Disusun Oleh :
NIM. M0215030
AGUSTUS 2018
i
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim
Puji Syukur kehadirat Allah SWT karena atas limpahan rahmat dan nikmat-
Nya, penulis dapat menyelesaikan laporan kegiatan magang mahasiswa ini dengan
baik. Tak lupa, shalawat serta salam selalu dijunjungkan kepada Nabi Muhammad
SAW, sebagai Rasul akhir zaman yang membimbing umat manusia menuju jalan
kebaikan.
Laporan kegiatan magang mahasiswa ini disusun sebagai salah satu syarat
untuk menyelesaikan studi kerja praktek di Stasiun Badan Meteorologi Klimatologi
dan Geofisika (BMKG) Daerah Istimewa Yogyakarta yang diberi judul “Perhitungan
Nilai Percepatan Getaran Tanah Maksimum (PGA) berdasarkan Amplitudo Rekaman
Accelerograph (Studi Kasus : Gempa Bumi Lebak, Banten 7 Juli 2018 dan Gempa
Bumi Selatan Malang 19 Juli 2018)”. Pada kesempatan ini, penulis bersyukur karena
dapat menyelesaikan laporan kegiatan magang mahasiswa ini setelah berjuang
melakukan kerja praktek dan menuliskan laporan selama kurang lebih satu bulan.
Selain itu, penulis juga mengucapkan terima kasih kepada berebagai pihak terkait
yang membantu dalam proses yang dimulai kerja praktek hingga penulisan laporan
ini. Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada :
iii
4. Bapak selaku dosen lapangan yang tiada henti memberikan arahan,
motivasi, dan pengetahuan baru di setiap kegiatan yang penulis lakukan.
5. Seluruh pegawai dan karyawan Stasiun Geofisika Kelas I Badan
Meteorologi Klimatologi dan Geofisika Yogyakarta yang telah
memfasilitasi penulis selama kegiatan kerja praktek sehingga penulis
dapat menyelesaikan laporan kerja praktek.
6. Rizama, Bayu, dan Danastri teman seperjuangan yang senantiasa
menemani dalam suka, duka dalam proses kerja praktek sampai
pembuatan laporan menjadi sangat berkesan
7. Dan seluruh pihak yang telah membantu dalam penyusunan laporan ini
yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.
Penulis
iv
DAFTAR ISI
Halaman Judul..................................................................................................... i
Lembar Pengesahan ........................................................................................... ii
Kata Pengantar ................................................................................................... iii
Daftar Isi ............................................................................................................. v
Daftar Gambar .................................................................................................... vi
Daftar Tabel ....................................................................................................... vii
BAB 1. PENDAHULUAN ................................................................................ 1
1.1 Latar Belakang ................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah .............................................................................. 3
1.3 Tujuan Penelitian ............................................................................... 3
1.4 Manfaat Penelitian ............................................................................. 4
BAB 2. LANDASAN TEORI ............................................................................ 5
2.1 Tinjauan Umum Instansi ................................................................... 5
2.2 Tinjauan Pustaka ................................................................................ 11
2.2.1 Gelombang Seismik .................................................................. 11
2.2.2 Gempabumi .............................................................................. 13
2.2.3 Percepatan Getaran Tanah Maksimum ..................................... 19
2.2.4 Accelerograph ........................................................................... 21
BAB 3. METODE PENELITIAN....................................................................... 25
3.1 Tempat dan Waktu Pelaksanaan ........................................................ 25
3.2 Daerah Penelitian ............................................................................... 25
3.3 Prosedur Penelitian ............................................................................ 25
3.4 Diagram Penelitian ............................................................................ 26
3.5 Peralatan Penelitian ........................................................................... 26
3.6 Pengolahan Data ................................................................................ 27
3.7 Perhitungan Peak Ground Acceleration (PGA) dengan Conversion
Factor (CF) .............................................................................................. 30
BAB 4. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN .................................... 31
4.1 Hasil Penelitian .................................................................................. 31
4.2 Pembahasan ....................................................................................... 46
BAB 5. PENUTUP ............................................................................................ 48
5.1 Kesimpulan ........................................................................................ 48
5.2 Saran .................................................................................................. 48
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 49
v
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR TABEL
vii
BAB I
PENDAHULUAN
Beberapa wilayah pulau Jawa bagian Barat menjadi wilayah yang disebut
sebagai wilayah yang memiliki tingkat kegempaan yang tinggi, salah satunya adalah
kabupaten Lebak, Banten. Kabupaten Lebak sendiri memiliki garis pantai yang
berhadapan langsung dengan Samudera Hindia, yang secara geologis merupakan
daerah tepian benua aktif karena merupakan pertemuan dua lempeng yang saling
1
bertabrakan yaitu lempeng Indo-Australia dan lempeng Eurasia,sehingga wilayah ini
dicirikan dengan aktivitas kegempaan yang sangat tinggi (Sugianto et al., 2017).
Selain wilayah pulau Jawa bagian barat, terdapat wilayah lain dipulau Jawa
yang berpotensi terjadinya bencana gempabumi tektonik yaitu wilayah bagian timur.
Wilayah bagian timur yang berpotensi gempabumi tektonik adalah wilayah Malang.
Malang merupakan salah satu wilayah yang masuk ke dalam jalur pertemuan
lempeng Eurasia dan lempeng Indo-Australia. Pertemuan lempeng itu berada di 200
km arah selatan. Sehingga, wilayah ini disebut sebagai wilayah yang berpotensi
terjadinya gempabumi tektonik (Pamungkas dan Desmonda, 2014).
Dalam ilmu fisika, gempabumi merupakan peristiwa alam yang terjadi karena
adanya gesekan mekanik yang menimbulkan sebuah getaran. Getaran tersebut
mengakibatkan adanya beberapa fenomena, salah satunya dengan ditandai adanya
patahnya lapisan batuan pada kerak bumi. Maka, ketika ada getaran mengalami
perambatan hingga ke permukaan bumi, manusia yang ada diatas permukaan bumi
akan merasakan getaran tersebut. Besarnya getaran atau gempabumi yang dirasakan
oleh manusia bergantung pada besarnya nilai magnitude dan intensitas gempabumi
tersebut. Gempabumi ini bersifat merusak dan bahkan dapat menghancurkan,
sehingga dapat menimbulkan korban jiwa maupun korban harta.
Efek primer gempabumi adalah kerusakan struktur fisik baik yang berupa
bangunan perumahan rakyat, gedung bertingkat , fasilitas umum, jembatan, dan
infrastruktur lainnya, yang diakibatkan oleh getaran yang ditimbulkannya. Secara
garis besar, tingkat kerusakan yang mungkin terjadi tergantung dari kekuatan dan
kualitas dari bangunan, kondisi geologi dan geoteknik dari lokasi bangunan, serta
percepatan getaran tanah dilokasi bangunan akibat dari getaran gempabumi (Sugianto
et al., 2017).
Pada penelitian ini perlu adanya perhitungan nilai percepatan getaran tanah
maksimum atau Peak Ground Accelaration (PGA) berdasarkan data gempabumi.
2
Peak Ground Accelaration (PGA) akibat gempabumi adalah percepatan getaran tanah
maksimum yang terjadi pada suatu titik pada posisi tertentu dalam suatu kawasan
yang dihitung akibat gempabumi dalam kurun waktu tertentu dengan
memperhitungkan besar magnitudenya
Percepatan getaran tanah maksimum pada suatu daerah dapat diukur langsung
melalui alat ukur yang bernama Accelerograph atau Strongmotion Seismograf. Dan
pada penelitian ini, perhitungan nilai PGA diukur melalui Accelerograph secara
langsung dan perhitungan melalui rumus empiris.
1.4 Manfaat
1. Bagi Mahasiswa
a. Mahasiswa dapat memahami dan menerapkan aplikasi nyata dari ilmu
yang telah dipelajari ketika diperkuliahan
3
b. Mahasiswa dapat berfikir kreatif dan kritis dalam memecahkan
masalah sesuai dengan bidang keahlian yang diambil
c. Melatih dan menambah wawasan mengenai dunia kerja secara
langsung
2. Bagi Instansi (BMKG Yogyakarta)
a. Sebagai sarana untuk memberikan pengetahuan tentang gempabumi
beserta pengolahannya
b. Hasil analisa dari penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan
referensi dan masukan bagi instansi dalam menetukan kebijakan yang
lebih baik dimasa yang akan datang
3. Bagi Perguruan Tinggi (Universitas Sebelas Maret Surakarta)
a. Meningkatkan hubungan kerja sama antara Program Studi Fisika
FMIPA UNS dengan BMKG
b. Sebagai bahan evaluasi dalam peningkatan mutu Program Studi
Fisika, Fakultas MIPA, Universitas Sebelas Maret Surakarta di masa
depan
4. Bagi Masyarakat
a. Memberikan pengetahuan dalam pengembangan wawasan dan
peningkatan taraf hidup masyarakat sebagai upaya antisipasi terjadinya
gempabumi
4
BAB II
LANDASAN TEORI
Pada awalnya, Stasiun Geofisika Yogyakarta pada tahun 2004 berupa pos
pengamatan cuaca dibawah koordinasi stasiun klimatologi Semarang dan alat yang
dipasang adalah AWS (Automatic Weather Station), pada tahun 2005 berubah status
menjadi Stasiun Geofisika Kelas IV dan dipasang Seismograf SPS 3. Pada akhirnya
ditahun 2006 berubah statusnya menjadi Stasiun Kelas I Geofisika Yogyakarta.
Stasiun ini merupakan ujung tombak Badan Meteorologi dan Geofisika di Provinsi
Daerah Istimewa Yogyakarta dalam mengemban tugas negara sesuai dengan surat
keputusan Presiden RI No.45 tentang organisasi dan tata kerja yang meliputi
pengamatan, pengumpulan, analisa, penyebaran serta pelayanan mengenai geofisika.
5
Lokasi stasiun berada diperbukitan batu kapur. Dari pusat kota Yogyakarta,
berjarak ± 15 km dan sedangkan dari jalan utama lintas selatan Jawa menuju Jakarta
yang dilewati angkutan antar kota maupun ke luar kota, yaitu Jalan Wates berjarak ±
2 km.
2.1.3 Visi dan Misi Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika
A. Visi
Terwujudnya BMKG sebagai organisasi yang mampu memberikan
pelayanan Meteorologi, Klimatologi, kualitas udara, dan geofisika yang
handal guna mendukung keselamatan dan keberhasilan pembangunan
nasional serta berperan aktif ditingkat internasional.
B. Misi
1. Mengamati dan memahami fenomena meteorologi, klimatologi,
kualitas udara dan geofisika.
2. Menyediakan data, informasi dan jasa meteorologi, klimatologi,
kualitas udara dan geofisika yang handal dan terpercaya.
3. Mengkoordinasikan dan memfasilitasi kegiatan di bidang
meteorologi, klimatologi , kualitas udara dan geofisika.
4. Berpartisipasi aktif dalam kegiatan internasional di Bidang
meteorologi, klimatologi , kualitas udara dan geofisika.
2.1.4 Kedudukan dan Tugas Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika
A. Kedudukan
Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika yang selanjutnya didalam
keputusan ini disebut BKKG merupakan lembaga pemerintahan non
6
departemen yang berkedudukan dibawah dan bertanggung jawab kepada
presiden.
B. Tugas
Tugas dari BMKG adalah melaksanakan tugas pemerintah dibidang
meteorologi, klimatologi, kualitas udara dan geofisika sesuai dengan
peraturan perundang-undangan yang berlaku.
2.1.5 Fungsi Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika
Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud diatas, Badan
Meteorologi Klimatologi dan Geofisika menyelenggarakan fungsi :
• Perumusan kebijakan nasional dan kebijakan umum di bidang
meteorologi, klimatologi, dan geofisika;
• Perumusan kebijakan teknis di bidang meteorologi, klimatologi, dan
geofisika;
• Koordinasi kebijakan, perencanaan dan program di bidang meteorologi,
klimatologi, dan geofisika;
• Pelaksanaan, pembinaan dan pengendalian observasi, dan pengolahan
data dan informasi di bidang meteorologi, klimatologi, dan geofisika;
• Pelayanan data dan informasi di bidang meteorologi, klimatologi, dan
geofisika;
• Penyampaian informasi kepada instansi dan pihak terkait serta
masyarakat berkenaan dengan perubahan iklim;
• Penyampaian informasi dan peringatan dini kepada instansi dan pihak
terkait serta masyarakat berkenaan dengan bencana karena factor
meteorologi, klimatologi, dan geofisika;
• Pelaksanaan kerja sama internasional di bidang meteorologi, klimatologi,
dan geofisika;
• Pelaksanaan penelitian, pengkajian, dan pengembangan di bidang
meteorologi, klimatologi, dan geofisika;
7
• Pelaksanaan, pembinaan, dan pengendalian instrumentasi, kalibrasi, dan
jaringan komunikasi di bidang meteorologi, klimatologi, dan geofisika;
• Koordinasi dan kerja sama instrumentasi, kalibrasi, dan jaringan
komunikasi di bidang meteorologi, klimatologi, dan geofisika;
• Pelaksanaan pendidikan dan pelatihan keahlian dan manajemen
pemerintahan di bidang meteorologi, klimatologi, dan geofisika;
• Pelaksanaan pendidikan profesional di bidang meteorologi, klimatologi,
dan geofisika;
• Pelaksanaan manajemen data di bidang meteorologi, klimatologi, dan
geofisika;
• Pembinaan dan koordinasi pelaksanaan tugas administrasi di lingkungan
BMKG;
• Pengelolaan barang milik/kekayaan negara yang menjadi tanggung jawab
BMKG;
• Pengawasan atas pelaksanaan tugas di lingkungan BMKG;
• Penyampaian laporan, saran, dan pertimbangan di bidang meteorologi,
klimatologi, dan geofisika.
Dalam melaksanakan tugas dan fungsinya BMKG dikoordinasikan oleh
Menteri yang bertanggung jawab di bidang perhubungan.
Melalui sarana dan prasarana serta sumber daya yang tersedia, selanjutnya
melakukan kegiatan-kegiatan sebagai berikut :
a. Pengamatan geofisika
b. Pengumpulan dan penyebaran data geofisika
8
c. Pengolahan dan analisa data geofisika
d. Pelayanan jasa geofisika
e. Pelaksanaan administrasi dan kerumahtanggaan kantor
2.1.6 Logo Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika
A. Bentuk Logo
9
• Bentuk lingkaran melambangkan BMKG sebagai institusi yang
dinamis;
• 5 (lima) garis di bagian atas melambangkan dasar Negara RI yaitu
Pancasila;
• 9 (sembilan) garis di bagian bawah merupakan angka tertinggi yang
melambangkan hasil maksimal yang diharapkan;
• Gumpalan awan putih melambangkan meteorologi;
• Bidang warna biru bergaris melambangkan klimatologi;
• Bidang berwarna hijau bergaris patah melambangkan geofisika;
• 1 (satu) garis melintang di tengah melambangkan garis khatulistiwa;
• Warna biru diartikan keagungan/ ketaqwaan;
• Warna putih diartikan keikhlasan/ suci;
• Warna hijau diartikan kesuburan;
• Warna abu-abu diartikan bebas/ tidak ada batas administrasi.
2.1.7 Struktur UPT Stasiun Geofisika Kelas I Daerah Istimewa Yogyakarta
10
2.2 Tinjauan Pustaka
2.2.1 Gelombang Seismik
Gelombang seismik adalah gelombang elastik yang merambat masuk
kedalam bumi. Sumber gelombang seismik ada dua yaitu alami dan buatan. Sumber
alami terjadi karena adanya gempa tektonik, gempa vulkanik dan runtuhan/
longsoran, sedangkan buatan menggunakan gangguan yang disengaja. Perambatan
gelombang ini bergantung pada sifat elastisitas dari suatu batuan. Gelombang
seismik dapat merambat melalui interior bumi atau yang disebut Gelombang Badan
(body wave) dan ada yang merambat melalui permukaan bumi atau yang disebut
Gelombang Permukaan (surface wave) (Boko et al., 2011).
2.2.1.1 Gelombang Badan (Body Wave)
Gelombang Badan atau Body wave menjalar melalui lapisan dalam bumi.
Akibat gempabumi yang dihasilkan dari gelombang ini cukup kecil. Dalam ilmu
kebumian, khususnya dalam bidang kegempaan, kegunaan dari gelombang badan ini
adalah untuk menentukan posisi episenter gempa yaitu titik sumber gempa yang
diproyeksikan ke atas permukaan. Gelombang Badan ini dibedakan menjadi dua
berdasarkan arah getarannya, yaitu (Sari, 2016):
1. Gelombang P (longitudinal) adalah gelombang yang waktu
penjalarannya paling cepat. Kecepatan gelombang P antara 1,5 km/s
sampai 8 km/s pada kerak bumi. Gelombang P merupakan gelombang
yang arah getarnya searah dengan arah perambatan gelombang, serta
dapat menjalar melalui semua medium baik padat, cair, maupun gas.
Kecepatan penjalaran gelombang P dapat diketahui melalui persamaan
(Elnashai dan Sarno, 2008) :
(𝜆+2𝜇)
𝒱𝑝 = √ (2.1)
𝜌
11
2. Gelombang S (transversal) adalah gelombang yang arah getarnya
tegak lurus dengan arah perambatannya. Gelombang S relatif lebih
lambat daripada gelombang P, dengan kisaran 60%-70% dari
gelombang P. Dan gelombang S hanya dapat menjalar melalui medium
padat. Gelombang S sendiri terdiri dari dua komponen yaitu
gelombang SV dan gelombang SH. Gelombang SV adalah gelombang
S yang gerakan partikelnya terpolarisasi pada bidang vertikal.
Sedangkan gelombang SH adalah gelombang S yang gerakan
partikelnya horizontal. Kecepatan gelombang S dapa diketahui melalui
persamaan (Elnashai dan Sarno, 2008) :
𝜇
𝒱𝑠 = √𝜌 (2.2)
12
sumber gelombang permukaan R akan bergerak sepanjang permukaan
dan amplitudonya akan berkurang secara cepat sesuai kedalamannya.
Partikel gelombang R selalu dihasilkan dari suatu sumber mekanik jika
merambat permukaan bebas pada setiap media padat.
2. Gelombang permukaan Love (gelombang L), dimana gelombang ini
hanya merambat di bagian permukaan saja dan kecepatannya sangat
lambat apabila dibandingkan dengan gelombang S dan gelombang P.
Partikel-partikel bergerak tegak lurus ke arah perambatan secara
horisontal terhadap gelombang tersebut. Gelombang permukaan L sendiri
hanya dapat dihasilkan dalam suatu bahan dengan lapisan permukaan
yang lunak dan dangkal di atas lapisan yang lebih kaku dibawahnya.
Partikel gelombang L dihasilkan dari energi yang terperangkap dalam
lapisan permukaan lunak akibat pantulan berganda (Foti, 2000).
Gambar 2.3 : Pembagian gelombang seismik pada media padat menurut arah
perambatannya: gelombang tubuh P, gelombang tubuh S, gelombang permukaan
Love dan gelombang permukaan Rayleigh (Bolt, 1976)
2.2.2 Gempabumi
13
Gempabumi merupakan gejala alam yang ditimbulkan oleh adanya aktivitas
alamiah dipermukaan atau bawah permukaan bumi, oleh sebab itu sebagai fenomena
alam, gempabumi tidak dapat dipisahkan sebagai fenomena alam lainnya seperti
aktifitas gunung berapi (vulkanik).
Gempabumi (earthquakes) adalah getaran tanah yang ditimbulkan oleh
lewatnya gelombang seismik yang dipancarkan oleh sumber energy elastik yang
dilepaskan secara tiba-tiba. Gelombang yang dipancarkan ini menjalar ke batuan-
batuan yang ada dibumi. Gempabumi sering disebut sebagai salah satu fenomena
alam yang sangat merusak dan lebih menakutkan dibandingkan dengan letusan
gunung berapi, karena guncangan gempabumi akibat patahan ini langsung pada
tanah, yang sejak dulu dianggap stabil (Kurniawan,2016).
Gempabumi adalah suatu peristiwa pelepasan energi secara tiba-tiba yang
merupakan salah satu sumber yang dapat menimbulkan terjaldinya penjalaran
gelombang seismik. Seismolog Amerika, Reid mengemukakan mengenai teori elastic
rebound. Teori ini menyatakan bahwa gempabumi merupakan gejala alam yang
disesbabkan oleh pelepasan energi regangan elastis batuan akibat akumulasi energi
dari peristiwa tekanan (stress) dan regangan (strain) pada kulit bumi secara terus
menerus. Hal tersebut menyebabkan daya dukung pada batuan akan mencapai batas
maksimum dan mulai terjadi pergeseran dan mengakibatkan terjadinya patahan
secara tiba-tiba (Fulki, 2011).
Proses mekanisme dan sebaran kejadian gempabumi dijelaskan pada sah satu
teori, yaitu teori lempeng tektonik (theory of plate tectonic). Teori ini menjadi salah
satu teori yang hingga kini dapat diterima oleh para ahli kebumian. Dalam teori
lempeng tektonik dijelaskan bahwa permukaan bumi terpecah menjadi beberapa
lempeng tektonik besar. Lempeng tektonik adalah segmen keras kerak bumi yang
mengapung diatas astenosfer yang cair dan panas. Oleh karena itu, maka lempeng
tektonik ini bebas untuk bergerak dan saling berinteraksi satu sama lain. Dan
gempabumi terjadi karena adanya penumpukan energi pada batas lempeng tersebut
14
yang bersifat konvergen (bertumbukan), divergen (saling menjauh), dan transform
(berpapasan) atau dapat terjadi pada sesar (patahan) yang mengakibatkan blok batuan
tidak mampu lagi menahan batas elastisnya, sehingga akan dilepas sejumlah energi
dalam bentuk rangkaian gelombang seismik (Kurniawan, 2016).
2.2.2.1 Parameter Sumber Gempabumi
Setiap kejadian gempabumi akan menghasilkan informasi seismik berupa
rekaman sinyal berbentuk gelombang yang setelah proses manual atau non manual
akan menjadi data. Informasi seismik selanjutnya mengalami proses pengumpulan,
pengolahan dan analisa sehingga menjadi parameter gempabumi. Parameter
gempabumi tersebut meliputi (Gabriella, 2015):
1. Waktu Kejadian Gempa
Waktu kejadian gempabumi (Origin Time) adalah waktu terlepasnya
akumulasi tegangan (stress) yang berbentuk penjalaran gelombang
gempabumi dan dinyatakan dalam hari, tanggal, bulan, tahun, jam, menit,
detik.
2. Epicenter
Epicenter adalah titik seismik pada permukaan bumi yang ditarik tegak
lurus dari titik fokus terjadinya gempabumi (hypocenter). Lokasi
episenter dibuat dalam sistem koordinat kartesian bola bumi atau sistem
koordinat geografis dan dinyatakan dalam derajat lintang dan bujur. Jarak
epicenter ke koordinat titik pengamatan dapat diketahui melalui
persamaan sebagai berikut :
∆2 = √(𝑋2 − 𝑋1 )2 + √(𝑌2 − 𝑌1 )2 (2.3)
Dimana :
∆ = Jarak Episenter (satuan derajat)
X1 = Latitude pada daerah pengukuran (satuan derajat)
X2 = Latitude pada sumber gempa (satuan derajat)
Y1 = Longitude pada daerah pengukuran (satuan derajat)
15
Y2 = Longitude pada sumber gempa (satuan derajat)
3. Kedalaman sumber gempa
Kedalaman sumber gempa (depth) adalah jarak dari titik fokus gempa
(hypocenter) dengan permukaan di atas fokus (epicenter). Kedalaman
dinyatakan oleh besaran jarak dalam satuan kilometer. Kedalaman
sumber gempabumi adalah jarak hiposenter dihitung tegak lurus dari
permukaan bumi. Berdasarkan kedalaman sumber gempa, gempabumi
dapat dikelompokan menjadi :
a. Gempabumi dalam yaitu gempabumi yang mempunyai kedalaman
sumber gempa lebih dari 300 km,
b. Gempabumi menengah yaitu gempabumi yang mempunyai
kedalaman sumber gempa antara 80 km sampai dengan 300 km,
c. Gempabumi dangkal yaitu gempabumi yang mempunyai kedalaman
sumber gempa kurang dari 80 km.
4. Magnitudo
Kekuatan gempabumi atau Magnitudo (Magnitude) adalah ukuran
kekuatan gempabumi, menggambarkan besarnya energi yang terlepas
pada saat gempabumi terjadi dan merupakan hasil pengamatan
Seismograph. Berdasarkan kekuatan atau magnitudonya, gempabumi
dapat dikelompokan menjadi :
a. Gempabumi sangat besar, dengan skala magnitude lebih besar dari 8,
b. Gempabumi besar, dengan skala magnitude antara 6 sampai 8,
c. Gempabumi sedang, dengan skala magnitude antara 4 sampai 6,
d. Gempabumi kecil, dengan skala magnitude antara 3 sampai 4,
e. Gempabumi mikro, dengan skala magnitude antara 1 sampai 3,
f. Gempabumi ultra mikro, dengan skala magnitude lebih kecil dari 1.
16
Intensitas (Intensity) gempabumi adalah skala kekuatan gempabumi
berdasarkan hasil pengamatan efek gempabumi terhadap manusia, struktur
bangunan, dan lingkungan pada tempat tertentu. Intensitas gempa diukur dalam
satuan skala intensitas. Intensitas gempabumi umumnya dinyatakan dengan Modified
Mercalli Intensity (MMI) yang terdiri dari 12 skala. Besarnya instensitas gempa
sangat tergantung dari besarnya magnitude, jarak dari sumber gempa, kondisi
geologi, dan struktur bangunannya (Edwiza, 2008). Adapun persamaan untuk
mengkonversi dari nilai PGA ke MMI adalah sebagai beriku (Wald, 1999) :
17
V Getaran dirasakan oleh hamper semua penduduk, 39 - 92 3.4 – 8.1
orang banyak terbangun, gerabah pecah, jendela
dan sebagainya pecah, barang-barang
terpelanting, tiang-tiang dan barang besar
tampak bergoyang, bandul lonceng dapat
berhenti.
VI Getaran dirasakan oleh semua penduduk. 92 - 180 8.1 – 16
Kebanyakan semua terkejut dan berlari keluar,
plester dinding jatuh dan cerobong asap pabrik
rusak, kerusakan ringan
VII Setiap orang keluar rumah. Kerusakan ringan 180 – 340 16 – 31
pada rumah-rumah dengan bangunan dan
kontruksi yang baik. Sedangkan pada bangunan
dengan kontruksi yang kurang baik terjadi retak-
retak bahkan hancur, cerobong asap pecah.
Terasa oleh orang yang naik kendaraan.
VIII Kerusakan ringan pada bangunan dengan 340 - 650 31 – 60
kontruksi yang kuat. Retak-retak pada bangunan
dengan kontruksi yang kurang kuat, dinding
dapat lepas dari rangka rumah, cerobong asap
pabrik dan monumen-monumen roboh, air
menjadi keruh.
IX Kerusakan pada bangunan yang kuat, rangka- 650 - 1240 60 – 116
rangka rumah menjadi tidak lurus, banyak retak-
retak. Rumah tampak berpindah dari pondasinya.
Pipa-pipa didalam rumah putus.
18
X Bangunan dari kayu yang kuat rusak, rangka >1240 >116
rumah lepas dari pondasinya, tanah terbelah, rel
melengkung, tanah longsor di tiap-tiap sungai
dan di tanah-tanah yang curam.
XI Bangunan-bangunan hanya sedikit yang tetap
berdiri. Jembatan rusak, terjadi lembah. Pipa
didalam tanah tidak bias dipakai sama sekali,
tanah terbelah, rel melengkung sekali.
XII Hancur sama sekali. Gelombang tampak pada
permukaan tanah. Pemandangan menjadi gelap.
Benda-benda terlempar ke udara.
19
yang sampai ke permukaan bumi dengan satuan cm/detik2 (gal) dan diukur
menggunakan alat yang disebut accelerograph (Sari, 2016).
Percepatan tanah efektif yang bekerja pada massa bangunan bergantung
kepada berbagai factor antara lain kekuatan gempabumi (magnitude), kedalaman
sumber gempabumi, jarak sumber gempabumi ke lokasi, kualitas bangunan dan
sebagainya. Semakin besar magnitude, maka semakin besar energy yang dikeluarkan
sumber gempa. Hal ini akan mengakibatkan semakin besar pula bencana yang
ditimbulkannya. Selain itu, kondisi juga berpengaruhbpada tingkat kerusakan
bangunan (Retdita, 2013).
Faktor yang merupakan sumber kerusakan dinyatakan dalam parameter
percepatan tanah. Sehingga data percepatan tanah maksimum akibat getaran
gempabumi pada suatu lokasi menjadi penting untuk menggambarkan tingkat risiko
gempabumi pada suatu lokasi tertentu. Semakin besar percepatan tanah maksimum
disuatu tempat, maka semakin besar pula risiko gempabumi yang terjadi. Perumusan
ini tidak selalu benar, bahkan dari suatu metode lain tidak selalu sama. Namun,
cukup untuk memberikan gambaran mengenai risiko tinggi terhadap kerusakan
gempabumi pada suatu daerah (Daz Edwiza, 2008).
Bila suatu gelombang melalui suatu lapisan sedimen maka akan timbul suatu
resonansi. Hal ini disebabkan karena gelombang gempa memiliki spectrum yang
lebar sehingga hanya gelombang gempa yang sama dengan periode dominan dari
lapisan sedimen yang akan diperkuat. Bangunan-bangunan yang berada diatasnya
akan menerima getaran-getaran tersebut, dimana arahnya dapat diuraikan menjadi
dua komponen, yaitu komponen vertical dan komponen horizontal (Gunawan I dan
Subardjo, 2005).
Untuk getaran vertical, pada umumnya kurang menyebabkan sebab searah
dengan gaya gravitasi. Sedangkan untuk komponen horizontal menyebabkan
keadaan bangunan seperti diayun. Bila bangunan tinggi, maka dapat dianalogikan
20
seperti bandul yang mengalami getaran paksaan (force vibration), hal ini sangat
membahayakan (Gunawan I dan Subardjo, 2005).
Getaran gempabumi menyebabkan bangunan mengalami pergerakan secara
vertikal dan horisontal. Gaya oleh getaran gempabumi tersebut secara vertikal
maupun horizontal akan timbul di beberapa titik pada struktur bangunan. Respon
bangunan terhadap gaya tersebut adalah berbeda. Biasanya pengaruh gaya vertikal
terhadap bangunan, tidak berpengaruh signifikan terhadap robohnya suatu bangunan,
karena hanya mengubah sedikit nilai gravitasi bangunan. Sebaliknya, respon
bangunan terhadap gaya horisontal mampu menyebabkan robohnya bangunan. Nilai
amplitudo maksimum (PGA) pada penelitian ini dihitung berdasarkan horizontal
motion (pergerakan horisontal) dengan komponen N-S dan E-W (Karyadi, 2016).
2.2.4 Accelerograph
Accelerograph adalah instrumen yang digunakan untuk merekam guncangan
permukaan tanah yang sangat akurat yang mengukur percepatan getaran permukaan
tanah. Rekaman accelerograph pada kejadian gempabumi sangat bermanfaat salah
satunya untuk mendesain bangunan tahan gempa. Pada umumnya peralatan
accelerograph di tempatkan pada daerah perkotaan yang populasinya lebih padat
penduduk yang berfungsi untuk investigasi variasi terhadap respon guncangan
karena struktur geologi setempat (Hapsoro, A.N., 2005).
Sistem peralatan accelerograph pada umumnya didukung oleh sensor
accelerometer, digitizer, data logger, modem, sistem komunikasi, sistem daya/energi
listrik, komputer tampilan akuisisi dan analisis (Dwi Karyadi, 2016).
Dengan adanya informasi dari Accelerograph terhadap gempa-gempa kecil
dan kuat dapat dicirikan karakteristik semua jenis permukaan tanah yang dapat
digunakan untuk kontruksi bangunan. Daerah rawan gempabumi dirancang
konstruksi bangunannya sebelum gempabumi besar terjadi. Rekaman getaran tanah
akan sangat bermanfaat pada pembuatan Building Code untuk keamanan bangunan.
21
Informasinya juga dapat dijadikan masukan atau input terhadap pengambilan
keputusan dalam rencana pembangunan tata ruang dan tata kota (Cahya, 2017).
Berikut sebaran jaringan accelerograph yang dimiliki oleh BMKG hingga
2015 baru mencapai 231 lokasi dan akan semakin bertambah banyak dan rapat guna
mendukung penyempurnaan data percepatan getaran tanah di Indonesia (Bahan
Diklat Seismotek 2015, BMKG) :
22
Prinsip kerja dari Accelerograph adalah ketika ada getaran seismik yang
merupakan besaran fisis akan ditangkap oleh sensor dalam hal ini accelerometer
yang berfungsi merubah besaran fisis menjadi besaran elektik. Output dari
accelerometer ini sudah berupa tegangan analog. Tegangan analog ini kemudian
dirubah oleh ADC menjadi count yang sudah berbentuk nilai digital.
Tegangan digital atau tegangan puncak ke puncak (𝑉𝑝𝑝) ini merupakan daya
output dari sensor yang berfungsi sebagai inputdari digitizer. Tegangan ini kemudian
dibagi dengan nilai sensitifitas alat (accelerometer) dikali resolusi untuk
mendapatkan nilai Conversion Factor (CF). Faktor Konversi (CF) merupakan suatu
konstanta yang dapat digunakan sebagai acuan untuk menentukan nilai dari suatu
count satu amplitude gelombang gempabumi. Nilai CF ini dapat diperoleh dari
spesifikasi sensor yang digunakan seperti 𝑉 , resolusi maupun sensitifitas.
Sensitivitas accelerometer menunjukan pada tingkat berapa sensor mengubah energi
mekanik menjadi sinyal listrik (output) Sensitivitas biasanya dinyatakan sebagai
mV/g (milivolt per g) atau pC/g (picocoulombs per g), dimana g adalah akselerasi
akibat gravitasi atau 9,81 m/s2 (Sungkowo, 2018).
Dalam penelitian ini dilakukan 2 software untuk pengolahan data hasil
rekaman dari Accelerograph, yaitu menggunakan software ATLAS dan software
Obspy. Software ATLAS perangkat lunak yang dikembangkan oleh Nanometrics
sebagai pengolah data interaktif untuk mengekstraksi, mengambil, dan
mengorganisasi data getaran tanah digital dari database Earthworm, file SEED,
Nanometrics Data Server dan Penyimpanan Nanometrics. Perangkat lunak ini
berjalan pada sistem operasi Unix/Linux. Meskipun pada dasarnya perangkat lunak
ini dikembangkan sebagai pengolah data, pada bidang seismologi teknik BMKG,
perangkat lunak ATLAS digunakan hanya untuk mengambil dan mengorganisir data
getaran tanah yang berasal dari penyimpanan Nanometrics. Sedangkan software
Obspy adalah software untuk melakukan analisa PGA tiap gempabumi yang terjadi
23
dalam bentuk gelombang yang telah terekam dari Accelerograph (Pedoman Standar
Pengelolaan Data Getaran Tanah BMKG).
24
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
25
3.4 Diagram Penelitian
Studi Pustaka
Penulisan Laporan
26
3. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data gempa yang terjadi
di Lebak, Banten pada 7 Juli 2018 pukul 05:23:45 UTC dan di Selatan
Malang, Jawa Timur pada 19 Juli 2018 pukul 12:23:36 UTC. Dan data
tersebut meliputi :
a. Tanggal terjadi gempa
b. Bulan terjadi gempa
c. Tahun terjadi gempa
d. Waktu terjadi gempa
e. Kedalaman
f. Latitude
g. Longitude
h. Magnitude
i. Percepatan Getaran Tanah Maksimum (PGA)
j. Intensitas
3.6 Pengolahan Data
Dalam penelitian ini, pengolahan data ada beberapa tahapan dan menggunakan
beberapa software, diantaranya yaitu :
a. ATLAS
Atlas adalah perangkat lunak yang dikembangkan oleh Nanometrics
sebagai pengolah data interaktif untuk mengekstraksi, mengambil, dan
mengorganisasi data getaran tanah digital dari database Earthworm, file
SEED, Nanometrics Data Server dan Penyimpanan Nanometrics. Atlas
disini difungsikan sebagai alat untuk mengambil data realtime yang terdiri
dari tiga komponen yaitu komponen E, komponen N, dan komponen Z
melalui Accelelograph.
b. Obspy
Obspy adalah software yang digunakan untuk mengubah data yang telah
didapat dari Atlas berubah menjadi sinyal gelombang gempa. Dari
software Obspy juga didapat nilai Peak Ground Acceleration setiap
27
komponen dari setiap stasiun pengamatan. Berikut langkah-langkah
menggunakan Obspy :
1. Klik obspy > earthquake_parameters > klik kanan> edit with IDL
28
7. Klik > run > run module
8. Maka akan keluar sinyal gempa
29
e. Micrsoft Excel
Software ini digunakan untuk perhitungan. Selain itu, digunakan untuk
menampilkan hasil konvert dari Geopsy untuk dapat diketahui nilai
Amplitudo Maksimum dari 3 komponen disetiap stasiun pengamatan.
3.7 Perhitungan Peak Ground Acceleration (PGA)
Perhitungan CF dengan menggunakan rumus baku yang telah ada, yakni :
𝑉𝑝𝑝
𝐶𝐹 = (3.1)
[𝑟𝑒𝑠𝑜𝑙𝑢𝑠𝑖 𝑥 𝑠𝑒𝑛𝑠𝑖𝑡𝑖𝑣𝑖𝑡𝑎𝑠]
dengan :
CF = conversion factor
Vpp = tegangan puncak ke puncak dalam digitizer (volt)
resolusi = (resolusi digitizer 24 bit)
sensitivitas = sensitivitas akselerometer (volt/g)
30
BAB IV
31
Gambar 4.2 Hasil rekaman gelombang dari Accelerograph distasiun
pengamatan Dermaga Bogor
32
Gambar 4.5 Hasil rekaman gelombang dari Accelerograph distasiun
pengamatan Cianjur
33
Gambar 4.8 Hasil rekaman gelombang dari Accelerograph distasiun
pengamatan Cimerak Ciamis
34
Gambar 4.11 Hasil rekaman gelombang dari Accelerograph distasiun
pengamatan Sawahan
35
Dari hasil rekaman gelombang dari Accelerograph, maka dapat dipetakan
semua stasiun yang melakukan pengamatan gempabumi Lebak, Banten. Berikut data
gempabumi Lebak, Banten dan pemetaan stasiun pengamatannya :
Tabel 4.1 Data gempabumi Lebak, Banten
Lat: 6.98, Long: 106.34, Mag: 4.6 SR, Ked: 6 km, 47 km Tenggara Lebak
Kode Episenter Hiposenter
No. Nama Stasiun Z (gals) N (gals) E (gals) max Lat Long
Stasiun (km) (km)
1 Sukabumi SKJI 10.472 17.26906 15.21451 17.26906 7.0053 106.5560 21.96514088 22.76987954
2 Dermaga Bogor DBJI 1.227852 3.029786 2.061395 3.029786 6.5538 106.7500 59.73075786 60.03135376
3 Citeko CBJI 2.712591 4.228325 3.551168 4.228325 6.6981 106.9350 66.49855724 66.76869113
4 UI Depok JAUI 2.014955 0.915687 0.720187 2.014955 6.3970 106.8330 77.11388032 77.34694912
5 Cianjur CNJI 0.872761 0.852596 1.219424 1.219424 7.3090 107.1300 86.4326937 86.64069795
6 Serang SBJI 1.001781 0.83307 1.026732 1.026732 6.1117 106.1320 90.17942053 90.3788022
Sta Met
7 JACE 0.529952 0.701828 0.765711 0.765711 6.1180 106.6510 92.55507963 92.74935453
Cengkareng
8 Cimerak Ciamis CMJI 0.056664 0.095673 0.18154 0.18154 7.7840 108.4490 227.9625489 228.0414956
Kota Agung
9 KASI 0.026763 0.029358 0.035024 0.035024 5.5236 104.4970 237.2479027 237.3237606
Lampung
10 Sta Met Tegal TJTI 1.492874 2.675358 3.166195 3.166195 6.8680 109.1210 281.1086934 281.1727183
11 Sawahan SWJI 0.24679 0.311421 0.187802 0.311421 7.7349 111.7670 553.4044569 553.4369819
12 Karangkates KRK 0.125739 0.256729 0.059892 0.256729 8.1521 112.4510 628.461407 628.4900478
Sta Klim Karang
13 MAKO 0.208359 0.260546 0.265626 0.265626 7.9010 112.5980 638.8663568 638.894531
Ploso Malang
36
Nilai PGA dari gempabumi dapat diketahui juga melalui perhitungan manual
yang menggunakan Convension Factor, sehingga nilai PGA dari gempabumi Lebak,
Banten adalah sebagai berikut :
Tabel 4.2 Hasil perhitungan nilai PGA dengan Conversion Factor
Perhitungan
Amplitudo Perhitungan
No. Nama Stasiun Kode Stasiun CF Conversion Factor
Maksimum Conversion Factor
(gals)
1 Sukabumi SKJI 37492 4.7E-07 0.01762124 17.2688152
2 Dermaga Bogor DBJI 6575 4.7E-07 0.00309025 3.028445
3 Citeko CBJI 9180 4.7E-07 0.0043146 4.228308
4 UI Depok JAUI 1987 4.7E-07 0.00093389 0.9152122
5 Cianjur CNJI 1851 4.7E-07 0.00086997 0.8525706
6 Serang SBJI 1684 4.74E-07 0.000798216 0.78225168
7 Sta Met Cengkareng JACE 1524 4.7E-07 0.00071628 0.7019544
8 Cimerak Ciamis CMJI 208 4.7E-07 0.00009776 0.0958048
Kota Agung
9 KASI 64 4.7E-07 0.00003008 0.0294784
Lampung
10 Sta Met Tegal TJTI 5804 4.7E-07 0.00272788 2.6733224
11 Sawahan SWJI 676 4.7E-07 0.00031772 0.3113656
12 Karangkates KRK 31511 4.7E-07 0.01481017 14.5139666
Sta Klim Karang
13 MAKO 566 4.7E-07 0.00026602 0.2606996
Ploso Malang
Sedangkan hasil penilitian untuk gempabumi wilayah Selatan Malang adalah
data gempabumi wilayah selatan malang, hasil rekaman gelombang Accelerograph,
dan hasil perhitungan nilai PGA dengan Conversion Factor. Berikut adalah hasil
penelitian dari gempabumi Selatan Malang :
37
Gambar 4.16 Hasil rekaman gelombang dari Accelerograph distasiun
pengamatan Sta Klim Karang Ploso Malang
38
Gambar 4.19 Hasil rekaman gelombang dari Accelerograph distasiun
pengamatan Ngawi Jatim
39
Gambar 4.22 Hasil rekaman gelombang dari Accelerograph distasiun
pengamatan Sta Met Selaparang Mataram
40
Gambar 4.25 Hasil rekaman gelombang dari Accelerograph distasiun
pengamatan Bima
41
pengamatan terhadap titik pusat gempabumi Selatan Malang. Berikut data gempabumi
Selatan Malang dan pemetaan stasiun pengamatannya :
Tabel 4.3 Data gempabumi Selatan Malang
Lat: 9.8, Long: 112.72, Mag: 5.5 SR, Ked: 46 km, 161 km Selatan Malang
Nama Kode Episenter Hiposenter
No. Z (gals) N (gals) E (gals) max Lat Long
Stasiun Stasiun (km) (km)
1 Karangkates KRK 3.98878718 4.62842632 4.48626458 4.62842632 8.1521 112.4510 168.6408287 174.8019711
Sta Klim
2 Karang Ploso MAKO 1.29830694 4.01144772 2.60576218 4.01144772 7.9010 112.5980 192.1944018 197.62259
Malang
3 Sawahan SWJI 0.85203454 2.00137168 2.67278830 2.67278830 7.7349 111.7670 229.7133265 234.2737978
Sta Klim
4 NEKI 1.00977926 0.97592418 1.42151254 1.42151254 8.3410 114.6180 241.7908147 246.1276053
Negara Bali
5 Ngawi Jatim NGJI 0.17416854 0.21188874 0.26679912 0.26679912 7.3676 111.4610 276.6303299 280.4288491
6 Gresik GRJI 0.10215422 0.14220388 0.15556030 0.15556030 6.9145 112.4790 292.4502264 296.0458325
7 Singaraja Bali SRBI 0.13542816 0.15622180 0.12018426 0.15622180 8.0848 115.2130 305.6307402 309.0730486
Sta Met
8 Selaparang MASE 0.29647156 0.50724408 0.57060206 0.57060206 8.5620 116.1670 369.9200387 372.7691444
Mataram
9 Taliwang TWSI 0.07465150 0.00000000 0.16029566 0.16029566 8.7381 116.8820 433.8285158 436.260451
Cimerak
10 CMJI 0.05446154 0.06835500 0.06677916 0.06835500 7.7840 108.4490 477.0119654 479.2248064
Ciamis
11 Bima DBNI 0.02986256 0.04838946 0.04114824 0.04838946 8.5019 118.3120 579.8097422 581.6316164
12 Gowa MKS 0.01566726 0.01062320 0.00926982 0.01566726 5.2178 119.4690 823.9121528 825.1952711
13 Ende EDFI 0.00845838 0.00903854 0.01049972 0.01049972 8.7497 121.6900 912.1593452 913.3184937
42
Gambar 4.28 Peta Stasiun Pengamatan gempabumi Selatan Malang
Nilai PGA dari gempabumi dapat diketahui juga melalui perhitungan manual
menggunakan Convension Factor, sehingga nilai PGA dari gempabumi Selatan
Malang adalah sebagai berikut :
Tabel 4.4 Hasil perhitungan nilai PGA dengan Conversion Factor pada
gempabumi Selatan Malang
43
PGA hasil perhitungan selanjutnya dikonversikan ke skala MMI untuk
menentukan tingkat risiko dari intensitas gempabumi yang telah terjadi. Berikut adalah
hasil konversi dari nilai PGA ke skala MMI :
Tabel 4.5 Hasil konversi nilai PGA ke skala MMI gempabumi Lebak, Banten
Tabel 4.6 Hasil konversi nilai PGA ke skala MMI gempabumi Selatan Malang
44
Singaraja Bali 0.15622180 I 0.1561434 I
Sawahan 2.67278830 II-III 2.001307 II-III
Taliwang 0.16029566 I 0.142786 I
Berikut adalah hasil hubungan perubahan antara nilai PGA terhadap jarak, sebagai
berikut :
20
18
16
14
12
Nilai PGA
10
8
6
4
2
y = 278.46x-1.153
0
0 100 200 300 400 500 600 700
Jarak
Gambar 4.29 Grafik Perubahan Nilai PGA terhadap Jarak pada gempabumi Lebak,
Banten
45
5
4.5
4
3.5
3
Nilai PGA
2.5
2
1.5
1
0.5
y = 3E+08x-3.572
0
0 200 400 600 800 1000
Jarak
Gambar 4.30 Grafik Perubahan Nilai PGA terhadap Jarak pada gempabumi Selatan
Malang
4.2 Pembahasan
Dari hasil penelitian ini, didapatkan 2 hasil PGA yang berbeda melalui
perhitungan dari Obspy dan perhitungan manual dengan Conversion Factor di dua titik
pusat gempabumi yang berbeda, yaitu Lebak dan Malang.
Hasil Obspy bahwa nilai PGA yang dihasilkan tergantung pada letak atau posisi
dari sensor disetiap stasiun pengamatan. Semakin jauh jarak sensor stasiun pengamatan
dengan titik pusat gempa nilai PGA yang dihasilkan semakin kecil. Karena ada
beberapa faktor yang menyebabkan hal tersebut bisa terjadi. Diantaranya adalah
gelombang yang menjalar akan lebih cepat ditangkap oleh sensor yang dekat dengan
titik pusat gempa. Sehingga, sensor disetiap stasiun yang lebih jauh dalam proses
merekam gelombang tidak dapat secara bersamaan, dan mengalami peredaman
gelombang. Selain itu, juga adanya faktor lain yang menyebabkan nilai PGA disetiap
stasiun pengamatan berbeda yaitu faktor geologis dari struktur tanah yang bervariatif
membuat proses perekaman gelombang berebda-beda.
46
Sedangkan hasil perhitungan manual dengan CF menunjukkan bahwa nilai
PGA yang dihasilkan hampir sama dengan hasil perhitungan dengan Obspy.
Perbedaan yang tidak terlalu signifikan nilai PGA dari Obspy dan perhitungan manual
disebabkan karena adanya perbedaan dalam penentuan komponen. Untuk Obspy nilai
maksimum dari 3 komponen diambil nilai yang paling maksimum. Sedangkan nilai
PGA perhitungan manual dengan Convension Factor menggunakan amplitudo
maksimum yang didapatkan dari salah satu komponen yang dipilih oleh peneliti. Pada
penelitian ini komponen yang digunakan untuk menentukan amplitudo maksimum
yaitu komponen N.
Dan dari hasil konversi intensitas gempabumi dalam skala MMI dari kedua
gempabumi yaitu Lebak, Banten dan Selatang Malang menunjukkan bahwa jarak
episenter dari stasiun pengamatan dengan titik pusat yang dekat mengindikasikan
tingkat risiko atau kerusakan lebih besar. Hal tersebut ditunjukkan pada Tabel 4.5
(gempabumi Lebak, Banten) intensitas gempabumi yang paling dirasakan dengan nilai
PGA 17 gals masuk pada skala IV yang berada pada wilayah Sukabumi yang memang
jarak dengan titik pusat gempabumi paling dekat. Sedangkan pada Tabel 4.6
(gempabumi Selatan Malang) intensitas gempabumi yang paling dirasakan adalah
wilayah Karangkates dengan nilai PGA 4 gals masuk pada skala II-III, yang dimana
wilayah ini juga merupakan wilayah terdekat dengan titik pusat gempabumi.
47
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Dari hasil penelitian ini, maka dapat disimpulkan sebagai berikut :
– Nilai PGA maksimum dengan Perhitungan menggunakan Obspy :
• Gempabumi Lebak, Banten adalah 17.2690553 gals distasiun
Sukabumi
• Gempabumi Selatan Malang adalah 4.62842632 gals distasiun
Karangkates
– Nilai PGA maksimum dengan Perhitungan Manual dengan CF :
• Gempabumi Lebak, Banten adalah 17.2688152 gals distasiun
Sukabumi
• Gempabumi Selatan Malang adalah 4.587133824 gals distasiun
Karangkates
– Jarak titik pusat gempa dengan stasiun pengamatan sangat mempengaruhi
nilai dari PGA. Semakin jauh stasiun pengamatan, maka semakin kecil
nilai PGA yang dihasilkan dan sebaliknya.
– Dari hasil tersebut, menunjukkan bahwa tingkat risiko dari kedua
gempabumi di Lebak, Banten dan di Selatan Malang berbeda, dimana
dengan nilai PGA yang lebih besar tingkat risiko atau kerusakannya lebih
besar pula yang ditunjukkan melalui korelasi dari nilai PGA dengan
Intensitas Gempabumi Skala MMI.
5.2 Saran
Penelitian ini perlu adanya pemantauan lebih lanjut dengan menggunakan
metode lain sebagai perbandingan informasi dalam menentukan nilai PGA dari titik
pusat gempabumi.
48
DAFTAR PUSTAKA
Bolt, B.B. 1976. Nuclear Explosions and Earthquake. San Fransisco: The Parted
Veil. W.H. Freeman and Company.
Cahya, I. D., Pratiwi, C., dan Muslich. 2017. Estimasi Fungsi Intensitas Bersyarat
Model Stress Release. The 6 University Research Colloquium. Universitas
Muhammadiyah Magelang.
Fulki, Ahmad. 2011. Analisis Parameter Gempa b Value Dan PGA Di Daerah
Papua. Jakarta: Universitas Islam Negri Syarif Hidayatullah.
49
Kurniawan, R. 2016. Pemetaan Daerah Resiko Gempabumi Berdasarkan Metode
Probabilistic Seismic Hazard Analysis (PSHA) dan analisis data
mikrotremor di Kotamadya Denpasar dan sekitarnya, Bali. Tesis. Program
Studi S2 Ilmu Fisika Jurusan Fisika FMIPA UGM, Yogyakarta.
Lay, Thorne dan Terry C. Wallace. 1995. Modern Global Sesmology. California:
Academic Press.
Nurdiyanto, B., Hartanto, E., Ngadmanto, D., Sunardi, B., Susilanto, P. 2011.
Penentuan Tingkat Kekerasan Batuan Menggunakan Metode Seismik
Refraksi. Jurnal Meteorologi Dan Geofisika Volume 12 Nomor 3 -
Desember 2011: 211 – 220.
Sari, Meita Aulia. 2016. Pemetaan Percepatan Getaran Tanah Maksimum Dan
Intensitas Gempabumi Di Kawasan Jalur Sesar Sungai Oyo Yogyakarta.
Skripsi Fisika FMIPA UNY. Yogyakarta.
Simmons, S.F., White, N.C., dan John, D.A. 2005. Geological Characteristics of
Epithermal Precious and Base Metal Deposits. Society of Economic
Geologists, Inc. Economic Geology 100th Anniversary. Volume pp. 485–
522.
Sugianto, D., Wayan, I. N., Natih, N.M.N., Dan Pandoe, W.W. 2017. Potensi
Rendaman Tsunami Di Wilayah Lebak Banten. Jurnal Kelautan Nasional,
Vol. 12, No 1, April 2017, Hal. 9-18.
Wald d. J., Quitoriano V., Heaton T. H., and Kanamori H. 1999. Relationships
between Peak Ground Acceleration, Peak Ground Velocity, and Modified
Mercalli Intensity in California. Earthquake Spectra, 15, No.3.
50