Anda di halaman 1dari 12

7 Pembagian Iklim di Dunia Berdasarkan Para

Ahli Klimatologi
Iklim yang ada di planet bumi sangat bervariasi antara satu kawasan dengan kawasan
lainnya. Penentuan iklim tersebut berdasarkan dari letak geografis dan garis
lintang suatu kawasan, perbedaan lingkungan, dan vegetasi ilmiah suatu kawasan
tertentu. Dalam bidang ilmu geografi, para ahli membuat suatu metode dalam
menentukan pembagian iklim ini dengan menggunakan alat yang disebut dengan
klimografi, yaitu sebuah alat yang menggunakan metode visual untuk mengkaji iklim
dengan menganalisa cuaca dan curah hujan rata-rata sepanjang tahunnya.

Untuk melakukan pengklasifikasian iklim ini, para ahli geografi memerlukan


sedikitnya 30 tahun untuk melakukan pengumpulan data guna menjelaskan iklim pada
suatu kawasan tertentu. Namun begitu, pengetahuan manusia terhadap iklim tidaklah
selalu tepat. Hal ini dikarenakan pembagian iklim yang menggunakan beberapa
metode seringkali tidak konsisten dan garis batas antara iklim yang satu dengan yang
lainnya tidak selalu berbeda sehingga pembagian iklim di dunia ini seringkali bersifat
subyektif berdasarkan pendapat ahli yang menelitinya.

Secara garis besar tipe klasifikasi iklim di bumi dapat dikelompokan menjadi dua,
yaitu secara:

 Genetik, dibedakan berdasarkan:


o aliran massa udara
o arah angin
o letak topografi
o perbedaan sinar matahari
 Empirik, berdasarkan pada metode penelitian dan pengamatan ilmiah terhadap
unsur-unsur pembentuk iklim.

Maka, pembagian iklim di dunia dapat dibedakan berdasarkan klasifikasi yang


dilakukan oleh para klimatologi. Seiring dengan perkembangan zaman dan teknologi,
pembagian iklim di dunia berubah dan penentuan klasifikasinya juga menjadi lebih
kompleks. Berikut ini pembagian iklim berdasarkan pengamatan para ahli
klimatologi:

1. Sistem Klasifikasi Iklim Koppen


Sistem klasifikasi iklim Koppen ini paling sering digunakan di dunia
yang berdasarkan pada rata- rata suhu tahunan dan bulanan, dan vegetasi asli.
Menurut Koppen, iklim di dunia terbagi menjadi 5 kelas yang disimbolkan dengan
huruf A-E, berikut penjelasannya:

 Iklim hujan tropis (A) : Suhu berkisar antara 18˚C-


30˚C, dan memiliki curah hujan setiap bulannya sebesar > 60mm. Vegetasi yang
tumbuh subur adalah ekosistem hutan hujan tropis.
 Iklim kering (B) : Curah hujan yang terjadi merata sepanjang tahunnya. Suhu
berkisar antara 19˚C-32˚C dan vegetasi yang tumbuh subur adalah bioma stepa dan
pada pasir atau bioma gurun.
 Iklim sedang (C) : Suhu terbagi menjadi dua yaitu suhu musim dingin yang
berkisar antara -3°C sampai kurang dari 18°C dan suhu musim panas berkisar lebih
dari 10°C. Pada iklim ini, suhu selalu lembab sepanjang tahunnya dan bersifat kering
pada musim dingin dan panas, curah hujan setiap bulannya sekitar lebih dari 60 mm.
 Iklim dingin (D) : Suhu rata-rata adalah -3˚C sampai ≥
10˚C. Iklim ini bersifat dingin dan kering.
 Iklim kutub (E) : Suhu yang tercatat sekitar 0°C sampai 10°C yang disebabkan
oleh ketinggian topografi yang berada lebih dari 5000 kaki dari permukaan laut.
Vegetasi yang tumbuh adalah bioma tundra dan memiliki salju abadi.
2. Sistem Thornthwaite (1933)

Sistem ini juga paling sering digunakan di seluruh dunia. Sama halnya dengan


klasifikasi iklim Koppen, sistem ini berdasarkan pada vegetasi, evaporasi, surah
hujan, dan suhu. Menurut Thornthwaite, iklim di dunia dibedakan menjadi 6 ]tipe,
yaitu:

 Tropika
 Mesotermal
 Mikrotermal
 Taiga
 Tundra
 Frost (dingin)

3. Sistem Mohr (1933)
Sistem ini berdasarkan pada presipitasi, evaporasi, struktur tanah dan membagi lima g
olongan iklim menurut rata-rata curah hujan setiap bulannya, yaitu
basah, agak basah, agak kering, kering, dan sangat kering.

4. Sistem Klages (1942)

Sistem ini membagi iklim di dunia menjadi lima zona. Pembagian ini berdasarkan
pada suhu dan penerimaan sinar matahari sepanjang tahunnya. Berikut pembagiannya:

 Zona tropis, suhunya melebihi dari 20˚C


 Zona sub-tropis memiliki suhu lebih dari 20˚C tapi berlangsung selama 4-11
bulan
 Zona sedang suhunya berkisar 10˚C-20˚C
 Zona dingin suhunya terbagi dengan jelas, dimana satu bagian memiliki suhu
10˚C-20˚C dan yang lain bersuhu kurang dari 10˚C
 Zona kutub suhu yang tercatat adalah -1˚C

5. Sistem Flohn (1950)
Sistem ini membagi iklim berdasarkan aliran angin dan curah hujan secara global
yang meliputi:

 Zona ekuatorial, kawasan ini memiliki ciri basah dan hujan tropis yang sifat
hujannya adalah hujan muson.
 Zona tropika, kawasan ini mengalami hujan pada musim panas dan memiliki
vegetasi bioma sabana dan hutan kering.
 Zona subtropika kering, kawasan ini bersifat kering dan didominasi oleh
padang pasir atau gurun, dan vegetasinya meliputi stepa dan bioma stepa.
 Zona hujan bersalju kering, kawasan ini bercirikan turunnya hujan di musim
dingin, dan vegetasinya meliputi pohon berdaun keras.
 Zona ekstratropika, kawasan ini mengalami hujan sepanjang tahunnya dan
vegetasinya meliputi hutan heterogen dan pohonnya memiliki daun yang lebar.
 Zona subkutub, kawasan ini memiliki hujan yang terbatas di sepanjang
tahunnya dan hutan konifer mendominasi vegetasinya.

6. Sistem Schmidt & Ferguson (1951)


Diketahui:
Selama 30 tahun, jumlah rata-rata bulan kering = 2 dan jumlah ratarata bulan basah =
8.
Sistem ini memiliki dasar dengan sistem Mohr, namun Mohr membagi iklim
berdasarkan rata-rata curah hujan sepanjang tahunnya. Ada 8 tipe iklim menurut
sistem ini, yaitu sangat basah, agak basah, sedang, agak kering, sangat kering, dan
luar biasa kering. Pada pembagian iklim di Indonesia, sistem ini sangat terkenal dan
banyak diacu dalam bidang kehutanan dan perkebunan.

alam buku Klimatologi Dasar (2017) karya Abujamin Ahmad Nasir dan kawan-kawan, dijelaskan
bahwa sistem klasifikasi Schmidt dan Ferguson banyak digunakan dalam bidang kehutanan dan
perkebunan di Indonesia. Dasar klasifikasi ini adalah unsur iklim hujan dan data hujan bulanan
paling sedikit sepuluh tahun.

Kriteria yang digunakan adalah penentuan bulan kering, bulan lembab, dan bulan basah dengan
pengertian sebagai berikut:

1. Bulan kering (BK): bulan dengan hujan <60 milimeter.


2. Bulan lembab (BL): bulan dengan hujan antara 60-100milimeter.
3. Bulan basah (BB): bulan dengan hujan >100milimeter.

Schmidt dan Ferguson menentukan tipe iklim menggunakan nilai Q. Nilai Q didapat dari rata-
rata bulan kering : rata-rata bulan basah x 100 persen. Dari penghitungan nilai Q tersebut
didapatkan delapan tipe iklim yaitu:

Tipe A: Daerah sangat basah dengan vegetasi hutan hujan tropika.

Tipe B: Daerah basah dengan vegetasi masih hutan hujan tropika.

Tipe C: Daerah agak basah dengan vegetasi hutan rimba.

Tipe D: Daerah sedang dengan vegetasi hutan musim.

Tipe E: Daerah agak kering dengan vegetasi hutan sabana.

Tipe F: Daerah kering dengan vegetasi hutan sabana.

Tipe G: Daerah sangat kering dengan vegetasi padang ilalang.

Tipe H: Daerah ekstrem kering dengan vegetasi padang ilalang.

7. Sistem Oldeman (1975)

Sistem kategori klasifikasi iklim Oldeman berdasarkan pada panjang pendeknya


periode bulan basah dan kering secara berurutan dari rata-rata curah hujan masing-
masing bulan selama periode pengamatan tertentu. Dan sistem ini sangat berguna
sekali di Indonesia dalam mengklasifikasikan lahan pertanian dan tanaman pangan
karena sistem Oldeman mengklasifikasikan iklim yang dikaitkan dengan pertanian
yang menggunakan unsur curah hujan. Klasifikasi ini dibuat meliputi bulan kering
yang curah hujannya kurang dari 100 mm, bulan lembab yang curah hujannya antara
100-200 mm, dan bulan basah yang curah hujannya lebih dari 200 mm.

Planet Bumi adalah salah satu planet di tata surya dan satu- satunya


planet yang bisa dihuni oleh makhluk hidup. Hanya planet Bumi yang
bisa dijadikan tempat tinggal karena planet Bumi memiliki keadaan yang
paling cocok dengan keadaan yang dibutuhkan makhluk hidup. Keadaan
di Bumi sangat cocok dengan makhluk hidup baik malam dan siang
harinya. Meskipun demikian keadaan di Bumi ini berbeda- beda antara
satu wilayah dengan wilayah lainnya. Bahkan di setiap periode keadaan
di suatu wilayah juga bisa berbeda- beda. Keadaan di suatu wilayah
permukaan bumi ini sering kita sebut sebagai cuaca. Cuaca bisa berupa
keadaan langit seperti cerah atau mendung dan bahkan hujan. Selain
langit, cuaca juga bisa menggambarkan jenis- jenis angin.

Sementara cuaca adalah keadaan udara di suatu wilayah, maka jika


wilayah yang diliputi lebih besar kita akan menyebutnya sebagai iklim.
Jadi, jika cuaca hnaya meliputi wilayah sempit, misalnya Bogor, maka
iklim meliputi wilayah yang lebih besar yakni Indonesia. Iklim
dipengaruhi oleh letak suatu wilayah berdasarkan astronomisnya
yakni garis lintang dan garis bujur. Iklim biasanya berbeda- beda antara
satu negara dengan negara lain, seperti Indonesia yang berbeda iklim
dengan Malaysia. Iklim ada banyak sekali jenisnya seperti iklim tropis,
iklim sub tropis, iklim sedang, iklim dingin dan lain sebagainya. Pada
kesempatan ini kita akan membahas mengenai pembagian atau
klasifikasi iklim oldeman.
Pengertian Iklim Oldeman
Iklim Oldeman merupakan klasifikasi iklim yang didasarkan pada
kriteria bulan- bulan  basah dan bulan- bulan kering (bulan turun hujan)
secara berturut- turut. Klasifikasi iklim oldeman ini tergolong klasifikasi
yang baru di Indonesia, bahkan di beberapa hal masih memerlukan
diskusi mengenai batasan atau kriteria yang digunakan. namun
klasifikasi ini tetap berguna untuk keperluan praktis klasifikasi lahan
pertanian tanaman pangan Indonesia. Oldeman membuat sisutem baru di
dalam pengklasifikasian iklim yang dihubungkan dengan pertanian
menggunakan unsur iklim hujan.

Manfaat Iklim Oldeman

Pengklasifikasian iklim oldeman memang tergolong baru di Indonesia.


Meskipun demikian pengklasifikasian iklim oldeman ini banyak
dimanfaatkan oleh para petani di Indonesia. Seperti yang kita ketahui
bersama bahwa sebagian besar penduduk Indonesia bermata pencaharian
sebagai petani dan pertanian memegang peranan penting bagi
perekonomian Indonesia. Maka dari itulah pengklasifikasian oldeman ini
menjadi sangat penting. Klasifikasi iklim ini diarahkan kepada tanaman-
tanaman pangan seperti padi dan juga golongan palawija. Dibandingkan
dengan metode pengklasifikasian iklim yang lainnya, metode ini sudah
lebih modern karena sekaligus memperhitungkan unsur cuaca lain
seperti radiasi matahari yang dikaitkan dengan kebutuhan air oleh
tanaman.
Pengklasifikasian Iklim Oldeman
Iklim oldeman merupakan iklim yang digunakan untuk tanaman pangan
atau pertanian di Indonesia. Pengklasifikasian iklim oldeman ini
didasarkan pada kriterian bulan- bulan basah dan juga bulan- bulan
kering menurut iklim hujan. Kriteria dalam klasifikasi iklim ini
didasarkan pada perhitungan Bulan Basah (BB), Bulan Lembab (BL),
dan Bulan Kering (BK) dengan batasan memperhatikan peluang hujan,
hujan efektif dan kebutuhan air tanaman.

 Bulan Basah (BB), merupakan bulan dengan rata- rata curah hujan
lebih dari 200 mm
 Bulan Lembab (BL), merupakan buloan dengan rata- rata curah
hujan 100 hingga 200 mm
 Bulan Kering (BK), merupakan bulan dengan rata- rata curah
hujan kurang dari 100 mm

https://ustadzklimat.blogspot.com/2009/07/klasifikasi-iklim-oldeman-
teori-dan.html
Kemudian dalam mengklasifikasikan iklim oldeman menggunakan
ketentuan penjang periode bulan basah dan bulan kering berturut- turut.
Tipe pengklasifikasin iklim oldeman ini ada 5 macam (didasarkan pada
bulan basah berturut- turut), sementara sub divisinya dibagi menjadi
empat macam (didasarkan bulan kering berturut- turut).

Pengklasifikasian iklim oleh Oldeman ini dibagi menjadi 5 kategori.


Kategori- kategori iklim Oldeman antara lain sebagai berikut:

1. Tipe A, bulan- bulan basah secara berturut- turut lebih dari 9 bulan
2. Tipe B, bulan- bulan basah secara berturut- turut antara 7 sampai 9
bulan
3. Tipe C, bulan- bulan basah secara berturut- turut antara 5 sampai 6
bulan
4. Tipe D, bulan- bulan basah secara berturut- turut antara 3 sampai 4
bulan
5. Tipe E, bulan- bulan basah secara berturut- turut kurang dari 3
bulan

Berdasar pada kriteria tersebut. Maka kita dapat membuat klasifikasi


tipe iklim Oldeman untuk suatu daerah tertentu yang memiliki cukup
banyak pos hujan. Sementara itu data yang digunakan adalah data curah
hujan bulanan selama min 10 tahun atau lebih yang diperoleh dari
jumlah pos hujan yang selanjutnya. Lebih lanjut, iklim ini
dikelompokkan menjadi 17 wilayah Agroklimat Oldeman mulai dari A1
sampai E4 seperti yang tersaji pada gambar berikut:
dimanfaatkan untuk melaksanakan kegiatan pertanian, seperti penentuan
permulaan masa tanam serta intensitas penanaman
8. Iklim Junghuhn Friedrich Franz Wilhelm

Junghuhn, ahli tanaman asal Jerman membagi iklim berdasarkan ketinggian tempat. Pembagian ini
merupakan hasil temuannya terhadap jenis-jenis vegetasi yang tumbuh di wilayah dengan
ketinggian berbeda-beda. Lihat Foto Iklim Junghuhn(Kemdikbud)

Ia membagi iklim menjadi lima zona yakni:

Zona iklim panas: Ketinggian 0-700 meter, suhu rata-rata tahunan lebih 22 derajat celsius. Jenis
tanaman.

 Tanaman padi
 Tanaman jagung
 Tanaman kopi
 Tanaman tembakau
 Tanaman tebu
 Tanaman karet
 Tanaman kelapa
 Tanaman cokelat

Dari beberapa jenis tanaman- tanaman ini biasanya temukan di wilayah pulau
Sumatera dan sulawesi.
Zona iklim sedang: Ketinggian 700-1.500 meter, suhu rata-rata tahunan antara 15-22 derajat
celsius. Jenis tanaman kopi, teh, kina dan karet.
Adapun beberapa jenis tanaman yang mampu untuk di jadikan kebutuhan pokok bagi
masyarakat sekitar adalah :

 Tanaman padi
 Tanaman tembakau
 Tanaman the
 Tanaman kopi
 Tanaman cokelat

Bahkan terdapat pula berbagai macam jenis sayuran seperti :

 Sayuran kol
 Sayuran sawi,
 Sayuran selada

Zona iklim sejuk: Ketinggian 1.500-2.500 meter, suhu rata-rata tahunan 11-15 derajat celsius (cocok
tanaman holtikultura).

 Tanaman the
 Tanaman kopi
 Tanaman kina
 Dan berbagijenis sayuran

Zona iklim dingin: Ketinggian 2.500-4000 meter, suhu rata-rata tahunan 11 derajat celsius. Tanaman
yang tumbuh lumut.

Zona iklim salju tropis: Ketinggian lebih dari 4.000 meter dari permukaan laut, di daerah ini tidak
terdapat tumbuhan.

Anda mungkin juga menyukai