KLIMATOLOGI LAUT
Putri Lestari
2010716220003
NIM : 2010716220003
Dosen I Dosen II
ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur praktikan panjatkan kepada Allah SWT, karena atas berkat rahmat
dan karunia-Nya praktikan dapat menyusun laporan dengan judul Pengenalan Jenis
dan Fungsi Peralatan Dalam Pengukuran Unsur-Unsur Cuaca dan Iklim di
Stasiun Klimatologi Kelas II Syamsudin Noor Banjarbaru yang diselasaikan tepat
pada waktunya. Laporan ini ditujukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Klimatologi
Laut.
Dalam kesempatan ini, praktikan mengucapkan terima kasih kepada Dosen
Pengampu dan para asisten praktikum yang telah membantu, memberikan arahan-
arahan, saran, bimbingan serta petunjuk selama praktikum dilaksanakan sehingga
terwujudnya laporan ini.
Praktikan menyadari bahwa dalam penyusunan laporan ini masih banyak
kekurangannya. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun dari pembaca
sangat dibutuhkan untuk menyempurnakan penulisan laporan selanjutnya. Akhir kata,
semoga laporan ini bermanfaat bagi pihak yang membutuhkahkan dan dapat
digunakan sebagai bahan kajian.
Putri Lestari
iii
DAFTAR ISI
iv
DAFTAR TABEL
v
DAFTAR GAMBAR
vi
Page |1
BAB 1. PENDAHULUAN
dan variasi terhadap waktu yang berinteraksi terhadap unsur lain dari berbagai
lingkungan alam dan aktivitas manusia (Patriani dkk, 2019).
Klimatologi dibagi menjadi 3 bagian, yaitu:
1. Klimatologi fisis: mempelajari sebab terjadinya ragam pertukaran panas,
pertukaran air dan gerakan udara terhadap waktu dan tempat, sehingga di muka
bumi ini terdapat iklim yang berbeda.
2. Klimatologi kedaerahan (regional): klimatologi kedaerahan bertujuan memberikan
gambaran (deskripsi) iklim dunia yang meliputi sifat dan jenis iklim.
3. Klimatologi terapan: klimatologi terapan merupakan cabang ilmu klimatologi
yang mencari hubungan klimatologi dengan ilmu lain, misalnya agroklimatologi
(agricultural climatology) (Tjasjono, 1999).
Berdasarkan pendekatan keilmuannya terdapat 4 cabang klimatologi antara
lain:
a. Klimatografi, pembahasan secara deskriptif (apa adanya) berdasarkan data, peta
dan gambar. Pembahasan tak disertai analisis fisika dan matematika yang
mendalam. Umumnya dikembangkan oleh pakar geografi.
b. Klimatologi fisik, adalah klimatologi yang membahas perilaku dan gejala-gejala
cuaca yang terjadi di atmosfer dengan menggunakan dasar-dasar ilmu fisika dan
matematika. Tinjauannya ditekankan pada neraca energi dan neraca air antara
bumi dan atmosfer.
c. Klimatologi dinamik, adalah klimatologi yang membahas pergerakan atmosfer
dalam berbagai skala, terutama tentang peredaran atmosfer umum di berbagai
wilayah di seluruh dunia (Reza, 2022).
d. Klimatologi terapan, adalah klimatologi yang membahas penerapan ilmu iklim
untuk memecahkan berbagai permasalahan praktis yang dihadapi oleh masyarakat.
Contoh klimatologi terapan antara lain: klimatologi pertanian (agroklimatologi),
klimatologi perkotaan, klimatologi kelautan, klimatologi bangunan dan
bioklimatologi (Reza, 2022).
2.2. Unsur-Unsur Cuaca dan Iklim
Adapun unsur – unsur cuaca dan iklim adalah sebagai berikut:
1. Radiasi Surya
Radiasi surya (solar radiation) merupakan salah satu bentuk radiasi termal yang
mempunyai distribusi panjang gelombang yang khusus. Intensitasnya sangat
bergantung dari kondisi atmosfer dan sudut datang (angle of incidence) sinar matahari
di permukaan bumi. Pada batas luar atmosfer, iradiasi surya total adalah 1395 W/m2.
Tidak seluruhnya iradiasi surya total mencapai permukaan bumi, karena terdapat
absorpsi yang kuat dari karbon dioksida dan uap air di atmosfer. Radiasi surya yang
menimpa permukaan bumi juga bergantung dari kadar debu dan zat pencemar lainnya
di dalam atmosfer. Energi surya akan mencapai permukaan bumi maksimum,
bilamana berkas sinar itu langsung menimpa permukaan bumi. Intensitas maksimum
ini akan dipenuhi apabila terdapat bidang pandang yang lebih luas terhadap fluks surya
yang datang dan berkas sinar surya menempuh jarak yang lebih pendek di atmosfer
(Holman, 1986) dalam (Syahri, M, 2011).
Energi radiasi matahari merupakan hasil dari reaksi thermonuklir yang terjadi
di matahari. Energi yang dipancarkan oleh matahari meliputi semua panjang
gelombang, dari gelombang alpha (α) hingga gelombang radio. Ketika melewati
atmosfer bumi, sebagian dari radiasi gelombang pendek akan diserap oleh partikel-
partikel di atmosfer sehingga suhunya meningkat dan memancarkan radiasi
gelombang panjang yang juga akan sampai ke permukaan bumi. Selanjutnya sebagian
dari gelombang pendek yang sampai di permukaan bumi akan diserap menyebabkan
suhu permukaan bumi meningkat dan memancarkan gelombang termal ke luar
angkasa. Dengan demikian, pada lapisan terluar atmosfer terkandung komponen-
komponen radiasi gelombang pendek, radiasi gelombang panjang dari atmosfer, dan
radiasi gelombang panjang dari permukaan bumi (Susatya dkk, 2011).
2. Tekanan Udara
Tekanan menggambarkan gaya per satuan luas pada suatu ketinggian tertentu.
Dimana tekanan udara merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi dan
menentukan kerapatan udara selain daripada suhu udara. Ketinggian kerapatan udara
(density height) adalah suatu ketinggian dalam atmosfer standar ICAO, dimana
kerapatan udaranya sesuai dengan kerapatan udara pada suatu tempat tertentu. Pada
umumnya makin tinggi suatu ketinggian dari permukaan laut, tekanan udaranya
semakin berkurang, karena jumlah molekul dan atom yang ada di atasnya berkurang.
Dengan demikian dapat kita katakana bahwa tekanan udara menurun terhadap
ketinggian, begitu juga dengan kerapatan udara (Fadholi, 2013).
3. Suhu Udara
Suhu udara merupakan salah satu unsur yang sangat penting dari keadaan
cuaca. Suhu udara dalam suatu wilayah biasanya diukur dalam dua kondisi atau
keadaan, suhu udara minimum dan suhu udara maksimum. Suhu udara minimum
adalah suatu keadaan dimana suhu udara pada suatu wilayah berada pada titik terendah
dalam interval waktu tertentu, biasanya dalam interval satu hari. Sedangkan suhu udara
maksimum adalah keadaan dimana suhu udara diwilayah tertentu berada pada titik
tertinggi pada hari yang bersangkutan (Anwar, 2017).
Suhu udara adalah ukuran energi kinetik rata–rata dari pergerakan molekul–
molekul. Suhu suatu benda ialah keadaan yang menentukan kemampuan benda
tersebut, untuk memindahkan (transfer) panas ke benda–benda lain atau menerima
panas dari benda–bendalain. Dalam sistem dua benda, benda yang kehilangan panas
dikatakan benda yang bersuhu lebih tinggi. Suhu dapat didefinisikan secara
mikroskopik berkaitan dengan gerakan molekul sedemikian rupa sehingga semakin
besar kecepatan molekul makin tinggi suhunya. Secara mikroskopik suhu suatu benda
dapat didefinisikan sebagai tingkat atau derajat kepanasan benda
tersebut.Dibanyaknegara suhu dalam meteorologidinyatakan dengan satuan yang
derajat Celciusyang lambangnya OC.Untuk keperluan meteorologist satuan derajat
Fahrenheit dengan lambing OFmasih tetap digunakan,sedangkan untuk keperluan
pertukaran pelaporan internasional secara resmi telah disepakati digunakan skala
Celcius.Skala suhu OC dan OF masing-masing didefinisikan dengan menggunakan
skala suhu Kelvin yang merupakan skala suhu dasar dalam ilmu pengetahuan
(Soejitno, 1973) dalam (Fadholi, 2013).
4. Kelembaban Udara
Kelembaban udara yaitu banyaknya kadar uap air yang ada di udara, dalam
kelembaban kita mengenal beberapa istilah yaitu:
a. Kelembaban mutlak : massa uap air yang berada dalam satu satuan udara yang
dinyatakan dalam gram/m3.
b. Kelembaban spesifik : perbandingan jumlah uap air di udara denagn satuan massa
udara yang dinyatakan dalam gram /kg
7. Evaporasi
Evaporasi adalah suatu jumlah maksimum dari air yang berhasil diubah
kedalam fase uap air, berlangsung pada suatu permukaan rata, datar dan basah yang
dapat dicapai secara bebas oleh seluruh faktor – faktor iklim (Wirawan dkk, 2013).
Evaporasi adalah peristiwa menguapnya pelarut dari campuran yang terdiri
atas zat terlarut yang tidak mudah menguap dan pelarut yang mudah menguap. Dalam
kebanyakan proses evaporasi, pelarutnya adalah air. Tujuan dari evaporasi adalah
memekatkan konsentrasi larutan sehingga didapatkan larutan dengan konsentrasi yang
lebih tinggi (Rahmawati, 2015).
Proses evaporasi merupakan salah satu metode untuk memurnikan (purifikasi)
suatu bahan padat dari pengotornya melalui proses pelarutan dan kristalisasi. Proses
evaporasi ini didasarkan atas kelarutan bahan dalam suatu pelarut dimana kelarutan
bahan tersebut akan naik akibat naiknya suhu (temperatur) dan sebaliknya kelarutan
akan turun pada suhu rendah, sedangkan bahan pengotor memiliki sifat yang berbeda
dimana kelarutan bahan pengotor akan rendah pada suhu tinggi dan sebaliknya
kelarutan akan tinggi pada suhu rendah. Pada pembentukan kristal, satu molekul kristal
mempunyai afinitas yang tinggi terhadap molekul kristal yang lainnya sehingga dapat
membentuk kristal yang besar. Bahan pengotor mempunyai bentuk dan ukuran yang
berbeda dengan kristal sehingga tidak menjadi satu kesatuan didalam kristal atau
berada diluar kristal yang mengakibatkan kemurnian kristal dapat tercapai dengan kata
lain proses evaporasi ini dapat menghasilkan produk kristal yang murni tanpa bahan
pengotor (Sumada dkk, 2016).
8. Awan
Awan merupakan salah satu komponen penting dalam peramalan cuaca.
Karena awan berpengaruh pada siklus hidrologi, keseimbangan radiasi bumi, dan
pergantian iklim (Satriakamal, 2021).
awan merupakan kumpulan besar dari titik-titik air atau kristal-kristal es yang
halus di atmosfer. Di saat Musim kemarau sedikit sekali kita menjumpai awan di
udara, dikarenakan penguapan yang terjadi sedikit, namun pada saat musim hujan
dapat kita jumpai banyak sekali awan dikarenakan banyaknya kandungan uap air di
udara. Namun tidak semua jenis awan dapat menghasilkan hujan, oleh karena itu
pengenalan jenis, bentuk, sifat-sifat awan sangat di perlukan. Awan tidak sama
jenisnya dan selalu berubah bentuk, awan bergantung pada ketinggian dan suhunya,
awan dibedakan menurut bentuk dan tingginya, yang tinggi keatas (Dika, 2018).
Ada 4 kumpulan yang utama, yaitu awan rendah, awan menengah, dan awan
tinggi, awan yang berkembang vertikal.
a. Awan Rendah Ketinggian dibawah 2000 m kebanyakan terdiri dari titik-titik air,
Jenis awan: Stratus, Stratus cumulus, Nimbo stratus.
b. Awan Menengah Ketinggian 2000-6000 m, merupakan campuran titik air dan
kristal es, Jenis awan: Alto cumulus, Altostratus.
c. Awan Tinggi Ketinggian lebih dari 6000 m, suhu sangat rendah, terdiri dari
kristalkristal es, Jenis awan: Cirrus, Cirrostratus, Cirrocumulus.
d. Awan yang berkembang vertikal. Merupakan awan yang dihasilkan oleh kantong
udara yang hangat dan lembab yang masih mampu naik sampai ketinggian yang
cukup tinggi melewati arah kondensasi, Jenis awan: Cumulus, Cumulo nimbus
(Dika, 2018).
2.3. Aplikasi Pengukuran Unsur-Unsur Cuaca dan Iklim
Prakiraan cuaca baik harian maupun prakiraan musim, mempunyai arti penting
dan banyak dimanfaatkan dalam bidang pertanian. Prakiraan cuaca 24 jam yang
dilakukan oleh BMKG, mempunyai arti dalam kegiatan harian misalnya untuk
pelaksanaan pemupukan dan pemberantasan hama. Misalnya pemupukan dan
penyemprotan hama perlu dilakukan pada pagi hari atau ditunda jika menurut
prakiraan sore hari akan hujan lebat. Prakiraan permulaan musim hujan mempunyai
arti penting dalam menentukan saat tanam di suatu wilayah. Jadi, bidang pertanian ini
memanfaatkan informasi tentang cuaca dan iklim mulai dari perencanaan sampai
dengan pelaksanaannya (Setiawan, 2003).
Perubahan iklim merupakan suatu kondisi yang ditandai dengan berubahnya
pola iklim dunia yang mengakibatkan fenomena cuaca yang tidak menentu. Perubahan
iklim terjadi karena adanya perubahan variabel iklim, seperti suhu udara dan curah
hujan yang terjadi secara terus menerus dalam jangka waktu yang panjang antara 50
sampai 100 tahun. Perubahan iklim juga dipengaruhi oleh kondisi cuaca yang tidak
stabil sebagai contoh curah hujan yang tidak menentu, sering terjadi badai, suhu udara
yang ekstrim, serta arah angin yang berubah drastis (Hidayati & Suryanto, 2015).
Dengan speedometer inilah dapat mengetahui seberapa banyak angin pada hari
tesebut. Angka pada speedometer tidak mengulang ke-0, kecuali seluruh digit terisi
penuh.
d. Campbell Stokes
Alat ini berfungsi untuk mengukur lamanya sinar matahari dalam 24
jam/harian. Alat ini ada 2 bagian yaitu bola dan dudukan pias. Dudukan pias berfungsi
sebagai tempat meletakkan pias. Pias dari Campbell stoke ada 3 macam:
1. Lengkung panjang (11 Oktober- 28 Februari)
2. Lurus (11 September – 10 Oktober) (1 Maret – 10 April)
3. Lengkung pendek (11 April – 10 Agustus)
Pias tersebut dipasang tiap jam 6 sore. Pias lurus digunakan saat matahari lurus
diatas alat. Pias lengkung panjang digunakan saat radiasi matahari memancar dari
selatan ke utara. Sedangkan pias lengkung pendek digunakan saat radiasi matahari
memancar dari utara ke selatan.
e. Open pan (panci evaporasi)
Alat ini berfungsi untuk mengukur penguapan. Pengukur penguapan air langsung.
Satuanya milimeter (mm). Alat ini dilengkapi dengan thermometer air Six Bellani
(Thermometer Apung) serta Cup Counter Anemometer tinggi 0,5 meter. Pengukuran
evaporasi dengan menggunakan evaporimeter memerlukan perlengkapan sebagai
berikut:
1. Panci Bundar Besar
2. Hook Gauge yaitu suatu alat untuk mengukur perubahan tinggi permukaan air
dalam panci. Hook Gauge mempunyai bermacam-macam bentuk, sehingga cara
pembacaannya berlainan.
3. Still Well ialah bejana terbuat dari logam (kuningan) yang berbentuk silinder dan
mempunyai 3 buah kaki.
4. Termometer air dan termometer maksimum/minimum.
5. Cup Counter Anemometer
6. Pondasi/Alas
7. Penakar Hujan Biasa
f. Anemometer
Alat ini fungsinya hampir sama dengan cup counter. Tapi bedanya selain
mengukur kecepatan angin juga menunjukkan arah angin. Untuk melihat arah angin
tinggal kita lihat arah panah yang ada. Tetapi untuk melihat kecepatan angin kita lihat
pada Automatic Weather Stasion (AWS) yang dihubungkan secara otomatis ke
monitor. Tiang anemometer dipasang menggunakan 3 buah labrang/ kawat penahan
tiang, dimana salah satu kawat/labrang berada pada arah utara dari
tiang anemometer dan antar labrang membentuk sudut 1200. Pemasangan penangkal
petir pada tiang anemometer merupakan faktor terpenting terutama untuk daerah
rawan petir. Hal ini mengingat tiang anemometer memiliki ketinggian 10 meter dengan
ujung-ujung runcing yang membuatnya rawan terhadap sambaran petir.
Bola Kaca
Pejal
Kertas Pias
Penyangga
Sensor
Alat ini merupakan pengukur radiasi matahari yang menggunakan panel surya
ukuran mini sebagai sensornya. Alat ini dirancang untung mengukur secara real time
dan pencatatan hasil pengukuran secara otomatis dimana data yang direkam tersebut
disimpan langsung pada Micro SD Card. Hasil pengukuran alat ini yang ditampilkan
pada LCD dan yang tersimpan pada media penyimpanan merupakan hasil dari proses
dari arduino dengan menggunakan algoritma fixed point iteration. Masukan dari
arduniono tersebut adalah tegangan dan arus yang diperoleh dari panel surya dan suhu
yang diperoleh dari sensor suhu DS18B20. Parameter yang diperlukan untuk
menghitung radiasi matahari adalah tegangan hubung buka (Voc), arus hubung singkat
(Isc) dan suhu.
4.2. Peralatan Pengukuran Temperatur
4.2.1. Temperatur Maksimum dan Minimum
Termometer
Maksimum
Termometer
Minimum
Skala
Pelampung
Termometer apung berfungsi untuk mengukur suhu tertinggi dan terendah pada
permukaan air dan untuk mengetahui suhu air yang ada pada panci penguapan. Cara
kerja alat ini adalah air raksa yang dipasang tegak lurus dengan menggunakan klem,
letak bola termometer berada dibawah permukaan air, sehingga suhu air dapat dibaca
pada saat dilakukan pengmatan. Pelampung dipasang pada kedua sisinya untuk
memudahkan dalam pengambilan data pembacaan skala yang tertera di termometer
ini. Untuk menggunakan alat ini harus menetralkan penunjuknya terlebih dahulu.
4.3. Peralatan Pengukuran Kelembaban
4.3.1. Termometer Bola Kering dan Bola Basah
Termometer
Termometer
Bola Kering
Bola Basah
Fungsi alat ini adalah sebagai pengukur kelembaban nisbi udara di suatu
tempat dan waktu tertentu yang dinyatakan dalam persen (%). Cara penggunaan alat
ini antara lain dengan copy paste mengukur selisih temperatur udara di komponen bola
basah dengan komponen bola kering, kemudian dicocokkan pada tabel selisih angka.
Sehingga diketahui kelembaban relatif udara di suatu tempat dalam persen (%).
Ada perbedaan diantara termometer bola kering dan bola basah yaitu pada
termometer bola kering menggunakan air raksa, cara kerjanya adalah ketika air raksa
memuai maka suhu akan naik dan pada skala akan menunjukkan berapa suhu tersebut.
Sedangkan pada termometer bola basah dilapisi oleh kain muslim, termometer ini
berguna untuk mengukur suhu yang diuapkan oleh kain tersebut. Nilainya lebih rendah
dari termometer bola kering karena suhu tersebut digunakan untuk menguapkan kain
muslim. Oleh Karena itu, selisih kedua termometer tersebut akan menghitung
kelembaban udara.
4.4. Peralatan Pengukuran Arah dan Kecepatan Angin
4.4.1. Anemometer
Cup
Counter
Tiang
Anemometer
Cup anemometer adalah alat yang berfungsi sebagai pengukur kecepatan angin
selama kurun waktu 24 jam. Data yang diperoleh dapat diketahui dengan membaca
kecepatan angin yang terdapat di speedometer. Hasil yang didapat pada waktu tersebut
kemudian dikurangkan dengan hasil yang didapat pada pengamatan sebelumnya pada
hari yang sama. Cup anemometer ada yang diletalakan di posisi setengah meter
gunanya untuk mengukur arah dan kecepatan angin. Cara kerja alat ini adalah Angin
yang bertiup akan membuat anemometer berputar dan kecepatan angin akan
ditunjukkan oleh speedometer yang tertera pada alat. Anemometer berupa baling-
baling yang as nya dihubungkan dengan dinamo penghasil arus listrik. Apabila angin
bertiup baling-baling akan berputar dan memutar dinamo dan akan diperoleh arus
listrik. Arus listrik ini kemudian di convert kesatuan kecepatan, knot atau m/detik. Alat
penunjuk arah angin berupa bendera yang kaku (lempengan) yang as nya dihubungkan
dengan tahanan listrik geser (tahanan geser). Besarnya tahanan akan berubah-ubah
seiring dengan perubahan bendera arah penunjuk angin.
4.4.2. Display Anemometer
Silinder Berputar
Pena
Penakar hujan jenis Hellman termasuk penakar hujan yang dapat mencatat
sendiri. Jika hujan turun, air hujan masuk melalui corong, kemudian terkumpul dalam
tabung tempat pelampung. Air ini menyebabkan pelampung serta tangkainya terangkat
(naik ke atas). Pada tangkai pelampung terdapat tongkat pena yang gerakkannya selalu
mengikuti tangkai pelampung. Gerakan pena dicatat pada pias yang ditakkan/digulung
pada silinder jam yang dapat berputar. Jika air dalam tabung hampir penuh, pena akan
mencapai tempat teratas pada pias. Setelah air mencapai atau melewati puncak
lengkungan selang gelas, air dalam tabung akan keluar sampai ketinggian ujung selang
dalam tabung dan tangki pelampung dan pena turun dan pencatatannya pada pias
merupakan garis lurus vertikal. Dengan demikian jumlah curah hujan dapat
dihitung/ditentukan dengan menghitung jumlah garis-garis vertikal yang terdapat pada
pias.
Cara kerja alat ini ialah ketika air hujan masuk ke selang kemudian di tampung
dalam tampungan tersebut terdapat pelampung yang terhubung dengan pena. Misalkan
ada hujan maka akan terus naik seiring dengan waktu yang berjalan (Realtime). Air
ini menyebabkan pelampung serta tangkainya terangkat (naik ke atas). Pada tangkai
pelampung terdapat tongkat pena yang gerakkannya selalu mengikuti tangkai
pelampung. Gerakkan pena dicatat pada pias yang ditakkan atau digulung pada silinder
jam yang dapat berputar. Jika air dalam tabung hampir penuh, pena akan mencapai
tempat teratas pada pias. Setelah air telah mencapai atau melewati puncak lengkungan
selang gelas, air dalam tabung akan keluar sampai ketinggian ujung selang dalam
tabung dan tangki pelampung, dan pena turun dan pencatatannya pada pias merupakan
garis lurus vertikal. Dengan demikian jumlah curah hujan dapat dihitung atau
ditentukan dengan menghitung jumlah garis-garis vertikal yang terdapat pada pias.
Untuk pemasangannya alat ini dilakukan pada saat malam hari pada waktu 00:00 UTC
atau jam 20:00 wita. Jika tidak ada hujan maka pada kertas pias menunjukkan angka
0. Untuk pengggantian pias dan pengecekan tinta dilakukan bersamaan pada waktu
pemasangan alat yaitu pada waktu 00:00 UTC. Tingginya 1,5 m
4.6.2. Penakar Hujan Tipe Observatorium (OBS)
Corong
Penakar
Gelas Ukur
Tabung
Penampung
Penyangga Air Hujan
Keran
Alat ini memiliki fungsi untuk mengukur jumlah curah hujan. Alat ini termasuk
jenis penakar hujan non-recording atau tidak dapat mencatat sendiri. Bentuknya
sederhana, terdiri dari corong yang dapat dilepas dari bagian badan alat. Alat ini juga
terdiri dari bak tempat penampungan air hujan, kaki yang berbentuk tabung silinder,
dan gelas penakar hujan.
5 bagian utama Penakar hujan OBS yaitu:
1. Corong penakar hujan yang berbentuk lingkaran yang dapat dilepas dengan luas
100 cm2.
2. Tabung penampung air hujan.
3. Keran untuk mengeluarkan air.
4. Penyangga.
5. Gelas ukur sampel air hujan.
Hook Gauge
Still Well
Hook gauge dan still well merupakan alat pendukung pada panci penguapan.
Hook gauge berfungsi untuk mengukur tinggi permukaan dari panci penguapan, cara
kerjanya yaitu Terdiri dari sebuah batang yang berskala dan sebuah sekrup berada pada
batang tersebut yang digunakan sebagai pengatur, letak ujung alat berupa pancing
sampai tepat menyentuh pada permukaan air panci. Besarnya perubahan volume air
dapat dihitung dengan membaca skala millimeter pada batang micrometer dan skala
seperseratus millimeter dibaca dari mur yang mengelilingi batang.
Still well berfungsi untuk menyeimbangkan pembacaan dari hook gauge
(sebagai tempat untuk meletakkan hook gauge agar rata dan tetap stabil pada
permukaan). Selain itu, berfungsi juga untuk membuat air dalam still well menjadi
tenang dibandingkan dengan air pada panci, sehingga penyetelan ujung pancing dapat
lebih mudah dilakukan.
AWS berfungsi untuk mengamati dan mencatat unsur - unsur cuaca, yaitu suhu
udara, suhu tanah dengan kedalaman 10 cm dan 20 cm, kelembaban udara, titik embun,
tekanan udara, arah dan kecepatan angin, curah hujan, serta radiasi matahari. Cara
kerja, sensor yang ada pada AWS akan mendeteksi unsur-unsur cuaca dan terekam
selama 24 jam dan unsur-unsur cuaca tersebut akan terekam setiap 10 menit pada alat
Logger, kemudian data dari Logger tersebut dipindahkan dan di edit ke PC Computer
program AWS. Waktu pengamatan dilakukan selama 24 jam.
4.6.6. Automated Weather Observing System (AWOS)
2. Kecepatan Angin
3. Visibility (jarak pandang), digunakan oleh pilot untuk take off dan landing
4. Suhu udara
5. Tekanan udara
6. Jumlah perawanan
4.6.7. Sangkar Meteorologi
Pibal ialah balon yang terbuat dari karet berukuran 350 sampai 600 gram dan
diisi dengan helium atau hidrogen, dan umumnya disebut balon cuaca. Balon tersebut
mampu mengangkat Radiosonde ke ketinggian sampai 100.000 kaki atau sekitar 10
millibar. Balon ini berwarna merah agar memberikan kontras dengan latar belakang
langit atau awan dan agar mudah dikenali saat terbang tinggi.
Ketika balon terbang di angkasa, usahakan jangan sampai sebelum mencapai
atmosfer balonterhalang oleh ranting, pohon, bangunan, dan faktor lainnya. Setelah
balon dilepaskan segeralah cari letak posisi balon dengan menggunakan theodolite.
Caranya yaitu dengan membidik balon tersebut menggunakan teropong yang ada di
theodolite ke arah balon yang terbang. Lalu catat pergerakan balon setiap satu menit.
Balon Radiosonde sama seperti balon-balon lainnya, ada waktunya akan pecah
pada ketinggian tertentu. Dan karena tidak memungkinkan bagi BMKG untuk
mengambil kembali atau menelusuri lokasi jatuhnya transmitter Radiosonde, maka
biasanya peralatan akan dibiarkan saja jatuh dimanapun tempatnya.
4.6.10. Theodolite
Theodolite merupakan salah satu alat yang digunakan dalam pengamatan pibal.
theodolite berfungsi untuk mengamati balon udara dengan membaca nilai azimuth dan
elevasi setiap menitnya.
5.1. Kesimpulan
Kesimpulan dari praktikum lapang klimatologi laut ini adalah sebagai berikut.
1. Jenis-jenis peralatan yang terdapat di Stasiun Meteorologi Kelas II Syamsudin
Noor Banjarmasin yaitu peralatan pengukuran radiasi matahari meliputi campbell
stokes dan pyranometer, peralatan pengukuran temperatur meliputi temperatur
maksimum dan minimum dan temperatur apung, peralatan pengukuran
kelembaban yaitu termometer bola kering dan bola basah, peralatan pengukuran
arah dan kecepatan angin meliputi anemometer dan display anemometer, peralatan
pengukuran tekanan udara yaitu barometer digital, serta peralatan pengukuran
unsur cuaca lainnya meliputi penakar hujan otomatis (hellman), penakar hukan tibe
observatorium (OBS), open pan (panci evaporasi), hook gauge dan still well,
automatic weather station (AWS), automated weather observing system (AWOS),
sangkar meteorologi, transmitter radiosonde, pilot ballon (PIBAL), dan theodolite.
2. Cara kerja peralatan yang digunakan untuk mengetahui cuaca dan iklim dilakukan
secara manual dan otomatis. Pengamatan dan pencatatan data secara manual
adalah dengan cara memperhatikan atau mengecek alat tersebut setiap harinya
pada waktu tertentu, dengan begitu kita dapat mengetahui keadaan cuaca atau iklim
yang akan terjadi.
5.2. Saran
Praktikan sebaiknya lebih memperhatikan dengan teliti pemaparan materi oleh
narasumber dari BMKG agar dapat memahami keseluruhan materi yang dijelaskan.
DAFTAR PUSTAKA
Anwar, S. (2017). Peramalan Suhu Udara Jangka Pendek di Kota Banda Aceh dengan
Metode Autoregressive Integrated Moving Average (ARIMA). Malikussaleh
Journal of Mechanical Science and Technology, 5(1), 6-12.
Fadholi, A. (2013). Study pengaruh suhu dan tekanan udara terhadap operasi
penerbangan di bandara HAS Hananjoeddin Buluh Tumbang Belitung periode
1980-2010. Jurnal Penelitian Fisika dan Aplikasinya (JPFA), 3(1), 1-10.
Fadholi, A. (2013). Uji perubahan rata-rata suhu udara dan curah hujan di Kota
Pangkalpinang. Jurnal Matematika Sains dan Teknologi, 14(1), 11-25.
Gunarsih. (2001). Klimatologi Pengaruh Iklim Terhadap Tanah dan Tanaman. Bina
Aksara. Jakarta.
Hidayati, I. N., & Suryanto, S. (2015). Pengaruh perubahan iklim terhadap produksi
pertanian dan strategi adaptasi pada lahan rawan kekeringan. Jurnal Ekonomi
& Studi Pembangunan, 16(1), 42-52.
Patriani, P., Pt, S., Hafid, M. P. D. I. H., Hasnudi, I., & Mirwandhono, I. R. E. (2019).
KLIMATOLOGI DAN LINGKUNGAN TERNAK.
Runtunuwu, E., Syahbuddin, H., dan A. Pramudia. 2008. Validasi model pendugaan
evapotranspirasi : upaya melengkapi sistem database iklim.
Sumada, K., Dewati, R., & Suprihatin, S. (2016). Garam industri berbahan baku garam
krosok dengan metode pencucian dan evaporasi. Jurnal Teknik Kimia, 11(1),
30-36.
Susatya, E. K. A., Pamungkas, R., Susanti, T., & Setiawan, A. (2011). Pengukuran
Radiasi Matahari Dengan Memanfaatkan Sensor Suhu LM35. In Prosiding
Seminar Nasional Sains Dan Pendidikan Sains UKSW (pp. 1-5).
Syaifullah, M. D. (2014). Validasi data TRMM terhadap data curah hujan aktual di
tiga DAS di Indonesia. Jurnal Meteorologi dan Geofisika, 15(2).
Wijayanti, D. (2015). Rancang bangun alat ukur kecepatan dan arah angin berbasis
arduino uno atmega 328P. Inovasi Fisika Indonesia, 4(3).
Wirawan, J., Idkham, M., & Chairani, S. (2013). Analisis Evapotranspirasi dengan
Menggunakan Metode Thornthwaite, Blaney Criddle, Hargreaves, dan
Radiasi. Rona Teknik Pertanian, 6(2), 451-457.
LAMPIRAN