jml/100ml 5.000 58.000,0 29.600,0 37.400,0
Sumber : Data Primer, Hasil Uji Laboratorium, 2021

Keterangan : = melebihi standar baku mutu


Baku mutu berdasarkan PP No. 22 Tahun 2021 tentang Penyelenggaraan Perlindungan, Lampiran VI
tentang Baku Mutu Air Nasional (Kelas II)

Terdapat 21 parameter yang diujikan dalam mengetahui kualitas air badan


air di lokasi kegiatan pembangunan Politeknik Kelautan dan Perikanan Tegal. Hasil
analisis laboratorium kemudian dibandingkan dengan Peraturan Pemerintah
Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 2021 tentang Penyelenggaraan Perlindungan,
Lampiran VI tentang Baku Mutu Air Nasional (Kelas II). Berdasarkan hasil analisis
laboratorium parameter fisik berupa TDS dan TSS menghasilkan nilai yang melebihi
baku mutu kualitas air permukaan. Nilai TDS 3.496,0 mg/L melebihi standar baku
mutu pada lokasi drainase di sisi selatan lokasi. Sedangkan Nilai TSS pada lokasi
hulu dan hilir sungai ketiwon melebihi standar baku mutu yaitu berturut-turut
617,5 mg/L dan 350 mg/L. Hampir semua parameter kimia melebihi baku mutu
kecuali pH, DO, Cadmium dan Seng. Sedangkan untuk parameter kimia organik dan
mikrobiologi sudah melebihi baku mutu. Pencemaran badan air di lokasi kegiatan
ini dipengaruhi oleh kegiatan manusia atau oleh proses alami yang mengakibatkan

ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN HIDUP


PEMBANGUNAN POLITEKNIK KELAUTAN DAN PERIKANAN TEGAL
Hal III-21
DESKRIPSI RONA LINGKUNGAN HIDUP RINCI

mutu air bawah tanah turun sampai ke tingkat tertentu sehingga tidak lagi sesuai
dengan peruntukannya (SNI 19-6728.1-2002).
Banyaknya parameter yang melebihi baku mutu diakibatkan karena lokasi
pengambilan sampel air permukaan merupakan titik akhir sungai (dekat laut)
sehingga menjadi tempat buangan limbah yang berasal dari Kabupaten Tegal
sampai ke Kota Tegal karena lokasi Sungai Ketiwon terletak di perbatasan Kota
Tegal dan Kabupaten Tegal. Pembuangan limbah ini meliputi aktivitas pertanian,
home industry, dan permukiman padat penduduk. Selain itu, perilaku masyarakat
sekitar lokasi studi yang melakukan pembuangan sampah dan air limbah domestik
di daerah aliran Sungai Ketiwon dan Drainase di Sisi Selatan Lokasi.
Berdasarkan hasil analisis laboratorium yang didapat dapat memberikan
gambaran bahwa di wilayah studi sekitar tapak kegiatan rencana kegiatan memiliki
kualitas air sungai yang masuk dalam kategori sangat buruk yaitu kategori skala 1
(Sangat Buruk). Oleh karena itu, data dan informasi ini nantinya digunakan oleh
pemrakarsa untuk mempertimbangkan segala aspek dari kegiatan operasional
Pembangunan Politeknik Kelautan dan Perikanan Tegal nantinya.

3.1.1.10. Transportasi
Gangguan Kelancaran Lalu Lintas
Politeknik Kelautan dan Perikanan Tegal ini adalah 9.127,14 m 2
dengan luas lantai bangunan sebesar 16.272,15 m2. Jaringan jalan yang
terkena dampak dari kegiatan pada tahap konstruksi yang berasal dari
kegiatan mobilisasi kendaraan berat dan material. Terdapat 3 buah
persimpangan yang terdampak dengan adanya mobilisasi kendaraan berat
dan material ini, yaitu:
1) Persimpangan Jalan Irian dan Jalan Pantura
Jalan Pantura merupakan jalan nasional, permukaan jalan berjenis perkerasan
aspal. Badan jalan terdiri dari 2 (dua) lajur 2 (dua) arah yang memiliki pembatas
jalan dengan lebar jalan tiap lajur adalah 3,5 meter dan lebar bahu jalan 2 meter.
Sedangkan Jalan Irian merupakan jalan lingkungan, permukaan jalan berjenis
perkerasan aspal. Badan jalan terdiri dari 1 (satu) lajur 2 (dua) arah dengan
lebar jalan tiap lajur adalah 3 meter dan lebar bahu jalan 0,5 meter.

2) Persimpangan Jalan Pulo Rote dan Jalan Batam

ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN HIDUP


PEMBANGUNAN POLITEKNIK KELAUTAN DAN PERIKANAN TEGAL
Hal III-22
DESKRIPSI RONA LINGKUNGAN HIDUP RINCI

Jalan Pulo Rote merupakan jalan lingkungan, permukaan jalan berjenis


perkerasan aspal. Badan jalan terdiri dari 1 (satu) lajur 2 (dua) arah dengan
lebar jalan tiap lajur adalah 2,75 meter. Sedangkan Jalan Batam merupakan jalan
lingkungan, permukaan jalan berjenis perkerasan aspal. Badan jalan terdiri dari
1 (satu) lajur 2 (dua) arah dengan lebar jalan tiap lajur adalah 2 meter.

3) Persimpangan Jalan Timor Timur dan Gang Pantura


Jalan Timor-Timur merupakan jalan lingkungan, permukaan jalan berjenis
perkerasan aspal. Badan jalan terdiri dari 1 (satu) lajur 2 (dua) arah dengan
lebar jalan tiap lajur adalah 2,15 meter. Sedangkan Gang Pantura merupakan
jalan lingkungan, permukaan jalan berjenis perkerasan aspal. Badan jalan terdiri
dari 1 (satu) lajur 2 (dua) arah dengan tiap lajur adalah 1,25 meter.

Pengambilan sampel dilakukan di sekitar tapak proyek pada ruas jalan dan
simpang yang terdampak. Rencana lokasi pengambilan titik sampling disajikan pada
tabel berikut.

Tabel III.20. Lokasi Pengamatan Komponen Transportasi


Titik Pengamatan Lokasi Koordinat
o
Persimpangam Jalan Irian 6 51’34.10” BT -
Titik-1
dan Jalan Pantura 109o9’02.20” LS
Persimpangan Jalan Irian 6o51’21.39” BT -
Titik-2
dan Jalan Pulo Rote 109o9’06.75” LS
6o50’55.28” BT -
Titik-3 Jalan Timor Timur
109o9’31.92” LS

Pengumpulan data primer untuk analisis tranportasi dengan cara


melakukan survey volume lalu lintas (traffic counting) Volume lalu lintas dengan
klasifikasi jenis kendaraan diukur dengan lama pengukuran minimal 2 jam per hari
pada jam puncak yaitu pada pagi (06.00-08.00 WIB), siang (12.00-14.00 WIB)
maupun sore hari (16.00-18.00 WIB) pada simpang. Kemudian pada ruas jalan
dilakukan survey traffic counting selama 16 jam yaitu pada pukul 06.00 – 22.00 WIB.
Survey kecepatan rata-rata kendaraan (LV) sesaat dengan metode spot speed;
Survey geometrik (ukuran jalan) dan inventarisasi jalan (audit keselamatan jalan);
serta observasi langsung di lapangan.

Tabel III.21. Skala Kualitas Lingkungan untuk Kelancaran Lalu Lintas


N Rentang Nilai Kriteria Tingkat Konversi Skala
Keterangan
o V/C Pelayanan Lingkungan
1 0 ≤ V/C ≤ 0,24 Kriteria A Skala 5 Sangat Baik

ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN HIDUP


PEMBANGUNAN POLITEKNIK KELAUTAN DAN PERIKANAN TEGAL
Hal III-23
DESKRIPSI RONA LINGKUNGAN HIDUP RINCI

N Rentang Nilai Kriteria Tingkat Konversi Skala


Keterangan
o V/C Pelayanan Lingkungan
2 0,25 ≤ V/C ≤ 0,49 Kriteria B Skala 4 Baik
3 0,50 ≤ V/C ≤ 0,74 Kriteria C Skala 3 Sedang
4 0,75 ≤ V/C ≤ 8,5 Kriteria D Skala 2 Buruk
5 V/C > 0,85 Kriteria E dan F Skala 1 Sangat Buruk
Sumber : diadopsi Peraturan Menteri Perhubungan No. KM 14 Tahun 2006

Berdasarkan hasil survei lalu lintas pada kondisi eksisting saat ini menunjukkan
tingkat pelayanan jalan di ruas Jalan Pantura berada pada tingkat pelayanan B,
dimana arus stabil, tetapi kecepatan operasi mulai dibatasi oleh kondisi lalu
lintas. Sedangkan tingkat pelayanan jalan di ruas Jalan Irian, Jalan Pulo Rote,
Jalan Pulo Rote, Jalan Timor-Timur dan Gang Pantura berada pada tingkat
pelayanan A, yaitu kondisi arus bebas dengan kecepatan tinggi, pengemudi dapat
memilih kecepatan yang diinginkan tanpa hambatan.

Tabel III.22. Arus Lalu Lintas di Masing-Masing Ruas Jalan


No Nama Jalan MC LV HV Smp/jam
1 Jalan Pantura 3.109 493 416 1.811,05
2 Jalan Irian 251 15 1 79,05
3 Jalan Pulo Rote 194 4 0 52,50
4 Jalan Timor-Timur 207 15 2 69,35
5 Jalan Batam 143 2 0 37,75
6 Gang Pantura 11 1 0 3,75
Sumber : Data Primer, 2021

Tabel III.23. Analisis Kinerja Ruas Jalan


Tipe Lebar Kondisi Eksisting (2020) LoS
No Nama Jalan
Jalan Lajur (m) Volume Kapasitas VCR
1 1.865,3
Jalan Pantura 4/2 D B
3,50 8 6.402,00 0,291
2 Jalan Irian 2/2 UD 3,00 81,42 2.295,93 0,035 A
3 Jalan Pulo Rote 2/2 UD 2,75 52,50 2.346,39 0,022 A
4 Jalan Batam 2/2 UD 2,15 69,35 1.510,32 0,046 A
5 Jalan Timor-Timur 2/2 UD 2,00 37,75 1.510,32 0,025 A
6 Gang Pantura 2/2 UD 1,25 3,75 1.510,32 0,002 A
Sumber : SUPM Tegal, 2021
Skala/Kualitas Lingkungan untuk Tingkat Pelayanan Jalan sebelum
adanya kegiatan operasional Polteknik Kelautan dan Perikanan Tegal adalah
skala 4 (baik) untuk Jalan Pantura sedangkan jalan lainnya skala 5 (sangat
baik).

ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN HIDUP


PEMBANGUNAN POLITEKNIK KELAUTAN DAN PERIKANAN TEGAL
Hal III-24
DESKRIPSI RONA LINGKUNGAN HIDUP RINCI

Kerusakan Jalan
Pengukuran terhadap kerusakan jalan mempertimbangkan kajian
kepadatan lalu lintas volume dan komposisi kendaraan, baik di bagian ruas
jalan maupun di persimpangan di sekitar jalan rencana kegiatan, kondisi
fisik jalan yaitu jumlah jalur dan lajur, lebar lajur serta lebar bahu jalan,
serta kondisi hambatan samping di sepanjang ruas jalan pengangkutan
peralatan berat dan material menuju ke lokasi tapak kegiatan. Pengumpulan
data dilakukan pada ruas jalan yang dilalui oleh kendaraan pengangkut
peralatan berat dan material, yaitu dari Jalan Irian – Jalan Pulo Rote – Jalan
Timor Timur.
Kegiatan mobilisasi kendaraan berat dan material menggunakan
kendaraan angkut dengan kapasitas dan tonase ijin (MST dn JBI) sesuai
untuk angkutan jalan kelas III. Pergerakan jalan ini memiliki beban tonase
maksimal 8 ton. Adanya kegiatan mobilisasi kendaraan berat dan material
ini secara teori tidak memberikan tingkat kerusakan jalan yang signifikan
bergantung kondisi fisik jalan yang dilintasinya serta faktor lainnya yang
mempengaruhi. Akan tetapi, pada saat pengangkutan beberapa jenis
material harus menggunakan kendaraan dengan kapasitas dan tonase ijin
(MTS dan JBI) yang melebihi kapasitas angkutan jalan kelas III. Sehingga
apabila terjadi kerusakan jalan yang diakibatkan oleh mobilisasi alat berat
dan material konstruksi maka akan menjadi tanggung jawab Sekolah Usaha
Perikanan Menengah Tegal.
Analisis terhadap kerusakan jalan adalah menghitung muatan sumbu
terberat dari kendaraan pengangkut pasir dan batu yang rawan
mengakibatkan kerusakan jalan karena tidak sesuai dengan daya dukung
jalan (tidak sesuai dengan kelas jalan). Pendekatan untuk menganalisis skala
kualitas lingkungan untuk kerusakan fasilitas jalan dari kegiatan rencana
kegiatan ini berdasarkan rasio presentasi kerusakan fasilitas jalan seperti
disajikan tabel di bawah ini.

Tabel III.24. Kriteria Kualitas Lingkungan untuk Kerusakan Fasilitas Jalan


Konversi Skala
No Interpretasi kerusakan fasilitas jalan Kualitas Keterangan
Lingkungan
Persentase nilai kerusakan (NP) dalam selang
1 Skala 5 Sangat Baik
0%-10%

ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN HIDUP


PEMBANGUNAN POLITEKNIK KELAUTAN DAN PERIKANAN TEGAL
Hal III-25
DESKRIPSI RONA LINGKUNGAN HIDUP RINCI

Konversi Skala
No Interpretasi kerusakan fasilitas jalan Kualitas Keterangan
Lingkungan
Persentase nilai kerusakan (NP) dalam selang
2 Skala 4 Baik
10%-20%
Persentase nilai kerusakan (NP) dalam selang
3 Skala 3 Sedang
20%-40%
Persentase nilai kerusakan (NP) dalam selang
4 Skala 2 Buruk
40%-50%
Persentase nilai kerusakan (NP) dalam selang Sangat
5 Skala 1
>50% Buruk
Sumber : SUPM Tegal(2021); Adopsi MKJI (1997); Adopsi SNI-1732-1989-F
Mobilisasi kendaraan berat dan material akan melalui Jalan Pantura
– Jalan Irian – Jalan Pulo Rote – Jalan Timor-Timur. Berikut adalah kondisi
dan jenis struktur jalannya.

Tabel III.25. Kondisi dan Jenis Struktur Jalan


No Panjang
Nama Jalan Kondisi Jalan Jenis Struktur Jalan
. Jalan (m)
1. Jalan Irian 400 Baik Aspal
2. Jalan Pulo Rote 800 Baik Aspal
3. Jalan Timor 700 Sedikit rusak 1 lajur jalan aspal, 1
Timur lajur beton
Sumber : Survei Lapangan, 2021
Saat ini sudah terdapat kerusakan di beberapa ruas jalan. Berikut
adalah data kerusakakan jalan pada kondisi eksisting.

Tabel III.26. Data Kerusakan Jalan pada Kondisi Eksisting


No
Nama Jalan Luas Kerusakan Jalan, m2
.
1 Jalan Pulo Rote 495
2 Jalan Timor-Timur 1.240
Total 1.735
Sumber : Survei Lapangan, 2021
Total luas jalan dari Jalan Irian – Jalan Pulo Rote – Jalan Timor-Timur
adalah 9.350 m2. Sehingga didapat nilai prosentase kerusakan (Np) sebesar
18,56%. Skala/Kualitas Lingkungan untuk Kerusakan Fasilitas Jalan sebelum
adanya kegiatan operasional Polteknik Kelautan dan Perikanan Tegal adalah
skala 4 (baik).

3.1.1.11. Tata Guna Lahan

ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN HIDUP


PEMBANGUNAN POLITEKNIK KELAUTAN DAN PERIKANAN TEGAL
Hal III-26
DESKRIPSI RONA LINGKUNGAN HIDUP RINCI

Kondisi lokasi saat ini berupa tambak, hanya sebagian kecil area
yang sudah terbangun. Luas tambak adalah 99.063 m2 dan luas bangunan
eksisting sebesar 266 m2. Sisanya seluas 2.321 m2 merupakan lahan kosong
yang ditumbuhi semak. Dalam perencaannya akan dilakukan pengurugan
tanah sehingga akan terjadi perubahan tata guna lahan yang menyebabkan
peningkatan koefisien run off.

3.1.2. Komponen Biologi


A. Flora Darat
Tumbuhan yang tumbuh secara alami dan yang ditanam masyarakat di
Kelurahan Panggung Kecamatan Tegal Timur boleh dikatakan sangat beragam.
Beberapa jenis flora yang terdapat di sekitar lokasi adalah sebagai berikut:

Tabel III.27. Jenis Flora Darat di Lokasi Kegiatan dan Sekitarnya


No Nama Daerah / Lokal Nama Ilmiah
1 Bakau Rhizophora mucronata
2 Cemara Laut Casuarina equisetifolia
3 Api - api Avicennia sp.
4 Putut Bruguiera gymnorrhiza
5 Mangga Mangivera indica
6 Kelapa Cocos mucifera
7 Mahoni Swietenismacrophylla
8 Waru Hibiscus tiliaceus
9 Pisang Musa paradisiaca
10 Alang-alang Laperata Cylindrica
11 Rumput balungan Panicum repens
12 Rumput teki Cyperus potundus
13 Putri malu Minosa Pudica
14 Rumput embun polytria amaura
15 Rumput jarum Andropogan Aciculatus
16 Ketapang Terminallia catapa
17 Teh-tehan Cammedia Japoniva
18 Kangkung Ipomoea aquatica
19 Krema Alternanthera sessilis
20 Kerokot Portulaca Oleracea L.
21 Bayam duri Amaranthus spinosus
Sumber: Data Primer, 2021
Menurut KLH Kota Tegal (2016), Kecamatan Tegal Timur merupakan
salah satu lokasi kawasan lindungn pantai berhutan bakau yang merupakan
habitat alami hutan bakau (mangrove) untuk memberikan perlindungan bagi
kehidupan pantai dan lautan. Hutan mangrove yang berada di Kelurahan

ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN HIDUP


PEMBANGUNAN POLITEKNIK KELAUTAN DAN PERIKANAN TEGAL
Hal III-27
DESKRIPSI RONA LINGKUNGAN HIDUP RINCI

Panggung seluas kurang lebih 3,54 Ha. Ekosistem pantai ditemukan di lokasi
kegiatan yaitu di Kelurahan Panggung tersebut. Ekosistem pantai yang
ditemukan adalah berupa tanaman yang bergerombol pada kawasan-kawasan
pesisir dan tambak pantai.

(Sumber: Dokumentasi, 2021)


Gambar 3.4. Rhizophora sp. yang Ditemukan Dilokasi Kegiatan

Dari sekian jenis vegetasi yang terdapat di wilayah studi, tidak ada
jenis vegetasi yang dilindungi berdasarkan Lampiran Permen LHK No.
P.106/MenLHK/Setjen/Kum.1/12/2018 tentang Jenis Tumbuhan dan Satwa
yang dilindungi. Peraturan ini merupakan perubahan kedua atas Permen LHK
No. P.20/MenLHK/Setjen/Kum.1/6/2018 Pada Tanggal 28 Desember 2018.
Selain itu, tidak terdapat spesies yang berada pada lampiran The IUCN Red List
of Threatened Species.
Keberadaan vegetasi, dalam hal ini Pohon merupakan komponen yang
penting dalam menarik perhatian burung-burung untuk berinteraksi.

B. Fauna
Di lokasi pengamatan fauna darat di lokasi dan sekitarnya, jenis fauna
darat yang dijumpai adalah:

Tabel III.28. Jenis Fauna Darat di Lokasi Kegiatan dan Sekitarnya


No Nama Daerah / Lokal Nama Ilmiah
1 Burung Gereja Passer domesticus
2 Burung Pipit Lonchura leucogastroides
3 Tikus Rattus Sp
4 Walang sangit Leptacorisa acuta
5 Kupu-kupu Lepidoptera Sp
6 Kumbang Coleoptera
7 Capung Hymenoptera
8 Katak Rana limnocharis

ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN HIDUP


PEMBANGUNAN POLITEKNIK KELAUTAN DAN PERIKANAN TEGAL
Hal III-28
DESKRIPSI RONA LINGKUNGAN HIDUP RINCI

No Nama Daerah / Lokal Nama Ilmiah


9 Bekicot Achantina fulica
10 Belalang Orthoptera
11 Semut Formicidae
12 Kadal Maobouya multifaciata
13 Kodok Bufo melanotictus
14 Lalat Diptera Sp
15 Nyamuk Redes Sp
16 Lebah & Tawon Hymenopters Sp
17 Cacing Lumbricus terrestris
18 Lintah Hirudo medicinalis
19 Jangkrik Gryllus sp
Sumber: Data Primer, 2021
Dari sekian jenis satwa yang terdapat di wilayah studi, tidak ada
jenis satwa yang dilindungi berdasarkan Lampiran Permen LHK No.
P.106/MenLHK/Setjen/Kum.1/12/2018 tentang Jenis Tumbuhan dan Satwa
yang dilindungi. Peraturan ini merupakan perubahan kedua atas Permen
LHK No. P.20/MenLHK/Setjen/Kum.1/6/2018 Pada Tanggal 28 Desember
2018. Selain itu tidak terdapat spesies yang berada pada lampiran The IUCN
Red List of Threatened Species. Kondisi satwa atau fauna di lokasi rencana
pengembangan/tapak proyek tergolong beragam. Selain itu, seluruh kelas
fauna tidak dijumpai spesies untuk kepentingan ekonomi masyarakat,
kepentingan ilmu dan scientific.

3.1.3. Komponen Sosial, Ekonomi dan Budaya


A. Demografi dan Kependudukan
Kota Tegal terdiri atas 4 wilayah kecamatan yaitu Kecamatan Tegal Selatan,
Kecamatan Tegal Timur, Kecamatan Tegal Barat serta Kecamatan Margadana
dengan jumlah kelurahan sebanyak 27 kelurahan. Sedangkan lokasi kegiatan
pembangunan Politeknik Kelautan dan Perikanan Tegal berada di Kelurahan
Panggung. Kelurahan Panggung merupakan salah satu kelurahan yang ada di
Kecamatan Tegal Timur, Kota Tegal. Berdasarkan data Kecamatan Tegal Timur
dalam Angka Tahun 2020 luas wilayah Kelurahan Panggung adalah 2,20 km 2
atau 34,87% dari luas Kecamatan Tegal Timur. Kelurahan Panggung terdiri dari
14 Rukun Warga (RW) dan 140 Rukun Tetangga (RT) dengan jumlah Kepala
Keluarga sebanyak 9.926 KK.

ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN HIDUP


PEMBANGUNAN POLITEKNIK KELAUTAN DAN PERIKANAN TEGAL
Hal III-29
DESKRIPSI RONA LINGKUNGAN HIDUP RINCI

B. Jumlah dan Tingkat Kepadatan Penduduk


Jumlah penduduk Kelurahan Panggung berdasarkan data Monografi Kelurahan
Panggung Desember 2020 mencapai 30.810 jiwa dengan komposisi penduduk
laki-laki berjumlah 15.267 jiwa (49,55%) dan perempuan 15.543 jiwa
(50,45%). Dilihat dari kelompok umur jumlah penduduk terbanyak pada usia
50 – 59 tahun sebanyak 5.641 jiwa, untuk lebih jelaskan dapat dilihat pada
Tabel III.29.. Tingkat kepadatan penduduk Kelurahan Panggung adalah 14.004
penduduk/km2.

Tabel III.29. Penduduk/Kelurahan dalam Kelompok Umur dan Jenis


Kelamin di Kelurahan Panggung Bulan Desember 2020
Kelompok Jenis Kelamin
No. Kategori Jumlah
Umur Laki-Laki Perempuan
1 Usia 0–4 1.5 1.69 3
Sekolah 39 6 .
2
3
5
2 5–9 80 1.04 1
6 2 .
8
4
8
3 10 – 14 95 1.42 2
1 5 .
3
7
6
Jumlah 3.2 4.16 7
96 3 .
4
5
9
4 Usia Kerja 15 – 19 1.2 1.22 2
03 8 .
4
3
1
5 20 – 24 1.2 1.29 2
14 9 .
5
1
3
6 25 – 29 1.2 1.25 2
35 5 .
4
9
0
7 30 – 39 1.7 1.94 3
08 3 .

ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN HIDUP


PEMBANGUNAN POLITEKNIK KELAUTAN DAN PERIKANAN TEGAL
Hal III-30
DESKRIPSI RONA LINGKUNGAN HIDUP RINCI

Kelompok Jenis Kelamin


No. Kategori Jumlah
Umur Laki-Laki Perempuan
6
5
1
8 40 – 49 2.5 2.25 4
34 5 .
7
5
8
9 50 – 59 3.2 2.38 5
57 4 .
6
4
1
Jumlah 11. 10.3 2
15 64 1
1 .
4
8
4
10 Usia Tua 60+ 82 1.04 1
0 7 .
8
6
7
Jumlah 82 1.04 1
0 7 .
8
6
7
Jumlah Keseluruhan 15. 15.5 3
26 43 0
7 .
8
1
0
Sumber: Data Monografi Kelurahan Panggung Bulan Desember, 2020

C. Sosial Ekonomi
Data sosial ekonomi dilakukan guna menganalisis kondisi
perekonomian dan pendapatan daerah yang diolah dengan memanfaatkan data
makro yang tersedia. Sedangkan pada lingkup mikro akan dilakukan analisis
terhadap kondisi ekonomi rumah tangga penduduk yang terdiri dari pola
pendapatan dan pengeluaran rumah tangga penduduk. Pendapatan masyarakat
dibedakan menjadi pendapatan bersih dan pendapatan dari luar usaha.
Pendapatan bersih dihitung dengan cara mengurangi pendapatan kotor dengan
seluruh biaya yang dikeluarkan.
1. Ketenagakerjaan

ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN HIDUP


PEMBANGUNAN POLITEKNIK KELAUTAN DAN PERIKANAN TEGAL
Hal III-31
DESKRIPSI RONA LINGKUNGAN HIDUP RINCI

Mata pencaharian penduduk di lokasi kegiatan bagi umur 10 tahun


keatas Kelurahan Panggung berdasarkan data Monografi Kelurahan
Panggung Desember 2020 dapat dilihat pada Tabel III.30..

Tabel III.30. Mata Pencaharian Penduduk Bagi Umur 10 Tahun Keatas


di Kelurahan Panggung Bulan Desember 2020
No. Mata Pencaharian Jumlah (orang) Persentase (%)
1 Petani 34 0,14
2 Buruh Tani 458 1,90
3 Nelayan 949 3,95
4 Pengusaha 61 0,25
Buruh Industri 2.57
5
2 10,69
Buruh Bangunan 2.35
6
6 9,79
Pedagang 1.22
7
7 5,10
8 Pengangkutan 678 2,82
PNS/ABRI 1.26
9
5 5,26
10 Pensiunan 962 4
Lain-lain 13.4
11
88 56,08
Jumlah 24.0
50 100
Sumber: Data Monografi Kelurahan Panggung Bulan Desember, 2020

2. Pendidikan
Berdasarkan data Monografi Kelurahan Panggung Desember 2020
penduduk menurut pendidikan bagi umur 5 tahun keatas dapat dilihat pada
Tabel III.31..

Tabel III.31. Penduduk menurut Pendidikan Bagi Umur 5 Tahun


Keatas di Kelurahan Panggung Bulan Desember 2020
No. Pendidikan Jumlah Persentase (%)
Belum Tamat SD 2.60
1
2 9,44
Tidak Tamat SD 3.45
2
7 12,54
Tamatan SD 4.73
3
2 17,16
Tamatan SLTP 6.36
4
5 23,08
Tamatan SLTA 6.10
5
1 22,12
Akademi/Perguruan Tinggi 4.31 15,66
6
8
Jumlah 27.5 100

ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN HIDUP


PEMBANGUNAN POLITEKNIK KELAUTAN DAN PERIKANAN TEGAL
Hal III-32
DESKRIPSI RONA LINGKUNGAN HIDUP RINCI

No. Pendidikan Jumlah Persentase (%)


75
Sumber: Data Monografi Kelurahan Panggung Bulan Desember, 2020

3. Potensi Ekonomi di Lokasi Kegiatan


Di lokasi kegiatan mayoritas adalah tambak, dimana tambak ini
dimanfaatkan untuk busmetik. Busmetik merupakan pengembangan
teknologi budidaya udang, yang saat ini dijadikan media pembelajaran untuk
mencetak peserta didik yang terampil dalam budidaya udang. Keuntungan
dari teknologi Busmetik, antara lain biaya murah sehingga terjangkau oleh
petambak kecil dan menegah. Pengolahan tambak pun menjadi lebih mudah
karena luasan petak menjadi lebih kecil dibandingkan tambak
ekstensif/tradisional.
Teknologi Busmetik sangat cocok untuk budidaya udang vannamei
(Litopeneus vannamei) karena udang vannamei dapat dipelihara dalam
kepadatan tinggi, di atas 100 ekor/m 3. Selain itu, udang vannamei memiliki
pertumbuhan lebih cepat, lebih tahan terhadap penyakit, dan memiliki
segmen pasar yang fleksibel.
Tambak busmetik yang berada dilokasi dikelola oleh pihak SUPM Tegal.
Penangung jawab tambak saat ini adalah Agung Widodo, S.Pi sebagai Teknisi
Sarpras/Pengelola Instansi Tambak dan Kelas Lapang TBP. Diagram alir
proses persiapan tambak busmetik di lokasi kegiatan adalah sebagai berikut.

PERSIAPAN TAMBAK BUSMETIK


A. PENCUCIAN PLASTIK

B. PENGERINGAN
C. PENGISIAN AIR

D. TREATMENT AIR
E. KULTUR PLANTON

Sumber : SUPM Tegal, 2021

Gambar 3.5. Diagram Alir Persiapan Tambak Busmetik

ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN HIDUP


PEMBANGUNAN POLITEKNIK KELAUTAN DAN PERIKANAN TEGAL
Hal III-33
DESKRIPSI RONA LINGKUNGAN HIDUP RINCI

Prosedur persiapan tambak busmetik di lokasi kegiatan adalah :


1) Melakukan pencucian plastik/wadah terlebih dahulu hal ini bertujuan
untuk melepaskan organisme yang menempel pada bagian permukaan
dinding tambak. Waktu pembersihan dilakukan pada siang hari atau pada
saat cuaca cerah, dimana kondisi plastik benar-benar kering sehingga
organisme dan partikel yang menempel di dinding tambak mudah
dilepas. Kemudian dibilas dengan menggunakan air bersih, seluruh
kotoran yang terkumpul dikeluarkan dari dalam tambak pemeliharaan.
2) Proses pengeringan wadah umumnya dilakukan selama kurang lebih 1
bulan. Lama dari proses pengeringan tergantung oleh cuaca dan dasar
tanah. Tujuan dari pengeringan ini adalah untuk mempercepat
penguapan gas-gas beracun, mempercepat proses penguraian
(decomposition) bahan-bahan organik dan memberantas hama dan
penyakit.
3) Pengisian media pemeliharaan dilakukan menggunakan pompa, air yang
digunakan adalah air yang sudah diendapkan kurang lebih 3-7 hari
dipetakan tandon, sehingga partikel terlarut sudah mengendap didasar
tandon dan tidak ikut masuk ke petakan tambak yang akan diisi air.
Tandon air ini di buat tiga petak, yang pertama di gunakan untuk proses
pengendapan, kedua sebagai tempat pemberian desinfektan yang
ditambah dengan pemberian kincir air (padlle wheel) dan yang ketiga
sebagai tempat budidaya udang.
4) Pada treatment air dilakukan proses sterilisasi air atau media
pemeliharaan bertujuan untuk membunuh segala macam organisme yang
bersifat hama dan pathogen yang dapat mengganggu dalam kegiatan
budidaya. Sterilisasi air media pemeliharaan dilakukan langsung pada
wadah pemeliharaan udang dengan menggunakan teknis kosentrasi 60%
dengan dosis 50 hingga 60 mg/l yang ditebarkan secara merata. Bahan
kimia yang digunakan sebagai bahan pencegah atau sterilisasi untuk
membunuh penyakit adalah chlorin. Dengan kandungan 60% kalsium
hipoklorit dan 40% zat kimia lain. Proses sterilisasi berlangsung selama
3–4 hari dan selama sterilisasi kincir tetap beroperasi. Pada hari ketiga
dilakukan pengujian kandungan chlorin dengan menggunakan chlorin
test. Tahapan selanjutnya setelah air pemeliharaan steril dan netral

ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN HIDUP


PEMBANGUNAN POLITEKNIK KELAUTAN DAN PERIKANAN TEGAL
Hal III-34
DESKRIPSI RONA LINGKUNGAN HIDUP RINCI

adalah pemberian probiotik awal. Pemberian probiotik ini dilakukan 3–7


hari sebelum penebaran benur dilakukan.
5) Penebaran benur udang vannamei dilakukan setelah petakan tambak siap
untuk pemeliharaan. Waktu penebaran dilakukan pada pagi hari sebelum
jam 08.00 atau pada malam hari atau saat suhu lingkungan rendah
dikarenakan pada waktu tersebut kondisi fluktuasi suhu tidak menyolok,
parameter air yang lain seperti pH, salinitas tidak banyak berubah.

Hasil panen udang vannamei yang dihasilkan di lokasi kegiatan pada


tahun 2020 adalah sebagai berikut:
1) Siklus 1 Pada bulan Mei 2020 = 6.957 kg
2) Siklus II pada bulan Oktober 2020 = 4.609 kg

Gambar 3.6. Lokasi Tambak Busmetik di Lokasi Kegiatan

4. Gambaran Hasil Survei Lapangan/Primer Bidang Sosial Ekonomi


Kegiatan survei lapangan sosial ekonomi yang dilakukan untuk
mendapatkan respon dan tanggapan awal dari masyarakat/responden
terhadap rencana Pembangunan Politeknik Kelautan dan Perikanan Tegal.
Area studi komponen sosial, ekonomi, dan sosial budaya adalah di wilayah
Administrasi Kelurahan Panggung. Unit analisis dalam studi ini adalah
kelurahan sebagai wilayah administrasi terkecil, sedang pendekatan kajian
dilakukan dengan teknik area purposive sampling baik untuk menetapan
area yang kemungkinan terkena dampak maupun penentuan jumlah
responden sebagai elemen analisis yang akan terkena risiko dampak.
Berdasarkan Data Monografi Kelurahan Panggung Tahun 2020,
Kelurahan Panggung terdiri dari 14 Rukun Warga (RW) dan 140 Rukun
Tetangga (RT) dengan jumlah Kepala Keluarga sebanyak 9.926 Kepala

ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN HIDUP


PEMBANGUNAN POLITEKNIK KELAUTAN DAN PERIKANAN TEGAL
Hal III-35
DESKRIPSI RONA LINGKUNGAN HIDUP RINCI

Keluarga (KK). Akan tetapi, area yang diperkirakan akan menerima dampak
langsung maupun tidak langsung terhadap kegiatan tersebut adalah 3 (tiga)
RW, yaitu RW 9, RW 10 dan RW 13 dengan jumlah KK di ketiga RW tersebut
sebanyak 2.362 KK sehingga lokasi administrasi survei lapangan komponen
sosial, ekonomi, dan sosial budaya di RW 9, RW 10 dan RW 13.
Metode yang digunakan dalam pengambilan sampel adalah metode
purposive sampling untuk dijadikan sampel atau responden secara
keseluruhan berjumlah 125 orang responden. Jumlah responden tersebut
dirinci sebagai berikut: Petugas Kelurahan, Ketua RW, Ketua RT, Tokoh
Agama, Karang Taruna dan masyarakat yang berada di sekitar lokasi
rencana Pembangunan Politeknik Kelautan dan Perikanan Tegal untuk
dilakukan wawancara langsung dengan menggunakan kuesioner atau daftar
pertanyaan. Survei lapangan komponen sosial, ekonomi, dan sosial budaya
ini dilaksanakan pada tanggal 28-30 Juni 2021.
Distribusi Responden dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel III.32. Distribusi Responden Menurut Jenis Pekerjaan dan Status


Sosial
No. Distribusi Responden Jumlah
1 Aparat Kelurahan 1
Informal Leader (tokoh masy, agama, ketua RT /
2 37
RW dsb)
3 Masyarakat Biasa 87
Jumlah 125
Sumber : SUPM Tegal, 2021

Adapun karakteristik responden antara lain sebagai berikut:


a. Warga (KK) yang telah mengikuti sosialisasi dan konsultasi publik
Amdal rencana pembangunan Politeknik Kelautan dan Perikanan Tegal
maupun KK yang terkena dampak langsung maupun tidak langsung yang
berada di wilayah proyek.
b. Potensi sumber daya alam dan lingkungan potensial yang akan
terkena dampak proyek.
c. Sensitivitas respon masyarakat terhadap pembangunan Politeknik
Kelautan dan Perikanan Tegal.
d. Aksesibilitas jalan yang akan dilewati kegiatan dari dan ke lokasi
proyek.

Hasil survei sosial ekonomi tersebut dapat disajikan sebagai berikut.

ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN HIDUP


PEMBANGUNAN POLITEKNIK KELAUTAN DAN PERIKANAN TEGAL
Hal III-36
DESKRIPSI RONA LINGKUNGAN HIDUP RINCI

a. Kondisi Sosial Ekonomi Responden


Secara umum tingkat sosial ekonomi masyarakat/responden
dipengaruhi pula oleh tingkat pendidikan dan pengetahuan masyarakat.
Dari hasil survei menunjukkan bahwa 42,40% responden
berpendidikan tamat SLTA, 18,40% responden berpendidikan tamat SD
dan SLTP, 12% responden berpendidikan tamat PT dan 8,80%
responden berpendidikan tidak tamat SD. Hal ini menunjukan jawaban
yang diberikan oleh responden sangat baik sekali.
Rata-rata umur responden termuda berusia 22 tahun sampai
yang tertua 90 tahun. Hal ini menunjukkan tingkat kematangan dalam
memberikan jawaban atau pendapatnya mengenai rencana
Pembangunan Politeknik Kelautan dan Perikanan Tegal sangat baik.
Dilihat dari pekerjaan responden sebagai mata pencaharian
pokok, mata pencaharian yang paling banyak adalah Pedagang/Warung
(32,80%), Wiraswasta (16,80%), Pengangguran (11,20%), Nelayan
(10,40%), Buruh Bangunan (7,20%), Buruh (Industri/Kapal/TPA)
(7,20%), Pensiunan dan Ibu Rumah Tangga (5,60%), Pegawai Negeri
Sipil/ABRI (1,60%), dan Jasa (Pelayan, Toko, Supermarket) (1,60%)
sebagaimana secara rinci dapat dilihat pada tabel berikut ini.

Tabel III.33. Mata Pencaharian Responden


No Mata Pencaharian Jumlah Persentase (%)
a. Pegawai Negeri Sipil/ABRI 2 1,60
b. Buruh Bangunan 9 7,20
c. Pedagang/Warung 41 32,80
d. Wiraswasta 21 16,80
e. Jasa (Pelayan Toko, Supermarket) 2 1,60
f. Buruh (Industri/Kapal/TPA) 9 7,20
g. Nelayan 13 10,40
h. Pensiunan 7 5,60
i. Pengangguran 14 11,20
j Ibu Rumah Tangga 7 5,60
  Jumlah 125 100,00
Sumber : Data Primer, 2021

Dilihat dari pengeluaran responden per bulan, sebanyak 34,30%


responden mengeluarkan uang Rp 1.600.000,- s/d Rp 2.500.000,- per
bulan, 30,40% responden mengeluarkan uang sebanyak Rp 2.600.000,-
s/d Rp 3.500.000,- per bulan, 20,80% responden mengeluarkan uang di
atas Rp 3.600.000,- per bulan dan 14,40% responden mengeluarkan

ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN HIDUP


PEMBANGUNAN POLITEKNIK KELAUTAN DAN PERIKANAN TEGAL
Hal III-37
DESKRIPSI RONA LINGKUNGAN HIDUP RINCI

uang kurang dari Rp 1.500.000,- per bulan. Berikut rincian rata-rata


pengeluaran responden.

Tabel III.34. Rata-Rata Pengeluaran Responden


No Pengeluaran/Bulan Jumlah Persentase (%)
a. Kurang dari Rp 1.500.000,- 18 14,40
b. Rp 1.600.000,- s/d Rp 2.500.000,- 43 34,40
c. Rp2.600.000,- s/d Rp 3.500.000,- 38 30,40
d. Di atas Rp 3.600.000,- 26 20,80
10
  Jumlah 125 0
Sumber : Data Primer, 2021

Menurut 52,80% responden, penghasilan mereka sudah cukup


untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, sementara 24,80%% responden
menyatakan tidak cukup dan sisanya 22,40% kurang. Apabila
penghasilan tidak cukup, 62,71% responden menjawab dengan
menghemat, 30,51% menjawab lainnya (cari pinjaman, kerja
sampingan), sisanya sebanyak 6,78% responden minta bantuan orang
tua. Sedangkan apabila penghasilan responden sudah mencukupi untuk
memenuhi kebutuhan hidup, pada umumnya ditabung/menambah
modal (87,20%), lainnya (4,00%), membeli perabotan rumah (3,20%),
membeli tanah (2,40%), perbaikan rumah (1,60%), dan membeli
elektronik (TV, tape, dll) (1,60%).

D. Sosial Budaya
Kelurahan Panggung memiliki penduduk yang sebagian besar
merupakan penduduk asli, dengan sistem kekerabatan yang masih terjalin
dengan baik, sehingga rasa persatuan serta kebersamaan masih kental terasa.
Hal ini ditunjukkan dengan masih adanya kegiatan kegiatan sosial seperti
arisan, siskamling, gotong royong, upacara adat sedekah bumi dan berbagai
kegiatan berbasis agama Islam. Hal ini akan mempengaruhi keserasian sosial
dan konflik sosial dalam masyarakat. Semakin banyak persamaan sosial,
ekonomi, budaya, agama dalam suatu wilayah permukiman akan semakin
membuka peluang hubungan harmonis. Sebaliknya, semakin banyak
perbedaannya akan menjadi potensi untuk konflik sosial.
Kegiatan sosial khususnya yang berada di lokasi kegiatan yang
menyebabkan terjadinya kerumunan masyarakat biasanya kegiatan upacara

ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN HIDUP


PEMBANGUNAN POLITEKNIK KELAUTAN DAN PERIKANAN TEGAL
Hal III-38
DESKRIPSI RONA LINGKUNGAN HIDUP RINCI

adat sedekah bumi yang diselenggarakan pada 1 suro setiap tahunnya. Lokasi
penyelenggaraan upacara adat sedekah bumi adalah di sungai kecil yang berada
di sebelah selatan lokasi kegiatan. Selain itu, kegiatan maulud nabi pada bulan
rajab dan hajatan.
Kondisi sosial ini merupakan potensi dan sumber kekuatan yang
dihasilkan oleh manusia dalam kehidupan bermasyarakat. Dalam perspektif
demikian, individu dan masyarakat tidak lagi ditempatkan sebagai kekuatan
yang berdiri sendiri dan masing-masing saling terpisah, melainkan sebagai
kekuatan kolektif yang saling menyatu secara terpadu dan sinergis.
Sumberdaya sosial pada masyarakat majemuk dapat menghasilkan
energi sosial yang mampu menggerakkan proses pertumbuhan pembangunan.
Energi sosial ini meliputi seluruh elemen sosial, potensi kreatif masyarakat,
prakarsa dan gagasan-gagasan yang berkembang di masyarakat, yang semua
bidang digalang untuk dijadikan kekuatan pembangunan. Energi sosial dapat
berasal dari kegiatan individu, dalam masyarakat, keluarga, kelompok,
himpunan, kelembagaan sosial masyarakat atau golongan masyarakat (etnis
dan agama). Meskipun energi sosial itu dapat merupakan kekuatan konstruktif
atau destruktif, karenanya amat tergantung pada sistem sosial yang
mengaturnya. Dengan sistem sosial yang kenyal dan berdaya inovasi tinggi.
Sehingga merupakan sumberdaya sosial atau modal bagi pembangunan
masyarakatnya.
1. Agama
Berdasarkan data Monografi Kelurahan Panggung Desember 2020
banyaknya pemeluk agama di Kelurahan Panggung adalah 27.356 orang
(88,79%) beragama Islam, 1.023 orang (3,32%) beragama Kristen Katholik,
935 orang (3,03%) beragama Kristen Protestan, 801 orang (2,59%)
beragama Budha dan 695 orang (2,26%) beragama Hindu. Sedangkan
jumlah tempat peribadatan adalah 22 Masjid dan 37 Musholla.
2. Bahasa
Bahasa Tegal adalah alut tutur dan sarana komunikasi yang berakar dari
entitas masyarakat Kabupaten/Kota Tegal serta sebagian masyarakat
Kabupaten Brebes dan Kabupaten Pemalang. Bahasa ini hidup dan
berkembang selama berabad-abad sebagai turunan dari Bahasa Jawa Kuno,
sebagaimana bahasa-bahasa Jawa yang lain yang berada di wilayah

ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN HIDUP


PEMBANGUNAN POLITEKNIK KELAUTAN DAN PERIKANAN TEGAL
Hal III-39
DESKRIPSI RONA LINGKUNGAN HIDUP RINCI

Yogyakarta, Surakarta, Semarang, Kedu Rembang, Surabaya, Malang,


Bayumas, Cirebon dan Banten (Poerwadarminta, 1953).
Wilayah pengguna Bahasa Tegal karena posisinya yang jauh dari pusat
budaya kraton nyaris tidak tersentuh dengan apa yang disebut “budaya
adiluhung”. Masyarakat Tegal memiliki bahasa dan budaya Jawa tersendiri
yang lebih demokratis dan a-feodalistik. Bahasa Tegal tidak mengenal strata
(tingkatan) ketiga yang disebut “kromo inggil”, tetapi hanya mengenal
“ngoko” dan “bebasa”. Bahasa Tegal menjadi bahasa yang terbuka dan
mudah menerima serapan bahasa asing. Bahasa Tegal juga tidak pernah
diajarkan di sekolah sehingga bahasa ini berkembang dengan liar tanpa
memiliki paramasastra dan ejaan yang baku. Bahasa Tegal memiliki memiliki
kemiripan dengan Bahasa Banyumas (ngapak), yaitu dalam kosa kata.
Namun kebanyakan masyarakat Tegal enggan disebut sebagai orang ngapak
sebab nyata-nyata dialeknya berbeda.
3. Kesenian
Berikut adalah beragam kesenian dari masyarakat Kota Tegal yang masih
dilestarikan sampai sekarang ini.
 Mantu Poci
Mantu Poci adalah salah satu kebudayaan di wilayah Tegal, dengan acara
inti melangsungkan “pesta perkawinan” antara sepasang poci tanah
berukuran raksasa. Akan tetapi, Mantu Poci tidak dilakukan di Kelurahan
Panggung. Mantu Poci pada umumnya diselenggarakan oleh pasangan
suami istri yang telah lama berumah tangga namun belum juga dikarunia
keturunan. Seperti layaknya pesta perwakinan, Mantu Poci juga dihadiri
oleh ratusan bahkan ribuan undangan, lengkap dengan dekorasi sajian
makanan, dan beraneka pementasan untuk menghibur para undangan
yang hadir. Tak lupa pula, di pintu masuk ruang resepsi disediakan kotak
sumbangan berbentuk rumah.
Selain sebagai harapan agar pasangan suami istri segera mendapatkan
keturunan, Mantu Poci juga bertujuan agar penyelenggara merasa seperti
menjadi layaknya orang tua yang telah berhasil membesarkan putra putri
mereka, kemudian dilepas dengan pesta besar dengan mengundang sanak
saudara dan relasi.

ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN HIDUP


PEMBANGUNAN POLITEKNIK KELAUTAN DAN PERIKANAN TEGAL
Hal III-40
DESKRIPSI RONA LINGKUNGAN HIDUP RINCI

Gambar 3.7. Mantu Poci

 Tradisi Labuhan
Tradisi Labuhan merupakan ritual melarung atau menghanyutkan sesaji
ke laut yang dilaksanakan oleh masyarakat di Kelurahan Tegalsari, Tegal.
Tradisi ini dilaksanankan setiap tahun pada tanggal satu Sura.
Masyarakat nelayan Kelurahan Tegalsari meyakini bahwa tangal satu
Sura adalah hari yang tepat untuk melakukan ritual suci. Mereka percaya
pada pergantian tahun dalam penanggalan Jawa bersamaan dengan hari
meninggalnya Ki Budug Basuh, tetapi menurut legenda, Ki Budug Basuh
kalah dalam perang merebutkan Dewi Sri kemudian kembali lai ke laut
dan kemudian menjadi penguasa laut. Hal inilah yang mendasari tiap
tahun pada tanggal satu Sura masyarakat nelayan di Kelurahan Tegalsari
menyelenggarakan Tradisi Labuhan atau sedekah laut untuk
menghormati dan memohon perlingungan dari penguasa laut. Tempat
Tradisi Labuhan tepatnya di Pelabuhan Kelurahan Tegalsari.

Gambar 3.8. Tradisi Labuhan

 Kentrung
Kentrung adalah salah satu kesenian tradisional khas Tegal. Kentrung
dimainkan oleh satu orang sambil memukul kendang/terbang Jawa.
Konon, ada juga yang ditambah dengan iringan siter. Kentrung

ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN HIDUP


PEMBANGUNAN POLITEKNIK KELAUTAN DAN PERIKANAN TEGAL
Hal III-41
DESKRIPSI RONA LINGKUNGAN HIDUP RINCI

merupakan salah satu bentuk tradisi lisan, yakni memberikan petuah dan
nasehat melalui syair-syair yang dilantunkan sambil diiringi tabuhan
terbang Jawa (kentrung). Dahulu, kentrung biasa dimainkan oleh orang-
orang tua di Tegal untuk menasehati anaknya tentang budi pekerti hidup,
sopan santun kepada orang tua, tetangga dan orang lain.
Seiring dengan perkembangan zaman, kini keberadaan Kentrung sangat
memprihatinkan, bahkan hampir punah. Dahulu, hampir di setiap
kelurahan di Kota Tegal ada Kentrung, kini pentas dan senimannya tak
lagi dijumpai. Tak ada lagi orang yang mau mempelajatinya. Generasi
muda tak lagi suka karena Kentrung dianggap kuno. Generasi muda
sekarang lebih menyukai musik pop dan musik barat.

Gambar 3.9. Kesenian Kentrung

 Batik Tegalan
Kota Tegal merupakan salah satu daerah di Jawa Tengah dimana letaknya
dianggap strategi karena berada di jalur pantura dan terletak di antara
jalur Jakarta-Surabaya maupun Jakarta-Solo. Letaknya yang strategis
membuat Kota Tegal memiliki beraneka ragam budaya, baik budaya asli
maupun budaya serapan yang dibawa oleh para musafir.
Salah satu budaya yang hingga kini masih bertahan yaitu batik tulis Tegal.
Batik tulis Tegal dapat dibagi ke dalam dua macam, yakni batik kidul dan
batik lor. Batik kidul meliputi batik dukuh salam, batik pangkah, batik
tegal wangi dan batik pagianten. Sedangkan batik lor yakni meliputi batik
bengle, batik pasangan, serta batik pesisiran.

ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN HIDUP


PEMBANGUNAN POLITEKNIK KELAUTAN DAN PERIKANAN TEGAL
Hal III-42
DESKRIPSI RONA LINGKUNGAN HIDUP RINCI

Gambar 3.10. Batik Tegalan

 Wayang Golek Cepak Khas Tegal


Kehadiran wayang golek tidak dapat dipisahkan dari wayang kulit karena
wayang golek merupakan perkembangan dari wayang kulit. Namun
demikian, Salmun (1986) menyebutkan bahwa pada tahun 1583 M,
Sunan Kudus membuat wayang dari kayu yang kemudian disebut wayang
golek yang dapat dipentaskan pada siang hari. Sejalan dengan itu,
Ismunandar (1988) menyebutkan bahwa pada awal abad ke-16, Sunan
Kudus membuat bangun “wayang purwo” sejumlah 70 buah dengan
cerita Menak yang diiringi gamelan Salendro. Pertunjukannya dilakukan
pada siang hari. Wayang ini tidak memerlukan kelir. Bentuknya
menyerupai boneka yang terbuat dari kayu (bukan dari kulit
sebagaimana halnya wayang kulit).
Wayang Golek Cepak Khas Tegal ini memiliki bentuk yang mirip dengan
wayang golek lainnya seperti Cepot, Unyil, Usro dan lain-lain. Namun
karakter Wayang Golek Cepak Khas Tegal lebih terkesan unik dan bentuk
kepalanya yang datar. Untuk asal mulanya wayang sebenarnya masih
belum jelas, namun tiap daerah memiliki ciri khasnya masing-masing.

ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN HIDUP


PEMBANGUNAN POLITEKNIK KELAUTAN DAN PERIKANAN TEGAL
Hal III-43
DESKRIPSI RONA LINGKUNGAN HIDUP RINCI

Gambar 3.11. Wayang Golek Cepak Khas Tegal

4. Gambaran Hasil Survei Lapangan/Primer Bidang Sosial Budaya


Lokasi survei lapangan social budaya ini dilaksanakan di RW 9, RW 10 dan
RW 13 Kelurahan Panggung, Kecamatan Tegal Timur, Kota Tegal, yang
diperkirakan akan menerima dampak langsung maupun tidak langsung
terhadap kegiatan tersebut. Survei dilaksanakan pada tanggal 28-30 Juni
2021. Distribusi Responden dapat dilihat pada Tabel III.32..
Metode yang digunakan dalam pengambilan sampel adalah metode
purposive sampling untuk dijadikan sampel atau responden secara
keseluruhan berjumlah 125 orang responden. Jumlah responden tersebut
dirinci sebagai berikut: Petugas Kelurahan, Ketua RW, Ketua RT, Tokoh
Agama, Karang Taruna dan masyarakat yang berada di sekitar lokasi
rencana Pembangunan Politeknik Kelautan dan Perikanan Tegal untuk
dilakukan wawancara langsung dengan menggunakan kuesioner atau daftar
pertanyaan. Adapun hasil survei sosial, ekonomi dan budaya tersebut dapat
disajikan sebagai berikut.
a. Proses Sosial/Pola Hubungan Sosial
Dari hasil survei menunjukkan pola hubungan masyarakat di
lokasi studi 100% menyatakan masih ada kegiatan yang dilakukan
secara gotong royong oleh warga. Kegiatan yang dilakukan antara lain
kerja bakti kebersihan lingkungan (54,92%), hajatan (16,06%),
siskamling (16,06%), arisan (10,88%) dan PKK (2,07%). Sebanyak
63,20% responden menyatakan bahwa kondisi kebersamaan warga
pada saat ini biasa saja, 28% menjawab semakin baik sedangkan
sebanyak 8,80% menjawab semakin berkurang.
Agar bisa diterima diterima oleh masyarakat, 51,75% responden
menyarankan agar bisa membaur dan bisa bekerja sama dengan

ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN HIDUP


PEMBANGUNAN POLITEKNIK KELAUTAN DAN PERIKANAN TEGAL
Hal III-44
DESKRIPSI RONA LINGKUNGAN HIDUP RINCI

masyarakat setempat, sedangkan 32,17% menyarankan agar penduduk


pendatang ikut kegiatan gotong royong, kerja bakti, ronda, arisan dan
kegiatan sosial lain yang diadakan di daerah setempat, serta 1,40%
responden menyatakan ikut menjadi pelopor/penggerak pada
organisasi sosial yang ada di wilayah setempat (seperti karang taruna,
kelompok kesenian, kelompok olahraga, kelompok agama, dll).
Orang yang biasanya dituakan atau dianggap sebagai tokoh di
lokasi studi menurut 61,60% responden adalah pengurus administrasi
(camat, RT, RW, Kelurahan, dsb), menurut 36,80% responden adalah
pemuka agama (dai, Imam Masjid, dsb), menurut 0,80% responden
adalah orang yang mempunyai pendidikan/derajat akademik, dan
menurut 0,80% responden adalah pengusaha atau orang yang
dipandang Bapak/Ibu dari segi materi/keuangan.

b. Persepsi Masyarakat terhadap Rencana Pembangunan Politeknik


Kelautan dan Perikanan Tegal
Dari hasil survei diketahui bahwa penduduk di sekitar lokasi
studi sebanyak (87,20%) sudah mengetahui adanya rencana
Pembangunan Politeknik Kelautan dan Perikanan Tegal, sedangkan
sisanya sebanyak 12,80% tidak mengetahui. Responden mengetahui
adanya kegiatan tersebut dari tetangga/teman (39,20%), dari pihak
Pemrakarsa (33,60%), dari media massa (12%), dari Aparat Kelurahan
(6,40%), dari pihak Pemkot Tegal (4,80%) dan dari lainnya (4%).
Persepsi masyarakat mengenai rencana Pembangunan Politeknik
Kelautan dan Perikanan Kota Tegal adalah 76% setuju, 20% biasa saja,
3,20% tidak tahu dan 0,80% tidak setuju.
Kegiatan konstruksi dan operasional Politeknik Kelautan dan
Perikanan Tegal tentunya akan menimbulkan dampak bagi masyarakat
sekitar, baik dampak langsung maupun tidak langsung, baik yang
bersifat mengganggu maupun tidak. Berikut adalah respon dari
responden terkait mengganggu atau tidaknya dampak yang ditimbulkan
dari kegiatan konstruksi dan operasional Politeknik Kelautan dan
Perikanan Tegal.

Tabel III.35. Mengganggu atau Tidaknya Polusi Udara pada saat


Pembangunan

ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN HIDUP


PEMBANGUNAN POLITEKNIK KELAUTAN DAN PERIKANAN TEGAL
Hal III-45
DESKRIPSI RONA LINGKUNGAN HIDUP RINCI

No Mengganggu atau Tidak Jumlah Persentase (%)


a. Ya 93 74,40
b. Tidak 32 25,60
  Jumlah 125 100,00
Sumber : Data Primer, 2021

Tabel III.36. Mengganggu atau Tidaknya Peningkatan Kebisingan yang


Diakibatkan dari Peralatan Konstruksi
No Mengganggu atau Tidak Jumlah Persentase (%)
a. Ya 97 77,60
b. Tidak 28 22,40
  Jumlah 125 100,00
Sumber : Data Primer, 2021

Tabel III.37. Mengganggu atau Tidaknya Timbulan Limbah Padat dari


Tenaga Kerja Konstruksi dan Bungkus Material
Konstruksi serta Sisa Material
No Mengganggu atau Tidak Jumlah Persentase (%)
a. Ya 78 62,40
b. Tidak 47 37,60
  Jumlah 125 100,00
Sumber : Data Primer, 2021

Tabel III.38. Mengganggu atau Tidaknya Gangguan Kelancaran Lalu


Lintas dari Mobilisasi Material
No Mengganggu atau Tidak Jumlah Persentase (%)
a. Ya 93 74,40
b. Tidak 32 25,60
  Jumlah 125 100,00
Sumber : Data Primer, 2021

Tabel III.39. Mengganggu atau Tidaknya Penurunan Kualitas Air


Permukaan yang Diakibatkan dari Air Limbah
No Mengganggu atau Tidak Jumlah Persentase (%)
a. Ya 44 35,20
b. Tidak 81 64,80
  Jumlah 125 100,00
Sumber : Data Primer, 2021

Tabel III.40. Mengganggu atau Tidaknya Penurunan Kualitas Air


Permukaan yang Diakibatkan dari Ceceran Material yang
Terikut ke Sungai
No Mengganggu atau Tidak Jumlah Persentase (%)
a. Ya 55 44,00
b. Tidak 70 56,00
  Jumlah 125 100,00
Sumber : Data Primer, 2021

Tabel III.41. Mengganggu atau Tidaknya ISPA dari Debu pada saat
Pembangunan

ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN HIDUP


PEMBANGUNAN POLITEKNIK KELAUTAN DAN PERIKANAN TEGAL
Hal III-46
DESKRIPSI RONA LINGKUNGAN HIDUP RINCI

No Mengganggu atau Tidak Jumlah Persentase (%)


a. Ya 89 71,20
b. Tidak 36 28,80
  Jumlah 125 100,00
Sumber : Data Primer, 2021

Tabel III.42. Mengganggu atau Tidaknya Peningkatan Kebisingan dari


Operasional Politeknik
No Mengganggu atau Tidak Jumlah Persentase (%)
a. Ya 71 56,80
b. Tidak 54 43,20
  Jumlah 125 100,00
Sumber : Data Primer, 2021

Tabel III.43. Mengganggu atau Tidaknya Timbulan Limbah Padat dari


Kegiatan Operasional Politeknik
No Mengganggu atau Tidak Jumlah Persentase (%)
a. Ya 76 60,80
b. Tidak 49 39,20
  Jumlah 125 100,00
Sumber : Data Primer, 2021

Tabel III.44. Mengganggu atau Tidaknya Gangguan Kelancaran Lalu


Lintas dari Operasional Politeknik
No Mengganggu atau Tidak Jumlah Persentase (%)
a. Ya 73 58,40
b. Tidak 52 41,60
  Jumlah 125 100,00
Sumber : Data Primer, 2021

Tabel III.45. Mengganggu atau Tidaknya Penurunan Kualitas Air


Permukaan yang Berasal dari IPAL
No Mengganggu atau Tidak Jumlah Persentase (%)
a. Ya 76 60,80
b. Tidak 49 39,20
  Jumlah 125 100,00
Sumber : Data Primer, 2021
Dengan adanya rencana Pembangunan Politeknik Kelautan dan
Perikanan Tegal, sebanyak 48,57% responden berharap agar pada
tahap konstruksi merekrut warga sebagai tenaga kerja konstruksi, 20%
responden berharap agar kegiatan tidak mengganggu warga, 20%
responden berharap agar membantu kegiatan warga, 15% responden
berharap adanya dana kompensasi dan 1,43% menjawab lainnya.
Apabila penerimaan tenaga kerja konstruksi tidak mengutamakan
tenaga kerja lokal, sebanyak 39,20% responden tidak setuju dan
melakukan protes, 37,60% tidak setuju dan tidak melakukan protes,

ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN HIDUP


PEMBANGUNAN POLITEKNIK KELAUTAN DAN PERIKANAN TEGAL
Hal III-47
DESKRIPSI RONA LINGKUNGAN HIDUP RINCI

17,60% setuju/tidak masalah, 3,20% menjawab lainnya dan 2,40%


tidak peduli.
Pembangunan Politeknik Kelautan dan Perikanan Tegal
tentunya akan membuka peluang usaha di sekitar proyek. Mengenai
peluang usaha apa saja yang mungkin ditimbulkan, 67,13% responden
menjawab berdagang/kuliner, 21,68% responden menjawab kos-
kosan/penginapan, 7,69% responden menjawab jasa dan 3,50%
responden menjawab lainnya (mebel kayu).

3.2. Kegiatan yang Ada di Sekitar Lokasi Rencana


Rencana Pembangunan Politeknik Kelautan dan Perikanan Tegal berlokasi
di Jl. Timor Timur, Kelurahan Panggung, Kecamatan Tegal Timur, Kota Tegal,
Provinsi Jawa Tengah. Beberapa kegiatan yang ada di sekitar lokasi rencana
pembangunan Politeknik Kelautan dan Perikanan Tegal dapat dilihat pada Gambar
3.12..

Sebelah Utara (Tempat Wisata


Sebelah Barat (Lapangan)
(Pantai Pulo Kodok))

Sebelah Selatan (Permukiman Penduduk RW 10)

Sebelah Utara, Barat dan Timur (Tambak)

ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN HIDUP


PEMBANGUNAN POLITEKNIK KELAUTAN DAN PERIKANAN TEGAL
Hal III-48
DESKRIPSI RONA LINGKUNGAN HIDUP RINCI

Gambar 3.12. Kegiatan Lain di Sekitar Lokasi Politeknik Kelautan dan


Perikanan Tegal

a. Permukiman
Permukiman yang berada di sekitar lokasi kegiatan pembangunan Politeknik
Kelautan dan Perikanan Tegal adalah RW 10 yang terdiri dari 11 RT dan 655 KK.
b. Tambak
Tambak yang berada di sekitar lokasi kegiatan pembangunan Politeknik Kelautan
dan Perikanan Tegal adalah Tambak Busmetik.
c. Lapangan
Lapangan yang berada di sekitar dimanfaatkan warga buat bermain bola dan
main burung dara.
d. Tempat Wisata
Tempat wisata yang berada dilokasi kegiatan pembangunan Politeknik Kelautan
dan Perikanan Tegal adalah Pantai Pulo Kodok. Pantai Pulo Kodok ini di kelola
oleh Kelompok Sadar Wisata Pulo Kodok. Semua pengurus Kelompok Sadar
Wisata Pulo Kodok beralamat di RW 10 Kelurahan Panggung, Kecamatan Tegal
Timur, Kota Tegal. Susunan kepengurusan Kelompok Sadar Wisata Pulo Kodok
adalah sebagai berikut:
1) Pengawasan : Mukhotib
2) Ketua : Kasiran
3) Sekretaris : Budiyono
4) Bendara : Ety Sumarni
5) Koordinator Pariwisata dan SDM : Nino AP
6) Koordinator Keamanan : Susmoro
7) Sie Sosial dan Humas : Bowo Laksono
8) Sie Kebersihan : Muchidin dan Toniran
9) Anggota : Priyanto, Edy Purnomo, Pi’an, Rasmali,
Basiran, Andrian, Solikhin, Teguh
Susanto, Sugimasto, Darmono dan
Karyoto.

Selain itu, ada juga anggota biasa yaitu anggota yang mempunyai warung di
lokasi Pantai Pulo Kodok dan anggota luar biasa yaitu anggota di luar wilayah
yang ingin bergabung bertujuan untuk usaha dagang (PKL) di Obyek Wisata
Pantai Pulo Kodok. Jenis usaha yang berada di lokasi Pantai Pulo Kodok adalah

ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN HIDUP


PEMBANGUNAN POLITEKNIK KELAUTAN DAN PERIKANAN TEGAL
Hal III-49
DESKRIPSI RONA LINGKUNGAN HIDUP RINCI

27 usaha warung kopi, 1 usaha rujak/pecel, 1 usaha rujak/serabi, 1 usaha ikan


bakar, 1 usaha sewa ban, 5 usaha pembilasan, 1 usaha rokok dan 1 usaha bakso.
Selain warung usaha permanen juga terdapat pula 33 warung kaki lima yang
hanya pada hari minggu buka.
Pantai Pulo Kodok ini buka dari jam 06.00 sampai jam 17.30 WIB. Fasilitas yang
ada di Pantai Pulo Kodok antara lain kamar mandi bilas, perkemahan, tempat
duduk, musholla, tempat terapi dan permainan anak-anak. Retribusi yang ada di
Pantai Pulo Kodok untuk tiket masuk sepeda motor Rp. 2.000,00 dan mobil Rp.
5.000,00. Jumlah Kunjungan Pantai Pulo Kodok Tahun 2019 dan 2020 disajikan
dalam tabel berikut ini.

Tabel III.46. Jumlah Kunjungan Pantai Pulo Kodok Tahun 2019 dan 2020
Jumlah Jumlah
No Bulan Pengunjun Ket. Pengunjung Ket.
g 2019 2020

1 Januari 7.341 13.314

2 Februari 16.945 10.559

3 Maret 8.412 6.910 15 Maret 2020


s/d 31 Mei
4 April 12.119 0 lockdown

5 Mei 3.794 Kondisi 13.003


cuaca hujan
terus

6 Juni 20.683 20.304

7 Juli 13.243 26.164

8 Agustus 8.343 24.656

9 September 14.008 18.972

10 Oktober 12.968 0 Lockdown

11 November 15.393 14.811

12 Desember 27.009 17.613

Jumlah 160.258 166.215

Sumber: Kelompok Sadar Wisata Pulo Kodok, 2020 dan 2021

ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN HIDUP


PEMBANGUNAN POLITEKNIK KELAUTAN DAN PERIKANAN TEGAL
Hal III-50
DESKRIPSI RONA LINGKUNGAN HIDUP RINCI

Gambar 3.13. Kondisi Pantai Pulo Kodok

ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN HIDUP


PEMBANGUNAN POLITEKNIK KELAUTAN DAN PERIKANAN TEGAL
Hal III-51
DESKRIPSI RONA LINGKUNGAN HIDUP RINCI

Gambar 3.14. Peta Situasi

ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN HIDUP


PEMBANGUNAN POLITEKNIK KELAUTAN DAN PERIKANAN TEGAL
Hal III-52

Anda mungkin juga menyukai