Anda di halaman 1dari 29

i

LAPORAN PRAKTIKUM
AGROKLIMATOLOGI

PENGENALAN PERALATAN BADAN METEOROLOGI,


KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA (BMKG)
PALANGKA RAYA

Dosen Pengampu: Nina Yulianti, S.P., M.Si., Ph.D

Disusun Oleh Kelompok VI:

Catur Kasyanto CAA 117 004


Atmi Mustika CAA 117 006
Presha Pratama CAA 117 046
Jhoni Arta Sipayung CAA 117 072
Febrianovi Eka Asi CAA 117 076
Bachtiar Sitinjak CAA 117 090
Ruswando Joyada CAA 117 092
Afdon Hernadi Silaen CAA 117 096
Fachrul Rozi’in

CAA 117 128


Krismonica

JURUSAN BUDIDAYA PERTANIAN


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS PALANGKA RAYA
2019
ii

DAFTAR ISI

Halaman
DAFTAR ISI................................................................................................ ii
I. PENDAHULUAN................................................................................. 1
1.1. Latar Belakang............................................................................... 1
1.2. Tujuan Praktikum............................................................................ 2
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Pengertian Meteorologi.................................................................. 3
2.2. Pengertian Klimatologi.................................................................. 4
2.3. Pengertian Geofisika...................................................................... 8
III. BAHAN DAN METODE
3.1. Waktu dan Tempat......................................................................... 10
3.2. Bahan dan Alat............................................................................... 10
3.3. Cara Kerja...................................................................................... 10
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1. Hasil Pengamatan........................................................................... 11
3.2. Pembahasan.................................................................................... 13
V. PENUTUP
5.1. Kesimpulan..................................................................................... 27
5.2. Saran.............................................................................................. 27

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

ii
1

I. PENDAHULUAN

I.1.  Latar Belakang


BMKG adalah sebuah lembaga yang berstatus Lembaga Pemerintah Non
Departemen (LPND), dipimpin oleh seorang Kepala Badan. Tugas BMKG adalah
melaksanakan tugas pemerintahan di bidang Meteorologi, Klimatologi, Kualitas
Udara dan Geofisika sesuai dengan ketentuan perundang-undangan yang berlaku.
Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) sebelumnya bernama
Badan Meteorologi dan Geofisika (BMG) ialah lembaga pemerintah non
departemen Indonesia yang mempunyai tugas melaksanakan tugas pemerintahan
di bidang meteorologi, klimatologi dan geofisika
Cuaca adalah keadaan atau kelakuan atmosfer pada suatu waktu tertentu yang
sifatnya berubah-ubah dari waktu ke waktu. Sedangkan iklim adalah rata-rata
keadaan cuaca dalam jangka waktu lama, minimal 30 tahun yang sifatnya tetap.
Manusia hidup di dasar atmosfer yaitu pada pertemuan antara permukan bumi dan
atmosfer. Iklim akan mempengaruhi berbagai aspek kehidupan manusia dan
organisme lain yang hidup di muka bumi. Dalam kehidupan sehari-hari, iklim
akan menjadi bahan pertimbangan dalam rancangan bangunan hunian atau
kontruksi bangunan fisik lainnya, bahan dan desain pakaian, jenis dan porsi
pangan yang dikonsumsi, dan ragam aktivitas sosial budaya yang dilakukan
penduduk. Karena cuaca dan iklim merupakan salah satu unsur lingkungan hidup
yang sangat besar pengaruhnya terhadap kehidupan manusia. Berbeda dengan
unsur-unsur lingkungan hidup lainnya.
Cuaca dan iklim adalah faktor lingkungan yang besar pengaruhnya terhadap
kehidupan. Oleh sebab itu, informasi berupa data atau keterangan tentang cuaca
dan iklim akan sangat diperlukan. Data yang benar dan lengkap, melalui analisis
meteorologi dan klimatologi akan membuka kejelasan tentang gejala dan perilaku
cuaca maupun keadaan iklim setempat serta dapat membuat manusia melakukan
usaha optimasi bidang kegiatannya.
2

Dalam kehidupan sehari-hari, Iklim akan mempengaruhi berbagai aspek


kehidupan manusia dan organisme lain yang hidup di muka bumi. Seperti dalam
bidang pertanian dan penerbangan pesawat.          

I.2. Tujuan
Tujuan praktikum Agroklimatologi dengan materi Pengenalan Peralatan
BMKG yaitu:
1.      Mengetahui macam alat pengukur tiap unsur tersebut dan cara
penggunaanya.
2.      Mengetahui fungsi dari masing-masing alat tersebut
3

II. TINJAUAN PUSTAKA

II.1. Pengertian Meteorologi


Secara luas meteorologi didefinisikan sebagai ilmu yang mempelajari
atmosfer yang menyangkut keadaan fisis dan dinamisnya serta interaksinya
dengan permukaan bumi di bawahnya (Wisnubroto, 1999). Dalam pelaksanaan
pengamatannya menggunakan hukum dan teknik matematik. Pengamatan cuaca
atau pengukuran unsur cuaca dilakukan pada lokasi yang dinamakan stasiun cuaca
atau yang lebih dikenal dengan stasiun meteorologi. Maksud dari stasiun
meteorologi ini ialah menghasilkan serempak data meteorologis dan data biologis
dan atau data-data yang lain yang dapat menyumbangkan hubungan antara cuaca
dan pertumbuhan atau hidup tanaman dan hewan. Lokasi stasiun ini harus dapat
mewakili keadaan pertanian dan keadaan alami daerah tempat stasiun itu berada.
Informasi meteorogis yang secara rutin diamati antara lain ialah keadaan lapisan
atmosfer yang paling bawah, suhu dan kelengasan tanah pada berbagai
kedalaman, curah hujan, dan curahan lainnya, durasi penyinaran dan reaksi
matahari (Prawirowardoyo, 1996).
Dalam bidang pertanian, menurut Wisnubroto (1999) ilmu prakiraan
penentuan kondisi iklim atmosfer ini adalah untuk menentukan wilayah
pengembangan tanaman. Iklim mempengaruhi dunia pertanian. Presipitasi,
evaporasi, suhu, angin, dan kelembaban nisbi udara adalah unsur iklim yang
penting. Dalam dunia pertanian, air, udara, dan temperatur menjadi faktor yang
penting. Kemampuan menyimpan air oleh tanah itu terbatas. Sebagian air
meninggalkan tanah dengan cara transpirasi, evaporasi, dan drainase.
Prakiraan cuaca baik harian maupun prakiraan musim, mempunyai arti
pentingdan banyak dimanfaatkan dalam bidang pertanian. Prakiraan cuaca 24 jam
yang dilakukan oleh BMKG, mempunyai arti dalam kegiatan harian misalnya
untuk pelaksanaan pemupukan dan pemberantasan hama. Misalnya pemupukan
dan penyemprotan hama perlu dilakukan pada pagi hari atau ditunda jika menurut
prakiraan sore hari akan hujan lebat. Prakiraan permulaan musim hujan
mempunyai arti pentingdalam menentukan saat tanam di suatu wilayah. Jadi,
4

bidang pertanian inimemanfaatkan informasi tentang cuaca dan iklim mulai dari
perencanaan sampaidengan pelaksanaannya (Setiawan, 2003).

II.2. Pengertian Klimatologi


Klimatologi berasal dari bahasa Yunani Klima dan Logos yang masing2
berarti kemiringan (slope) yg di arahkan ke Lintang tempat sedangkan Logos
sendiri berarti Ilmu. Jadi definisi Klimatologi adalah ilmu yang mencari gambaran
dan penjelasan sifat iklim, mengapa iklim di berbagai tempat di bumi berbeda,
dan bagaimana kaitan antara iklim dan dengan aktivitas manusia. Karena
klimatologi memerlukan interpretasi dari data2 yang banyak dehingga
memerlukan statistik dalam pengerjaannya, orang2 sering juga mengatakan
klimatologi sebagai meteorologi statistik (Tjasyono, 2004)
Iklim merupakan salah satu faktor pembatas dalam proses pertumbuhan dan
produksi tanaman. Jenis2 dan sifat2 iklim bisa menentukkan jenis2 tanaman yg
tumbuh pada suatu daerah serta produksinya. Oleh karena itu kajian klimatologi
dalam bidang pertanian sangat diperlukan. Seiring dengan dengan semakin
berkembangnya isu pemanasan global dan akibatnya pada perubahan iklim,
membuat sektor pertanian begitu terpukul. Tidak teraturnya perilaku iklim dan
perubahan awal musim dan akhir musim seperti musim kemarau dan musim hujan
membuat para petani begitu susah untuk merencanakan masa tanam dan masa
panen. Untuk daerah tropis seperti indonesia, hujan merupakan faktor pembatas
penting dalam pertumbuhan dan produksi tanaman pertanian. Selain hujan, unsur
iklim lain yang mempengaruhi pertumbuhan tanaman adalah suhu, angin,
kelembaban dan sinar matahari.
1. Radiasi Surya Untuk memanfaatkan potensi energi surya, ada 2 (dua) macam
teknologi yang sudah diterapkan, yaitu energi surya termal dan energi surya
fotovoltaik. Energi surya termal pada umumnya digunakan untuk memasak
(kompor surya), mengeringkan hasil pertanian (perkebunan, perikanan,
kehutanan, tanaman pangan) dan memanaskan air. Energi surya fotovoltaik
digunakan untuk memenuhi kebutuhan listrik, pompa air, televisi,
telekomunikasi, dan lemari pendingin di Puskesmas dengan kapasitas total +
6 MW (Anonim, 2008). Umumnya di nusantara sinar matahari terdapat dalam
5

jumlah yang cukup. Penyinaran yang terlalu kuat dapat merangsang kembang
dan buahnya terlalu lebat dan karenanya hanya dapat memberi hasil yang baik
untuk beberapa tahun saja. Terlalu banyak matahari juga dapat
mengakibatkan terlalu cepat merosotnya keadaan tanah. Penghancuran humus
di daerah-daerah tropis yang lebih rendah juga sudah berjalan dengan sangat
cepat (Vink, 1984).
2. Tekanan udara adalah tekanan yang diberikan oleh udara karena beratnya
tiap-tiap 1 cm2 bidang mendatar di permukaan bumi sampai batas atmosfer.
Jika kita naik maka tekanan makin rendah karena kerapatan udara makin kecil
kolom udaranya makin pendek (Soekardi, 1986). Tekanan udara antara lokasi
yang satu dengan lokasi yang lain dan pada lokasi tertentu dapat berubah
secara dinamis dari waktu ke waktu. Perbedaan atau perubahan tekanan
uadara ini terutama disebabkan oleh pergeseran garis edar matahari,
keberadaan bentang laut dan ketinggian tempat (Kartasapoetra, 1987).
3. Suhu (Suhu Udara dan Tanah) pembangunan membawa kesan ke atas sistem
iklim mikro. Pembangunan mengubah iklim mikro suatu kawasan; kesan
utama adalah terhadap imbangan sinaran tenaga dan gangguan terhadap
kitaran hidrologi. Penebangan pokok mengakibatkan kuantiti sinaran tenaga
yang diserap oleh tanah lapang meningkat. Ini menyebabkan peningkatan
suhu permukaan tanah dan suhu udara. Pembalikan sinar tenaga bertambah
hingga menyebabkan suhu udara meningkat (Anonim, 2008). Suhu dan
kelembaban udara ini sangat erat hubungannya, karena jika kelembaban udara
berubah, maka suhu juga akan berubah. Di musim penghujan suhu udara
rendah, kelembaban tinggi, memungkinkan tumbuhnya jamur pada kertas,
atau kertas menjadi bergelombang karena naik turunnya suhu udara (Anonim,
2008). Suhu tanah beraneka ragam dengan cara yang khas pada perhitungan
harian dan musiman. Fluktuasi terbesar terdapat di permukaan tanah dan akan
berkurang dengan bertambahnya kedalaman tanah. Suhu tanah sebagai sifat
tanah yang penting, digunakan untuk mengklasifikasikan tanah. Penggunaan
tanah untuk pertanian dan kehutanan berhubungan penting dengan suhu tanah
karena kebutuhan tumbuhan terhadap suhu yang khas (Foth, 1994).
6

4. Kelembaban Tanah dan Udara dengan mudah menyerap kelengasan dalam


bentuk uap air. Banyaknya bergantung pada suhu udara dan suhu air. Makin
tinggi suhu udara, makin banyak uap air yang dapat dikandungnya (Wilson,
1993).
5. Kelembaban adalah konsentrasi uap air di udara. Angka konsentrasi ini dapat
diekspresikan dalam kelembapan absolut, kelembapan spesifik atau
kelembapan relatif. Alat untuk megukur kelembapan disebut higrometer.
Sebuah humidistat digunakan untuk mengatur tingkat kelembapan udara
dalam sebuah bangunan dengan sebuah pengawalembap (dehumidifier).
Dapat dianalogikan dengan sebuah thermometer dan thermostat untuk suhu
udara. Konsentrasi air di udara pada tingkat permukaan laut dapat mencapai
3% pada 30 oC (86 oF), dan tidak melebihi 0,5% pada 0 oC (32 oF) (Anonim,
2007). Kelembaban nisbi suatu tempat tergantung pada suhu yang
menentukan kapasitas udara untuk menampung uap air serta kandungan uap
air aktual di tempat tersebut. Kandungan uap air aktual ini ditentukan oleh
ketersediaan air ditempat tersebut serta energi untuk menguapkannya
(Handoko, 1993).  Kelembaban udara dinyatakan oleh tekanan uap air oleh
koefisien hygrometrik/kelembaban relatif atau temperatur titik embun sebab
sesungguhnya tekanan uap tidaklah cukup mencirikan kelembaban
sebenarnya (Martha, 1993).
6. Curah Hujan, hujan merupakan susunan kimia yang cukup kompleks dan
bervariasi dari tempat yang satu ke tempat yang lain, dari musim ke musim
pada tempat yang sama dan dari waktu hujan berbeda. Air hujan terdiri atas:
ion-ion natrium, kalium, kalsium, khlor, karbonat dan sulfat yang merupakan
jumlah yang besar bersama-sama (Soekardi, 1986). Hujan merupakan suatu
bentuk presipitasi, atau turunan cairan dari angkasa, seperti salju, hujan es,
embun, dan kabut. Hujan terbentuk apabila titik air yang terpisah jatuh ke
bumi dari awan. Tidak semua air hujan sampai ke permukaan bumi, sebagian
menguap ketika jatuh melalui udara kering, sejenis presipitasi yang dikenali
sebagai virga (Anonim, 2008). Curah hujan adalah jumlah air hujan yang
jatuh dipermukaan tanah selama periode tertentu yang diukur dalam satuan
7

tinggi diatas permukaan horizontal apabila tidak terjadi penghilangan oleh


proses evaporasi, pengaliran dan peresapan. Dinyatakan sebagai tebal lapisan
air yang jatuh diatas permukaan tanah rata seandaiya tidak ada infiltrasi dan
evaporasi. Satuannya adalah mm. curah hujan 1mm berarti banyaknya hujan
yang jatuh diatas sebidang tanah seluas 1m2 = 1mm x 1m2 = 0,01dm x
100dm2 = 1dm3 = 1liter. Hari hujan adalah suatu hari dimana terkumpul
curah hujan 0,5mm atau lebih (Buckman, 1982).
7. Angin adalah udara yang bergerak dari satu tempat ke tempat lainnya. Angin
berhembus dikarenakan beberapa bagian bumi mendapat lebih banyak panas
matahari dibandingkan tempat yang lain. Permukaan tanah yang panas
membuat suhu udara di atasnya naik. Akibatnya udara mengembang dan
menjadi lebih ringan (Anonim, 2007). Angin mengakibatkan meningkatnya
penguapan, yang dengan kelembaban yang cukup mungkin dapat
menguntungkan. Namun di daerah-daerah kering, banyak angin berpengaruh
sangat buruk, karena mengakibatkan pengeringan yang kuat. Angin
mempunyai pengaruh mekanis, yang kadang-kadang besar artinya (Vink,
1984). Angin adalah gerak udara yang sejajar dengan permukaan bumi. Udara
bergerak dari daerah bertekanan tinggi ke daerah bertekanan rendah. Angin
diberi nama sesuai dengan arah mana angin datang, misalnya angin laut
adalah angin yang bertiup dari laut ke darat (Tyasyono, 2004). Kecepatan dan
arah angin masing-masing diukur dengan anemometer dan penunjuk arah
angin. Anemometer yang lazim adalah anemometer cawan yang terbentuk
dari lingkaran kecil sebanyak tiga (kadang-kadang empat) cawan yang
berputar mengitari sumbu tegak. Kecepatan putaran mengukur kecepatan
angin dan jumlah seluruh perputaran mengitari sumbu itu memberi ukuran
berapa jangkau angin, jarak tempuh kantung tertentu udara dalam waktu yang
ditetapkan (Foth, 1991).
8.  Evapotranspirasi, evaporasi adalah perubahan air menjadi uap air. Yang
merupakan suatu proses yang berlangsung hampir tanpa gangguan selama
berjam-jam pada siang hari dan sering juga selama malam hari. Air akan
menguap dari permukaan baik tanah gundul maupun tanah yang ditumbuhi
8

tanaman, dan juga dari pepohonan permukaan kedap air atap dan jalan raya
air, air terbuka dan sungai yang mengalir (Wilson, 1993). Pengukuran
langsung evapotranspirasi dengan penginderaan jauh masih belum masih
belum dimungkinkan. Pendekatan penginderaan jauh terhadap penentuan
evapotranspirasi terletak pada pengukuran jumlah dan lamanya gerakan air
dari tanah ke atmosfer. Untuk peliputan kawasan yang luas alat yang paling
tepat bagi penelitian evaporasi adalah radiometer inframerah dan pancatat
citra dari udara (Ersin Seyhan, 1990).
9. Awan dapat terdiri dari butir-butir air, kristal-kristal es atau kombinasi
keduanya. Bila awan demikian tipisnya hingga sinar matahari atau bulan
menembusnya, awan tersebut sering melahirkan pengaruh-pengaruh optik
yang memungkinkan dapat dibedakan antara awan kristal es dan awan butir
air (Masson, 1962). Awan adalah gumpalan uap air yang terapung di
atmosfir. Ia kelihatan seperti asap berwarna putih atau kelabu di langit. Udara
selalu mengandung uap air. Apabila uap air ini meluap menjadi titik-titik air,
maka terbentuklah awan. Penguapan ini bisa bisa terjadi dengan dua cara:
Apabila udara panas, lebih banyak uap terkandung di dalam udara karena air
lebih cepat menyejat. Udara panas yang sarat dengan air ini akan naik tinggi,
hingga tiba di satu lapisan dengan suhu yang lebih rendah, uap itu akan
mencair dan terbentuklah awan, molekul-molekul titik air yang tak terhingga
banyaknya. Suhu udara tidak berubah, tetapi keadaan atmosfir lembap. Udara
makin lama akan menjadi semakin tepu dengan uap air (Anonim, 2008).
Pembentukan awan berlaku hampir keseluruhannya pada bagian bawah
atmosfera yang dikenal sebagai Troposfera. Awan terbagi menjadi dua
macam: berbentuk kumulus (cumiliform) dan berlapis-lapis (stratiform)
(Anonim, 2007).
II.3. Pengertian Geofisika
 Geofisika adalah bagian dari ilmu bumi yang mempelajari bumi
menggunakan kaidah atau prinsip-prinsip fisika. Penelitian geofisika untuk
mengetahui kondisi di bawah permukaan bumi melibatkan pengukuran di atas
permukaan bumi dari parameter-parameter fisika yang dimiliki oleh batuan
9

di dalam bumi. Dari pengukuran ini dapat ditafsirkan bagaimana sifat-sifat dan
kondisi di bawah permukaan bumi baik itu secara vertikal maupun horisontal.
Sebagaimana ilmu fisika yang dapat dibagi menjadi beberapa disiplin ilmu yang
lebih kecil (berhubungan dengan variasi kejadian fisikanya), maka Geofisika
Bumi Padat juga dapat dibagi menjadi cabang-cabang ilmu yang lebih kecil,
yaitu :
1) Seismologi (mempelajari gempa bumi dan fenomena fisika yang
berhubungan dengannya)
2) Vulkanologi (juga bagian dari Geologi, mempelajari gunung api, mata air
panas, dsb)
3) Geomagnet (mempelajari medan magnet bumi, termasuk paleomagnetisme)
4) Geoelektrisitas (mempelajari sifat-sifat kelistrikan bumi)
5) Tektonofisika (penggunaan ilmu fisika untuk mempelajari proses tektonik)
6) Gravitasi (juga bagian dari Geodesi, mempelajari medan gravitasi dan
interpretasinya)
7) Geotermal (mempelajari suhu bagian dalam bumi, termasuk eksplorasi panas
bumi)
8) Geokosmologi (mempelajari asal-usul bumi)
9) Geokronologi (mempelajari kejadian bumi, termasuk menentukan umurnya)
Geofisika pada umumnya bekerja pada 3 front pararel yaitu: a) Observasi atau
pengukuran di lapangan; b) Penyelidikan di laboratorium; c) Pengkajian teoritis.
Masalah yang sering terjadi adalah sulitnya melakukan analisa karena sebagian
besar dari obyek yang dipelajari berada di dalam bumi, secara umum tidak dapat
diukur secara langsung di permukaan. Sebagai opsi, geofisika mengandalkan
pengamatan tidak langsung yang dilakukan pada permukaan bumi atau sangat
dekat dengan bumi. Sehingga interpretasi dari pengamatan seperti ini akan
memiliki tingkat kesulitan yang besar.

     
10

III. METODOLOGI

III.1. Waktu dan Tempat


Praktikum Agroklimatologi dangan materi Pengenalan Peralatan BMKG
dilaksanakan pada hari Kamis, 25 Juli 2019 pukul 08.00 WIB - selesai. Bertempat
di Stasiun Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Tjilik Riwut
Palangka Raya, jalan Adonis Samad/Ir. Soekarno Palangka Raya.

III.2. Bahan dan Alat


Bahan yang digunakan dalam Praktikum Agroklimatologi dangan materi
Pengenalan Peralatan BMKG yaitu Campbell Stokes, Evaporimeter, Theodolite
Pibal, Barometer Air Raksa, Penakar Hujan Hellman, Penakar Hujan Ombrometer
Dan Psychrometer Standar. Alat yang digunakan yaitu alat tulis dan camera.

III.3. Cara Kerja


Cara kerja yang digunakan dalam Praktikum Agroklimatologi yaitu:
1. Menunggu arahan dari Petugas BMKG untuk menjelaskan nama serta fungsi
dari alat-alat yang tersedia di stasiun BMKG Palangka Raya.
2. Memperhatikan alat–alat yang dijelaskan oleh petugas BMKG.
3. Mencatat cara kerja dan fungsi dari masing – masing alat.
4. Mendokumentasikan kegiatan praktkum dan alat yang diperkenalkan
11

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV.1. Hasil Pengamatan


Tabel 1. Hasil Pengamatan Peralatan BMKG
No Nama Alat Gambar Fungsi

1 Campbell Mengukur lamanya penyinaran


Stokes yang ditandai dengan
terbakarnya kertas pias

2 Penakar Hujan Pengukur hujan otomatis.


Hellman

3 Penakar Hujan Untuk pengamatan curah hujan


Ombrometer (penakar hujan)

4 Sangkar Berfungsi sebagai tempat


Meteorologi peletakan alat meterologi,
berventilasi double julasi
berguna untuk mengalirkan
udara masuk keluar. Dicat
putih agar tidak terserap oleh
matahari
12

5 Psychometer Berfungsi untuk mengukur


suhu udara dan kelembaban
udara

6 Theodolite Untuk menentukan arah mata


Pibal angin di lapisan udara atas
dengan mengamati pergerakan
balon gas yang dilepas

7 Evaporimeter Untuk mengetahui tingkat


penguapan

Untuk mengoperasikan
penakar hujan otomatis untuk
8 Auto Rain menampung sampel air hujan
Water Sampler
(ARWS)

9 Anemometer Mengukur kecepatan angin

4.2. Pembahasan
Praktikum ini menggunakan alat-alat yang digunakan untuk kegiatan
pengamatan iklim yang ada di Stasiun Badan Meteorologi, Klimatologi dan
Geofisika (BMKG) Palangka Raya. Alat-alat tersebut memiliki bagian-bagian,
prinsip kerja, serta prosedur kerja dalam setiap penggunaannya dan setiap alat
memiliki fungsi dan cara kerja yang berbeda-beda. Seperti pada tabel 1 diatas dan
berikut penjelasannya:
13

1. Campbell Stokes

a b

Gambar 1. Campbell Stokes


(a). Sumber: Dokumentasi Pribadi; b). https://docplayer.info)

Campbell adalah sebuah alat berupa bola kaca yang menyerupai kaca lup,
yang digunakan untuk menyinari kertas pias. Fungsi alat ini adalah mengukur
lamanya penyinaran yang ditandai dengan terbakarnya kertas pias.
Bagian- bagian Campbell stokes terdiri dari sebuah kaca masif yang memiliki
ukuran diameter 10-15 cm. Fungsinya ialah sebagai lensa cembung yang
mengumpulkan sinar matahari kesuatu titik api. Fungsinya sama seperti lub,
bagian kedua terdiri dari kertas pias yang tarbuat dari karton berwarna gelap yang
mudah terbakar dan berfungsi sebagai indikator lamanya cahaya matahari
menyinari kita. Kertas pias juga dilengkapi dengan skala jam. Kertas pias ini
terdiri dari 3 yaitu kertas pias dengan lengkung panjang, lurus, dan lengkung
pendek. Mading-masing kertas pias memiliki fungsi yang sama. Tujuannya hanya
untuk menyesuaikan letak kedudukan matahari.
Cara kerja dari Compbell Stokes yaitu:
a) Compbell stokes diletakkan di ruang terbuka dengan pondasi boton
dibawahnya. Alat ini diletakkan diatas ketinggian 120 cm.
b) Alat ini akan menyerap sinar matahari lalu memfokuskannya pada satu titik
pada kertas bias.
14

c) Fokus cahaya tersebut akan membakar kertas bias, efeknya tidak seperti
kertas yang terbakar api akan tetapi hanya memberikan efek berlubang pada
kertas.
d) Kertas bias terbakar dapat menunjukan lamanya intensitas matahari.
e) Lamanya intensitas matahari dapat dilihat dari skala jam yang tersedia di
kertas bias.
f) Panjangnya lubang pada kertas bias di synkron kan dengan skala jam maka
kita dapat melihat berapa lama cahaya matahari bersinar.
2. Penakar Hujan Hellman

a b
Gambar 2. Penakar Hujan Hellman
(a). Sumber: Dokumentasi Pribadi; b). https://www.kaskus.co.id)
Alat ini memiliki fungsi untuk mencatat intensitas curah hujan atau tingkat
kelebatannya secara otomatis (recording) pada kertas pias. Satuannya millimeter
(mm), setiap hari pias diganti (pias harian atau pias mingguan). Hujan dengan
intensitas lebatbentuk grafik terjal hujan dengan intensitas ringan bnetuk grafik
landai dan waktu terjadi dan berakhirnya hujan dapat diketahui.
Bagian-bagain dari penakar hujan hellman yaitu: a) Bibir atau mulut corong;
b) Lebar corong; c) Tempat kunci atau gembok; d) Tangki pelampung; e) Silinder
jam tempat meletakkan pias; f) Tangki pena; g) Tabung tempat pelampung; h)
Pelampung; i) Pintu penakar hujan; j) Alat penyimpan data; k) Alat pengatur
tinggi rendah selang gelas (siphon); l) selang gelas; m) Tempat kunci atau
gembok; o) Panci pengumpul air hujan bervolume.
Cara kerja dari Penakar Hujan Hellman yaitu:
15

1) Jika hujan turun, air hujan masuk melalui corong, kemudian terkumpul dalam
tabung tempat pelampung. Air ini menyebabkan pelampung serta tangkainya
terangkat (naik keatas).
2) Pada tangkai pelampung terdapat tongkat pena yang gerakkannya selalu
mengikuti tangkai pelampung.
3) Gerakkan pena dicatat pada pias yang ditakkan/ digulung pada silinder jam
yang dapat berputar dengan bantuan tenaga per.
4) air dalam tabung hampir penuh, pena akan mencapai tempat teratas pada pias.
5) Setelah air mencapai atau melewati puncak lengkungan selang gelas, air
dalam tabung akan keluar sampai ketinggian ujung selang dalam tabung dan
tangki pelampung dan pena turun dan pencatatannya pada pias merupakan
garis lurus vertikal.
6) Dengan demikian jumlah curah hujan dapat dihitung/ditentukan dengan
menghitung jumlah garis-garis vertikal yang terdapat pada pias.
Untuk Cara pemeliharaan Penakar Hujan Hellman yaitu:
a) Corong penakar hujan harus selalu diperiksa dan dibersihkan dari debu /
kotoran agar tidak menyumbat.
b) Pena harus tetap bersih bila rusak segera diganti, apabila penanya jenis
catridge agar diganti kalau sudah tidak nyata pencatatannya. Pemasangan
kembali pena tidak boleh terlalu keras menekan pias, karena akan
mengganggu kepekaan dan ketelitian alat.
c) Apabila gerakan pelampung saat naik dan turun tidak lancar atau tersendat,
bersihkan tangkai pelampung dan periksa / bersihkan pipa gelas siphon serta
tabung tempat pelampung dari kotoran / lumut yang melekat.
3. Penakar Hujan Ombrometer

a b
16

Gambar 3. Penakar Hujan Ombrometer


(a). Sumber: Dokumentasi Pribadi; b). http://htmlimg3.scribdassets.com)
Ombrometer adalah alat pengukur curah hujan yang umumnya dinamakan
penakar hujan. Alat ini dipasang di tempat terbuka, sehingga air hujan akan
diterima langsung oleh alat ini. Satuan yang digunakan adalah milimeter (mm)
dan ketelitian pembacaannya sampai dengan 0.1 mm. Pembacaan dilakukan sekali
sehari pada pukul 07.00 pagi hari. Alat ukur curah hujan ini terdapat juga versi
manual. Penakar hujan ini tipe non otomatis (non recording) bentuknya sederhana
terbuat dari seng plat tinggi kurang lebih 60 cm. Keseragaman pemasangan alat,
cara pengamatan dan observasi sangat diperlukan untuk memeperoleh hasil
pengamatan yang teliti, dengan maksud data yang dihasilkan dapat dibandingkan
satu sama lain. Pengamatan dilakukan tiap hari pada jam 07.00 waktu setempat
(00.00 GMT) atau jam-jam tertentu.
Bagian-bagain penakar hujan ombrometer terdiri atas : a) sebuah corong yang
yang dapat dilepas dari bagian badan alat,mulut corong (bagian atasnya) terbuat
dari kuningan yang berbentuk cincin (lingkaran) dengan luas 100 cm; b) bak
tempat menampung air hujan; c) kran untuk mengeluarkan air dari dalam bak ke
gelas ukur; d) Kaki yang berbentuk silinder,tempat memasang  penakar hujan
pada pondasi kayu dengan cara disekrup; e) Gelas ukur penakar hujan untuk luas
corong 100 cm2,dengan skala ukur 0 s/d 25 mm.
Pengukuran curah hujan menggunakan ombrometer dilaksanakan dengan
prosedur sebagai berikut:
1) Pengamatan untuk curah hujan harus dilakukan tiap hari pada jam 07.00
waktu setempat, atau jam-jam tertentu.
2) Buka kunci gembok dan letakkan gelas penakar hujan dibawah kran,
kemudian kran dibuka agar airnya tertampung dalam gelas penakar.
3) Jika curah hujan diperkirakan melebihi 25 mm. sebelum mencapai skala 25
mm. kran ditutup dahulu, lakukan pembacaan dan catat. Kemudian lanjutkan
pengukuran sampai air dalam bak penakar habis, seluruh yang dicatat
dijumlahkan.
17

4) Untuk menghindarkan kesalahan parallax, pembacaan curah hujan pada gelas


penakar
dilakukan tepat pada dasar meniskusnya.
5) Bila dasar meniskus tidak tepat pada garis skala, diambil garis skala yang
terdekat dengan dasar meniskus tadi.
6) Bila dasar meniskus tepat pada pertengahan antara dua garis skala, diambil
atau dibaca ke angka yang ganjil.
4. Sangkar Meteorologi

Gambar 4. Sangkar Meteorologi


(Sumber: Dokumentasi Pribadi)

Sangkar meteorologi adalah sebuah bangunan kecil yang umumnya terbuat


dari kayu untuk menempatkan peralatan meteorologi. Bangunan kecil ini mirip
sebuah sangkar sehingga disebut juga sebagai sangkar meteorologi. Sangkar
meteorologi diletakkan pada sebuah lokasi khusus bersama alat-alat meteorologi
lainnya yang disebut taman alat. Pengamatan terhadap termometer di dalamnya
dilakukan sesuai jam yang ditetapkan. Sangkar meteorologi berfungsi untuk
melindungi alat meteorologi yang ada di dalamnya dari radiasi matahari langsung.
WMO dalam Guide to Meteorological Instruments and Methods of Observation
menyebutkan bahwa suhu udara yang diukur adalah suhu yang ditunjukkan
termometer yang terkena udara langsung, namun terlindung dari radiasi langsung
matahari.  Suhu udara yang diinformasikan kepada publik merupakan pengukuran
suhu udara pada ketinggian 1.20 - 1.5 m di atas permukaan tanah.
Dalam hal untuk mendapatkan data cuaca dan iklim maka peralatan serta
prosedur pengamatannya harus seragam. Karenanya spesifikasi sangkar
18

meteorologi juga telah ditetapkan guna keseragaman tersebut. Spesifikasi sangkar


meteorologi secara umum sebagai berikut:
a) Terbuat dari kayu yang kuat dan tahan lama, mengingat sangkar meteorologi
di letakkan di tempat terbuka yang terkena panas dan hujan dalam waktu
yang lama.
b) Memiliki atap, plafon, lantai dan dinding dengan ventilasi ganda.
c) Bercat putih. Hal ini untuk mengurangi penyerapan panas matahari oleh
bahan sangkar meteorologi sendiri.
d) Tinggi sangkar meteorologi berkisar 1,2 - 1,5 meter.
Didalam sangkar Meteorologi dipasang alat-alat seperti Thermometer bola
kering, Thermometer bola basah, Thermometer maximum, Thermometer
minimum, dan Evaporimeter jenis piche. Pada stasiun meteorologi pertanian dan
klimatologi dipasang Evaporometer jenis Keshner tersendiri. Secara umum
spesifikasi sangkar meteorologi antara wilayah tropis dengan subtropis hampir
sama kecuali pada bentuk atap dan pintunya. Pada daerah subtropis hingga kutub
sangkar meteorologinya memiliki atap yang hanya miring pada satu sisi.
Kemudian pintu sangkar meteorologi pada daerah subtropis hanya berada pada
satu sisi saja. Untuk wilayah tropis seperti Indonesia, sangkar meteorologi
memiliki atap yang mirip ke sisi timur dan ke sisi barat. Kemudian terdapat dua
pintu pada sisi utara dan sisi selatan. Keberadaan dua pintu pada sangkar
meteorologi di daerah tropis berkaitan dengan gerak semu matahari di mana pada
Maret ke September berada di utara bumi. Pada saat ini pembacaan sangkar
meteorologi pada daerah tropis dilakukan dari pintu sebelah selatan. Sebaliknya
pada September ke Maret, matahari berada pada selatan bumi. Pembacaan sangkar
meteorologi harus dilakukan pada pintu sebelah utara. Selengkapnya klik tentang
gerak semu matahari. Spesifikasi sangkar meteorologi di Indonesia yang
ditetapkan oleh BMKG untuk penampang model atap, pintu kaki serta ukurannya
seperti terlihat di bawah ini.

5. Psychometer

a b
19

Gambar 5. Psychometer
(a). Sumber: Dokumentasi Pribadi; b). https://www.google.com/url?)
Psychrometer adalah perangkat untuk mengukur kelembaban relatif udara.
Pada psikrometer menggunakan dua buah termometer sebagai komponen
utamanya. Termometer pertama merupakan termometer bola kering yang
digunakan untuk mengukur suhu udara biasa, sedangkan termometer yang kedua
merupakan termometer bola basah yang digunakan untuk mengukur suhu udara
jenuh atau lembab. Komponen Psikrometer, termometer bola kering, termometer
bola basah, kain, air suling. Bagian-bagian dari Psychrometer yaitu: a) Kunci
pemutar; b) Aspirator; c) Spring case; c) Termometer; d) Insulasi putih; e) Insulasi
hitam; f) Tabung insulasi; g) Tabung pelindung.
Prinsip Kerja Psychrometer yaitu mempunyai prinsip kerja yaitu dengan
menggunakan dua termometer. Termometer pertama digunakan untuk mengukur
suhu udara biasa dan yang kedua digunakan untuk mengukur suhu udara jenuh
atau lembab (bagian bawah thermometer diliputi kain/kapas yang basah). Pada
Thermometer Bola Kering tabung air raksa dibiarkan kering sehingga akan
mengukur suhu udara sebenarnya. Pada Thermometer Bola Basah tabung air raksa
dibasahi agar suhu yang terukur adalah suhu saturasi atau titik jenuh, yaitu; suhu
yang diperlukan agar uap air dapat berkondensasi. Suhu termometer basah-bola
lampu lebih dingin dibandingkan dengan termometer kering-bola lampu.
Perbedaan suhu antara termometer kering-wet bulb-dan dapat digunakan untuk
menghitung jumlah uap air di udara.
 Hal-hal yang sangat mempengaruhi ketelitian pengukuran kelembaban
dengan mempergunakan Psychrometer ialah:
a) Sifat peka, teliti dan cara membaca thermometer-thermometer
b) Kecepatan udara melalui Thermometer bola basah
c) Ukuran, bentuk, bahan dan cara membasahi kain
20

d) Letak bola kering atau bola basah


e) Suhu dan murninya air yang dipakai untuk membasahi kain
Proses Pengukuran higrometer terdapat dua skala, yang satu menunjukkan
kelembaban yang satu menunjukkan temperatur. Cara penggunaannya dengan
meletakkan di tempat yang akan diukur kelembabannya, kemudian tunggu dan
bacalah skalanya. Skala kelembaban biasanya ditandai dengan huruf h dan kalau
suhu dengan derajat celcius. Ada bentuk higrometer lama yakni berbentuk bundar
atau berupa termometer yang dipasang di dinding. Cara membacanya juga sama,
bisa dilihat pada raksanya di termometer satu yang untuk mengukur kelembaban
dan satu lagi yang mengukur suhu. Perlu diperhatikan pada saat pengukuran
dengan hygrometer selama pembacaan haruslah diberi aliran udara yang
berhembus kearah alat tersebut, ini dapat dilakukan dengan mengipasi alat
tersebut dengan secarik kertas atau kipas. Sedangkan pada slink, alatnya harus
diputar.

6. Theodolite Pibal

a b

Gambar 6. Theodolite Pibal


(a). Sumber: Dokumentasi Pribadi; b). https://www.google.com/url?)
Theodolit adalah salah satu alat ukur tanah yang digunakan untuk
menentukan tinggi tanah dengan sudut mendatar dan sudut tegak. Berbeda dengan
waterpass yang hanya memiliki sudut mendatar saja. Di dalam theodolit sudut
yang dapat di baca bisa sampai pada satuan sekon (detik). Theodolite merupakan
alat yang paling canggih di antara peralatan yang digunakan dalam survei. Pada
dasarnya alat ini berupa sebuah teleskop yang ditempatkan pada suatu dasar
berbentuk membulat (piringan) yang dapat diputar-putar mengelilingi sumbu
vertikal, sehingga memungkinkan sudut horisontal untuk dibaca. Teleskop
21

tersebut juga dipasang pada piringan kedua dan dapat diputarputar mengelilingi
sumbu horisontal, sehingga memungkinkan sudut vertikal untuk dibaca. Kedua
sudut tersebut dapat dibaca dengan tingkat ketelitian sangat tinggi (Farrington
1997).
Bagian-bagian alat ukur sudut teodolit, bagian atas: teropong, lingkaran
vertikal, sumbu horisontal/mendatar (sumbu II), klem teropong dan pengerak
halus vertikal, dan nivo; bagian tengah: kaki penyangga sumbu II alhidade
horisontal, piringan horisontal, klem dan penggerak halus horisontal, klem dan.
penggerak halus limbus, nivo alhidade horisontal, mikroskop pembaca lingkaran
horisontal; bagian bawah: tribrach (tempat tumpuan sumbu 1), nivo kotak, sekrup
penyetel ABC, alat sentering (optis)
Cara kerja dari Theodolit Pibal yaitu:
1) Dapatkan sepetak tanah tingkat dengan pandangan yang bagus diantara lahan
lainnya yang akan anda ukur.
2) Panjangkan kaki tripod hingga theodolit akan berada pada tingkat yang
nyaman untuk Anda gunakan, sejauh mungkin (kebanyakan tripod theodolit
akan memiliki mekanisme yang akan mengunci mereka ketika mereka
mencapai pemisahan dan sebuah ekstensi maksimum) , dan tempelkan ujung
kaki ke tanah dengan kuat.
3) Paskan tiga sekrup pengatur di dasar teodolit sehingga ratanya sama. Tingkat
sekrup yang dipasang pada theodolite akan memberi anda gambaran bidang
yang sejajar dan presisi.
4) Sejajarkan tingkat panjang dengan dua dari tiga sekrup dan atur ulang dengan
kedua sekrup tersebut untuk bisa mencapai tingkat yang lebih akurat pada
sumbu tersebut. Kemudian anda putar theodolite sampai 90 derajat pada
alasnya dan sesuaikan lagi menggunakan sekrup ketiga.
5) Kemudian lepaskan dua klem pengatur horisontal (biasanya kenop besar di
kedua sisi theodolit, sedikit diimbangi secara vertikal).
6) Kemudian anda sejajarkan di bagian atas teodolite dengan tanda pada cincin
di antara kedua sisi yang terhubung ke klem horizontal, kemudian kunci klem
atas.
22

7) Kemudian anda buka penutup lensa di sisi teodolit, dan lihat melalui lensa
mata kecil. Anda akan bisa melihat tiga skala: penyesuaian horizontal,
vertikal, dan halus. Silahkan gunakan tombol penyesuaian di bagian atas
theodolite untuk menyesuaikan tanda dengan 0’00 “(0 menit dan 0 detik dari
busur).
8) Silahkan gunakan tombol penyesuaian horisontal atas untuk menyelaraskan
garis tunggal yang Anda lihat dalam ruang lingkup di bagian bawah skala
horizontal dan tepat di antara garis ganda yang duduk di bawah angka 0.
9) Anda buat garis referensi dengan menyusun theodolit secara horizontal
dengan tengara tinggi dalam tampilan yang menurut anda mudah. Kemudian
buka kunci klem bawah untuk membuat rotasi ini, luruskan pandangan
dengan tengara, dan kunci klem bawah lagi. Pengukuran horizontal akan tetap
nol. Mulai sekarang, hanya kendurkan klem atas untuk membuat penyesuaian
horizontal.
7. Evaporimeter

a b
Gambar 7. Evaporimeter
(a). Sumber: Dokumentasi Pribadi; b). https://www.google.com/url?)

Evaporimeter panci terbuka adalah sebuah alat yang dirangkai sedemikian


rupa sehingga dapat mencatat jumlah penguapan yang tejadi selama 24 jam.
Evaporimeter termasuk jenis alat konvensional yaitu alat yang harus dibaca pada
saatsaat tertentu untuk memperoleh data. Alat ini tidak dapat mencatat sendiri.
Evaporimeter merekam penguapan yang terjadi dengan cara membaca angka yang
ditunjukkan sesuai tinggi permukaan air dalam panci. Satuan dasar untuk alat
Evaporimeter adalah millimeter (mm).
Evaporimeter panci terbuka mempunyai desain silinder dengan ukuran
diameter 120,7cm dan tinggi 25,4cm. Panci tersebut terbuat dari besi, tembaga
23

atau logam lainnya yang anti karat dengan ketebalan 0,8 mm dan biasanya tidak di
cat. Bagian dasar panci dibuatkan pondasi yang terbuat dari kayu yang
mempunyai ukuran ketebalan sekitar 3-5 cm, dan diletakkan di atas tanah. Kayu
tersebut dicat sehingga tahan terhadap cuaca dan rayap. Bagian atasnya juga dicat
putih untuk mengurangi penyerapan radiasi matahari.  Fungsi dari pondasi kayu
ini adalah untuk menjaga bagian bawah panci agar tetap kering selama musim
hujan. Dan juga
dapat memudahkan pemeriksaan jika terjadi kebocoran pada panci.  Dalam satu
kesatuan evaporimeter terdiri dari beberapa alat diantaranya yaitu: Hook gauge,
Stili well, Cup counter anemometer, floating thermometer, serta penakarhujan
jenis obs dan thermometer apung merupakan kelengkapan dari alat evaporasi
panic terbuka yang berfungsi untuk mengetahui suhu permukaan air yang terjadi
di permukaan bumi atau tanah. terdiri dari thermometer maksimum (thermometer
raksa) dan thermometer minimum (thermometer alkohol). Suhu rata-rata air
didapat dengan thermometer harus terapung tepat di permukaan air, sehingga
dilengkapi dengan pelampung dibagian depan dan belakang yang terbuat dari
bahan yang tahan air atau karat. Setelah dilakukan pembacaan, posisi indek pada
thermometer minimum harus dikembalikan ke suhu aktual dengan
memiringkannya. Sedangkan untuk thermometer maksimum, tinggi air raksa juga
dikembalikan pada suhu aktual dengan menggunakan magnet.
Kadar penguapan tidak dapat diukur secara langsung. Oleh karena itu maka
prinsip kerja evaporimeter menggunakan perubahan tinggi air dalam panci.  Air
dalam panci mengibaratkan jumlah penguapan udara yang terjadi  dalam area 1 m2
Pengamatan dilakukan sebagai berikut :
1) Pasang hook gauge di atas bejana still well. 
2) Putar sekrup pengatur pada hook gauge sampai ujung jarum tepat pada
permukaan air. Sekrup ini berfungsi sebagai micrometer yang dibagi menjadi
50 bagian. Satu putaran penuh dari micrometer mencatat perubahan ujung
jarum setinggi 1 mm.
3) Angkat hook gauge dan baca serta catat angka yang ditunjukkan skala atau
micrometer. 
24

4) Ketinggian permukaan air di dalam panci diukur pada awal periode waktu
pengamatan dan akhir periode waktu tersebut. Selisihnya (setelah dikoreksi
dengan banyaknya curah hujan yang jatuh selama periode waktu pengamatan)
adalah besarnya penguapan. 
5) Esok harinya lakukan pengamatan seperti di atas dan keduanya itu dapat
menentukan jumlah penguapan yang terjadi dalam 24 jam. 
6) Jika air dalam panci hampir habis, maka isi kembali hingga air mencapai
tanda atau skala yang telah ditentukan. Begitu pun sebaliknya dengan
mengurasnya jika air meluap. 
7) Hasil pengamatan dicatat di buku observasi, lalu disalin di back-up synop dan
dilaporkan dalam AGM IB, dan laporan data penguapan.
8. Auto Rain Water sampler (ARWS)

Gambar 8. Evaporimeter
(Sumber: Dokumentasi Pribadi)

Digunakan untuk mengoperasikan penakar hujan otomatis untuk menampung


sampel air hujan. Peralatan sensor yang dipakai ini sangat peka,begitu saat hujan
terjadi maka motor penggerak akan membuka tutup peralatan pengumpul sampel
air hujan secara otomatis yang kemudian sampel air hujan dilarikan melalui selang
ke botol plastik yang berbahan dasar polyethylene,sensor ini akan menutup secara
otomatis selama tidak ada periode hujan (saat hujan berhenti) yang bertujuan
untuk menghindari atau mencegah terkontaminasinya sampel air hujan oleh
polutan yang terbawa saat periode endapan kering (dry deposition) seperti debu
yang dibawa oleh angin.

9. Anemometer
25

Gambar 9. Evaporimeter
(a). Sumber: Dokumentasi Pribadi; b). https://www.google.com/url?)

Anemometer adalah sebuah alat pengukur kecepatan angin yang paling


banyak dipakai dalam bidang Meteorologi dan Geofisika atau stasiun prakiraan
cuaca, alat ini masih diyakini alat yang paling akurat untuk mengukur kecepatan
angin. Nama alat ini berasal dari kata Yunani anemos yang berarti angin. Fungsi
yang paling utama dari Anemometer ialah mengukur kecepatan angin,
Anemometer juga dapat digunakan untuk mengukur gas. Fungsi Anemometer
ultrasonik dapat digunakan untuk mengukur kecepatan angin dan juga dapat
menentukan arah mata angin, pengamatan cuaca dan meteorologi, tidak sedikit
yang menggunakan Anemometer ultrasonik ini untuk kegiatannya.
Bagian - bagian Anemometer Cup Counter Anemometer terdiri dari 3 bagian
yaitu: a) Terdiri dari 3 (tiga) buah mangkok sebagai baling - baling yang dibatasi
sudut 123o; b) Counter, c) Tiang.
Cara kerja anemometer yaitu pada saat tertiup angin, maka baling-baling atau
mangkuk yang terdapat pada anemometer akan bergerak sesuai dengan arah mata
angin. Semakin besar kecepatan angin meniup, maka semakin cepat pula
perputaran dari baling-baling tersebut. Berdasarkan jumlah perputaran per
detiknya, maka akan diketahui jumlah dari kecepatan anginnya. Pada anemometer
terdapat bagian alat pencacah yang berfungsi menghitung jumlah kecepatan angin.
Hasilnya akan dicatat, kemudian akan disesuaikan dengan Skala Beaufort c.
26

V. PENUTUP

V.1.Kesimpulan
Kesimpulan dari Praktikum Agroklimatologi dengan materi Pengenalan
Peralatan BMKG di Palangka Raya yaitu:
1. Setiap peralatan unsur iklim/cuaca memiliki cara kerja yang berbeda-beda
sesuai dengan fungsi masing-masing alat ukur dengan tata letaknya.
2. Pemasangan alat ukur umumnya dilakukan/dipasang di tempat terbuka.
3. Cara kerja tiap alat ukur akan menghasilkan data pencatatan yang akurat, bila
penggunaannya dilakukan dengan baik dan benar tanpa kesalahan.
4.  Cara pengamatan peralatan ukur unsur iklim/cuaca disesuaikan dengan kerja
masing-masing alat ukut tersebut.
V.2.Saran
 Diharapkan agar alat-alat yang digunakan yang sudah berusia lanjut diharap
diperbaharui agar dapat dihasilkan data yang akurat dalam pengamatan.
27

DAFTAR PUSTAKA

Prawiroardoyo, S. 1996. Meteorologi. Institut Teknologi Bandung, Bandung.


Runtunuwu, E., Syahbuddin, H., dan A. Pramudia. 2008. Validasi
model pendugaan evapotranspirasi: upaya melengkapi sistem
database iklim nasional. Jurnal Tanah dan Iklim 27: 8 – 9.
Setiawan, A. C. 2003. Otomatisasi stasiun cuaca untuk menunjang kegiatan
pertanian. (http : // www.bmg.ac.id). Diakses tanggal 17
November2010.
Wisnubroto, S. 1999. Meteorologi Pertanian Indonesia. Mitra Gama Widya,
Yogyakarta
Sub Bibang Hydrologi, 1981. Penakar Hujan Otomatis Hellman.
Departemen Perhubungan. Badan Meteorologi dan Geofisika.
Jakarta.
Subsi Klimatologi BAWIL IV, 1981. Kumpulan Beberapa Petunjuk Instalasi
Alat- Alat Klimatologi, Pengamatan, Pengisian Formulir dan
Evaluasi Sifat Hujan. Departemen Perhubungan. Badan
Meteorologi dan Geofisika. Ujung Pandang.

Anda mungkin juga menyukai