Anda di halaman 1dari 4

Artikel Geografi

Dinamika Atmosfer Tentang “IKLIM”


OLEH: Kelompok 1

PENDAHULUAN
Setiap wilayah memiliki iklim yang berbeda-beda. Di Indonesia, terdapat tiga jenis iklim, salah
satunya iklim yang dipengaruhi oleh arah angin yang berubah setiap enam bulan sekali. Iklim
ditentukan oleh sistem iklim suatu wilayah. Semakin hari perubahan iklim semakin kita rasakan
bahkan semakin mengkhawatirkan. Siang hari sangat panas tiba-tiba hujan. Perlu diingat bahwa
perubahan iklim tidak terjadi tiba-tiba, peristiwa ini terjadi oleh berbagai sebab.
Untuk itu kita harus berusaha menanggulanginya dengan mulai mencintai dan menjaga lingkungan
seperti menanam pohon, tidak membuang sampah sembarangan, melakukan daur ulang, dan cara-
cara sederhana lainnya.

PEMBAHASAN
Iklim adalah kondisi rata-rata cuaca dalam periode yang panjang dan cakupan wilayah yang
luas.Artinya, iklim merupakan kelanjutan dari hasil pencatatan unsur cuaca dari hari ke hari dalam
waktu yang lama. Sehingga, iklim merupakan rata-rata dari unsur cuaca secara umum pada suatu
wilayah di permukaan bumi.
Berdasarkan matahari, para peneliti membagi iklim yang ada di bumi menjadi empat jenis, yaitu
iklim tropis, iklim subtropis, iklim sedang, dan iklim dingin. Berikut diantaranya:
1. Iklim Tropis
Iklim tropis terjadi di kawasan sekitar ekuator atau garis khatulistiwa seperti Indonesia. Pada iklim
tropis, cuaca hangat sepanjang hari dan tidak ada musim dingin. Sebagian iklim tropis merupakan
hutan hujan tropis di kawasan-kawasan pada garis khatulistiwa. Sementara agak jauh dari garis
khatulistiwa, daerahnya agak kering hingga padang pasir.
2. Iklim Subtropis
Jenis iklim subtropis ada di daerah dengan lintang 20 hingga 40 derajat. Daerah dengan iklim
subtropis punya suhu harian dan musiman yang lebih beragam dari daerah tropis. Di kawasan
Mediterania seperti Yunani dan Italia, iklimnya hangat. Musim panasnya kering sementara musim
dinginnya basah. Iklim subtropis punya curah hujan yang sedang sepanjang tahun.
3. Iklim Sedang
Iklim sedang atau iklim siklon dapat dijumpai di bumi belahan Utara atau Utara garis khatulistiwa.Di
kawasan ini, kutub yang dingin bertemu dengan udara yang hangat. Hasilnya, hujan dan salju kerap
ditemui di kawasan beriklim sedang. Iklim subtropis menghasilkan suhu musiman yang beragam.
Umumnya ada empat musim, yakni musim panas, musim gugur, musim dingin, dan musim semi.
4. Iklim Dingin
Iklim dingin ada di kutub bumi yakni kutub utara dan kutub selatan. Di kedua wilayah ini, musim
dingin terjadi sepanjang tahun.Di beberapa area bahkan suhu yang selalu di bawah nol derajat celcius
atau membeku. Sebagian tempat memiliki salju dan es. Di tempat lain, lapisan tanah bawahnya
membeku.

Klasifikasi Iklim merupakan usaha untuk mengidentifikasi dan mencirikan perbedaan iklim yang
terdapat di bumi. Akibat perbedaan latitudo (posisi relatif terhadap khatulistiwa, garis lintang), letak
geografi, dan kondisi topografi, suatu tempat memiliki kekhasan iklim. Klasifikasi iklim biasanya
terkait dengan bioma atau provinsi floristik karena iklim mempengaruhi vegetasi asli yang tumbuh di
suatu kawasan. Klasifikasi iklim yang paling umum dikenal adalah klasifikasi Koeppen dan Geiger.
Klasifikasi ini berlaku untuk seluruh dunia sehingga sering dirujuk untuk kajian-kajian geologis dan
ekologi. Beberapa negara mengembangkan klasifikasi iklim sendiri untuk mengatasi variasi iklim
tempatan yang beragam. Indonesia, misalnya, lebih sering menggunakan sistem klasifikasi Schmidt
dan Ferguson (SF), yang ternyata disukai untuk kajian-kajian kehutanan dan pertanian. Sistem SF
didasarkan pada klasifikasi yang terlebih dahulu disusun oleh Mohr, namun diperhalus kriterianya.
Secara garis besar tipe klasifikasi iklim di bumi dapat dikelompokan menjadi dua, yaitu secara:
• Genetik, dibedakan berdasarkan aliran massa udara, arah angin, letak topografi dan perbedaan sinar
matahari.
• Empirik, berdasarkan pada metode penelitian dan pengamatan ilmiah terhadap unsur-unsur
pembentuk iklim.
Seiring dengan perkembangan zaman dan teknologi, pembagian iklim di dunia berubah dan
penentuan klasifikasinya juga menjadi lebih kompleks. Berikut ini pembagian iklim berdasarkan
pengamatan para ahli klimatologi:
1. Sistem Klasifikasi Iklim Koppen
Menurut Koppen, iklim di dunia terbagi menjadi 5 kelas yang disimbolkan dengan huruf A-E,
berikut penjelasannya:
• Iklim hujan tropis (A) : Suhu berkisar antara 18˚C-30˚C, dan memiliki curah hujan setiap bulannya
sebesar > 60mm. Vegetasi yang tumbuh subur adalah ekosistem hutan hujan tropis.
• Iklim kering (B) : Curah hujan yang terjadi merata sepanjang tahunnya. Suhu berkisar antara 19˚C-
32˚C dan vegetasi yang tumbuh subur adalah bioma stepa dan pada pasir atau bioma gurun.
• Iklim sedang (C) : Suhu terbagi menjadi dua yaitu suhu musim dingin yang berkisar antara -3°C
sampai kurang dari 18°C dan suhu musim panas berkisar lebih dari 10°C. Pada iklim ini, suhu selalu
lembab sepanjang tahunnya dan bersifat kering pada musim dingin dan panas, curah hujan setiap
bulannya sekitar lebih dari 60 mm.
• Iklim dingin (D) : Suhu rata-rata adalah -3˚C sampai ≥ 10˚C. Iklim ini bersifat dingin dan kering.
• Iklim kutub (E) : Suhu yang tercatat sekitar 0°C sampai 10°C yang disebabkan oleh ketinggian
topografi yang berada lebih dari 5000 kaki dari permukaan laut. Vegetasi yang tumbuh adalah bioma
tundra dan memiliki salju abadi.
2. Sistem Klages (1942)
Sistem ini membagi iklim berdasarkan aliran angin dan curah hujan secara global yang meliputi
Zona ekuatorial, kawasan ini memiliki ciri basah dan hujan tropis yang sifat hujannya adalah hujan
muson. Zona tropika, kawasan ini mengalami hujan pada musim panas dan memiliki vegetasi bioma
sabana dan hutan kering. Zona subtropika kering, kawasan ini bersifat kering dan didominasi oleh
padang pasir atau gurun, dan vegetasinya meliputi stepa dan bioma stepa. Zona hujan bersalju
kering, kawasan ini bercirikan turunnya hujan di musim dingin, dan vegetasinya meliputi pohon
berdaun keras. Zona ekstratropika, kawasan ini mengalami hujan sepanjang tahunnya dan
vegetasinya meliputi hutan heterogen dan pohonnya memiliki daun yang lebar. Zona subkutub,
kawasan ini memiliki hujan yang terbatas di sepanjang tahunnya dan hutan konifer mendominasi
vegetasinya.
3. Sistem Schmidt & Ferguson (1951)
Schmidt–Ferguson mengklasifikasikan iklim berdasarkan jumlah rata-rata bulan kering dan jumlah
rata-rata bulan basah. Suatu bulan disebut bulan kering, jika dalam satu bulan terjadi curah hujan
kurang dari 60 mm. Disebut bulan basah, jika dalam satu bulan curah hujannya lebih dari 100 mm.
4. Sistem Oldeman (1975)
Penentuan iklim menurut Oldeman menggunakan dasar yang sama dengan penentuan iklim menurut
Schmidt-Ferguson, yaitu unsur curah hujan. Bulan basah dan bulan kering dikaitkan dengan kegiatan
pertanian di daerah tertentu sehingga penggolongan iklimnya disebut juga zona agroklimat.
Misalnya, jumlah curah hujan sebesar 200 mm tiap bulan dipandang cukup untuk membudidayakan
padi sawah. Sedang untuk membudidayakan palawija, jumlah curah hujan minimal yang diperlukan
adalah 100 mm tiap bulan. Selain itu, musim hujan selama 5 bulan dianggap cukup untuk
membudidayakan padi sawah selama satu musim. Dalam metode ini, dasar penentuan bulan basah,
bulan lembap, dan bulan kering sebagai berikut. Bulan basah, apabila curah hujannya > 200 mm.
Bulan lembap, apabila curah hujannya 100–200 mm. Bulan kering, apabila curah hujannya < 100
mm.
5. Sistem Junghuhn
Iklim Menurut Junghuhn mengklasifikasikan iklim berdasarkan ketinggian tempat dan mengaitkan
iklim dengan jenis tanaman yang tumbuh dan berproduksi optimal sesuai suhu di habitatnya.
Junghuhn mengklasifikasikan iklim menjadi empat 0-700 m, zona panas, contoh- karet, kopi, tebu,
jagung, kelapa 700-1500 m, zona sedang, contoh- teh, kina 1500-2500 m, zona sejuk, contoh- pinus
> 2500 m, zona dingin, contohnya lumut.

Pembentukan suatu iklim dipengaruhi oleh keberadaan atmosfer, biosfer, hidrosfer, kriosfer, dan
pedosfer. Sedangkan perbedaan iklim dipengaruhi oleh pengendali iklim yang terdiri atas matahari,
distribusi cuaca di darat dan laut, sel semi permanen pada tekanan rendah dan tekanan tinggi, angin
dan massa udara, arus laut, pegunungan dan badai.
Atmosfer menjadi faktor yang paling mempengaruhi pembentukan iklim pada suatu kawasan.
Kondisi atmosfer dapat berubah dengan cepat karena adanya pengaruh dari luar. Atmosfer dapat
berubah karena dipengaruhi oleh siklus harian pemanasan permukaan yang berubah dalam skala
regional maupun global. Atmosfer berkaitan dengan keberadaan biosfer. Biosfer merupakan lapisan
atmosfer yang masih dihuni oleh makhluk hidup. Ketebalan biosfer mencapai 8 km. Kondisi biosfer
dipengaruhi oleh vegetasi tanaman dan kegiatan manusia. Vegetasi tanaman memiliki perubahan
musiman yang mempengaruhi albedo suatu daerah geografis beserta siklus hidrologisnya. Sedangkan
kegiatan manusia berupa penebangan hutan, pertanian dan urbanisasi dapat menimbulkan perubahan
iklim.secara lokal dan global.
Hidrosfer memberikan pengaruh temperatur terhadap iklim dalam periode waktu beberapa bulan,
tahun, atau abad. Pengaruh hidrosfer bagi iklim terletak pada kondisi lautan. Sebagain besar radiasi
matahari diserap oleh lautan yang kemudian diuapkan ke atmosfer. Penguapan air ke atmosfer oleh
lautan menyebabkan terjadinya pelepasan energi panas lautan menjadi tetes awan. Kondisi ini
membuat arus laut menjadi pengalihan panas bagi daerah tropis yang menerima sinar matahari terus
meneuru ke daerah kutub yang jarang terkena sinar matahari.
Pengaruh kriosfer terhadap iklim berkaitan dengan pengurangan pemanasan di Bumi. Kriosfer
sebagian besar terletak di wilayah kutub. Sedangkan sebagian kecilnya terbentuk di puncak
pengunungan yang sangat tinggi, seperti puncak pegunungan Jayawijaya di Papua. Kriosfer terdiri
dari salju dan es. Sifat salju dan es dalam mengembalikan atau memantulkan radiasi matahari lebih
baik dibandingkan lautan dan daratan. Kriosfer dapat berubah dalam periode tahunan, tetapi
perbedaan yang besar hanya terjadi dalam rentang waktu ratusan hingga ribuan tahun.
Pembentukan iklim juga dipengaruhi oleh pedosfer meski pengaruhnya baru terasa setelah waktu
yang sangat lama. Letak pedosfer berada pada susunan kontinental. Perubahan pedosfer
mengakibatkan suhu menjadi lebih dingindi kawasan kontinental. Perubahan pedosfer hanya terjadi
di garis lintang yang tinggi pada periode geologis yang hanya terjadi sekali dalam jutaan tahun.
Keadaan pedosfer berubah akibat adanya gerakan tektonik di kawasan kontinental.

Terima Kasih

Anggota Kelompok 1:
1. Anneyza Farida S (02)
2. Citra Ayu Mustika (04)
3. Denis Arista (05)
4. Divania Shafa' A (07)
5. Inovan Shafa H (14)
6. Irfandi Yusuf (15)
7. M. Hazmi Rafsanjani (25)

Anda mungkin juga menyukai