Anda di halaman 1dari 10

LAPORAN RESMI PRAKTIKUM

KLIMATOLOGI PERTANIAN

DISUSUN OLEH :

Nama : Fitra Deofani Panjaitan


NIM : 18 / 19729 / BP
Kelas : SPKS B
Acara III : Menentukan Iklim Suatu Tempat
Co. Ass : Arya Rotama

FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN STIPER

YOGYAKARTA

2019
I. ACARA III : Menentukan Iklim Suatu Tempat
II. TANGGAL : 09 Maret 2019
III. TUJUAN :
1. Melatih mahasiswa / peserta menyatukan berbagai anasir iklin guna
penentuan iklim.
2. Melati mahasiswa / peserta mengetahui dan mengurangi hubungan tipe
iklim dengan keadaan tanaman setempat.
IV. TINJAUN PUSTAKA
Iklim adalah integrasi secara umum dari kondisi cuaca yang mencakup
periode waktu tertentu pada suatu wilayah sedangkan cuaca
menggambarkan kondisi atmosfer pada suatu saat, dimana atmosfer
sendiri diartikan sebagai selubung udara di sekitar bumi yang terdiri dari
campuran gas dan zat, yaitu sekitar 98 % unsur nitrogen dan oksigen serta
2 % lainnya terdiri dari gas argon, ozon, uap hydrogen, karbondioksida,
neon , helium, krypton, xenon dan partikel-partikel organik maupun
anorganik yang menyelubungi bumi.
Keadaan iklim di Indonesia sangat dipengaruhi oleh letak geografis
dan topografi. Indonesia terletak di daerah equator (7° LU - 11°LS) dan
diapit oleh benua Asia dan benua Australia. Benua Asia dan Australia
terletak moonson foci yang menyebabkan adanya adanya dua periode
musim yaitu musim hujan dan musim kemarau. Dan persebaran curah
hujan di Indonesia yang tidak merata karena sebaran pulau dan gunung
yang banyak. Dengan melihat keadaan iklim yang khas itu, maka untuk
menentukan tipe iklim di Indonesia diperlukan metode iklim tersendiri.
Peralihan musim merupakan salah satu indikator yang dapat digunakan
untuk mendeteksi musim kemarau dan musim hujan lebih dini, sehingga
perencanaan pertanian terutama periode tanam dan jenis komoditas dapat
disusun sesuai dengan kondisi iklim aktual. Perubahan musim kemarau ke
musim hujan atau sebaliknya dapat dilakukan dengan menggunakan
indikator penciri musim untuk menentukan apakah wilayah berada pada
periode musim hujan, memasuki musim hujan, musim kemarau, dan
memasuki musim kemarau.
Karena iklim terdiri dari suatu tempat disusun oleh unsur-unsur yang
variasinya besar, maka hampir tidak mungkin ada dua tempat yang
memiliki dua iklim identik. Pengklasifikasian iklim mempunyai
persamaan tujuan yaitu berusaha untuk menyederhanakan jumlah iklim
lokal yang tidak terbatas jumlahnya itu menjadi golongan yang jumlahnya
relatif sedikit.
Untuk menganalisis tipe iklim daerah setempet menggunakan system
klasifikasi Mohr, Schmidt & Ferguson, Oldemen, dan Koppen. Koppen
membagi permukaan bumi menjadi lima golongan iklim, yaitu iklim hujan
tropika, iklim kering, iklim sedang, iklim dingin, iklim kutub. Menurut
Mohr sistem Koppen kurang berlaku di Indonesia, karena mengenai hujan
Mohr mengemukakan batasa-batasan baru untuk menunjukkan adanya
kekuatan periode kering terhadap tanah dan gambaran curah hujan. Tiga
derajat kebasahan bulan menurut Mohr ialah bulan basah, bulan lembab,
dan bulan kering.
Pertanian mungkin dipertimbangkan sumber iklim proses eksploitasi
dari hasilnya, peternakan dan peralatan (mesin) yang digunakan. Dalam
penyerapan permukaan dengan properti yang khusus, tanah dalam
pembuatannya mengunakan elemen-elemen ini. Jangka waktu sumber
iklim peratanian menunjukkan pada sumber ilmu iklim pada pertanian.
V. ALAT DAN BAHAN
A. Alat
1. Alat tulis
2. Kalkulator
3. Penggaris

B. Bahan
1. Data curah hujan Kecamatan Simpangbarat
VI. CARA KERJA
1. Menganalisis data curah hujan selama 10 tahun suatu tempat dari
co.ass.
2. Menentukan bulan basah (BB), bulan kering (BK), dan bulan lembab
(BL).
3. Untuk klasifikasi menurut Mohr, tentukan derajat kebasahan bulan
masing – masing curah hujan rata – rata dan masukkan ke kolom
DKB. Dari kolom DKB, hitunglah jumlah bulan kering ( BK ) dan
bulan basah ( BB ). Dan tentukan tipe iklim daerah setempat menurut
penggolongan iklim Mohr.
4. Untuk klasifikasi menurut Schmidt dan Ferguson, hitung jumlah BK,
BL, dan BB selama 10 tahun, hitung rata – rata BK, BL, BB tiap
tahun. Kemudian hitung nilai Q dengan rumus Q= Rerata BK : Rerata
BB. Dan tentukan tipe iklim daerah setempat menurut penggolongan
Schmidt dan Ferguson.
5. Buatlah uraian pendapat tentang masing – masing sistem klasifikasi.
Cantumkan sumber pustaka jika menggunakan acuan.
6. Bandingkanlah masing – masing sistem klasifikasi baik kelebihan dan
kekurangannya.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim, 2019.Buku Klimatologi Pertanian Insitut Pertanian STIPER. Institut
Pertanian STIPER. Yogyakarta.

Abjamin Ahmad Nasri. 1978. Beberapa Alat Pengukur Cuaca di stasiun


Klimatologi Pertanian .Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor.

Wisnubroto, S. 1981. Modifikasi Unsur Iklim Untuk Mendekati Persyaratan


Optimal Bagi Tanaman. Fakultas Pertanian. UGM, Yogyakarta.

Yogyakarta, 09 Maret 2019

Mengetahui,

Co.Ass Pratikan

(Arya Rotama) (Fitra Deofani Panjaitan)


VIII. PEMBAHASAN
Klasifikasi Iklim dibagi menjadi dua yaitu klasifikasi genetis dan klasifikasi
empirik. Dalam praktikum ini klasifikasi iklim yang akan digunakan adalah klasifikasi
empirik. Klasifikasi empirik dibagi menjadi dua yaitu klasifikasi berdasarkan klasifikasi
berdasarkan Moesture Budget (Thornthwaite) dan Klasifikasi berdasarkan pertumbuhan
vegetasi alami. Sedangkan yang akan dibahas dalam praktikum ini adalah klasifikasi
berdasarkan pertumbuhan vegetasi alami. Diantaranya klasifikasi Mohr, Schmidt and
Fergusson, Oldeman, dan Koppen.
Sistem Klasifikasi Mohr didasarkan pada hubungan antara penguapan dan
besarnya curah hujan, dari hubungan ini didapatkan tiga jenis pembagian bulan dalam
kurun waktu satu tahun dimana keadaan yang disebut bulan basah apabila curah hujan
>100 mm per bulan, bulan lembab bila curah hujan bulan berkisar antara 100 – 60 mm
dan bulan kering bila curah hujan < 60 mm per bulan. Pada hasil pengamatan klasifikasi
Mohr didapatkan daerah Kec.Simpangbarat termasuk golongan iklim ke II ,dimana
periode keringnya terjadi selama 1 bulan yang menandakan musim hujan mulai nyata.
Hal ini disebabkan setelah periode bulan basah merupakan bulan kering sehingga dapat
disimpulkan musim kering terlihat nyata. Klasifikasi ini mempunyai kelebihan dan
kekurangan. Kelebihan dari metode Morh yaitu pengklasifikasian iklim hanya didasarkan
pada penguapan dan besarnya curah hujan. Sehingga cara ini cukup praktis untuk
mengamati iklim suatu daerah selama 10 tahun. Data curah hujan bulanan dapat juga
dijadikan acuan pergeseran iklim tiap bulan. Kekurangan dari metode pada
pengklasifikasian didasarkan hanya rata-rata bulanan sehingga kurang sesuai untuk
memberi gambaran secara sempurna mengenai keadaan iklim Indonesia, selain itu tidak
mengikutsertakan sifat fisik suatu tanah yang dapat juga memberi pengaruh pada
penentuan iklim. Selain itu metode klasifikasi ini, tidak dapat diketahui pergeseran iklim
tiap tahun, sebab dasar penentuannya hanya dari curah hujan sehingga hanya dapat
digunakan untuk menentukan iklim dengan curah hujan stabil dan periodik.
       Sistem Klasifikasi Schmitd dan Fergusson, merupakan metode yang memiliki
kesamaan dengan sistem klasifikasi Mohr. Metode Schmitd-Fergusson didasarkan pada
bulan kering dan bulan basah. Berdeda dengan Mohr yang mencari bulan basah dan
bulan kering melalui harga rata-rata curah hujan untuk setiap bulan, sedangkan Schmitd-
Fergusson pencariannya bulannya untuk masing-masing satu tahun. Kec.Simpangbarat
menggunakan metode Schmidt dan Ferguson Diketahui bahwa termasuk tipe iklim
dengan rata-rata diatas 0,143 dan dibawah 0,333 yaitu 0,294 dengan Iklim yang
dikategorikan basah dan termauk golongan B.
Sistem Klasifikasi Oldemen kembali menggunakan persebaran bulan basah,
bulan lembab, dan bulan sedang sebagai parameter dalam penggolongan iklim.
Perbedaan klasifikasi ini dengan klasifikasi Mohr selain terletak pada derajat kekeringan
bulan yang digunakan, adalah klasifikasi Oldeman memerhatikan adanya bulan basah
yang berurutan dalam satu tahun. Semakin banyak jumlah bulan basah yang berurutan
yang dialami suatu daerah dalam satu tahun, maka iklim daerah tersebut akan semakin
basah. Dalam klasifikasi Oldeman, syarat penanaman dalam pertanian mulai
diperhatikan, dan dijadikan salah satu parameter penggolongan iklim. Dengan
mengetahui penggolongan iklim menurut Oldeman ini kita dapat menuntukan waktu
penanaman yang cocok bagi suatu tanaman untuk mengurangi kerugian akibat anomali
iklim. Dengan metode tersebut, Oldeman menggolongkan zona iklim dengan bantuan
Segitiga Agroklimat, menurut jumlah bulan basah yang berurutan menjadi 5 tipe iklim,
Kec.Simpang barat termasuk Tipe Iklim B2 dengan terjadi 7-8 bulan basah dengan
perkiraan bulan kering sebanyak2-3.
IX. KESIMPULAN

Dari praktikum yang telah dilakukan dapat diambil kesimpulan bahwa:

1. Tie iklim Kec.Simpangbarat mrenurut mohr termasuk Golongan II, daerah


agak basah dengan satu bulan kering.
2. Tipe iklim Kec.Simpangbarat menurut Schmidt dan Ferguson termasuk
golongan B, yaitu nilai rata-rata BK dan BB diantara 0,143 dan 0,333
daerah basah.
3. Tipe iklim Kec.Simpangbarat menurut Oldemen dengan menggunakan
segitga iklim oldemen termasuk ke daerah B2, terjadi 7-8 bulan basah dan
terjadi 2-3 bulan kering.
4. Dalam mengihtung jumlah curah hujan harus teliti, jika terjadi kesalahan
maka data tersebut akan buruk.
5. Iklim di Indonesia dapat diukur setelah 10 tahun.

Anda mungkin juga menyukai