Oleh:
Oleh:
Fahmi Rizal Rosyadi
17/416638/SV/14376
Mengesahkan,
Dosen Penguji
Mengetahui,
Ketua Program Studi Diploma III Pengelolaan Hutan
Puiji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah memberikan
Kalimantan Tengah.
bagi semua pihak dan dapat menjadi refrensi atau bahan belajar kegiatan dimasa
Maka dengan kerendahan hati, penulis mengahrapkan kritik dan saran tambahan
Demikian kata pengantar yang penulis dapat sampaikan, atas kata yang
Penulis
Tabel 3. 1 Jenis-Jenis Pal Btas Areal Konsesi PT. Korintiga Hutani ................... 27
Tabel 10. 1Data Penelitian dan Pengembangan (Plus Trees Waru Selection) .... 125
Tabel 10. 2Data Rencana Pengukuran Uji Litbang 2020 .................................... 125
Tabel 10. 3Tata Waktu dan Teknis Pelaksanaan Plus Trees Waru Selection ..... 126
Tabel 11. 1Daftar Desa Binaan PT. Korintiga Hutani ........................................ 140
Tabel 11. 2Rancangan Program CSR PT. Korintiga Hutani ............................... 141
Tabel 11. 3 Contoh Program CSR di Desa Binaan ............................................. 142
Gambar 11. 1Peta Sebaran Desa disekitar PT. Korintiga Hutani ....................... 141
Gambar 12. 1 Persentase Tenaga kerja PT. Korintiga Hutani ............................ 152
Gambar 12. 2 Jenjang Karir di PT. Korintiga Hutani ......................................... 152
Gambar 12. 3Skema Prosedur Kesehatan dan Keselamatan ............................... 158
Gambar 12. 4 Skema Upaya Pencegahan Kecelakaan Kerja .............................. 160
A. TUJUAN
B. METODE
3. Prosedur Kerja
peraturan pelaksanaannya.
1°62’30’’ - 2°20’00’’ LS
Administrasi Pemerintahan
Litosol 59 Ha (0,1%)
15. Topografi
tanaman (IUPHHK-HT) adalah izin usaha untuk membangun hutan pada hutan
produksi yang dibangun oleh kelompok industri untuk meningkatkan potensi dan
kualitas hutan produksi dalam rangka pemenuhan bahan baku industri (Permen
diprioritaskan pada kawasan hutan yang tidak atau kurang produktif. Hutan
tanaman memiliki karakter yaitu tegakannya homogen dilihat dari segi umur,
jenis tanaman, jarak tanamnya. Hal tersebut menjadikan sistem silvikultur yang
diterapkan berbeda dengan izin usaha di hutan alam. Menurut Permen No. P.
Habis Permudaan Buatan (THPB) dan atau Tebang Habis Permudaan Alam
(THPA).
Izin Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu pada Hutan Tanaman (IUPHHK-HT).
Izin usaha PT. KTH disahkan pertama pada tahun 1998 berdasarkan surat
Dalam perkembangannya izin usaha PT. KTH mengalami setidaknya empat kali
perubahan dan izin usaha terakhir yang berlaku didasarkan pada surat keputusan
Unit kerja PT. KTH berdiri di dua wilayah kelompok hutan yaitu
Pemangkuan PT, KTH masuk dalam wilayah RPH Wanakarta, BKPH Pangkut
Kantor Cabang atau Lapangan PT. KTH berada di Basecamp Pellita yang
Tengah. Areal kerja PT. KTH berjarak kurang lebih 90 Km dari pusat kota
Pangkalan Bun, sehingga dapat di akses menuju areal kerja PT. KTH dapat
Iskandar dan dilanjutkan perjalanan darat kuarng lebih 2 jam. Kota-kota yang
antara lain Sampit, Palangkaraya, Ketapang, Pontianak serta Kota Besar di Jawa
area PT,KTH bervariasi dari datar hingga curam, dengan dominasi topografi
datar dengan kelerengan 0 – 8 % yaitu seluas ± 56,614 Ha. Sebaran jenis anah di
areal didomonasi jenis tanah litosol yaitu 59 Ha, podsolik seluas 47,06 Ha, dan
kambisol seluas 38,39 Ha sedangkan jenis lainnya adalah regosol, alluvial, dan
gleisol. Dibeberapa areal dengan kelerengan lebih dari 40% dan jenis tanah
memiliki variasi dari tidak subur hingga subur. Jenis tanah Tanah litosol
dengan tanaman, selain itu ketersediaan unsur mikro dan fosfat yang sedikit
karena terikat oleh Ca (Supriyadi, 2007). Jenis tanah podsolik juga memiliki
sifat kurang subur, dimana podsolik merupakan tanah marginal yang memiliki
unsur hara rendah dan sifat masam (Handayani, 2018). Sementara itu tanah
Hasil hutan PT. KTH digunakan untuk keperluan industri. PT. KTH
termasuk dalam kelas perusahaan Hutan Tanaman Industri pulp dan kayu
Jabon Putih, dan Sengon Laut. Jenis utama yang dikembangkan adalah
Eucalyptus pellita sedangkan jenis lain bersifat uji coba ataupun dipanen sesuai
E. KESIMPULAN
tanah Litosol dan Podsolik dimana kedua tanah tersebut tergolong jenis
tanah kirang subur, sementara pada beberapa loksi dengan jenis tanah
3. Masyarakat sekitar areal konsesi PT. KTH terdiri dari masyarakat local
A. TUJUAN
peraturan pelaksanaannya.
B. METODE
3. Prosedur Kerja
perusahaan.
secara besar. Tujuan utama kebijakan sertifikasi adalah supaya pasar dapat
mengidentifikasi bahwa produk yang dihasilkan pelaku usaha adalah berasal dari
Produksi Lestari (PHPL) dan Verifikasi Legalitas Kayu (VLK) untuk pemegang
izin usaha bidang kehutanan atau juga hutan rakyat. Kebijakan ini dimulai sejak
Kebijakan ini secara garis besar betujuan supaya pasar internasional dapat
melihat bahwa hutan produksi Indonesia diatur sesuai dengan tata kelola yang
baik (Arshanti,2017).
standar terpenuhinya suatu syarat, dalam hal ini standar terpenuhinya aspek
PHPL. Sementara itu verivier adalah alat atau hal-hal teknis yang digunakan
Verifier pada tiap indicator akan digunakan sebagai alat penilaian, dimana verier
dibagi manjadi verivier dominan (bobot 2) dan verivier co-dominan (bobot 2).
Penilaian verivier dibagi menjadi 3 yaitu baik (skor 3), sedang (skor 2, dan
buruk (skor 1) yang kemudian akan dikali dengan bobot verivier, nilai indicator
adalah jumlah dari nilai verivier yang dibandingkan dengan nilai verivier
penilaian Verifikasi Legalitas Kayu (VLK). Penilaian VLK ini bertujuan guna
menjamin bahwa kayu yang dihasilkan pemegang izin usaha merupakan kayu
yang berasal dari hutan yang dikelola secara lestari dan memiliki asal usul kayu
penilaian PHPL sangat tergantung pada penilaian VLK, dimana penilaian VLK
“BAIK”. Beberapa hal yang dapat ditoleransi pada sertifikasi PHPL adalah pada
hingga saat ini sertifikat PHPL yang diperoleh PT.KTH masih dikategorikan
“BAIK” sehingga legalitas hasil hutan PT. KTH terjamin. PT. KTH juga
oleh PT. KTH adalah sertifikasi FSC. PT. KTH mempercayai SGS QUALIFOR
sebagai lembaga penilali sertifikasi FSC. Pada audit terakhir yang dilakukan
terhadap sempadan sungai PT. KTH. Sehingga PT. KTH perlu melakukan
Lestari. Proses sertifikasi mulai dengan memilih lemebaga sertifikasi yaitu Mutu
PT. KTH harus memastikan setiap kegiatan dilapangan telah memenuhi Standar
A. TUJUAN
B. METODE
Alat Tulis
Kamera
6. Prosedur Kerja
hutan.
lapangan, meliputi:
C. HASIL PENGAMATAN
5. Pohon
Marker - Pewarnaan batang
pohon menggunakan cat
berwarna merah, dengan
jarak antar pohon marke
20 m.
- Membatasi antara
kawasan yang akan
dilakukan pemanenan
dengan kawasan yang
tidak dilakukan
pemanenan.
- Sebagai pembatas untuk
operator penebangan
agar pemanenan tidak
over area.
Pembangunan hutan tanaman industri tak lepas dari kegiatan penataan areal
kerja. Kegiatan ini meliputi batas-batas konsesi serta batas-batas bagian hutan
didalamnya. Simon (1993) menyebutkan bahwa adanya batas yang jelas, tetap
dan diakui semua pihak adalah salah satu syarat atau instrument tercapainya
utamnya dengan lahan masyarakat atau wilayah adat menjadi penting karena hal
ini berpotensi menyebabkan konflik antar pihak terkait. Salah satu permasalahan
setempat terhadap batas terhadap lahan atau hutan adat (Syahadat, 2013).
Penataan batas yang baik akan memberikan kemudahan bagi pemegang izin
menjadikan pengelolaan hutan lebih efektif dan efisien. Dalam PP No. 6 tahun
usaha diberlakukan
pengelolaan hutan tanaman industri. Penataan batas harus di lakukan secra jelas
dan melibatkan pihak-pihak terkait sehingga batas dapat berlaku dengan baik.
Batas kawasan ditandai dengan pal-pal batas, dan khusus untuk pal batas konsesi
PT.KTH menggunakan jenis material yang lebih kuat, hal ini dapat dilihat dari
bahan pal yang terbuat dari beton dengan tulisan yang tercetak jelas. Dengan
seperti yang dijelaskan bahwa salah satu factor konflik tanah adalah tapal batas
yang tidak jelas (Jhony,2007). Batas konsesi PT. KTH antara lain adalah batas
antara kawasan produksi dalam areal konsesi dengan kawasan produksi diluar
konsesi, kawasan produksi didalam areal konsesi dengan kawasan non produksi,
kawasan penggunaan lain dalam areal konsesi dengan kawasan penggunaan lain
diluar areal konsesi, serta kawasan penggunaan yang dapat dikonversi dalam
areal konsesi dengan kawasan penggunaan yang dapat dikonversi di luar areal
konsesi. Pembagian ini dilakukan supaya dalam penggunaan lahan, PT. KTH
dapat meminimalisir dapak atau potensi konflik yang terjadi. Batas-batas areal
dahulu pengambilan gambar melalui citra udara. Hasil citra udara selanjutnya
diproses dengan digitas yang dibantu dengan software ArcGIS sehingga dapat
terlihat jelas batas-batas kawasan serta dapat mudah dilakukan analisis mengenai
luas dan potensi hasilnya. Hasil pengolahan data lapangan dengan softwere
Proses ground chek dilakukan dengan mengkorelasikan antara peta hasil citra
udara dengan kondisi laangan, sedangkan pemberian batas harus ditandai dengan
marking pada GPS. Untuk pembagian batas-batas kawasan PT. KTH umumnya
menggunakan batas georafis atau batas alami seperti aliran sungai atau juga
menggunakan jalan hutan. Peta hasil citra satelit berdasarkan Permenhut No.
pengelolaan areal kerja senantiasa melakukan perbaruan peta. Hal ini juga
membagi beberapa blok. Pembagian blok di tentukan oleh rotasi tebang jenis
berdasarkan rotasi tebang yaitu 6 tahun, sehingga areal kerja PT. KTH dibagi
menjadi 6 blok tebangan. Blok-blok tebangan dibagi lagi menjadi petak hingga
dalam monitoring. Batas-batas antar blok ditandai dengan pal berbahan pipa
ujungnya, sementara pada bagian tengah diberi warna merah dan dibubuhi
dengan tulisa penanda identitas pal berupa keterangan tahun RKT dan nomor
blok, sedangkan pangkal pal diberi warna kuning dan ditanam dalam tanah
dengan kedalaman tertentu hingga dirasa cukup kokoh. Batas petak ditandai
dengan pal berbahan pipa PVC yang dipasang seng di ujungnya. Seng diberi
warna kuning kengan keterangan nomor petak di sisi kanan dan kiri sebagai
pemberian batas antara kawasan produksi dan kawasan yang tidak dipanen
dilakukan dengan menggunakan pohon batas yang diberi tanda cat merah
berjalan serta dilakukan penataan ulang apabila terjadi perubahan dalam RKU-
PHHK.
E. KESIMPULAN
kawasan. Tata batas areal hasrus dibuat dengan jells dan tahan serta
diakui semua pihak sehingga potensi konflik yang akan timbul dapat
diminimalisir.
2. Penataan areal kerja dimulai dengan pembuatan peta melalui citra udara
untuk digitasi batas batas areal dan kenampakan geografis lainnya, serta
beton berwarna putih dengan identitas pal yang dicetak pada beton dan
diberi warna hitam bertuliskan PT. KTH. Batas blok ditandai dengan pal
berbahan PVC yang diperkokoh dengan beton, diberi cat merah pada
ujung, putih ditengah dengan tulisan identitas pal (tahun RKT dan
nomor blok), dan kuning di pangkal. Batas petak ditandai dengan pal
berbahan PVC kecil berwarna kuning pada ujungnya dan putih dipangal
tanda petak satu dengan petak lainnya, pal tersebut dipasang di penggir
dengan pohon marker yang diberi tanda cat merah. Sementara itu batas
dengan beton, diberi warna merah pada ujungnya dan putih pada
pangkal. Identitas pal ditulis dengan cat hitam bertuliskan nomer pal.
A. TUJUAN
optimal (ORD), spasi jalan optimal (ORS), jarak sarad rata-rata (ASD),
Hutani.
B. METODE
Meteran
Klinometer
Kompas
C. HASIL PENGAMATAN
1. Jalan
2. Gorong – gorong
3. Jembatan Kayu
4. Jembatan kontainer
M 4.200.249,871
𝑅𝐷 = = = 44,501715 𝑚/𝐻𝑎
L 94.384
10.000 10.000
𝑅𝐷 = = = 224.71044093 𝑚
RD 44,501715
10.000
𝑂𝑅𝑆 = = 414,64729
24,1169
1 1
𝐸% = 𝑥 100% = 𝑥100% = 86,209%
V 1,16
industry sebab untuk mencapai pengelolaan yang lestari maka harus didukung
supaya jalan yang dibangun dapat menunjang pengalolaan sevara efektif dan
efisien (Dulsalam dan Arifin, 1997). Jaringan jalan yang dibangun diusahakan
lain yang harus di perhatikan adalah aspek ekologis dan aspek social. Aspek
dilakukan dengan biaya dan jarak seminmal mungkin namun dengan efektifitas
mungkin dapat memberikan akses antar masyarakat sekitar areal hutan atau
Jalan hutan memiliki fungsi utama untuk sarana pengangkutan hasil hutan
atau sarana proses pemanenan. Jalan hutan berdasarkan funsi dan syarat
hutan dengan wilayah luar hutan ; 2) Jalan Utama, jalan yang menghubungkan
wilayah dalam hutan ; 3) jalan cabang, jalan yang menguhubungkan antar petak ;
Jalan ranting, jalan yang bersifat semi permanen dan menghubungkan antar
tebangan dari tonggak ke TPn (Ellias, 2008). Sementara itu tahap pembuatan
jalan dimulai dari pengupasan tanah untuk membuang tanah lembek, kemuduan
grading dan leveling atau perataan tanah dengan menggunakan bulldozer serta
pembentukan badan jalan, serta pembuatan parit ( Dulsalam dan Arifin 1997).
Tanah lembek yang telah dikupas dapat dibuang ke area hutan mengingat tanah
tersebut merupakan topsoil yang memiliki sifat tanah yang baik untuk media
tanam atau dapat digunakan untuk menimbun kawasan yang perlu ditimbun.
sungai dengan tebung yang tinggi sehingga harus memotong kontur sungai,
kereta. Sementara itu untuk jalan yang melewati sungai dengan ukuran kecil atau
melewati aliran-aliran air yang terjadi pada musim hujan maka dibangunlah
gorong-gorong.
adalah kerapatan actual , Spasi Jalan , Jarak Sarad, dan faktor koreksi yang
persen dapat dikatakan sebagai perbandingan areal terbuka dengan luas areal
hutan. PT. KTH memiliki jaringan jalan yang terdiri dari Jalan Koridor, Jalan
Utama, Jalan Cabang A, dan Jalan Cabang B. total panjang jaringan jalan
angka 86,209 persen. Hasil tersebut termasuk dalam kategori luar biasa baik /
(2008).
Kerusakan yang umunya ditemui berupa mengelupasnya lapisan latrit atas, jalan
berlubang, dan terdapat bekasl aliran air (erosi aliran). Dalam perawatan jalan
yang rusak PT. KTH melakukan perbaikan jalan yang dilakukan secara ringan
bekas aliran air atau jalan yang sudah tidak rata, perbaikan yang dilakukan
dengan material baru sedangkan perbaikan berat yang dilakukan pada kerusakan
Jaringan jalan yang melewati sungai besar atau sungai musiman akan
pada sungai yang tidak setiap tahun dialiri air atau pada bekas-bekas aliran yang
terjadi saat hujan. Jembatan yang dibangun di PT. KTH umumnya dibangun
ini digunakan karena banyak ditemukan di areal konsesi PT. KTH sebelum
menjadi HTI serta kayu yang dinilai kuat dan bentukbatangnya lurus, kayu
digunakan baik sebagai landasan maupus sebagai penyangga. Selain itu ada pula
jembatan yang dibangun dengan kombinasi bangunan beton dan batang kayu
dibangun pada bekas aliran yang terjadi saat hujan dibangun menggunakan
material kayu yang ditata sedemikian rupa sehingga apabila hujan, air tidak
pipa besi untuk menahan tanah, pipa besi ini berfunsi untuk memperlancar aliran.
adalah tidak mudah tersumbat tanah. Selain itu pada sungai-sungai kecil dengan
material jembatan yang dominasi adalah kayu sehingga akan mudah lapuk.
bahwa :
yang perlu diperhatikan adalah lebar sungai, debit aliran dan jenis sungai
apakah sungai musiman atau sungai yang dialiri air sepanjang tahun.
Badan jalan dibuat cembung supaya apabila terjadi hujan air hujan tidak
cabang (A) dengan lebar 8-10 m, jalan cabang (B) dengan lebar 4-6 m,
dan jalan sarad dengan lebar 2-4 m. Material yang digunakan untuk jalan
koridorn jalan utama dan jalan cabang adalah tanah yang diperkeras
dengan latrit dan baruan kora; sedangkan jalan sarad hanya berupa tanah
Bina Marga rutin melakukan patrol atau cheking jalan-jalan hutan untuk
baru, sedangkan untuk jalan yang rusak berat dengan luasan yang lebar
outlet gorong-gorong.
A. TUJUAN
persemaian.
B. METODE
SOP persemaian
Kaliper
Alat tulis
Kamera
3. Prosedur Kerja
persemaian.
teknis persemaian.
C. HASIL PENGAMATAN
1. Penyiapan media
2. Hedge orchard
3. Propogation house
4. Shaded area
5. Open area
6. Packing
Pengayakan media
1. Media yang
digunakan yaitu
Penyiapan
decay wood (kayu
media lapuk)+sekam dan
pinstrup (serabut
yang dihaluskan) 3:1
Pengisian media ke
dalam polytube dan
pottray (frame)
Media siap
digunakan/ditanami
Bahan busa (elepot)
untuk semai media
oasis digunakan
dalam induksi akar
ekaliptus untuk kayu
pertukangan (ID 63)
Tempat
4. menumbuhan akar
Pemindahan semai stek pucuk
bibit ke yang ditanam di
propogation polytube dan oasis
house (PH) Kelembaban udara
diatur dengan
dilakukan
penyiraman dengan
sprayer embun 3-4
kali sehari
(tergantung cuaca)
Bibit disimpan
selama 15 hari
Pengangkutan
7. dilakukan dengan
Pemuatan bibit truk
dan Bibit di angktut
pengangkutan bersama dengan
ke lapanagan polytube
Tempat menyimpan
2. Gudang barang ataupun stok alat
dan bahan untuk
kebutuhan di
persemaian
2.
5. Tempat Pengisian
pengisian media polytube/pottray
dan penananam (frame) dengan media
tanam dalam karung
Dilakukan penyiraman
pada media dalam
frame untuk kemudian
stek pucuk dapat
ditanam di atas media
Pemberian hormone
IBA pada bagian
pangkal batang (stek
pucuk)
Disebabkan adanya
2. Mati pucuk cendawan patogen
jumlah yang sesuai kebutuhan, kualitas dan ukuran yang siap tanam, serta dalam
waktu yang tepat. Selain itu persemaian juga dapat di fungsikan sebagai tempat
memnuhi beberapa beberapa pertimbangan, antara lain adalah aspek fisik, aspek
teknis dan aspek tenaga kerja (Fandeli, 1984 dalam Faiz 2019). Aspek fisik
meliputi aksesbilitas, ketersedianan sumber air yang memadai dan luasan yang
cukup, sementara itu aspek tenaga kerja adalah mengenai mudah tidaknya dalam
(Budiawan, 2009).
genetik tinggi sehingga lebih tahan terhadap penyakit (Dewi, 2016). Pada
alam, yang memiliki keuntungan yaitu persen hidup saat penanaman lebih tinggi
PT. KTH telah membangun beberapa kebun pangkas khusus jenis Ekaliptus.
sebagai media tanam indukan. Media pasir yang digunakan telah melalui proses
sterilisasi dan selau dijaga tingkat sterilmnya. Hal ini karena ID 63 yang
memiliki kemapuan berakar kurang baik. Selain itu, media secara rutin diberikan
pupuk mengingat bahan pasir yang memiliki tingkat draenase tinggi sehingga
30 ditanam dalam bangunan berbentuk boks dengan media berupa tanah. Pada
yang telah sesuai standar. Persemaian PT. KTH terletak di Camp Indokayu dan
Camp Telawih, di mana dua camp tersebut merupakan camp unit dari kegiatan
di PT. KTH yang telah mewakili dua wilayah unit kerja PT. KTH sehingga
produksi lebih besar, persemaian ini memiliki luas sekitar 9 Ha dan didalam nya
geografis yang cukup landau, serta terkena cahaya matahari secara utuh
camp dan sumber air operasional persemaian, terdapat pula sungai yang dialiri
Proses produksi bibit secara garis besar adalah terdiri dari penyemaian,
bibit, PT. KTH menggunakan metode stek pucuk, yang sumber materi
vegetatifnya diperoleh dari kebun pangkas baik jenis Ekaliptus, Acacia, Waru
dan tanaman Turnera subullata. Untuk jenis utama yang diusahakan PT. KTH
adalah jenis Ekaliptus pelita, jenis Ekaliptus yang diproduksi terdapat dua
varietas unggul yaitu ID 30 dan ID 63. Kegiatan produksi dilakukan setiap bulan
dengan jumlah yang berbeda-beda setiap bulannya. Proses produksi bibit yang
1. Perseiapan Media
Metode stek yang diterapkan untuk terutama dalam proses induksi akar
akar yang digunakan di PT. KTH adalah campuran antara Pindstrup dan
berasal dari serpihan gambut yang dicampur dengan kapur serta pupuk,
lebih tahan jamur, hal ini terbukti setelah PT. KTH melakukan uji coba,
30 dan jenis-jenis lain sperti sengon dan akasia. Sementara itu, pada
yang dipotong dengan ukuran tertentu sehingga cukup untuk satu pucuk
borongan dimana dalam sehari target yang hasur diselesaikan adalah 400
Pemanenan stek pucuk dilakukan pada saat pagi hari, mulai pukul 6 dna
maksimal pukul 10. Kriteria pucuk dan cara pemanenan yang digunakan
habis pada setiap pohon indukan hingga pucuk yang terbawah atau
dibiarkan tumbuh lebih tinggi karena pucuk yang lebih rendah ketanah
akan memeiliki tingkat penumbuhan akar yang lebih baik. Sementara itu
namun, pucuk yang di panen merupakan pucuk yang sudah cukup tua
dengan daun yang cukup tebal. Oucuk yang telah dipanen selanjutnya
target penanaman.
3. Penanaman
Hormon IBA dicampur dengan tepung pati yang berfungsi untuk tanda
(PH). Selama proses induksi akar suhu dan kelembaban PH selalu dijaga
bertunas, belum bertunas, dan mati. Bibit yang belum bertunas akan
dalam Polytube berisi tanah dan disimpan dalam frame Polytube. Cara
batang. Bibit yang telah memenuhi standar kualitas akan disimpan pada
tempat tersendiri dan dapat disebut sebagai Bibit Siap Tanam (BST).
Bibit yang di Produksi oleh PT. KTH telah memnuhi standar yaitu bibit
sehat, batang tunggal dan berkayu, diameter lebih dari 2 cm, tinggi
lebih dari 20 cm, media kompak, jumlah daun lebih dari 3 pasang, serta
SET/2009
menjadi 2-3 tingkatan. Penataan ini dinilai efisien sehingga dalam sekali
Perhitungan kebutuhan bibit didasarkan pada luas lahan yang akan ditanam
dan jarak tanam yang diberlakukan pada lahan tanam. Data jumlah bibit
keperluan Penelitian dan Pengembangan serta sebagian bibit juga dijual untuk
jumlahnya lebih sedikit dibandingkan saat musim penghujan, selain itu saat
E. KESIMPULAN
dalam waktu 3 bulan hingga bibit siap tanam sesuai kualitas yang
masuk minggu ke-8 bibit dipindahkan ke open area. Pada open area
bedeng berisi pasir dengan dipasok nutrisi secara rutin dan pohon induk
seleksibibit yaitu berkar dengan tidak berakar, dan pada bibit yang telah
besar. Pada open area bibit harus disimpan jauh dari tanah supaya
3. Bibit yang di Produksi oleh PT. KTH telah memnuhi standar yang
diameter lebih dari 2 cm, tinggi lebih dari 20 cm, media kompak,
4. Hama yang ditemui pada persemaian adalah ulat hijau dan wereng yang
dan layu yang diduga karena tidak terkena nutrisi saat pemupukan serta
ditanam dan jarak tanam yang diberlakukan pada lahan tanam. Data
pengurangan.
A. TUJUAN
penanaman.
B. METODE
Alat tulis
kamera
3. Prosedur Kerja
penenaman
penanaman.
C. HASIL PENGAMATAN
Kegiatan pembersihan
Pembersihan lahan dari sisa hasil
1. pasca pemanenan
pemanenan menggunakan alat
excavator.
Meletakkan pupuk
Pemupukan dasar di tiap ajir
4. dasar (pupuk
kandang) Dosis pupuk SP36
100gr
7. Penanaman bibit
3. Layout Penanaman
3m
3m
3m
4m
2.5m
2.5m
2.5m
4m
m
pembuatan jalan, pembersihan lahan dan pengolahan tanah. Pengolahan tanah ini
menjadi penting karena dapat meningkatkan produktifitas dan kualitas sifat fisik
tanah. Tanah yang diolah dan diberikan bahan organic akan mengalami
penurunan berat jenis yang menjadikan porositas tanah meningkat (Nita, dkk,
tanah, selain itu juga akan mempermudak akar tanaman untuk menyerap unsur
areal Hutan tanaman Industri (HTI) yang luas dan pekesjaan yang cukup berat
maka akan sangat memakan banyak waktu dan tenaga untuk persiapan lahan
secara manual. PT. KTH melakukan kegiatan persiapan lahan menggunakan alat
selesai di satu areal kerja. Persiapan dimulai dengan membersihkan sisa kayu
jalur penanaman menggunakan tali yang direntangkan sesuai arah mata angin.
Pada jalur penanaman yang telah dibuat selanjutnya dilakukan pemasangan ajir
tanah.
penanaman, jarak tanam, kedalaman lubang tanam, dan dosis pupuk dasar.
diameter harus disesuaikan dengan tujuan penanaman ( untuk kayu industry atau
terhadap pertumbuhan tinggi dan diameter Jati. Ukuran lubang tanam yang di
dengan tujuan hasil hutan sebagai kayu industri atau pertukangan. Pada
sehingga di PT. KTH penerapan jarak tanam tersebut digunakan untuk jenis
kayu yang digunakan sebagai bahan baku Chip. Sedangkan penerapan jarak
kayu yang digunakan sebagai kayu pertukangan. Pupuk yang digunakan sebagai
dasar adalah pupuk kandang dan SP36 dengan dosis 100gr setiap lubang tanam.
secara bersamaan dengan sistem borongan, dimana satu regu kerja rata-rata
E. KESIMPULAN
lahan dan penanaman di PT. Korintiga Hutani maka dapat disimpulkan bahawa :
1. Persiapan lahan yang dilakukan di PT. KTH adalah dengan cara semi
supaya gulma tidak mudah tumbuh lagi. Pada kegiatan pemasangan ajir
6,25 Ha lahan dalam satu hari kerja. Pada proses pemasangan ajir satu
A. TUJUAN
penyakit.
B. METODE
Lokasi : Kantor Pusat Base Camp Pellita, Petak 300 A2, 300E, 306 B, dan
307 H.
Alat tulis
kamera
3. Prosedur Kerja
tanaman
tanaman.
C. HASIL PENGAMATAN
1. Kegiatan penyulaman
dilakuan untuk menananm
kembali tanaman yang
rusak atau mati
dilapangan.
2. Penyulaman dilakuakan
dilokasi yang sama
1. Penyulaman dengan waktu awal
menanam.
3. Penyianagan adalah
kegiatan mencabut gulma
yang berada disela – sela
tanaman.
2. Penyiangan
1. Kegiatan penyiangan
dilakakuan rutin pada
umur 0 – 24 bulan
(penyiangan secara
manual).
2. Penyiangan secara
kimiawi menggunakan
herbisida.
3. Pendangiran adalah
kegiatan menggemburkan
tanah dengan tujuan
memusnahkan gulma dan
memperbaiki sifat fisik
tanah.
4. Kegiatan pendangiran
3. Pendangiran dilakukan pada umur
tanaman 1 – 24 bulan.
5. Pemupukan adalah
memberikan nutrisi
tambahan berupa bahan
organik maupun bahan
anorganik kedalam tanah
4. Pemupukan yang bertujuan untuk
menambah unsur hara
tanah.
6. Dosis pupuk yang
diberikan tergantung
dengan umur tanaman.
7. Pemangkasan (pruning)
adalah kegiatan
memangkas cabng –
cabang pohon yang masih
muda dan tumbuh pada
batang utama pohon.
8. Kegiatan pangkas
dilakukan tiga kali.
5. Pemangkasan 9. Pada umur tannaman 10 –
cabang (Pruning) 12 bulan dengan tinggi
pangkas dari permukaan
tanah 1,5 – 2 meter.
10. Pada umur tannaman 24
bulan dengan tinggi
pangkas dari permukaan
tanah 2 – 4,5 meter.
11. Pada umur tannaman 36
bulan dengan tinggi
Keterangan :
Digunakan membuat
lubang tanam (setelah
digali dengan eksavator)
10. Cangkul dan untuk pendangiran.
(Subari, 2014). Dalam konsep sistem silvikultur intensif setidaknya ada tiga
unsur yang harus terpenuhi yaitu penggunaan bibit yang berkualitas, manipulasi
unggul yang di maksud adalah bibit yang telah melewati proses seleksi
lebih cepat baik ukuran diameter maupun tinggi (Unenor, 2015). Manipulasi
lingkungan yang dilakukan guna mencukupi kebutuhan unsur hara, maka dapat
tajuk).
pemeliharaan tanaman baik pada tanaman muda dan tanaman dewasa secara
rutin. Kegiatan pemeliharaan yang dilakukan PT. KTH antara lain adalah
sebagai berikut :
Dalam melakukan peyulaman, tanaman yang mati diganti dengan bibit baru
yang di tanam pada tempat semula dan diikat longgar pada ajir, apabila ajir
hilang maka diberi ajir baru. Tidak ada jumlah pasti berapa persen yang
2. Pembersihan Gulma
Gulma adalah semua bentuk tanaman tumbuh tidak dikehendaki dan bersifat
3. Pemupukan
adalah menggunakan SP36 atau NPK dengan dosis yang disesuaikan dengan
selanjutnya dosis yang diberikan adalah 100 gram dan khusus tanaman kayu
4. Pendangiran
pokok yang bertujuan untuk memperbaiki sifat tanah. Tanah yang gembur
tanaman karena apabila saat didangir dan ranting ikut terkubur tanah
5. Penunggalan
cabang yang tumbuh dibatang yang kurang dari 3 meter. Cabang ganda yang
tumbuh pada batang ang tingginya lebih dari 3 meter dipelihara sebab
dilakukan pada tanaman yang telah berumur 1 tahun dan dilakukan lagi
6. Prunning / Pemangkasan
dilakukan pada tiga tahap, yaitu tahap pertama saat umur tannaman 10 – 12
bulan dengan tinggi pangkas dari permukaan tanah 1,5 – 2 meter, tahap
tanah 2 – 4,5 meter, selanjutnya tahap ketiga saat umur tannaman 3 tahun
dengan tinggi pangkas dari permukaan tanah 9 meter, namun tahap ketiga
dengan menanami di sekitar areal hutan dengan tanaman bunga pukul delapan
alami dari hama yang menyerang tanaman Ekaliptus. Tumbuhan berbunga dapat
(Prabawati, 2015). Hal tersebut sesuai dengan penelitian Hidayat (2018) yang
menemukan 34 famili dan 48 spesies serangga dari 372 serangga pada tanaman
yang disertai pula dengan prkatek. Selanjutnya pekerja akan mendapat lisensi
dibuktikan dengan sudah mendapatnya lisensi dari PT. KTH. Langkah ini
dilakukan untuk meningkatkan kompetensi bagi para pekerja serta apabila ada
dilakukan sesuai dengan cara yang benar akan memberikan dampak positif bagi
E. KESIMPULAN
memperoleh nurtrisi berupa unsur hara, air, cahaya, dan ruang tumbuh
tanaman yang mati dengan tanaman baru yang ditanaman semula dan
diikat pada ajir, apabila ajir hilang amak harus diganti. Pembersihan gulma
dengan cara membuat galian kecil mengeliling sesuai lebar tajuk kemudian
3 meter maka harus di potong, sedangkan apabila lebih dari 3 meter maka
dipelihara.
A. TUJUAN
hutan.
pemanenan.
B. METODE
hutan tahun kemarin, dan jumlah hari kerja efektif untuk operasional.
tahunan.
g. Mahasiswa menghitung :
1) Kebutuhan alat.
felling
skidding
KBK KBS
Loading
Hauling
Un-Loading
BARGING
Towing ke IPKH
- Bulldozer Tractor 1
- Excavator 11 unit
- Bulldozer Tractor 1
unit
- Excavator 13 unit
- Bulldozer Tractor 1
unit
- Bulldozer Tractor 2
unit
- Excavator 11 unit
- Bulldozer Tractor 2
unit
- Excavator 13 unit
- Bulldozer Tractor 1
unit
- Excavator 13 unit
- Bulldozer Tractor 1
unit
- Excavator 14 unit
- Bulldozer Tractor 2
- Forwarder 1 unit
- Excavator 4 unit
- Bulldozer Tractor 1
unit
- Excavator 2 unit
- Bulldozer Tractor 1
unit
- Bulldozer Tractor 1
unit
PT. BTM
- Tronton 13 unit
- Excavator 15 unit
-Chainshaw 12 unit
PK Chainshaw
Target penebangan per hari 507,21 𝑚3
= jumlah alat
= 12
= 42,26 𝑚3/hari/alat
PK Excavator
Target penebangan per hari 507,21 𝑚3
= = = 33,81 𝑚3/hari/alat
jumlah alat 15
PK Tronton
Target penebangan per hari 507,21 𝑚3
= = = 39,01 𝑚3/hari/alat
jumlah alat 13
pemanenan yang tidak over cutting (Simon 1993). Maka dalam kegiatan
rencana pemanenan didasarkan pada data dan informasi actual mengenai areal
hutan. Supaya tidak terjadi pemanenan yang berlebih berdasar asas kelestarian
makan jatah tebang (etat) harus sesuai dengan riap dari hutan yang di usahakan
(Husaeni, 2001) senada denga hal tersebut dalam Perdirjen Binhut (2016)
menerangkan bahwa etat disesuaikan dengan pertumbuhan riap dan daur yang
dan potensi volume yang dibandingkan dengan daur produksi (Davis, 1982
pohon mati dan gangguan lainnya, kemudian pengecekan batas yaitu penandaan
batas-batas petak, batas blok, atau batas dengan kawasan penyangga, kawasan
menentukan arah rebah, arah sarad, dan lokasi TPn yang selanjutnya akan
utama pemanenan berupa potensi yang tercatat hasil ITSP (Soenarno, 2015).
pertahun, dimana PT. KTH menggunakan etat volume sebagai target pemanenan.
pemanenan dapat dilakukan secara efisien maka arah rebah dan jalur pergerakan
alat berat harus direncanakan secara baik, Dulsalam, (2015) menerangkan bahwa
Proses pemanenan hingga pengangkutan hasil kayu keluar hutan PT. KTH
1. Penebangan
pemanenan dan kualitas kayu yang dihasilkan selain itu, sikap tubuh
batang lalu dilakukan penyaradan menuju TPn. Pada lokasi TPn batang
pohon dipotong sesuai dengan ukuran sortimen yaitu 4,1m yang dimulai
dari pangkal, sehingga pada bagian ujung batang yang tersisa dengan
panjang kurang dari 4,1m akan dikelaskan dalam kulitas kayu yang berbeda
dapat dilakukan dengan sesuai. PT. KTH memberikan kebijakan tidak wajib
dengan SOP yang diberlakukan oleh PT. KTH. Proses akhir penenbangan
serta lebar tumpukan yang selanjutnya disebut dengan satuan staple meter.
dengan angka konversi yang telah ditentukan dalam Perdirjen Bina Produksi
Hasil Produksi.
3. Pengangkutan
kemudian diikat mengguanakan tali ( 2 tali untuk kayu bulat dan 3 tali untk
dump truk, logging truk , dan tongkang darat. PT. KTH melakukan
naungan perusahaan.
Kontraktor tersebut dibagi dalam 2 wilayah unit kerja PT. KTH yaitu wilayah
target tebang pada setiap kontraktor yang berbeda. Target tebang maksimal yang
diberikan PT. KTH adalah 13500 ton per bulan. Menurut surat edaran yang
kayu jenis Ekaliptus atau yang termasuk dalam jenis Rimba campura memiliki
volume 1,052 m3 sehingga 13.500 ton setara dengan 14.202 m3 dari target
tersebut dapat dihitung target hasil per hari yaitu 507,21 m3 perhari.
kerja yang dapat dilakukan oleh Chainsawman adalah 42,26 m3 tiap unit alat per
hari, excavator sebanyak 15 unit maka prestasi kerja yang dapat dilakukan
adalah 33,81 m3 tiap unit alat per hari, dan dengan tronton sebanyak 13 unit
maka prestasi kerja yang dapat dicapai adalah 39,01 m3 tiap unit alat per hari.
kurang dari 13.500 ton memiliki prestasi kerja yang sama atau bahkan lebih
tinggi. Prestasi kerja dipengaruhi jumlah alat yang tersedia dan kemampuan
dipanen yang dihitung berdasarkan berat yang ditimbang saat truk melewai
ketidakakuratan.
volume dan luas hutan yang akan ditenbang dibandingkan dengan daur
KTH tidak terjadi ove cutting. Selain merencanakan jumlah yang akan
kecil tidak perlu menggunakan takik rebah dan takik balas, sedangkan
pada pohon besar wajib menggunakan takik rebah dan takik balas.
hingga bersih.
digunakan di PT. KTH antara lain adalah dump truk, logging truk , dan
tongkang darat.
sehingga dari target tersebut dapat dihitung target hasil per hari yaitu
sebanyak 15 unit maka prestasi kerja yang dapat dilakukan adalah 33,81
m3 tiap unit alat per hari, dan dengan tronton sebanyak 13 unit maka
prestasi kerja yang dapat dicapai adalah 39,01 m3 tiap unit alat per hari.
A. TUJUAN
tanaman.
hutan kayu.
B. METODE
Lokasi : Kantor Pusat Base Camp Pelita, Pos Faktur 1, Pos Fakur 2, Pos
Dokumen LHC
3. Prosedur Kerja
a. Mempelajari isi LHC dan buku ukur yang dibuat oleh perusahaan
lokasi magang
(konsumen).
pengelolaan lahan yang baik tapi juga harus menjamin kejelasan asal usul kayu
yang dihasilkan. Asal usul kayu harus bisa dibuktikan supaya kayu hasil hutan
dapat laku dan lebih luasnya sesuai dengan persyaratan pasar dunia (Soenarno
dan Satria, 2015). Dengan latar belakang tersebut maka pendokumenan kayu
hasil tebanagn yang selanjutnya disebut sebagai tata usaha kayu. Prahasto (1997)
hutan hingga kayu sampai pada konsumen atau bisa dikatakan dari hulu sampai
hilir. Kegiatan pemenan hasil hutan terbagi menjadi tiga tahap yaitu pre
dampak pemanenan (Purwanti, 2009). Tata usaha kayu bersifat dua arah, atau
terlengkapi dokumen hingga ke hilir dan bisa dilakukan pelacakan asal kayu
meningkatkan efisiensi dan efektifitas tata usaha kayu kini didukung dengan
potensi hutan dalam bentuk Laporan Hasil Cruising (LHC). LHC merupakan
PT, KTH telah menerapkan LHC secara elektronik yang dilakukan untuk
utama pemanenan berupa potensi yang tercatat hasil ITSP (Soenarno, 2015).
pertahun, dimana PT. KTH menggunakan etat volume sebagai target pemanenan
hal ini disebabkan perkiraan hasil yang didapat untuk disesuaikan dengan jumlah
kebutuhan bahan baku dapat disesuaikan dengan mudah dan lebih tepat.
pengangkutan ke TPK. Pada tahap ini tata usaha kayu hasil huta PT. KTH dibagi
Tata usaha kayu dimulai dari hasil pengukuran dan pengujian tumpukan
kayu. Hasil uji dituangkan di Buku Ukur manual, kemudian staple meter
yang telah diukur dan diuji diberi tanda. Buku Ukur manual senjutnya akan
di unggah dalam Buku Ukur elektronik. Dari data buku ukur ini selanjutnya
disusun Laporan Hasil Produksi (LHP). Buku Ukur dan LHP selanjutnya di
Hutan (PSDH). Selain dokumen tata usaha kayu diterbitkan juga dokumen
ke TPK Hutan.
dalam kurun waktu seminggu sekali, hal ini guna menghindari penumpukan
kayu terlalu lama di TPn. Karena SKSHHK pengankutan kayu dari TPK
TPK Hutan ke TKP Antara yang memiliki masa berlaku 2 hari. Dari data
Lokasi TPK Antara berada satu komplek dengan TPT-KB dan industri
pengolahan kayu namun proses tata usaha kayu tetap dilakukan diPos-Pos
berlakunya.
Setelah dilakukan pengolahan kayu, hasil kayu berupa chip dan wood pellet
Proses tata usaha kayu harus dilakukan secara teliti dan benar. Data-data
dalam tata usaha kayu menyangkut legalitas kayu dan harus bisa dilacak
(verifikasi) hingga pada hilirnya. Supaya proses tata usaha kayu dapat berjalan
efisen maka perlu mekasnisme yang baik. Beberapa factor yang mendukung
berjalannya tata usaha kayu yang efektif antara lain adalah kualitas tenaga kerja,
sistem lebeling yang baik, ketersediaan alat dan bahan, pengelolaan jaringan
kayu. Pada kegiatan pengukuran dan pengujian kayu di TPn, hasil yang
tercatat pada buku ukur harus segera diantar ke Kantor Pusat untuk
sekali supaya PSDH segera terbayar dan kayu di TPn dapat segera terbit
angkutan ditimbang berai kotor dan berat bersih untuk mengetahui berat
2. Penatausahaan kayu mulai dari hulu hingga hilir diatur dalam Permen
LHP tersebut PT. KTH wajib membayarkan PSDH supaya surat sah
antara lain adalah 1) Laporan Hasil Cruising yang memuat potensi hasil
6) Daftar Kayu Bulat yaitu dokumen yang memuat jenis serta jumlah
daftar kayu bulat setiap melakukan mutasi atau pemindahan kayu bulat
A. TUJUAN
B. METODE
Lokasi : Kantor Pusat Base Camp Pelita dan Camp Unit Indokayu
Alat Tulis
Kamera
3. Prosedur Kerja
pruning, dsb).
C. HASIL PENGAMATAN
Tabel 10. 1Data Penelitian dan Pengembangan (Plus Trees Waru Selection)
no Jenis kegiatan Tanggal Kegiatan Keterangan
-Batang pohon
kemudian dicrap supaya
tumbuh tunas baru.
3. –Pengambilan bahan
stek pucuk pada tinggi
batang 10 cm.
-Batang Pohon
kemudian dicrap(dilukai
hingga kekambium
melingkar) supaya
tumbuh tunas baru.
Merupakan tempat
pengujian untuk
sumeber materi
perbanyakan vegetative.
Tempat pengambilan
5. Kebun Pangkas stek pucuk
(Hedge
Orchard)
sehingga hasil yang dipanen dapat memuaskan. Dalam konsep sistem silvikultur
intensif setidaknya ada tiga unsur yang harus terpenuhi yaitu penggunaan bibit
(Soekotjo, 2009).
industry adalah daur teknis yaitu ditentukan oleh rotasi tebang yang ditetapkan.
Suhartati (2013) menyatakan bahwa daur yang panjang dalam pengelolaan hutan
daur yang optimal. Kualitas kayu dan besarnya volume maksimal sangat
penelitian dan pengembangan yang dilakukan. HTI bukan hanya sekadar suatu
Produktifitas sangat didukung dengan mutu bibit yang ditanam. Mutu bibit
berkualitas salah satu factornya adalah sumber benih bibit yang merupakan
tanaman yang berkualitas unggul dan dapat diperbanyak dengan kualitas yang
baik, namaun terdapat jeturunan yang mengalami menurun (Sunarti, 2013 dalam
Sunarti, 2018). Maka dalam hibridisasi perlu dilakukan uji keturunan untuk
beberapa pohon plus, yang selanjutnya pada batang pohon plus dibuat ring
baru nantinya. Trubusan dari pohon-pohon plus tersebut selanjutnya ditanam dan
dilakukan uji klon (clona test) dengan dengan tiga ulangan dimana satu ulangan
digunakan sebagai kayu pertukangan dan ID 30 sebagai kayu industry chip. PT.
KTH juga melakukan pemuliaan hibridisasi, namun pada jenis selain ekaliptus.
diperbanyak dengan jumlah besar namun dengan materi vegetative yang sedikit,
meningkatkan efektifitas dan efisiensi dari segi material dan tenaga kerja.
yang efektif dan efisien. PT. KTH mengembangkan pembasmi hama yang
dilakukan secara alami dengan menggunakan agen hayati berupa jamur Beuveria
sp . Jamur ini merupakan agen hayati hasil temuan dilapangan yang menjadi
musuh bagi hama penggerek batang Zeuzera sp sp. Berdasarkan penelitian yang
apabila telah di kuasai oleh Beuveria sp, maka secara otomastis Zeuzera sp akan
mati. Metode pengendalian hama ini masih dalam tahap penelitian mengenai
predator alami dari hama yang menyerang Ekaliptus. Pengendalian hama dengan
agen hayati perlu diuji secara telaten cara pengalikasiannya, sebab apabila salah
dan apabila tidak dapat berdaptasi akan kalah dengan mikroorgansme lainnya
(Yulianti, 2013).
harus diberikan label indentitas sampe yang jelas dan tidak mudah hilang,
labeling juga dilakukan pada hasil-hasil penelitian, hal ini dilakukan guna
menggunakan perlakukan perbedaan dosis, seperti uji pupuk, hal ini dilakukan
Dalam setiap uji coba yang dilakukan PT. KTH menerapkan sekurang-
yang terjadi.
E. KESIMPULAN
coba perbandingan jarak tanam dimana hasil uji coba yang telak
diterapkan PT. KTH adalah jarak tanam 2,5m x 3m, 3m x 3m, dan 3m x
pada ketinggian 9m yang masih pada tahap uji coba. Sementara itu PT.
3. Uji coba yang sedang dilakukan PT. KTH untuk memperkaya jenis
tanaman budidaya yaitu tanaman Waru telah dilakukan sejak bulan Mei
bulan Juni tahun 2023. Sementara itu uji coba pengembangan jens
sengan dimulai sejak bulan Juli 2019 dan diperkirakan selesai atau
untuk mengirangi angka bias hasil uji coba, serta hasil penelitian dan
memadai, alat yang tidak lengkap, serta kurangnya tenaga ahli bidang
A. TUJUAN
kegiatan CSR.
Hutani.
B. METODE
Alat Tulis
Kamera
9. Prosedur Kerja
1. Batu Ampar
2. Lubuk Hijau
3. Topalan
4. Bukit Raya
5. Modang Mas
Menthobi Raya 6. Mukti
Manunggal
7. Sumber Jaya
8. Bukit Harum
1. Lamandau
1. Tri Tunggal
2. Rimba Jaya
Sematu Jaya 3. Perigi Raya
1. Panahan
2. Riam
3. Pandau
4. Penyombaan
5. Kerabu
2. Kotawaringin Arut Utara 6. Gandis
Barat 7. Sukarami
8. Nanga Mua
1. Kegiatan Keagamaan
2. Kegiatan Sosial dan Budaya
3. Kegiatan Olahraga
1. Jenis Program CSR 4. Beasiswa dan Bantuan
Pendidikan
5. Pembuatan Jalan dan Perbaikan
Jalan
3. Jumlah
4 Penduduk 266 orang (69 KK)
.
4. Agama
5 1. Islam (2,25 %)
2. Kristen Pantekosta (4,89%)
3. Hindu Kaharingan (28,95%)
4. Kristen Protestan (63,91%)
5. Suku
6 Dayak
.
6. Pendidikan
7 1. Tidak Sekolah (5,26%)
. 2. SD (60,53%)
3. SMP (21,05%)
4. SMA (10,53%)
5. Perguruan Tinggi (2,63%)
7. Mata
8 Pencaharian 1. Petani 150 orang dari total 185
. orang yang bekerja (81,08%)
2. PNS 5 orang (2,70%)
3. Karyawan Swasta 2 orang (1,08%)
4. Pedagang 3 orang (1,62%)
5. Lain – lain 25 orang (13,51%)
8. Rencana
9 Operasional CSR 1. Honor guru bantu
. 2. Guru agama atau Kerohanian
3. Dana hari besar nasional
4. Dana hari besar keagaamaan
kristen
5. Dana acara adat
6. Perbaikan atau pembuatan tempat
ibadah
7. Pemeliharaan jalan
8. Biaya tak terduga, bencana alam,
duka cita dan lain – lain
9. Kerjasama kemitraan HTR
10. Bantuan insentif kepala desa dan
BPD
11. Koordinasi Stakeholder
9. Manfaat
1 yang dirasakan 1. Akses jalan menuju desa menjadi
0
masyarakat lebih mudah
. 2. Meningkatkan ekonomi
masyarakat desa
3. Menambah lapangan pekerjaan.
4. Terjalinnya hubungan baik antara
masyarakat desa dengan pihak
perusahaan.
(Pirard, dkk, 2016). Maka dalam pengelolaan hutan tanaman industry harus
sebagai bentuk tanggung jawab perusahaan pemegang izin usaha hutan tanaman
hanya oleh perusahaan sebagai pelaku usaha namur perlu didukung juga dengan
regulasi pemerintah yang baik. Hal ini merupakan salah satu langkah ubtuk
pemanfaantan lahan sehingga kebutuhan lahan menjadi hal yang sensitive. Disisi
lain hutan tanaman industry yang memiliki wilayah penguasaan luas sementara
social harus dipikirkan secra tepat. Berbeda dengan strategi yang dilaksanakan
pada hutan tanaman jati dimana dapat dilaksanakan sistem tumpangsari dengan
baik Desa local maupun desa transmigran. Setidaknya ada 12 Desa Binaan dan 8
Desa transmigrasi yang menjadi sasaran program CSR di PT. KTH. Program
CSR dilakukan dengan pengembangan dalam aspek ekonomi, social, agama dan
1. Aspek Ekonomi
bentuk Hutan tanaman Industri mini yang berupa Hutan Tanaman Rakyat
hasil hutan salah satunya perlu dilakukan penambahan luas kawasan, namun
dapat dikelola masyarakat baik secra kelompok maupun individu. PT. KTH
pemasaran hasilnya dan dari sisi PT. KTH dapat meningkatkan kuantitas
hasil hutan. Kerjasama yang demikian juga diterapkan bagi masyarakat yang
diusahakan oleh PT. KTH. Pada awal pembukaan kerjasama program ini
kurang diminati oleh masyarakat karena dinilai terlalu memakan waktu jika
dimana hasil HTR lebih besar dibandingkan usaha sawit. Hingga pada
Hutan Hak disamping usaha Sawit. Selain menampung hasil dari HTR dan
Hutan Hak, PT. KTH juga melakukan penyuluhan serta pembinaan teknis
2. Aspek Sosial
Pembangunan PT. KTH secara langsung membuka akses antar desa yang
pada awalnya sulit karena hanya terhubung melalui aliran sungai. PT. KTH
dana insentif yang diberika dalam bentuk Bantuan Pemerintah Desa (BPD).
PT. KTH juga menerapkan kebijakan pemberian dana social dalam bentuk
belakan agama dan budaya yang beragam. Beberapa desa masih menjunjung
wilayah adat yang beberapa masuk dalam areal konsesi PT. KTH. Untuk
pemberian Honor bagi guru-guru kerohanian atau tokoh adat. Selain itu juga
yang baik bagi anak-anak karyawan PT. KTH maupun masyarakat setempat.
setempat, PT. KTH memberikan dukungan melalui dana intensif bagi Guru
Tanggung jawab Sosial PT. KTH terhadap masyarakat sekitar hutan terbilang
baik. Berdasarkan hasil audit PHPL yang terakhir dilakukan, semua verivier
tanggung jawab social terhadap masyarakat sekitar PT. KTH menemui beberapa
kendala seperti pada awal sosialisasi program CSR yang memerlukan waktu
sebagai contoh adalah program kerjasma HTR dan Hutan Hak yang perlu
serta negosiasi, apabila tidak tercapai titik terang maka dilakukan jalur hukum
hingga pada peradilan. Namun dari banyak kasus yang terjadi umumnya selesai
E. KESIMPULAN
jawab social yang dilakukan PT. Korintiga Hutani maka dapat di simpulkan
bahwa :
aspek yaitu aspek ekonomi, social, agama dan budaya, serta pendidikan..
menerima hasil hutan dari HTR dan Hutan hak serta bersedia
2. Potensi konflik yang terjadi antara PT. KTH dengan masyarakat sekitar
KTH.
3. Program CSR yang dilakukan oleh PT. KTH antara lain dalam aspek
ekonomi, PT. KTH membuka kerjasama dalam bentuk HTR dan Hutan
social, agama, dan budaya, PT. KTH melakukan program CSR dengan
masyarakat sekitar.
Hutan Hak sehingga hasil produksi PT. KTH dapat bertambah dari hasil
A. TUJUAN
Hutani.
B. METODE
3. Prosedur Kerja
ketenagarakerjaan meliputi:
1) Kewajiban kerja
2) Pengupahan
3) Asuransi
4) Fasilitas
5) Jenjang karir
1. Ketenaga Kerjaan
14% 21%
12%
1%
52%
Jenjang karir/kenaikan
pangkat
Merupakan tempat
untuk perbaikan
Bengkel kendaraan perusahaan
3. dan karyawan serta alat
bearat yang dimiliki
oleh perusahaan.
Berada di Base Camp
Pellita.
Merupakan tempat alat
– alat pemadam
kebakaran yang dimiliki
oleh PT. Korintga
4. Posko Damkar Hutani.
Sebagai tempat
komando bila terjadi
kebakaran dan posko
pemantau zona rawan
kebakaran.
Terletak diportal depan
sebelum masuk ke
kawasan PT. Korintga
5. Pos Satpam Hutani.
Sebagai tempat
pengecekan surat keluar
bagi karyawan yang
pergi ke lapangan.
6. Tempat Ibadah 1. Masjid
Sebagai tempat
ibadah bagi umat
muslim.
Terletak di Base
Camp Pellita,
Indokayu dan
Telawih.
2. Gereja
Sebagai tempat
ibadah bagi umat
kristiani.
Terletak di Base
Camp Pellita,
3. TPA
Sebagai tempat
belajar mengaji bagi
anak – anak
karyawan perushaan.
Terletak di Base
Camp Pellita
2. Mess bujang
Merupakan tempat
tinggal karyawan
perusahaan yang
masih bujang atau
belum berkeluarga.
Terbuat dari beton
dan dari kayu.
Berada di Base
Camp Pellita,
Indokayu dan
Telawih.
3. Mess keluarga
Merupakan tempat
tinggal bagi
karyawan yang
sudah berkeluarga
atau menikah.
Terbuat dari beton
dan kayu.
Berada di Base
Camp Pellita,
Indokayu dan
Telawih.
Sarana 1. Mobil
Transportasi Sebagai sarana bagi
karyawan untuk
pergi ke lapangan
dan tamu yang
berkunjung ke
perusahaan..
2. Bus
Sebagai sarana bagi
karyawan perusahan
apabila pergi atau
turun ke kota.
Sebagai sarana
transportasi antar
jemput anak sekolah.
Menyusun prosedur kerja yang benar merupakan salah satu keuntungan dari
menerapkan Job Safety Analisis (JSA) yang meliputi mempelajari dan
membuat laporan setiap langkah pekerjaan, identifikasi bahaya pekerjaan
yang sudah ada atau potensi (baik kesehatan maupun keelamatan), dan
menentukan jalan terbaik untuk mengurangi dan mengeliminasi bahaya.
Setiap pelaku usaha baik skala mikro maupun makro harus memenuhi hal-
hak pekerja. Jaminan atas kesehatan dan keselamatan kerja adalah salah satu hak
pekerja yang harus dipenuhi. Disamping pemenuhan upah pekerja yang sesuai
atas kesehatan dan keselamatan kerja, moral dan kesusilaan, serta perlakuan
ketergantungan. Proses produksi tak lepas dari peranan pekerja baik yang terlibat
dan Keselamatan Kerja (K3) supaya tidak timbul gangguan kerja antara pekerja
dengan perusahaan (Silaban dan Slomo, 2008 dalam Darmayanti, 2018). Setiap
minimal setiap pekerja memiliki target kerja, sehingga apabila terjadi gangguan
kerja yang dialami perja maka akan berdampak pada produktifitas produksi.
atau mengurangi terjadinya kecelakaan kerja serta penyakit yang timbul dari
dan hasil produksi, 3) Menciptakan lingkungan kerja yang sehat, bersih dan
keselamatan tinggi. Menurut data Jamsostek yang termuat dalam Pradipta (2016)
gangguan kelelahan yang intens baiki fisik maupun mental serta gangguan otot
melalui peraturan No. 13 tahun 2003 tentang ketenaga kerjaan yang mengatur
hak-hak tenaga kerja yang harus dipenuhi oleh perusahaan. Selain itu dengan
perhatikan adalah aspek K3. Dalam kriteria penilaian VLK prinsip nomer 5
memuat jaminan hak pekerja berupa implementasi k3, ketersediaan alat k3, serta
pekerja. Selain dalam sertifikasi PHPL, pemenuhan hak pekerja juga dijadikan
Stewardship Standar pada Prinsip ke-2 yaitu ketentuan pekerja dan hak pekerja.
yang memuat mengenai apa saja hak-hak serta kriteria yang layak dijadikan
Pekerja di PT. KTH tidak semua berstatus sebagai karyawan tetap. Terdapat
1. Karyawan Tetap
oleh maanajemen pusat (PT. KTH Jakarta) sebagai pegawai tetap PT. KTH.
Karyawan tetap memiliki kewajiban bekerja di setiap hari kerja PT. KTH
mendapatkan fasilitas tempat tinggal serta jatah sembako berupa beras, mie
2. Karyawan Harian
Buruh harian lepas merupakan pekerja PT. KTH yang tidak berstatus
4. Borongan
gaji dilakukan sesuai jenis pekerjaan yang dikerjakan (sekali jadi). Pekerja
Pekerja borongan mendapatkan jatah susu dan air bersih dari PT. KTH
5. Kontraktor
beda. Hal ini dilakukan untuk efisiensi dan efektifitas pembagian kerja di PT.
KTH.
PT. KTH sebagai salah satu pemegang izin usaha sector kehutanan telah
perlindungan K3. Dalam unit kerjanya PT. KTH membangun camp untuk
tempat tinggal pekerja. Terdapat camp berupa barak kayu da nada pula camp
berupa bangunan beton. Fasilitas area camp terdiri dari arena olehraga berupa
lapangan rumpu, lapangan volley, lapangan bulu tangkis, lapangan golf, serta
gedung olahraga yang masih dalam tahap pembangunan, terdapat pula sarana
gaji. PT. KTH melengkapi setiap Camp yang ada dengan Generator listrik
beserta instalasi listrik ke tempat tinggal pekerja, selain itu juga dibangun sarana
dokumen yang dimiliki PT. KTH setidaknya terdapa 4 kasus kecelakan yang
terjadi dalam kurun waktu 2017 hingga 2019. Dari semua kasus yang terjadi
utamanya pekerjaan lapanga atau beresiko tinggi. PT. KTH juga memberika
bekerja dapat melalukan dengan baik sesuai SOP serta standar K3. Kecelakaan
yang terjadi saat bekerja bisa terjadi karena tidak adanya ketegasan penerapan
E. KESILPULAN
memiliki kewajiban masuk kerja setiap hari kerja dengan sistem upah
masuk kerja setiap hari kerja dengan sistem upah harian. Buruh harian
target penyelesaian sesuai kontrak dan dengan sistem upah sekali jadi
(borongan).
3. Dalam kurun waktu antara tahun 2017 hingga tahun 2019, telah tejadi 4
tersebut.
A. TUJUAN
Forest (HCVF).
B. METODE
Lokasi : Kantor Pusat Base Camp Pelita, Sungai Mentajau, Bukit Harum,
Dokumen AMDAL
3. Prosedur Kerja
pengelolaan HCVF.
seharusnya dilakukan.
perusahaan.
C. HASIL PENGAMATAN
Trenggiling memiliki
nama ilmiah Pholidota.
Banyak ditemukan di
2. Trenggiling kawasan konservasi
Sungai Kelalai ,Bukit
Pangkut, Sungai
Peguluman dan Sungai
Musing, B. Harum,
KPPN. B. Panjang, B.
Macan.
Landak memiliki nama
ilmiah Hystrix
bracyura.
Banyak ditemukan
3. Landak dikawasan konservasi
Bukit Panjang, KPPN.
B. Panjang.
Kukang memiliki nama
ilmiah Nycticebus
coucang
Banyak ditemukan
4. Kukang dikawasan sempadan
Sungai Mua dan Sungai
Musing.
a. Tanah Terganggu
merupakan bentuk konversi hutan alam menjadi hutan tanaman. Konversi lahan
ini otomatis diiringi dengan perubahan struktur dan komposisi jenis penyusun
kondisi ekologi sekitar hutan. Dalam satu areal konsesi usaha hutan tanaman
industry tidak hanya terdiri dari lahan produksi tapi tedapat juga areal dengan
dilihat dari ekologi maupun social budaya baik dinilai oleh daerah setempat,
Tinggi maupun pada bentang alam lainnya (Kurniawan dan Pipin, 2016). Nilai
konservasi tinggi oleh FSC ditetapkan menjadi 6 nilai yaitu keragaman spesies,
Dampak yang timbul akibat pembangunan HTI juga terjadi pada aspek
dampak erosi maupun kelangkaan air bersih (Sallata, 2017). Dampak ekologi
Dalam areal konsesi PT. KTH terdapat beberapa kawasan lindung yang
meliputi kawasan bukit dan sempadan sungai. Berdasarkan data IDEAS, PT.
1. NKT 1
10.320 Ha, Spesies hampir punah seluas 9.683Ha, dan kawasan habitat
2. NKT 2
Kawasan yang berisi populasi dari perwakilan spesies alami seluas 12.988
Ha.
3. NKT 3
10.961 Ha.
banjir bagi masyarakat hilir seluas 12.988 Ha, Kawasan yang penting bagi
pengendalian erosi dan sedimentasi seluas 29.665 Ha, dan kawasan yang
berfungsi sebagai sekat alam untuk mencegah meluas kebakaran hutan dan
lahan seluas 3.305 Ha. Kawasan yang memiliki NKT 4 masih berstatus
potensial.
5. NKT 5
6. NKT 6
sempadan sungai, konservasi in-situ dan eks-situ jenis langaka dan terancam
2012).
berkaitan dengan konservasi tanah dan air PT. KTH telah menetukan spot-spot
secara rutin setia 1 bulan sekali. selain itu monitoring tanah juga dilakukan
produksi PT. KTH terhadap sifat fisik, kimia dan biologi tanah. PT. KTH juga
melakukan pemantauan kualitas air baik air sungai maupun air rumah tangga di
kawasan PT. KTH yang dilakukan per semester atau 6 bulan sekali. Pemantauan
kelayakan air sebagai air rumah tangga. Dalam pengelolaan kawasan konservasi
dan HVCF dilakukan dengan penataan batas kawasan antara kawasan produksi
dengan kawasan lindung serta kawasan HCVF non produksi. Batas kawasan ini
lindung yang rawan kerusakan akibat batas yang tidak jelas adalah sempadan
sungai. Hingga kini proses batas kawasan terutama kawasan sempadan sungai
terus dilakukan perbaikan. PT. KTH juga menambah beberapa kawasan lindung
langka atau dilindungi. Proses identifikasi flora dan fauna dilakukan dengan
pemantauan. Di dalam areal konsesi PT. KTH terdapat beberapa jenis flora
maupun fauna yang diindungi. Pohon Menggaris merupakan salah satu pohon
pohon ini termasuk poohon dilindungi yang oleh PT. KTH dibiarkan hidup
Berdasarkan daftar 25 spesies satwa terancam punah yang ditetapkan dalam Kep.
E. KESIMPULAN
kawasan HCVF di PT. Korintiga Hutani maka dapan disimpulkan bahwa flora
yang teridentifikasi di kawasan HCVF PT. KTH sangat beragam mulai dari
tanaman tingkat rendah hingga pohon-pohon langka seperti jenis Ulin, pohon
dimanfaatkan oleh masyarakat setempat seperti rotan dan pohon menggaris yang
merupakan pohon sumber madu bagi masyarakat setempat. Sementara itu jenis
Satwa yang terdentifikasi di kawasan HCVF PT. KTH meliputi jenis reptile,
mamalia, aves, insect dan Mollusca. Terdapat juga jenis yang dalam Kep. Dirjen
A. TUJUAN
RKT-PHHK.
B. METODE
3. Prosedur Kerja
(1: 50.000)
Peta kawasan -
Menyusun usulan
RKUPHHK-HTI
Tembusan :
1 Kep. Dinas
Provinsi
4 Kep KPH
Tembusan ke
Mengajukan usulan Kepala Dinas
beserta dokumen ke Kabupaten/Kota
Kepala Dinas Provinsi
1 RKUPHHK-HTI Revisi I
RKUPHHK-HTI Revisi II
- Tata ruang
tanaman (IUPHHK-HT) adalah izin usaha untuk membangun hutan pada hutan
produksi yang dibangun oleh kelompok industri untuk meningkatkan potensi dan
kualitas hutan produksi dalam rangka pemenuhan bahan baku industri (Permen
diprioritaskan pada kawasan hutan yang tidak atau kurang produktif. Hutan
tanaman memiliki karakter yaitu tegakannya homogen dilihat dari segi umur,
jenis tanaman, jarak tanamnya. Hal tersebut menjadikan sistem silvikultur yang
diterapkan berbeda dengan izin usaha di hutan alam. Menurut Permen No. P.
Habis Permudaan Buatan (THPB) dan atau Tebang Habis Permudaan Alam
(THPA).
lapangan serta kegiatan persiapan lain harus segera dilakukan setelah izin usaha
persiapan tersebut, berdasarkan PP. No. 6 Tahun 2007 pemegang izin usaha
tahun setelah izin diberlakukan. Rencana tersebut diajukan pihak berwajib guna
yang hendak dikelola pemegang izin usaha kehutanan dapat sesuai dengan apa
konsesi berlaku dalam satu wilayah kabupaten yang diajukan pemegang izin
setujui oleh Direksi pemegang izin. Dalam penyusunan RKU pemegang izin
dan pendukung RKU, dokumen tersebut memuat potensi hutan yang diusahakan,
demografi masyarakat setempat, peta areal konsesi dan peta areal kerja. RKU
yang telah disetujui selanjutnya diberikan dalam bentuk salinan kepada Kepala
Dinas tingkat Provinsi dan tingkat Kabupaten/Kota. RKU yang telah di setujui
yang lebih teknis. RKT tidak dibuat untuk seluruh areal konsesi, melainkan
disusun untuk areal kerja yang akan dilakukan pengelolaan dalam satu tahun.
disesuaikan dengan RKU yang berlaku disusun oleh GANIS PHPL CANHUT,
selain itu RKT harus didasarka pada inventarisasi potensi areal yang akan
berlaku dan RKT selanjutnya harus diajukan 2 bulan sebelum berakhir tahun
RKT berjalan. Dalam RKT dimuat mengenai peta areal kerja, Laporan Hasil
Cruising (LHC). Pada perusahaan yang telah memiliki sertifikasi PHPL atau
PT. Korintiga Hutani melakukan perbaruan RKU pada tahun 2011 yang
berlaku hingga tahun 2020. Dalam berjalannya waktu, RKU tersebut telah
dilakukan revisi sebanyak 2 kali dengan alas an tertentu. Dalam Revisi pertama
terjadi perubahan luas areal kerja, perubahan tata ruang, dan jenis tanaman
rotasi tebang tanaman Acacia mangium yaitu selama 8 tahun, namun setelah
jenis tanaman dan komposisi yang harus ada dalam areal konsesi HTI. PT. KTH
membagi wilayah kerjanya menjadi 2 Unit wilayah kerja. Areal konsesi PT.
KTH dibagi menjadi 6 blok menurut rotasi tebang tanaman pokok yaitu
Ekaliptus. Sementara itu sistem silvikultur yang diterapkan oleh PT. KTH adalah
beberapa petak dengan tujuan hasilnya sebagai kayu serpi (chip) PT. KTH juga
Penyusunan RKT selain berdasarkan LHC yang telah disusun, PT. KTH
Antar. Rencana Kerja Tahunan yang masih berlaku di PT. KTH adalah RKT
untuk tahun 2019. Dalam rencana tersebut, pada tahun 2019 areal kerja yang
akan dikelola PT. KTH adalah seluas 28.216,55 Ha yang terdiri dari kawasan
yang masuk dalam RKT 2019 dan kawasan yang merupakan Cerry Over dari
RKT 2018. Cerry Over dapat terjadi apabila pada RKT sebelumnya, pemanenan
masih bisa ditambah dengan sisa tahun sebelumnya. Dalam RKT 2019 PT. KTH
dimuat rencana kegiatan produksi berupa pemanena dengan areal seluas 12.858
perusahaan. PT. KTH telah mendapatkan izin untuk menerbitkan RKT secara
E. KESIMPULAN
bahwa :
HTI.
potensi hutan
kategori “BAIK”.
Junaidah. 2010. Pemangkasan pada Hutan tanaman. Jurnal Galam Vol. 4 no. 3
hal 209-221.
Muslimin, Imam. Dan Suhartati. 2016. Uji Jarak Tanam pada Tanaman
Eucalyptus pellita F. Muel di Kabupaten Banyuasin, Sumatera Selatan.
Jurnal Info Teknis EBONI Vol. 13 No. 2 hal 119-130.
Nita, Carolina Eva, dkk. 2015. Pengaruh Pengolahan Tanah dan Pemberian
Bahan Organik (Blotong dan Abu Ketel) Terhadap Porositas Tanah
dan Pertumbuhan Tanaman Tebu pada Ultisol. Jurnal Tanah dan
Sumberdaya lahan Vol. 2 No. 1 Hal 119-127
Prahasto, Hendro, dkk. 1997. Analisis Dampak Kebijakan Tata Usaha Kayu
Terhadap Penerimaan Negara dari Iuran HAsil HUtan dan Dana
reboisasi : Studi Kasus di Provinsi Kalimanatan Barat. Buletin
Penelitian Hasil Hutan Vol. 15 No. 4 279-290.
Purwanti, Nila Rosa. 2009. Biaya Pengusahaan Hutan Tanaman Industri di PT.
Riau Andalan Pulp and Paper Sektor Tesso. Skripsi. Bogor : Institut
Pertanian Bogor.
Roliadi, Han, dkk. 2010. Penentuan Daur Teknis Optimal dan Faktor Eksploitasi
KAyu HUtan Tanaman Jenis Eucalyptu Hybrid Sebagai BAhan Baku
Pulp Kertas. Jurnal Penelitian Hasil Hutan Vol. 28 No. 4 hal 332-357.
Soenarno, dan Satria Astana. 2015. Lacak Balak untuk Verifikasi Uji Legalitas
Kayu pada Pemanenan Kayu Hutan Alam. Jurnal Penelitian Hasil
Hutan Vol. 36 No. 1 hal 47-58
Subekti, Bayu, dan Nunung Parlinah. 2019. Peluang dan Tantangan Penerapan
Corporate Social Responibility pada Usaha Hutan Tanaman Industri :
Analisis Yurisdis. Jurnal Analisis Kebijakan Kehutanan Vol. 6 No. 2
hal 103-120.
Suhartati, dan Nursyamsi. 2006. Pengaruh Dosis Pupuk dan Asal Bibit Terhadap
Pertumbuhan Jati. Jurnal Penelitian Hutan Tanaman Vol. 3 No. 3 hal
193-200, Juni 2006.
Tufaila, M dan Syamsu Alam. 2014. Karakteristik Tanah dan Evaluasi Lahan
untuk Pengembangan Tanaman Padi Sawah di Kecamatan Oheo
Kabupaten Konawe Utara. Jurnal AGRIPLUS Vol 24, No. 2 Mei 2014.
Unenor, Erni. Dkk. Implementasi Sistem Silvikultur TPTI dan TPTJ Teknik
Silvikultur Insentif (SILIN) dalam Pengelolaan Hutan di Papua (Studi
Kasus PT. Tunas Timber Lestari di Kabupaten Boven Digoel). Jurnal
Biologi Papua Vol. 7 No. 2 hal 53-60.
Yalid. 2017. Kewajiban Investor bidang Usaha Hutan Tanaman Industri. Jurnal
Hukum Novelty Vol. 8 No. 1 hal 20-34.