Anda di halaman 1dari 6

LAPORAN PRAKTIKUM

AGROHIDROLOGI
Analisis Data Curah Hujan 10 Tahun di Kota Jambi

Dosen Pengampu :
Dr. Ir. Hj. Sunarti, S.P., M.P., IPU

Disusun Oleh :

Nama : Supriyanti
NIM : D1A020048
Kelas :B

PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS JAMBI
2022
I. Hari/ Tanggal Praktikum
Praktikum Agrohidrologi yang berjudul “Analisis Data Curah Hujan 10 Tahun
di Kota Jambi” ini dilakukan pada Kamis – Minggu /10 -13 Maret 2022.

II. Tujuan Praktikum


Tujuan praktikum ini adalah agar mahasiswa/I dapat mengetahui, memahami,
dan dapat menganalisis data curah hujan 10 tahun di suatu wilayah

III. Cara Kerja


Tahap pertama yang dilakukan dalam praktikum ini adalah pengumpulan data
curah hujan 10 tahun di suatu wilayah. Data diperoleh dari Climatecharts.net. Data
yang diperoleh kemudian ditabulasikan ke MS Excel lalu dilakukan perhitungan.
Adapun perhitungan yang dilakukan adalah rata-rata curah hujan tahunan, rata-rata
curah hujan bulanan, curah hujan maksimum bulanan, dan penentuan jumlah bulan
bulan basah dan bulan kering yang dihitung berdasarkan metode Schmidt Ferguson.
Membuat laporan hasil praktikum yang dilakukan.

IV. LANDASAN TEORI


Hujan adalah jatuhnya hydrometeor yang merupakan partikel- partikel air
dengan diameter 0,5mm atau lebih. Menurut GD Winarno, dkk (2019) Hujan
memerlukan keberadaan lapisan atmosfer tebal agar dapat memenuhi suhu di atas
titik leleh es di dekat dan di atas permukaan Bumi. Di Bumi hujan adalah proses
kondensasi uap air di atmosfer menjadi butiran air yang cukup berat untuk jatuh dan
biasanya tiba di daratan. Presipitasi terbentuk melalui tabrakan antara butir air atau
kristal es dengan awan.
Didaerah tropis hujan memberikan sumbangan terbesar sehingga seringkali
hujanlah yang dianggap presipitasi (Triatmodjo, 2008). Menurut Dwi Yulianto
(2012) hujan sangatlah penting dalam siklus hidrologi. kelembaban dari laut
menguap, berubah menjadi awan, terkumpul menjadi awan mendung, lalu turun
kembali ke bumi, dan akhirnya kembali ke laut melalui sungai dan anak sungai untuk
mengulangi daur ulang itu semula. Jumlah air hujan di ukur menggunakan pengukur
hujan atau disa disebut ombrometer. Dapat juga dinyatakan sebagai kedalaman air
yang terkumpul pada permukaan datar, dan diukur kurang lebih 0.25 mm. Satuan
curah hujan menurut SI adalah milimeter, yang merupakan penyingkatan kata dari
liter per meter persegi.
Dalam analisis hidrologi, ada beberapa data hujan yang diperlukan
diantaranya curah hujan, waktu hujan, intensitas hujan, dan frekuensi hujan. Curah
hujan adalah tinggi hujan dalam satu hari, bulan, atau tahun yang dinyatakan dalam
mm, cm, atau inci. Waktu hujan adalah lama terjadinya satu kali hujan dalam menit
atau jam, adapun yang dikatakan intensitas hujan adalah banyaknya hujan yang jatuh
dalam periode tertentu misalnya mm/ menit, mm/ jam, ataupun mm/ hari. Frekuensi
hujan adalah kemungkinan terjadinya atau dilampauinya suatu tinggi hujan tertentu
yang biasanya dinyatakan dengan waktu ulang (return periode) T Misalnya sekali
dalam T tahun (Soemarto, 1995) dalam Hendrasarie, (2005).
Penentuan bulan basah dan bulan kering suatu wilayah dapat ditentukan
berdasarkan teori dalam klasifikasi iklim seperti tipe iklim Mohr, tipe iklim Schmidt-
Ferguson, dan tipe iklim Oldeman. Menurut Mohr umlah bulan kering (BK) dan
bulan basah (BB) yang dihitung sebagai harga rata-rata dalam waktu yang lama.
Curah hujan rata-rata yang digunakan diperoleh dari pengamatan curah hujan selama
minimal 10 tahun. Bulan basah merupakan bulan yang curah hujannya dalam 1 bulan
lebih dari 100 mm, sedangkan bulan kering menurut Mohr bulan kering merupakan
bulan yang curah hujannya kurang dari 60 mm. Prinsip yang digunakan oleh Schmidt
Ferguson hampir sama dengan yang dikemukakan oleh Mohr. Schmidt Ferguson
menerima metode Mohr dalam menentukan bulan basah dan bulan kering. Dikatakan
bulan basah apabila dalam satu bulan curah hujan lebih dari 100 mm, sedangkan
bulan kering apabila terjadi curah hujan kurang dari 60 mm per bulan. Dasar yang
digunakan Oldeman adalah adanya bulan basah yang berturut- turut dan adanya bulan
kering yang berturut- turut pula. Sistem ini terutama diarahkan untuk tanaman pangan
padi atau palawija. Penentuan bulan basah, bulan lembab, dan bulan kering menurut
Oldeman adalah sebagai berikut : Bulan Basah (BB) adalah bulan dengan curah hujan
lebih dari 200 mm. Bulan Lembab (BL) adalah bulan dengan curah hujan bulanan
rata- rata 100-200 mm. Bulan Kering (BK) adalah bulan dengan curah hujan kurang
dari 100 mm.

V. HASIL DAN PEMBAHASAN


Kota Jambi merupakan ibu kota Provinsi Jambi memiliki luas wilayah sebesar
kurang lebih 205,38 km2. Secara topografis, kota ini terletak di ketinggian yang relatif
rendah, kurang lebih 10-60 meter di atas permukaan laut dan wilayahnya dikelilingi oleh
Kabupaten Muaro Jambi. Data curah hujan (mm) dalam 10 tahun di kota jambi dapat
dilihat pada tabel dibawah ini.

Tabel 5.1. Data Curah Hujan (mm) dalam 10 Tahun di Kota Jambi
Tahun Rata-rata CH Max
Bulan Bulanan Per
2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 Bulan
Januari 160,7 276,4 242,8 185,4 164 137,3 221,5 200,3 105,3 182,4 187,61 276,4
Februari 197,8 177,2 232 293,1 25,2 86,9 281,9 203,6 152,9 161,6 181,22 293,1
Maret 374 260 274,8 301,3 132,6 283,6 230,7 252,7 326,9 206,7 264,33 374,0
April 299,3 361,8 280 302,2 238,7 312,5 245,8 359 237,1 283,3 291,97 361,8
Mei 209,9 146,8 219,6 185,3 153,1 130,8 171,4 225,2 175,4 108,5 172,6 225,2
Juni 178,3 125,1 79,1 112,3 127,2 58 102,2 94,8 132 131,5 114,05 178,3
Juli 168,6 86,2 98,5 135,7 126,1 50,3 115,3 83,3 268,2 71,9 120,41 268,2
Agustus 260,0 62,1 54,7 107,6 154,5 69,8 146,2 99,3 81,6 18,5 105,43 260,0
September 314,9 66,9 128,6 230,5 104,5 50,6 199,6 166,7 157,7 50,6 147,06 314,9
Oktober 274,2 252,8 200,5 188,9 98,4 82,8 159,9 226,1 181,5 74,3 173,94 274,2
November 442,9 343,8 422,7 319,5 310,4 359,2 336,7 451,5 389 162 353,77 451,5
Desember 212,7 240,3 268,6 317,9 264,6 260,9 162,1 225,3 251,1 280,4 248,39 317,9
Rata-rata 257,775 199,95 208,49 223,30 158,275 156,891 197,77 215,65 204,891 144,308
Bulan basah 12 9 9 12 10 6 12 9 11 8
Bulan kering 0 0 1 0 1 3 0 0 0 2

Tabel 5.1 diatas merupakan data curah hujan (mm) dalam 10 tahun di kota Jambi
yang diperoleh dari Climatecharts.net yang ditabulasikan kedalam tabel. Berdasarkan
tabel 5.1 didapatkan hasil perhitungan dari data curah hujan 10 tahun (periode tahun
2010-2019) di kota jambi. Adapun perhitungan rata-rata CH tahunan, rata-rata CH
bulanan, dan curah hujan maksimum bulanan dilakukan menggunakan rumus yang
terdapat pada MS Excel, sedangkan perhitungan jumlah bulan basah dan bulan kering
menggunakan metode Schmidt Ferguson.

Berdasarkan tabel 5.1 diketahui bahwa curah hujan pada periode Januari- Maret
mengalami intensitas curah hujan yang cukup tinggi dengan curah hujan maksimum pada
bulan Maret yaitu 374,0 mm. Kemudian mengalami penurunan dibulan April – Juni yaitu
sampai 178,3 mm. Sedangkan pada bulan Juli - Desember curah hujan di kota Jambi
mengalami curah hujan yang naik turun secara berulang.

Bulan basah dan bulan kering ditentukan menggunakan metode Schmidt Ferguson
yang dapat dilihat pada tabel 5.1 diatas. Berdasarkan hasil yang diperoleh diketahui
bahwa pada tahun 2010 dan 2016 merupakan tahun dengan jumlah bulan basah terbanyak
yaitu12 dan jumlah bulan kering 0. Dengan curah hujan maksimum terdapat pada bulan
November yaitu 442,9 mm ditahun 2010 dan 336,7 mm ditahun 2016. Di Indonesia
sendiri bulan basah umumnya terjadi pada bulan Januari hingga Maret dan Oktober
hingga Desember, sedangkan bulan kering terjadi pada April hingga September
(Setiawan, 2020). Sehingga dapat dikatakan pada tahun 2010 dan 2016 merupakan tahun
dengan intensitas curah hujan tertinggi sepanjang tahun.Hal ini disebabkan karena
terjadinya penguapan yang cukup tinggi di kota Jambi. Sedangkan pada tahun 2015
merupakan tahun dengan jumlah bulan basah paling sedikit yaitu 6 dan bulan keringnya
6. Adapun jumlah bulan basah periode 2010-2019 adalah sebanyak 98 bulan, sedangkan
jumlah bulan kering yaitu 7 bulan.

VI. KESIMPULAN

Hujan adalah proses kondensasi uap air di atmosfer menjadi butiran air yang
cukup berat untuk jatuh dan biasanya tiba di daratan. Presipitasi terbentuk melalui
tabrakan antara butir air atau kristal es dengan awan. Berdasarkan data curah hujan 10
tahun di kota Jambi periode tahun 2010- 2019 dapat diketahui bahwa curah hujan yang
tinggi terjadi pada bulan Maret yaitu 374,0 mm. Sedangkan curah hujan rendah terjadi
pada bulan Juni yaitu 178,3 mm. Jumlah bulan basah periode 2010-2019 adalah sebanyak
98 bulan, sedangkan jumlah bulan kering yaitu 7 bulan. Bulan basah terbanyak terjadi
pada tahun 2010 dan 2016 dengan jumlah bulan basah sebanyak 12 bulan dan jumlah
bulan kering 0 bulan. Intensitas curah hujan tertinggi ditahun ini yaitu pada bulan
November. Hal ini disebabkan karena tingginya tingkat penguapan yang terjadi di kota
Jambi, sehingga dapat dikatakan pada tahun 2010 dan 2016 merupakan tahun dengan
intensitas curah hujan tertinggi sepanjang tahun.
VII. DAFTAR PUSTAKA

Hendrasarie, N. 2005. Evaluasi Banjir pada Area Drainase Kali Kepiting dan Kali
Kenjeran Surabaya Timur. Jurnal Rekayasa Perencanaan.
http://eprints.upnjatim.ac.id/2550/1/NOVIRINA_HENDRASARIE.pdf

Prasetiyo, Andri Nur. 2019. “Perhitungan Data Iklim Untuk Bidang Pertanian Teori
Mohr, Schmidt – Ferguson, dan Oldeman”. https://youtu.be/x6fiiZ0DJR4

Ustadzklimat. Blogspot.com. 2012.”Hikmah Fenomena Cuaca dan Iklim (Beberapa


Metode Klasifikasi Iklim)”.
https://ustadzklimat.blogspot.com/2012/11/beberapa-metodeklasifikasi-
iklim.html?m=1

Yulianto, Dwi. 2012. Kajian Sistem Drainase Pada Universitas Negeri Yogyakarta
Kampus Karawang Malang. Tugas Akhir, Jurusan Teknik Sipl Fakultas
Teknik Universitas Negeri Yogyakarta. 12-14.
http://eprints.uny.ac.id/61746/1/kajian%20sistem%20drainase.pdf

Anda mungkin juga menyukai