Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN PRAKTIKUM AGROKLIMATOLOGI

ACARA IX. KLASIFIKASI IKLIM

Nama : Etti Yulinar Sembiring


NPM : E1J014135
Shift : Senin 16.00-18.000
Co-ass : Sri Megawati Sianturi
M. Arif Abdullah Humam

LABORATORIUM ILMU TANAH


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS BENGKULU
2016
BAB I
PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang

Iklim adalah kondisi rata-rata cuaca berdasarkan waktu yang panjang


untuk suatu lokasi di bumi atau planet lain. Studi tentang iklim dipelajari dalam
klimatologi. Iklim di suatu tempat di bumi dipengaruhi oleh letak geografis dan
topografi tempat tersebut. Pengaruh posisi relatif matahari terhadap suatu tempat
di bumi menimbulkan musim, suatu penciri yang membedakan iklim satu dari
yang lain. Perbedaan iklim menghasilkan beberapa sistem klasifikasi iklim.

Salah satu unsur cuaca adalah angin,dapat juga mempengaruhi hasil dari
pertanian itu sendiri. Angin sangat mempengaruhi pertumbuhan serta
perkembangan dari tanaman tersebut, karena angin bisa membantu proses
perkembangbiakan tanaman-tanaman pertanian. Angin sangat berpengaruh pada
curah hujan suatu daerah, karena yang menentukan dimana hujan turun adalah
angin yang menghembuskan awan ke suatu daerah.

Bentuk presipitasi terpenting di Indonesia adalah hujan karena


pengaruhnya terhadap bidang pertanian sangat luas, curah hujan di suatu daerah
berbeda-beda tergantung dari kondisi lingkungannya. Data hidrologi semacam
curah hujan sangat perlu untuk memperkirakan kebutuhan air di lahan pertanian.
Ini terkait dengan mendukung program ketahanan pangan di daerah pertania.
Suburnya lahan pertanian di sebagian besar dataran sangat tergantung dari
limpahan air hujan, dengan adanya air hujan, di perkirakan sekitar 150 ton nutrisi
jatuh ke bumi setiap tahunnya. Selain itu, hujan juga menjamin ketersediaan air
bagi kehidupan di bumi. Pasalnya air segar yang langsumg dapat di konsumsi
manusia adalah berupa air hujan.

Dalam dunia pertanian, iklim sangat berpengaruh dalam tumbuh dan


berkembangnya suatu tanaman sehingga  dalam penanaman tanaman dibutuhkan
penentuan iklim atau cuaca yang cocok agar tanaman dapat berproduksi dengan
baik. Klasifikasi iklim dapat membantu memudahkan petani untuk menentukan
letak penanaman yang cocok untuk suatu tanaman sehingga dapat optimal
pertumbuhannya.

Dalam konteks budidaya tanaman dalam ruang lingkup pertanian baik


berupa budidaya tanaman pangan, perkebunan, ataupun budidaya tanaman
holtikultura dsb. Maka  kelembaban udara dipengaruhi dan memengaruhi laju
transpirasi tanaman. Kelembaban udara memiliki pengaruh pada proses transpirasi
tanaman, tingginya laju transpirasi akan meningkatkan laju penyerapan air oleh
akar hingga pada batas tertentu, namun jika terlalu tinggi melampaui laju
penyerapan dan terjadi secara terus menerus akan menyebabkan tanaman
mengering.
Transpirasi adalah proses hilangnya air dalam bentuk uap air dari jaringan
hidup tanaman yang terletak di atas permukaan tanah melewati stomata, lubang
kutikula, dan lentisel 80% air yang ditranspirasikan berjalan melewati lubang
stomata.
Disamping itu juga kelembaban udara bersama dengan temperatur juga
memiliki pengaruh pada proses pertumbuhan dan perkembangan hama dan
penyakit. Hal ini terjadi karena, kondisi kelembaban dan temperatur pada nilai
tertentu merupakan nilai yang optimal bagi pertumbuhan dan perkembangan hama
dan penyakit tanaman.
Oleh karena itu, dengan mengetahui kelembaban dan juga temperatur pada
suatu wilayah, maka kita dapat menentukan langkah antisipatif untuk budidaya
tanaman. Sebab, jika kita  mengetahui kelembaban suatu  tempat, maka kita dapat
menentukan tanaman apa yang tepat untuk dibudidayakan pada nilai kelembaban
yang kita ketahui.

I.2 Tujuan

Menentukan kelas iklim suatu tempat dengan menggunakan cara


klasifikasi schmit dan ferguson dan cara klasifikasi oldemann.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Iklim adalah perpaduan dari semua unsur dalam satu gabungan yang
berasal dari proses iklim terkait. Factor yang menentukan kondisi atmosfer dapat
dipakai dalam klasifikasi iklim. Akan tetapi, kriteria yang dipakai untuk
membedakan jenis iklim sebaiknya mencerminkan iklim itu sendiri (Tjasyono,
2004).
Klasifikasi iklim umumnya sangat spesifik, yang didasarkan atas tujuan
penggunaannya, misalnya untuk kegunaan dibidang pertaniaan, penerbangan atau
kelautan. Klasifikasi iklim yang spesifik sesuai dengan kegunaannya ini tetap
menggunakan data unsur iklim sebagai landasannya, tetapi dengan hanya memilih
data tentang unsur atau unsur-unsur iklim yang relevan, yang secara langsung
akan mempengaruhi aktifitas atau objek dalam bidang-bidang tersebut (Lakitan,
2002).
Beberapa sistem klasifikasi iklim yang sampai sekarang masih digunakan
dan pernah digunakan di Indonesia antara lain adalah:
a. Sistem Klasifikasi Koppen
Koppen membuat klasifikasi iklim berdasarkan perbedaan temperatur dan
curah hujan. Koppen memperkenalkan lima kelompok utama iklim di muka bumi
yang didasarkan kepada lima prinsip kelompok nabati (vegetasi). Kelima
kelompok iklim ini dilambangkan dengan lima huruf besar dimana tipe iklim A
adalah tipe iklim hujan tropik (tropical rainy climates), iklim B adalah tipe iklim
kering (dry climates), iklim C adalah tipe iklim hujan suhu sedang (warm
temperate rainy climates), iklim D adalah tipe iklim hutan bersalju dingin (cold
snowy forest climates) dan iklim E adalah tipe iklim kutub (polar climates)
(Subarjo, 2001).
b. Sistem Klasifikasi Mohr
            Klasifikasi Mohr didasarkan pada hubungan antara penguapan dan
besarnya curah hujan, dari hubungan ini didapatkan tiga jenis pembagian bulan
dalam kurun waktu satu tahun dimana keadaan yang disebut bulan basah apabila
curah hujan >100 mm per bulan, bulan lembab bila curah hujan bulan berkisar
antara 100 – 60 mm dan bulan kering bila curah hujan < 60 mm per bulan.
 c. Sistem Klasifikasi Schmidt-Ferguson
            Sistem ini banyak digunakan di Indonesia terumata dalam bidang
perkebunan dan kehutanan. Penentuan iklim pada klasifikasi ini hanya
mempertimbangkan unsur iklim hujan dan memerlukan data hujan bulanan
paling  sedikit 10 tahun. Krieteria yang digunakan adalah penentuan bulan kering,
bulan lembab, dan bulan basah dengan pengertian seebagai berikut:
a.       Bulan Kering (BK)  :     Bulan dengan hujan <60mm  
b.      Bulan Lembab (BL)  :     Bulan dengan curah hujan 60-100mm
c.       Bulan Basah (BB)  :     Bulan dengan curah hujan >100mm.
Penentuan tipe iklim berdasarkan pada nilai Q. nilai Q dihitung dengan
menggunakan persamaan:
Q= rata-rata bulan kering/Rata-rata bulan Basah x 100% (Lakitan,2002).
Klasifikasi iklim yang dilakukan oleh Oldeman didasarkan kepada jumlah
kebutuhan air oleh tanaman, terutama pada tanaman padi. Penyusunan tipe
iklimnya berdasarkan jumlah bulan basah yang berlansung secara berturut-turut.
            (Handoko,1994) mengungkapkan bahwa kebutuhan air untuk tanaman
padi adalah 150 mm per bulan sedangkan untuk tanaman palawija adalah 70
mm/bulan, dengan asumsi bahwa peluang terjadinya hujan yang sama adalah 75%
maka untuk mencukupi kebutuhan air tanaman padi 150 mm/bulan diperlukan
curah hujan sebesar 220 mm/bulan, sedangkan untuk mencukupi kebutuhan air
untuk tanaman palawija diperlukan curah hujan sebesar 120 mm/bulan, sehingga
menurut Oldeman suatu bulan dikatakan bulan basah apabila mempunyai curah
hujan bulanan lebih besar dari 200 mm dan dikatakan bulan kering apabila curah
hujan bulanan lebih kecil dari 100 mm.
            Lamanya periode pertumbuhan padi terutama ditentukan oleh
jenis/varietas yang digunakan, sehingga periode 5 bulan basah berurutan dalan
satu tahun dipandang optimal untuk satu kali tanam. Jika lebih dari 9 bulan basah
maka petani dapat melakukan 2 kali masa tanam. Jika kurang dari 3 bulan basah
berurutan, maka tidak dapat membudidayakan padi tanpa irigasi tambahan
(Kristanto, 2002).
            
BAB III

METODOLOGI

3.1 Bahan dan Alat

Adapun alat dan bahan yang digunakan pada praktikum acara hujan 1 tentang
pengukuran hujan yaitu:
 Data hujan jangka panjang
 ATK
 Kalkulator

3.2 Prosedur Kerja


1. Mengumpulkan data hujan dari beberapa stasiun dalam kawasan
berdekatan yang mempunyai masa pendapatan lebih dari 10 tahun.
2. Membuat rataan bulanan masing-masing dari data tersebut.
3. Mengklasifikasikan data iklim tersebut menurut cara klasifikasi schmit dan
ferguson dan cara klasifikasi oldemann.
4. Membandingkan apakah dua macam hasil dari klasifikasi tersebut sama.
Dan jika berbeda menjelaskan mengapa terjadi perbedaan.
BAB VI

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Pengamatan

Tabel.1 Klasifikasi Oldemann.

N0 Tahun BB BK Tipe Penjabaran


Iklim
1 2012 3 2 D2 Hanya mungkin satu kali padi atau satu kali palawija
setahun tergantung pada adanya persediaan air irigasi.
2 2013 9 0 B1 Sesuai untuk padi terus menerus dengan perencanaan awal
musim tanam yang baik produksi tinggi bila panen musim
kemarau.
3 2014 8 0 B1 Sesuai untuk padi terus menerus dengan perencanaan awal
musim tanam yang baik produksi tinggi bila panen musim
kemarau.
4 2015 7 5 B2 Dapat tanam padi dua kali setahun dengan varietas umur
pendek dan musim kering yang pendek cukup untuk
tanaman palawija.

Tabel.2 Klasifikasi Schmidt.

NO Tahun BB BK jumlah BK Tipe Iklim


(Q= x100%)
jumlah BB
1 2012 9 1 0,11 Sangat basah
2 2013 12 0 0 Sangat basah
3 2014 11 1 0,09 Sangat basah
4 2015 7 2 0,28 Basah

4.2 Pembahasan
Iklim merupakan hal yang sangat penting dalam dunia pertanian, hal ini
dikarenakan iklim menjadi pertimbangan petani dalam bercocok tanam. Dengan
pertimbangan iklim petani dapat menentukan waktu tanam yang baik sesuai
dengan komoditi tanaman yang akan ditanam. Untuk mengetahui efisiensi dlam
pertanian dilkaukan klasifikasi iklim yang dilihat dari curah hujan. Ada beragam
klasifikasi iklim yang dinamai berdasarkan nama ahli yang mengembangkannya
yaitu: koppen, schmith dan furgoson, oldemann, mohr dll

Menurut Abidin (2010) tujuan klasifikasi iklim adalah menetapkan


pembagian ringkas jenis iklim ditinjau dari segi unsur yang benar-benar aktif
terutama presipitasi dan suhu. Unsur lain seperti angin, sinar matahari, atau
perubahan tekanan ada kemungkinan merupakan unsur aktif untuk tujuan khusus.
Pemahaman klasifikasi iklim dalam bidang pertanian mempunyai arti sangat
penting karena iklim merupakan salah satu faktor penentu hasil tanaman. Iklim
akan menentukan potensi hasil tanaman sehingga pemahaman mengenai
kesesuaian antara tanaman dan iklim sangat diperlukan.dibagi menjadi dua yakni
bulan basah dan bulan kering
Pada praktikum ini kami melakukan klassifikasi iklim berdasarkan system
klasifikasi oldemann dimana dengan system klasifikasi ini iklim

Dari pengklasifikasian Oldemann yang telah dilakukan pada praktikum,


maka dapat diketahui bahwa pada tahun 2012 mempunyai tipe iklim D2 dimana
hanya mungkin satu kali padi atau satu kali palawija setahun tergantung pada
adanya persediaan air irigasi, dan pad tahun 2013 dan 2014 mempunyai tipe iklim
dimana sesuai untuk tanaman padi terus menerus dengan perencanaan awal
musim tanam yang baik produksi tinggi bila panen musim kemarau. Sedangkan
pada tahun 2015 bertipe iklim B2 dan dapat tanam padi dua kali setahun dengan
varietas umur pendek dan musim kering yang pendek cukup untuk tanaman
palawija.

Dan pada klasifikasi Schmidt klasifikasi iklim ditentukan berdasarkan


jumlah rata-rata bulan basah dan kering. Dimana pada bulan 2012 sampai dengan
tahun 2014 memiliki tipe iklim A karena memiliki nilai Q 0 – 0,143, dan bersifat
sangat basah. Sedangkan pada tahun 2015 memiliki tipe iklim B dengan sifat
basah.
BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan
1. Klasifikasi Schmidt merupakan penentuan iklim dengan
mempertimbangkan unsur iklim hujan dan memerlukan data hujan bulanan
paling  sedikit 10 tahun. Krieteria yang digunakan adalah penentuan bulan
kering, bulan lembab, dan bulan basah.
2. Metode Oldemen hanya memakai unsur curah hujan sebagai dasar
klasifikasi iklim.
3. iklim sangat berpengaruh dalam tumbuh dan berkembangnya suatu
tanaman sehingga  dalam penanaman tanaman dibutuhkan penentuan iklim
atau cuaca yang cocok agar tanaman dapat berproduksi dengan baik
didalam dunia pertanian. Serta klasifikasi iklim dapat membantu
memudahkan petani untuk menentukan letak penanaman yang cocok
untuk suatu tanaman sehingga dapat optimal pertumbuhannya.

5.2 Saran

Sebaiknya semua praktikan harus lebih serius dan lebih memperhatikan


penjelasan dari coass dalam melaksanakan praktikum, sehingga apa yang
dijelaskan oleh pembimbing praktikum lebih mudah dipahami dan dimengerti
dan akan mempermudah jalannya praktikum.
DAFTAR PUSTAKA

Benyamin. 1997. Dasar-dasar Klimatologi. Grafindo. Jakarta.

Handoko ahmad, 1994. Penerimaan radiasi surya di permukaan bumi sangat


bervariasi menurut tempat dan waktu. Jakarta: balai pustaka.

Kristanto. 2002. Klimatologi Dasar. Bumi Aksara. Jakarta.

Lakitan B, 1994. Dasar-dasar Klimatologi. PT. Raja Grafindo Persada: Jakarta.

Subarjo M. 2001. Buku Ajar Meteorologi Dan Klimatologi.Universitas Lampung:


Bandar Lampung

Anda mungkin juga menyukai