Anda di halaman 1dari 23

LAPORAN PRAKTIKUM

AGROKLIMATOLOGI
“PENGENALAN PERALATAN AGROKLIMATOLOGI”
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Mata kuliah Agroklimatologi

Disusun oleh:
Nama : Eka Widianingsih
Nim : 4442210036
Kelas : III B

JURUSAN AGROEKOTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA
2022
KATA PENGANTAR

Segala puji syukur akan kehadirat Allah SWT atas rahmat dan karunia-Nya.
Sehingga penulis dapat diberikan kelancaran dan kemudahan dalam menyusun
Laporan Praktikum Agroklimatologi yang berjudul “Pengenalan Peralatan
Agroklimatologi” bisa terselesaikan dengan baik. Adapun laporan ini disusun
sebagai salah satu syarat bagian dari tugas mata kuliah Agroklimatologi.
Dalam menyusun laporan ini, tidak lupa penulis mengucapkan terima kasih
sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu terselesaikannya
laporan ini. Adapun pihak-pihak tersebut antara lain:
1. Ibu Sri Ritawati, S.TP., M.Sc., Bapak Putra Utama, SP., MP., Ibu Nuniek
Hermita, S.Hut., M.Sc., Ibu Yayu Romdhonah, S.TP., M.Si., Ph.D., Ibu Dr.
Dewi Firnia., SP., MP., dan Ibu Endang Sulistyorini, SP., M.Si., selaku tim
dosen pengampu mata kuliah Agroklimatologi.
2. Saudari Fatika Almayda selaku asisten laboratorium Agroklimatologi.
3. Orang tua, sahabat, kerabat, dan pihak-pihak lainnya yang tidak bisa
penyusun sebutkan satu persatu.
Demikian laporan yang penulis buat ini. Penulis menyadari bahwa laporan
praktikum ini belumlah dikatakan sempurna. Untuk itu, dengan sangat terbuka
penulis menerima kritik dan saran dari pembaca sekalian. Semoga laporan
praktikum ini bermanfaat untuk kita semua.

Serang, September 2022

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR........................................................................................... i
DAFTAR ISI......................................................................................................... ii
DAFTAR TABEL................................................................................................. iii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang.......................................................................................... 1
1.2 Tujuan....................................................................................................... 1
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Cuaca dan Iklim...................................................................... 2
2.2 Pengertian BMKG.................................................................................... 2
2.3 Penempatan Stasiun Agroekoteknologi ................................................... 3
BAB III METODE PRAKTIKUM
3.1 Alat dan Bahan.......................................................................................... 6
3.2 Cara Kerja................................................................................................. 6
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil.......................................................................................................... 8
4.2 Pembahasan............................................................................................ 10
BAB V PENUTUP
5.1 Simpulan................................................................................................. 15
5.2 Saran....................................................................................................... 15
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................... 16
LAMPIRAN

ii
DAFTAR TABEL

Tabel 1. Hasil Pengamatan Peralatan Agroklimatologi......................................... 8

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Sebagai negara beriklim tropis terutama di negara Indonesia seharusnya bisa
mempergunakan iklim tersebut dengan sebaik-baiknya. Sehingga Indonesia dapat
ditumbuhi kekayaan jenis tanaman, terlebih dalam pembangunan pertanian yang
sangat membutuhkan pengaruh keadaan iklim dan cuaca (Nasir, 2011). Letak
geografis Indonesia yang strategis yang diapit oleh dua benua dan dua samudra dan
tanah yang begitu subur, serta negara yang dilewati khatulistiwa, hingga membuat
matahari dapat bersinar sepanjang tahun (Mintorogo, 2004; Karyono, 2004).
Adanya perubahan jangka panjang terhadap distribusi pola cuaca secara statistik
selama sepanjang periode atau dapat dikatakan sebagai istilah perubahan keadaan
cuaca rata-rata disebut dengan perubahan iklim. (Priyahita, dkk., 2016).
Dalam menentukan kondisi cuaca dan iklim di suatu wilayah tertentu
terdapat sebuah pelayanan pusat (BMKG), dimana sebagai tempat untuk
mendapatkan informasi mengenai cuaca dan iklim. Sebagaimana tempat tersebut
terdapat alat-alat yang diperlukan untuk mendeteksi cuaca dan iklim.

1.2 Tujuan
Adapun tujuan dari praktikum ini sebagai berikut.
1. Mengenal cara kerja peralatan agroklimatologi
2. Mengenal cara pengamatan peralatan agroklimatologi
3. Mengenal tata letak dan pemasangan peralatan agroklimatologi

1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Cuaca dan Iklim


Cuaca dan iklim dapat dikatakan sebagai kondisi yang sama, namun secara
definisi berbeda, terutama mengenai kurun waktu. Cuaca adalah suatu bentuk
awalan yang terhubung dengan penafsiran dan pengertian akan kondisi fisik udara
sesaat pada suatu lokasi dan suatu waktu, sedangkan iklim merupakan kondisi
lanjutan yang merupakan kumpulan dari kondisi cuaca, yang kemudian disusun dan
dihitung dalam bentuk rata-rata kondisi cuaca dan waktu tertentu (Priyahita, 2016).
Keduanya sama-sama mempengaruhi aspek kehidupan manusia baik
Ekonomi, sosial, budaya, politik, pertahanan, keamanan, kebahagiaan, kesehatan,
dan sikap hidup. Seorang ahli klimatologi berasal dari Australia yang bernama
Wladimir Koppen, memberikan klasifikasi iklim berdasarkan rata-rata suhu udara
dan curah hujan bulanan dan tahunan.
1. Iklim A (tropis): daerah bersuhu 18° untuk berbulan dingin.
2. Iklim B (tundra dan kutub): daerah bersuhu 10° untuk berbulan dingin.
3. Iklim C dan D (sedang). Batas antara iklim C dan D pada daerah bersuhu 30°
untuk berbulan dingin. Iklim C menempati pinggiran benua yang dipengaruhi
iklim laut, disebut iklim sedang hangat. Dan iklim D disebut iklim salju/boreal
karena menempati pedalaman benua (BMKG Stasiun Klimatologi Kelas II Jawa
Timur, 2021).
Adapun cuaca berasal dari atmosfer bumi dan panas matahari (Iskandar,
dkk., 2010). Sedangkan iklim merupakan kelanjutan dari hasil pencatatan unsur
cuaca dari hari ke hari dalam waktu yang lama, sehingga disebut sebagai rata-rata
dari unsur cuaca secara umum (Winarno, dkk., 2019).
Berikut karakteristik iklim secara umum yang membedakannya dengan
cuaca :
a) Berlaku untuk waktu yang lama
b) Meliputi daerah yang luas
c) Merupakan hasil rata-rata cuaca, bukan pencatatan baru
d) Iklim disuatu daerah berhubungan satu sama lainnya.

2
2.2 Pengertian BMKG (Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika)
Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika merupakan pusat pelayanan
yang bertanggung jawab terhadap penyajian data, informasi pelayanan jasa
meteorologi, klimatologi, kualitas udara dan geofisika. Di tahun 1841, indonesia
memulai pengamatan meteorologi dan geofisika yang dilakukan oleh Dr. Onnen.
Hingga sampai pada era sekarang pusat pelayanan BMKG masih dapat diakses oleh
seluruh kalangan masyarakat dengan mudah, seperti peringatan cuaca provinsi,
tinggi gelombang, perubahan iklim, potensi banjir dan lain-lain (Priyahita, 2016).
Kata kimatologi berasal dari bahasa Yunani yakni “Klima” yang artinya
kemiringan (slope) yang diarahkan ke lintang pada suatu tempat dan “Logos” yang
berarti ilmu. Sehingga, klimatologi didefinisikan sebagai suatu cabang ilmu dari
atmosfer yang mencari gambaran dan sifat iklim (Purba, dkk., 2021). Klimatologi
dan meteorologi memiliki persamaan, namun terdapat pula perbedaan yang
berhubungan dengan cuaca, jika meteorologi mempelajari cuaca jangka pendek,
maka klimatologi mempelajari frekuensi dimana sistem cuaca ini terjadi (Tjasyono,
2009).
Meteorologi merupakan ilmu yang mempelajari masalah atmosfer, seperti,
suhu, udara, cuaca, angin, dan berbagai sifat fisika dan kimia atmosfer lainnya yang
digunakan untuk keperluan perakiraan cuaca. Adapun pengertian lain meteorologi
ialah ilmu yang mempelajari proses fisis dan gejala cuaca yang terjadi di dalam
atmosfer terutama pada lapisan bawah yaitu troposfer (Katrina, 2014).
Geofisika merupakan bagian ilmu bumi yang mempelajari bumi
menggunakan kaidah atau prinsip-prinsip fisika termasuk juga meteorologi,
elektrisitas atmosferis dan fisika ionosfer. Dalam ahli penelitian geofisika untuk
mengetahui suatu kondisi di bawah permukaan bumi membutuhkan pengukuran di
atas permukaan bumi melalui parameter-parameter fisika yang dimiliki oleh batuan
di dalam bumi (Supangat, 2000).

2.3 Penempatan Stasiun Klimatologi


Dalam penempatan stasiun klimatologi pertanian diutamakan di stasiun
percobaan agronomi, hortikultura, peternakan, kehutanan, hidrologi, lembaga

3
penelitian tanah, kebun raya ataupun cagar alam serta daerah yang perubahan
cuacanya sering menyebabkan kerugian. Adapun dalam penempatan stasiun
klimatologi atau meteorologi sebisa mungkin harus memenuhi syarat diantaranya:
a) Sekeliling luasan terpelihara dengan tanaman penutup (rerumputan atau
tanaman yang rendah) sebatas pada pengaruh gerakan angin.
b) Disekitar atau dekatnya tidak ada jalan raya (jalan besar)
c) Tempatnya pada tanah yang datar
d) Bebas atau jauh dari bangunan dan pohon-pohon besar
e) Letak stasiun jangan terlalu jauh dengan pengamat dan keperluan
pengamatan (Muin, 2012).
Untuk stasiun klimatologi pertanian diperlukan sebidang tanah yang cukup
luas sebagai penempatan taman alat dan daerah terbuka dengan ditanami rumput
seragam setinggi sekitar 5 cm. Kemudian, stasiun harus bebas dari penghalang dan
perlu diberi pagar yang kokoh. Untuk ukuran luas stasiun beragam, mulai dari 2 m
x 2 m hingga 50 m x 50 m (Muin, 2012). Luasnya ukuran yang dibutuhkan
tergantung dengan jumlah alat dan persyaratan karakteristik masing-masing alat
pengukur (Arifin, 2010). Taman alat merupakan suatu tempat alat-alat pengukur
unsur cuaca dipasang (Ariffin, 2010). Persyaratan dasar yang perlu dipenuhi dalam
pembuatan taman alat adalah sebagai berikut.
1. Berada di permukaan tanah datar, rata, dan sepenuhnya tertutup rumput
pendek yang terpelihara dengan baik.
2. Diletakkan ditengah-tengah daerah terbuka, jauh dari pepohonan dan
gedung.
3. Cukup luas dan masing-masing alat tersususn dengan baik, sehingga tidak
saling menghalangi.
4. Diberi pagar kawat setinggi kira-kira 1-2 meter.
Menurut WMO, dalam pemasangan alat terdiri dari pengukur suhu udara
dan kelembaban udara saja, memerlukan sebidang tanah berukuran paling sempit
yaitu 9x6 meter, sementara itu untuk stasiun klimatologi yang memiliki alat-alat
yang lengkap, dibutuhkan daerah terbuka yang berukuran paling sempit 10 meter x
10 meter. Sedangkan daerah terbuka adalah sebidang tanah yang di sekeliling taman
alat, dimana di dalamnya tidak terdapat suatu penghalang yang dapat mengganggu

4
bekerjanya alat pengukur cuaca, baik yang bersifat temporer maupun permanen
agar hasil pengukuran dalam taman alat dapat mewakili keadaan iklim daerah
sekitar dengan jangkauan yang lebih luas (Ariffin, 2010).

5
BAB III
METODE PRAKTIKUM

3.1 Alat dan Bahan


Adapun alat yang digunakan dalam praktikum kali ini adalah

3.3 Cara Kerja


3.3.1 Pengaruh Suhu udara/ suhu tanah
Adapun cara kerjanya praktikum ini sebagai berikut.
1. Dipasang alat pada rumah kayu (shelter) setinggi 1,2 m.
2. Dipasang alat secara vertikal dengan bola dibawah (untuk termometer biasa),
sedangkan untuk termometer minimum dipasang mendatar.
3. Dimasukkan alat termometer tanah, ke dalam tanah, dengan membuat lubang
dengan bor tanah pada kedalaman tertentu (5 cm, 10 cm, 20 cm, 50 cm, dst.),
kemudian tanah dikembalikan seperti semula, strukturnya sesuai dengan
yang asli.

3.3.2 Pengaruh Pengukur hujan/ presitipasi


Adapun cara kerjanya praktikum ini sebagai berikut.
1. Dipasang alat secara tegak lurus dengan penyangga yang kuat.
2. Diletakan alat pengukur hujan secara lebih rendah dengan tinggi permukaan
corong 1,2 m.

3.3.3 Pengaruh Kelembapan udara


Adapun cara kerjanya praktikum ini sebagai berikut.
1. Dibagi psychrometer terdiri dari dua termometer, yaitu termometer kering
dan termometer basah yang bolanya dibungkus kain kasa dan dibasahi air.
2. Dipasang termometer pada statif dalam shelter dan kedudukannya tegak.
3. Diputar 33 kali untuk sling psycrometer sebelum dipakai.

3.3.4 Pengaruh Lama dan Intensitas Penyinaran Matahari


Adapun cara kerjanya praktikum ini sebagai berikut.

6
1. Dipasang alat pada beton yang kuat, dengan bagian atas mendatar.
2. Disesuaikan Utara – Selatan pada alat dengan Utara – Selatan tempat
pemasangan.
3. Dipasang alat condong ke khatulistiwa (miringnya dengan vertical
tergantung letak lintang).
4. Ditutup kotak selalu menghadap ke khatulistiwa.
5. Didalam kotak dipasang kertas pias.
6. Disolarimeter type Campbell Stokes, selain syarat di atas juga harus : (i)
bagian bawah harus mendatar, (ii) mangkuk tempat kertas pias menghadap
Timur – Barat.

3.3.5 Pengaruh Kecepatan Angin


Adapun cara kerjanya praktikum ini sebagai berikut.
1. Dipasang alat pada ketinggian 1m, 2m, 3m, dan 8 m.
2. Dipasang pada tempat terbuka, jarak benda yang terdekat minimum 10 kali
dari tinggi benda tersebut.

3.3.6 Pengaruh Penguapan


Adapun cara kerjanya praktikum ini sebagai berikut.
1. Diletakkan pan di atas balok yang disusun di atas tanah terbuka.
2. Diisi air pada Pan.

7
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil
Tabel 1. Hasil Pengamatan Peralatan Agroklimatologi
No. Gambar Keterangan
1. Berfungsi sebagai pengukur lama
penyinaran matahari

Campbell Stokes
2. Berfungsi sebagai pengukur suhu
tanah.

Termometer Tanah
3. Berfungsi sebagai pengukur suhu
maksimum dan minimum.

Termometer Minimum-Maksimum
4. Berfungsi sebagai pengukur suhu
.

Termometer biasa

8
5. Berfungsi sebagai pengukur
hujan.

Penakar Hujan OBS


6. Berfungsi sebagai pengukur suhu
dan kelembaban nisbi.

Termo Hygrograf
7. Berfungsi sebagai pengukur suhu
cair (air raksa).

Termometer air raksa


8. Berfungsi sebagai pengukur suhu
ruang

Termometer Udara
9. Berfungsi sebagai pengukur
intensitas penyinaran matahari.

Light meter

9
10. Berfungsi sebagai pengukur
kecepatan dan arah mata angin.

Anemometer
11. Berfungsi sebagai pengukur
kecepatan angin dengan
memperhatikan kincir angin yang
bergerak dan terotomatis
terhitung kecepatan anginnya.
Hand Anemometer
12. Berfungsi sebagai pengukur
kelembapan nisbi.

Sling Psychometer
13. Berfungsi sebagai pengukur suhu
dan kelembaban nisbi.

Digital Sling Psychometer


14 Berfungsi sebagai pengukur suhu
dan kelembaban nisbi

Hygrograf

4.2 Pembahasan

10
Pada praktikum kali ini membahas mengenai "Pengenalan Peralatan
Agroklimatologi". Menurut Fontain (2010) klimatologi merupakan suatu cabang
ilmu dari atmosfer yang mencari gambaran sifat iklim. Klimatologi sendiri
mempelajari tentang cuaca dan iklim. Adapun pengertian cuaca dan iklim dapat
dikatakan sebagai kondisi yang sama, namun secara definisi berbeda, terutama
mengenai kurun waktu. Dalam BMKG Stasiun Klimatologi Kelas II Jawa Timur
(2021) cuaca merupakan suatu kondisi dimana atmosfer berada dalam waktu yang
relatif singkat di wilayah yang sempit, sedangkan iklim adalah suatu kondisi
dimana rerata atmosfer (cuaca) relatif lebih lama di wilayah yang luas sebagaimana
hal ini juga disampaikan oleh Wirjomiharjo dan Swarinoto (2007).
Biasanya untuk mendapatkan suatu informasi mengenai cuaca dan iklim
terdapat pelayanan pusat bernama BMKG (Badan Meteorologi Klimatologi, dan
Geofisika). Hal ini disampaikan oleh Priyahita (2016) yang mendefinisikan BMKG
(Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika) sebagai pusat badan resmi yang
bertanggung jawab dalam penyajian data, informasi pelayanan jasa meteorologi,
klimatologi, kualitas udara dan geofisika. Untuk penempatan sebuah stasiun
klimatologi diperlukan lahan yang cukup luas tergantung jumlah alat dan
persyaratan karakteristik masing-masing alat pengukur sebagaimana diungkapkan
oleh Arifin (2010).
Adapun alat-alat yang digunakan dalam praktikum kali ini yaitu Pertama,
alat pengaruh suhu udara dan suhu tanah yang terdiri termometer tanah, termometer
udara, termometer cair, dan termometer minimum-maksimum. Termometer tanah
berfungsi untuk mengukur suhu tanah dengan skala kedalaman 5; 10; dan 20 cm.
Cara kerjanya dilakukan pada tanah yang tertutup oleh rumput maupun tanah yang
terbuka. Termometer cair merupakan zat cair dibuat berdasarkan perubahan
volume. Penggunaan termometer zat cair dibuat dengan memanfaatkan konsep
pemuaian zat cair, biasanya zat cair yang digunakan adalah raksa atau alkohol. Sifat
naik atau turunnya zat cair dalam pipa kapiler se bagai akibat pemuaian zat cair
inilah yang digunakan untuk mengukur suhu. Permukaan zat cair naik sepanjang
pipa kapiler dan berhenti pada posisi tertentu yang sesuai dengan suhu benda. Untuk
satuannya biasanya menggunakan °C sebagaimana di kutip dalam kutipan
kusumawati (2021). Termometer udara menggunakan skala °C. Cara kerjanya dan

11
pemasangannya di letakkan di dinding kemudian ia akan menunjukkan suhu
ruangan tersebut. Untuk pengamatannya pengukuran suhu harian, suhu di cek 3x
sehari pada pukul 7.00, 13.00 dan 18.00. Termometer maksimum dan minimum
berfungsi sebagai pengukur suhu minimum dan maksimum dalam jangka waktu
tertentu. Cara kerja dan pasangannya dipasang dengan alat penunjuk skala yang
terletak diatas permukaan air raksa. Untuk pengamatan suhu rata-rata harian dapat
dicari dari thermometer Maximum-Minimum sebagaimana disebutkan oleh
Kusumawati (2021).
Kedua mengenai alat pengukur hujan yaitu penakar hujan OBS. Alat ini
dipasang pada tempat terbuka yang 45osudut pandang dari permukaan corong
kesekitarnya, bebas dari halangan.Tinggi alat dipasang 120 cm dari permukaan
tanah pemasangan alat tegaK lurus da hingya mulut ccrong. Posisi water pas (rata
air). Curah hujan di tampung pada corong (a) dengan luas tampung 100 cm2. Pada
corong dipasang ring yang tepinya dibuat seruncing mungkin dengan maksud untuk
mendapat luas bidang tampung setepat mungkin. Air hujan masuk ke penampungan
(b) yang berkapasitas 5 (lima) liter melaluicorong dengan sudut berbanding curam
sebesar lebih kurang 30°C, maksudnya adalah untuk menghindari percikan air
keluar. Bagian ujung corong disam bungkan dengan pipa tembaga berukuran ¼”
dengan panjang ebih kuran 7 cm, untuk menhindari terjadinya penguapan. Air
dikeluarkan melalui kran yang dihubungkan dengan pipa kesilinder penampung air
hujan. Untuk cara pengamatan takar air dalam bejana dengan gelas ukur khusus
penakar hujan tipe Hellman, catat dan sesuaikan dengan pembacaan ombogram.
Kedudukan jarum dikembalikan pada keadaan semula pada garis nol.
Pengembalian ke titik nol dapat dilakukan dengan memasukkan air kedalam corong
penampung sebanyak 10 mm dikurangi sisa dengan nilai yang tertera pada pias
sebagaimana hal ini diperkuat oleh Nasrudin (2015).
Ketiga alat pengukur kelembapan udara yakni Higrograf, Sling
Psychometer, termo Hygrograf, dan digital sling Psychometer. TermoTermo
Hygrograf merupakan alat sensor yang digunakan pada alat ini juga digunakan
rambut manusia yang peka lengas. Cara kerjanya rambut tersebut akan memanjang
atau memendek menurut kandungan air yang ada di udara. Adapun cara melakukan
kalibrasinya dengan cara menutup ruangan yang berisi sensor (rambut) dengan kain

12
yang dibasahi. Setelah kurang lebih satu jam kalau alat dalam keadaan baik maka
alat akan menunjukkan angka maksimum yakni 95 %. Kalau pias menunjukkan
kurang atau lebih dari nilai 95 % maka skrup penyetel diubah hingga terbaca 95 %
pada pias. Pengamatan dilakukan 2 atau 3 kali sehari ,yakni pagi, siang dan sore
hari. Jumlah pengamatan dalam sehari tergantung dari kebutuhan dan harus
konsisten sebagaimana hal ini didukung oleh Nasrudin (2015). Kemudian Sling
Psychometer, pengamatan alat ini harus diputar selama beberapa saat. Bentuknya
yang menyerupai huruf L. Selanjutnya ada Higrometer adalah sebuah alat pengukur
kelembaban udara yang menggunakan satuan persen yang menggunakan prinsip
mulai rambut memanjang ketika kelembaban udara bertambah.
Keempat alat pengukur lama dan intensitas penyinaran matahari yakni
Campbell Stokes dan light meter. Campbell Stokes merukan satuan alat berupa jam,
dengan Satuan pengukuran persen (%), ketelitian alat sekitar 0,5 jam. Untuk prinsip
kerjanya ialah pemfokusan sinar matahari sebagai pengukur panjang penyinaran
matahari. Adapun cara kerja: terdiri dari sebuah bola pejal yang terbuat dari gelas
pejal dengan sinar matahari yang akan difokuskan kepada bola pejal tersebut.
Kemudian kertas pias yang berskala dalam jam tertentu dipasang pada mangkok
yang kosentris dengan bola gelas tersebut. Pada sinar matahari yang difokuskan
pada kertas pias akan membakar dan meninggalkan bekas noda. Untuk durasi total
penyinaran matahari cerah sepanjang siang hari didapatkan dengan mengukur
panjang total dari bekas noda pada kertas pias. Untuk cara pemasangan dipasang
pada tempat terbuka dan diletakkan pada beton yang agak tinggi sehingga dalam
keadaan normal sensor dapat menangkap sinar matahari pada ketinggian 3 m diatas
horison. Kemudian pasang alat sedemikian rups sehingga mangkuk tempat
pemasangan kertas pias menunjuk arah timur bagian bawah alat harus benar barat
benar datar (diatur dengan leveling) lensa bola bersama dengan tempat kertas pias
dimiringkan sesuai dengan letak lintang tempat pengamatan. Adapun cara
pengamatan kertas pias dipasang dan diganti tiap hari pukul 18.00. kertas pias yang
digunakan ada 3 macam yaitu bentuk lurus, bengkok panjang, dan bengkok pendek,
lalu jadwalkan penggunaan masing-masing bentuk kertas pias dan kedudukan
matahari terhadap tempat tersebut sebagaimana hal ini diperkuat oleh Kusumawati
(2021).

13
Terakhir alat pengukur kecepatan angin ada hand Anemometer. Bentuknya
menyerupai kipas dimana di dalamnya terdapat baling-baling sebagai alat
pengukurnya. Untuk prinsip kerja anemometer dengan menggunakan hembusan
angin pada baling- baling tersebut.

14
BAB V
PENUTUP

5.1 Simpulan
Adapun kesimpulan pada praktikum kali ini mengenai Pengenalan
Peralatan Agroklimatologi yaitu solarimeter, clas a pan evaporimeter, cup
anemometer, hand anemometer, termometer tanah,kertas pias, hygrometer,
termometer basah kering. Untuk setiap peralatan memiliki cara kerja yang
berbeda-beda sesuai dengan fungsi masing-masing, kemudian tata letak
pemasangan alat ukur yang dipasang secara umum ditempat terbuka. Dalam cara
kerjanya tiap alat ukur menghasilkan data pencatatan yang akurat, apabila
pemakainya dapat dilakukan secara baik dan benar tanpa kesalahan.

5.2 Saran
Adapun saran pada praktikum kali ini agar berhati-hati setiap saat
pelaksaan praktikum, dikarenakan ada alat yang secara tidak sengaja dapat
menyakiti praktikan, seperti solarimeter. Dan saat melakukan praktikum
diharapkan praktikan teliti agar data yang diperoleh valid.

15
DAFTAR PUSTAKA

Ariffin, M.S. 2010. Modul Klimatilogi. Jawa Timur: Fakultas Pertanian Universitas
Brawijaya.
BMKG Stasiun Klimatologi Kelas II Jawa Timur, 2021. Buku Saku Klimatologi
Iklim dan Cuaca Kita. https://karangploso.jatim.bmkg.go.id/index.php
/informasi-iklim/artikel/555558973-buku-saku-klimatologi-iklim-dan-
cuaca-kita-seri-iklim-untuk-anak-dan-remaja. Diakses pada Selasa 4
Oktober 2022.
Fontain. 2010. Analisis Klimatologi Indeks Osilasi Selatan (SOI) untuk Pendugaan
Musim-Tiga Bulan Ke depan Menggunakan Regresi Linier: Pendugaan SOI
Musim JFM Tahun 2002. Jurnal Sains dan Teknologi Modifikasi Cuaca,
vol. 3 (1), hal. 23-45.
Iskandar, D., et al. 2010. Ensiklopedia seri 1 cuaca dan iklim. Jakarta: Bengawan
Ilmu.
Kusumawati, A. 2021. Buku Praktikum Dasar-dasar Klimatologi. Yogyakarta:
Politeknik LPP Yogyakarta.
Katrina, Tuminar. 2014. Klimatologi Dasar. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Karyono. T.H. 2004. Wujud Kota Tropis di Indonesia: Suatu Pendekatan Iklim
Lingkungan Dan Energi. Dimensi (Journal of Architecture and Built
Environment), Vol. 29(2).
Muin, N.S. 2012. Penuntun Praktikum Agroklimatologi, Unib Bengkulu.
Mintorogo, D.S. 2004. Strategi Aplikasi Sel Surya (Photovoltaic Cells) Pada
Perumahan Dan Bangunan Komersial. Dimensi (Journal Of Architecture
And Built Environment), Vol. 28(2).
Nasrudin. 2015. Modul Praktikum Mata Kuliah Agroklimatologi. Aceh: Fakultas
pertanian Universitas Malikussaleh Reuleut.
Nasir. 2011. Pengantar Ilmu Iklim untuk Pertanian. Bogor: Pustaka Jaya.
Purba, L.I., et al. 2021. Agroklimatologi. Medan: Yayasan Kita Menulis.
Priyahita, F.W., Neneng. S., dan Hasniah. A. 2016. Analisis Taman Alat Cuaca
Kota Bandung dan Sumedang menggunakan Satelit Terra Berbasis Python.
ALHAZEN: Journal of Physics, Vol. 2(2): 28-37.

16
Supangat, Agus. 2000. Pengantar Oseanografi. Bandung: ITB.
Tjasyono, Tukiyo. 2009. Pengaruh Iklim pada Tanah. Jakarta: Kompas.
Winarno, G.D., Sugeng. P.H., dan Trio Santoso. 2019. Klimatologi Pertanian.
Lampung: Pusaka Media.
Wirjomiharjo dan Swarinoto. 2007. Evaluasi Kehandalan Simulasi Informasi
Prakiraan Iklim Musiman Menggunakan Metode ROC. Jakarta : Bidang
Klimatologi Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG).

17
LAMPIRAN

Campbell stokes Termometer tanah Higrograf Sling


psychrometer

Termometer Penakar hujan Hand anemometer Anemometer


maksimum dan OBS
minimum

Termometer biasa Termometer air Termometer Light meter


raksa alkohol

Higrometer Digital
psychrometer

Anda mungkin juga menyukai