Anda di halaman 1dari 20

LAPORAN AGROHIDROLOGI

“ DATA CURAH HUJAN “

DISUSUN OLEH :
ROSMAULI SIRINGORINGO
D1A018107

DOSEN PENGAMPU :
Dr. Ir. Wiskandar, M.P.
Najla Anwar Fuadi, S.P.,M.Si.

PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS JAMBI
2020

i
KATA PENGANTAR

Puji Syukur senantiasa penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa
atas berkat dan rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan
laporan praktikum agrohidrologi ini meskipun dengan sangat sederhana. Pada
kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih kepada dosen pengampu mata
kuliah Agrohidrologi dosen I Dr.Ir. Wiskandar, M.P. ,dosen II Najla Anwar
Fuadi,SP.,M.Si. dan asisten dosen Mulidaya Hapsyari yang telah memberikan
bimbingan dan pengarahan dalam pembuatan laporan ini, selanjutnya ucapkan
terimakasih kepada keluarga dan orang-orang tercinta yang telah banyak
memberikan dukungan kepada penulis dan rekan-rekan mahasiswa seperjuangan
sehingga laporan ini dapat diselesaikan.
Demi kesempurnaan laporan, penulis mengharapkan kritik dan saran yang
sifatnya membangun. Akhir kata penulis berharap semoga laporan praktikum ini
dapat bermanfaat bagi pembaca dan pihak yang membutuhkan.

Jambi, Februari 2020

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................i
DAFTAR ISI...........................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1
1.1 Latar Belakang.......................................................................................1
1.2 Tujuan....................................................................................................2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA............................................................................3


2.1 Klasifikasi Tipe Iklim Menurut Schmitd dan Fergusson.......................3
2.2 Klasifikasi Tipe Iklim Menurut Oldeman..............................................4

BAB III METODE PENELITIAN.......................................................................7


3.1 Waktu dan Tempat.................................................................................7
3.2 Alat dan Bahan.......................................................................................7
3.3 Cara Kerja...............................................................................................7

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN................................................................9


4.1 Hasil........................................................................................................9
4.2 Pembahasan..........................................................................................11

BAB V PENUTUP................................................................................................12
5.1 Kesimpulan...........................................................................................12
5.2 Saran.....................................................................................................12

DAFTAR PUSTAKA ..........................................................................................13


LAMPIRAN..........................................................................................................14

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Hidrologi adalah suatu ilmu yang menjelaskan tentang kehadiran dan gerakan
air di alam kita ini. Meliputi berbagai bentuk air, yang menyangkut perubahan-
perubahannya antar keadaan cair, padat, dan gas dalam atmosfir, diatas dan di bawah
tanah. Di dalamnya tercakup penghidupan diplanet bumi ini (Soemarto,1987).
Dalam hidrologi terdapat daur atau siklus hidrologi yang mana adalah gerakan
air laut ke udara, yang kemudian jatuh ke permukaan tanah lagi sebagai hujan atau
bentuk presiptasi lain, dan akhirnya mengalir ke laut kembali. Presipitasi sebagai
bagian dari proses siklus hidrologi memang sangatlah penting. Salah satu bentuk
umum dari presipitasi adalah hujan. Untuk kebutuhan hidrologi maupun perencanaan
bangunan air, terkadang kita memerlukan data hujan. Oleh sebab itulah kita perlu
untuk mencatat intensitas hujan itu sendiri. Sehingga data yang ada bisa digunakan
untuk keperluan yang lebih lanjut (Soemarto,1987).
Curah hujan sering disebut dengan presipitasi. Presipitasi merupakan fenomena
hidrologi yang berlangsung pada lapisan atmosfer yang berkaitan dengan fenomena
meterologis dibumi. Kajian meteorologi dan klimatologi hujan merupakan salah satu
dari tujuh anasir meteorologi dan klimatologi. Tujuh anasir tersebut antara lain radiasi
sinar meteorologi dan klimatologi. Tujuh anasir tersebut antara lain radiasi sinar
matahari, temperatur, penguapan, kelembaban udara, tekanan udara, kecepatan angin,
dan hujan. Selain itu, besarnya curah hujan diwilayah indonesia juga dipengaruhi oleh
beberapa faktor seperti medan/topografi, arah lereng medan, arah angin yang sejajar
dengan garis pantai dan jarak perjalanan angin di atas medan datar.
Presipitasi merupakan peristiwa jauhnya cairan atau zat padat yang berasal dari
hasil kondensasi atau pengembunan uap air yang jatuh kepermukaan bumi. Menurut
linsey dkk(1989) presipitasi adalah produk dari awan yang turun berbentuk air hujan
atau salju. Pengertian dari hujan sendiri merupakan bentuk dari presipitasi berupa
cairan yang jatuh dipermukaan bumi. Proses terjadinya hujan tidak terlepas dari
pentingnya hujan sebagai komponen input dalam siklus hidrologi. Siklus air tidak

1
akan berlangsung apabila tidak ada hujan didalamnya sehingga peranan hujan paling
menentukan dalam proses siklus air yang terjadi dipermukaan bumi.
Menurut Handoko (1986), intensitas hujan adalah curah hujan dibagi dengan
selang waktu terjadinya hujan. Intensitas curah hujan dapat diatur menggunakan alat
pengukur curah hujan baik otomatis maupun manual. Alat pengukur tersebut
diletakkan pada are atau wilayah yang dapat mengwakili besarnya intensitas curah
hujan didaerah tersebut. Keakuratan data curah hujan memerlukan banyak alat
pengukur hujan dengan variasi posisi titik pengamatan (point rainfall). Menurut
(Hutchinson,1970; browning, 1987, dalam Asdak C.1995) ketelitian hasil pengukuran
curah hujan tergantung pada variabilitas curah hujan, yang berarti bahwa diperlukan
banyak alat pengukur curah hujan untuk menghitung suatu daerah dengan variasi
curah hujan yang besar. Alat pengukur curah hujan yang sering dipakai dalam
observatorium yaitu ombrometer dengan luas mulut penakar 100 cm 2 dan dipasang
dengan ketinggian 1.2 meter dari permukaan tanah (jumin,2002). Batas dari curah
hujan yaitu tinggi air (mm) yang diterima permukaan, evaporasi(penguapan), dan
peresapan(infiltarasi) ke dalam tanah. Jumlah penghitungan hujan memiliki berbagai
batasan waktu tertentu seperti harian, per-minggu, bulanan, tahun, dkd, atau periode
tanam(tahap perumbuhan tanaman).

1.2 Tujuan
Tujuan dari dibuatnya laporan ini yaitu agar mahasiswa dapat mengetahui cara
pengelolaan data curah hujan harian, bulanan, tahunan dan dapat membuat grafik
sesuai yang ditentukan berdasarkan wilayah yang ditentukan pula.

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Klasifikasi Tipe Iklim Menurut Schmitd dan Fergusson


Menurut Lakitan (2002) klasifikasi iklim menurut Schmidt-Ferguson (1951)
didasarkan kepada perbandingan antara Bulan Kering (BK) dan Bulan Basah (BB).
Kriteria BK dan BB yang digunakan dalam klasifikasi Schmidt-Ferguson sama
dengan Kriteria BK dan BB oleh Mohr, namun perbedaannya dalam cara perhitungan
BK dan BB akhir selama jangka waktu data curah hujan itu dihitung. Ketentuan
penetapan bulan basah dan bulan kering mengikuti aturan sebagai berikut :
Bulan Kering (BK) : bulan dengan curah hujan lebih kecil dari 60 mm
Bulan Basah (BB) : bulan dengan curah hujan lebih besar dari 100 mm
Bulan Lembab (BL) : bulan dengan curah hujan antara 60 – 100 mm
Bulan Lembab (BL) tidak dimasukkan dalam rumus penentuan tipe curah hujan
yang dinyatakan dalam nilai Q, yang dihitung dengan persamaan berikut :

Q = Jumlah Rata-Rata BK x 100


%
Rata-rata jumlah bulan basah adalah banyaknya bulan basah dari seluruh data
pengamatan dibagi jumlah tahun data pengamatan, demikian pula rata-rata jumlah
bulan kering adalah banyaknya bulan kering dari seluruh data pengamatan dibagi
jumlah tahun data pengamatan. Dari nilai Q ini selanjutnya ditentukan tipe curah
hujan suatu tempat atau daerah dengan menggunakan Tabel Q atau diagram segitiga
kriteria kalsifikasi tipe hujan menurut Schmidt-Ferguson (Nawawi, 2001).
Sistem klasifikasi Schmidt-Ferguson , cukup luas dipergunakan khususnya
untuk tanaman keras/tanaman perkebunan dan tanaman kehutanan. Hal ini kiranya
cukup beralasan karena dengan sistem ini orang kurang tahu yang sebenarnya kapan
bulan kering atau kapan bulan basah terjadi. Apakah berturutan atau berselang seling.
Sebagai contoh kalu ada suatu wilayah mempunyai dua bulan kering yang terjadi
tidak berturutan untuk tanaman keras yang berakar dalam mungkin tidak akan

3
menimbulkan kerugian yang berarti, akan tetapi kalau hal itu untuk keperluan
tanaman semusim atau yang berakar dangkal dapat sangat merugikan. Selain itu
kriteria bulan basah dan bulan kering untuk beberapa wilayah terlalu rendah (Dewi,
2005).
Tabel Klasifikasi Iklim Schmidt-Fergusson
Tipe Iklim Vegetasi Kriteria
A (Sangat Basah) Hutan hujan tropika 0 < Q < 0.143
B (Basah) Hutan hujan tropika 0.143 < Q < 0.333
C (Agak Basah) Hutan rimba 0.333 < Q < 0.600
D (Sedang) Hutan musim 0.600 < Q < 1.000
E (Agak Kering) Hutan Sabana 1.000 < Q < 1.670
F (Kering) Hutan sabana 1.670 < Q < 3.000
G (Sangat Kering) Padang ilalang 3.000 < Q < 7.000
H (Luar Biasa Kering)Padang ilalang 7.000 < Q
Sumber: Lakitan (2002)

2.2 Klasifikasi Tipe Iklim Menurut Oldeman


Klasifikasi Oldeman Klasifikasi iklim yang dilakukan oleh Oldeman didasarkan
kepada jumlah kebutuhan air oleh tanaman, terutama pada tanaman padi dan palawija
(Dwiyono, 2009). Pada klasifikasi Oldeman, penggolongan tipe iklim untuk setiap
zone dan intrepretasi iklimnya digunakan sebagai pedoman untuk menentukan tipe
iklim dan interpretasinya.
Klasifikasi iklim menurut Oldeman (1975) disebut juga dengan klasifikasi
agroklimat. Peta cuaca pertanian ditampilkan sebagai peta agroklimat. Klasifikasi
iklim ini terutama ditujukan kepada komoditi pertanian tanaman pangan utama
seperti padi, jagung, kedelai dan tanaman palawija lainnya. Karena penggunaan air
bagi tanaman-tanaman utama merupakan hal yang penting di lahan-lahan tadah hujan,
maka dengan data curah hujan dalam jangka lama, peta agroklimat didasarkan pada
periode kering. Curah hujan melebihi 200 mm sebulan dianggap cukup untuk padi

4
sawah, sedangkan curah hujan paling sedikit 100 mm per bulan diperlukan untuk
bertanaman di lahan kering (Nawawi,2001).
Dasar klasifikasi agroklimat ini ialah kriteria Bulan Basah dan Bulan Kering.
Bulan Basah (BB) adalah bulan dengan curah hujan sama atau lebih besar dari 200
mm. Bulan Kering (BK) adalah bulan dengan curah hujan lebih kecil dari 100 mm.
Kriteria penentuan BB dan BK ini didasarkan pada besarnya evapotranspirasi, yaitu
penguapan air melalui tanah dan tajuk tanaman. Evapotranspirasi dianggap sebagai
banyaknya air yang yang dibutuhkan oleh tanaman (Bayong, 2004).
Sebagaimana telah disebutkan dimuka bahwa sistem ini terutama diarahkan
untuk tanaman pangan padi dan palawija . Dibandingkan dengan cara sebelumnya
cara ini sudah lebih maju karena secara tidak langsung sekaligus mempertimbangkan
unsur cuaca yang lain seperti radiasi matahari dikaitkan dengan kebutuhan air
tanaman (Dewi, 2005).
Tabel Penggolongan Tipe Iklim Menurut Oldeman
ZONA TIPE IKLIM BULAN BASAH BULAN KERING
A A1 10-12 bulan 0-1 bulan
A2 10-12bulan 2 bulan
B B1 7-9 bulan 0-1 bulan
B2 7-9 bulan 2-3 bulan
B3 7-9 bulan 4-5 bulan
C C1 5-6 bulan 0-1 bulan
C2 5-6 bulan 2-3 bulan
C3 5-6 bulan 4-6 bulan
C4 5-6 bulan 7 bulan
D D1 3-4 bulan 0-1 bulan
D2 3-4 bulan 2-3 bulan
D3 3-4 bulan 4-6 bulan
D4 3-4 bulan 7-9 bulan
E E1 0-2 bulan 0-1 bulan
E2 0-2 bulan 2-3 bulan

5
E3 0-2 bulan 4-6 bulan

E4 0-2bulan 7-9 bulan

E5 0-2 bulan 10-12 bulan

Sumber: Dwiyono (2009)


Tabel Interpretasi Agroklimat Oldeman
TIPE IKLIM PENJABARAN

A1, A2 Sesuai untuk padi terus menerus tetapi produksi kurang karena
pada umumnya kerapatan fluks radiasi surya rendah sepanjang
tahun

B1 Sesuai untuk padi terus menerus dengan perencanaan awal


musim tanam yang baik produksi tinggi bila panen musim
kemarau

B2, B3 Dapat tanam padi dua kali setahun dengan varietas umur
pendek dan musim kering yang pendek cukup untuk tanaman
palawija

C1 Tanam padi dapat sekali dan palawija dua kali setahun

C2, C3 Tanaman padi dapat sekali dan palawija dua kali setahun.
Tetapi penanaman palawija yang kedua harus hati-hati jangan
jatuh pada bulan kering

D1 Tanam padi umur pendek satu kali dan biasanya produksi bisa
tinggi karena kerapatan fluks radiasi tinggi waktu tanam
palawija

D2, D3, D4 Hanya mungkin satu kali padi atau satu kali palawija setahun
tergantung pada adanya persediaan air irigasi

E Daerah ini umumnya terlalu kering, mungkin hanya dapat satu


kali palawija, itu pun tergantung adanya hujan.

6
BAB III
METODE PENELITIAN

3.1 Waktu dan Tempat


Praktikum ini dilaksanakan pada hari 17 februari 2020, pukul 10.40 bertempat
di Laboratorium Fisika dan mineralogi tanah Jurusan Agroekoteknologi, Fakultas
Pertanian Universitas Jambi.

3.2 Alat dan Bahan


Alat dan bahan yang digunakan pada praktikum ini adalah : laptop, data curah
hujan(berdasarkan wilayah yang ditentukan).

3.3 Cara kerja


Adapun prosedur kerja yang dilakukan pada praktikum ini terbagi menjadi dua
bagian yaitu:
3.3.1 Penentuan Tipe Iklim Menurut Schmidt dan Fergusson
a) Menyiapkan alat dan data curah hujan minimal 10 tahun
b) Menghitung bobot curah hujan
c) Menentukan Bulan Basah (BB) dan Bulan Kering (BK) nya
d) Menjumlahkan masing-masing BK dan BB untuk seluruh data
pengamatan
e) Menghitung rata-rata Bulan Basah dan Bulan Keringnya
f) Menghitung nilai Q dengan memasukan harga rata-rata BK dan harga
rata-rata BB kedalam rumus Q
g) Melihat keberadaan nilai Q yang diperoleh pada tabel Schmidt-Ferguson
h) Menyatakan tipe hujan atau tipe iklim di daerah yang bersangkutan.
i) Lalu membuat grafik sesuai yang telah ditentukan berdasarkan wilayah
yang ditentukan pula.
3.3.2 Penentuan Tipe Iklim Menurut Oldeman
a) Menyiapkan alat dan data curah hujan minimal 10 tahun

7
b) Menghitung bobot curah hujan
c) Menentukan Bulan Basah (BB) dan Bulan Kering (BK) nya
d) Melihat banyaknya BB dan BK, kemudian melihat keberadaannya pada
tabel Oldeman, dan menyatakan tipe hujan atau tipe iklim di daerah yang
bersangkutan.
e) Membuat grafik sesuai yang telah ditentukan berdasarkan wilayah yang
ditentukan pula

8
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil
KERINCI

TAHUN/BULAN JAN FEB MAR APR MEI JUNI JULI AGUS SEP OKT NOV DES
2008 302 68 162 76 15 26 114 145 159 116 88 106
2008 89 66 106 85 32 101 14 99 127 94 64 151
2008 120 179 424 191 111 162 311 308 89 103 121 30
2008 82 57 58 328 104 44 14 40 82 226 264 149
2008 48 193 42 177 117 72 107 24 28 250 341 305
2008 169 240 132 137 66 55 112 52 122 114 132 128
2014 122 24 115 155 198 12 40 188 85 43 293 61
2015 186 214 149 245 119 156 92 51 16 9 297 279
2016 201 269 338 222 160 203 61 136 79 105 179 52
2017 141 203 132 101 283 91 95 121 136 183 202 115
2018 38 282 283 192 155 83 122 104 137 145 259 297
Jumlah 1498 1795 1941 1909 1360 1005 1082 1268 1060 1388 2240 1673
Rata-Rata 136,1818 163,1818 176,4545 173,5455 123,6364 91,36364 98,36364 115,2727 96,36364 126,1818 203,6364 152,0909

Bulan Kering : < 60 mm          


Bulan basah :  100 mm  
Rata-rata bulan kering :
1,75 0,2  
Rata-rata bulan basah :
7,08 0,7083  
   
Perhitungan :  
Nilai Q =  
   

9
Nilai Q = 0.2 : 0,7083 = 0,282 (iklim bertipe B atau basah )

10
4.2 Pembahasan
Curah hujan adalah Curah hujan merupakan ketinggian air hujan yang
terkumpul dalam tempat yang datar, tidak menguap, tidak meresap, dan tidak
mengalir. Curah hujan dalam 1 (satu) milimeter memiliki arti dalam luasan satu meter
persegi pada tempat yang datar tertampung air setinggi satu milimeter atau
tertampung air sebanyak satu liter.
Pada praktikum kita sudah dapat mengetahui curah hujan disetiap daerah
berdasarkan daerah yang sudah ditentukan seperti Kerinci, Batanghari, Muaro
Jambi,Muaro Bungo, Tanjabtim. Dan kita juga sudah dapat menentukan bulan kering
(BK), dan bulan basah (BB).
Pada praktikum kali ini kami membahas mengenai kota kerinci. Jumlah bulan
kering (BK) yaitu sebanyak 21 jadi rata-ratanya yaitu 1.75, sedangkan jumlah bulan
basah (BB) yaitu 85 jadi rata-ratanya yaitu 7.08. Jadi nilai Q nya yaitu 0,282 yaitu
tipe iklim B atau basah.

11
BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Pada praktikum ini kita sudah mengetahui curah hujan disetiap daerah
berdasarkan daerah yang sudah ditentukan. Dan kita sudah dapat juga menentukan
jumlah bulan kering (BK) dan bulan basah (BB).

5.2 Saran
Praktikum ini dilaksanakan dan ada beberapa saran yang harus pembaca
ketahui sebelum melakukan kegiatan praktikum diantaranya mencari sebuah referensi
saat melaksanakan kegiatan praktikum agar praktikum bisa berjalan dengan efektif
dan efisien.

12
DAFTAR PUSTAKA

Handoko 1986, Laporan praktikum hidrologi (pengukuran curah hujan). Intensitas


hujan.
Lakitan, B.2002. Dasar dasar klimatologi. Jakarta : PT.Raja Grafindo Persdada.
Bayong, Tjasyono. 2004. Klimatologi. Bandung: ITB.
Nawawi, Gunawan. 2001. Pengantar Klimatologi Pertanian. Bandung: Direktorat
pendidikan menengah kejuruan Jakarta.
Dewi, Nur kusuma. 2005. Kesesuaian Iklim Terhadap Pertumbuhan Tanaman.

13
LAMPIRAN

Tanjabtim

14
Muaro Jambi
Bulan
Tahun Curah hujan Bulan Bulan
Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober November Desember
(mm/tahun) basah kering
2008 144,3 132,8 315,4 239,4 238,9 64,8 82,1 169,9 114,4 276,1 216,6 294,6 2289,3 10 0
2009 132 224,5 198,8 241,5 231,5 150 124 156 112 321 215 289 2395,3 12 0
2010 122,3 371,5 190,6 241,7 119,9 192,1 309,9 329,1 239,3 352,8 275,8 285,1 3030,1 12 0
2011 204,5 102 139,9 208,8 142,3 125,9 127,7 97,7 45 323,5 395,6 238,6 2151,5 10 1
2012 68 173,5 135,1 196,8 146,9 91,8 101,3 31,5 223 186,5 229,5 144,3 1728,2 9 1
2013 160,1 285,8 393,7 303,6 241 92,4 174 151,7 224 137,5 243,5 187,9 2595,2 11 0
2014 106 106,8 109,1 223,7 220 128,1 204,5 174,7 130,9 145,2 246,3 264,2 2059,5 12 0
2015 130,5 130,9 321 192 200 103 54 26 15 56 239 257 1724,4 8 4
2016 244,6 245,9 236,5 138,2 267,7 79,4 71,4 192,3 55,5 158,8 430,8 125,8 2246,9 9 1
2017 129 191 196 298 158 233 55 68 216 230 340 273 2387 10 1
2018 130 173 430 341 350 101 30 77 169 112 373 341 2627 10 1
Jumlah 1571,3 2137,7 2666,1 2624,7 2316,2 1361,5 1333,9 1473,9 1544,1 2299,4 3205,1 2700,5 25234,4 113 9
Rata-rata 142,845455 194,336364 242,3727 238,60909 210,5636 123,7727 121,2636 133,9909 140,37273 209,03636 291,37273 245,5 2260,74 10,27273 0,818182

Batanghari
BULAN
NO TAHUN
JANUARI FEBRUARIMARET APRIL MEI JUNI JULI AGUSTUS SEPTEMBER OKTOBER NOVEMBER DESEMBER
1 2008 135 81 283 281 177 86 78 155 121 248 195 352
2 2009 269 375 431 274 203 56 84 197 96 142 256 247
3 2010 122 372 191 242 120 192 309 239 239 353 276 285
4 2011 204 102 140 209 142 126 128 98 45 324 396 239
5 2012 354 299 354 361 128 58 87 17 5 163 201 212
6 2013 330 188 267 111 206 78 86 75 271 302 277 229
7 2014 106 17 109 224 220 128 205 175 131 145 246 264
8 2015 131 131 32 192 200 103 54 26 15 56 239 257
9 2016 245 246 237 138 268 79 71 192 56 159 431 126
10 2017 127 167 287 612 308 225 144 153 145 248 349 237
11 2018 147 227 253 312 178 159 116 108 87 267 339 293
JUMLAH 2170 2205 2584 2956 2150 1290 1362 1435 1211 2407 3205 2741
RATA-RATA 197,27273 200,45455 234,909 268,727 195,455 117,273 123,818 130,45455 110,0909091 218,8181818 291,3636364 249,1818182

15
Muaro Bungo

bulan
tahun curah hujan mm/ tahun bulan basah
januari ebruari maret april mai juni juli agustus september oktober november desember

2007 394 254 268 453 371 97 134 47 362 362 355 261 3358 11
2008 255 208 321 257 172 99 166 161 146 210 232 214 2441 11
2009 231.6 166.8 242 200.2 249 16 73.6 148 72.6 90.2 224.6 430.6 2145.2 8
2010 239 157 389 388 158 137 125 162 198 201 165 256 2575 12
2011 133 309 258 359 257 245 63 34 81 257 589 422 3007 9
2012 521 519 172 250 246 87 275 7 89 319 276 558 3319 9
2013 300 285 308 277 123 97 218 101 254 129 372 425 2889 11
2014 276.2 956 152.7 323.3 158.8 125.7 701 112 489 315 279.6 195.9 4085.2 12
2015 144.4 185.6 220.9 130.5 668 104.2 163 361 90 50 212.4 181 2511 10
2016 336 278 451 335 317 141 192 112 178 169 487 95 3091 11
2017 54 204 287 253 299 116 156 172 188 242 373 201.6 2545.6 11
jumlah 2884.2 3522.4 3069.6 3226 3018.8 1264.9 2266.6 1417 2147.6 2344.2 3565.6 3240.1 31967 115
rata-rata 262.2 320.2182 279.0545 293.2727 274.4364 114.9909 206.0545 128.8182 195.23636 213.1091 324.14545 294.55455 2906.090909 10.4545455 1.54

tipe nilai Q keterangan bulan kering : < 60 mm

16
17

Anda mungkin juga menyukai