Anda di halaman 1dari 8

Paper Mata Kuliah Klimatologi Medan, November 2021

SUHU DAN KESTABILAN ATMOSFER


Dosen Penanggung Jawab:
Afifuddin Dalimunthe SP.MP.

Disusun oleh:
Theonesco B Ginting
171201166
HUT 3 B

PROGRAM STUDI KEHUTANAN


FAKULTAS KEHUTANAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2021
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang
telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya kepada penulis sehingga penulis dapat
menyelesaikan paper ini tepat pada waktunya . Adapun paper ini berjudul “ Suhu
dan Kestabilan Atmosfer” merupakan salah satu komponen penilaian dalam mata
kuliah Klimatologi.
Penulis mengucapkan terimakasih kepada Bapak Afifuddin Dalimunthe
SP.MP selaku dosen penanggungjawab yang telah membantu dan membimbing
kami dalam terwujudnya paper ini.
Dalam penulisan paper ini, saya menyadari bahwa paper ini belum
sempurna. Oleh sebab itu, saya mengharapkan kritik dan saran yang bersifat
membangun demi kesempurnaan paper ini. Akhir kata, sya mengucapkan
terimakasih kepada pihak-pihak yang telah membantu dalam penyelesaian paper
ini. Semoga paper ini dapat menjadi sumber informasi bagi pihak yang
membutuhkan.

Medan, November 2021

Penulis
DAFTAR ISI

Halaman
KATA PENGANTAR .......................................................................................... i
DAFTAR ISI ......................................................................................................... ii
PENDAHULUAN ................................................................................................. 1
PEMBAHASAN ................................................................................................... 3
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 5
PENDAHULUAN

Suhu adalah ukuran derajat panas atau dingin suatu benda. Alat yang digunakan
untuk mengukur suhu disebut termometer. Suhu menunjukkan derajat panas benda.
Mudahnya, semakin tinggi suhu suatu benda, semakin panas benda tersebut. Secara
mikroskopis, suhu menunjukkan energi yang dimiliki oleh suatu benda. Setiap atom
dalam suatu benda masing-masing bergerak, baik itu dalam bentuk perpindahan maupun
gerakan di tempat berupa getaran. Makin tingginya energi atom-atom penyusun benda,
makin tinggi suhu benda tersebut. Suhu juga disebut temperatur, satuan suhu adalah
Kelvin (K). Skala-skala lain adalah Celcius, Fahrenheit, dan Reamur (Idawati et al,
2016).
Dalam kehidupan sehari-hari, masyarakat umumnya untuk mengukur suhu
cenderung menggunakan indera peraba, tetapi dengan adanya perkembangan teknologi,
maka diciptakanlah termometer sebagai alat pengukur suhu yang akurat (valid). Pada
abad 17 terdapat 30 jenis skala suhu yang membuat para ilmuan kebingungan untuk
menentukan alat ukur suhu mana yang dapat digunakan secara universal dan diakui secara
ilmiah. Hal ini memberikan inspirasi pada Anders Celcius (1701- 1744) sehingga pada
tahun 1742 dia memperkenalkan skala yang digunakan sebagai pedoman pengukuran
suhu. Skala ini diberi nama sesuai dengan namanya yaitu Skala Celcius (Puspita dan
Yulianti, 2016).
Suhu merupakan ukuran atau derajat panas atau dinginnya suatu benda atau
sistem. Suhu di definisikan sebagai suatu besaran fisika yang dimiliki bersama antara dua
benda atau lebih yang berada dalam kesetimbangan termal. Jika panas dialirkan pada
suhu benda, maka suhu benda tersebut akan turun jika benda yang bersangkutan
kehilangan panas. Akan tetpi hubungan antara satuan panas dengan satuan suhu tidak
merupakan suatu konstanta, karena besarnya peningkatan suhu akibat penerimaan panas
dalam jumlah tertentu akan dipengaruhi oleh daya tampung panas (heat capacity) yang
dimiliki oleh benda penerima tersebut (Putra, 2007).
Secara fisis, suhu dapat didefenisikan sebagai tingkat gerakan mulekul benda,
semakin cepat gerakan mulekul, maka semakin tinggi suhunya. Suhu udara harian rata
rata didefinisikan sebagai rata-rata pengamatan yang dilakukan setiap jam selama 24 jam
(satu hari). Keadaan suhu udara pada suatu tempat di permukaan bumi akan ditentukan
oleh faktor–faktor antara lain lamanya penyinaran matahari, kemiringan sinar matahari,
keadaan awan, dan keadaan permukaan bumi (Rumahorbo, 2020).
Suhu atau temperatur adalah derajat panas dari aktivitas molekul dalam atmosfer.
Suhu dikatakan sebagai derajat panas atau dingin yang diukur berdasarkan skala tertentu
dengan menggunakan thermometer. Temperatur energy panas bumi dapat
dimanfaatkan sesuai dengan tingkatan suhu. Dimana dikatakan high temperature jika
suhu berkisar antara 2000C–3000C, pada kedalaman 1-3 km, berhubungan dengan
aktivitas vulkanisme dan batas-batas lempeng. Cocok untuk produksi listrik
konvensional, mengandung sedikit emisi hidrogen dan hidrogen sulfida. Medium
temperature jika suhunya berkisar antara 1200C – 2000C, pada kedalaman 1-5 km, sering
ditemukan di daerah cekungan sedimen dan didaerah vulkanik (Surmi et al, 2016).
PEMBAHASAN

Suhu (temperature) dan kelembaban udara (humidity) merupakan beberapa


parameter pengukuran yang acapkali digunakan dalam proses akuisisi data. Sebagai
bagian inti dari proses ini, sensor memiliki peran penting dalam mengubah
kuantitas yang diperoleh dari alam (bersifat analog) menjadi kuantitas yang dapat
diproses oleh komputer (bersifat digital). Sensor juga menentukan seberapa tepat
hasil yang diperoleh dibandingkan dengan pengukuran yang sebenarnya melalui
instrumen ukur (Saptadi, A. H, 2014).
Hujan lebat disebabkan oleh labilitas atmosfer. Untuk mengetahui kondisi
atmosfer stabil atau labil dapat dilakukan dengan menggunakan cara analisis indeks
stabilitas atmosfer. Menganalisis indeks stabilitas udara dapat membantu dalam
memprediksi peluang terjadinya hujan lebat. Hujan lebat disebabkan oleh ketidakstabilan
atmosfer. Untuk mengetahui stabil atau labilnya kondisi atmosfer dapat menggunakan
cara analisis indeks stabilitas udara (Fu’adah,.L.M, dkk, 2018).
Dari profil suhu dapat diketahui dinamika serta kelembaban udara (atmosfer)
yang dapat mendukung proses pembentukan dan pertumbuhan awan khususnya awan
konvektif berdasarkan data pengukuran radiosonde yaitu profil tekanan udara, suhu
lingkungan, suhu titik embun (kelembaban), arah dan kecepatan angin.Studi ini
akan mempelajari hubungan variabilitas suhu, kelembaban dan angin terhadap proses
pertumbuhan awan. Materi yang dibahas dibatasi pada awan konvektif, yaitu awan
yang terbentuk akibat proses konveksi dari pemanasan surya. Peluang pertumbuhan
didekati dengan data curah hujan dengan asumsi hujan yang terjadi akibat awan
konvektif (Syaifullah, M. D, 2011).
Prediksi total hujan bulanan dengan prediktor suhu udara dan menggunakan
prediktor kelembapan udara menunjukkan prediksi yang cukup baik pada bulan Januari,
sedangkan dengan menggunakan predictor suhu dan kelembapan udara menunjukkan
prediksi yang cukup baik pada bulan Februari (Fadholi, A., 2013).
Setiap lapisan atmosfer mempunyai karakteristik suhu yang berbeda-beda. Para
ahli telah menemukan pola umum bahwa setiap 1 km kenaikan ketinggian akan terjadi
pengurangan suhu sebesar 7 oC. Pola ini berlaku hingga ketinggian 10 km. Menurut De
Bort dan Assman di atas 10 km terjadi dua pola yaitu pola suhu konstan dan pola suhu
naik dengan naiknya ketinggian. Pada tahun 1927, ditemukan suatu peralatan oleh
Molchanov yang dapat mengukur suhu sampai ketinggian atmosfer atas yang dinamakan
“Radiosonde” (Rahayu, S. A. 2019).
DAFTAR PUSTAKA

Fadholi, A. (2013). Pemanfaatan suhu udara dan kelembaban udara dalam persamaan
regresi untuk simulasi prediksi total hujan bulanan di Pangkalpinang. CAUCHY, 3(1), 1-
9.

Fu’adah, M.L., Ariyanto,A.D.P., Samsuri, H.H., & Nugraheni, I.R. (2018). Kajian
Indeks Stabilitas Atmoster Terhadap Kejadian Hujan Lebat di Wilayah Bogor.
Prosiding SNFA (Seminar Nasional Fisika dan Aplikasinya) 2018: 163-172.

Puspita, E. S., & Yulianti, L. (2016). Perancangan sistem peramalan cuaca berbasis
logika fuzzy. Jurnal Media Infotama, 12(1).

Putra, S., & Kelana, M. (2007). Rancangan Bangunan dan Analisa Perpindahan Panas
pada Ketel Uap Bertenaga Listrik. Medan: USU.

Rahayu, S. A. (2019). Mengenal Lebih Dalam Sensor Suhu Untuk Pengukuran


Atmosfer. Media Dirgantara, 14(1).

Rumahorbo, I. R. (2020, May). Persamaan Regresi Prediksi Curah Hujan Bulanan


Menggunakan Data Suhu dan Kelembapan Udara di Bengkulu. In Prosiding Seminar
Pendidikan Matematika dan Matematika (Vol. 2).

Saptadi, A. H. (2014). Perbandingan Akurasi Pengukuran Suhu dan Kelembaban Antara


Sensor DHT11 dan DHT22. Jurnal Infotel, 6(2), 49-56.

Supu, I., Usman, B., Basri, S., & Sunarmi, S. (2017). Pengaruh suhu terhadap
perpindahan panas pada material yang berbeda. Dinamika, 7(1), 62-73.

Surmi, S., Ihsan, N., & Patandean, A. J. (2016). Analisis Kelembaban Udara dan
Temperatur Permukaan Dangkal dengan Menggunakan Hygrometer dan Thermocouple
Di. Jurnal Sains dan Pendidikan Fisika, 12(2), 204-208.

Syaifullah, M. D. (2011). Potensi Atmosfer dalam Pembentukan Awan Konvektif pada


Pelaksanaan Teknologi Modifikasi Cuaca di DAS Kotopanjang dan DAS Singkarak
2010. Jurnal Sains & Teknologi Modifikasi Cuaca, 12(1), 9-16.

Anda mungkin juga menyukai