Anda di halaman 1dari 27

Agroklimatologi

PANDUAN PRAKTIKUM
2023
AGROKLIMATOLOGI
TAHUN 2023

Tim Penyusun:
1. Rayhan Amadius weihan, M.P.
2. Amda Resdiar, S.P., M.Si
3. Mawaddah Siregar, S.P., M. Agr
4. Nana Ariska, S.P., M.Sc
Disusun Oleh :

Ketua Tim Penyusun : Rayhan Amadius Weihan, M.P.


Anggota Tim Penyusun : 1. Amda Resdiar, S.P., M.Si.
2. Mawaddah Siregar, S.P., M. Agr
3. Nana Ariska, S.P., M.Sc

ii
PERATURAN PRAKTIKUM

1. Praktikan diwajibkan datang untuk melaksanakan praktikum sesuai dengan


jadwal yang ditetapkan (toleransi keterlambatan 15 menit).
2. Praktikan tidak boleh makan, merokok, dan berisik selama praktikum
berlangsung.
3. Praktikan wajib menjaga adab selama praktikum berlangsung
4. Praktikan wajib membawa kelengkapan praktikum.
5. Praktikan wajib medokumentasikan metode, proses dan hasil pratikum untuk
dilampirkan ke laporan pratikum
6. Praktikan wajib menghadiri kegiatan praktikum sebanyak 100%.
7. Laporan praktikum harus diserahkan sesuai dengan jadwal yang telah
ditentukan sebelumnya, apabila tidak maka tidak diperkenankaan untuk ujian
final.
8. Praktikan wajib membuat log book yang akan menjadi syarat mengikuti
setiap pertemuan kegiatan praktikum
9. Praktikan wajib menggunakan atribut laboratorium
10. Laporan praktikum menjadi syarat mengikuti ujian praktikum
11. Komoponen penilaian Partisipasi 10%, Pre-test 10%, Ujian Final 20%, Log
book 10%, Laporan Praktikum 50%.

iii
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT atas Rahmat
dan hidayahNya, sehingga penulisan buku Penuntun Praktikum Agroklimatologi
ini dapat diselesaikan. Buku Penuntun Praktikum Agroklimatologi ini disusun
terutama untuk mahasiswa tingkat sarjana (S1) program studi Agroteknologi di
lingkup Universitas Teuku Umar. Dalam buku Penuntun ini banyak
disampaikan pengantar pengetahuan atau prinsip-prinsip mengenai topik yang
akan dipraktekkan sehingga diharapkan dapat membantu dalam penyusunan
laporan maupun dalam pelaksanaan praktikum, serta memperluas cakrawala
dalam bidang ilmu Agroklimatologi.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan penuntun praktikum
Agroklimatologi ini masih memiliki banyak terdapat kekurangan, baik
penggunaan bahasa maupun isi tulisan, maka penulis mengharapkan kritik dan
saran dalam upaya mewujudkan kesempurnaan, juga sebagai bahan perbaikan
bagi penulis di masa yang akan datang.
Demikianlah penuntun praktikum Agroklimatologi disusun, dengan
harapan dapat memberikan manfaat bagi kita semua. Amin.

Meulaboh, Agustus 2023

Tim Penyusun

iv
DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN................................................................................. ii
PERATURAN PRAKTIKUM ........................................................................... iii
KATA PENGANTAR ......................................................................................... iv
DAFTAR ISI ........................................................................................................ v
DAFTAR TABEL ................................................................................................ vi
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................... vii
BAB I PENDAHULUAN ……………………………………………………… 1
BAB II PRAKTIKUM AGROKLIMATOLOGI
2.1. Teori Dasar ................................................................................................. 3
2.2. Tujuan Praktikum ....................................................................................... 3
2.3. Alat Pengukur Iklim Mikro ........................................................................ 3
2.3.1. Alat Pengukur Intensitas Cahaya .................................................... 3
2.3.2. Alat Pengukur Kelembaban Udara ................................................. 5
2.3.3. Alat Pengukur Suhu ........................................................................ 6
2.3.4. Alat Pengukur Curah Hujan ........................................................... 8
2.4. Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika ........................................ 9
BAB III PROSEDUR PELAKSANAAN PRAKTIKUM
3.1. Tempat dan Waktu ...................................................................................... 12
3.2. Alat dan Bahan ............................................................................................ 12
3.3. Prosedur Praktikum ................................................................................... 12
DAFTAR PUSTAKA ………………………………………………………….. 18
LAMPIRAN ……………………………………………………………………. 19

v
DAFTAR TABEL

1. Intensitas Cahaya ........................................................................................ 12


2. Data Pengukuran Kelembaban Udara .......................................................... 12
3. Data Pengukuran Suhu ................................................................................ 13
4. Data Pengukuran Curah Hujan .................................................................... 13
5. Data Pengukuran Tinggi Tanaman .............................................................. 14
6. Data Pengukuran Jumlah Daun ................................................................. 14
7. Data Produksi Tanaman/Plot ....................................................................... 14

vi
DAFTAR GAMBAR

2.1. Lux Meter Digital ....................................................................................... 5


2.2. Higrometer Elektronik ................................................................................ 6
2.3. Termometer Air Raksa .............................................................................. 7
2.4. Ombro Meter .............................................................................................. 9

vii
BAB I
PENDAHULUAN

Indonesia sebagai negara beriklim tropis, dalam pembangunan seharusnya


dapat memanfaatkan keuntungan iklim tropis seperti energi matahari yang
berlimpah, wilayah yang sering hujan, dan tanah yang subur sehingga dapat
ditumbuhi berbagai jenis tanaman seperti yang diterapkan di negara tropis lain
dalam pembangunan fisik kota. Pertanian merupakan salah satu bidang
pembangunan yang sangat dipengaruhi oleh keadaan iklim. Kebudayaan-
kebudayaan besar dari sejak zaman prasejarah selalu tercatat kemampuannya
dalam berinteraksi dan mengenal perilaku serta nampak dalam alam sekitar
mereka (Kurnia, 2010).
Pertanian merupakan budaya yang pertama kali dikembangkan manusia
sebagai respon terhadap tantangan kelangsungan hidup yang berangsur menjadi
sukar karena semakin menipisnya sumber pangan dialam bebas akibat laju
pertambahan manusia. Pengelolahan hamparan tanaman (pertanaman)
memadukkan faktor-faktor produksi bahan organic secara sinergi dengan tujuan
meningkatkan produksi bahan organik secara optimal baik kuantitatif maupun
kualitatif, atau bertujuan untuk meningkatkan penampilan tanaman menurut selera
konsumen (tanaman ornament dan tanaman bunga). Pengelolahan pertanaman
meliputi kegiatan yang berkaitan dengan efisiensi pemanfaatan radiasi matahari,
komponen iklim makro dan mikro lainnya, hara tanaman dan air tanah oleh
tanaman (Nurmala, dkk. 2012).
Cuaca dan iklim merupakan hasil akhir dari proses interaksi atau
hubungan timbal balik dari unsur-unsur atau perubahan fisik atmosfer (unsur-
unsur cuaca/iklim). Proses tersebut berlangsung setiap saat dan berlangsung terus
menerus yang disebabkan atau dipicu oleh beberapa faktor yang disebut
sebagai weather and climatic controls. Proses interaksi dari unsur-unsur cuaca
atau iklim dengan faktor pengendalinya pada suatu tempat atau wilayah akan
menghasilkan distribusi dan tipe iklim. Tipe iklim yang terjadi pada suatu wilayah
pada dasarnya merupakan refleksi dan karakteristik fisik daerah atau wilayah
tersebut (Sabaruddin, 2014)
Perubahan iklim tersebut berdampak pada perubahan unsur-unsur iklim
antara lain curah hujan, suhu, dan kelembaban udara, maupun intensitas radiasi
yang dirasakan semakin bergeser dari kondisi alami. Perubahan tersebut
seharusnya dijadikan sebagai bentuk keprihatinan dan kewaspadaan bagi setiap
manusia yang mendiami bumi ini, Namun, sebaliknya kebanyakan orang kurang
memandang iklim sebagai sumberdaya melainkan sebagai faktor penghambat
dengan masih terbatasnya kemampuan mengaplikasikan unsur iklim dalam
hubungannya dengan pertumbuhan dan perkembangan tanaman, serta munculnya
kejadian-kejadian iklim di luar kemampuan mengaplikasikan unsure iklim
dalam hubungannya dengan pertumbuhan dan perkembangan tanaman, serta
munculnya kejadian-kejadian iklim di luar kemampuan manusia (Sabaruddin,
2014).
Sistem produksi pertanian sangat dipengaruhi iklim.
Kejadian anomali iklim di Indonesia mempengaruhi produksi pertanian dan
ketahanan pangan. Dampak anomali iklim diantaranya adalah terjadinya gangguan
secara langsung terhadap sistem pertanian . Hal ini menjadi salah satu dasar
dibutuhkannya data yang akurat dan tersedia secara cepat bagi kegiatan pertanian.
Data yang tersedia diharapkan dapat digunakan sebagai acuan dalam mengelola
kegiatan di lahan pertanian.

2
BAB II
PRAKTIKUM AGROKLIMATOLOGI

2.1. Teori Dasar


Cuaca merupakan keadaan fisik atmosfer pada suatu saat dan tempat
tertentu dalam jangka pendek. Cuaca rata-rata dengan jangka waktu yang lebih
lama dikenal sebagai iklim. Klimatologi Pertanian (Agroklimatologi) adalah
cabang ilmu iklim atau cuaca terapan yang mempelajari tentang hubungan antara
proses-proses fisik di atmosfer (unsur-unsur cuaca) dan proses produksi pertanian.
Tercakup di dalamnya antara lain hubungan antara faktor iklim mikro dan
produksi tanaman (Ariffin et al., 2010). Iklim mikro merupakan faktor-faktor
kondisi iklim setempat yang memberikan pengaruh langsung terhadap fisik pada
suatu lingkungan.
Sasaran yang hendak dicapai pada praktikum agroklimatologi ini adalah
untuk memahami dan mengkaji proses-proses yang yang terjadi pada perubahan
lingkungan fisik di sekitar tanaman pertanian akibat pertumbuhan dan
kembangan tanaman tersebut serta dampak perubahannya bagi tanaman itu sendiri.
Unsur-unsur iklim mikro yang diukur untuk mengetahui pengaruhnya terhadap
pertumbuhan tanaman, yaitu: intensitas cahaya matahari, kelembaban udara, suhu
udara, dan curah hujan.
2.2. Tujuan Praktikum
Mahasiswa diharapkan mampu mengenal dan mengoperasikan peralatan
Agroklimatologi yang ada pada Laboratorium Agroklimatologi Fakultas Pertanian
Universitas Teuku Umar dan Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika.
2.3. Alat Pengukur Iklim Mikro
2.3.1. Alat Pengukur Intensitas Cahaya
Energi matahari ialah penyebab utama semua kegiatan perubahan maupun
pergerakan di atmosfer. Oleh karena itu, penyebaran energi radiasi matahari di
permukaan bumi merupakan faktor pengendali cuaca dan iklim yang terpenting.
Radiasi matahari yang sampai ke bumi tidak seluruhnya dapat diserap oleh
permukaan bumi, yaitu sekitar 50% saja, 20% diserap oleh atmosfer dan sisanya
sekitar 30% dipantulkan kembali. Namun hal tersebut tergantung pada kondisi

3
atmosfer pada saat tersebut. Radiasi matahari yang sampai ke permukaan bumi
mempunyai beberapa pengaruh, antara lain:
1. Pada tanaman hijau, berperan sebagai energi dalam proses fotosintesa
sehingga mempengaruhi kecepatan pertumbuhan tanaman.
2. Mempengaruhi kecepatan transpirasi tanaman.
3. Pada keadaan kritis pertumbuhan tanaman, tingkat energi radiasi yang tinggi
dapat mengakibatkan terjadinya pembakaran.
4. Mempengaruhi perubahan unsur cuaca lain, seperti: suhu, kelembaban, dan
angin.
Cahaya yang mempengaruhi tumbuhan dibagi dalam tiga komponen
penting, yaitu : kualitas, lama penyinaran dan intensitas. Kualitas cahaya
berhubungan dengan panjang gelombang, dimana panjang gelombang yang
mempunyai laju pertumbuhan baik pada fase vegetatif inairpun generatif adalah
cahaya tampak dengan panjang gelombang 360 nm sampai 760 nm. Panjang
gelombang pada kisaran tersebut merupakan radiasi aktif untuk proses
fotosintesis. Intensitas cahaya merupakan safah sattl faktor yang sangat penting
daIam pertumbuhan tanaman. Pertumbuhan yang refatif lambat pada hampir
selnua spesies rumput adalah akibat kurangnya cahaya. Namun demikian banyak
spesies rumput yang dapat tumbuh baik pada intensitas cahaya yang kurang dari
cahaya penuh. Secara langsung intensitas cahaya rnempengaruhi pertumbuhan
melaiui sintesis kforofil, fase reaksi cahaya fotosintesis, sintesis hormon dan
pembukaan stomata (SaIisbuly dan Ross 1995).
Lamanya penyinaran atau panjang hari berhubungan dengan inisiasi bunga
pada berbagai spesies tanaman. Perpindahan dari fase vegetatif ke fase reproduktif
dapat terjadi hanya pada panjang hari tertentu. Hal ini ditunjukkan pada penetitian
dengan menggunakan Dolichlos lablab, yaitu mengurangi panjang hari alamiah
dengan cara menutup tanaman sebelum matahari terbenam dan diperpanjang
dengan cahaya listrik setelah matahari terbenam. HasiInya adalah tanaman yang
dipelihara dengan 11 jam cahaya per hari berbunga dalam 56 hari, 12 jam per hari
berbunga selama 83 hari dan 13 jam per hari belum berbunga daIam 100 hari
(Mugnisjah dan Asep 1990).

4
Pengukuran intensitas matahari dapat dilakukan menggunakan berbagai
macam alat ukur. Salah satu alat yang digunakan untuk mengukur intensitas
cahaya matahari adalah Lux Meter. Lux meter merupakan sebuah alat yang
digunakan untuk mengukur intensitas cahaya di sebuah tempat atau ruangan. Alat
ini menggunakan satuan lux dalam pengukurannya. Pada Lux Meter terdapat
sebuah sensor cahaya yang bertugas untuk mengubah cahaya menjadi angka-
angka yang kemudian akan dibaca oleh Lux Meter. Pada praktikum ini akan
menggunakan light/lux-meter dengan mempunyai range intensitas cahaya 1-
400.000 lux. Cara membaca hasil pengukuran Lux Meter Digital (dengan satuan
lux):

Hasil Pengukuran = Digit angka x Faktor Pengali

Gambar 2.1. Lux Meter Digital

2.3.2. Alat Pengukur Kelembaban Udara


Kelembaban adalah banyaknya air yang terkandung dalam udara, biasanya
dinyatakan dengan persentase. Kelembaban ini berhubungan atau dipengaruhi
oleh temperatur udara, dan secara bersama–sama antara temperatur. Suatu
keadaan dengan temperatur udara sangat panas dari tubuh secara besar–besaran,
karena sistem penguapan. Pengaruh lain adalah semakin cepatnya denyut jantung
karena makin aktifnya peredaran darah untuk memenuhi kebutuhan oksigen, dan
tubuh selalu berusaha untuk mencapai keseimbangan antara panas tubuh dengan
suhu sekitarnya (Riyadi, 2018).
Kelembaban dapat mempengaruhi pertumbuhan pathogen tanaman.
Fusarium Verticiliodes Bio 957 merupakan salah satu pathogen bagi beberapa
5
tanaman. Berdasarkan penelitian Rahayu et al (2015), . Fusarium Verticiliodes
Bio 957 mampu tumbuh baik pada media CDA dan jagung pada suhu 20 dan 30
°C dengan kelembaban 90% dan tidak dapat tumbuh pada suhu 40 °C dengan
kelembaban 70, 80 dan 90%. Fumonisin B1 terbentuk dengan baik pada suhu 20
dan 30 °C dengan kelembaban 90%. Pembentukan konsentrasi FB1 pada jagung
yang dikontaminasi lebih tinggi dibandingkan dengan kedelai yang dikontaminasi
dengan jumlah kapang yang sama. Hal ini menunjukkan pathogen ini dapat
tumbuh baik pada kelembaban yang tinggi.
Adapun alat yang digunakan untuk mengukur kelembaban adalah
Higrometer. Secara umum di dalam higrometer terdapat dua skala. Skala pertama
menunjukan kelembaban udara sedangkan skala yang lain sebagai suhu atau
temperatur udara. Cara menggunakannya cukup mudah, cukup meletakkannya di
tempat yang akan diukur kelembabannya kemudian tunggu hingga menunjukan
skala tertentu. Untuk skala kelembaban ditandai dengan huruf h (%), sedangkan
suhu ditentukan dengan derajat (ºC).

Gambar 2.2. Higrometer Elektronik

2.3.3. Alat Pengukur Suhu


Suhu adalah ukuran energi kinetik rata-rata dari pergerakan molekul suatu
benda. Panas adalah energi total dari pergerakan molekul suatu benda. Jadi panas
adalah ukuran energi total, sedangkan suhu adalah energi rata-rata dari setiap
gerakan molekul. Suhu rata-rata harian terendah terjadi pada malam hari, dan
tertinggi pada siang hari saat dua jam matahari bersinar tegak lurus. Suhu
maksimum terjadi di bumi antara jam 12.00 s/d 14.00 WIB, karena udara adalah
pembuat panas yang buruk, sehingga sinar marahari yang dipantulkan kembali ke
permukaan bumi membutuhkan waktu untuk sampai ke suatu tempat di athmosfer.

6
Suhu udara tertinggi dimuka bumi adalah didaerah tropis (sekitar ekuator) dan
makin ke kutub semakin dingin.
Faktor suhu sangat menentukan pertumbuhan dan produksi tanaman.
Apabila tanaman ditanam di luar daerah iklimnya, maka produktivitasnya sering
kali tidak sesuai dengan yang diharapkan. Lingkungan pertumbuhan tanaman
dijaga untuk berada atau mendekati kondisi optimum bagi tanaman yang
dibudidayakan (Syakur et al, 2011)
Suhu memperngaruhi tanaman dalam beberapa aktivitas fisiologi tanaman
seperti pertumbuhan akar, serapan unsur hara dan air dalam tanah, fotosintesis,
respirasi dan translokasi fotosintat (Lenisastri, 2000). Suhu udara dan atau suhu
tanah berpengaruh terhadap tanaman melalui proses metabolisme dalam tubuh
tanaman, yang tercermin dalam berbagai karakter seperti: laju pertumbuhan,
dormansi benih dan kuncup serta perkecambahan, pembungaan, pertumbuhan
buah dan pendewasaan/pematangan jaringan atau organ tanaman.
Biasanya pengukur suhu dinyatakan dalam skala Celcius (C), Reamur (R),
dan Fahrenheit (F). Alat pengukur suhu digunakan Termometer Air Raksa atau
Alkohol. Ada 3 skala dasar dalam pengukuran suhu udara, yaitu :
1) Celcius : titik didih 100°C dan titik beku 0°C
2) Fahrenheit : titik didih 212° F dan titik beku 32°F
3) Reamur : titik didih 80°R dan titik beku 0°R

Gambar 2.3. Termometer Air Raksa

7
2.3.4. Alat Pengukur Curah Hujan
Dalam siklus hidrologi,matahari terus menerus menguapkan air ke
atmosfir. Sebagian dari air yang diuapkan itu kembali ke bumi sebagai hujan dan
sakju. Sebagian dari hujan ini diungkapkan Kembali ke atmosfir ada juga yang
mangalir ke danau dan sungai sebelum kembali ke laut. Selain itu, air juga
meresap ke dalam tanah menjadi air tanah. Secara alami, perlahan-lahan air tanah
akan muncul kembali
menjadi air permukaan dan menjadi sumber utama dari aliran sungai. Tumbuhan
menyatukan sebagian dari air tanah di dalam jaringannya kemudian melepaskan
sebagian dari air tersebut ke atmosfir dala proses transpirasi. (Ahcmad,2011)
Hujan memainkan peran penting dalam siklus hidrologi. Hujan merupakan
rangkaian dari terjadinya konveksi – evaporasi/evapotranspirasi – kondensasi–
presipitasi. Konveksi adalah proses pemindahan panas oleh gerak massa suatu
fluida dari suatu daerah ke daerah lainnya. Evaporasi adalahproses penguapan air
yang terdiri dari air laut, air sungai, air tanah, air limbah, dan sebagainya akibat
adanya bantuan dari panas sinar matahari. Evapotranspirasi adalah
adalahproses penguapan air yang berasal dari vegetasi atau tumbuhan akibat
adanya bantuan dari panas sinar matahari. Kondensasi adalah uap-uap air
mengalami proses pemadatan di udara sehingga terbentuklah awan. Akibat
terbawa angin yang bergerak, awan-awan tersebut saling bertemu dan membesar
dan kemudian menuju ke atmosfir bumi yang suhunya lebih rendah atau dingin
dan akhirnya membentuk butiran es dan air. Terjadinya proses presipitasi karena
terlalu berat dan tidak mampu lagi ditopang angin akhirnya butiran-butiran air
atau es tersebut jatuh ke permukaan bumi. Jika awan berada pada posisi yang
rendah, mengakibatkan suhu semakin naik maka es/salju akan mencair,
namun jika suhunya sangat rendah, maka akan turun menjadi salju.
Menurut Banowati dan Sriyanto 2013 tanaman sangat dipengaruhi oleh
fenomena geosfer, suatu lingkungan (geografi) atau kawasan sempit tempat
rumbuhnya suatu tumbuhan tertentu disebut habitat misalnya habitat dataran
tinggi, dataran rendah tebing dan lainya. Lingkungan merupakan aspek keruangan
yang meliputi factor iklim, tanah (lahan), yang menentukan kondisi dan suatu
tempat hidup mahluk hidup.

8
Jumlah air hujan diukur menggunakan pengukur hujan atau Ombrometer.
Ombrometer dijadikan instrumen untuk mendapatkan dan mengukur jumlah hujan
pada satuan waktu tertentu dengan cara menampung air hujan pada sebuah
penampungan air dan terdapat kran yang berfungsi untuk mengeluarkan air hujan
yang tertampung pada penampungan air tersebut. Prinsip pengukuran hujan ini
adalah mengukur tinggi air hujan lebih dari 0,5 mm. Ombrometer dipasang di
tempat terbuka, sehingga air hujan akan diterima langsung oleh alat ini. Satuan
yang digunakan adalah millimeter (mm) dan ketelitian pembacaannya sampai
dengan 0,1 mm.

Gambar 2.4. Ombrometer

2.5. Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika


Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika merupakan sebuah
Lembaga Pemerintah Non Departemen (LPND) yang dipimpin oleh seorang
Kepala Badan. BMKG mempunyai tugas melaksanakan kegiatan pemerintahan di
bidang Meteorologi, Klimatologi, Kualitas Udara dan Geofisika sesuai dengan
ketentuan perundang-undangan yang berlaku. Dalam melaksanakan tugas
sebagaimana dimaksud di atas, Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika
menyelenggarakan fungsi :
1. Perumusan kebijakan nasional dan kebijakan umum di bidang meteorologi,
klimatologi, dan geofisika;
2. Perumusan kebijakan teknis di bidang meteorologi, klimatologi, dan geofisika;
3. Koordinasi kebijakan, perencanaan dan program di bidang meteorologi,
klimatologi, dan geofisika;

9
4. Pelaksanaan, pembinaan dan pengendalian observasi, dan pengolahan data dan
informasi di bidang meteorologi, klimatologi, dan geofisika;
5. Pelayanan data dan informasi di bidang meteorologi, klimatologi, dan
geofisika;
6. Penyampaian informasi kepada instansi dan pihak terkait serta masyarakat
berkenaan dengan perubahan iklim;
7. Penyampaian informasi dan peringatan dini kepada instansi dan pihak terkait
serta masyarakat berkenaan dengan bencana karena faktor meteorologi,
klimatologi, dan geofisika;
8. Pelaksanaan kerja sama internasional di bidang meteorologi, klimatologi, dan
geofisika;
9. Pelaksanaan penelitian, pengkajian, dan pengembangan di bidang
meteorologi, klimatologi, dan geofisika;
10. Pelaksanaan, pembinaan, dan pengendalian instrumentasi, kalibrasi, dan
jaringan komunikasi di bidang meteorologi, klimatologi, dan geofisika;
11. Koordinasi dan kerja sama instrumentasi, kalibrasi, dan jaringan komunikasi
di bidang meteorologi, klimatologi, dan geofisika;
12. Pelaksanaan pendidikan dan pelatihan keahlian dan manajemen pemerintahan
di bidang meteorologi, klimatologi, dan geofisika;
13. Pelaksanaan pendidikan profesional di bidang meteorologi, klimatologi, dan
geofisika;
14. Pelaksanaan manajemen data di bidang meteorologi, klimatologi, dan
geofisika;
15. Pembinaan dan koordinasi pelaksanaan tugas administrasi di lingkungan
BMKG;
16. Pengelolaan barang milik/kekayaan negara yang menjadi tanggung jawab
BMKG;
17. Pengawasan atas pelaksanaan tugas di lingkungan BMKG;
18. Penyampaian laporan, saran, dan pertimbangan di bidang meteorologi,
klimatologi, dan geofisika.

10
Peran klimatologi bagi pertanian, sebagai dasar strategi dalam penyusunan
rencana dan kebijakan pengelolaan usahatani pertanian dan peternakan. Lingkup
kebijakan dapat meliputi sebidang lahan, suatu wilayah atau teritorial pertanian
maupun untuk kebijakan pada lingkup nasional yang meliputi berbagai hal
sebagai berikut (Nasir A.A, 1999):
1. Seleksi terhadap kultivar tanaman, spesies, dan ras ternak yang beradaptasi
baik dengan kondisi iklim setempat sehingga potensial untuk dibudidayakan
secara luas.
2. Memiliki wilayah-wilayah yang kondisi iklimnya sesuai untuk pengembangan
suatu kultivar tanaman dan ras ternak tertentu yang baru diintroduksi dari
daerah lain atau dari luar negeri.
3. Berbagai hasil penelitian dan percobaan memungkinkan untuk memilih
teknologi yang terbaik untuk perbaikan iklim mikro sehingga dapat
mendorong pertumbuhan, perkembangan, serta produksi tanaman dan ternak
baik jumlah maupun mutunya. Contohnya penggunaan berbagai jenis mulsa,
rumah kaca, rumah plastik, rumah jaring, irigasi, dan drainase dalam budidaya
tanaman. Dibidang peternakan dilakukan perbaikan desain kandang, sistem
ventilasi, drainase, sanitasi, dan pengaturan kepadatan populasi ternak di
dalam kandang.
4. Pengaturan pola tanam meliputi jadwal pergiliran tanaman dan pemilihan
kultivar untuk penanaman tumpangsari.
5. Pewilayahan komoditas pertanian dan pemetaannya

11
BAB III
Prosedur Pelaksanaan Praktikum

3.1. Tempat dan Waktu


Praktikum ini akan dilaksanakan di lahan percobaan Fakultas Pertanian
Universitas Teuku Umar pada September sampai November 2023.
3.2. Alat dan Bahan
Alat yang digunakan dalam praktikum ini antara lain alat tulis, lux meter
digital, higrometer elektronik, thermometer dan ombrometer serta kamera digital.
Bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah.
3.3. Prosedur Praktikum
Jadwal pelaksanaan praktikum matakuliah Agroklimatologi disajikan pada
tabel 1.
Tabel 1. Jadwal Kegiatan Praktikum Mata Kuliah Agroklimatologi

No Kegiatan Pertemuan Ke-

1 2 3 4 5 6 7 8

1 Pengenalan Alat

2 Pengukuran Curah Hujan

3 Pengukuran Intensitas Cahaya

4 Pengukuran Kelembaban Udara

5 Pengukuran Suhu

6 Kunjungan ke BMKG

7 Pengerjaan Laporan

8 Ujian

3.3.1. Pengenalan Alat


Berikut langkah yang dilakukan dalam pengenalan alat yang ada pada
laboratorium Agroklimatologi
1. Dibentuk kelompok yang terdiri atas 3 orang.
2. Dijelaskan bahan dan alat yang ada di laboratorium Agroklimatologi serta cara
penggunaannya oleh laboran.

12
3. Dicatat prosedur penggunaan alat dan hal penting lainnya.

3.3.2. Pengukuran Curah Hujan


Berikut beberapa Langkah prosedur kerja dalam melakukan pengukuran
curah hujan:
1. Disiapkan alat ombrometer
2. Diletakkan ombrometer pada bedengan yang ada di lahan praktikum
3. Dilakukan pengamatan dan catat hasil pengukuran selama 4 minggu pada
tabel 2.
Tabel 2. Data Pengukuran Curah Hujan
Kelompok Curah Hujan (mm)
Minggu Ke- 1 Minggu Ke- 2 Minggu Ke- 3 Minggu Ke- 4

3.3.3. Pengukuran Intensitas Cahaya


Ada beberapa langkah dalam mengukur intensitas cahaya, berikut
prosedur kerja dalam pengukurannya:
1. Disiapkan alat Lux meter dan ditekan tombol on/off untuk menghidupkan alat
2. Diarahkan sensor cahaya pada sumber cahaya yang ada di lahan tanpa
naungan serta lahan dengan naungan vegetasi tanaman.
3. Dilihat hasil pengukurannya pada layer panel
4. Dicatat hasil pengukuran dengan format sesuai pada tabel 3.
Tabel 3. Pengukuran Intensitas Cahaya (Lux)
Intensitas Cahaya (Lux)
Kelompok
Dengan Naungan Tanpa Naungan

3.3.4. Pengukuran Kelembaban Udara


Berikut adalah beberapa langkah prosedur kerja dalam melakukan
pengukuran kelembaban :
1. Disiapkan Higrometer
2. Diletakkan Higrometer di lahan praktikum tanpa naungan vegetasi dan
dibawah naungan vegetasi

13
3. Dicatat hasil pengukuran kelembaban sesuai format pada tabel 4.
Tabel 4. Data Pengukuran Kelembaban Udara
Kelembaban (RH)
Kelompok
Tanpa Tegakan Vegetasi Dibawah Tegakan Vegetasi

3.3.5. Pengukuran Suhu Lahan


Berikut beberapa langkah prosedur kerja dalam melakukan pengukuran
suhu lahan :
4. Disiapkan Thermometer raksa
5. Diletakkan Thermometer di lahan tanpa tutupan vegetasi dan dengan tutupan
vegetasi selanjutnya ditunggu selama 10 menit
6. Dicatat suhu yang telah diukur dengan format sesuai pada tabel 5.
Tabel 5. Pengukuran Suhu
No Kelompok Suhu0C
Tanpa Tegakan Vegetasi Dibawah Tegakan Vegetasi
1.

3.3.6. Kunjungan BMKG


Berikut beberapa Langkah prosedur kerja dalam melakukan kunjungan di
Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika:
1. Dikumpulkan praktikan pada hari pelaksanaan kunjungan BMKG di wilayah
Kampus Universitas Teuku Umar untuk pengarahan
2. Dilaksanakan kunjungan BMKG
3. Dicatat setiap penjelasan yang disampaikan oleh mentor BMKG.

14
DAFTAR PUSTAKA

Achmad, M. (2011). Buku Ajar Hidrologi Teknik. Univ Hasanudin, Makasar.


Ariffin, Bahri, S., Sulistiono, R., Haryono, D., Suminarti, N.E., Herlina, N., dan
Azizah, N. 2010. Modul Praktikum Klimatologi. Universitas Brawijaya,
Malang.
Banowati, Eva dan Sriyanto, 2013, Geografi Pertanian, Yogyakarta, Penerbit
Ombak.
Kurnia, Rendy. 2010. Identifikasi Kenyamanan Termal Bangunan (Studi Kasus:
Ruang Kuliah Kampus IPB Baranangsiang dan Darmaga
Bogor). Volume 24 (1) : 14- 22.
Lenisastri. 2000. Penggunaan Metode Satuan Panas (Heat Unit) Sebagai Dasar
Penentuan Umur Panen Benih Sembilan Varietas Kacang Tanah
(ArachisHypogaea L). Skripsi. IPB : Bogor. 53 Halaman
Mugnisjah , Wahyu Qamara dan Setiawan Asep. 1990. Pengantar Produksi
Benih. Bogor: ITB Press
Nasir A.A. (1999). Klimatologi Pertanian. Kapita Selekta Agroklimatologi.
Jurusan Geofisika dan Meteorologi, Fakultas Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam IPB dengan Bagian Proyek Peningkatan Kualitas
Sumberdaya Manusia, Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Depdikbud
Nurmala, dkk. 2012. Pengantar Ilmu Pertanian. Graha Pustaka, Bandung.
Rahayu, Dwi, et al. 2015. Pengaruh Suhu dan Kelembaban terhadap
Pertumbuhan Fusarium verticillioides BIO 957 dan Produksi Fumonisin
B1. Agritech Vol: 35 (156-163 hal)
Sabaruddin, Laode. 2014. Agroklimatologi Aspek-aspek Klimatik untuk
Sistem Budidaya Tanaman. Alfa Beta, Bandung.
Salisbury, F.B. dan C.W. Ross. 1995. Fisiologi Tumbuhan jilid III. Bandung.
Institut Teknologi Bandung. 343 hal.
Syakur, Abd. 2012. Pendekatan Satuan Panas (HEAT UNIT) Untuk Penentuan
Fase PERTUMBUHAN DAN Perkembangan Tanaman Tomat di Dalam
Rumah Tanaman (GREENHOUSE). Universitas Tadulako. J. Agroland
19 (2) : 96 - 101
Tim Asisten. 2016. Modul Praktikum Agroklimatologi. Universitas Sriwijaya,
Palembang.

15
LAMPIRAN 1
FORMAT PENULISAN LAPORAN PRAKTIKUM

4. Cover

JUDUL PRAKTIKUM

Mata Kuliah:

Nama:
NIM:

PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS TEUKU UMAR
MEULABOH – ACEH BARAT
(TAHUN PEMBUATAN)

16
5. Format Penulisan

Spasi antar barisan / antar sub-bab : 1,5 pt


Spasi antara BAB dengan Sub-Bab : 3 pt
Jenis / Ukuran Huruf : Times New Roman / 12 pt

3 CM

3 CM
4 CM

3 CM

17
6. Daftar Isi

3 CM

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR……………………………. i
DAFTAR ISI …………………………………….. ii
DAFTAR GAMBAR…………………………….. iii
DAFTAR TABEL………………………………... iv
BAB I PENDAHULUAN………………………... 1
2,5
4 CM BAB II ALAT DAN BAHAN…………………… 2 CM

BAB III PROSEDUR KERJA…………………… 3


BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN………… 4
BAB V KESIMPULAN………………………….. 5
DAFTAR PUSTAKA…………………………….. 6
LAMPIRAN………………………………………. 7

ii

2,5 CM

18
7. Isi Laporan

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
B. Tujuan Praktikum
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

(Berisi tentang teori yang berasal dr literatur yang terpercaya dan dapat
dipertanggungjawabkan kebenarannya)

BAB III
METODE PRAKTIKUM

A. Alat dan Bahan


B. Prosedur Kerja
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil (Berisi tentang data pengamatan praktikum)


B. Pembahasan (pembahasan dari hasil praktikum)

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
B. Saran

DAFTAR PUSTAKA

(Berisi tentang informasi pustaka yang digunakan dalam penulisan laporan


praktikum)

LAMPIRAN
(Berisi Tentang Foto dan tabel keseluruhan data yang belum ditampilkan pada Sub-
Bab hasil)

19
LAMPIRAN 2
FORMAT PENULISAN LOG BOOK

Log Book Kegiatan Ke- ……….(1/2/3/dll)


Judul Kegiatan

No Waktu Pelaksanaan Kegiatan Nama Kegiatan Hasil Kegiatan

1 Tanggal-Bulan-Tahun, Hari Misal: Pengenalan Alat

dst

Mengetahui,
Pranata Laboratorium Pendidikan Asisten Praktikum Agroklimatologi
Agroklimatologi

Nama PLP Nama Asisten

20

Anda mungkin juga menyukai