Oleh :
HASDIYATI DINASYARAH
NIM. M1A117008
JURUSAN KEHUTANAN
FAKULTAS KEHUTANAN DAN ILMU LINGKUNGAN
UNIVERSITAS HALU OLEO
2020
LAPORAN PRAKTIKUM AGROFORESTRY
Oleh :
HASDIYATI DINASYARAH
JURUSAN KEHUTANAN
FAKULTAS KEHUTANAN DAN ILMU LINGKUNGAN
UNIVERSITAS HALU OLEO
2020
ii
HALAMAN PENGESAHAN
Jurusan : Kehutanan
Mengetahui:
Koordinator Mata Kuliah Agroforestry,
iii
UCAPAN TERIMA KASIH
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang
1. Ibu Dr. Sitti Marwah, M.Si selaku Dosen mata kuliah Agroforestry yang
2. Asisten praktikum kak Ahmad Fausan, S.Hut dan para asisten lainnya
seperti kepada kak Triska Amalia Santi, S.Hut, kak Ola Prajab Aso,
S.Hut, kak Armin, kak Ardyan Saputra, kak Rahmatia dan Marselina
3. Saya juga ingin mengucapkan rasa terima kasih kepada teman kelompok saya
4. Kepada masyarakat Jati bali yang telah memberikan akses untuk mengambil
Penulis
iv
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN SAMPUL............................................................................... i
HALAMAN JUDUL.................................................................................. ii
HALAMAN PENGESAHAN.................................................................... iii
UCAPAN TERIMA KASIH..................................................................... iv
DAFTAR ISI............................................................................................... v
DAFTAR TABEL....................................................................................... vii
DAFTAR LAMPIRAN.............................................................................. viii
I. PENDAHULUAN
1. Latar Belakang................................................................................. 1
2. Rumusan Masalah............................................................................ 3
3. Tujuan dan Manfaat......................................................................... 3
v
IV. GAMBARAN UMUM WILAYAH
4.1. Letak dan Batas Wilayah ............................................................... 25
4.2. Iklim............................................................................................... 27
4.3. Jenis Tanah..................................................................................... 31
4.4. Topografi ....................................................................................... 31
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................
LAMPIRAN................................................................................................
vi
DAFTAR TABEL
Nomor
Halaman
vii
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor
Halaman
1. Dokumentasi....................................................................................
2. Literatur............................................................................................
3. Riwayat Hidup Penulis.....................................................................
viii
I. PENDAHULUAN
dikelola dengan baik dan bijak akan memberikan manfaat yang besar bagi
hidup dan kehidupan, tidak saja bagi manusia melainkan juga bagi seluruh
hasil adalah untuk memenuhi kebutuhan dasar untuk hidup. Input dari luar
sistem tersebut dapat dikatakan tidak ada, dengan kata lain bahwa input
berasal dari sistem itu sendiri. Sistem yang demikian itu banyak dikenal
terakhir pada beberapa daerah di Jerman pada tahun 1920-an. Akan tetapi
sistem tersebut masih berlangsung sampai saat ini terutama pada daerah
pohon, pertanian dan atau ternak. Oleh karena itu dapat dikatakan bahwa
juga sudah diterapkan mulai tahun 1897. Philosopy dari sistem “Taungya”
memperlambat kehilangan hara dan energi, dan menahan daya perusak air
dan angin. Kedua, hasil dari pohon berperan penting dalam ekonomi
input untuk pertanian seperti pakan ternak, mulsa; serta 3) produk atau
1. Pengertian Agroforestry ?
2.1. Agroforestry
dari erosi serta mengurangi kebutuhan pupuk atau zat hara dari luar kebun
tanah dan air dan adanya komponen pohon dalam sistem tersebut.
mana pepohonan ditanam secara tumpangsari dengan satu atau lebih jenis
petak lahan tanaman pangan, secara acak dalam petak lahan, atau dengan
pepohonan ditanam secara tumpang sari dengan satu atau lebih jenis tanaman
tanaman pangan, secara acak dalam petak lahan, atau dengan pola lain misalnya
ditanam juga sangat beragam, dapat yang bernilai ekonomi tinggi misalnya
kelapa, karet, cengkeh, kopi, kakao (coklat), nangka, belinjo, petai, jati dan
mahoni atau yang bernilai ekonomi rendah seperti dadap, lamtoro dan kaliandra.
Jenis tanaman semusim biasanya berkisar pada tanaman pangan yaitu padi (gogo),
mana pepohonan ditanam secara tumpang-sari dengan satu atau lebih jenis
petak lahan tanaman pangan, secara acak dalam petak lahan, atau dengan
7
bentuk ini timbul sebagai salah satu upaya petani dalam mengintensifkan
dan masyarakat yang berbeda. Jadi tidak mungkin dan tidak boleh ada satu
rumusan pengelolaan agroforestri yang berlaku untuk semua keadaan lahan dan
akurat, agar ragam rumusan manajemennya tidak juga terlalu banyak, sehingga
satu pilihan), tetapi tetap memenuhi kriteria: (a) campuran jenis tanaman
(pertanian), (b) lebih dari satu strata tajuk, (c) mempunyai produktivitas yang
cukup tinggi dan memberi pendapatan yang berarti bagi petani, (d) terjaga
8
skala unit yang relatif besar. Perubahan paradigma pengelolaan kehutanan seiring
dengan perubahan kondisi sosial politik di Indonesia yaitu dari pengelolaan hutan
kondusif untuk pengembangan agroforestri pada skala yang relatif besar. Petani
yang masih saja lebih berorientasi kepada pemenuhan kebutuhan pangan, dapat
penyulaman karena bibit kakao yang ditanam tumbuh hampir 95%. Begitu pula
pada tanaman kakao dan pisang mereka saja, sedangkan melinjo tidak. Sanitasi
lingkungan dilakukan satu kali dalam sebulan mulai dari waktu tanam.
Anyar umumnya hanya dilakukan pada tanaman kakao saja dengan tujuan untuk
9
pencemaran tanah degradasi lahan dicirikan oleh status hara dan kapasitas
agroforestri yang berkaitan dengan isu lingkungan, tiga hal yang menjadi
berkaitan dengan isu lingkungan, tiga hal yang menjadi fokus dalam
proses adaptasi dan mitigasi perubahan iklim ini. Tulisan ini bertujuan
dalam mitigasi dapat dilihat dari ketiga strategi di atas yaitu fungsi yang
jenis tanaman dan yang ketiga terhadap fungsi pemanfaatan energi yang
(Butarbutar, 2011).
penghasil HHBK, baik getah maupun buah.Sampai saat ini, praktek agroforestri
tersebut telah dilakukan oleh sejumlah petani padabeberapa lokasi yang menyebar
perbedaan komposisi jenis, struktur dan populasi vegetasi. Penelitian ini bertujuan
untuk mengetahui struktur dan komposisi vegetasi yang terbentuk pada tegakan
12
Analisis regresi linier berganda dilakukan jika terdapat lebih dari satu
variabel independen (bebas). Pada analisis regresi linier berganda dapat dilihat
Santoso (2014). Penelitian ini menggunakan analisis regresi linier berganda untuk
Umur (Tahun) X2 = Luas kebun ((Ha) X3 = Luas sawah (Ha) X4 = Luas kandang
ternak (M2) X5 = Luas kolam ikan (M2) X6 = Jumlah tenaga kerja (Orang) X7 =
kelompok tani (1= iya, 0=tidak) D8 = Pemahaman agroforestri (1= iya, 0= tidak)
D9 = Bantuan kredit (1= iya, 0= tidak) D10 = Peminjaman modal di koperasi (1=
Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner,alat hitung, alat
tulis, tally sheet, tali rafia, christen hypsometer, pita ukur, dan komputer. Metode
pengumpulan data untuk data primer pada penelitian ini adalah observasi, metode
wawancara, dan metode survey. Pengumpulan data sekunder yang dilakukan pada
yang dikelola melalui sistem hutan rakyat dengan tanaman pokok medang
adalah seperangkat alat pembuatan petak ukur (PU) yaitu tali tambang,
kompas, pita meter, blangko pengamatan (tally sheet), alat tulis menulis
untuk mengambil titik koordinat, aplikasi Google Earth Pro Tahun 2017,
pembatas plot erosi, ember ukuran 100 liter untuk penampung aliran
tanah terarosi, pipa air untuk penghubung aliran, timbangan analitik untuk
digunakan adalah peta Sub-DAS Wuno di DAS Palu, citra Google Earth
Pro Tahun 2017, label gantung untuk mencatat kode sampel pada setiap
dinyatakan dalam kg/m2 atau ton/ha. Biomasa pohon dalam penelitian ini
hutan alam dalam menyediakan kebutuhan bahan baku kayu bagi industri
daun, batang, ranting, bunga dan buah. Pengukuran jumlah karbon yang
disimpan dalam tubuh tumbuhan hidup atau biomassa pada suatu lahan
(Hikmatyar, 2015).
faktor, diantaranya jenis tanaman dan kualitas lahan Alih fungsi lahan hutan tidak
hanya menyebabkan berkurangnya tutupan lahan hutan, akan tetapi alih fungsi
bagian ranting sebesar 6,16- 10,32% dan terkecil pada bagian cabang
berbasis tanaman musiman bila ditinjau dari cadangan karbon. Hal ini disebabkan
18
oleh adanya pepohonan yang memiliki biomassa tinggi dan masukan serasah yang
rendah dibandingkan dengan hutan alam, tetapi sistem ini dapat merupakan suatau
Karbon merupakan suatu unsur yang diserap dari atmosfer melalui proses
lahan, umur dan kerapatan vegetasi, komposisi jenis serta kualitas tempat
(termasuk bagian atas yang meliputi batang, cabang, ranting, daun, bunga, dan
buah serta bagian bawah yang meliputi akar), bahan organik mati, tanah dan yang
tersimpan dalam produk kayu yang nantinya dapat diemisikan untuk produk
di dalamnya, baik itu pohon, pancang, tiang, semai dan tumbuhan bawah
dan bahkan bagian yang sudah mati sekalipun berperan dalam menyerap
karbon. Karbon yang diserap oleh pohon, serasah dan bagian yang sudah
mati itu akan disimpan dalam bentuk biomassa. Dengan demikian dapat
deforestasi dan pembakaran hutan, karbon yang ada di atmosfer juga akan
19
global (Farmen,2014).
pada kelompok Rigis Jaya II yaitu 22 responden (81 %). Kegiatan non
agroforestri yang memberikan hasil lebih tinggi dari jenis kegiatan lainnya adalah
pada lahan milik pribadi. Seperti penelitian Winarni (2016) yang menyatakan
dan pengeluaran responden baik dari hasil agroforestri dan diluar agroforestri.
disajikan dalam bentuk tabulasi angka dan tabel sesuai dengan hasil yang
seberapa banyak variasi jenis yang dikombinasikan dalam satu lahan dan sistem
sehingga:
input x sama dengan harga input x. Dengan menyatakan v* = v/p sebagai harga
2014).
(Pebriantari, 2016).
pertukaran karena sebagai aturan main (rule of the game) yang berkaitan dengan
kerjasama dalam suatu sistem tata kelola (governance). Kerjasama juga memicu
pada proses peningkatkan nilai tambah. Biaya transaksi muncul terutama pada
mekanisme dan koordinasi antar pihak yang terlibat didalamnya (Fadhiela, 2018).
memenuhi permintaan dan memperluas pasar melalui pertanian yang maju dan
tangguh. Sebagai negara yang sedang berkembang, Indonesia masih akan lama
rasanya pada saat krisis ekonomi saat ini masalahnya bertambahberat, sementara
karena arti dan peranannya sangat penting dalam menunjang kehidupan dan
yang diterapkan di Desa Sidodadi belum diketahui komposisi tanaman yang mana
yang dapat memberikan pendapatan tertinggi bagi petani agroforestri. Oleh sebab
itu, penelitian ini dilakukan bertujuan untuk menganalisis komposisi yang terbaik
(Wanderi, 2019).
Lahan merupakan salah satu faktor produksi yang harus dimiliki oleh
seorang petani, karena dari lahan yang dimiliki inilah petani dapat memperoleh
umumnya lahan yang dimiliki oleh petani berasal dari tiga sumber yaitu warisan,
membeli, dan sewa (garapan), baik itu di lahan desa maupun di lahan Perhutani
(Diniyati, 2015).
sebesar 36% dari seluruh pendapatan petani (Jumlah ini cukup besar mengingat
kisaran tidak lebih dari 10% dari total pendapatan (Madyanto, 2015).
III. METODOLOGI PRAKTIKUM
yaitu : Pita meter, Meteran Rol, Haga meter, Alat Tulis, Kamera Digital
4) Nilai keliling pohon kemudian dimasukan dalam tallysheet yang telah dibuat
1) Observasi meliputi pengamatan jenis tanaman serta pola dan pengelolaan yang
responden, jenis komoditi hasil produksi, luas lahan garapan, harga jual jenis
a. Intensitas Sampling
IS=(n ×LPU)/LH×100%
n=4/(100 )×10.000/400
n=40.000/40.000
b. Diameter (d)
d=k/π
d=(125 cm)/3,14
d=39,81 cm
t = Tan α × r + TMP
d. Biomassa (BK)
24
BK = 0,11 ρ D2,62
BK = 1197,95 g/cm2
C = BK × 0,47
C = 563,037 g/cm
IV. GAMBARAN UMUM WILAYAH
kelurahan, salah satunya adalah Kelurahan Jatih Bali. Kelurahan Jati Bali
memiliki batas wilayah sebagai berikut: batas utara adalah Desa Abeko,
IV.2. Iklim
Bali. Lokasi praktikum ini lebih spesifik di Kelurahan Jati Bali dalam lingkup
yaitu 22,80C, suhu maksimal adalah 32,70C dan suhu rata-ratanya adalah 27,90C.
Suhu paling rendah terjadi pada bulan September yaitu 20,40C dan suhu paling
Rata - Rata 3 4 3 4 5
Sumber : BPS Kecamatan Ranomeeto Barat 2019
Kecamatan Ranomeeto Barat adalah Kecamatan yang memiliki kecepatan
angina yang paling tinggi di tahun 2018 bulan januari dengan kecepatan 6 Knot
dan yang paling renda yaitu pada tahun 2018 bulan juni dengan kecepatan 4
1 Januari 154,2 17
2 Februari 117,5 15
3 Maret 158,7 14
4 April 157,4 17
5 Mei 519,6 29
6 Juni 644,6 23
7 Juli 395,0 19
8 Agustus 142,9 17
9 September 40,5 7
1
0 Oktober 0,4 1
1
1 Nopember 280,0 11
1
2 Desember 578,9 24
Ranomeeto Barat adalah 194 jumlah hari hujan dan 3189,7 mm3 untuk
jumlah curah hujan. Hari hujan yang paling sedikit terjadi yaitu pada bulan
Oktober selama 1 hari, hal ini terjadi karena pada bulan ini adalah
puncaknya musim panas. Kemudian hari hujan yang paling banyak yaitu
31
terjadi pada bulan Mei selama 29 hari, hal ini terjadi pas puncaknya
terendam banjir.
mana jenis tanah ini peka terhadap erosi dan umumnya terdapat pada hutan
IV.4. Topografi
Desa Jati Bali adalah Desa bukan pesisir yang memiliki topografi
Abeko 115
4 Dataran Bukan Pasir
Lameuru 110
5 Dataran Bukan Pasir
6 Opaasi 112 Dataran Bukan Pasir
32
Tunduno 112
8 Dataran Bukan Pasir
Laikandonga 120
9 Dataran Bukan Pasir
Sumber : BPS Kecamatan Ranomeeto Barat 2019
Ketinggian Kecamatan Ranomeeto Barat desa atau Kelurahan yang
Desa yang memiliki ke tinggian paling rendah adalah Desa Jati bali di
V.1.Hasil
Berat
Keliling π Diameter ρ Fraksi Kandungan
No Tanaman Kering
(cm) (cm) Karbon Karbon
(gr)
1 Mangga 23 3.14 7.32 0.7 14.175 0.47 6.662045822
2 Jati 20 3.14 6.37 0.7 9.848 0.47 4.628432088
3 Jati Mati 22 3.14 7.01 0.7 12.655 0.47 5.94798398
4 Jati 22 3.14 7.01 0.7 12.655 0.47 5.94798398
5 Jati 26 3.14 8.28 0.7 19.576 0.47 9.200852435
6 Rambutan 20 3.14 6.37 0.7 9.848 0.47 4.628432088
7 Manggis 20 3.14 6.37 0.7 9.848 0.47 4.628432088
8 Jati 20 3.14 6.37 0.7 9.848 0.47 4.628432088
9 Manggis 23 3.14 7.32 0.7 14.175 0.47 6.662045822
10 Rambutan 20 3.14 6.37 0.7 9.848 0.47 4.628432088
11 Manggis 20 3.14 6.37 0.7 9.848 0.47 4.628432088
12 Rambutan 21 3.14 6.69 0.7 11.197 0.47 5.26265635
Total 143.519 67.4541609206945
35
Berat Kandung
Keliling π Diameter ρ Fraksi
No Tanaman Kering an
(cm) (cm) Karbon
(gr) Karbon
1 Mente 20 3.14 6.37 0.7 9.848 0.47 4.628
2 Mente 21 3.14 6.69 0.7 11.197 0.47 5.263
3 Sengon 20 3.14 6.37 0.7 9.848 0.47 4.628
4 Sengon 20 3.14 6.37 0.7 9.848 0.47 4.628
5 Mangga 26 3.14 8.28 0.7 19.576 0.47 9.201
6 Sengon 21 3.14 6.69 0.7 11.197 0.47 5.263
7 Sengon 20 3.14 6.37 0.7 9.848 0.47 4.628
8 Sengon 22 3.14 7.01 0.7 12.655 0.47 5.948
Total 94.017 44.188
V.2. Pembahasan
lahan agroforestri tersebut milik ibu Nyoman sutati di Desa Jati Bali yang
memiliki umur 61 tahun. Bapak tersebut memiliki luas lahan kurang lebih
1 ha, di dalamnya terdapat tanaman jati lokal, manggis, rambutan jati lokal
Made widya. Lahan tersebut di tanami dengan Pohon sengon, mangga dan
mente, yang pemanfaatannya hanya untuk keperluan sendiri, selain itu ada
juga ternak sapi, Lahan tersebut tidak begitu luar berkisar kurang lebih 1
36
6.1. Kesimpulan
berikut:
atau lebih tanaman yang ditanam untuk mendapatkan manfaat dari segi
atau ternaknya.
2. Data yang tepat dan akurat maka perlunya kesiapatan dalam melakukan
dalam mengukur dimensi pohon biasa terdapat kendala yaitu berupa cuaca
energi, dan limbah organik. Sifat kimia, sifat fisik, kadar air, dan kekuatan
6.2. Saran
nilai fungsi ekonomi dan ekologi selepas dari pembuatan laporan ini semoga
37
ada melalui kritikan atau saran dalam laporan ini bisa mewujudkan perpaduan
EDY SUL HASID dan Ibu MARNI DEWI. Sejak tahun 2006 penulis
pada tahun 2014. Setelah lulus pada tahun 2014 penulis melanjutkan ke Sekolah
Menengah Atas di SMA Negeri 7 Kendari dan lulus pada tahun 2017. Pada
Oleo melalui jalur SNMPTN (Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri)