Anda di halaman 1dari 35

PENGENALAN JENIS DAN FUNGSI PERALATAN DALAM

PENGUKURAN UNSUR-UNSUR CUACA DAN IKLIM


DI STASIUN METEOROLOGI KLAS II SYAMSUDIN NOOR
BANJARMASIN

LAPORAN PRAKTIKUM LAPANG

KLIMATOLOGI LAUT

Dea Nabilla
2010716220010

PROGRAM STUDI ILMU KELAUTAN


FAKULTAS PERIKANAN DAN KELAUTAN
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
BANJARBARU
2022
i

HALAMAN PENGESAHAN

Judul Laporan : Pengenalan Jenis dan Fungsi Peralatan dalam pengukuran


Unsur – unsur Cuaca dan Iklim di Stasiun Meteorologi
Kelas II Syamsuddin Noor Banjarmasin.

Nama mahasiswa : Dea Nabilla

NIM : 2010716220010

Laporan Praktik Telah Diperiksa dan Disetujui Oleh

Dosen Pengasuh Mata Kuliah

Dosen I Dosen II

Dr. Muhammad Syahdan, S.Pi., M.Si. Ira Puspita Dewi, S.Kel, M.Si
NIP. 19770815 200604 1 003 NIP. 198104232005012004

Tanggal Disetujui : Juni 2022


ii

KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan saya kemudahan
dalam menyelesaikan laporan praktikum ini dengan judul PENGENALAN JENIS
DAN FUNGSI PERALATAN DALAM PENGUKURAN UNSUR-UNSUR
CUACA DAN IKLIM DI STASIUN METEOROLOGI KLAS II SYAMSUDIN
NOOR BANJARMASIN ini dengan tepat waktu. Tanpa rahmat dan pertolongan-
Nya, saya tidak akan mampu menyelesaikan laporan praktikum ini dengan baik.
Tidak lupa shalawat serta salam tercurahkan kepada Nabi agung Muhammad
SAW yang syafa’atnya kita nantikan kelak.

Saya mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas limpahan nikmat


sehat-Nya, sehingga makalah ini dapat diselesaikan. Laporan Praktikum ini
dibuat guna memenuhi tugas mata kuliah KLIMATOLOGI . Saya berharap
makalah ini dapat menjadi referensi bagi pembaca.

Saya menyadari makalah ini masih perlu banyak penyempurnaan karena


kesalahan dan kekurangan. Saya terbuka terhadap kritik dan saran pembaca agar
laporan ini dapat lebih baik. Apabila terdapat banyak kesalahan pada makalah ini,
baik terkait penulisan maupun konten, saya memohon maaf. Demikian yang
dapat saya sampaikan. Akhir kata, semoga makalah ini dapat bermanfaat.
Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Banjarbaru, Mei 2022

Dea Nabilla
iii

DAFTAR ISI

HALAMAN PENGESAHANError: Reference source not found


KATA PENGANTARError: Reference source not found
DAFTAR ISIError: Reference source not found
DAFTAR GAMBARError: Reference source not found
BAB 1. PENDAHULUAN.........................................................................................................
1.1. Latar Belakang.....................................................................................................
1.2. Maksud dan Tujuan ............................................................................................
1.3. Ruang Lingkup Materi........................................................................................
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA...............................................................................................
2.1. Pengertian Meteorologi dan Klimatologi............................................................
2.2. Unsur-unsur Cuaca dan Iklim..............................................................................
2.3. Aplikasi Pengukuran Unsur-unsur Cuaca dan Iklim...........................................
BAB 3. METODOLOGI PENELITIAN....................................................................................
3.1. Waktu dan Lokasi ...............................................................................................
3.2. Alat dan Bahan ...................................................................................................
3.2.1. Alat..........................................................................................................
3.2.2. Bahan.......................................................................................................
3.3. Metode Pengumpulan Data ................................................................................
3.4. Metode Analisis Data..........................................................................................
BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN...................................................................................
4.1. Peralatan Pengukuran Radiasi Matahari………………………… 10
4.2. Peralatan Pengukuran Temperatur....................................................................
4.3. Peralatan Pengukuran Kelembaban ..................................................................
4.4. Peralatan Pengukuran Arah dan Kecepatan Angin ..........................................
4.5. Peralatan Pengukuran Tekanan Udara ..............................................................
4.6. Peralatan Pengukuran Unsur Cuaca Lainnya ...................................................
BAB 5. KESIMPULAN DAN SARAN...................................................................................
5.1. Kesimpulan........................................................................................................
5.2. Saran..................................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA
iv

DAFTAR GAMBAR

4.1. Taman Alat 10


4.2. Campbell Stokes 11
4.3. Pyranometer 12
4.4. Termometer Maksimum Minimum 13
4.5. Termometer Bola Basah Kering 14
4.6. Anemometer 16
4.7. Barometer Digital 17
4.8. Penangkar Hujan Helman 18
4.9. Penangkar Hujan observatorium 19
4.10. Tipping Bucket Digital 20
4.11. Sangkar Meteorologi 21
4.12. AWS 22
4.13. Panci Evaporasi 23
4.14. Still Well 24
4.15. Termometer Apung 25
4.16. Theodolite P-ball 25
4.17. Balon latex dan Transmitter Radiosonde 26
1

BAB I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Klimatologi merupakan ilmu yang mempelajari tentang atmosfer. Mirip


dengan meteorologi, tetapi berbeda dalam kajiannya, meteorologi lebih
mengkaji proses yang terjadi di atmosfer, sedangkan klimatologi lebih
mengkaji pada hasil akhir dari proses-proses atmosfer.
Klimatologi berasal dari bahasa Yunani Klima dan Logos yang masing-
masing berarti kemiringan (slope) yang di arahkan ke Lintang
tempat, sedangkan logos sendiri berarti Ilmu. Jadi, definisi klimatologi adalah
ilmu yang mencari gambaran dan penjelasan sifat iklim, mengapa iklim di
berbagai tempat di bumi berbeda, dan bagaimana kaitan antara iklim dengan
aktivitas manusia. Karena klimatologi memerlukan interpretasi dari data-data
yang banyak sehingga memerlukan statistik dalam pengerjaannya, dan orang-
orang sering juga mengatakan dan beranggapan bahwa klimatologi sebagai
meteorologi statistik.
Iklim akan mempengaruhi berbagai aspek kehidupan manusia dan
organisme lain yang hidup di muka bumi. Oleh sebab itu, pengetahuan
tentang iklim sangat dibutuhkan. Dalam kehidupan sehari-hari, iklim akan
menjadi bahan pertimbangan dalam rancang bangun-bangunan hunian atau
konstruksi bangunan fisik lainya, bahan dan desain pakaian, jenis dan porsi
pangan dikonsumsi dan ragam aktivitas sosial budaya yang dilakukan
penduduk.
Cuaca terdiri dari seluruh fenomena yang terjadi di atmosfer bumi atau
sebuah planet lainnya. Cuaca biasanya merupakan sebuah aktivitas fenomena
ini dalam waktu beberapa hari. Cuaca rata-rata dengan jangka waktu yang
lebih lama dikenal sebagai iklim. Aspek cuaca ini diteliti lebih lanjut oleh ahli
klimatologi untuk tanda-tanda perubahan iklim.
Klimatologi adalah ilmu yang mempelajari keadaan rata-rata cuaca
yang terjadi pada suatu wilayah dalam kurun waktu yang sama. Cuaca
merupakan keadaan fisik atmosfer pada suatu saat dan tempat tertentu dalam
2

jangka pendek. Klimatologi kelautan ialah cabang ilmu iklim atau cuaca
terapan yang mempelajari tentang hubungan antara proses-proses fisik di
atmosfer (unsur-unsur cuaca) dan proses atau fenomena kelautan. Tercakup
didalamnya antara lain hubungan antara faktor iklim dengan adanya angin,
gelombang, salinitas, suhu, DO, arus dan lain-lain. Sasaran yang hendak
dicapai oleh klimatologi kelautan ialah untuk memahami dan mengkaji
proses-proses yang terjadi pada perubahan lingkungan fisik disekitar aspek
kelautan akibat perkembangan sektor kelautan tersebut serta dampak
perubahannya terhadap keadaan masyarakat pesisir.
Klimatologi kelautan merupakan suatu cabang ilmu pengetahuan tentang
hubungan antara keadaan cuaca dan masalah khusus kelautan, terutama
membahas pengaruh perubahan cuaca dalam jangka pendek. Pengamatan dan
penelaahan ditekankan pada data unsur cuaca mikro yakni keadaan dari
lapisan atmosfer permukaan bumi. Selain itu dalam hubungan yang luas,
klimatologi kelautan mencakup pula lama musim angin yang ada di laut,
hubungan antara musim angin dengan hasil tangkapan nelayan dari
pengamatan jangka panjang.
Untuk menentukan iklim suatu tempat atau daerah diperlukan data cuaca
yang telah terkumpul lama (10-30 tahun) yang didapatkan dari hasil
pengukuran cuaca dengan alat ukur yang khusus atau instrumentasi
klimatologi. Alat-alat yang digunakan harus tahan lama dari
pengaruh-pengaruh buruk cuaca untuk dapat setiap waktu mengukur
perubahan cuaca. Alat dibuat sedemikian rupa agar hasil pengukuran tidak
berubah ketelitiannya. Pemeliharaan alat yang baik membawa keuntungan
pemakaian lebih lama. Pemeliharaan alat akan membuat ketelitian yang baik
pula sehingga pengukuran dapat dipercaya.
Pemasangan alat di tempat terbuka memerlukan persyaratan tertentu agar
tidak salah ukur, harus dipikirkan tentang halangan dari bangunan-bangunan
ataupun pohon-pohon didekat alat. Agar data yang diperoleh dapat
dibandingkan, kemudian perbedaan data yang didapat bukanlah akibat
kesalahan prosedur, tetapi betul-betul akibat iklimnya yang berbeda.
Berdasakan hal tersebut perlunya adanya pengetahuan mengenai alat-alat
3

klimatologi tersebut, baik dari kegunaan atau fungsinya dan cara


menggunakannya.
Pengetahuan akan klimatologi sangat dibutuhkan guna menunjang
kemampuan praktikan dalam melakukan kegiatan pertanian. Pada praktikum
ini dibahas tentang pengenalan alat-alat yang terdapat di dalam BMKG
tersebut. Tanpa mengetahui atau melihat secara langsung alat-alat yang
digunakan dalam klimatologi para praktikan hanya bisa membayangkan
bagaimana bentuk dari alat tersebut. Walaupun memang zaman modern
sekarang ini sudah canggih sehingga bisa melihat gambar-
gambarnya melalui internet, tetapi alangkah lebih baiknya jika dapat melihat
secara langsung.

1.2 Maksud dan Tujuan

Maksud dan tujuan dari praktik lapang yang dilakukan untuk mata
kuliah Oseanografi Klimatologi sebagai berikut :
1. Mahasiswa mengenal jenis-jenis peralatan pemantauan cuaca/iklim.
2. Mahasiswa dapat mengetahui cara kerja instrumen/peralatan pemantauan
cuaca/iklim.
3. Mahasiswa dapat membuat dokumentasi mengenai jenis-jenis dan cara
kerja instrumen pada saat didemostrasikan.
4. Mahasiswa dapat ikut serta mendemostrasikan penggunaan beberapa
instrumen/peralatan seperti yang telah ditunjukkan sebelumnya.
5. Mahasiswa dapat Menyusun sebuah laporan sesuai kaidah penyusunan
laporan ilmiah.

1.3 Ruang Lingkup Materi

Lingkup penelitian meliputi lokasi penelitian dan materi penelitian.


Lokasi penelitian bertempat di Stasiun Meteorologi Klas II Syamsudin Noor
Banjarmasin, Jalan Angkasa, Landasan Ulin Utara, Kec. Liang Anggang, Kota
Banjarbaru, Kalimantan Selatan.
Sedangkan untuk materi penelitian adalah meliputi jenis-jenis dan cara
kerja instrument/peralatan pemantauan cuaca/iklim dan Analisa mengenai
4

peralatan pengukuran radiasi matahari, temperature, kelembaban, arah dan


kecepatan angin, tekanan udara, dan unsur-unsur cuaca lainnya.
5

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Meteologi dan Klimatologi

Meteorologi merupakan ilmu mempelajari atmosfer seperti suhu, udara,


cuaca, angin serta berbagai sifat fisika dan kimia atmosfer lainnya untuk
keperluan prakiraan cuaca. Ilmu Meteorologi terdiri dari beberapa cabang
seperti Ilmu Meteorologi Fisik, Ilmu Meteorologi Dinamik, Ilmu Meteorologi
Sinoptik dan Ilmu Meteorologi Terapan. Parameter yang menjadi pengamatan
dalam meteorologi adalah suhu, tekanan, angin, penguapan awan, cuaca dan
lainnya (Holton, 2004).
Klimatologi merupakan ilmu yang mempelajari jenis iklim di muka bumi
dan faktor penyebabnya. Ilmu klimatologi sangat bermanfaat bagi berbagai
bidang, seperti pertanian, kehutanan, perhubungan, peternakan, perdagangan
dan pariwisata. Klimatologi memiliki tujuan untuk membuat penggolongan
iklim, sehingga akan lebih mudah dalam mempelajarinya. Ilmu klimatologi
digunakan untuk menuliskan atau menguraikan serta menerangkan hakikat
tentang iklim, distribusi iklim terhadap ruang, dan variasinya terhadap waktu,
serta hubungan iklim dengan berbagai unsur lain dari  lingkungan alam dan
aktivitas manusia (Climate Glossary, 2006).
Dalam pengukuran mengenai cuaca dan iklim ini dibagi menjadi dua
ilmu, yaitu meteorologi dan klimatologi. Meteorologi adalah kajian ilmiah
mengenai kondisi cuaca di atmosfer bumi setiap hari dan prediksinya.
Biasanya jangka waktunya dari menit sampai jam. Sedangkan klimatologi
adalah kajian mengenai perubahan iklim di atmosfer dalam jangka panjang di
daerah tertentu. Klimatologi ini biasanya mengukur rata-rata temperatur,
kelembaban, curah hujan, angin, tekanan atmosfer, dan curah hujan. Jangka
waktu klimatologi biasanya dari hari sampai ke tahun (Rusbiantoro, 20008)
6

2.2 Unsur -unsur cuaca dan Iklim

Prakiraan cuaca baik harian maupun prakiraan musim, mempunyai arti


penting dan banyak dimanfaatkan dalam bidang pertanian. Prakiraan cuaca
24 jam yang dilakukan oleh BMKG, mempunyai arti dalam kegiatan harian
misalnya untuk pelaksanaan pemupukan dan pemberantasan hama. Misalnya
pemupukan dan penyemprotan hama perlu dilakukan pada pagi hari atau
ditunda jika menurut prakiraan sore hari akan hujan lebat. Prakiraan
permulaan musim hujan mempunyai arti penting dalam menentukan saat
tanam di suatu wilayah. Jadi, bidang pertanian ini memanfaatkan informasi
tentang cuaca dan iklim mulai dari perencanaan sampai dengan
pelaksanaannya (Setiawan, 2003).

Perubahan iklim merupakan suatu kondisi yang ditandai dengan


berubahnya pola iklim dunia yang mengakibatkan fenomena cuaca yang tidak
menentu. Perubahan iklim terjadi karena adanya perubahan variabel iklim,
seperti suhu udara dan curah hujan yang terjadi secara terus menerus dalam
jangka waktu yang panjang antara 50 - 100 tahun (Kementerian Lingkungan
Hidup, 2004).

2.3 Aplikasi Pengukuran Unsur -unsur Cuaca dan Iklim

Adapun alat-alat meteorologi yang ada di Stasiun Meteorologi Klas II


Syamsudin Noor Banjarmasin diantaranya alat pengukur curah hujan
(Ombrometer), alat pengukur kelembaban relatif  udara (Hygrometer), alat
pengukur suhu udara (Termometer Biasa, termometer Maksimum, termometer
Minimum, dan termometer Maksimum-Minimum alat pengukur suhu air
(Termometer Maksimum-Minimum Permukaan Air), alat pengukur panjang
penyinaran matahari (Solarimeter tipe Combell Stokes), alat pengukur suhu
tanah (Termometer Tanah) dan alat pengukur kecepatan angin (Anemometer)
dan masih banyak yang lainnya (Prawirowardoyo, 1996).

Stasiun meteorologi mengadakan contoh penginderaan setiap 30 detik


dan mengirimkan kutipan statistik (sebagai contoh, rata-rata dan maksimum).
Untuk yang keras menyimpan modul-modul setiap 15 menit. Hal ini dapat
7

menghasilkan kira-kira 20 nilai dari hasil rekaman untuk penyimpanan akhir


disetiap interval keluaran. Ukuran utama dibuat di stasiun meteorologi danau
vida, pemakaian alat untuk temperatur udara, kelembaban relatif, temperatur
tanah (Fontain, 2002).

Hasil yang didapat setelah dilakukannya suatu pengamatan di stasiun


cuaca atau stasiun meteorologi yakni data-data mengenai iklim. Di indonesia,
berdasarkan ketersediaan data iklim yang ada di sistem database Balitklimat,
hanya ada 166 dari 2.679 stasiun yang menangani data iklim. Umumnya hanya
data curah hujan dan suhu udara, sehingga walaupun metode Penman
merupakan yang terbaik, metode Blaney Criddle akan lebih banyak dipilih
karena hanya memerlukan data suhu udara yang relatif mudah didapatkan
(Runtunuwu et.al., 2008).

Prakiraan cuaca baik harian maupun prakiraan musim, mempunyai arti


penting dan banyak dimanfaatkan dalam bidang pertanian. Prakiraan cuaca 24
jam yang dilakukan oleh BMG, mempunyai arti dalam kegiatan harian
misalnya untuk pelaksanaan pemupukan dan pemberantasan hama. Misalnya
pemupukan dan penyemprotan hama perlu dilakukan pada pagi hari atau
ditunda jika menurut prakiraan sore hari akan hujan lebat. Prakiraan
permulaan musim hujan mempunyai arti penting dalam menentukan saat tanam
di suatu wilayah. Jadi, bidang pertanian ini memanfaatkan informasi tentang
cuaca dan iklim mulai dari perencanaan sampai dengan pelaksanaannya
(Setiawan, 2003)
8

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Waktu dan Lokasi

Pada praktik lapang kali ini dilaksanakan pada tanggal 25 April 2022
pada pukul 08.00 WITA sampai 14.30 WITA yang berlokasi di Stasiun
Meteorologi Klas II Syamsudin Noor Banjarmasin, Jalan Angkasa, Landasan
Ulin Utara, Kec. Liang Anggang, Kota Banjarbaru, Kalimantan Selatan dengan
metode pengumpulan data dengan teknik observasi dan metode analisis data
dengan metode kualitatif analisis.

3.2 Alat dan Bahan

Berikut Alat dan Bahan yang digunakan saat Pengenalan jenis dan fungsi
peralatan pengukuran unsur-unsur Cuaca dan Iklim

3.2.1 Alat

1. Radar Cuaca
2. Barometer
3. Sangkar Meteologi
4. Termometer maksimum (raksa)
5. Termometer minimum (alcohol)
6. Sensor suhu kelembapan
7. Penangkar hujan OBS
8. Pengkar hujan Tipping Bucket, digital
9. Pengkar hujan Hellman
10. Anemometer
11. Campbell Stokes
12. Panci Penguap
13. Pyranometer
14. Rason
15. Transmitter
16. Balon Latex
9

17. Theodalit p-ball


18. Balon merah kecil.

3.2.2 Bahan

Bahan yang digunakan pada Praktik Lapang adalah materi yang diberikan
oleh narasumber yang berada di lokasi.

3.3 Metode Pengumpulan Data.

1. Praktikum ini dilaksanakan dalam bentuk kunjungan lapangan ke


Stasiun Klimatologi Klas II Banjarbaru.
2. Kegiatan mahasiswa adalah menerima penjelasan yang diberikan oleh
tim pemandu dari Stasiun Klimatologi Klas II Banjarbaru baik
kegiatan yang dilakukan di dalam maupun di luar kelas.
3. Kegiatan di luar kelas mencakup demonstrasi jenis-jenis dan cara kerja
instrumen/peralatan pemantauan parameter cuaca/iklim oleh tim
pemandu. Pada bagian ini, buatlah dokumentasi mengenai jenis-jenis
dan cara kerja instrumen pada saat didemostrasikan.
4. Kegiatan di dalam kelas mencakup diskusi dan tanya-jawab oleh
mahasiswa kepada tim pemandu mengenai penjelasan yang telah
diberikan.
5. Bila dimungkinkan, mahasiswa dapat ikut serta mendemostrasikan
penggunaan beberapa instrumen/peralatan seperti yang telah
ditunjukkan sebelumnya.

3.4 Metode Analisis Data

Data yang telah diperoleh adalah alat-alat yang ada di Stasiun Meteorologi Kelas
II Syamsudin Noor Banjarmasin dianalisa meliputi deskripsi, kegunaan, cara kerja
alat, serta mengkategorikan jenis-jenis alat tersebut menjadi beberapa kategori,
yaitu:
1. Peralatan pengukuran radiasi matahari
2. Peralatan pengukuran temperatur
10

3. Peralatan pengukuran kelembaban


4. Peralatan pengukuran arah dan kecepatan angin
5. Peralatan pengukuran tekanan udara
6. Peralatan pengukuran unsur cuaca lainnya
11

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

Pengamatan meteorologi di Stasiun Meteorologi Klas II Syamsudin Noor


Banjarmasin dilakukan selama 24 jam setiap hari berdasarkan waktu standar
internasional. Pengamatan cuaca dilakukan sejak 10 menit sebelum jam
pengamatan, unsur-unsur yang diamati meliputi Suhu Udara, titik embun, tekanan
udara, jumlah curah hujan, keadaan cuaca, Awan, dan juga jarak pandang terjauh
(Visibility). Dalam melakukan pengamatan cuaca, digunakan alat-alat
meteorologi. Alat-alat tersebut diletakkan pada suatu tempat yang disebut Taman
Alat. Taman Alat berisi beberapa alat untuk mengamati unsur cuaca di tempat
tersebut.

Gambar 4.1. Taman Alat Stasiun Meteorologi Klas II Syamsudin Noor Banjarmain
12

4.1. Peralatan Pengukuran Radiasi Matahari

4.1.1 Campbell Stokes

Campbell Stokes adalah sejenis perekam sinar matahari. Ini


ditemukan oleh John Francis Campbell pada 1853 dan dimodifikasi pada
1879 oleh Sir George Gabriel Stokes. Desain asli oleh Campbell terdiri dari
bola kaca yang diatur ke dalam mangkuk kayu dengan matahari membakar
jejak pada mangkuk. Bagian- bagian Campbell stokes terdiri dari sebuah
kaca masif yang memiliki ukuran diameter 10-15 cm. Fungsinya ialah
sebagai lensa cembung yang mengumpulkan sinar matahari kesuatu titik api.
Fungsinya sama seperti Lub. Bagian kedua terdiri dari kertas pias yang
tarbuat dari karton berwarna gelap yang mudah terbakar dan berfungsi
sebagai indikator lamanya cahaya matahari menyinari kita.

Gambar 4.2. Campbell Stokes

Cara kerja:
1. Compbell stokes diletakkan di ruang terbuka dengan pondasi boton
dibawahnya. Alat ini diletakkan diatas ketinggian 120 cm.
2. Alat ini akan menyerap sinar matahari lalu memfokuskannya pada
satu titik pada kertas bias.
3. Fokus cahaya tersebut akan membakar kertas bias, efeknya tidak seperti
kertas yang terbakar api akan tetapi hanya memberikan efek berlubang
13

pada kertas.
4. Kertas bias terbakar dapat menunjukan lamanya intensitas matahari.
5. Lamanya intensitas matahari dapat dilihat dari skala jam yang tersedia di
kertas bias.

6. Panjangnya lubang pada kertas bias di synkron kan dengan skala jam
maka kita dapat melihat berapa lama cahaya matahari bersinar.

4.1.2. Pyranometer

Pyranometer merupakan sebuah alat untuk mengukur radiasi matahari.


Pyranometer adalah inovasi dalam industri test dan measurement sebagai alat
ukur untuk tenaga matahari atau perangkat solar cell, yang digunakan untuk
mengukur besarnya pengaruh radiasi cahaya pada permukaan bidang dengan
satuan W/m2 . Dalam Pyranometer terdapat sebuah sensor, yaitu sensor yang
berfungsi untuk membaca nilai dari radiasi matahari yang terpanacar ke bumi
realtime pada saat diterima. Untuk mendapatkan nilai radiasi yang realtime sesuai
dengan kualitas data yang diinginkan, maka pyranometer harus dikembangkan
agar dapat menampilkan data hasil dari pengukuran.

Gambar 4.3. Pyranometer

Pada kondisisaat ini pengukuran Pyranometer masih dilakukan secara


manual, dimana untuk melihat hasil pembacaan pada sensor pyranometer harus
selalu terpaku pada monitor tampilan alat pyranometer selama proses pengukuran
14

berlangsung dan menulis dari hasil data pengukuran tersebut secara manual dan
tidak secara realtime.

4.2. Peralatan Pengukuran Temperatur

4.2.1. Termometer Maksimum-Minimum

Termometer maksimum dan minimum adalah termometer register yang


dapat merekam suhu maksimum dan minimum yang dicapai selama periode
waktu tertentu, misalnya 24 jam. Ini digunakan untuk merekam suhu ekstrem di
suatu lokasi, misalnya di meteorologi dan hortikultura. Oleh karena itu, bagian-
bagian termometer yang akan dijelaskan di sini adalah termometer berisi zat cair
yaitu termometer raksa. Adapun bagian-bagian dari thermometer ini adalah
tabung gelas, pipa kaca (pipa kapiler), skala, air raksa, lekukan, alkohol, dan
tendon.

Gambar 4.4. Termometer Maksimum Minimum

Termometer maksimum digunakan untuk mengetahui suhu maksimum


pada lingkungan sangkar selama satu hari. Termometer ini menggunakan air
raksa sama halnya seperti termometer bola kering/basah, yang membedakan
adalah pada termometer ini terdapat celah yang disebut contriction. Celah inilah
yang membuat air raksa tidak akan menyusut ketika suhu udara turun karena air
raksa tersumbat oleh celah ini, jadi suhu yang terukur pada termometer ini akan
tetap pada skala suhu tertinggi. Ketika akan digunakan ulang, termometer ini
dapat dikalibrasi kembali dengan cara mengibaskan termometer kearah
15

contriction/ kearah bawah sehingga air raksa dapat kembali pada suhu yang
sebenarnya.
Termometer minimum digunakan untuk mengukur suhu terendah dalam
satu hari pada lingkunan. Berbeda dengan termometer maksimum, termometer ini
menggunakan alkohol. Alkohol digunakan karena karakteristiknya cocok untuk
mengukur suhu rendah karena titik beku alkohol yang lebih rendah dari air raksa.
Didalam pipa kapiler yang berisikan alkohol terdapat jarum index yang akan
menunjukan skala suhu minimum. Ketika suhu menurun maka index ini akan
mendekati skala minimum karena terdorong oleh permukaan alkohol.
Termometer ini diletakkan sedikit miring kebawah agar index selalu menunjukan
suhu terendah.

4.3. Peralatan Pengukuran Kelembaban

4.3.1. Termometer Bola Basah Bola Kering

Termometer bola kering adalah termometer yang digunakan untuk


mengukur suhu udara permukaan. Termometer ini terdiri dari tabung gelas yang
di dalamnya terdapat pipa kapiler yang berisikan air raksa. Ketika suhu naik,
maka air raksa akan memuai dan menunjukan skala suhu pada lingkungan.
Sedangkan Termometer bola basah adalah termometer yang digunakan untuk
mengukur titik embun dalam udara. Termometer ini sama seperti termometer
bola kering, yang membedakannya adalah termometer ini bolanya dilapisi dengan
kain yang dijaga agar selalu basah. Temometer bola basah mengukur suhu yang
dibutuhkan untuk menguapkan air di kain tersebut. Ketika kelembaban udara
kecil, maka air akan mengambil panas dari termometer tersebut sehingga suhu
pada termometer bola basah akan menurun. Itulah mengapa saat siang hari selisih
antara bola kering dan bola basah cukup jauh dibandingkan malam hari. Selisih
dari suhu termometer bola kering dan bola basah digunakan untuk menentukan
kelembaban udara/ relative humidity.
16

Gambar 4.5. Termometer Bola Basah Kering

Cara kerja dari alat ini, yaitu ketika suhu naik, air raksa dalam bola akan
mengembang dan naik melalui kolom tabung termometer yang berskala. Jika
suhu turun air raksa dalam tabung akan turun. Ujung permukaan atas air raksa
adalah suhu udara pada saat pembacaan. Perpindahan kalor terjadi dari udara ke
kain basah tersebut. Kalor dari udara akan digunakan untuk menguapkan air pada
kain basah tersebut, setelah itu baru digunakan untuk memuaikan cairan yang ada
dalam thermometer. Untuk menjelaskan apa itu wet bulb temperature, dapat kita
gambarkan jika ada suatu kolam dengan panjang tak hingga diatasnya ditutup.
Kemudian udara dialirkan melalui permukaan air. Dengan adanya perpindahan
kalor dari udara ke permukaan air maka terjadilah penguapan. Udara menjadi
jenuh diujung kolam air tersebut. Suhu disinilah yang dinamakan Wet Bulb
temperature. Untuk mengukur dua sifat (Dry dan Wet bulb temperature) ini
sekaligus biasanya menggunkan alat yang namanya saling, yaitu dua buah
termometer yang disatukan pada sebuah tempat yang kemudian tempat tersebut
dapat diputar. Satu thermometer biasa dan yang lainnya termometer dengan bulb
diselimuti kain basah.

4.4. Peralatan Pengukuran Arah dan Kecepatan Angin

4.4.1. Anemometer

Anemometer adalah sebuah perangkat yang digunakan untuk mengukur


kecepatan angin dan untuk mengukur arah, anemometer merupakan salah satu
instrumen yang sering digunakan oleh balai cuaca seperti Badan Metereologi
17

Klimatologi dan Geofisika (BMKG). Kata anemometer berasal dari Yunani


anemos yang berarti angin, Angin merupakan udara yang bergerak ke segala arah,
angin bergerak dari suatu tempat menuju ke tempat yang lain. Anemometer ini
pertama kali diperkenalkan oleh Leon Battista Alberti dari Italia pada tahun 1450.
Anemometer harus ditempatkan di daerah terbuka. Adapun cara kerjanya adalah
dengan adanya hembusan angin yang mengenai baling-baling pada perangkat
tersebut. Putaran dari baling-baling tersebut akan di konversi menjadi sebuah
besaran dalam bahasa matematika.

Gambar 4.6. Anemometer

Alat ini terdiri dari ujung dan ekor.  Saat angin bertiup dari arah utara,
Maka ekor Wind Vane akan terdorong dari arah utara ke Selatan sehingga ujung
depan Wind Vane akan berubah arah menuju arah utara yang merupakan arah
datangnya angin. Sedangkan untuk mengetahui nilai kecepatan angin,
menggunakan Cup Anemometer. Cup Anemometer terdiri dari 3 piringan yang
seimbang antar sudutnya. Hal ini bertujuan untuk mengetahui besar kecepatan
angin. Karena terdapat 3 buah piringan Cup, maka Cup anemometer akan tetep
berputar pada arah yang sama walaupun angin bertiup dari arah yang berbeda-
18

beda.

4.5. Peralatan Pengukuran Tekanan Udara

4.5.1. Barometer Digital

Barometer Digital merupakan alat yang digunakan untuk mengukur


tekanan udara, menggunakan sensor tekanan udara yang menghasilkan output
perubahan besaran listrik serta diolah dalam rangkaian elektronik data logger.

Gambar 4.7. Barometer Digital

Barometer digital adalah salah satu alat ukur tekanan udara modern yang
bekerja berdasarkan prinsip perubahan kondisi sensor silikon terhadap perubahan
tekanan udara. Diharapkan dengan penggunaan barometer digital dapat
memperoleh data tekanan udara yang lebih akurat sehingga dapat menjelaskan
pengaruh tekanan udara terhadap prakiraan cuaca.

4.6. Peralatan Pengukuran Unsur Cuaca Lainnya

4.6.1. Penangkar Hujan Helman

Penakar hujan jenis hellman ini merupakan suatu alat penakar hujan
berjenis recording atau dapat mencatat sendiri. Alat ini dipakai di stasiun-
stasiun pengamatan udara permukaan. Pengamatan dengan menggunakan alat
ini dilakukan setiap hari pada jam-jam tertentu meskipun cuaca dalam keadaan
baik atau hari sedang cerah. Cara kerja alat ini adalah ketika hujan turun, air
19

hujan masuk melalui corong, kemudian terkumpul dalam tabung tempat


pelampung. Air hujan ini menyebabkan pelampung serta tangkainya terangkat
atau naik keatas. Pada tangkai pelampung terdapat tongkat pena yang
gerakkannya selalu mengikuti tangkai pelampung Gerakkan pena dicatat pada
pias yang diletakkan/digulung pada silinder jam yang dapat berputar dengan
bantuan tenaga per.

Gambar 4.8. Penangkar Hujan Helman

Bagian-bagian pada penangkar hujan helman, yaitu:

1. Bibir atau mulut corong


2. Lebar corong
3. Tempat kunci atau gembok
4. Tangki pelampung
5. Silinder jam tempat meletakkan pias
6. Tangki pena
7. Tabung tempat pelampung
8. Pelampung
9. Pintu penakar hujan
10. Alat penyimpanan data
11. Alat pengatur tinggi rendah selang gelas (siphon)
12. Selang gelas
13. Tempat kunci atau gembok
14. Panic pengumpul air hujan bervolume
20

4.6.2. Penakar Hujan Manual Type Observatorium

Panakar hujan Observatorium merupakan penakar hujan non-recording


atau tidak dapat mencatat sendiri alias harus diukur secara manual. Penakar hujan
OBS digunakan untuk mengukur jumlah curah hujan yang jatuh dan masuk
kedalam corong penakar curah hujan tersebut dalam periode waktu 24 jam. Alat
ini di jalankan dengan cara Saat terjadi hujan, air hujan yang tercurah masuk
dalam corong penakar. Air yang masuk dalam penakar dialirkan dan terkumpul di
dalam tabung penampung. Pada jam- jam pengamatan air hujan yang tertampung
diukur dengan menggunakan gelas ukur. Apabila jumlah curah hujan yang
tertampung jumlahnya melebihi kapasitas ukur gelas ukur, maka pengukuran
dilakukan beberapa kali hingga air hujan yang tertampung dapat terukur semua.

Gambar 4.9. Penangkar Hujan Observatorium

Bagian-bagian alat Penangkar Hujan Observatorium, yaitu:

1. Corong penakar yang berbentuk lingkaran yang dapat dilepas dengan


luas100 cm persegi.
2. Tabung panampung air hujan.
3. Kran untuk mengeluarkan air
4. Penyangga
5. Gelas ukur dengan skala 0 – 25 mm. (lihat gambar Penakar hujan
Observatorium (OBS).
21

4.6.3. Penakar Hujan Tipping Bucket Digital

Penangkar hujan otomatis tipping bucket adalah alat ukur curah hujan
yang digunakan untuk mengukur akumulasi total hujan dan rate hujan namun
mempunyai kekurangan bahwa error nonliniernya besar apalagi kalau dalam
kondisi hujan besar, akurasi kurang baik. Namun prinsip operasi peralatan tipping
bucket sangat simple, dimana wadah (bucket) dibagi dalam dua bagian terpisah
yang seimbang. Penakar hujan tipping bucket ini sangat cocok untuk Automatic
weather station yang menggunakan metode digital. Pulsa yang dihasilkan oleh
kontak switch dapat dimonitor oleh data logger dan akumulasi total dalam periode
tertentu dapat digunakan untuk menentukan curah hujan. Memiliki prinsip kerja,
yaitu air ditampung pada bejana yang berjungkit. Bila air mengisi bejana
penampung yang setara dengan tinggi air hujan 0.1, 0.1, atau 0.5 mm maka bejana
tersebut akan berjungkit dan air dikeluarkan.

Gambar 4.10. Tipping Bucket Digital

Penakar hujan jenis tipping bucket memiliki kelebihan yaitu dapat


merekam data dalam bentuk file digital. Pada penelitian ini, penakar hujan yang
dirancang adalah jenis tipping bucket dilengkapi sistem komunikasi antara
perangkat di sisi pengirim dengan laptop di sisi penerima menggunakan telemetri
radio pada frekuensi 433 MHz.
4.6.4. Sangkar Meteorologi
22

Sangkar meteorologi merupakan sebuah bangunan berbentuk sangkar yang


terbuat dari kayu. Bangunan ini berfungsi untuk melindungi peralatan
meteorologi dari hujan dan radiasi panas langsung dari luar. Beberapa standar
ketentuan dari sangkar meteorologi saat ini adalah sebagai berikut:

- Lokasi sekitar sangkar meteorologi berupa lahan lapang bebas dari bangunan
ataupun pohon yang dapat menghalangi sinar matahari.
- Terbuat dari kayu dan di cat putih. Hal ini dilakukan agar warna putih pada
cat memantulkan kembali radiasi dari matahari sehingga tidak langsung
mengenai termometer.
- Pintu sangkar dibuat menghadap utara dan selatan. Hal ini dilakukan karena
gerak semu matahari adalah dari timur ke barat, dengan demikian pada saat
pengamatan tidak ada radiasi langsung matahari yang masuk kedalam sangkar
sehingga nilai parameter terukur merupakan nilai asli unsur udara dekat
permukaan.
- Dinding sangkar dibuat berventilasi/berkisi-kisi agar sirkulasi udara lancar
untuk mengalirkan udara masuk dan keluar.
- Ketinggian bangunan ± 2 meter.

Gambar 4.11. Sangkar Meteorologi

Peralatan meteorologi yang terdapat di dalam sangkar meteo terdiri dari :


termometer maksimum, termometer minimum, termometer bola kering dan
termometer bola basah.
4.6.5. Automatic Weather Station (AWS)
Automatic Weather Station (AWS) merupakan bentuk kesatuan dari
23

rangkaian sensor yang dipadukan dan secara otomatis merekam data meteorologi
seperti suhu, tekanan, kelembaban, penyinaran matahari, curah hujan, dan angin
yang kemudian akan diubah (ditampung) dalam Data Logger sehingga dapat
dimonitoring melalui komputer server dan diakses secara online. AWS pada
umumnya dipasang pada ketinggian 10 meter diatas permukaan tanah dan bebas
dari bangunan. Display akan menampilkan langsung hasil data yang dikirimkan
melalui sensor. Pencatatan data cuaca dapat diatur/diprogram sesuai dengan
kebutuhan, tergantung dengan kebutuhan dan keinginan kita akan melakukan
pencatatan data setiap 10 menit sekali, 30 menit sekali, dan seterusnya.
Kemudian kita dapat memanggil data yang tersimpan pada Data Logger melalui
Data Collect (Mengambil dari Data Logger ke komputer).

Gambar 4.12. AWS

Fungsi utama AWS adalah konversi pengukuran elemen meteorologis menjadi


sinyal listrik melalui sensor, pemrosesan dan transformasi sinyal ini menjadi data
meteorologi, merekamnya dan/atau mentransmisikan informasi yang dihasilkan.
Sistem AWS merupakan sistem pengamatan data meteorologi secara otomatis
yang terdiri dari :
1. Sensor dan Interface sensor Dapat menangkap (sense) perubahan
pada parameter meteorologi; range pengukuran, resolusi,
ketidakpastian dan response time.
2. Data collection unit (DCU) dan Analog to Digital Converter (ADC)
Mengumpulkan (collect) data dari output sensor dalam bentuk
engineering unit, (ex: ohm, ampere, voltage) dan mengubahnya ke
24

dalam bentuk satuan meteorologi (ex: knots, derajat, Celsius)


3. Central control and processing unit Menerima data dari data
collection unit (DCU), menghasilkan laporan dan pesan meteorologi,
mengirimkan ke lokal atau remote, dan penyimpanan data/ log file.
4. Display unit Menampilkan data meteorologi apabila diperlukan
5. Communication interface Melakukan komunikasi antara DCU,
CPU dan terminal remote / local
6. Power supply Catu daya digunakan untuk mencatu data logger,
modem dan beberapa tipe sensor.

4.6.6. Panci Evaporasi

Open Pan Evaporimeter adalah sebuah alat yang dirangkai sedemikian


rupa sehingga dapat mencatat jumlah penguapan yang tejadi selama 24 jam.
Evaporimeter termasuk jenis alat konvensional yaitu alat yang harus dibaca pada
saat tertentu untuk memperoleh data karena tidak dapat mencatat sendiri. Cara
kerja open pan evaporator: penguapan yang mengakibatkan permukaan air pada
panci akan berkurang. Pengukuran dilakukan di dalam still well yang terdapat
lubang pada dasarnya untuk jalan keluar masuk air. Jumlah air yang menguap
dalam jangka waktu tertentu diukur menggunakan hook gauge dengan merubah
letak ujung jarum sampai menyentuh permukaan air.

Gambar 4.13. Panci Evaporasi


Bejana berfungsi selain untuk tempat meletakkan hook gauge, juga
membuat air dalam bejana menjadi tenang dibandingkan dengan air pada panci,
sehingga penyetelan ujung pancing dapat lebih mudah dilakukan. Adapun cara
25

kerja Alat ini berupa bejana yang terbuat dari logam (kuningan) yang berbentuk
silinder dan mempunyai 3 buah kaki, dimana tiap kaki terdapat sebuah sekrup
untuk menyetel/mengatur kedudukan bejana agar letaknya horizontal. Pada dasar
bejana terdapat sebuah lubang, sehingga permukaan air dalam bejana sama tinggi
dengan permukaan air dalam panci.

Gambar 4.14. Still Well

Selain bejana terdapat pula termometer, Termometer ini merupakan


bagian/kelengkapan dari alat evaporasi panci terbuka. Berfungsi untuk
mengetahui suhu permukaan air yang terjadi di permukaan bumi/tanah.
Terdiri dari termometer maksimum (termometer air raksa) dan termometer
minimum (thermometer alcohol). Suhu rata-rata air didapat dengan
menambahkan suhu makimum dan minimum, kemudian dibagi dua. Letak
termometer harus terapung tepat di permukaan air, sehingga dilengkapi
dengan pelampung dibagian depan dan melakang yang terbuat dari bahan
yang tahan air/karat (biasanya almunium). Setelah dilakukan pembacaan,
posisi indek pada termometer minimum harus dikembalikan menjadi suhu
aktual dengan memiringkannya. Sedangkan untuk termometer maksimum,
tinggi air raksa juga dikembalikan pada suhu actual dengan menggunakan
magnet.

Cara Kerja Alat adalah Evaporimeter panci terbuka digunakan untuk


mengukur evaporasi. Makin luas permukaan panci, makin representatif
26

atau makin mendekati penguapan yangsebenarnya terjadi pada permukaan


danau, waduk, sungai dan lain-lainnya. Pengamatan dilaksanakan setiap jam
08.00 WITA. Selisih tinggi air sekarang dengan tinggi air kemarin
merupakan jumlah air yang hilang karena menguap dengan kondisi suhu air
rata-rata seperti yang ditunjukan termometer apung, kecepatan angin rata-rata
di permukaan air seperti yang ditunjukan Cup Counter Anemometer.

Gambar 4.15. Termometer Apung

4.6.7. Theodolite P-ball

Gambar 4.16. Theodolite P-ball

theodolite ini merupakan alat bidik semacam teropong yang tujuannya


untuk mengamati balon udara dengan membaca nilai azimuth dan elevasi setiap
27

menitnya atau pengamatan radiosonde. Pengamatan Radiosonde adalah


pengamatan pengukuran profil termodinamika kinematika secara vertikal,
pengamatan arah dan kecepatan angin lapisan udara atas. Rawinsonde atau yang
bahasa sehari-harinya sering disebut Radiosonde atau rason merupakan
seperangkat balon terbang yang digunakan untuk mengukur parameter atmosfer
dan mengirimkan data tersebut ke stasiun penerima melalui frekuensi radio
tertentu. Variabel yang diukur atau dihitung adalah tekanan, ketinggian, posisi
(latitude/longitude), suhu, kelembaban, kecepatan dan arah angin yang mencapai
lapisan 10 milibar atau 100.000 kaki (feet) atau sekitar 30 km dari permukaan
bumi.

Gambar 4.17. Balon latex dan Transmitter Radiosonde

Pengamatan Radiosonde dilaksanakan 2 kali dalam 1 hari, yaitu pukul


00.00 UTC (08.00 WITA) dan 12.00 UTC (20.00 WITA). Cara kerjanya yaitu
dengan cara melepaskan balon, kemudian kecepatan naiknya balon diukur dan
dilepas. Setiap naik 500 feet permenit balon yang bergerak dicatat maksimumnya
dan elevasinya. Peralatan pengamatan radiosonde, diantaranya:

1. Balon latex, Radiosonde terpasang pada balon yang terbuat dari karet
berukuran 350 sampai 600 gram dan diisi dengan helium atau
hidrogen, dan umumnya disebut balon cuaca. Balon tersebut mampu
mengangkat Radiosonde ke ketinggian sampai 100.000 kaki atau
sekitar 10 millibar.
28

2. Transmitter Radiosonde, seperangkat alat elektronik yang dilincurkan


dengan balon berisi gas hidrogen atau helium untuk mengukur
tekanan, suhu, dan kelembaban udara yang dilaluinya.
3. Gas H2, digunakan untuk mengisi balon
4. Ground Equipment, seperangkat alat utama yang dibutuhkan untuk
mengikuti jejak Radiosonde, menerima signal transmitter dan
mengkonversi signal menjadi data suhu, tekanan, dan kelembaban
udara serta memproses data tersebut menjadi data hasil pengamatan.
5. GPS
6. Komputer pengolah data
7. Baseline Check adalah penyesuaian antara data suhu, kelembaban dan
tekanan udara yang diukur melalui transmitter Radiosonde dengan
data yang diperoleh melalui alat pendukung, yaitu dari peralatan
meteorologi berupa thermometer bola kering, thermometer bola
basah, barometer dan anemometer 10 meter.
8. Power System adalah perangkat untuk mencegah hilangnya daya
listrik saat proses pengamatan Radiosonde.
29

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Meteorologi merupakan ilmu mempelajari atmosfer seperti


suhu, udara, cuaca, angin serta berbagai sifat fisika dan kimia atmosfer
lainnya untuk keperluan prakiraan cuaca.  Parameter yang menjadi
pengamatan dalam meteorologi adalah suhu, tekanan, angin, penguapan
awan, cuaca dan lainnya .  Klimatologi merupakan ilmu yang mempelajari
jenis iklim di muka bumi dan faktor penyebabnya.  Dalam pengukuran
mengenai cuaca dan iklim ini dibagi menjadi dua ilmu, yaitu meteorologi
dan klimatologi.
Klimatologi merupakan ilmu yang mempelajari jenis iklim di muka
bumi dan faktor penyebabnya. Ilmu klimatologi sangat bermanfaat bagi
berbagai bidang, seperti pertanian, kehutanan, perhubungan, peternakan,
perdagangan dan pariwisata. Klimatologi memiliki tujuan untuk membuat
penggolongan iklim, sehingga akan lebih mudah dalam mempelajarinya.
Stasiun Stasiun Meteorologi Klas II Syamsudin Noor Banjarmasin,
mempunyai Alat alat Meteologi antara lain, Radar cuaca, Barometer,
Sangkar meteor, Termometer maksimun (raksa), Termometer minimum
(alkohol), Sensor suhu kelembaban, Penakar hujan OBS, Penakar hujan
Tipping Bucket, Penakar hujan Hellman, Panci penguapan, Anemometer,
Champbell Stocks, Pirana meter, Rason, Transmitter, Balon latex,
Theodolit P-ball, dan Balon merah kecil.
5.2 Saran

Sebaiknya pada praktikan untuk bisa lebih aktif lagi serta


menanyakan hal-hal yang belum diketahui atau masih bingung agar
informasi yang didapat lebih banyak dan lebih dimengerti.
30

DAFTAR PUSTAKA
BMKG. (2006). Alat-alat Meteorologi di Stasiun Klimatologi Semarang.
Semarang: BMKG Stasiun Klimatologi Klas 1 Semarang.

Fontain, A. 2002. Meteorology. (http://www.kompas.com) Diakses tanggal


12 Mei 2022
Kementerian Lingkungan Hidup. (2004). Perubahan iklim global. Diakses pada
27 Juli 2014, dari: http:/climatechange.menlh.go.id. Diakses tanggal 12
Mei 2022
Prawiroardoyo, S. 1996. Meteorologi. Institut Teknologi Bandung, Bandung

Runtunuwu, E., Syahbuddin, H., dan A. Pramudia. 2008. Validasi model


pendugaan evapotranspirasi : upaya melengkapi sistem database iklim

Rusbiantoro, D. 2008. Global Warming for Beginner. O2. Yogyakarta.

Setiawan, A. C. 2003. Otomatisasi stasiun cuaca untuk menunjang kegiatan


pertanian. (http : // www.bmg.ac.id) Diakses tanggal 12 Mei 2022

Anda mungkin juga menyukai