PENDAHULUAN
Iklim adalah kondisi rata-rata cuaca dalam waktu yang panjang. Iklim di bumi
sangat dipengaruhi oleh posisi matahari terhadap bumi. Terdapat beberapa klasifikasi iklim di
bumi ini yang ditentukan oleh letak geografis. Sifat utamanya ialah suhu yang selalu tinggi,
satunya yaitu mengenai macam macam iklim di Indonesia serta faktor-faktor yang
mempengaruhinya. Adapun guna dari mempelajari lebih lanjut mengenai Iklim di Indonesia
beserta macam serta faktor yang dapat mempengaruhi iklim di Indonesia yang mana akan
luas wilayah 540 Ha, yang terdiri dari 6 dusun dengan 6 rukun warga dan 24 rukun tetangga.
Lahan yang terdapat di kecamatan Kawunganten digunakan secara produktif dan hanya
Kecamatan Kawunganten dan mengetahui tanaman yang cocok untuk iklim tersebut. Manfaat
dari praktikum klimatologi adalah mahasiswa dapat mengetahui tipe iklim di Kecamatan
Kawunganten dan dapat mengetahui tanaman yang cocok untuk iklim tersebut.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Iklim
Iklim adalah pengaruh rata-rata dari cuaca yang meliputi cahaya, kelembapan,
suhu, tekanan udara dan gerakan udara/angin dalam kurun waktu tertentu. Iklim merupakan
gabungan berbagai kondisi cuaca sehari-hari atau merupakan rerata cuaca, sehingga iklim
tersusun atas berbagai unsur yang variasinya besar. Meskipun perilaku iklim di bumi cukup
rumit tetapi ada kecenderungan karakteristik dan pola tertentudari unsur iklim di berbagai
daerah yang letaknya saling berjauhan. Kesamaan sifat tersebut maka dalam bidang ilmu
iklim juga dikena pengelompokan iklim dalam kelas-kelas tertentu yang disebut dengan
Wilayah Indonesia memiliki dua kondisi iklim yang sangat berbeda. Kawasan
Barat Indonesia (KBI) umumnya beriklim basah dengan curah hujan merata sepanjang tahun,
yang berdampak terhadap reaksi tanah atau pH yang masam dan kejenuhan basa yang rendah.
Kawasan Timur Indonesia (KTI) umumnya beriklim kering, sehingga tanahnya bereaksi
netral sampai alkali, dan kejenuhan basanya tinggi. Tanah didataran tinggi umumnya
terbentuk dari bahan volkan, dan dengan suhu rendah proses pelapukan berlangsung lambat,
sehingga kesuburan tanahnya secara alami akan terawetkan. Namun, karena umumnya berada
pada topografi yang berlereng curam dengan tanah yang labil dan rentan longsor,
mengalami pemekaran daerah dari kecamatan kawunganten adalah Bantarsari dan Kampung
Laut. Kawunganten memiliki sebuah stasiun dengan ketinggian 21m dpl. Pusat administrasi
luas wilayah 540 Ha, yang terdiri dari 6 dusun dengan 6 rukun warga dan 24 rukun tetangga.
Pada umumnya lahan yang terdapat di kecamatan Kawunganten digunakan secara produktif
dan hanya sedikit saja yang tidak dipergunakan. Hal ini menunjukan bahwa penggunaan
lahan kecamatan Kawungantenmemiliki sumber daya alam yang memadai dan siap diolah.
Luas lahan berupa sawah 48,075 Ha, luas tanah darat 384,550 Ha, dan luas area Pemukiman
80,500 Ha.
bulan yaitu Bulan Basah, yaitu jika dalam satu bulan mempunyai jumlah curah hujan lebih
besar dari 100 mm. Curah hujan lebih besar daripada penguapan. Bulan Lembab, yaitu jika
dalam satu bulan mempunyai jumlah curah hujan 60 100 mm. Curah hujan sama dengan
penguapan. Bulan Kering, yaitu Jika dalam satu bulan mempunyai jumlah curah hujan lebih
kecil dari 60 mm. Curah hujan lebih kecil daripada penguapan. Untuk mencari bulan basah
dan bulan kering Mohr menggunakan rata-rata curah hujan masing-masing bulan selama
beberapa tahun. Pembagian iklim didasarkan atas banyaknya bulan basah dan bulan kering
suatu tempat, oleh Mohr dibagi menjadi lima golongan iklim (Wisnubroto et al., 2003).
Tabel 1. Klasifikasi Iklim Menurut Mohr
Metode Oldeman tahun 1975 juga memakai unsur curah hujan sebagai dasar
klasifikasi iklim. Bulan basah dan bulan kering secara berturut turut yang dikaitkan dengan
pertanian untuk daerah daerah tertentu. Maka penggolongan iklimnya dikenal dengan sebutan
zona agroklimat (agro-climatic classification). Misalnya jumlah curah hujan sebesar 200 mm
tiap bulan dipandang cukup untuk membudidayakan padi sawah, sedangkan untuk sebagian
besar palawija maka jumlah curah hujan minimal yang diperlukan adalah 100 mm tiap bulan.
Musim hujan selama 5 bulan dianggap cukup untuk membudidayakan padi sawah selama
satu musim. Dalam metode ini, bulan basah didefinisikan sebagai bulan yang mempunyai
jumlah curah hujan sekurang-kurangnya 200 mm. Meskipun lamanya periode pertumbuhan
padi terutama ditentukan oleh jenis yang digunakan, periode 5 bulan basah berurutan dalam
satu tahun dipandang optimal untuk satu kali tanam. Jika lebih dari 9 bulan basah maka
petani dapat menanam padi sebanyak 2 kali masa tanam. Jika kurang dari 3 bulan basah
berurutan, maka tidak dapat membudidayakan padi tanpa irigasi tambahan. Macam bulan
yang digunakan Oldeman adalah bulan basah apabila curah hujan lebih dari 200 mm. Bulan
lembab apabila curah hujannya 100 200 mm Bulan kering apabila curah hujannya kurang
basah dan bulan kering seperti yang dikemukakan oleh Mohr hanya perbedaannya dalam cara
bulan basah dan bulan kering bukan dengan mencari harga rata-rata curah hujan untuk
masing-masing bulan tetapi dengan cara tiap tahun adanya bulan basah dan bulan kering
dihitungkan kemudian dijumlahkan untuk beberapa tahun kemudian dirata-ratakan. Hal ini
mengingat bahwa kalau digunakan harga rata-rata masing-masing bulan adanya bulan basah
dan bulan kering tiap tahun bergeser kemungkinanan sekali tidak tampak pada harga rata-rata
(Wisnubroto et al., 2003). Penentuan rata-rata bulan kering dan rata rata bulan basah
Dimana :
Md : Rata-rata bulan kering
fd
Md = fd : Frekuensi bulan kering
T T : Banyaknya tahun penelitian
Dimana :
Mw : Rata-rata bulan basah
fw
Mw = fw : Frekuensi bulan basah
T T : Banyaknya tahun penelitian
c. Menentukan nilai Q
Dimana :
Q : Tipe Iklim Schmidt-Ferguson
Md
Q= x 100% Md : Rata-rata bulan kering
Mw Mw : Rata-rata bulan basah
Berdasarkan penelitian Schmidt-Ferguson, penggolongan iklim di Indonesia menjadi
8 golongan (Tabel 2). Semakin kecil harga Q makin basah suatu tempat dan makin besar
Pola tanam adalah merupakan suatu urutan tanam pada sebidang lahan dalam
satu tahun, termasuk didalamnya masa pengolahan tanah. Pola tanam merupakan bagian atau
sub sistem dari sistem budidaya tanaman, maka dari sistem budidaya tanaman ini dapat
dikembangkan satu atau lebih sistem pola tanam. Pola tanam di daerah tropis, biasanya
disusun selama satu tahun dengan memperhatikan curah hujan, terutama pada daerah atau
lahan yang sepernuhnya tergantung dari hujan. Makan pemilihan jenis/varietas yang
ditamanpun perlu disesuaikan dengan keadaan air yang tersedia ataupun curah hujan.
Pengetahuan mengenai pola tanam sangat perlu bagi petani. Sebab dari usaha tani yang
Didalam hal kemampuannya berkecambah dan tumbuh sangat baik didalam air atau dala
keadaan tergenang. Tanaman dapat membawa oksigen dari daun-daun ke parakaran hingga
tanaman tumbuh normal dilingkungan yang berair. Untuk berkecambahan, padi memerlukan
temperatur minimum kira-kira 11C - 12 C, untuk pembuangan antara 22C - 23C dan
pembentukan biji 20,5C -21C. Untuk temperatur lebih tinggi atau panas diperlukan untuk
seluruh periode pertumbuhannya yang dapat bervariasi dari 4 6 bulan. Padi ditanam luas
pada daerah yang mempunyai iklim Caf, Caw, Af, Am, dan tersebar luar di iklim Cs (Andika,
2008).
2.6.2. Palawija
Praktikum klimatologi dengan materi tipe iklim dan pemetaan pola tanam
dilaksanakan pada bulan November 2016. Lokasi pencarian data antara lain di Badan Pusat
3.1. Materi
Materi yang digunakan dalam praktikum acara ini terdiri dari komponen
alat dan bahan. Bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah data curah hujan di
kecamatan Kawunganten sebagai data pengamatan yang akan digolongkan berdasarkan tipe
iklimnya dan pemetaan pola tanamnya. Alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah
alat tulis sebagai alat untuk mencatat data yang diperoleh, kamera sebagai alat untuk
3.2. Metode
Metode yang diterapkan dalam praktikum acara ini adalah mencari data
curah hujan dalam kurun waktu sepuluh tahun, data dapat diperoleh di BPS. Data yang
database BPS di internet. Kemudian mengolah data tersebut pada tabel yang telah
data curah hujan sepuluh tahunan yang telah diperoleh. Setelah menganalisis, kemudian
Kecamatan Dawe termasuk dalam iklim Golongan II atau daerah agak kering karena
mempunyai bulan kering berjumlah 3 bulan. Hal ini sesuai dengan pendapat (Wisnubroto et
al., 2004) yang menyatakan bahwa berdasarkan klasifikasi iklim Mohr, Golongan III atau
daerah agak kering adalah di mana adanya bulan-bulan kering lebih banyak yaitu antara 3-4
bulan.
4.2. Klasifikasi Iklim Oldeman
mempunyai 5 Bulan Basah Berurutan dan 2 Bulan Kering. Hal ini sesuai dengan pendapat
(Syarifuddin, 2006) yang menyatakan bahwa berdasarkan klasifikasi iklim Oldeman, tipe
iklim B1 adalah apabila memiliki 5-6 bulan basah berurutan dan 2-3 bulan kering.
Tabel 3. Tipe Iklim Kecamatan Tembalang Menurut Klasifikasi Iklim Schmidt- Ferguson
bahwa iklim di Kecamatan Dawe termasuk dalam tipe iklim D atau sedang. Hal ini sesuai
dengan pendapat (Schmidt dan Ferguson, 1951) yang menyatakan bahwa Tipe iklim D atau
sedang memiliiki jumlah Q sebesar antara 60 100. Q merupakan rasio perbandingan antara
jumlah rata-rata bulan kering dengan rata-rata bulan basah. Semakin kecil harga Q makin
basah suatu tempat dan makin besar harga Q makin kering suatu tempat. Hal ini sesuai
dengan pendapat (Wisnubroto et al., 2006) yang menyatakan bahwa Semakin kecil harga Q
makin basah suatu tempat dan makin besar harga Q makin kering suatu tempat.
Bulan
Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agu Sep Okt Nov Des
C 277,
233,9 251,4 195,6 120,3 39,7 43,9 6,0 20,4 121,3 172,7 245,3
H 3
LP
Keterangan:
LP : Label pemetaan, warna untuk padi, warna untuk palawija (jenisnya ditulis),
dan warna untuk sawah irigasi.
Dapat dilihat bahwa pada tabel tersebut rata-rata curah hujan digolongkan
berdasarkan kriteria iklim Oldeman. Oldeman menyatakan bahwa bulan kering (BK)
memiliki CH < 100 mm, bulan basah (BB) memiliki CH > 200 mm, dan bulan lembab (BL)
dengan kriteria 100 mm < CH < 200 mm. Padi membutuhkan penanaman pada kondisi curah
hujan diatas 200 mm, oleh karenanya diwarnai/dilabeli dengan warna hijau tua sesuai
keterangan, palawija merupakan tanaman pengganti padi ketika curah hujan sudah mulai
menurun (musim hujan berakhir), atau dapat dikatakan periode bulan lembab sehingga dapat
diwarnai/dilabeli dengan warna hijau muda sesuai keterangan, sementara periode
kemarau/bulan kering dapat dilabeli dengan warna biru muda sebagai lambang irigasi, artinya
penanaman dapat dilakukan dengan bantuan irigasi.
metode iklim Schmidt-Fergosn memiliki iklim sedang. Iklim Sedang sangat cocok ditanami
tanaman palawija seperti jagung. Hal ini sesuai dengan pendapat Wisnubroto et al. (2004)
yang meyatakan bahwa untuk daerah yang bertipe iklim sedang, ada beberapa tanaman
pertanian dalam jenis padi-padian yang tumbuh dan berkembang dengan baik, tanaman
tersebut antara lain jagung. Sedangkan menrut metode iklim Oldeman, Kecamatan
Kawunganten termasuk dalam tipe iklim C2. Tipe iklim C2 memiliki karakteristik yaitu
hanya mungkin tanam padi atau palawija sekali dalam setahun tergantung pada adanya
persediaan air irigasi. Hal ini sesuai dengan pendapat (Syarifuddin, 2006) yang meyatakan
bahwa Tipe iklim C2 memiliki karakteristik hanya mungkin tanam padi 1x atau 1x palawija
5.1. Simpulan
5.2. Saran
Saran untuk praktikum tentang pengamatan perawanan adalah agar lebih teliti dalam
Prihmantoro,R.S. 2004. Dampak Kemasan dan Suhu Penyimpanan terhadap Perubahan Sifat
Fisik dan Masa Simpan Brokoli Setelah Transportasi.Skripsi.Departemen Keteknikan
Pertanian. Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor
Wisnubroto, S., Siti L.A.S., Mulyono N. 2003. Asas-Asas Meteorologi Pertanian. PT Ghalia
Indonesia, Jakarta.
.
LAMPIRAN
Tahun Rata-
Bulan Oldeman Mohr
2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 Rata
Januari 309 346 - 147 - 222 220 212 - 336 256,0 BB BB
Februari 238 338 218 393 - 174 290 138 - 297 260,7 BB BB
Maret 309 - 260 316 - 136 393 373 - 269 293,7 BB BB
April 362 44 557 256 - 72 172 38 - 158 212,0 BB BB
Mei 226 249 338 18 - - 195 102 - 243 195,8 BL BB
Juni 191 - 131 3 - 26 - 140 - 122 102,1 BL BB
Juli 188 - 0 - - 15 - 273 - - 119,0 BL BB
Agustus 15 - 0 - - - - 100 - 76 47,7 BK BK
September 255 - 0 - - - - 94 - - 116,3 BL BB
Oktober 485 - 195 397 - 17 281 11 - - 231,0 BB BB
November 168 - 476 586 - 203 252 355 - - 340,0 BB BB
Desember 178 296 573 213 - 212 - 477 - 202 307,2 BB BB
Jumlah 2924 1273 2748 2329 - 1077 1803 2313 - 1703
Rata-rata
Rata-rata 243,6 254,6 249,8 258,7 - 134,6 257,5 192,7 - 212,8
BK 1 1 3 2 - 4 0 3 - 1 1,8
Schmidt-
BL 4 0 2 1 - 2 2 4 - 2 2,1
Ferguson
BB 7 4 6 6 - 3 5 5 - 5 5,1
Sumber: Data Badan Pusat Statistika Semarang, 2016.