Anda di halaman 1dari 21

LAPORAN PENELITIAN GEOGRAFI

“PENGAMATAN CUACA HARIAN DI KOTA BATAM”

Guru Pembimbing :

Natalina Ristauli Sitorus S. Pd, Gr

Nama Kelompok :

1. Caelin Yefta Monica Tamba


2. Christina Enjelica
3. Dinda Tri Ninta Ginting
4. Maryellen Adriani Sulaksonno
5. Yovi Vania

SMAK YOS SUDARSO BATAM

MARET 2023
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur bagi Tuhan yang telah membantu kami dalam menyelesaikan
makalah ini dengan penuh kemudahan. Tanpa pertolongan Tuhan mungkin makalah kami tidak
akan berjalan dengan baik.

Penelitian ini disusun agar pembaca dapat memperluas ilmu tentang Geografi yang kami
sajikan berdasarkan pengamatan cuaca dalam satu minggu. Penulis berharap makalah ini dapat
menambah pengetahuan seluas – luasnya.

Penelitian ini dibuat dalam rangka untuk memenuhi tugas ujian praktek dengan judul
“Pengamatan cuaca harian di kota Batam”. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada Ibu
Natalina Ristauli Sitorus, S.Pd, yang telah membantu kami dalam menyusun laporan penelitian ini,
maupun teman – teman yang sudah membantu menyusun laporan penelitian ini.

Kami sadar bahwa laporan yang telah kami susun memiliki banyak kekurangan. Oleh
karena itu, kami menerima segala kritik dan saran yang diberikan oleh para pembaca. Kami akan
menjadikan kritik dan saran tersebut sebagai sebuah pelajaran agar bisa membuat makalah yang
lebih baik lagi.

Batam, 27 Februari 2023

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR…………………….……………………………………………………...i
DAFTAR ISI.................................................................................................................................. ii
BAB I .............................................................................................................................................. 1
PENDAHULUAN ......................................................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ..................................................................................................................... 1
1.2 Tujuan Penelitian ................................................................................................................. 2
1.3 Manfaat Penelitian ............................................................................................................... 2
BAB II ............................................................................................................................................ 3
LANDASAN TEORI .................................................................................................................... 3
2.1 Cuaca dan Iklim ................................................................................................................... 3
2.1.1 Pengertian cuaca menurut para ahli .............................................................................. 3
2.1.2 Pengertian iklim menurut para ahli .............................................................................. 3
2.2 Unsur – unsur Cuaca dan Iklim ........................................................................................... 3
2.2.1 Angin..................................................................................................................................... 3
2.2.2 Curah Hujan .......................................................................................................................... 5
2.2.3 Awan ..................................................................................................................................... 6
2.2.4 Sinar Matahari ....................................................................................................................... 9
2.2.5 Kelembapan Udara................................................................................................................ 9
2.2.6 Suhu .................................................................................................................................... 10
BAB III......................................................................................................................................... 11
PEMBAHASAN .......................................................................................................................... 12
3.1 Pembahasan ........................................................................................................................... 12
3.1.1 Suhu .................................................................................................................................... 12
3.1.2 Kelembapan ........................................................................................................................ 13
3.1.3 Kecepatan Angin ................................................................................................................. 14
BAB IV ......................................................................................................................................... 15
PENUTUP.................................................................................................................................... 16
4.1 Kesimpulan ........................................................................................................................ 16
4.2 Saran .................................................................................................................................. 16
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................................. 17

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pengamatan unsur cuaca diperlukan untuk kesejahteraan dan keperluan manusia.


Data unsur cuaca ini sangat berguna untuk mengetahui klimatologis suatu daerah, sehingga
manusia dapat memanfaatkan kondisi cuaca tersebut sesuai kebutuhan masing – masing
dan dapat bermanfaat untuk menghindari resiko akibat buruknya cuaca tersebut. Iklim
adalah jumlah dari data cuaca tercatat selama periode yang panjang. Data cuaca yang
dimaksud dapat berupa kejadian rata-rata atau kondisi umum, kejadian – kejadian ekstrim,
dan jumlah beberapa kejadian. Adapun cuaca adalah gambaran dari kondisi jangka pendek
dari atmosfer pada waktu tertentu.
Cuaca dan iklim merupakan komponen ekosistem alam sehingga kehidupan di
bumi tidak terlepas dari pengaruh atmosfer dan proses-prosesnya. Cuaca adalah keadaan
atmosfer pada waktu tertentu yang sifatnya berubah-ubah setiap waktu. Ilmu yang
mempelajari cuaca disebut meteorologi, yaitu cabang ilmu yang membahas pembentukan
dan perubahan cuaca serta proses fisika yang terjadi di atmosfer. Sedangkan iklim adalah
rata-rata keadaan cuaca dengan jangka waktu lama minimal 30 tahun dan sifatnya tetap.
Ilmu yang mempelajari iklim disebut klimatologi, yaitu ilmu yang mengkaji gejala – gejala
cuaca tetapi sifat fisik dan gejala cuaca yang mempunyai sifat umum dalam jangka waktu
relatif lama pada atmosfer bumi. Cuaca dan iklim merupakan keadaan atau kondisi fisik
atmosfer yang terbentuk melalui interaksi berbagai komponen yang disebut unsur cuaca
dan iklim yang saling berinteraksi satu dengan lainnya. Unsur-unsur tersebut meliputi
radiasi atau lama penyinaran matahari, suhu, kelembaban, tekanan udara, angin, awan,
presipitasi dan evaporasi.
Perubahan cuaca yang tidak menentu terdapat di beberapa daerah di Indonesia.
Namun seiring dengan perkembangan jaman, kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi
dapat dilakukan pendekatan guna memprediksi perubahan cuaca yang terjadi. Unsur-unsur
cuaca dan iklim berbeda dari tempat satu dengan yang lainnya yang disebabkan oleh faktor

1
iklim, seperti ketinggian tempat, daerah-daerah tekanan, arus – arus laut, dan permukaan
tanah. Unsur cuaca dan iklim terdiri atas suhu udara, kelembapan udara, curah hujan,
tekanan atmosfer, dan angin. Cuaca yang tiba – tiba berubah dapat menghambat kegiatan
manusia. Oleh karena itu, kami tertarik untuk mengamati perubahan cuaca dalam
seminggu, diamati tiap 11 jam 30 menit sekali, yaitu pada jam 06.00 pagi dan 17.30 sore
hari untuk dibandingkan dengan kondisi cuaca tiap hari dalam seminggu.

1.2 Tujuan Penelitian

Tujuan yang ingin dicapai selama pengembangan makalah iklim dari penelitian foto langit
yang dilakukan selama seminggu untuk mengamati cuaca adalah :
1. Mampu mendeteksi perubahan kelembaban setiap 12 jam sekali dan pengaruhnya
terhadap kondisi cuaca selama tujuh hari pengamatan.
2. Mampu mendeteksi perubahan kondisi cuaca setiap 12 jam selama tujuh hari
pengamatan.
3. Mampu mendeteksi perubahan suhu setiap 12 jam sekali dan pengaruhnya terhadap
kondisi cuaca selama tujuh hari pengamatan.
4. Mampu mendeteksi perubahan kecepatan angin setiap 12 jam sekali dan
pengaruhnya terhadap kondisi cuaca selama tujuh hari pengamatan.

1.3 Manfaat Penelitian

1.3.1 Bagi pelajar


- Pelajar dapat menjadi media pembelajaran mengenai cuaca dan iklim
1.3.2 Bagi masyarakat
- Sebagai panduan bagi masyarakat agar dapat lebih memahami cuaca dan iklim

2
BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Cuaca dan Iklim


2.1.1 Pengertian cuaca menurut para ahli
Cuaca adalah keadaan udara pada saat tertentu dan di wilayah tertentu yang relatif
sempit dan pada jangka waktu yang singkat.
Menurut Gibbs, cuaca adalah keadaan atmosfer yang dinyatakan dalam nilai
berbagai parameter, seperti suhu, tekanan, angin, kelembapan, dan berbagai fenomena
hujan di suatu wilayah selama kurun waktu pendek.
Menurut Kartasapoetra (2010) Cuaca merupakan keadaan atmosfer pada waktu
tertentu yang sifatnya berubah – ubahsetiap waktu atau dari waktu ke waktu.

2.1.2 Pengertian iklim menurut para ahli


Menurut Trewartha and Horn (1995) mengatakan bahwa iklim merupakan suatu
konsep yang abstrak, dimana iklim merupakan komposit dari keadaan cuaca hari ke
hari dan elemen – elemen atmosfer di dalam suatu kawasan tertentu dalam jangka
waktu yang panjang.
Menurut Winarso (2013) Iklim merupakan merupakan kumpulan dari kondisi
cuaca yang kemudian disusun dan dihitung dalam bentuk rata-rata kondisi cuaca dalam
kurun waktu tertentu. Pengertian lain iklim yaitu keadaan cuaca rata-rata dalam
waktu satu tahun yang penyelidikannya dilakukan dalam waktu yang lama (minimal
30 tahun) dan meliputi wilayah yang luas atau Iklim ialah suatu keadaan rata-rata dari
cuaca di suatu daerah dalam periode tertentu.

2.2 Unsur – unsur Cuaca dan Iklim


2.2.1 Angin
Angin adalah udara yang bergerak dari daerah yang bertekanan tinggi (maksimum)
ke daerah yang bertekanan rendah (minimum). Angin dalam jumlah yang besar timbul
dari rotasi bumi serta adanya perbedaan tekanan udara di sekitar. Arah dan kecepatan
angin dapat diukur dengan anemometer.
3
Perbedaan tekanan udara disebabkan oleh adanya perbedaan suhu udara. Angin terbagi
menjadi beberapa macam seperti ;
- Angin Darat
Angin darat merupakan angin yang bertiup dari arah darat ke arah laut yang
umumnya terjadi pada saat malam hari dari jam 20.00 sampai dengan jam 06.00
di daerah pesisir pantai.
- Angin Laut
Angin yang bertiup dari arah laut ke arah darat yang umumnya terjadi pada
siang hari kira – kira dari pukul 09.00 sampai pukul 16.00 di daerah pesisir
pantai.
- Angin Lembah
Angin lembah adalah angin yang bertiup dari arah lembah ke arah puncak
gunung dan terjadi pada siang hari. Angin lembah merupakan angin yang
berhembus dari lembah menuju puncak gunung yang biasanya terjadi di siang
hari.
- Angin Gunung
Angin gunung adalah angin yang berhembus dari puncak gunung ke lembah
gunung dan terjadi pada malam hari.
- Angin Fohn
Angin fohn merupakan angin yang terjadi sesuai dengan jenis hujan seperti
hujan orografis. Angin fohn terjadi karena ada gerakan massa udara yang naik
ke pegunungan yang tingginya lebih dari 200 meter di satu sisi lalu turun di sisi
lain. Angin ini sifatnya merusak karena suhunya cukup tinggi mengakibatkan
banyak tanaman-tanaman yang mati.
- Angin Muson
Angin Muson adalah angin yang berhembus secara periodik (minimal 3 bulan)
dan antara periode yang satu dengan yang lain polanya akan berlawanan yang
berganti arah secara berlawanan setiap setengah tahun. Angin Muson ini terbagi
menjadi 2 bagian yaitu :

4
- Angin Musim Barat
Angin muson barat merupakan angin yang berhembus dari Benua Asia ke Benua
Australia dan angin ini membawa banyak uap air karena melewati perairan dan
samudra sehingga membuat Indonesia mengalami musim penghujan. Angin ini
bertiup pada bulan Oktober – April.

- Angin Musim Timur


Angin muson timur merupakan angin yang berhembus dari Benua Australia ke
Benua Asia dan tidak membawa curah hujan karena angin melewati celah- celah
sempit dan berbagai gurun (Gibson, Australia Besar, dan Victoria). Sehingga di
Indonesia terjadi musim kemarau, Angin ini bertiup pada bulan April - Oktober.
- Angin Tetap
Angin tetap merupakan angin dengan arah berhembus yang tetap sepanjang
tahunnya. Angin tetap terbagi menjadi 2 yakni :
- Angin Pasat
Angin pasat merupakan angin yang bertiup dari daerah subtropik menuju
khatulistiwa. Angin pasat ini merupakan berhembus terus menerus dari daerah yang
bertekanan maksimun sub tropis selatan dan juga utara menuju ke garis khatulistiwa
- Angin Anti Pasat
Angin anti pasat merupakan angin yang bertiup dari daerah khatulistiwa menuju
daerah subtropik. Angin ini bertiup dengan arah berlawanan dengan angin pasat.

2.2.2 Curah Hujan


Curah hujan adalah jumlah hujan yang jatuh / turun di suatu daerah selama waktu
tertentu. Alat yang digunakan untuk mengukur curah hujan adalah fluviograf dan
satuan curah hujan yang biasanya digunakan adalah milimeter (mm). Adapun
klasifikasi hujan menurut bentuknya butirannya, sebagai berikut :
- Hujan gerimis (drizzle), yaitu hujan yang diameter butirannya kurang dari 0,5 mm.
- Hujan salju (mow), yaitu hujan yang terdiri dari kristal es. Umumnya, suhu
udaranya di bawah 0 derajat celcius.
- Hujan batu es, yaitu hujan yang berwujud batu es.

5
- Hujan deras (rain), yaitu hujan yang diameter butirannya kurang lebih 7 mm.

Faktor – fator yang mempengaruhi curah hujan yaitu, seperti arah angin, jarak d
ari sumber air, suhu tanah dan perairan, arah angin, garis lintang, luas daratan,
ketinggian dan juga deretan pegunungan. Ada juga beberapa tipe hujan, sebagai
berikut :

- Tipe Ekuatorial
Ekuatorial merupakan tipe curah hujan dengan pola bimodal (dua puncak hujan).
Umumnya, terjadi sekitaran bulan Maret dan Oktober. Adapun wilayah yang
termasuk tipe ekuatorial yaitu Sumatera Tengah, Sumatera Utara, dan Kalimantan
Utara.
- Tipe Monsun
Curah hujan tipe ini memiliki pola unimodal. Dimana pada bulan Juni, Juli, dan
Agustus terjadi
musim kering sedangkan bulan Desember, Januari, dan Februari terjadi bulan
basah. Kemudian, enam bulan sisanya merupakan periode peralihan atau
pancaroba. Adapun wilayah yang termasuk tipe monsun yaitu Bali, Jawa, Nusa
Tenggara, Papua, Sumatera Selatan, Kalimantan Tengah, dan Kalimantan Selatan.
- Tipe Lokal
Tipe curah hujan ini juga memiliki pola unimodal. Namun, bentuknya berlawanan
dengan tipe monsun. Adapun wilayah yang termasuk tipe lokal yaitu Sumatera
Tengah, Sumatera Utara, Maluku, dan Kalimantan Utara.

2.2.3 Awan
Awan merupakan sekumpulan tetesan air atau kristal beku yang melayang di
atmosfer yang berada di atas permukaan bumi atau permukaan planet lain. Awan
terbentuk melalui proses kondensasi, yaitu uap gas berubah menjadi titik air atau kristal
es. Luke Howard menyimpulkan dari sekian banyak bentuk awan, secara umum
semuanya berasal dari tiga bentuk dasar yang diberi nama :

- Cirrus (serat atau rambut)

6
Cirrus berasal dari bahasa Yunani yang artinya serat atau helaian rambut ikal.
Dinamakan Cirrus karena terdiri dari kristal es yang tergores oleh angin, sehingga
menyerupai goresan halus dan berserat layaknya rambut.
- Cumulus (tumpukan)
Cumulus berasal dari bahasa Yunani juga yang artinya bertumpuk. Sesuai dengan
namanya, awan Cumulus berbentuk gumpalan kapas yang menumpuk. Pergerakan
awan ini dapat terjadi secara vertikal.
- Stratus (lembaran atau lapisan)
Stratus berasal dari Bahasa Yunani yang artinya lapisan. Persebarannya merata
secara horizontal dan berlapis, sehingga kita sulit membedakan mana langit dan
mana awan. Pada tahun 1894, Komisi Cuaca Internasional mengklasifikasikan jenis
awan menjadi 4 kelompok, yakni Awan Rendah, Awan Sedang, Awan Tinggi, dan
Awan Vertikal.
1. Awan Rendah
Awan rendah merupakan awan yang memiliki ketinggian kurang dari 2 km dari
permukaan tanah. Awan ini terbagi menjadi :
- Awan Stratus (St)
Bentuk awan stratus yaitu berlapis-lapis seperti kabut tipis. Bisa ditemukan di
mana saja dengan komposisi berupa kumpulan tetes air. Stratus menjadi
pertanda cuaca cerah, tetapi dapat berpotensi gerimis.
- Awan Nimbostratus / Nimbus (Ns)
Dalam bahasa Yunani, ‘Nimbus’ berarti ‘menimbulkan hujan’. Awan ini
berwarna abu-abu gelap dan terlihat basah. Kalau kamu bertemu dengan awan
Nimbostratus, tandanya akan turun hujan atau salju tebal dalam jangka waktu
yang lama
- Awan Stratocumulus (Sc)
Awan rendah yang terakhir yaitu Stratokumulus yang terdiri dari kumpulan
tetesan air. Bentuknya bergumpal dan bisa menyebabkan hujan ringan atau
terkadang salju.

2. Awan Sedang / Tengah

7
Awan sedang merupakan awan yang memiliki ketinggian 2 - 6 km dari
permukaan tanah. Awan ini terbagi menjadi :
- Altostratus (As)
Sekilas, awan ini bentuknya seperti pita. Komposisinya berupa tetesan air dan
kristal es. Makanya, Altostratus berpotensi menghasilkan gerimis atau virga,
yaitu hujan yang tidak sampai jatuh ke tanah.
- Altocumulus (Ac)
Awan Altokumulus berbentuk gumpalan-gumpalan kapas yang pipih. Bisa
menyebabkan hujan ringan meskipun frekuensinya sangat jarang.
Komposisinya terdiri dari tetesan air dan kristal es.

3. Awan Tinggi
Awan tinggi merupakan awan yang memiliki ketinggian 6 - 12 km dari
permukaan tanah. Awan ini terbagi menjadi :
- Cirrus (Ci)
Cirrus adalah awan yang komposisinya berupa kristal es yang tergores oleh
angin. Sehingga, bentuknya mengkilap dan sering kita temui pada siang hari.
Awan ini tidak menimbulkan hujan atau salju.
- Cirrocumulus (Cc)
Awan ini juga tidak menyebabkan terjadinya hujan, tetapi berpotensi
menghasilkan salju pada kondisi tertentu. Terdiri atas kristal es yang berbentuk
gumpalan melingkar menyerupai sisik
ikan.
- Cirrostratus (Cs)
Cirrostratus berasal dari penyebaran dan penggabungan awan Cirrus.
Bentuknya tipis dan sangat halus, serta tidak berpotensi hujan atau salju.

4. Awan Vertikal

8
Awan vertikal merupakan awan yang bisa naik dan bentuknya terus
berkembang. Awan vertikal dapat berada di ketinggian rendah, sedang, dan
tinggi.
- Cumulus (Cu)
Awan yang bergerak secara vertikal berbentuk kubah atau menyerupai bunga
kol dengan lengkungan bulat. Awan Cumulus muncul pada pagi hari dan
menghilang sebelum malam tiba. Awan ini tidak menimbulkan hujan.
- Cumulonimbus (Cb)
Awan Cumolonimbus merupakan hasil perkembangan dari Awan Cumulus.
Awan ini lebih besar, tinggi, dan dapat mengandung listrik. Butiran air di
dalamnya juga lebih banyak. Awan Cumulonimbus menimbulkan badai dan
hujat lebat yang disertai petir.

2.2.4 Sinar Matahari


Sinar matahari merupakan sinar yang berasal dari matahari dan matahari
merupakan sumber energi pertama di bumi. Penyinaran matahari ini akan berpengaruh
pada tekanan udara dan banyak sedikitnya penguapan di suatu daerah.

2.2.5 Kelembapan Udara


Kelembapan udara adalah adalah banyaknya uap air yang terkandung di dalam
udara. Alat pengukur kelembapan udara adalah higrometer. Jumlah uap air yang berada
di atmosfer sekitar 2 persen saja dari jumlah massa keseluruhan dari atmosfer. Jika
suatu atmosfer memiliki kadar uap air yang tinggi, besar kemungkinan akan
menghasilkan hujan. Berikut beberapa faktor yang memengaruhi kelembapan udara di
suatu wilayah, yakni :
- Suhu udara
Semakin tinggi suhu udara, maka semakin banyak uap air yang dapat ditampung
oleh udara. Sedangkan, semakin rendah suhu udara, semakin rendah kapasitas uap
air dari udara tersebut. Hal ini terjadi karena saat udara panas, maka jarak antara
molekulnya lebih lebar sehingga mampu mengakomodasi banyak uap air.

9
Ketika udara dingin, maka jarak antar molekulnya menjadi kecil sehingga kesulitan
mengakomodasi uap air.
- Tekanan udara
Jika suatu wilayah memiliki tekanan udara yang semakin tinggi, maka udara yang
berada di sekitarnya juga akan memiliki kelembapan yang tinggi pula. Hal tersebut
dapat terjadi karena uap air yang ada di udara tersebut tetap, namun volume
udaranya mengecil, sehingga kelembapan udaranya meningkat. Sebaliknya jika
tekanan udara diturunkan, kelembapan udara di wilayah tersebut akan semakin
menurun. Hal ini terjadi karena volume udara, namun jumlah uap air tetap sama.
- Pergerakan angin
Pergerakan angin juga dapat mempengaruhi kelembapan pada udara. Hal ini
dipengaruhi oleh proses penguapan dan kondensasi yang terjadi. Air yang menguap
akan terbawa oleh angina dan membentuk awan serta meningkatkan kelembapan
udara di suatu wilayah. Angin berperan untuk menggeser uap air dari suatu wilayah
ke daerah lainnya.
- Vegetasi
Vegetasi dapat mempengaruhi kelembapan pada udara karena tumbuhan
melakukan transpirasi ketika berfotosintesis. Proses fotosintesis ini akan
menghasilkan uap air, yang dimana akan dapat menguap ke udara, meningkatkan
kelembapan udara. Maka itu, tidak jarang kita melihat hutan - hutan besar memiliki
iklimnya sendiri.
- Ketersediaan air
Kandungan air pada suatu wilayah bisa memengaruhi kelembapan di udara. Air
mengalami penguapan dan menjadi uap air yang kemudian akan naik ke udara dan
menetap di atmosfer membuat atmosfer menjadi lebih jenuh. Seiring dengan
berjalannya waktu, uap air akan berubah menjadi awan-awan. Jika atmosfer sudah
mencapai kapasitas udaranya, maka akan terjadi hujan. Semakin tinggi
ketersediaan air di suatu tempat semakin tinggi pula kelembapan di wilayah
tersebut.

2.2.6 Suhu

10
Dalam KBBI, suhu diartikan sebagai ukuran kuantitatif dari temperatur, panas atau
dingin, dan diukur menggunakan termometer. Suhu memiliki empat satuan, antara lain
sebagai berikut :
- Skala Kelvin
Skala Kelvin diperkenalkan oleh Lord Kelvin (1824-1907) yang mengusulkan
untuk menggunakan suhu nol mutlak (-273°C) sebagai skala 0 pada termometer.
Cara pembacaan ini disebut dengan skala Kelvin dimana perubahan 1 derajat pada
skala Kelvin sama dengan perubahan 1 derajat pada skala Celsius. Namun suhu 0
derajat skala Kelvin dimulai pada suhu -273°C. Dengan demikian, 0°C sama
dengan 273 Kelvin yang ditulis dengan huruf (K) tanpa derajat.
- Skala Celcius
Skala Celsius ditemukan oleh ahli astronomi asal Swedia Anders Celsius pada
tahun 1742 yang mengusulkan suatu skala sebagai patokan mengukur suhu. Simbol
yang digunakan adalah huruf C. Berdasarkan skala ini, titik beku air berada pada
0°C dan titik didih air berada pada 100°C pada tekanan atmosfer standar.
- Skala Reamur
Skala Reamur pertama kali diusulkan oleh Rene Antoine de Reaumur pada tahun
1731. Skala Reamur menyebutkan suhu es mencair diberi nilai 0°R dan suhu air
mendidih diberi nilai 80°R.
- Skala Fahrenheit
Skala Fahrenheit menyebutkan suhu es mencair diberi nilai 32°F dan suhu air
mendidih diberi nilai 212°F. Skala Fahrenheit pertama kali diperkenalkan oleh
ilmuwan Jerman bernama Gabriel Fahrenheit pada tahun 1724. Persamaan
Fahrenheit dan Celsius terletak pada suhu negatif atau minus (- 40°C).

Beberapa faktor yang mempengaruhi suhu, seperti sudut sinar matahari, durasi penyinaran, bentuk
permukaan bumi, jumlah tutupan awan serta koordinat lintang. Faktor meteorologi juga
berpengaruh terhadap derajat suhu, yaitu curah hujan, kelembaban, penguapan air, suhu udara,
kecepatan air dan radiasi matahari.
BAB III

11
PEMBAHASAN

3.1 Pembahasan
Pengamatan cuaca harian ini dilakukan selama tujuh hari, setiap dua belas jam
dalam kurun waktu 24 jam. Pengambilan data dilakukan dengan mengamati langsung
kondisi cuaca dan melihat data suhu, kelembaban, dan kecepatan angin yang dapat dilihat
langsung pada applikasi smartphone.
Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa suhu, kelembapan, kecepatan angin, dan
kondisi cuaca hampir selalu berubah tiap 12 jam. Perubahan ini dipengaruhi oleh bebagai
faktor seperti kondisi cuaca saat pengamatan dan lokasi pengambilan data. Untuk datanya
hanya berasal dari tujuh lokasi yaitu Sukajadi, SMAK Yos Sudarso, Batu Aji, Tanjung
Piayu, Batam Center, Ruko Odessa dan Nagoya.
Dalam pengamatan ini hubungan antara suhu, kelembapan, dan kecepatan angin
tidak bisa dipisahkan karena saling mempengaruhi satu sama lain dalam penentuan kondisi
cuaca. Seperti pada suhu yang juga mempengaruhi kelembaban dan kecepatan angin.
Cuaca sendiri memiliki unsur – unsur penyusunnya seperti suhu, kelembapan, dan
kecepatan angin yang telah diamati dan disajikan dalam bentuk diagram di bawah ini:

3.1.1 Suhu

12
Temperatur udara/suhu udara adalah udara panas dan dingin yang disebabkan oleh
perbedaan kerja udara, kecepatan proses pendinginan dan pemanasan di lingkungan serta
kandungan air di permukaan bumi.

Grafik di atas menunjukkan bahwa titik tertinggi suhu udara antara pukul 17.00
hingga 18.30 mencapai 29°C, dan titik terendah pada pagi hari antara pukul 06.00 hingga
07.00 dengan suhu 26°C. Bisa di lihat suhu pada pukul 06.30-07.00 selama tujuh hari rata
di 26°C. Jika dilihat dari grafik terlihat bahwa suhu terus meningkat hingga pukul 17.00-
18.00.

3.1.2 Kelembapan

13
Hubungan antara kelembapan dengan waktu pengamatan setiap 12 jam selama 24
jam di perlihatkan pada grafik diatas :

Kelembapan adalah jumlah uap air di atmosfer selama periode waktu tertentu.
Dengan menggunakan diagram di atas yang di kombinasikan dengan diagram suhu,
dapat dilihat bahwa kelembapan dan suhu memiliki hubungan terbalik. Ketika suhu
tinggi, kelembapan rendah. Karena suhu udara mempengaruhi kemampuan udara
menahan uap air, semakin tinggi suhu maka semakin rendah kemampuan udara untuk
menahan uap air. Pada grafik di atas kita bisa liat kalau kelembapan dari tanggal 20
Maret hingga 26 Maret 2023 itu termasuk stabil.

3.1.3 Kecepatan Angin

14
Hubungan antara kecepatan angin dengan waktu pengamatan selama 12 jam di
perlihatkan pada grafik diatas :

Udara yang terkena panas matahari akan naik, sehingga tekanan udara akan
menurun, sedangkan daerah yang tidak terjangkau sinar matahari memiliki tekanan
udara yang tinggi. Pada saat yang sama, angin menggerakkan udara yang bergerak dari
daerah bertekanan tinggi ke daerah bertekanan rendah.

Jadi berdasarkan teori ini dapat dilihat bahwa kecepatan angin semakin kencang
saat siang hingga sore hari atau pada pukul 17.00-18.00. Hasil ini sesuai dengan teori
diatas, dimana semakin panas suhu udara semakin besar pula kecepatan anginnya.
Kecepatan angin tertinggi terjadi pada hari Minggu, 26 Maret 2023 pukul 17.00-18.00
yang mencapai 25 km/jam. Dan paling rendah pada kecepatan 12 km/jam.

Pada grafik diatas dapat dilihat jika saat siang hingga sore hari kecepatan angin
lebih tinggi jika dibandingkan dengan pagi hari. Namun kecepatan angin selalu
berubah setiap harinya. Perubahan kecepatan angin ini cenderung berbeda tiap harinya,
tetapi tetap mengikuti pola rendah ke tinggi dan ke rendah lagi.

BAB IV

15
PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Dari praktikum pengamatan cuaca harian dapat disimpulkan :


1. Kelembapan udara dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti suhu udara, tekanan udara,
pergerakan angin, vegetasi, dan ketersediaan air pada suatu wilayah. Kelembapan udara
yang tinggi dapat memicu terjadinya hujan, sedangkan kelembapan udara yang rendah
dapat menyebabkan kondisi kering dan sulit untuk tumbuhnya tanaman. Oleh karena
itu, pemahaman mengenai kelembapan udara sangat penting dalam berbagai bidang
seperti meteorologi, pertanian, dan lingkungan hidup.
2. Suhu dapat diartikan sebagai ukuran kuantitatif dari temperatur, panas atau dingin, dan
diukur menggunakan termometer. Ada empat satuan suhu yang umum digunakan, yaitu
skala Kelvin, Celsius, Reamur, dan Fahrenheit. Setiap skala memiliki titik patokan dan
perubahan suhu yang berbeda. Faktor-faktor seperti sudut sinar matahari, durasi
penyinaran, bentuk permukaan bumi, jumlah tutupan awan, koordinat lintang, serta
faktor meteorologi seperti curah hujan, kelembaban, penguapan air, suhu udara,
kecepatan air, dan radiasi matahari dapat mempengaruhi suhu.
3. Angin merupakan udara yang bergerak dari daerah yang bertekanan tinggi ke daerah
yang bertekanan rendah. Perbedaan tekanan udara disebabkan oleh adanya perbedaan
suhu udara. Arah dan kecepatan angin dapat diukur dengan anemometer. Angin terbagi
menjadi beberapa jenis seperti angin darat, angin laut, angin lembah, angin gunung,
angin fohn, angin muson, dan angin tetap. Setiap jenis angin memiliki karakteristik dan
pola hembusan yang berbeda-beda. Pemahaman mengenai angin sangat penting untuk
kegiatan manusia seperti navigasi, pertanian, transportasi, dan berbagai kegiatan
lainnya yang terkait dengan lingkungan.

4.2 Saran

16
Dalam pengamatan cuaca sebaiknya menggunakan alat-alat meteorologi tentang
pemahaman mengenai kelembapan udarasangat penting dalam lingkungan hidup.serta
mengetahui faktor meteorologi seperti curah hujan, kelembaban, penguapan air, suhu
udara, kecepatan air, dan radiasi matahari dapat mempengaruhi suhu.penulis berharap
agar penelitian ini tetap dilanjutkan sehingga para siswa SMAK Yos Sudarso Batam
lebih mampu memahami berbagai alat klimatologi yang berguna bagi pemantauan
cuaca dan iklim dan dapat menjadi tambahan ilmu pengetahuan yang baru.

DAFTAR PUSTAKA

17
Mardatila, Ani. 2022. “Jenis-jenis Angin Lokal di Indonesia yang Penting Diketahui”. Diakses
pada 3 Maret 2023, dari https://www.merdeka.com/sumut/jenis-jenis-angin-lokal-di-indonesia-
yang-penting-diketahui-kln.html

Julianti, Dwi. 2022. “Curah Hujan – Pengertian, Klasifikasi, dan Alat Pengukurnya – Materi
Geografi Kelas 10”. Diakses pada 3 Maret 2023, dari https://www.zenius.net/blog/pengertian-
curah-hujan

Soshum, Kak Ali MT. 2022. “10 Jenis Awan, Arah Gerak, dan Proses Terbentuknya”. Diakses
pada 3 Maret 2023, dari https://www.brainacademy.id/blog/fakta-menarik-seputar-awan

Diniari, Embun Bening. 2018. “Mengenal Jenis-Jenis Angin”. Diakses pada 2 Maret 2023, dari
https://www.ruangguru.com/blog/mengenal-jenis-jenis-angin

Rachman, Ani. 2022. “Kelembapan Udara: Pengertian, Faktor, dan Jenisnya”. Diakses pada 4
Maret 2023, dari https://www.kompas.com/skola/read/2022/09/22/160000369/kelembapan-
udara--pengertian-faktor-dan-jenisnya?page=all

Savitri, Devita. 2022. “Suhu: Pengertian, Alat Ukur, Akibat dan Contoh Soalnya”. Diakses pada 4
Maret 2023, dari https://www.detik.com/edu/detikpedia/d-6459033/suhu-pengertian-alat-ukur-
akibat-dan-contoh-soalnya

18

Anda mungkin juga menyukai