Anda di halaman 1dari 25

LAPORAN MINI RISET

HIROLOGI
“Pengukuran Curah Hujan Di Daerah Binjai”
DOSEN PENGAMPU :
DRS. NAHOR MANAHAT SIMANUNGKALIT, M.SI.

DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 5

Ricardo Gultom (3193331017)

Risma Griseldis S (3191131018)

Tika Fridawati (3191131021)

Veronica E.A Hutahaean (3193331031)

GEOGRAFI C 2019

JURUSAN PENDIDIKAN GEOGRAFI


FAKULTAS ILMU SOSIAL
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
2020
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena
berkat dan rahmat-Nya lah kami dapat menyelesaikan tugas Mini Riset Hidrologi
dengan judul “Pengukuran Curah Hujan Di Daerah Medan” ini dengan tepat
waktu. Kami juga tak lupa berterima kasih kepada dosen pengampu mata kuliah
Hidrologi Bapak Drs. Nahor Manahat, M.Si.

Kami menyadari sepenuhnya dalam pembuatan makalah ini terdapat banyak


kesalahan baik dalam penyajian dan cara penulisan maka dari pada itu kami
mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari para pembaca demi
perbaikan di masa depan. Sebelumnya kami memohon maaf bila mana terdapat
kesalahan kata atau kalimat yang kurang berkenan.

Kami berharap semoga pembuatan makalah ini dapat menambah wawasan


dan pengetahuan para pembaca. Akhir kata sekian dan terima kasih banyak.

Medan, Mei 2020

Kelompok 5

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.......................................................................................................ii

DAFTAR ISI.....................................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN................................................................................................1

A. Latar Belakang.......................................................................................................1

B. Rumusan Masalah..................................................................................................1

C. Tujuan....................................................................................................................2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA......................................................................................3

BAB III METODE PENELITIAN...................................................................................9

1.1. Tempat dan Waktu Survey.................................................................................9

1.2. Subjek Survey....................................................................................................9

1.3. Teknik Pengumpulan Data.................................................................................9

1.4. Teknik Analisis Data..........................................................................................9

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN........................................................................10

BAB V PENUTUP.........................................................................................................19

A. Kesimpulan..........................................................................................................19

B. Saran....................................................................................................................19

DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................20

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Hidrologi adalah suatu ilmu yang menjelaskan tentang kehadiran dan gerakan
air di alam kita ini.Meliputi berbagai bentuk air, yang menyangkut perubahan –
perubahannya antara keadaan cair, padat, dan gas dalam atmosfir, diatas dan di
bawah tanah.Di dalamnya tercakup pula air laut yang merupakan sumber dan
penyimpanan air yang mengaktifkan penghidupan di planet bumi ini (Soemarto,
1987).
Dalam Hidrologi terdapat daur atau siklus hidrologi yang mana adalah
gerakan air laut ke udara, yang kemudian jatuh ke permukaan tanah lagi sebagai
hujan atau bentuk presiptasi lain, dan akhirnya mengalir ke laut kembali
(Soemarto, 1987).Presipitasi sebagai bagian dari proses siklus hidrologi memang
sangatlah penting. Salah satu bentuk umum dari presipitasi adalah hujan.Untuk
kebutuhan hidrologi maupun perencanaan bangunan air, terkadang kita
memerlukan data hujan.Oleh sebab itulah kita perlu untuk mencatat intensitas
hujan itu sendiri.Sehingga data yang ada bisa digunakan untuk keperluan yang
lebih lanjut.
Keperluan – keperluan hidrologi dan pentingnya masalah pencatatan hujan
sangat perlu dipelajari, sehingga dengan makalah ini akan kami bahas tentang alat
penakar hujan sederhana dan langsung mempraktekannya dilapangan untuk
mengetahui cara mengukur curah hujan secara sederhana.

B. Rumusan Masalah

Rumusan masalah dari laporan ini adalah :


1. Bagaimana cara membuat alat pengukur curah hujan sederhana?
2. Bagaimana cara menggunakan alat pengukur curah hujan sederhana?
3. Bagaimana cara teknik kalibrasi alat pengukurcurah hujan sederhana?
4. Bagaimana hasil pengukuran curah hujan dengan menggunakan alat
pengukur sederhana?

1
C. Tujuan

1. Untuk mengetahui cara pembuatan alat pengukur sederhana.


2. Untuk mengetahui penggunaan alat pengukur hujan sederhana.
3. Untuk mngetahui teknik kalibrasi alat pengukur hujan sederhana.
4. Untuk mengetahui hasil pengukuran curah hujan menggunakan alat ukur
curah hujan sederhana.

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Curah Hujan

Hujan merupakan gejala meteorologi dan juga unsur klimatologi.Hujan


adalah hydrometeor yang jatuh berupa partikel-partikel air yang mempunyai
diameter 0.5 mm atau lebih.Hydrometeor yang jatuh ke tanah disebut hujan
sedangkan yang tidak sampai tanah disebut Virga (Tjasyono, 2006).Hujan yang
sampai ke permukaan tanah dapat diukur dengan jalan mengukur tinggi air hujan
tersebut dengan berdasarkan volume air hujan per satuan luas.Hasil dari
pengukuran tersebut dinamakan dengan curah hujan.
Curah hujan merupakan salah satu unsur cuaca yang datanya diperoleh
dengan cara mengukurnya dengan menggunakan alat penakar hujan, sehingga
dapat diketahui jumlahnya dalam satuan millimeter (mm). Curah hujan 1 mm
adalah jumlah air hujan yang jatuh di permukaan per satuan luas ( m 2) dengan
catatan tidak ada yang menguap, meresap atau mengalir. Jadi, curah hujan sebesar
1 mm setara dengan 1 liter/ m2(Aldrian, E. dkk, 2011). Curah hujan dibatasi
sebagai tinggi air hujan yang diterima di permukaan sebelum mengalami aliran
permukaan, evaporasi dan peresapan ke dalam tanah.
Berdasarkan ukuran butiran, hujan dapat dibedakan menjadi:
a. Hujan gerimis / drizzle, dengan diameter butirannya kurang dari 0,5 mm.
b. Hujan salju / snow, adalah kristal-kristal es yang temperatur udaranya
berada di bawah titik beku (00C).
c. Hujan batu es, curahan batu es yang turun didalam cuaca panas awan
yang temperaturnya dibawah titik beku (00C).
d. Hujan deras / rain, dengan curah hujan yang turun dari awan dengan nilai
temperatur diatas titik beku berdiameter butiran ± 7 mm.
Jenis-jenis hujan berdasarkan besarnya curah hujan menurut BMKG dibagi
manjadi tiga, yaitu :
a. Hujan sedang, 20 - 50 mm per hari.
b. Hujan lebat, 50-100 mm per hari.
c. Hujan sangat lebat, di atas 100 mm per hari.

3
Intensitas curah hujan merupakan ukuran jumlah hujan per satuan waktu
tertentu selama hujan berlangsung. Hujan umumnya dibedakan menjadi 5
tingkatan sesuai intensitasnya seperti yang disajikan pada Tabel 2.1 berikut ini.
Tabel 2.1 Tingkatan Hujan Berdasarkan Intensitasnya
Tingkatan Intensitas (mm/menit)
Sangat lemah < 0.02
Lemah 0.02 – 0.05
Sedang 0.05 – 0.25
Deras 0.25 – 1
Sangat deras >1
Sangat lemah < 0.02
(Sumber : Mori et. Al,1997 )

Data hujan mempunyai variasi yang sangat besar dibandingkan unsur


iklim lainnya, baik variasi menurut tempat maupun waktu.Data hujan biasanya
disimpan dalam satu hari dan berkelanjutan.Dengan mengetahui data curah hujan
kita dapat melakukan pengamatan di suatu daerah untuk pengembangan dalam
bidang pertanian dan perkebunan.Selain itu dapat juga digunakan untuk
mengetahui potensi suatu daerah terhadap bencana alam yang disebabkan oleh
faktor hujan (Anonim2, 2017).

2.2. Faktor Yang Mempengaruhi Curah Hujan

Indonesia merupakan salah satu kawasan tropis yang unik dinamika


atmosfernya dimana banyak dipengaruhi oleh kehadiran angin pasat, angin
monsunal, iklim maritim dan pengaruh berbagai kondisi lokal, maka cuaca dan
iklim di Indonesia diduga memiliki karakteristik khusus yang hingga kini
mekanisme proses pembentukannya belum diketahui banyak orang. Secara umum
curah hujan di wilayah Indonesia didominasi oleh adanya pengaruh beberapa
fenomena, antara lain sistem Monsun Asia-Australia, El-Nino, sirkulasi Timur-
Barat (Walker Circulation) dan sirkulasi Utara-Selatan (Hadley Circulation) serta
beberapa sirkulasi karena pengaruh lokal (McBride, 2002 dalam Hermawan,
E.2007).
Variabilitas curah hujan di Indonesia sangatlah kompleks dan merupakan
suatu bagian chaotic dari variabilitas monsun (Ferranti 1997 dalam Aldrian
2003).Monsun dan pergerakan ITCZ (Intertropical Convergence Zone) berkaitan

4
dengan variasi curah hujan tahunan dan semi tahunan di Indonesia (Aldrian,
2003), sedangkan fenomena El-Nino dan Dipole Mode berkaitan dengan variasi
curah hujan antartahunan di Indonesia.
Indonesia dikenal sebagai satu kawasan benua maritim karena sebagian
besar wilayahnya didominasi oleh lautan dan diapit oleh dua Samudera yaitu
Samudera Hindia dan Samudera Pasifik.Oleh karena itu elemen (unsur) iklimnya
terutama curah hujan memungkinkan dipengaruhi oleh keadaan suhu permukaan
laut (SPL) di sekitarnya. Salah satu fenomena yang dicirikan oleh adanya suatu
perubahan SPL yang kemudian mempengaruhi curah hujan di Indonesia adalah
fenomena yang terjadi di Samudera Hindia yang dikenal dengan istilah Dipole
Mode (DM) yang tidak lain merupakan fenomena couple antara atmosfer dan laut
yang ditandai dengan perbedaan anomali dua kutub Suhu Permukaan Laut ( SPL)
di Samudera Hindia tropis bagian timur (perairan Indonesia di sekitar Sumatera
dan Jawa) dan Samudera Hindia tropis bagian tengah sampai barat (perairan
pantai timur Benua Afrika) (Anonim2, 2017).

 2.3. Jenis Alat Pengukur Curah Hujan

Hingga saat ini terdapat beberapa cara untuk mengukur curah hujan, mulai
dari cara yang sederhana hingga cara yang kompleks. Masing-masing cara
memiliki kelebihan dan kekurangan sesuai dengan tingkat kesulitan dan ketelitian
yang dihasilkan cara tersebut.Pengukuran curah hujan harian sedapat mungkin
dibaca/dilaporkan dalam skala ukur 0.2 mm (apabila memungkinkan
menggunakan resolusi 0.1 mm). Prinsip kerja alat pengukur curah hujan antara
lain : pengukur curah hujan biasa (observariaum) curah hujan yang jatuh diukur
tiap hari dalam kurun waktu 24 jam yang dilaksanakan setiap pukul 00.00 GMT,
pengukur curah hujan otomatis melakukan pengukuran curah hujan selama 24 jam
dengan merekam jejak (Anonim1, 2017).

2.3.1. Alat Pengukur Curah Hujan Manual

Alat ini lebih dikenal dengan dengan nama Penakar Hujan OBS atau
Penakar Hujan Manual, sedang di kalangan pertanian dan pengairan biasa disebut
ombrometer. Sebuah alat yang digunakan untuk menakar atau mengukur hujan
harian.Penakar Hujan Obs ini merupakan jejaring alat ukur cuaca terbanyak di

5
Indonesia. Penempatannya 1 PH Obs mewakili luasan area 50 km 2 atau sampai
radius 5 km. Fungsinya yang vital terhadap deteksi awal musim (Hujan/kemarau)
menjadikannya sebagai barang yang dicari dan sangat diperlukan oleh penyuluh,
P3A dan kelompok tani yang tersebar keberadaannya dan lain-lain. Bahan yang
digunakan adalah semurah dan semudah mendapatkannya.Tujuan akhir
pengukuran curah hujan adalah tinggi air yang tertampung, bukan volumenya.
Hujan yang turun jika diasumsikan menyebar merata, homogen dan menjatuhi
wadah (kaleng) dengan penampang yang berbeda akan memiliki tinggi yang sama
dengan catatan faktor menguap, mengalir dan meresap tidak ada (Anonim1, 2017).

Spesifikasi :
a. Type    : Observasi (OBS)
b. Bahan :
1. Ring corong, ring pipa dan kran terbuat dari kuningan.
2. Badan terbuat dari seng kualitas baik dengan ketebalan
3. 0.8 mm atau stainless steel (DOP) ketebalan 0.5 mm.
4. Seluruh badan (kecuali ring corong) dicat luar dalam dengan cat anti karat
warna bronce-metallic.
5. Dilengkapi dengan water pass.
6. Luas corong : 100 cm2
7. Diameter badan terlebar : 21.5 cm
8. Tinggi badan : 60 cm

Menggunakan prinsip pembagian antara volume air hujan yang ditampung


lalu dibagi luas penampang/mulut penakar.Pengukuran curah hujan harian (dalam
satuan milimeter) biasanya dilakukan 1 kali pada pagi hari.Alat yang digunakan
yaitu Observatorium / ombrometer dengan tinggi 120 cm, luas mulut penakar 100
cm2.Setelah dilakukan pengukuran maka didapatkan (Anonim1, 2017).

1 2
Tinggi Curah Hujan = Volume Luas mulut penakar = A= π D … … … … …(2.1)
4

6
2.3.2. Alat Pengukur Curah Hujan Otomatis

Penakar hujan jenis Hellman merupakan suatu instrument/alat untuk


mengukur curah hujan. Penakar hujan jenis hellman ini merupakan suatu alat
penakar hujan berjenis recording atau dapat mencatat sendiri.Alat ini dipakai di
stasiun-stasiun pengamatan udara permukaan.Pengamatan dengan menggunakan
alat ini dilakukan setiap hari pada jam-jam tertentu mekipun cuaca dalam keadaan
baik/hari sedang cerah.Alat ini mencatat jumlah curah hujan yang terkumpul
dalam bentuk garis vertikal yang tercatat pada kertas pias. Alat ini memerlukan
perawatan yang cukup intensif untuk menghindari kerusakan-kerusakan yang
sering terjadi pada alat ini (Anonim1, 2017).
Curah hujan merupakan salah satu parameter cuaca yang mana datanya
sangat penting diperoleh untuk kepentingan BMG dan masyarakat yang
memerlukan data curah hujan tersebut.Hujan memiliki pengaruh yang sangat
besar bagi kehidupan manusia,karena dapat memperlancar atau malah
menghambat kegiatan manusia. Oleh karena itu, kualitas data curah hujan yang
didapat haruslah bermutu;memiliki keakuratan yang tinggi.Maka seorang
observer / pengamat haruslah mengetahui tentang alat penakar hujan yang dipakai
di stasiun pengamat secara baik. Salah satu alat penakar hujan yang sering dipakai
ialah Penakar hujan jenis hellman (Anonim1, 2017).
Penakar hujan jenis hellman beserta bagian-bagiannya :
a.      Bibir atau mulut corong
b.     Lebar corong
c.      Tempat kunci atau gembok
d.     Tangki pelampung
e.      Silinder jam tempat meletakkan pias
f.       Tangki pena
g.      Tabung tempat pelampung
h.     Pelampung
i.       Pintu penakar hujan
j.       Alat penyimpan data
k.     Alat pengatur tinggi rendah selang gelas (siphon)
l.       Selang gelas

7
m.   Tempat kunci atau gembok
n.    Panci pengumpul air hujan bervolume
Menggunakan prinsip pelampung, timbangan dan jungkitan.Contoh alat
pengukur yang terdapat saat ini yaitu Hellman dan Tipping-bucket gauge. Alat
ukur otomatis memiliki beberapa keuntungan diantaranya hasil yang didapat
memiliki tingkat ketelitian yang cukup tinggi, juga dapat mengetahui waktu
kejadian dan integritas hujan dengan periode pencatatan dapat lebih dari sehari
karena menggunakan kertas pias.(Haryoko, Urip. 2011).

2.3.2.1. Cara Kerja Alat

Jika hujan turun, air hujan masuk melalui corong, kemudian terkumpul
dalam tabung tempat pelampung.Air hujan ini menyebabkan pelampung serta
tangkainya terangkat atau naik keatas. Pada tangkai pelampung terdapat tongkat
pena yang gerakkannya selalu mengikuti tangkai pelampung Gerakkan pena
dicatat pada pias yang ditakkan/digulung pada silinder jam yang dapat berputar
dengan bantuan tenaga per (Anonim1, 2017).
Jika air dalam tabung hampir penuh (dapat dilihat pada lengkungan selang
gelas), pena akan mencapai tempat teratas pada pias.Setelah air mencapai atau
melewati puncak lengkungan selang gelas,maka berdasarkan sistem siphon
otomatis (sistem selang air),air dalam tabung akan keluar sampai ketinggian ujung
selang dalam tabung.Bersamaan dengan keluarnya air,tangki pelampung dan pena
turun dan pencatatannya pada pias merupakan garis lurus vertikal.Jika hujan
masih terus-menerus turun,maka pelampung akan naik kembali seperti diatas,
dengan demikian jumlah curah hujan dapat dihitung atau ditentukan dengan
menghitung garis-garis vertical (Anonim1, 2017).

8
BAB III
METODE PENELITIAN

1.1. Tempat dan Waktu Survey


1. Tempat Suvey
Penelitian ini dilakukan di rumah dengan melakukan kegiatan mengukur
curah hujan
2. Waktu Survey
Adapun penelitian ini dilaksanakan pada semester genap tahun ajaran 2020
yaitu antara Mei 2020.

1.2. Subjek Survey


Subjek dalam penelitian yang kami buat ini adalah jumlah air hujan yang
diamati.

1.3. Teknik Pengumpulan Data


Adapun teknik pengumpulan data yang dilakukan oleh peneliti yaitu dengan
menggunakan sebuah catatan penelitian.

1.4. Teknik Analisis Data


Analisis data yang dilakukan dalam penelitian ini yaitu dengan menggunakan
teknik kualitatif yang digunakan untuk mendapatkan informasi.

9
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1. Proses Pembuatan Alat Pengukur Cirah Hujan Sederhana


Alat pengukur curah hujan yang digunakan untuk pengukuran curah hujan
yang ada di daerah Binjai adalah alat pengukur curah hujan sederhana yang dibuat
dengan alat-alat yang dijelaskan pada Tabel 3.1.
Tabel 3.1 Alat yang digunakan
No Alat Gambar
1. Corong Diameter 15 cm

2. Gelas Ukur

3. Derigen

4. Gunting

10
5. Meja

Cara Membuat :
1. Membuat alat penampung curah hujan dengan corong berdiameter 15 cm,
standar alat penampung minimal diameternya 14 cm (standar minimal
yang disarankan BMKG). Penampung curah hujan ini dibuat dari derigen
bekas (5 Liter).
2. Memberi lubang pada tutup derigen dengan gunting agar corong tidak
mudah bergeser apabila terkena air hujan.

Gambar 3.1 Proses Pelubangan Tutup Derigen dengan Gunting

11
Gambar 3.2 Proses Pemasangan Corong Ke Tutup Derigen

Gambar 3.3 Proses Pemasangan Corong Ke Derigen

Gambar 3.4 Rangkai Alat Ukur Hujan Sederhana


3. Penggunaan gelas ukur sebagai alat tetra untuk mempermudah membaca
4. Alat ini dipasang di daerah yang terbuka dengan jarak minimal ke
pohon/naungan adalah + 10 meter

12
5. Pastikan alat penampung curah hujan dipasang pada ketinggian minimal
1,2 meter dari permukaan tanah. Hal ini untuk menghindari percikan air
dari tanah masuk ke alat penampung.
6. Pasang alat penampung curah hujan diletakkan ditempat dengan
permukaan yang rata/ datar dan tidak terjatuh/ miring ketika angin
berhembus.

Gambar 3.5 Rangkaian Alat Diletakkan Ditanah Lapang Yang Rata


7. Membuat daftar kalibrasi. Daftar ini dilakukan dengan memakai dasar
prinsip pengukuran curah hujan, dimana volume dibagi dengan luas
penampang alat penampung curah hujan. Karena alat penampung curah
hujan berbentuk silinder dengan penampang bulat, maka saya memakai

1
rumus luas penampang L (cm2) = π d 2.
4
3.2. Penggunaan Alat Ukur Curah Hujan Sederhana

Proses pemakaian alat pengukur curah hujan sederhana sangat


mudah. Setelah rangkaian alat selesai dibuat, letakkan rangkaian alat
pengukur curah hujan di tempat dengan ketinggian minimal 120 cm
ditanah lapang dengan permukaan yang rata dan jauh dari pepohonan dan
bangunan dengan jarak ± 10 meter. Pada pengamatan ini, kami
menggunakan meja dengan ketinggian 150 cm ditanah lapang yang jauh
dari pohon dan bangunan. Proses pengamatan pertama dilakukan pada hari
Jum’at, 1 Mei 2020 pukul 10.39 – 10.55 Wib atau sekitar 16 menit.
Intensitas waktu 16 menit saja karena waktu terjadinya hujan hanya

13
berlangsung hanya 16 menit saja. Proses pengamatan kedua dilakukan
pada hari Sabtu, 2 Mei 2020 pada pukul 14.55 – 15.55 Wib sekitar 1 jam.
Intensitas waktu 60 menit karena waktu terjadinya hujan hanya
berlangsung hanya 60 menit.

Gambar 3.6 Pengaplikasian di Lapangan Pada Hari Jum’at

Gambar 3.7 Pengaplikasian di Lapangan Pada Hari Sabtu

14
Gambar 3.8 Pengamatan di Lapangan

Gambar 3.9 Hasil Pengukuran Curah Hujan Hari Jum’at

Gambar 3.10 Hasil Pengukuran Curah Hujan Hari Sabtu


3.3. Cara Pengkalibrasian Alat Pengukur Curah Hujan Sederhana

Pengukuran curah hujan pada prinsibnya mengukur ketinggian air hujan


yang jatuh pada satu bidang luasan tertentu. Ketinggian air hujan dapat dihitung
jika kita mengetahui volume air hujan yang masuk pada bidang dengan luasan
yang sudah diketahui luasnya.

Menghitung ketinggian air hujan yang jatuh

15
V
H= ……………………………………….……………………………….(3.1)
L

Keterangan :
H = Ketinggian Curah Hujan (mm)
V = Volume (ml3)
L = Luas Bidang (cm2)
Menghitung luas corong
1
L= π d 2……………………………………………………………….…(3.2)
4

Keterangan :
π=3,14
d = Diameter Corong (cm)
 Perhitungan Luas Bidang Corong
Diketahui diameter corong 15 cm

1
L= π d 2
4
1
L= x 3.14 x( 15)2
4
L=176.625 cm 2

L=17662.5 mm 2

Setelah diketahui luas corong, dapat kita hitung kalibrasi alat pengukur
curah hujan sederhana yang dijelaskan sebagai berikut :

Jika diketahui volume curah hujan 10 ml atau 10.000 mm 3 dan luas corong
17662,5 mm2 maka tinggi curah hujannya adalah

V
H=
L

10.000
H¿
1766,2

H = 0,6 mm

16
Untuk volume curah hujan yang lain dapat dilihat pada Tabel 3.2 berikut ini.

17
Tabel 3.2 Perhitungan Kalibrasi Alat Ukur Curah Hujan Sederhana

No Volume (ml) CH (mm) No Volume (ml) CH (mm) No Volume (ml) CH (mm)


1 10 0.6 21 210 11.9 41 410 23.2
2 20 1.1 22 220 12.5 42 420 23.8
3 30 1.7 23 230 13.0 43 430 24.3
4 40 2.3 24 240 13.6 44 440 24.9
5 50 2.8 25 250 14.2 45 450 25.5
6 60 3.4 26 260 14.7 46 460 26.0
7 70 4.0 27 270 15.3 47 470 26.6
8 80 4.5 28 280 15.9 48 480 27.2
9 90 5.1 29 290 16.4 49 490 27.7
10 100 5.7 30 300 17.0 50 500 28.3
11 110 6.2 31 310 17.6 51 510 28.9
12 120 6.8 32 320 18.1 52 520 29.4
13 130 7.4 33 330 18.7 53 530 30.0
14 140 7.9 34 340 19.2 54 540 30.6
15 150 8.5 35 350 19.8 55 550 31.1
16 160 9.1 36 360 20.4 56 560 31.7
17 170 9.6 37 370 20.9 57 570 32.3
18 180 10.2 38 380 21.5 58 580 32.8
19 190 10.8 39 390 22.1 59 590 33.4
20 200 11.3 40 400 22.6 60 600 34.0

18
3.4. Hasil Pengukuran Alat Ukur Curah Hujan Sederhana

Pengamatan menggunakan alat ukur curah hujan sederhana dilakukan


ditanah lapang di pinggir jalan km 12 Binjai. Pengamatan dilakukan pada hari
Jum’at, 1 mei 2020 pada pukul 10.39 – 10.55 Wib dan hari Sabtu, 2 Mei 2020
pada pukul 14.55 – 15.55 Wib. Pengamatan pada hari Jum’at dilakukan selama 16
menit saja karena intensitas waktu hujan cuma berlangsung selama 16 menit saja.
Hasil dari pengamatan tersebut didapat kapasitas curah hujan 10 ml saja.
Jika perhitungan tinggi curah hujan jika didapat volume curah hujan 10 ml atau
10.000 mm3 dan luas corong 17662,5 mm2 adalah
V
H¿
L

10.000
H¿
1766,2

H = 0,6 mm

Dapat disimpulkan bahwa tinggi curah hujan pada hari Jum’at sebesar 0.6 mm
yang artinya intensitas hujan deras.

Sedangkan pengamatan pada hari Sabtu dilakukan selama 60 menit karena


intensitas waktu hujan berlangsung selama 60 menit. Hasil dari pengamatan
tersebut didapat kapasitas curah hujan 60 ml.

Jika perhitungan tinggi curah hujan jika didapat volume curah hujan 60 ml atau
60.000 mm3 dan luas corong 17662,5 mm2 adalah
V
H=
L

60.000
H¿
1766,2

H = 3,4 mm

Dari hasil pengamatan dapat disimpulkan bahwa tinggi curah hujan pada hari
Sabtu sebesar 3,4 mm yang artinya intensitas hujan sangat deras.

19
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan

Kesimpulan dari laporan ini adalah :


1. Pembuatan alat ukur curah sederhana sangat mudah karena hanya
memerlukan corong dengan diameter rminimal 14 cm, dirigen 5 liter,
gunting dan gelas ukur 1 liter saja.
2. Rangkai alat ukur curah hujan sederhana harus diletakkan pada tempat
dengan ketinggian minimal 120 cm dan jaraknya 10 meter dari pohon dan
bangunan ditanah yang datar pada saat penggunaannya.
3. Teknik kalibrasi alat ukur curah hujan tergantung luas corong yang
digunakan dan kapasitas gelas ukur.
4. Dari hasil pengamatan didapat tinggi curah hujan pada hari Jum’at, 1 Mei
2020 adalah 0.6 mm yang artinya intensitas hujan deras. Sedangkan dari
hasil pengamatan didapat tinggi curah hujan pada hari Sabtu, 2 Mei 2020
adalah 3.4 mm yang artinya intensitas hujan sangat deras

B. Saran

Saran dari laporan ini adalah sebaiknya proses pengamatan dilakukan pada
musim hujan sehingga didapat data tinggi curah hujan yang akurat.

20
21
DAFTAR PUSTAKA

Anonim1,.http://jenis-jenismakalahsemester3b.blogspot.co.id/2014/05/makalah-
curah-hujan_18.html.
Diakses Pada Tanggal 10 Maret 2017.
Anonim2.,http://anadventureinmylife.blogspot.co.id/2016/03/makalah-alat-
pengukur-curah-hujan.html.
Diakses Pada Tanggal 10 Maret 2017.
Aldrian, E, Budiman, dan Mimin Karmini. 2011. Adaptasi dan Mitigasi
Perubahan Iklim di Indonesia. Pusat Perubahan Iklim dan Kualitas Udara
Kedeputian Bidang Klimatologi, Badan Meteorologi, Klimatologi dan
Geofisika. Jakarta.
Aldrian dan Susanto. 2003. Identification of three dominant rainfall regions
within indonesia and their relationship to sea surface temperature.
International journal of climatology.
Haryoko, Urip., 2011. Pewilayah Hujan untu Menentukan Pola Hujan (Contoh
Kasus Kabupaten Indramayu).Indramayu.

Hermawan, E. 2007.Pengaruh Kejadian Dipole Mode Terhadap Variabilitas Curah


Hujan di Sumatera Barat dan Selatan. Makalah di seminarkan pada acara
joint CEOP/IGWCO Planning Meeting 12-17 Maret 2007 di Natonal
Academy of Science, Wasingthon, DC, USA
Mori et al., 1997.Development of large static var generator using self-
commutated inverters for improving power system stability. IEEE Trans.
Power Delivery, Vol 8, No. 1.
Soemarto, C.D., 1987. Hidrologi Teknik. Usaha Nasional, Surabaya.

Tjasyono, Bayong HK. 2006. Klimatologi, Penerbit ITB, Bandung

Anda mungkin juga menyukai