Dalam era modernisasi sekarang ini, tidak sedikit masyarakat Indonesia di Kota
Bojonegoro yang menganut dan lebih memilih budaya asing atau modern dan melupakan
budaya sendiri. Perkembangan teknologi dan masuknya budaya barat ke Indonesia, tanpa
disadari secara perlahan telah meleburkan budaya tradisional seperti Budaya Wayang
Thengul di Bojonegoro. Berbagai budaya barat menghantarkan kita untuk hidup modern dan
meninggalkan segala hal yang tradisional.
Wayang Thengul ini marak dan sangat terkenal dan popular di Kota Bojonegoro pada
awal tahun 2018 silam. Karena perkembangan dari zaman ke zaman, dari tahun ke tahun
dengan munculnya beberapa budaya asing dari luar, tidak disangka budaya Wayang Thengul
ini perlahan menghilang dan mulai dilupakan oleh masyarakat sekitar di Kota Bojonegoro.
Namun, para penerus bangsa atau generasi Z ini menciptakan beberapa upaya untuk tetap
melestarikan Budaya Wayang Thengul ini di era gumparan budaya luar. Dengan tujuan agar
budaya kita lebih dikenal lagi oleh kalangan masyarakat dan masyarakat tertarik kembali
untuk mengagumi Budaya Wayang Thengul ini.
Oleh sebab itu, pada kesempatan ini saya mengambil obyek tentang kebudayaan di
Bojonegoro dalam tugas essay saya yang berjudul “Upaya Generasi Z Untuk Melestarikan
Budaya Wayang Thengul Agar Tidak Punah Seiring Perkembangan Zaman”.
1
Wayang Thengul merupakan kesenian yang terinspirasi dari Wayang Golek Menak
yang berasal dari Kudus. Awalanya ada pemuda yang bernama Samijan yang berasal dari
Desa Banjarejo, Kecamatan Padangan. Munculnya inspirasi dalam diri Samijan, setelah ia
menonton pertunjukan Wayang Golek Menak Kudus di tahun 1930, Wayang Golek ini pada
tahun 1930 digunakan sebagai media untuk penyebaran agama islam di daerah Jawa Tengah.
Ki Samijan dengan bakat seniman nya, akhirnya dia membuat wayang boneka yang
serupa dengan Wayang Golek Menak dari Kudus yang pernah ia tonton. Ki Samijan berniat
membuat Wayang Thengul ini untuk mengembangkan kreatifitas seninya dan juga dia
gunakan untuk mencari nafkah dengan cara mengamen di tepi jalan. Karena pada tahun 1930
itu, perekonomian para masyarakat dapat dibilang sangat sulit.
Wayang Thengul berasal dari kalimat Bahasa Jawa yaitu methentheng yang berarti
serius/dengan sekuat tenaga dan methungul yang berarti muncul/menampakkan diri ke layar
pertunjukkan wayang. Ada pula yang mengartikan karena Wayang Thengul ini kepalanya
dapat digerakan ke kiri dan ke kanan, atau methungal-methungul, maka disebut dengan
Wayang Thengul(bergerak kesana kesini). Wayang Thengul yang ditawarkan Ki Samijan
yaitu pertunjukan dari satu tempat ke tempat lain lalu dari satu desa ke desa lain ternyata
menarik banyak keingintahuan masyarakat dari daerah yang telah dilewati. Karena
pembicaraan yang semakin luas dari mulut ke mulut.
Niat awalnya Ki Samijan membuat Wayang Thengul hanya untuk mencari nafkah
dengan cara mengamen, ternyata dari hari ke hari yang minat akan Wayang Thengul semakin
banyak. Bukan hanya di Kecamatan Padangan saja tetapi sampai ke Kota Bojonegoro,
Kecamatan Dander, Kecamatan Kanor bahkan sampai wilayah Kabupaten Tuban. Wayang
Thengul digunakan sebagai sarana hiburan pada daerah pagelaran terutama pada acara
hajatan, pernikahan, dan sunatan.
Sejauh ini hingga sekarang, Kecamatan Balen lah merupakan kecamatan yang
memiliki perkembangan Wayang Thengul yang cukup pesat.
2
Menurut hasil wawancara yang dilakukan pada pencipta Wayang Thengul yaitu Ki
Samijan, Menurutnya, Wayang Thengul merupakan wayang yang berbentuk tiga dimensi
yang terlihat seperti boneka yang dimana tangan dan kepala Wayang Thengul bisa
digerakkan sesuai keinginan dalang layaknya sebuah boneka. Boneka sebelah atas biasanya
telanjang, kecuali pada beberapa pelawak dan pahlawan, memakai baju sikepan. Berbeda
dengan wayang kulit pada umumnya, layar (kelir) yang digunakan terdapat lubang kotak di
tengahnya. Sehingga penonton juga dapat menyaksikan dari arah belakang layar. Wayang ini
berbentuk boneka 3 dimensi dan biasanya dimainkan dengan diiringi gamelan pelog/slendro.
Wayang Thengul banyak mengangkat cerita rakyat seperti halnya cerita Wayang
Gedhog, yaitu cerita Kerajaan Majapahit, cerita Panji serta cerita para Wali. Selain itu juga
ada yang menceritakan cerita dari Serat Damarwulan. Wayang Thengul berasal dari Jawa
Timur lebih tepatnya berada di Desa Banjarejo, Kecamatan Padangan. Wayang Thengul ini
merupakan ikon kesenian tradisi asli Kabupaten Bojonegoro dan sudah memperoleh
pengakuan nasional, karena kesenian ini tumbuh dan berkembang di Kabupaten Bojonegoro.
Menurut saya, ini adalah beberapa alasan mengenai mengapa masyarakat Bojonegoro lebih
minat dan memilih Budaya Luar daripada Budayanya sendiri, sebagai berikut:
1. Karena kurangnya informasi dan pengetahuan tentang kekayaan budaya yang dimiliki oleh
Kota Bojonegoro. Masyarakat Bojonegoro zaman sekarang malas untuk mencari informasi di
beberapa media massa dengan cara yang mudah dan efisien. Kebanyakan mereka cenderung
salah dalam penggunaan media massa tersebut.
2. Karena globalisasi. Dilihat dari sudut pandang sikap, saat ini banyak tingkah laku
masyarakat Bojonegoro yang tidak kenal sopan santun, cenderung cuek dan tidak ada rasa
peduli terhadap kondisi Kota Bojonegoro
3
3. Akibat yang lain, teknologi juga membuat generasi sekarang melupakan budayanya sendiri
dan lebih cenderung menyukai budaya luar yang sekarang sedang menjadi trend. Bukan
hanya internet saja, ada lagi pegangan wajib mereka yaitu handphone. Rasa sosial masyarakat
menjadi hilang karena mereka lebih memilih sibuk dengan menggunakan handphone.
Namun kini, saya sebagai pelajar sekaligus termasuk generasi Z. Tetap berusaha agar
dapat terus melestarikan Budaya Wayang Thengul di era maraknya perkembangan tekhnologi
di Kota Bojonegoro. Berikut beberapa upaya yang dapat dilakukan Generasi Z untuk
melestarikan dan mempopulerkan budaya Wayang Thengul nya:
1. Mengadakan festival dalang dengan tingkat pelajar mulai SD hingga SMA. Tujuannya
untuk mencari bibit-bibit dalang wayang kulit potensial di Kota Bojonegoro.
3. Mengkolaborasi tarian Thengul dengan dance K-pop atau semacamnya. Sama seperti
alasan diatas, seiring perkembangan zaman. Kita mengkolaborasikan budaya Wayang
Thengul dengan dance atau musik-musik yang terinspirasi dari luar. Salah satu nya dance K-
pop dari Korea. Korea merupakan salah satu negara yang budayanya juga banyak diminati
oleh sebagian besar WNI tepatnya di Kota Bojonegoro
4
5. Mengadakan pameran Thengul. Kita dapat memadukan isi pameran dengan beberapa
lukisan Wayang Thengul, patung Wayang Thengulnya, Kaos atau baju dengan desain
merchandise Thengul, totebag ber desain Thengul, dsb. Barang-barang seperti itu lah yang
akan banyak diminati oleh masyarakat-masyarakat saman sekarang.
6. Mendirikan Museum Wayang Thengul. Para pemandu wisata dari sekolah, tempat kerja
tentunya akan mengenalkan dengan beberapa tempat wisata baru nantinya di Kota
Bojonegoro. Jadi, beberapa masyarakat dari kota lain juga dapat berkunjung untuk melihat
mengenai Wayang Thengul di museum. Maka dari itu, budaya Wayang Thengul juga akan
dikenali oleh wisatawan-wisatawan asing.
Maka dari itu, pelestarian budaya harus tetap dilestarikan oleh generasi muda.
Generasi muda akan menjadi penerus dan pemegang warisan budaya di Indonesia pada masa
mendatang. Untuk mencapai misi besar tersebut, perlu dilakukan pelestarian budaya dengan
cara yang representatif. Upaya ini bertujuan untuk menarik minat masyarakat lain terhadap
budaya kita. Jadi dapat diketahui bahwa, budaya akan mempengaruhi perilaku manusia dalam
bersosialisasi di masyarakat dan budaya juga dapat membentuk karakter seseorang,
mengarahkan kehidupan seseorang dan menciptakan suatu kebiasaan. Oleh karena itu, peran
budaya tidak bisa lepas dalam membentuk suatu kehidupan bermasyarakat baik hal yang
buruk maupun baik.
5
DAFTAR RUJUKAN
England Fernandez, Riyansa, Muh. Baharuddin, dan Wahyu Hidayat. 2015. Penciptaan Buku
Essai Fotografi Kesenian Wayang Thwngul Sebagai Upaya Melestarikan Budaya
Tradisional Bojonegoro, (Online), Vol. 4, No. 1,
(https://www.neliti.com/id/publications/244839/penciptaan-buku-esai-fotografi-
kesenian-wayang-thengul-sebagai-upaya-melestarika, diunduh 23 November
2022)
Prianto, Sigit. 2016. Seni Wayang Thengul Bojonegoro Tahun 1930-2010, (Online), Vol. 4,
No. 1, (https://ejournal.unesa.ac.id/index.php/avatara/article/view/13476/12371,
diunduh 23 November 2022).
Redaksi. 2018. Puluhan Dalang Cilik Diadu Dalam Festival Dalang Pelajar, (Online),
(https://www.adakitanews.com/puluhan-dalang-cilik-diadu-dalam-festival-dalang-
pelajar/, diunduh 23 November 2022)
BIODATA PENULIS
Karya: -