HIDROLOGI
KELOMPOK 1
AFDALIMAN R. SARUMAHA (4183250019)
AFRYANDI BERUTU (5183250023)
AINUN KARIMA (5183250015)
ANDREAS CHRISTIAN S. (5183550011)
ARDI S. MANIK (5183550015)
CHARLOS D. PURBA (5183550003)
CHRISTY GABRIELLA (5183250011)
Assalamualaikum wr.wb
Dengan menyebut nama Allah SWT yang maha pengasih lagi maha penyayang, kami
ucapkan puji dan syukur kehadirat Allah SWT . Yang telah melimpahkan rahmat,
hidayah, dan inayah-nya kepada saya sehingga saya dapat menyusun ‘’Critical Book
Riview’’ saya ini tepat waktu .
Adapun tugas ini dibuat untuk memenuhi tugas CBR mata kuliah HIDROLOGI. Kami
menyadari bahwa tugas ini masih banyak kekurangan oleh karena itu kami meminta
maaf jika ada kesalahan dalam penulisan ini dan saya berharap krtitik dan saran yang
membangun guna kesempurnaan tugas kami ini.
Harapan kami paling besar dari penyusunan CBR analisis struktur dasar ini ialah, mudah-
mudahan apa yang kami susun ini bermanfaat baik untuk kami, dan orang banyak.
Wassalamualaikum wr.wb
Kelompok 1
II. RINGKASAN ISI BUKU
Identitas Buku
Hujan merupakan komponen masukkan yang paling penting dalam proses hidrologi,
karena jumlah kedalam hujan (rainfall depth) ini yang dialihragamkan menjadi aliran
sungai, baik melalui limpasan permukaan (surface runoff), aliran antara (interflow, sub
surface flow) maupun sebagai aliran air tanah (groundwater flow).
Untuk mendapatkan perkiraan besar banjir yang terjadi di suatu penampang sungai
tertentu, maka kedalaman hujan yang terjadi npun harus diketahui pula. Dalam hal ini
perlu diperhatikan bahwa yang diperlukan adalah besaran kedalaman hujan yang terjadi
diseluruh DAS.
Untuk memperoleh besaran hujan yang dapat dianggap sebagai kedalaman hujan yang
sebenarnya terjadi diseluruh DAS, maka diperlukan sejumlah setasiun hujan yang
dipasang sedemikian rupasehingga dapat mewakili besaran hujan di DAS tersebut.
Alat dan Perlengkapan.
Untuk melakukan pengukuran hujan tersebut diperlukan alat pengukur hujan
(raingauge). Dalam pemakaian terdapat dua jenis alat ukur hujan, yaitu:
Penakaran hujan biasa (manual raingauge)
Penakaran hujan otomotik (automatic raingauge)
Alat-alat tersebut harus dipasang sesuai dengan aturan yang ditetapkan oleh WMO
(World Meteorological Organisation), atau aturan yang disepakati secara nasional
disuatu negara.
Penakar hujan biasa, merupakan alat ukur yang paling banyak digunakan., yang terdiri
dari corong dan bejana. Ukuran diameter dan tinggi corong berbeda-beda untuk setiap
negara. Di Indonesia digunakan tinggi 120 cm dari muka tanah, sedangkan luas corong
adalah 200 cm2. Jumlah air hujan yang terukur diukur dengan bilah ukur (graduated
stick).
Jenis alat ukur hujan otomotik (AUHO), yaitu dengan ‘weighing bucket’,’tipping
bucket’,dan dengan ‘float’.
AUHO dengan ‘weighing bucket’ merupakan alat ukur hujan dengan bejana tampung
yang dapat menampung air hujan secara kumulatif.
AUHO dengan ‘float’, dilengkapi dengan alat yang membawa air hujan dalam satu
bejana yang didalamnya terdapat pelampung.
AUHO dengan ’tipping bucket’, digunakan dalam pengukuran secara spesifik dengan
menggunakan ’tipping bucket’.
Analisis Hujan
Hujan DAS
Cara menghitung hujan rata-rata DAS menggunakan cara beikut :
Rata-rata Aljabar
P = 1/n ( P1 + P2 + … + Pn )
Poligon Thiesen
Semua stasiun dalam DAS dihubungkan garis dan membentuk jaringan segitiga
Pada setip segitiga ditarik garis sumbunya dan membentuk polygon.
Luas daerah yang hujannya diwakili oleh stasiun bersangkutan adlah batas garis poligon.
Luas relative daerah dangan luas DAS merupakan faktor koreksinya.
Isohyet
Isohyet adalah garis yang menghubungkan tempat yang mempunyai kedalaman hujan
sama pada saat yang bersamaan. Hujan pi ditetapkan sebagai hujan rata-rata antara 2
buah isohyet. Faktor koreksi αi dihitung sebagai luas relative bagian DAS yang dibatasi
isohyet terhadap luas DAS.
Kualitas Data
Sampai sat ini paling tidak dikenal 2 cara untuk mengperkirakan kualitas data, yaitu :
Normal Ratio Method
Px = 1/n [ Nx . PA / NA + Nx . PB . / NB + … + Nx . Pn / Nn ]
Cara ini hanya bisa digunakan bila variasi ruang hujan tidak terlalu besar. Pengertian
hujan normal adalah rata-rata hujan dengan jangka pengukuran 15-20 tahun.
Kriging
Pengertian
Penetapan hujan rata-rata DAS tidak lan merupakan upaya interpolasi data hujan dari
titik lokasi pengukuran hujan ke dalm suatu DAS tertentu. Dalam kaitan ini besaran yang
diperkirakan diperoleh dengan interpolasi terhadap data yang terukur dengan
menggunakan bobot tertentu dengan mengabaikan aspek fisiknya. Oleh sebab itu cara
tersbut tidak memberikan ketelitian dalam perhitungannya sedangkan dalam analisis
sangat diperlukan. Untuk memecahkan masalah tersebut Matheron mengenalkan teori
regionalized variable dan kriging.
Landasan Teori
Keragaman-Keragaman Presipitasi
Ruang dan waktu merupakan dua dimensi yang lazim menjadi perhatian para ahli
hidrologi dalam mengkaji presipitasi. Dalam menentukan jumlah rata-rata presipitasi
dalam beberapa bagian permukaan bumi, maka faktor-faktor berikut ini, di samping
sirkulasi uap air, adalah penting dalam mengendalikan keragaman ruang presipitasi
(Eagleson, 1970):
Garis lintang
Ketinggian tempat
Jarak dari sumber-sumber air
Posisi di dalam dan ukuran massa tanah benua atau daratan
Arah angin yang umum (menuju atau menjauhi) terhadap sumber-sumber air
Hubungannya dengan deretan gunung
Suhu nisbi tanah dan samudera yang berbatasan
Keragaman waktu presipitasi dapat dipandang baik dalam hubungannya dengan (1)
Rezim-rezim presipitasi (tahunan, musiman atau jangka pendek) maupun dalam
hubungannya dengan (2) Peluang statistik (harga-harga ekstrem, frekuensi presipitasi,
dan lain-lain).
Untuk banyak tujuan, para ahli hidrologi membutuhkan empat unsur berikut ini untuk
mencirikan presipitasi yang jatuh pada suatu titik:
Intensitas : Jumlah presipitasi yang jatuh pada saat tertentu (mm/menit, cm/jam, dan lain-
lain)
Lama hujan : periode presipitasi jatuh (menit, jam, dan lain-lain)
Frekuensi : ini mengacu pada harapan bahwa suatu presipitasi tertentu akan jatuh pada
suatu saat tertentu
Luas areal : luas areal dengan suatu curah hujan yang dapat dianggap sama.
Merupakan jumlah saju basah yanf jatuh dalam suatu periode terbatas. Hujan salju ini
dikuantikasi dalam dua cara :
Kedalaman , salju di atas tanah atau lebih baik, kesetaraan airnya dan
Perluasan kawasan penutup salju
Untuk mencirikan kualitas salju, kerapatan salju dan kualitas salju. Rata-rata kerapatan
salju adalah sekitar 0,1 tetapi harga ini dapaat serendah 0,004 untuk salju basah dan
setinggi 0,6 untuk salju yang lama dan sangat mampat. Metode pengamatan penutup
salju yang paling sederhana adalah dengan mencelupkan suatu penggaris pada sejumlah
lokasi dan dengan mendapatkan jeluk rata-rata yang mewakili. Metode-metode yang
umumnya digunakan:
Mengingat aturan kurang lebih 1 cm salju yang jatuh pertama kali setara dengan 1 mm
air (WMO, 1970)
Dengan memasukkan suatu tabung, yang disebut tabung salju ke dalam salju, sampel
onggokan salju ini diambil dan beratnya maupun kandungan airnya ditentukan. Prosedur
ini diulang pada beberapa lokasi dan kesetaraan air rata-rata yang mewakili ditaksir
Untuk pembacaan yang cepat, dapat digunakan penakar hujan yang baku diperlengkapi
dengan system perisai angina dan pemanas
Penakar presipitasi otomatik tipe timbangan dapat digunakan untuk periode-periode
pencatatan yang lebih panjang
Penggunaan RADAR juga sedang dalam pengkajian
Metode radiomteri juga sedang dikembangkan, namun belum digunakan secara luas
Metode isotope radioaktif didasarkan atas pelemahan sinar-sinar gamma dari suatu
sumber bila melewati onggokan salju
Pada metode bantalan-salju digunkaan kasur udara diisi dengan larutan tahan beku dan
dipasang dengan manometer
Yang sangat berharga adalah pengetahuan mengenai luasnya kawasan salju. Foto-foto
udara digunakan secara ekstensif. Pengkajian-pengkajian akhir-akhir ini telah
menunjukkan bahwa seri- seri foto-foto satelit juga sangat bermanfaat
Es : Es dapat timbul pada danau dan sungai dalam berbagi bentuk : es sungguh, srabi,
sauh dan es timbul. Ketebalannya dapt diukur secara konvensional dengan mengambil
sampel Kabut : Perkiraan dilakukan dengan memasang penampung-penampung kabut di
atas penakar hujan yang baku. Penampung terdiri atas silinder penakar kawat d atas mana
tetes-tetes air terbentuk dan mengalir ke dalam penakar hujan
Embun : Tipe presipitasi ini disebabkan oleh kondensasi uap air di udara atau disebabkan
oleh kondensasi uap air yang menguap dari tanah dan bertranspirasi dari tanaman.
Pengukuran embun khususnya di kawasan-kawasan aird, yang mungkin sama besarnya
dengan curah hujan, adalah sangat menarik
Pemrosesan Data Presipitasi : Karakteristik Ruang-Waktu
Penentuan agihan kawasaN
Terdapat beberaoa metode penentuan presipitasi rata-rata di atas suatu kawasan selama
suatu periode tertentu
Rata-rata aritmetik
Ini merupakan metode paling sederhana dan diperoleh dengan menghitung rata-rata
aritmetik dari semua total penakar hujan di suatu kawasan. Metode ini adalah :
Sesuai untuk kawasan-kawasan yang datar
Sesuai untuk DAS-DAS dengan jumlah penakar hujan yang besar yang didistribusikan
secara merata pada lokasi-lokasi yang mewakili
Polygon Thiessen
Dalam metode ini bisector tegak lurus digambar melalui garis-garis lurus yang
menghubungkan penakar-penakar hujan di dekatnya, dengan meninggalkan masing-
masing penakar di tengah-tengah suatu polygon. Metode ini adalah :
Sesuai untuk kawasan-kawasan dengan jarak penakar-penakar presipitasi yang tidak
merata
Memerlukan satisun-stasiun pengamat di dan dekta kawasan tersebut
Penambahan atau pemindahan suatu stasiun pengamat akan mengubah seluruh jaringan
Metode ini tidak memperhitungkan topografi
Polygon dengan tinggi yang dikoreksi
Metode ini mempertimbangkan letak ketinggian, juga distribusi penakar hujan. Garis-
garis tegak lurus digambar, dari garis-garis lurus yang menghubungkan penakar-penakar
hujan yang berdekatan dan titik tengah dipandang dari segi letak ketinggian dan bukan
jarak
Metode isohyet
Metode ini memasang sistem kisi pada kawasan dan menghitung jumlah curah hujan
pada tiap- tiap kisi dengan menjumlahkan hasil kali bobot penakaran-penakaran hujan
didekatnya.
Data yang tercatat pada stasiun dasar mungkin juga mengandung ketidak-ajegan.
Disarankan untuk menggunakan uji-t pada tiap –tiap segmen kurva massa ganda untuk
menguji signifikansi ketidak-ajegan.
Perubahan-perubahan sepanjang kurva massa-rangkap harus sangat tegas dan dapat
diterima jika perubahan tersebut berlanjut.
III. KEUNGGULAN BUKU
Kesimpulan
Dari kedua buku yang kami review dapat kami simpulkan bahwa presipitasi adalah
turunnya air dari atmosfer ke permukaan bumi dan dalam bentuk yang berbeda, yaitu
hujan di iklim tropis dan human dan salju di iklim sedang. Pada kedua buku terdapat
kesamaan pada sub bab yang membahas mengenai pengukuran hujan. Pada buku 1 kita
akan menemukan sub bab yang membahas mengenai pengertian, pengukuran hujan,
analisa hujan dan kriging. Sedangkan pada buku 2 labih menjelaskan mengenai tipe,
keragaman, ukuran, dan pengukuran presipitasi.
Saran
Menurut kami buku 2 lebih menonjol dibandingjan buku 1 karena dalam pembahasannya
lebih banyak memuat materi tentang presipitasi sedangjan pada buku 1 Tidak memuat
banyak materi sehingga jika di lihat materi pada buku 1 juga terdapat pada buku 2. Maka
kami menyarankan buku 2 dapat digunakan sebagai buku uatama.
KEPUSTAKAAN
Seyhan, dkk, 1995, Dasar – Dasar Hidrologi, Yogyakarta, GaJah Mada University Press
Sri, Hart Br, 1993, Anlisa Hidrologi, Jakarta, Gramedia Pustaka Utama