Anda di halaman 1dari 19

TUGAS MATA KULIAH AGROKLIMATOLOGI

PENINGKATAN PRODUKSI DENGAN MEMANFAATKAN


SUMBERDAYA IKLIM

PAPER
OLEH :
RIZKY AULIA NAZLITA BR S. PELAWI
180304088
AGRIBISNIS 2

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa dengan berkat

rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan paper ini tepat pada waktunya.

Adapun paper ini berjudul ”Peningkatan Produksi Dengan

Memanfaatkan Sumberdaya Iklim” yang merupakan salah satu syarat untuk

dapat memenuhi komponen penilaian pada mata kuliah Agroklimatologi Fakultas

Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada

dosen mata kuliah Agroteknologi yang telah mendukung serta membimbing

penulis dalam menyelesaikan paper ini.

Penulis menyadari bahwa paper ini jauh dari kata sempurna, oleh karena

itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi

perbaikan mendatang.

Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih semoga paper ini

bermanfaat bagi semua pihak yang membutuhkan.

Medan, Desember 2019

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................................... i

DAFTAR ISI ................................................................................................... ii

DAFTAR TABEL .......................................................................................... iii

PENDAHULUAN
Latar Belakang ..................................................................................... 1
Tujuan Penulisan .................................................................................. 2
Kegunaan Penulisan ............................................................................. 3

PEMBAHASAN
Pengertian Iklim .................................................................................. 4
Klasifikasi Iklim ................................................................................... 4
Peranan Iklim dalam Pertanian ............................................................ 9
Pemanfaatan Informasi Data Iklim Dalam Peningkatan Produksi
Pertanian ............................................................................................... 11
Informasi Iklim Dalam Ketahanan Pangan Dan Pengembangan
Agribisnis ............................................................................................. 14

KESIMPULAN

DAFTAR PUSTAKA

ii
1

BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang

Kehidupan manusia tak pernah lepas dari pengaruh proses-proses di alam.

Iklim merupakan salah satu proses alam yang membawa pengaruh terhadap

kehidupan manusia, baik secara fisik maupun secara non fisik (sosial budaya).

Iklim di artikan sebagai suatu kondisi cuaca pada suatu daerah dalam kurun

waktu yang lebih lama (Prawirowardoyo, 1996). Perubahan yang terjadi pada

suatu daerah akan membawa dampak bagi kehidupan manusia pada daerah

tersebut. Dampak ini bisa negatif ataupun positif. Penilaian iklim biasanya

didasarkan pada keberadaan parameterparameter seperti curah hujan, suhu,

kelembaban, kecepatan angin yang dilihat secara berurutan (Time Series) dan

didukung pula dengan keberadaan geografis daerah. Daerah dengan bentuk lahan

pegunungan akan mempunyai iklim yang berbeda dengan daerah yang bentuk

lahannya berupa dataran rendah. Suatu wilayah akan mempunyai iklim yang

berbeda-beda dibandingkan dengan wilayah yang lainnya. berdasarkan kalsifikasi

iklm global, kepulauan Indonesia sebagian besar tergolong dalam zona iklim

tropika basah dan sisanya masuk dalam zona iklim pegunungan atau tropika

monsoon. Iklim juga akan mempengaruhi jenis tanaman yang sesuai

dibudidayakan pada suatu kawasan, penjadualan budidaya pertanian, dan teknik

budidaya yang dilakukan petani. Pengetahuan tentang iklim sangat penting artinya

dalam sektor pertanian, karena hubungan antara Klimatologi dan Meteorologi

dengan ilmu pertanian tercermin dengan berkembangnya cabang Klimatologi

yang khusus dikaitkan dengan kegiatan pertanian yang disebut dengan

Meteorologi dan klimatologi pertanian. Selain itu iklim merupakan salah satu
2

faktor (Selain Tanah) yang akan mempengaruhi distribusi tumbuhan. Iklim

berpengaruh terhadap penyebaran tumbuhan, hewan dan manusia. Keberadaan

suatu spesies tumbuhan pada suatu wilayah dapat dijadikan indikator iklim

wilayah yang bersangkutan.

Iklim biasanya tidak dinyatakan dengan semua unsur iklim tetapi hanya

menggunakan dua atau tiga unsur yang dianggap dapat mewakilinya, misalnya

suhu dan curah hujan. Curah hujan merupakan parameter yang banyak digunakan

dalam penentuaan iklim, daerah dengan bentuk lahan pegunungan akan

mempunyai karakter curah hujan dan suhu yang berbeda dengan daerah bentuk

lahan berupa dataran rendah. Jumlah produksi pertanian dan jenis tanaman tidak

seragam disetiap daerah karena kondisi fisik (tanah, air dan iklim) dan keadaan

penduduk daerah satu dengan daerah lainnya berbeda. Setiap tanaman (komoditi)

membutuhkan syarat tumbuh serta mempunyai daya adaptasi (kisaran) dan

tanggap tertentu terhadap lingkungan.

1.2 Rumusan masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut, maka dapat dikembangkan rumusan

masalah sebagai berikut:

1. Apa pengertian iklim?

2. Bagaimana klasifikasi iklim?

3. Bagaimana peranan iklim dalam pertanian?

4. Bagaimana pemanfaatan informasi data iklim dalam peningkatan produksi

pertanian ?

5. Bagaimana pengaruh informasi iklim dalam ketahanan pangan dan

pengembangan agribisnis?
3

1.3 Tujuan Penulisan

Berdasarkan rumusan masalah tersebut, melalui makalah ini bertujuan

untuk:

1. Mengetahui pengertian iklim

2. Mengetahui klasifikasi iklim

3. Mengetahui peranan iklim dalam pertanian

4. Mengetahui pemanfaatan informasi data iklim dalam peningkatan prodyksi

pertanian

5. Mengetahui informasi iklim dalam ketahanan pangan dan pengembangan

agribisnis
4

BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Iklim


Iklim adalah gambaran cuaca suatu daerah dalam jangka waktu yang
cukup lama, sedangkan cuaca merupakan keadaan fisis atmosfer pada waktu dan
tempat tertentu. Keadaan fisis atmosfer ini menggambarkan berbagai unsur cuaca
yang meliputi suhu, curah hujan, tekanan, laju serta arah angin, awan, kelembaban
dan penyinaran matahari. Iklim, biasanya tidak dinyatakan dengan semua unsur
iklim tetapi hanya menggunakan dua atau tiga unsur yang di anggap dapat
mewakilinya, misalnya suhu dan curah hujan. Rekaman waktu yang silam
menunjukkan bahwa iklim selalu berubah sesuai dengan waktunya
(Prawiriwardoyo, 1996). Di kaitkan dengan kepentingan pertanian, badan
koordinasi survey tanah nasional (bakorsurtanal) membagi zona iklim menjadi
empat zona agroklimat :
a) Perhumid (Selalu Basah)
b) Udik (Selalu Lembab)
c) Ustik (kering musiman)
d) Aridik (Selalu Kering)

2.2 Klasifikasi Iklim


1. Iklim Fisik
Iklim fisik yaitu iklim yang di pengaruhi oleh keadaan fisik dari suatu wilayah.
Berdasarkan keadaan fisik suatu daerah, terdapat perbedaan iklim sebagai
berikut :
a. Iklim konfinental (darat) dan iklim Maritim (laut).
Iklim darat atau iklim konfinental, terjadi di daratan amat luas, sehingga angin
yang berpengaruh terhadap daerah tersebut adalah angin darat yang kering. Di
daerah ini pada siang hari panas sekali dan malam hari sangat dingin. Iklim laut,
terjadi daerah kepulauan yang di kelilingi oleh laut luas, yang lembab. Di daerah
ini pada siang hari tidak terlalu panas dan pada malam hari tidak terlalu dingin.
Contoh daerah-daerah yang memiliki iklim benua adalah Gurun Gobi
5

(Cina), Tibet, Jazirah Arab, Gurun Sahara, dan Gurun Kalahari (Afrika) dan
kawasan-kawasan Australia Tengah.

b. Iklim Uganari.
Iklim Uganari, yaitu iklim pada daratan tinggi dengan perbedaan temperature
siang dan malam yang besar (Amplitudo harian tinggi). Contoh daerah yang
memiliki iklim uganari adalah daratan tinggi Beka (Syiria), dataran tinggi
Wonosari (Indonesia) dan dataran tinggi Shan (Myanmar).

c. Iklim Pegunungan
Iklim pegunungan terdapat di daerah-daerah pegunungan. Di daerah-daerah
pegunungan berudara sejuk dan sering turun hujan karena awan yang naik ke
lereng-lereng pegunungan. Hujan seperti ini di sebut hujan orografis. Contoh
daerah-daerah yang memiliki iklim-iklim pegunungan adalah Jaya Wijaya
(Indonesia), Pegunungan Andes (Argentina), dan Pegunungan Alpen (Swiss).

2. Iklim Koppen
Wladimir Koppen seorang ahli berkebangsaan Jerman membagi iklim
berdasarkan curah hujan dan temperatur menjadi lima tipe iklim :
a. Iklim A, yaitu iklim hujan tropis. Dengan ciri temperatur bulanan rata-
rata lebih dari 18 oC, suhu tahunan 20 oC – 25 oC dengan curah hujan
bulanan lebih dari 60 mm.
b. Iklim B, yaitu iklim kering/gurun . Dengan ciri curah hujan lebih kecil
daripada penguapan, daerah ini terbagi menjadi Iklim stepa dan gurun.
c. Iklim C, yaitu iklim sedang basah. Dengan ciri temperatur bulan
terdingin 3oC -18 oC, daerah ini terbagai menjadi :
 Cs (iklim sedang laut dengan musim panas yang kering)
 Cw (iklim sedang laut dengan musim dingin yang kering)
 Cf (iklim sedang darat dengan hujan dalam semua bulan)
d. Iklim D, yaitu iklim dingin. Dengan ciri temperatur bulan terdingin
kurang dari 3 oC dan temperatur bulan terpanas lebih dari 10 oC,
daerah ini terbagi menjadi Dw, Df.
6

 Dw adalah iklim sedang (darat) dengan musim dingin yang kering.


 Df adalah iklim sedang (darat) dengan musim dingin yang lembab.
e. Iklim E, yaitu iklim kutub. Dengan ciri bulan terpanas temperaturnya
kurang dari 10 oC Daerah ini terbagi menjadi :
 ET Iklim tundra
 DF Iklim salju

3. Iklim Matahari
Iklim Matahari, yaitu iklim yang perhitungannya berdasarkan banyaknya panas
yang di terima oleh permukaan bumi dari matahari. Banyaknya panas yang di
terima oleh permukaan bumi ini berlainan berdasarkan letak garis lintangnya.
Iklim matahari di sebut juga iklim garis lintang atau iklim teoritis. Berdasarkan
kedudukan lintangnya, bumi dapat dibagi menjadi 5 kawasan iklim sebagai
berikut :
a. Daerah Iklim Panas (tropis)
b. Daerah Iklim Sub tropis Utara
c. Daerah Iklim Sub tropis Selatan
d. Daerah Iklim Sedang Utara
e. Daerah Iklim Sedang Selatan
f. Daerah Iklim Dingin Utara
g. Daerah Iklim Dingin Selatan

Daerah-daerah yang terletak antara lintang 300 - 400 baik sebelah utara maupun
sebelah selatan Khatulistiwa disebut daerah subtropik. Berdasarkan pembagian
iklim tersebut Indonesia termasuk daerah iklim tropika. Adapun sifat-sifat dan
iklim tropika diantaranya suhunya tinggi sepanjang tahun dan tidak ada
pembagian musim seperti di daerah sedang atau di daerah subtropik.

Matahari selama enam bulan sekali berpindah dari belahan bumi utara ke belahan
bumi selatan. Pergerakan matahari selama satu tahun adalah sebagai berikut :
a. Tanggal 21 Maret Matahari beredar di sekitar garis khatulistiwa.
7

b. Tanggal 21 Juni Matahari beredar di garis balik utara atau


23,50 Lintang utara.
c. Tanggal 23 September Matahari kembali beredar di garis Equator.
d. Tanggal 22 Desember Matahari berada tepat di garis balik selatan atau
23,50 Lintang Selatan.

4. Iklim Junghuhn
F. Junghuhn seorang berkebangsaan Belanda mengadakan penelitian di Sumatra
Selatan dan Dataran Tinggi Bandung. Berdasarkan hasil penelitian F. Junghuhn
membagi iklim Indonesia berdasarkan ketinggian tempat.
Empat daerah iklim menurut F. Junghuhn adalah sebagai berikut :
a. Zona iklim panas
Zona iklim panas terletak pada daerah dengan ketinggian antara 0-650 meter dan
temperature antara 26,30C.
b. Zona iklim sedang
Zona iklim sedang terletak pada daerah dengan ketinggian antara 650-1500 meter
dan temperature antara 220C – 17,10C.
c. Zona iklim sejuk
Zona iklim sejuk terletak pada daerah dengan ketinggian antara 1500–2500 meter
dan temperature antara 17,10C – 11,10C.
d. Zona iklim dingin
Zona iklim dingin terletak pada daerah dengan ketinggian di atas 2500 meter dan
temperature kurang dari 11,10C.

5. Iklim Oldeman
Klasifikasi iklim menurut Oldeman didasarkan atas kebutuhan air dan
hubungannya dengan tanaman pertanian yang sangat di perlukan di daerah –
daerah tertentu. Penggolongan iklimnya lebih di kenal dengan zona agroklimat.
Pembagian iklim menurut Oldeman adalah sebagai berikut :
a. A1 bulan basah lebih dari 9 bulan berurutan;
b. B1 7 – 9 bulan basah berurutan dan 1 bulan kering;
c. B2 7 – 9 bulan basah berurutan dan 2 – 4 bulan kering;
8

d. C1 5 – 6 bulan basah berurutan dan 2 – 4 bulan kering;


e. C2 5 – 6 bulan basah berurutan dan 2 – 4 bulan kering;
f. C3 5 – 6 bulan basah berurutan dan 5 – 6 bulan kering;
g. D1 3 – 4 bulan basah berurutan dan satu bulan kering;
h. D2 3 – 4 bulan basah berurutan dan 2 – 4 bulan kering;
i. D3 3 – 4 bulan basah berurutan dan 5 – 6 bulan kering;
j. D4 3 – 4 bulan basah berurutan dan lebih dari 6 bulan kering;
k. E1 kurang dari 3 bulan basah berurutan dan kurang dari 2 bulan
kering;
l. E2 kurang dari 3 bulan basah berurutan dan 2 – 4 bulan kering;
m. E3 kurang dari 3 bulan basah berurutan dan 5 – 6 bulan kering;
n. E4 kurang dari 3 bulan basah berurutan lebih dari 6 bulan.

6. Iklim menurut Schmidt Ferguson


Iklim ini di tentukan berdasarkan tipe curah hujan dan penggolongannya, langkah
untuk menentukannya sebagai berikut :
a. Menentukan tipe curah hujan berdasarkan tingkat kebasahan
(gradient/Q)
b. Menentukan nilai Q di tetapkan dengan rumus :
Gradient (Q) = Banyaknya jumlah bulan kering x 100%
Banyaknya jumlah bulan basah
c. Untuk menentukan criteria bulan kering dan basah menggunakan
klasifikasi Mohr.
d. Tentukan tipe curah hujan berdasarkan besarnya rasio Q.

D. Iklim Di Indonesia
Di Indonesia terdapat tiga jenis iklim yang mempengaruhi iklim di Indonesia,
yaitu iklim musim (muson), iklim tropica (iklim panas), dan iklim laut.

1. Iklim Musim (Iklim Muson)


Iklim jenis ini sangat dipengaruhi oleh angin musiman yang berubah-ubah setiap
periode tertentu. Biasanya satu periode perubahan angin muson adalah 6 bulan.
9

Iklim musim terdiri dari 2 jenis, yaitu Angin musim barat daya (Muson Barat) dan
Angin musim timur laut (Muson Tumur). Angin muson barat bertiup sekitar bulan
oktober hingga april yang basah sehingga membawa musim hujan/penghujan.
Angin muson timur bertiup sekitar bulan april hingga bulan oktober yang sifatnya
kering yang mengakibatkan wilayah Indonesia mengalami musim kering/kemarau.

2. Iklim Tropis/Tropika (Iklim Panas)


Wilayah yang berada di sekitar garis khatulistiwa otomatis akan
mengalami iklim tropis yang bersifat panas dan hanya memiliki dua musim yaitu
musim kemarau dan musim hujan. Umumnya wilayah Asia tenggara memiliki
iklim tropis, sedangkan negara Eropa dan Amerika Utara mengalami iklim
subtropis. Iklim tropis bersifat panas sehingga wilayah Indonesia panas yang
mengundang banyak curah hujan atau Hujan Naik Tropika.

3. Iklim Laut
Indonesia yang merupakan negara kepulauan yang memiliki banyak
wilayah laut mengakibatkan penguapan air laut menjadi udara yang lembab dan
curah hujan yang tinggi.

2.3 Peranan Iklim dalam Pertanian


Soekardi Wisnubroto dalam bukunya asas-asas Meteorologi Pertanian
mengatakan bahwa iklim memegang peranan penting dalam segala aspek
kehidupan manusia. Salah satunya untuk Pertanian. Keberadaan iklim khususnya
di indonesia dengan dua musimnya sering mengalami kendala dalam upaya
meningkatkan produktivitas tanaman. Hal ini dikarenakan adanya Suhu, Intensitas
cahaya matahari dan curah hujan yang kurang optimal, walaupun telah disertai
dengan pengelolaan tanah yang baik dan berkualitas. Suatu tanaman yang tumbuh,
berkembang dan berproduksi optimum terus menerus diperlukan kesesuaian iklim
dan tanaman. Kondisi tersebut memungkinkan suatu wilayah untuk
dikembangkan menjadi puast komoditi pertanian. (Laimeheriwa, 2002). Suatu
wilayah yang mempunyai kondisi iklim cocok untuk suatu tanaman akan
memungkinkan untuk dikembangkan sebagai pusat produksi. Dimana dengan
10

adanya pusat produksi tersebut memungkinkan kebutuhan bahan pangan daerah


lain yang kurang produksinya. Pusat produksi tanaman adalah suatu daerah yang
telah terbukti memenuhi persyaratan kesesuaian iklim pada wilayah yangcukup
luas dengan produksivitas tinggi (ton/ha/musim panen) dalam jangka waktu lama.
Kondisi iklim daerah plasma nutfah suatu varietas tanaman secara jelas terbukti
cocok untuk mempertahankan kelangsungan generasi secara lestari. Akan tetapi
wilayah pusat produksi suatu komoditi tanaman atau kultivar tidak selalu dapat
dikembangkan diserah asal plasma nutfah karena kondisi iklim didaerah pusat
produksi harus dapat mendorong tercapainya persyaratan kuantitas dan kualitas
hasil panen serta memenuhi persyaratan keuntungan ekonomi dan faktor sosial
dalam jangka panjang (Laimeheriwa, 2002).
Pengaruh cuaca terhadap tanaman berbeda dengan pengaruh iklim,
misalnya suatu wilayah puasat produksi tanaman yang telah berlangsung selama
ratusan tahun, kondisi iklimnya jelas sesuai bagi kultivar atau tanaman yang
dibudidayakan. Walau demikian suatu saat dapat mengalami cuaca ekstrim seperti
kekeringan, atau ekstrim basah, badai dan lainnya selama beberapa hari sehingga
gagal panen yang menyebabkan kuantitas dan kualitas hasil produksi dapat
merosot. Sehingga dapat dikatakan bahwa keadaan cuaca menentukan kondisi
aktual hasil panen sedangkan kondisi iklim menentukan kapasitas hasil dan
rurinitas panen. Dengan demikian pengambilan keputusan untuk mengusahakan
suatu jenis tanaman haruslah memeperhitungkan kemungkinan buruk bagi
pertumbuhan dan perkembangan selama siklus hidupnya.
Permasalahan ketersediaan air bagi wilayah yang beriklim basah dapat dan
bersuhu rendah dapat diatasi, kecuali mengantisipasi masalah kelebihan air atau
jika hujan turun dalam jumlah diatas normal. Hujan diwilayah beriklim kering
mempunyai jumlah yang rendah dan periode curah hujan pendek. Akibatnya
alternatif sistem usaha tani sangat terbatas dan sering diancam kegagalan akibat
cekaman kekeringan (Laimeheriwa, 2002). Secara ekologis wilayah ini
berpotensial jika masalah kekurangan air dapat diatasi, atau setidaknya
diantisipasi, misalnya dengan pemilihan komoditi atau varietas yang tepat (tahan
kering, berumur pendek) atau dengan pengelolaan dan konservasi tanah secara
efektif. Untuk meningkatkan produksivitas dalam suatu sistem pertanian perlu
11

pendekatan terpadu terhadap faktor-faktor atau komponen agroekosistem,


termasuk iklim dan cuaca. Pemahaman iklim setiap lokasi dimana terdapat
kegiatan pertanian merupakan kunci keberhasilan pemanfaatan sumberdaya iklim
atau cuaca tersebut.
Karakteristik iklim mencerminkan perpaduan pengaruh unsur-unsurnya
dan biasanya dicirikan oleh tipe atau kelas iklim. Banyak metode klasifikasi iklim
yang digunakan antara lain metode koppen yang merupakan metode yang banyak
digunakan. Metode ini menggunakan sebaran rata-rata tahunan dan bulanan dari
suhu udara dan curah hujan. Selain metode klasifikasi koppen (1931) banyak pula
digunakan metode lain yaitu Schmidt dan fergusson (1951), metode klasifikasi
menurut Oldeman (1975) Dan metode Mohr (1933).

2.3 Pemanfaatan Informasi Data Iklim Dalam Peningkatan Produksi


Pertanian
Secara teknis dalam budidaya tanaman, hampir semua unsur iklim
berpengaruh terhadap produksi dan pengelolaan tanaman. Namun masing-masing
mempunyai pengaruh dan peran yang berbeda terhadap berbagai aspek dalam
budidaya tanaman. Sedangkan secara konseptual, pendekatan dan informasi iklim
dalam pembangunan pertanian dengan 5 aspek atau kegiatan (Las, Fagi dan
Pasandaran, 1999) yaitu:
1. Pengembangan wilayah dan komunitas pertanian seperti kesesuaian
lahan, perencanaan tata ruang, pemwilayahan agroekologi dan komoditi, sistem
informasi geografi (GIS) dan lain-lain.
2. Perencanaan kegiatan operasional (budidaya) pertanian, seperti
perencanaan waktu tanam, pola tanam, pengairan, pemupukan, pengendalian
hama terpadu (PHT), panen dan lain-lain.
3. Peramalan dan analisis sistem pertanian, seperti daya dukung lahan,
ramalan produksi, pendugaan potensi hasil dan produktivitas pertanian.
4. Pengelolaan dan konservasi lahan (tanah dan air)
5. Menunjang kegiatan penelitian komoditas dan sumberdaya lahan
serta pengkajian teknologi pertanian, terutama dalam merumuskan atau
menyimpulkan hasilnya.
12

Informasi iklim sangat dibutuhkan dalam mengidentifikasi potensi


dan daya dukung wilayah untuk penetapan strategi dan arah kebijakan
pengembangan wilayah seperti pola tanam, cara pengairan, pemwilayahan
agroteknologi dan komoditi. Pemwilayahan komoditi pertanian dapat disusun
berdasarkan agroklimat, karena tiap jenis tanaman mempunyai persyaratan
tumbuh tertentu untuk berproduksi optimal. Suatu tanaman yang tumbuh,
berkembang dan berproduksi optimal secara terus menerus memerlukan
kesesuaian iklim. Kondisi kesesuaian tersebut memungkinkan suatu wilayah
untuk dikembangkan menjadi pusat produksi suatu komoditi pertanian. Kajian
sumberdaya agroklimat pada strata ini harus sejajar dan padu dengan kajian tanah,
sosial ekonomi dan faktor lainnya.
Informasi iklim yang dibutuhkan dalam pengembangan wilayah
adalah identifikasi dan interpretasi potensi dan kendala iklim berdasarkan data
meteorologi, seperti curah hujan, suhu udara, radiasi surya dan unsur iklim
lainnya. Pada kajian yang lebih kuantitatif data iklim dibutuhkan sebagai input
utama dalam pemodelan atau simulasi pendugaan potensi atau produktivitas
kegiatan pertanian.
Keadaan iklim aktual (cuaca) pada periode tertentu sangat
menentukan pola tanam, jenis komoditi, teknologi usaha tani, pertumbuhan,
produksi tanaman, serangan hama penyakit dan lain-lain. Apalagi sistem usaha
tani pada lahan kering, berbagai unsur iklim terutama pola dan distribusi curah
hujan sangat dominan terhadap produksi.
Dalam prakteknya, iklim dan cuaca sangat sulit untuk dimodifikasi
atau dikendalikan sesuai dengan kebutuhan, kalaupun bisa memerlukan biaya dan
teknologi yang tinggi. Untuk itu pendekatan yang memerlukan input rendah
adalah menyesuaikan kegiaan budidaya dan paket teknologi pertanian dengan
iklim dan cuaca yang ada pada suatu wilayah.
Efektifitas dan efisiensi penggunaan pestisida dan herbisida untuk
mengendalikan hama, penyakit dan gulma juga sangat ditentukan oleh curah hujan,
suhu dan kelembaban. Pengendalian hama terpadu (PHT) dengan menggunakan
musuh alami yang dimungkinkan atas dasar pengetahuan tentang iklim dan
cuaca. Faktor cuaca, suhu, curah hujan, kelembaban dan faktor cuaca lainnya
13

dapat mempengaruhi cara dan keberhasilan pengendalian hama penyakit, baik


yang dilakukan secara kimiawi, hayati maupun kultur teknis.
Kegiatan operasional pertanian memerlukan prakiraan cuaca/iklim
yang lebih akurat dan kuantitatif dalam periode harian, mingguan, bulanan atau
musiman. Ini dapat dilakukan melalui pengembangan atau penerapan sistem
analisis dan teknik prakiraan cuaca dan pendugaan iklim yang lebih kuantitatif
dengan model statistik. Akurasi analisis dalam prakiraan tersebut sangat
tergantung pada ketersediaan, sebaran dan mutu data meteorologi`
Dibandingkan dengan faktor produksi dan sumberdaya pertanian
lainnya, peranan dan pertimbangan terhadap sumberdaya iklim dalam
pembangunan dan peningkatan produksi pertanian relatif terbatas. Hal tersebut
disebabkan oleh beberapa faktor:
1. Perbedaan persepsi terhadap karakteristik iklim. Banyak kalangan
menganggap iklim bukanlah sebagai sumberdaya, melainkan sebagai kendala
produksi pertanian.
2. Kurangnya apresiasi terhadap sumberdaya iklim. Sumberdaya
iklim yang dinilai berbasis “given” harus diterima apa adanya dan tidak perlu
diakukan upaya antisipasi dan upaya memanfaatkan secara optimal.
3. Sangat terbatas informasi iklim efektif dan aplikatif (berdayaguna)
untuk bidang atau kegiatan pertanian. Informasi agroklimat yang efektif dan
aplikatif dapat berupa identifikasi, analisis dan interpretasi, prediksi, ramalan,
zonasi, modeling dan sebagainya.
Selain sangat erat kaitannya dengan kemampuan dan penguasaan
teknik dan metodologi analisis iklim, keterbatasan informasi yang aplikatif dan
efektif juga disebabkan oleh terbatasnya jumlah, mutu dan sebaran data
iklim. Beberapa faktor penting untuk mengatasi keterbatasan tersebut adalah
melalui memperbanyak peralatan atau stasiun pengamatan serta penyediaan dan
pembinaan sumberdaya manusia untuk meningkatkan mutu dan kemampuan
analisis.
14

2.5 Informasi Mengenai Iklim Dalam Ketahanan Pangan Dan


Pengembangan Agribisnis
Analisis iklim dalam kaitannya dengan resiko pertanian antara lain adalah
pemodelan iklim untuk peramalan iklim dan penyimpangannya, karakteristik dan
analisis sifat curah hujan, peluang deret hari kering (tanpa hujan) dalam kaitannya
dengan kekeringan, intensitas dan pola curah hujan dalam kaitannya dengan
resiko ancaman banjir, erosi dan lain-lain.
Dalam pembangunan pertanian yang lebih berorientasi atau berbasis dan
bertujuan untuk optimalisasi dan efisiensi sumberdaya pertanian termsuk
sumberdaya agroklimat dibutuhkan suatu pertanian preskriptif (prescriptive
farming), yaitu sistem usaha pertanian yang sesuai (produksi tinggi dan efisien)
dengan potensi sumberdaya, faktor sosial ekonomi dan kelembagaan (Makarim,
Sirman dan Sarlan, 1999).
Dalam sistem pertanian preskriptif tersebut dibutuhkan informasi yang
lengkap dan handal seluruh komponen dan sub komponen dalam sistem produksi,
termasuk iklim (Sumarni, 2000). Berbeda dengan komponen produksi lain,
peluang untuk memanipulasi faktor iklim sangat kecil, sulit diduga, tetapi sangat
menentukan produktivitas tanaman. Oleh sebab itu, informasi iklim sangat
srategis dan menjadi pertimbangan yang lebih dini dalam pengembangan
pertanian preskriptif tersebut.
Berdasarkan analisis resiko akibat iklim, dapat dikembangkan sistem
pengelolaan lahan yang terintegrasi dengan mempertimbangkan karakteristik
biofisik, terutama smberdaya tanah dan iklim. Untuk lebih efektif dan berdaya
hasil tinggi dan berkelanjutan, diperlukan kombinasi optimal antara teknologi
produksi dan komoditas dengan sistem pengelolaan sumberdaya lahan secara
optimal.
Konsep pertanian tangguh yang antara lain dicirikan oleh sistem agribisnis
adalah pertanian yang mampu menghasilkan produksi secara optimal, mantap
(stabil) dan berkelanjutan yang secara ekonomi menguntungkan serta mampu
melestarikan sumberdaya dan lingkungan. Oleh karena itu, analisis resiko iklim
tidak hanya ditujukan untuk memproteksi tanaman dari deraan iklim, tetapi juga
memproteksi dan mengkonversi sumberdaya lahan secara efektif dan antisipatif.
15

BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Iklim adalah gambaran cuaca suatu daerah dalam jangka waktu yang
cukup lama, sedangkan cuaca merupakan keadaan fisis atmosfer pada waktu dan
tempat tertentu. Di Indonesia terdapat tiga jenis iklim yang mempengaruhi iklim
di Indonesia, yaitu iklim musim (muson), iklim tropica (iklim panas), dan iklim
laut.
Secara teknis dalam budidaya tanaman, hampir semua unsur iklim
berpengaruh terhadap produksi dan pengelolaan tanaman. Namun masing-masing
mempunyai pengaruh dan peran yang berbeda terhadap berbagai aspek dalam
budidaya tanaman. Sedangkan secara konseptual, pendekatan dan informasi iklim
dalam pembangunan pertanian dengan 5 aspek.
Keberadaan iklim khususnya di indonesia dengan dua musimnya sering
mengalami kendala dalam upaya meningkatkan produktivitas tanaman. Hal ini
dikarenakan adanya Suhu, Intensitas cahaya matahari dan curah hujan yang
kurang optimal, walaupun telah disertai dengan pengelolaan tanah yang baik dan
berkualitas.
Dalam prakteknya, iklim dan cuaca sangat sulit untuk dimodifikasi atau
dikendalikan sesuai dengan kebutuhan, kalaupun bisa memerlukan biaya dan
teknologi yang tinggi. Untuk itu pendekatan yang memerlukan input rendah
adalah menyesuaikan kegiaan budidaya dan paket teknologi pertanian dengan
iklim dan cuaca yang ada pada suatu wilayah.
16

DAFTAR PUSTAKA
Laimeheriwa, S. Pengembangan Komoditas Pertanian Berdasarkan
Pendekatan. Iklim. Makalah Pengantar Falsafah sains. IPB Bogor. 2002

Oldeman, L.R., 1975. Agroclimatic map of Java & Madura. Contr. of Centra Res.
Inst. for Food Crops 16/76. Bogor.

Prawirowardoyo, S., 1996. Meteorologi, Bandung: Institut Teknologi Bandung

Wisnubroto, Sukardi. 1976. Asas-asas meteorologi pertanian. Ghalia Indonesia

Winarso, P. A. 1998. Peramalan Cuaca dan Iklim serta Pemanfaatannya untuk


Pertanian. Makalah Pelatihan Analisa dan Pemantauan Faktor Iklim untuk
Pertanian. Dept. Pertanian, Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai