HIROLOGI
“Pengukuran Curah Hujan Di Daerah Binjai”
DOSEN PENGAMPU :
DRS. NAHOR MANAHAT SIMANUNGKALIT, M.SI.
DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 5
GEOGRAFI C 2019
Kelompok 5
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.......................................................................................................ii
DAFTAR ISI.....................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN................................................................................................1
A. Latar Belakang.......................................................................................................1
B. Rumusan Masalah..................................................................................................1
C. Tujuan....................................................................................................................2
BAB V PENUTUP.........................................................................................................19
A. Kesimpulan..........................................................................................................19
B. Saran....................................................................................................................19
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................20
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Hidrologi adalah suatu ilmu yang menjelaskan tentang kehadiran dan gerakan
air di alam kita ini.Meliputi berbagai bentuk air, yang menyangkut perubahan –
perubahannya antara keadaan cair, padat, dan gas dalam atmosfir, diatas dan di
bawah tanah.Di dalamnya tercakup pula air laut yang merupakan sumber dan
penyimpanan air yang mengaktifkan penghidupan di planet bumi ini (Soemarto,
1987).
Dalam Hidrologi terdapat daur atau siklus hidrologi yang mana adalah
gerakan air laut ke udara, yang kemudian jatuh ke permukaan tanah lagi sebagai
hujan atau bentuk presiptasi lain, dan akhirnya mengalir ke laut kembali
(Soemarto, 1987).Presipitasi sebagai bagian dari proses siklus hidrologi memang
sangatlah penting. Salah satu bentuk umum dari presipitasi adalah hujan.Untuk
kebutuhan hidrologi maupun perencanaan bangunan air, terkadang kita
memerlukan data hujan.Oleh sebab itulah kita perlu untuk mencatat intensitas
hujan itu sendiri.Sehingga data yang ada bisa digunakan untuk keperluan yang
lebih lanjut.
Keperluan – keperluan hidrologi dan pentingnya masalah pencatatan hujan
sangat perlu dipelajari, sehingga dengan makalah ini akan kami bahas tentang alat
penakar hujan sederhana dan langsung mempraktekannya dilapangan untuk
mengetahui cara mengukur curah hujan secara sederhana.
B. Rumusan Masalah
1
C. Tujuan
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
3
Intensitas curah hujan merupakan ukuran jumlah hujan per satuan waktu
tertentu selama hujan berlangsung. Hujan umumnya dibedakan menjadi 5
tingkatan sesuai intensitasnya seperti yang disajikan pada Tabel 2.1 berikut ini.
Tabel 2.1 Tingkatan Hujan Berdasarkan Intensitasnya
Tingkatan Intensitas (mm/menit)
Sangat lemah < 0.02
Lemah 0.02 – 0.05
Sedang 0.05 – 0.25
Deras 0.25 – 1
Sangat deras >1
Sangat lemah < 0.02
(Sumber : Mori et. Al,1997 )
4
dengan variasi curah hujan tahunan dan semi tahunan di Indonesia (Aldrian,
2003), sedangkan fenomena El-Nino dan Dipole Mode berkaitan dengan variasi
curah hujan antartahunan di Indonesia.
Indonesia dikenal sebagai satu kawasan benua maritim karena sebagian
besar wilayahnya didominasi oleh lautan dan diapit oleh dua Samudera yaitu
Samudera Hindia dan Samudera Pasifik.Oleh karena itu elemen (unsur) iklimnya
terutama curah hujan memungkinkan dipengaruhi oleh keadaan suhu permukaan
laut (SPL) di sekitarnya. Salah satu fenomena yang dicirikan oleh adanya suatu
perubahan SPL yang kemudian mempengaruhi curah hujan di Indonesia adalah
fenomena yang terjadi di Samudera Hindia yang dikenal dengan istilah Dipole
Mode (DM) yang tidak lain merupakan fenomena couple antara atmosfer dan laut
yang ditandai dengan perbedaan anomali dua kutub Suhu Permukaan Laut ( SPL)
di Samudera Hindia tropis bagian timur (perairan Indonesia di sekitar Sumatera
dan Jawa) dan Samudera Hindia tropis bagian tengah sampai barat (perairan
pantai timur Benua Afrika) (Anonim2, 2017).
Hingga saat ini terdapat beberapa cara untuk mengukur curah hujan, mulai
dari cara yang sederhana hingga cara yang kompleks. Masing-masing cara
memiliki kelebihan dan kekurangan sesuai dengan tingkat kesulitan dan ketelitian
yang dihasilkan cara tersebut.Pengukuran curah hujan harian sedapat mungkin
dibaca/dilaporkan dalam skala ukur 0.2 mm (apabila memungkinkan
menggunakan resolusi 0.1 mm). Prinsip kerja alat pengukur curah hujan antara
lain : pengukur curah hujan biasa (observariaum) curah hujan yang jatuh diukur
tiap hari dalam kurun waktu 24 jam yang dilaksanakan setiap pukul 00.00 GMT,
pengukur curah hujan otomatis melakukan pengukuran curah hujan selama 24 jam
dengan merekam jejak (Anonim1, 2017).
Alat ini lebih dikenal dengan dengan nama Penakar Hujan OBS atau
Penakar Hujan Manual, sedang di kalangan pertanian dan pengairan biasa disebut
ombrometer. Sebuah alat yang digunakan untuk menakar atau mengukur hujan
harian.Penakar Hujan Obs ini merupakan jejaring alat ukur cuaca terbanyak di
5
Indonesia. Penempatannya 1 PH Obs mewakili luasan area 50 km 2 atau sampai
radius 5 km. Fungsinya yang vital terhadap deteksi awal musim (Hujan/kemarau)
menjadikannya sebagai barang yang dicari dan sangat diperlukan oleh penyuluh,
P3A dan kelompok tani yang tersebar keberadaannya dan lain-lain. Bahan yang
digunakan adalah semurah dan semudah mendapatkannya.Tujuan akhir
pengukuran curah hujan adalah tinggi air yang tertampung, bukan volumenya.
Hujan yang turun jika diasumsikan menyebar merata, homogen dan menjatuhi
wadah (kaleng) dengan penampang yang berbeda akan memiliki tinggi yang sama
dengan catatan faktor menguap, mengalir dan meresap tidak ada (Anonim1, 2017).
Spesifikasi :
a. Type : Observasi (OBS)
b. Bahan :
1. Ring corong, ring pipa dan kran terbuat dari kuningan.
2. Badan terbuat dari seng kualitas baik dengan ketebalan
3. 0.8 mm atau stainless steel (DOP) ketebalan 0.5 mm.
4. Seluruh badan (kecuali ring corong) dicat luar dalam dengan cat anti karat
warna bronce-metallic.
5. Dilengkapi dengan water pass.
6. Luas corong : 100 cm2
7. Diameter badan terlebar : 21.5 cm
8. Tinggi badan : 60 cm
1 2
Tinggi Curah Hujan = Volume Luas mulut penakar = A= π D … … … … …(2.1)
4
6
2.3.2. Alat Pengukur Curah Hujan Otomatis
7
m. Tempat kunci atau gembok
n. Panci pengumpul air hujan bervolume
Menggunakan prinsip pelampung, timbangan dan jungkitan.Contoh alat
pengukur yang terdapat saat ini yaitu Hellman dan Tipping-bucket gauge. Alat
ukur otomatis memiliki beberapa keuntungan diantaranya hasil yang didapat
memiliki tingkat ketelitian yang cukup tinggi, juga dapat mengetahui waktu
kejadian dan integritas hujan dengan periode pencatatan dapat lebih dari sehari
karena menggunakan kertas pias.(Haryoko, Urip. 2011).
Jika hujan turun, air hujan masuk melalui corong, kemudian terkumpul
dalam tabung tempat pelampung.Air hujan ini menyebabkan pelampung serta
tangkainya terangkat atau naik keatas. Pada tangkai pelampung terdapat tongkat
pena yang gerakkannya selalu mengikuti tangkai pelampung Gerakkan pena
dicatat pada pias yang ditakkan/digulung pada silinder jam yang dapat berputar
dengan bantuan tenaga per (Anonim1, 2017).
Jika air dalam tabung hampir penuh (dapat dilihat pada lengkungan selang
gelas), pena akan mencapai tempat teratas pada pias.Setelah air mencapai atau
melewati puncak lengkungan selang gelas,maka berdasarkan sistem siphon
otomatis (sistem selang air),air dalam tabung akan keluar sampai ketinggian ujung
selang dalam tabung.Bersamaan dengan keluarnya air,tangki pelampung dan pena
turun dan pencatatannya pada pias merupakan garis lurus vertikal.Jika hujan
masih terus-menerus turun,maka pelampung akan naik kembali seperti diatas,
dengan demikian jumlah curah hujan dapat dihitung atau ditentukan dengan
menghitung garis-garis vertical (Anonim1, 2017).
8
BAB III
METODE PENELITIAN
9
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
2. Gelas Ukur
3. Derigen
4. Gunting
10
5. Meja
Cara Membuat :
1. Membuat alat penampung curah hujan dengan corong berdiameter 15 cm,
standar alat penampung minimal diameternya 14 cm (standar minimal
yang disarankan BMKG). Penampung curah hujan ini dibuat dari derigen
bekas (5 Liter).
2. Memberi lubang pada tutup derigen dengan gunting agar corong tidak
mudah bergeser apabila terkena air hujan.
11
Gambar 3.2 Proses Pemasangan Corong Ke Tutup Derigen
12
5. Pastikan alat penampung curah hujan dipasang pada ketinggian minimal
1,2 meter dari permukaan tanah. Hal ini untuk menghindari percikan air
dari tanah masuk ke alat penampung.
6. Pasang alat penampung curah hujan diletakkan ditempat dengan
permukaan yang rata/ datar dan tidak terjatuh/ miring ketika angin
berhembus.
1
rumus luas penampang L (cm2) = π d 2.
4
3.2. Penggunaan Alat Ukur Curah Hujan Sederhana
13
berlangsung hanya 16 menit saja. Proses pengamatan kedua dilakukan
pada hari Sabtu, 2 Mei 2020 pada pukul 14.55 – 15.55 Wib sekitar 1 jam.
Intensitas waktu 60 menit karena waktu terjadinya hujan hanya
berlangsung hanya 60 menit.
14
Gambar 3.8 Pengamatan di Lapangan
15
V
H= ……………………………………….……………………………….(3.1)
L
Keterangan :
H = Ketinggian Curah Hujan (mm)
V = Volume (ml3)
L = Luas Bidang (cm2)
Menghitung luas corong
1
L= π d 2……………………………………………………………….…(3.2)
4
Keterangan :
π=3,14
d = Diameter Corong (cm)
Perhitungan Luas Bidang Corong
Diketahui diameter corong 15 cm
1
L= π d 2
4
1
L= x 3.14 x( 15)2
4
L=176.625 cm 2
L=17662.5 mm 2
Setelah diketahui luas corong, dapat kita hitung kalibrasi alat pengukur
curah hujan sederhana yang dijelaskan sebagai berikut :
Jika diketahui volume curah hujan 10 ml atau 10.000 mm 3 dan luas corong
17662,5 mm2 maka tinggi curah hujannya adalah
V
H=
L
10.000
H¿
1766,2
H = 0,6 mm
16
Untuk volume curah hujan yang lain dapat dilihat pada Tabel 3.2 berikut ini.
17
Tabel 3.2 Perhitungan Kalibrasi Alat Ukur Curah Hujan Sederhana
18
3.4. Hasil Pengukuran Alat Ukur Curah Hujan Sederhana
10.000
H¿
1766,2
H = 0,6 mm
Dapat disimpulkan bahwa tinggi curah hujan pada hari Jum’at sebesar 0.6 mm
yang artinya intensitas hujan deras.
Jika perhitungan tinggi curah hujan jika didapat volume curah hujan 60 ml atau
60.000 mm3 dan luas corong 17662,5 mm2 adalah
V
H=
L
60.000
H¿
1766,2
H = 3,4 mm
Dari hasil pengamatan dapat disimpulkan bahwa tinggi curah hujan pada hari
Sabtu sebesar 3,4 mm yang artinya intensitas hujan sangat deras.
19
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
Saran dari laporan ini adalah sebaiknya proses pengamatan dilakukan pada
musim hujan sehingga didapat data tinggi curah hujan yang akurat.
20
21
DAFTAR PUSTAKA
Anonim1,.http://jenis-jenismakalahsemester3b.blogspot.co.id/2014/05/makalah-
curah-hujan_18.html.
Diakses Pada Tanggal 10 Maret 2017.
Anonim2.,http://anadventureinmylife.blogspot.co.id/2016/03/makalah-alat-
pengukur-curah-hujan.html.
Diakses Pada Tanggal 10 Maret 2017.
Aldrian, E, Budiman, dan Mimin Karmini. 2011. Adaptasi dan Mitigasi
Perubahan Iklim di Indonesia. Pusat Perubahan Iklim dan Kualitas Udara
Kedeputian Bidang Klimatologi, Badan Meteorologi, Klimatologi dan
Geofisika. Jakarta.
Aldrian dan Susanto. 2003. Identification of three dominant rainfall regions
within indonesia and their relationship to sea surface temperature.
International journal of climatology.
Haryoko, Urip., 2011. Pewilayah Hujan untu Menentukan Pola Hujan (Contoh
Kasus Kabupaten Indramayu).Indramayu.