Anda di halaman 1dari 6

ANTROPOLOGI MUSIK NUSANTARA

TUGAS KE-6

DISUSUN OLEH:
RENI KRISTINA MANALU
NIM:
1910717015

INSTITUT SENI Indonesia Yogyakarta


FAKULTAS SENI PERTUNJUKAN
PRODI ETNOMUSIKOLOGI
NAMA : RENI KRISTINA MANALU
NIM : 1910717015
JURUSAN : ETNOMUSIKOLOGI

A. Judul : Perkembangan Penyajian Jathilan di Daerah Yogyakarta

B. Penulis : Kuswarsantyo, Timbul Haryono, dan R.M soedarsono

C. Gendre / Kategori : Jurnal

D. Tahun : Juni, 2010

E. Reviewer : Reni Kristina Manalu

F. Vol : Vol. 11 No. 1

G. Abstrak

Artikel ini memuat perkembangan yang terjadi dalam globalisasi kebudayaan dari
waktu ke waktu. Pada zaman dahulu, Jathilan disajikan untuk masyarakat pedesaan secara
fungsional untuk upacara. Namun melalui program pariwisata yang dikeluarkan pada
tahun 1986 oleh pemerintah kesenian Jathilan kini bentuk penyajiannya dibebaskan.
Kebebasan tersebut menimbulkan dampak positif karena kesenian Jathilan dapat
dilestarikan dengan mudah dan bentuk sajian kesenian Jathilan ini pun bervariasi tanpa
meninggalkan identitas kesenian Jathilan itu sendiri.

H. Pendahuluan

Berbagai macam kesenian dapat di temui di Daerah Istimewa Yogyakarta dan salah
satunya adalah kesenian Jathilan yang saat ini sudah tumbuh dan berkembang. Khas dari
kesenian jathilan ini adalah pertunjukan dari kuda kepang. Biasanya pertunjukan kesenian
jathilan ini terkait dengan cerita Roman Panji. Namun seiring berjalannya waktu, manusia
yang juga berkembang mengembangkan kesenian jathilan ini. Sehingga kesenian jathilan
ini juga dapat mengangkat cerita dari wayang Mahabarata dan Ramayana dan juga dapat
diambil dari cerita rakyat atau legenda-legenda yang pernah terjadi dalam kehidupan
masyarakat itu sendiri.
Kesenian Jathilan ini secara fungsional berperan penting dalam kehidupan
masyarakat. Kesenian jathilan ini memiliki fungsi sebagai penggerak kegiatan sosial dan
upacara. Kegiatan sosial itu adalah merti desa (bersih desa). Kegiatan merti desa ini
dianggap sebagai contoh bagaimana masyarakat saling bergotong royong. Dalam
kesenian jathilan ini seluruh anggota yang berperan harus bergotong royong dalam
mempersiapkan plaksanaan pertunjukan kesenian jathilan itu sendiri.

Hubungan yang kompleks antar individu terjadi dalam pelaksanaan kesenian jathilan.
Sehingga kesenian jathilan ini mempengaruhi perilaku, pola pikir, kebudayaan, lembaga
dan lain sebagainya.

Sebuah karya seni yang diciptakan dari sebuah ide gagasan bersamaan ddengan
aktivitas-aktivitas yang dilakukan. Sehingga hasil dari sebuah karya seni tidak pernah
terlepas dari kegiatan masyarakat yang menciptakannya. Sehingga masyarakat yang
menciptakan karya seni tersebut berperan penting dalam mengembangjan karya seni
tersebut.

Jathilan berkembang didaerah perdesaan atau plosok, sehingga unsur yang terkandung
didalamnya adalah unsur ritual. Kesenian jathilan pada awalnya berfungsi sebagai iringan
upacara ritual yang dilakukan oleh masyarakat pemilik kesenian tersebut. Kesenian
jathilan berkembang dengan pengaruh globalisasi melalui bergulirnya program pariwisata
yang dilakukan oleh pemerintah. Berkembangnya kesenian jathilan juga di pengaruhi
oleh akulturasi budaya. Pertemuan antara budaya modern dengan budaya jathilan
tradisional menimbulkan banyaknya varian baru kesenian jathilan dengan konsep dan
karakter yang berbeda-beda. Munculnya kesenian jathilan model baru ini disebabkan
karena pengaruh modernisasi yang menuntut perkembangan yang memandang jauh
kedepan yang dapat diterima masyarakat lain. Sedangkan jathilan tradisional memandang
keindahannya dan tidak memperdulikan kecepatan waktu.

Hal itu dipengaruhi oleh faktor Globalisasi yang dapat dirasakan melalui media masa
seperti handphone, televisi dan radio yang menuntut manusia untuk terus
mengembangkan isnpirasi dan menunjukkan hal-hal baru. Ha ini menyebabkan kesenian
tradisional jathilan tidak lagi berfungsi untuk upacara melainkan juga berfungsi sebagai
sarana hiburan dan presentasi estetis yang berkiatan dengan pengembangan bentuk sajian
dalam berbagai kegiatan.

I. Pembahasan

Kebudayaan tradisional merupakan kebudayaan yang mengedepankan keindahan


harmoni, keselarasan dan hal-hal yang bersifat mistis bertimbal balik dengan modernisasi
yang mengutamakan kapitalistik. Kenyataan yang mengharuskan segala sesuatu harus
berkembang menyebabkan munculnya ragam atau bentuk lain dari kebudayaan
tradisional asli. Melalui fenomena ini Globalisasi kebudayaan saat ini beriringan dengan
mengikuti sistem pengembangan atau globalisasi ekonomi. Rasa ingin menjadi sama
dengan proses globalisasi menyebabkan segala sesuatu dari berbagai aspek harus terlihat
serupa sesuai dengan kemajuan globalisasi. Berbagai bisang seperti bentuk televisi,
handphone, restaurant, Hotel dan lain sebagainya mengaharuskan untuk mengikuti tren
global sehingga tidak jauh berbeda antara mode handphone yang satu dengan handphone
yang lain.

Hal ini tentu berpengaruh dengan kebudayaan tradisional. kebudayaan tradisional


yang khas dan unik akan sulit dilestarikan jika tidak berkembang sesuai dengan
globalisasi kebudayaan. Padahal pembangunan kebudayaan muncul karena adanya
keanekaragaman kebudayaan yang menunjukkan jati diri kebudayaan tersebut.

Banyaknya ragam sajian kesenian jathilan menimbulkan berbagai macam karakter


untuk memenuhi selera penontonnya. Kesenian Jathilan memiliki ciri yang sederhana
sehingga mudah ditiru dan mudah dipelajari secara turun-temurun. Kesenian Jathilan
dianggap lebih berkembang diluar daerah Swapraja karena diyakini bahwa seniman yang
berada di daerah Swapraja lebih mementingkan dan memperhatikan aturan yang ada
didaerah tersebut, sehingga akan sulit untuk mencptakan inovasi baru.

Dalam pelestarian kesenian Jathilan harus memperhatikan konsep yang jelas agar
tidak menghilangkan esistensi,nilai dan keaslian kebudayaan Jathilan tersebut. Dalam
pengembangannya kesenian Jathilan harus mengedepankan identitas budaya dengan tidak
hanya tergantung pada satu sisi agar tetap menghasilkan karakter kesenian Jathilan itu
sendiri.

Pada era Globalisasi kebudayaan ini upacara adat dihidupkan kembali melalui
program desa budaya atau desa wisata. Hal itu membuat berbagai acara adat
dipertunjukkan, dan kesenian tradisional semakin marak sehingga tradisi kebudayaan
lokal tidak dapat dipisahkan dari kehidupan masyarakat. Gerakan-gerakan tersebut
menciptakan titik fokus masyarakat untuk dapat terlibat dalam proses pengembangan
kebudayaan.

Dengan berbagai tantangan globalisasi akan mempersulit pelestarian kebudayaan


tradisional Jathilan karena pengaruh medernisasi yang semakin kuat. Akan tetapi dalam
menghadapinya pengembangan kebudayaan lokal harus tetap optimis dalam melawan
arus globalisasi. Salah satu perlawanan tersebut dilakukan melalui program pariwisata
yang menunjukkan bahwa kebudayaan lokal telah menjadi aset wisata yang ada di Daerah
Istimewa Yogyakarta.

Perkembangan kesenian dilakukan melalui dua cara. Yaitu untuk memperkenalkan


atau menyebarluaskan kesenian dan pengembangan terhadap garapan kesenian melalui
pengembangan teknik agar semakin terlihat lebih menarik sesuai dengan minat penonton
agar dapat diterima dan digemari masyarakat luas. Akan tetapi pengembangan teknik
tidak boleh meninggalkan identitas kebudayaan itu sendiri. Pengembangan tersebut
dilakukan untuk menyemarakkan program pariwisata yang dihadiri wisatawan baik
mancanegara maupun nusantara dengan mengemas kesenian tradisional yang menarik
untuk disajikan kepada wisatawan
Pengembangan kesenian melalui program pariwisata mampu menjadi media
pemersatu antar bangsa yang menyebabkan sajiannya semakin tampak kita rasakan. Ada
dua jenis penikmat perkembangan seni pertunjukan wisata, yaitu seni yang dibuat untuk
masyarakat setempat dan seni yang dibuat untuk masyarakat luar yang menyesuaikan
selera penikmat nya. Dalam pengembangan kesenian program wisatawan, kesenian
dikembangkan secara fleksibel dengan tujuan untuk memberi kesan yang menyenangkan
bagi para penonton,tetapi kesenian pertunjukan tetap mencerminkan ciri khas kebudayaan
itu sendiri.

Berbagai pengembangan kesenian Jathilan yang terjadi akibat dari pengembangan


globalisasi menyebabkan munculnya berbagai macam kesenian Jathilan yang digemari
para wisatawan seperti Group Jathilan Kuda Pranesa yang menjadi primadona para
wisatawan.Hal ini ditunjukkan dengan munculnya rekaman VCD dan Audio dari Group
Jathilan Kuda Pranesa andalan Sleman tersebut. Berbagai bentuk sajian baru kesenian
Jathilan dilakukan dengan berbagai macam bentuk persebaran pertunjukan Jathilan di
setiap kabupaten kota. Bentuk sajian yang dipertunjukkan di setiap daerah memiliki ciri
yang berbeda-beda. Hal tersebut dapat dilihat dari sisi teknik gerak adegan cerita legenda
yang dibawakan, kostum maupun temanya. Akan tetapi artistik memiliki konsep yang
sama yakni mengacu pada seni wisata.

Urutan sajian pertunjukan kesenian Jathilan melalui pembukaan babak inti Beksa dan
Penutup. Urutan tersebut dilakukan karena tuntutan dari penonton atau para wisatawan
yang mengharuskan pertunjukan harus singkat, padat dan jelas. Iringan pertujukan
Jathilan semakin bervariasi karena adanya akulturasi budaya yang meyebabkan
berkembangnya musik iringan dari kesenian Jathilan. Berbagai alat musik digunakan
untuk menambah daya tarik penonton.

J. Kesimpulan

Pengaruh globalisasi tidak dapat dihindari oleh kesenian lokal yang ada di Nusantara.
Pengaruh globalisasi memuncuulkan varian baru agar dapat dilestarikan dan
dikembangkan menurut selera penonton akan tetapi tidak menghilangkan keaslian tradisi
masyarakat tertentu. Daerah Istimewa Yogyakarta menciptakan program wisata yang
berfungsi untuk menyebarkan budaya lokal kepada para wisatawan nusantara maupun
mancanegara.

Kebudayaan Jathilan yang awalnya secara fungsional sebagai upacara masyarakat


daerah,selain itu kini berkembang menjadi sarana hiburan dan sebagai acuan
penggarapan untuk kepentingan tertentu. Akan tetapi hal tersebut tidak menghilangkan
identitas asli kebudayaan Jathilan. Melalui program pariwisata kebudayaan Jathilan dapat
dilestarikan karena semakin banyak orang lain yang mengenal dan tertarik pada
kebudayaan tersebut sehingga memunculkan ruang baru bagi para seniman untuk
menampilkan kebolehannya di kaca Internasional
K. Kelebihan dan kekurangan

Jurnal Perkembangan Penyajian Jathilan di Daerah Istimewa Yogyakarta ini sangat


mudah dipahami. Akan tetapi dalam penulisannya jurnal ini seringkali menjelaskan suatu
hal yang sama. Penulisan jurnal ini sangat rapi. Akan tetapi gambar yang dimuat dalam
jurnal ini hitam putih sehingga pembaca tidak mudah tertarik untuk melihat gambar yang
disajikan lebih lama.

Pada penulisan abstrak artikel ini tidak menerjemahkan abstrak dalam bahasa inggris
seperti artikel pada umumnya. Kemudian penulisan kata kunci tidak ditebalkan sehingga
memperlihatkan seperti paragraf baru dalam tulisan.

Anda mungkin juga menyukai