AGROKLIMATOLOGI
“PENGUKURAN UNSUR IKLIM MIKRO”
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Mata Kuliah Agroklimatologi
Nama
KATA PENGANTAR
Penyusun
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..............................................................................................................i
DAFTAR ISI...........................................................................................................................ii
DAFTAR TABEL..................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang..........................................................................................................1
1.2 Tujuan.......................................................................................................................2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Agroklimatologi........................................................................................................3
2.2 Pengukuran..............................................................................................................3
2.3 Iklim Mikro...............................................................................................................4
2.4 Unsur - Unsur Iklim Mikro........................................................................................4
2.5 Pengaruh Iklim Mikro Terhadap Tanaman................................................................6
BAB III METODE PRAKTIKUM
3.1 Waktu dan Tempat...................................................................................................7
3.2 Alat dan Bahan.........................................................................................................7
3.3 Cara Kerja.................................................................................................................7
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil..........................................................................................................................8
4.2 Pembahasan.............................................................................................................9
BAB V PENUTUP
3.4 Kesimpulan.............................................................................................................17
3.5 Saran......................................................................................................................17
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................................18
LAMPIRAN
ii
DAFTAR TABEL
iii
iv
BAB I
PENDAHULUAN
1
Termometer alkohol merupakan termometer yang ramah lingkungan, mudah
dijumpai serta sering dipakai kalangan masyarakat umum. Misalnya tempat
penjualan handphone, komputer dan lain-lain dibandingkan dengan termometer
air raksa yang berbahaya jika pecah, karena terbuat dari kaca yang di dalamya
terdapat senyawa merkuri yang tidak baik untuk kesehatan tubuh. Sehingga dari
ke empat termometer tersebut akan dilakukan pengukuran suhu ruangan yang
dikondisikan menggunakan termometer alkohol.
1.2 Tujuan
Adapun tujuan dari praktikum kali ini yaitu:
1. Untuk mengenal cara-cara mengukur unsur iklim mikro.
2. Untuk mengetahui faktor-faktor yang berpengaruh terhadap iklim mikro.
3. Untuk mengetahui iklim mikro pada berbagai ekosistem.
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Agroklimatologi
Agroklimatalogi merupakan ilmu yang mempelajari tentang pengaruh unsur-
unsur iklim dengan proses kehidupan tanaman (Meteorology Glosarry).
Meterologi lebih menekankan proses terjadinya cuaca misalnya mengapa sampai
terjadi suhu ekstrim, kelembaban suhu, penguapan tinggu, hujan lebat, sedangkan
klimatalogi penekanannya lebih menekan kepada penyebaran hasil dari proses
tersebut misalnya penyebaran suhu udaha, kelembaban udara, curah hujan,
kekeringan, frekuensi terjadinya banjir, el nino, baik skala harian, bulanan
maupun tahunan (Sabaruddin, 2014).
Klimatologi pertanian membahas tentang hubungan antara keadaan cuaca dan
masalah-masalah dalam kegiatan pertanian, misalnya hubungan laju pertumbuhan
tanaman atau hasil panen dengan unsur-unsur cuaca, lama musim pertanian,
danpengaruh perubahan cuaca dalam jangka pendek. Klimatologi sangat
diperlukan dalam bidang pertanian karena iklim merupakan salah satu faktor
pembatas dalamproses pertumbuhan dan produksi tanaman. Jenis dan sifat iklim
dapat menentukan jenis-jenis tanaman yang tumbuh pada suatu daerah serta
produksinya (Karyono, 2009).
2.2 Pengukuran
Pengukuran merupakan kegiatan atau upaya yang dilakukan untuk
memberikan angka-angka pada suatu gejala atau peristiwa atau benda, sehingga
hasil pengukuran akan selalu berupa angka. Dalam melakukan dan menyajikan
hasil pengukuran pula harus memperhatikan ketidakpastian pengukuran,
kesalahan pengukuran dan aturan angka penting agar hasil pengukuran yang
diperoleh akurat.
3
2.3 Iklim Mikro
Iklim mikro merupakan bagian dari kondisi iklim yang paling dapat dirasakan
secara langsung keberadaannya oleh indra manusia melalui derajat kenyamanan.
Iklim mikro terjadi pada skala yang kecil yang di dalamnya terdapat interaksi
antara lingkungan terbangun dengan unsur klimatis. Karena terdapat pengaruh
dari lingkungan terbangun, penghawaan iklim mikro juga dapat disebut dengan
canopy layer urban heat island.
4
udara tidak dapat menahan lagi uap air sebanyak itu. Uap air berubah menjadi
titik-titik air. Udara yang mengandug uap air sebanyak yang dapat
dibandingnya disebut udara jenuh.
Sifat – sifat Kelembaban Udara:
a. Kelembaban Absolut
Kandungaan uap air di udara lazim disebut sebagai kelembaban udara.
Kelembaban absolut udara pada suatu kondisi adalah masa uap air setiap
satuan volume udara pada kondisi tersebut dan dinyatakan sebagai berat
jenis uap air.
b. Kelembaban Relatif
Kelembaban relatif (RH), dinyatakan dalam persen (%), adalah
perbandingan antara tekanan parsial actual yang diterima uap air dalam
satu volume udara tertentu dengan tekanan parsial yang diterima uap air
pada kondisi saturasi pada suhu udara saat itu.
c. Kelembaban Spesifik
Kelembaban spesifik atau ratio kelembaban (W), dinyatakan dalam
besaran masa uap air yang terkandung di udara persatuan masa udara
kering yang diukur dalam gram per kilogram dari udara kering (gr/kg) atau
kg/kg.
3. Suhu Tanah
Secara umum, suhu dan kelembaban tanah merupakan unsur yang
berpengaruh terhadap pertumbuhan tanaman. Suhu tanah akan dipengaruhi
oleh jumlah serapan radiasi matahari oleh permukaan tanah. Suhu tanah pada
saat siang dan malam sangat berbeda, pada siang hari ketika permukaan tanah
dipanasi matahari, udara yang dekat dengan permukaan tanah memperoleh
suhu yang tinggi, sedangkan pada malam hari suhu tanah semakin menurun.
Suhu tanah berpengaruh terhadap penyerapan air. Semakin rendah suhu, maka
sedikit air yang diserap oleh akar, karena itulah penurunan suhu tanah
mendadak dapat menyebabkan kelayuan tanaman. Fluktuasi suhu tanah
bergantung pada kedalaman tanah. (Karyati et al. 2018).
5
4. Kecepatan Angin
Kecepatan Angin adalah kecepatan udara yang bergerak secara horizontal
yang dipengaruhi oleh gradien barometris, letak tempat, tinggi tempat, dan
keadaan topografi suatu tempat. Untuk satuan kecepatan angin dalam meter
perdetik, kilometer per jam atau knot.
5. Intensitas Penyinaran
Intensitas Penyinaran atau iluminasi atau kuat penyinaran adalah flux cahaya
yang jatuh pada suatu bidang atau permukaan, sehingga satuan intensitas
penyinaran adalah lumen / m2 atau Lux (Lx) dengan lambang E. Sehingga
dapat dikatakan bahwa 1 Lux = 1 lumen/m2. Intensitas penyinaran di suatu
bidang karena suatu sumber cahaya dengan intensitas, berkurang dengan
kuadrat dari jarak antara sumber cahaya dan bidang itu.
6
BAB III
METODE PRAKTIKUM
7
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
Tabel 1.1 Hasil Pengamatan Unsur Iklim Mikro
25 cm 33 34
1 0’ 50 cm 30 29
100 cm 30,1 30.1
2 10’ 25 cm 34 35
50 cm 29,8 31
SUHU UDARA
100 cm 30.1 31
25 cm 33 37
3 20’ 50 cm 29 31,5
100 cm 30 30,8
25 cm 34 36
4 30’ 50 cm 28,9 29,5
100 cm 29 30
25 cm 49 48
1 0’ 50 cm 45 59
100 cm 55 62
2 10’ 25 cm 51 57%
50 cm 55 46
KELEMBABA
100 cm 58 62
N UDARA
25 cm 52 46
3 20’ 50 cm 56 46
100 cm 58 63,5
25 cm 51 42
4 30’ 50 cm 53 45
100 cm 60 64
0 cm 35 33
1 0’ 15 cm 29 30
30 cm 34 30
8
2 10’ 0 cm 31 37
15 cm 31 30
30 cm 32 31
SUHU TANAH 0 cm 31 37
3 20’ 15 cm 30 30
30 cm 31 31
0 cm 30 38
4 30’ 15 cm 30 30
30 cm 30 31
0,56 m/s 0.00 m/s
1 0’
INTENSITAS
PENYINARAN 1314 lux 237 lux
3 20’
4.2 Pembahasan
Praktikum kali ini tentang pengukuran unsur iklim mikro yang dilakukan di
dua tempat yaitu tempat berkanopi dan tanpa kanopi. Iklim mikro sendiri
merupakan kondisi iklim pada suatu ruang yang sangat terbatas, tetapi komponen
iklim ini penting bagi kehidupan tumbuhan, hewan, dan manusia, karena kondisi
udara pada skala mikro ini yang akan berkontak langsung dengan makhluk-
makhluk hidup tersebut. Unsur iklim yang diukur pada praktikum ini yaitu suhu
9
udara, kelembaban nisbi udara, suhu tanah, kecepatan angina dan intensitas
penyinaran.
25 cm 50 cm 100 cm
25 cm 50 cm 100 cm
Pada praktikum kali ini kelompok kami mendapatkan mengukur suhu udara.
Menurut Cahyono (2017) suhu adalah panas dinginnya udara pada lingkungan
atmosfer. Suhu dipengaruhi oleh ketinggian dataran dari permukaan air laut, sinar
matahari yang masuk, banyaknya vegetasi yang tumbuh menaungi, kecepatan
angin, cuaca dan kelembaban. Alat untuk mengukur suhu udara adalah
thermometer alkohol. Berdasarkan hasil pengukuran pada menit ke 0 dengan
ketinggian 25 cm di tempat kanopi suhu udaranya yaitu 33°C, ketinggian 50 cm
10
yaitu 30°C dan ketinggian 100 cm yaitu 30,1°C sedangkan di tempat tanpa
kanopi ketinggian 25 cm suhu udaranya yaitu 34°C, ketinggian 50 cm yaitu
29°C dan ketinggian 100 cm yaitu 30,1°C. Pada menit ke 10 dengan ketinggian
25 cm di tempat kanopi suhu udaranya yaitu 34°C, ketinggian 50 cm yaitu
29,8°C dan ketinggian 100 cm yaitu 30,1°C sedangkan di tempat tanpa kanopi
ketinggian 25 cm suhu udaranya yaitu 35°C, ketinggian 50 cm yaitu 31°C dan
ketinggian 100 cm yaitu 31°C. Pada menit ke 20 dengan ketinggian 25 cm di
tempat kanopi suhu udaranya yaitu 33°C, ketinggian 50 cm yaitu 29°C dan
ketinggian 100 cm yaitu 30°C sedangkan di tempat tanpa kanopi ketinggian 25
cm suhu udaranya yaitu 37°C, ketinggian 50 cm yaitu 31,5°C dan ketinggian 100
cm yaitu 30,8°C. Pada menit ke 30 dengan ketinggian 25 cm di tempat kanopi
suhu udaranya yaitu 34°C, ketinggian 50 cm yaitu 38,9°C dan ketinggian 100 cm
yaitu 29°C sedangkan di tempat tanpa kanopi ketinggian 25 cm suhu udaranya
yaitu 36°C, ketinggian 50 cm yaitu 29,5°C dan ketinggian 100 cm yaitu 30°C.
Bisa dilihat bahwa rata-rata suhu udara yang paling tinggi yaitu ditempat kanopi.
Hasil pengukuran sesuai dengan teori dalam jurnal Mading (2014) dimana lokasi
yang terpapar langsung dengan matahari dapat menyebabkan peningkatan suhu.
60
50
40
30
20
10
0
0 Menit 10 Menit 20 Menit 30 Menit
25 cm 50 cm 100 cm
11
KELEMBAPAN UDARA TANPA KANOPI (%)
70
60
50
40
30
20
10
0
0 Menit 10 Menit 20 Menit 30 Menit
25 cm 50 cm 100 cm
12
nisbi udara yang paling tinggi yaitu ditempat tanpa kanopi. Hal ini bertentangan
dengan literarute yang dinyatakan oleh Pantilu (2012) yang seharusnya rata-rata
kelembaban nisbi udara yang paling tinggi adalah di tempat kanopi karena suhu
yang lebih dingin ditempat kanopi dari pada ditempat tidak kanopi. Kenaikan
suhu udara mempengaruhi kelembaban udara.
0 cm 15 cm 30 cm
0 cm 15 cm 30 cm
Pada pengamatan yang ketiga yaitu mengukur suhu tanah. Menurut Baver
(1960) suhu tanah merupakan hasil dari keseluruhan radiasi yang merupakan
kombinasi emisi panjang gelombang dan aliran panas dalam tanah. Alat yang
digunakan untuk mengukur suhu tanah yaitu termometer tanah. Berdasarkan
13
hasil pengukuran pada menit ke 0 dengan ketinggian 0 cm di tempat kanopi suhu
tanahnya yaitu 35°C, ketinggian 15 cm yaitu 29°C dan ketinggian 30 cm yaitu
34°C sedangkan di tempat tanpa kanopi ketinggian 0 cm suhu tanahnya yaitu
33°C, ketinggian 15 cm yaitu 30°C dan ketinggian 30 cm yaitu 30°C. Pada menit
ke 10 dengan ketinggian 0 cm di tempat kanopi suhu tanahnya yaitu 31°C,
ketinggian 15 cm yaitu 31°C dan ketinggian 30 cm yaitu 32°C sedangkan di
tempat tanpa kanopi ketinggian 0 cm suhu tanahnya yaitu 37°C, ketinggian 15
cm yaitu 30°C dan ketinggian 30 cm yaitu 31°C. Pada menit ke 20 dengan
ketinggian 0 cm di tempat kanopi suhu tanahnya yaitu 31°C, ketinggian 15 cm
yaitu 30°C dan ketinggian 30 cm yaitu 31°C sedangkan di tempat tanpa kanopi
ketinggian 0 cm suhu tanahnya yaitu 37°C, ketinggian 15 cm yaitu 30°C dan
ketinggian 30 cm yaitu 31°C. Pada menit ke 30 dengan ketinggian 0 cm di
tempat kanopi suhu tanahnya yaitu 30°C, ketinggian 15 cm yaitu 30°C dan
ketinggian 30 cm yaitu 30°C sedangkan di tempat tanpa kanopi ketinggian 0 cm
suhu tanahnya yaitu 38°C, ketinggian 15 cm yaitu 30°C dan ketinggian 30 cm
yaitu 31°C. Bisa dilihat bahwa rata-rata suhu tanah yang paling tinggi yaitu
ditempat tanpa kanopi. Hal ini terjadi bahwa suhu tanah ditempat kanopi lebih
rendah dari tempat tanpa kanopi. Ini sesuai dengan pernyataan dalam jurnal
Probowati (2014) yang menyatakan bahwa permukaan tanah yang kanopi akan
mengakibatkan suhu tanah menjadi rendah.
14
KECEPATAN ANGIN BERKANOPI (m / s)
0.7
0.6
0.5
0.4
0.3
0.2
0.1
0
0 Menit 10 Menit 20 Menit 30 Menit
15
INTENSITAS CAHAYA (lux)
4000
3500
3000
2500
2000
1500
1000
500
0
0 Menit 10 Menit 20 Menit 30 Menit
Dan pengamatan yang kelima atau yang terakhir yaitu mengukur intensitas
penyinaran di tempat yang berkanopi dan pada waktu yang berbeda-beda yaitu
setelah 0 menit didapatkan hasil 2994 lux, kemudian setelah 10 menit didapatkan
hasil 3394 lux, lalu setelah 20 menit didapatkan 1314 lux, dan setelah 30 menit
didapatkan hasil 1539 lux. Kemudian dilakukan pengamatan di tempat yang tidak
berkanopi dan pada waktu yang berbeda-beda yaitu setelah 0 menit didapatkan
hasil 304 lux, kemudian setelah 10 menit didapatkan hasil 709 lux, lalu setelah
20 menit didapatkan hasil 237 lux, dan setelah 30 menit didapatkan hasil 510 lux.
Dari hasil pengamatan terlihat bahwa pada tempat yang berkanopi memiliki
intensitas cahaya yang jauh lebih tinggi dibandingkan pada tempat yang tidak
berkanopi.
16
BAB V
PENUTUP
3.4 Kesimpulan
Simpulan dari praktikum ini adalah dalam mengetahui bagaimana cara
mengukur unsur iklim mikro dengan menggunakan alat-alat klimatologi, dari
setiap alat-alat unsur iklim mikro mempunyai alat dan cara pengukuran yang
berbeda beda. Di praktikum kali ini juga kita dapat mengetahui apasaja faktor
yang dapat di pengaruhi terhadap iklim mikro. Praktikum kali ini juga kita dapat
membedakan suhu yang tercatat pada alat yang ternaungi atau berkanopi dengan
alat yang tidak ternaungi atau tanpa kanopi.
3.5 Saran
Kami berharap untuk praktikum kedepannya dapat berjalan dengan baik,
menyelesaikan tugas dengan baik, bisa lebih memahami terkait materi yang
disampaikan, dan untuk pengumpulan laporan praktikum di tambahkan waktunya.
17
DAFTAR PUSTAKA
Ayu, D. S. S., Agus, P, M, P. 2018. Kajian Area Penyinaran dan Nilai Intensitas pada
Peralatan Blue Light Therapy. Vol. 17 (2): 279-286.
Karyati., S. Ardianto., Muhammad, S. 2016. Fluktuasi Iklim Mikro di Hutan
Pendidikan Fakultas Kehutanan Universitas Mulawarman. Vol. 15(1).
S, Riyadi., Eko S., Ismu W. 2015. Prototipe Termometer Berbasis Termoelektrik
Untuk Pembelajaran Fisika Materi Suhu Dan Kalor.
Utomo. (2014). Komponen Perancangan Arsitektur Lansekap. Bumi Aksara: Jakarta.
Dwiyono. (2017). Pembangunan Pariwisata Berbasis Masyarakat. Surakarta: UNS
Press.
Astria, F., Subito, M., & Nugraha, D. W. (2014). Rancang bangun alat ukur pH dan
suhu berbasis short message service (SMS) gateway. Universitas Tadulako,
Sulawesi Tengah.
Riyadi, S., Suyanto, E., Wahyudi, I. 2015. Prototipe Termometer Berbasis
Termoeletrik Untuk Pembelajaran Fisika Materi Suhu dan Kalor. Jurnal
Pembelajaran Fisika Universitas Lampung 3(6).
Karyati, Putri, R.O., Syafrudin, M. 2018. Suhu Dan Kelembaban Tanah Pada Lahan
Revegetasi Pasca Tambang di PT Admitra Baratama Nusantara Provinsi
Kalimantan Timur. Jurnal AGRIFOR. Vol. 17(1).
Suyanto, W. dan Luthfian, A. 2019. Pengantar Meteorologi. Yogyakarta: Gajah Mada
University Press.
18
LAMPIRAN